You are on page 1of 20

AKTIVITAS KOMUNIKASI

UPACARA ADAT KASADA SUKU


TENGGER DI GUNUNG BROMO
JAWA TIMUR
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai
Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara
Adat Kasada Suku Tengger di Gunung
Bromo Jawa Timur)
by Rindy Nurjanah
AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT KASADA SUKU
TENGGER DI GUNUNG BROMO JAWA TIMUR
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam
Upacara Adat Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo Jawa Timur)
Rindy Nurjanah
NIM. 41814756

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Jalan
Dipatiukur 112-116, Bandung 40132, Indonesia

E-mail :
nurjanahrindy@gmail.com

Abstrac
This analysis aims to know more about Communication Activities in Upacara Adat Kasada Suku
Tengger in Gunung Bromo Jawa Timur from the Communicative Situations, Communicative
Events, and Communicative Actions. The method used in the analysis is qualitative approach
that is Communication Ethnography. The process in selecting the informants uses purposive and
and snowvall techniques. Besides that, the data is collected by observing non participants,
interviewing and documenting. The analysis technique that is used is Creswell in "Kuswarno."
The result is the activities in Upacara Adat Kasada Suku Tengger is viewed from communicative
situation, that are opening, body, and closing. Communicative events are Act Setting,
Participants, Ends, Sequence, Spirit, Instrumentalist, Norm of Interaction and Genre.
Communicative action in verbal form is a spell by dukun pandita and in non verbal form is body
language. Communicative activities of Upacara Adat Kasada Suku Tengger has been done from
a long time ago by Tengger tribe, and it aims to balance the universe and as a form of
gratefulness.
The conclusion from Communicative actions arr from Communicative situations, Communicative
Events, and Communicative Actions. The researcher gives advice for Tengger tribe to always do
the traditional ceremony and to bequeath the culture to their descendants even though the world
is crushed by modernization so that the traditional ceremony will always exist and become
Indonesian cultural heritage.

Key word: Communication Ethnography, Communication Activities, Traditional Ceremony,


Culture.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai Aktivitas Komunikasi
dalam Upacara Adat Kasada Suku Tengger Di Gunung Bromo Jawa Timur. Yang dilihat dari
Situasi Komunikatif, Peristiwa Komnikatif dan Tindakan Komunikatif.
Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan pendekatan stui Etnografi
Komunikasi. Proses pemilihan informan menggunakan tenik purposive dan snowball. Selain itu,
teknik pengumpulan data dengan teknik observas non partisipan, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adaah Creswell dalam buku Kuswarno.
Hasil Penelitian bahwa aktivitas yang ada dalam Upacara Ada Kasada Suku Tengger
diliha dalam situasi komunkasi yaitu pembuka, isi atau inti dan penutup. Peristiwa komunikatif
yaitu Act Setting, Participants, Ends, Sequence , Spirit, Instrumentalitties , Norm of interaction
dan Genre. Tindakan komunikatif berupa verbal yaitu mantra yang di ucapkan oleh dukun
pandita dan non verbal berupa gerak tubuh. Aktivitas komunikasi upacara adat kasada suku
tengger ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu oleh suku tengger dan tujuannya untuk
menyeimbangkan alam semesta serta sebagai wujud syukur masyarakat suku tengger.
Kesimpulan yang bisa diambil dari aktivitas komunikasi yaitu dari situasi komunikatif,
peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Peneliti memberikan saran agar masyarakat
suku tengger dapat teus melaksanakan upacara adat Kasada dan mewariskan kebudayaan yang
mereka miliki kepada keturunan mereka meskipn dnia digerus oleh modernisasi sehingga
upacara adat kasada suku tengger ini tetap ada dan menjadi warisan kebudayaan Indonesia.

Kata kunci : Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Upacara Adat, dan Budaya,
1. Pendahuluan di daerahnya seperti upacara adat Seren
1.1 Latar Belakang Masalah Taun, Jawa Barat, tetapi ada juga yang
Upacara adat adalah masih menjadi rutinitas tahunan yaitu
suatu upacara yang dilakukan secara Upacara adat Kasada Suku Tengger di
turun-temurun yang berlaku di suatu Gunun Bromo Jawa imur
daerah. Dengan demikian, setiap daerah Setiap daerah memiliki adat dan
memiliki upacara adat nya masing- budaya yang berbeda, salah satunya
masingseperti upacara perkawinan, upac adalah Jawa Timur yang masih kental
ara kematian, upacara ritual untuk para akan budayanya. Seperti upacara adat
leluhur dan sebagainya. Dalam Kasada Suku Tengger Di Gunung
melakukan sebuah upacara adat pastinya Bromo, Jawa Timur. Upacara adat
membutuhkan rangkaian dan runutan Kasada Suku Tengger ini adalah upacara
usaha bersama yang bersifat ritual ketika tradisional yang masih dilakukan oleh
akan dilangsungkannya upacara adat Suku Tengger setiap tahunnya.
disuatu daerah. Biasanya hal tersebut Bagi masyarakat Suku Tengger,
dilakukan dalam suatu daerah yang Upacara Adat adalah salah satu wujud
masih kental akan budaya warisan rasa syukur masyarakat Tengger kepada
leluhur. Tuhan. Ada banyak upacara adat di
Upacara adat banyak sekali masyarakat Suku Tengger yang memiliki
ragamnya dari yang paling sederhana, tujuan bermacam-macam diantaranya
hingga yang rumit karena masih meminta berkah, menjauhkan
menggunakan tata cara dari leluhurnya. malapetaka, wujud syukur atas karunia
Indonesia terkenal dengan adat dan yang diberikan tuhan kepada masyarakat
kebudayaan yang berbeda-beda, Suku Tengger. Dan salah satunya adalah
termasuk upacara adat disebuah daerah. Upacara Adat Kasada. Upacara
Kebanyakan penduduk Indonesia masih sesembahan atau sesajen ini adalah
menjungjung tinggi nilai budaya. Prosesi untuk Sang Hyang Widhi dan para
upacara adat ini, biasanya dilakukan leluhur, terutama Joko Seger (Putra
berdasarkan waktu tertentu. Pada zaman Brahmana) dan Roro Anteng (Putri Raja
modern sekarang ini ada beberapa Majapahit). Dan Upacara ini
upacara yang sudah mulai ditinggalkan dilaksanakan pada tanggal 15 sampai 16
bulan Kasada atau saat bulan purnama membahas peranan bahasa dalam
tampak di langit secara utuh setiap perilaku komunikatif suatu masyarakat
setahun sekali. dengan cara bagaimana bahasa tersebut
Upacara ini dilaksanakan di dipergunakan dalam masyarakat yang
Gunung Bromo, Jawa Timur. Gunung berbeda-beda kebudayaannya. Etnografi
Bromo merupakan salah satu destinasi komunikasi juga tidak hanya membahas
wisata yang terkenal dan paling digemari antara bahasa dan komunikasinya saja,
oleh masyarkat Indonesia maupun atau bahasa dan kebudayaan, melainkan
mancanegara. Pada saat pelaksanaan membahas secara keseluruhan apa yang
upacara adat Kasada, Suku Tengger sedang terjadi secara detail dalam
sering menjadi perhatian bagi kejadian atau kegiatan tersebut. Seperti
pengunjung wisata di Gunung Bromo. yang dikatakan Engkus Kuswarno dalam
Tak sedikit pengunjung dari Indonesia buku Etnografi Komunikasi :
maupun mancanegara ikut berpartisipasi “Etnografi komunikasi
mengikuti rangkaian acara upacara adat memfokuskan kajiannya pada
Kasada, Suku Tengger. perilaku-perilaku komunikasi tidak
Hal tersebut menarik karena hanya akan menyorot fonologi dan
upacara adat Kasada ini dilakukan sudah gramatika bahasa, melainkan
sangat lama dan hingga saat ini masih struktur sosial yang memperngaruhi
tetap dilaksanakan. Meskipun lokasi bahasa, dan kebudayaan dalam
untuk dilaksanakanya upacara tersebut kosa kata bahasa. Etnografi
sudah ramai dikunjungi oleh para komunikasi menggabungkan
wisatawan serta tak sedikit yang ikut antropologi, linguistik, komunikasi,
berpartisipasi menyaksikan upacara adat dan sosiologi dalam satu frame
Kasada Suku Tenger tersebut. yang sama, sehingga dekripsi
Upacara adat Kasada, Suku etnografi komunikasi sedikit
Tengger, Jawa Timur ini sangatlah erat banyak justru memberikan
kaitannya dengan studi komunikasi sumbangan pemahaman bagi ilmu
etnografi komunikasi yang mempunyai lain.” (Kuswarno, 2008:16)
bahasan mengenai, bahasa, perilaku dan
budaya. Etnografi komunikasi
Proses atau peristiwa komunikasi Upacara Adat Kasada Suku Tengger Di
yang dibahas dalam etnografi Gunung Bromo Jawa Timur”.
komunikasi adalah khas yang dapat 1.2 Rumusan Masalah
dibedakan dengan proses komunikasi Berdasarkan latar belakang masalah
yang dibahas pada konteks komunikasi diatas yang peneliti kemukakan maka
yang lain. Karena etnografi komunikasi peneliti membuat rumusan masalah,
mamandang komunikasi sebagai proses sebagai berikut:
yang sirkuler dan dipengaruhi oleh 1.2.1 Rumusan Masalah Makro
sosiokultular lingkungan tempat “Bagaimana Aktivitas
komunikasi tersebut berlangsung, Komunikasi Upacara Adat
sehingga proses komunikasi dalam Kasada Suku Tengger Di
etnografi komunikasi melibatkan aspek- Gunung Bromo JawaTimur?”
aspek social dan kultural dari partisipan 1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
komunikasinya (Kuswarno, 2008:41) 1. Bagaimana Situasi
Dalam penelitian Upacara Adat Komunikatif dalam Upacara
Kasada, Suku Tengger ini dilihat dari Adat Kasada Suku Tengger
peristiwa yang terjadi saat upacara Di Gunung Bromo
berlangsung dan Fokus pada peristiwa JawaTimur?
yang terjadi sehingga dikaitkan dengan 2. Bagaimana Peristiwa
aktivitas komunikasi yang merupakan Komunikatif dalam Upacara
aktivitas khas yang kompleks. Dan Adat Kasada Suku Tengger
penelitian ini akan dilihat dengan Di Gunung Bromo
pendekatan etnografi komunikasi, karena JawaTimur?
etnografi komunikasi menggambarkan 3. Bagaimana Tindakan
bagaimana individu-indivisu Komunikatif dalam Upacara
menggunakan budayanya untuk Adat Kasada Suku Tengger
memaknai realitas. Di Gunung Bromo
Berdasarkan permasalahan dalam JawaTimur?
latar belakang di atas, peneliti
melakukan penelitian dengan judul
sebagai berikut “Aktivitas Komunikasi
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 2. Kajian Pustaka dan kerangka
1.3.1 Maksud Penelitian pemikiran
Penelitian ini bermaksud 2.1 Kajian Pustaka
untuk mengetahui serta memberi Tinjauan pustaka dalam
gambaran secara mendalam dan penyusunan penelitian ini akan
terperici tentang “Aktivitas menjelaskan mengenai study literature,
Komunikasi Upacara Adat Kasada dokumen atau arsip yang mendukung,
Suku Tengger di Gunung Bromo yang telah dilakukan sebagai pedoman
JawaTimur.” pelaksanaan pra penelitian.
1.3.2 Tujuan Penelitian 2.2 Kerangka Pemikiran
1. Untuk mengetahui Situasi Dalam kerangka peelitian
Komunikatif dalam Upacara tersebut peneliti menggambarkan
Adat Kasada Suku Tengger tahapan-tahapan model penelitian,
Di Gunung Bromo seperti gambar berikut.
JawaTimur.
UPACARA ADAT KASADA
2. Untuk mengetahui Peristiwa SUKU TENGGER JAWA TIMUR

Komunikatif dalam Upacara


Adat Kasada Suku Tengger
Di Gunung Bromo
INTERAKSI SIMBOLIK ETNOGRAFI
JawaTimur, KOMUNIKASI

3. Untuk mengetahui Tindakan


Komunikatif dalam Upacara
Adat Kasada Suku Tengger
AKTIVITAS
Di Gunung Bromo KOMUNIKASI

JawaTimur.
1.4 Kegunaan Penelitian SITUASI PERISTIWA TINDAK

Kegunaan yang di daptkan dari KOMUNIKATIF KOMUNIKATIF KOMUNIKATIF

penelitian ini diharapkan dapat


memberikan ilmu yang berhaga,
KOMUNIKASI UPACARA
ADAT KASADA SUKU
Bagi Peneliti, bagi akademik dan TENGGER JAWA TIMUR

bagi masyarakat.
3.1 Metode Penellitian Kasada Suku Tengger Gunung
Metode yang digunakan dalam Bromo Jawa Timur. Adapun kriteria
penelitian ini adalah metode kualitatif, utama yang akan dijadikan informan
dengan Studi Etnografi Komunikasi, oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
Menurut (Dedy Mulyana 2008 : 240) dalam 1 Ketua Pariaman
buku Metedologi Penelitian Kualitatif, 2 Sesepuh atau Bdayawan
menyatakan bahwa: Suku Tengger
”Metode penelitian kualitatif dalam 3 Masyarakat Suku
arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan
Tengger
bukti berdasarkan logika matematis, prinsip
angka, atau metode statistik. Penelitian 3.2.4 Teknik Analisis Data
kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk
Data yang diperoleh dipalapangan
dan isi perilaku manusia dan menganalisis
kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah dianalisis melalui proses sebagai berikut :
menjadi entitas-entitas kuantitatif.”
1. Pengumpulan data
(Mulyana, 2008:150).
2. Reduksi data
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
3. Penyajian Data
Adapun teknik pengumpulan
4. Penarikan Kesimpulan
data yang akan dilakukan oleh
3.2.5 Uji Keabsahan Data
peneliti yaitu, sebagai berikut:
Uji keabsahan data ini
1. Observasi Non Partisipan
diperlukan untuk menentukan valid
2. Wawancara Mendalam
atau tidaknya suatu temuan atau
3. Dokumentasi
data yang dilaporkan oeneliti
4. Studi Pustaka
dengan apa yang terjadi
5. Internet Searching
sesungguhnya dilapangan
3.2.3 Teknik Penentuan Informan
(Sugiyono 2011:270).
Dalam penelitian ini, peneliti
1. Peningkatan ketekunan
menentukan narasumber dengan
2. Diskusi dengan teman
menggunakan teknik Purposive
sejawat
Sampling.
3. Membercheck
Peneliti mengambil 3
(empat) orang narasumber yang
menjadi bagian dalam Upacara Adat
3.2.6 Lokasi Penelitian Sampai saat ini belum ada data
Lokasi yang menjadi tempat yang mengungkapkan secara jelas, sejak
penelitian berada di Desa Ngadisari tahun berapa suku tengger ini ada.
Gunung Bromo, Jawa Timur. Tetapi masyarakat suku tengger
Penelitian ini akan dilaksanakan mempercayai bahwa suku tengger sudah
oleh peneliti dengan kurun waktu ada pada zaman kejayaan dipulau Jawa
penelitian selama 5 (bulan) terhitung seperti, kerajaan Taruma Negara,
bulan antara bulan Maret – Juli 2019. Mataram Purba sampai ke Jawa Timur
4. Hasil dan Pembahasan watugaluh, Singosari dan Majapahit.
4.1 Hasil Penelitian Mereka percaya bahwa didalam
Dari hasil wawancara yang perjalanan nusantara suku tengger sudah
peneliti lakukan dengan ketiga informan berperan.
di atas, bahwa apa yang terlihat oleh Mereka percaya bahwa sebelum
peneliti yaitu hasil pengamatan sesuai kerajaan Majapahit ada, suku tengger
dengan penrnyataan para informan. sudah ikut berperan. Karena adanya
Suku Tengger merupakan suku asli bukti material seperti pada zaman
yang mendiami kawasan pegunungan kerajaan Watugaluh perpindahan
Bromo di Jawa Timur. Nama “Tengger” mataram purba jawa tengah ke jawa
diambil dari nama akhir-an leluhur timur oleh Sripardono Wardani pewaris
mereka yang bernama Roro Anteng dan tahta mataram purba dengan suaminya
Joko Seger yang digabungkan menjadi pada abad ke 10, itu sudah ada prasasti
Tengger. yang menyinggung tentang alam yaitu
Suku Tengger berada di empat gunung brahma atau bromo.
kabupaten kota di Jawa Timur yaitu, Kemudian pada pemerintahan
Probolinggo, Malang, Pasuruan dan Singosari raja Kertanegara ada prasasti
Lumajang. 90 persen diantara warga yang menyebutkan ram swarapura ini
tengger di Jawa Timur memeluk agama yang menyingung tentang gunung
hindu. Dan mata pencaharian bromo yang disimpan di Museum Mpu
masyarakat suku tengger 80% adalah Tantular, Sidoarjo.
petani. Serta pada masa kejayaan
majapahit penerus hayam wuruk ada
prasasti walandit ke dua dari tembaga pada suatu ketika Joko Seger dan Roro
yang disimpan di museum nasional Anteng bertapa di Gunung Bromo.
yang bercerita tentang gunung bromo. Setelah sekian lama bertapa mereka
Itulah bukti-bukti peran suku mendengar suara dari Gunung Bromo,
tengger pada masa kejayaan-kejayaan di jika mereka dikaruniai anak, maka anak
masa lampau yang ditemukan. terakhir mereka akan dijadikan
Termasuk prasasti linggang sultan yang persembahan bagi kawah bromo.
disimpan di museum Mpu Purwo Akhirnya mereka dikaruniai 25
dimalang. anak. Sampai akhirnya mereka lupa jika
Di setiap suku maupun daerah mereka punya janji terhadap gunung
pasti mempunyai ketua adatnya, seperti bromo. Suatu ketika ke-25 anak-
halnya suku tengger memiliki Ketua anaknya sedang bermain di lautan pasir
adat yang disebut ketua pariaman, yaitu Gunung Bromo dan pada saat itu anak
ketua dari semua dukun pandita yang bungsu dari Joko Seger dan Roro
ada di tengger. Selain itu ada dukun Anteng hilang.
pandita, ialah sebutan kepala desa di Lalu terdengar suara dari anak
suku tengger. bungsu mereka yaitu Raden Kusuma
Masyarakat Suku Tengger juga yang berkata “Saya jangan dicari, hidup
percaya akan cerita yang me-legenda saya sudah enak disini, nanti jika sudah
yaitu Joko Seger merupakan seorang waktunya anak cucu saya harus
putra Brahmana pangeran dari kerjaan mengirim sesajen yaitu hasil bumi pada
Majapahit Kuno yang bertemu dengan bulan 15 malam 16 bulan kasada”. Hal
Roro Anteng yang merupakan putri dar tersebut merupakan awal mula
kerajaan Brawijaya Singasari. terjadinya Upacara Adat Kasada Suku
Diceritakan jika dahulu kala mereka Tenger di Gunung Bromo, Jawa Timur.
saling jatuh hati dan merekapun Kasada adalan nama sebuah bulan
menikah dan membangun negri di ke dua belas dalam hitungan kalender
lereng Gunung Bromo yang disebut masyarakat suku tengger. Suku tengger
sebagai tanah tengger. memiliki sstem kalender tersendiri
Dua puluh tahun menikah mereka dalam menentukan ritual khusus.
tak kunjung di karuniai anak, hingga Sedangkan Yadna merupakan bahasa
jawa kuno dalam bahasa sangsekerta ongkek sendiri-sendiri yang nantinya
yang berarti kurban suci. Jadi upacara akan didoakan oleh dukun panditanya.
yadna kasada artinya yaitu kurban suci Tahap kedua yaitu setiap desa
pada bulan purnama ke dua belas. mensucikan ongkek atau disebut
Rangkaian acara upacara adat semeninga pensucian. Hal ini dilakukan
yadna kasada pada pagi hari yaitu oleh dukun pandita masing-masing
diawali dengan setiap desa masing- setiap desa dengan membacakan mantra
masing membuat sesajen khusus yang atau doa agar ongkek tersebut bersih
disebut ongkek. Ongkek ini adalah hasil atau suci.
bumi dari yang di tanam oleh Selanjutnya tahap ketiga pada hari
masyarakat tengger, seperti pisang, kedua upacara adat yadna kasada, pada
kubis dan hasil bumi lainnya. Hewan pukul 00.00 masyarakat suku tengger
seperti ayam, domba juga yang dipimpin oleh dukun pandita
diperbolehkan. Ongkek yang dibuat masing-masing, membawa ongkek ke
hanya dua buah saja setiap desa, tidak Pura Luhur Poten melewati gerbang
boleh kurang dan tidak boleh lebih. Dan desa masing-masing yaitu Cemoro
harus diketahui bahwa pembuatan Lawang (Tengger Probolinggo), Pakis
ongkek ini, dari masyarakat suku Bincil (Tengger Pasuruan), Jemplang
tengger yang bersama-sama saling (Tengger Malang) dan Gunung Jantur
membagi hasil buminya untuk dijadikan (Tengger Lumajang). Pada tahap ini
ongkek. Tetapi jika empat puluh empat harus membuka gerbang terlebih dahulu
hari sebelum hari H upacara adat yadna dengan membaca mantra atau doa yang
kasada, ada yang meninggal di dibacakan oleh dukun pandita di setiap
desanya, desa tersebut tidak boleh desanya. Karena masyarakat suku
membawa ongkek. Masyarakat suku tengger percaya bahwa gerbang yang
tengger percaya bahwa nanti ada tidak terlihat oleh manusia ada di
gangguan metafisika pada desa tersebut. tempat-tempat yang peneliti sebutkan.
Selain itu setiap pribadi masyarakat Setelah itu diarak menuju pura
suku tengger yang mempunyai luhur poten. Sambil menunggu waktu
permohonan diperbolehkan membawa puncak acara yadna kasada, dukun
pandita di setiap desa melayani
masyarakat suku tengger yang meminta mantranya lupa. Jika tiga kali tidak bisa
sesajen yang dibawa pribadi di doakan membacakan mantra secara lancar maka
sampai pukul tiga pagi, saat acara calon dukun pandita tersebut disuruh
puncak berlangsung. untuk mencoba lagi tahun depan.
Setelah itu sampailah di puncak Upacara mulunen atau untuk bisa
acara, ritual pun dimulai dengan menjadi calon kepala desa di susku
mekakat yaitu pembukaan ritual dengan tengger hanya bisa dilaksanakan pada
dibacakannya mantra oleh ketua acara upacara yadnya kasada saja.
pariaman dan dukun pandita, Proses mulunen ini tidak setiap
dilanjutkan dengan pembacaan sejarah tahunnya ada, jika ada calon dukun
singkat yadna kasada oleh dukun panditan maka yang membacakan
pandita yang ditunjuk oleh ketua mantra yaitu calon dukun panditan
pariaman. Lalu Puja stuti, para dukun tetapi, jika tidak ada calon dukun
pandita memuja bersama yaitu berdoa panditan maka akan tetap dibacakan
yang hanya dilakukan oleh para dukun- oleh dukun panditan yang ditunjuk oleh
dukun paditan. ketua pariaman.
Selanjutnya yaitu mulunen, yaitu Setelah itu penutup ritual yang
proses pembacaan mantra oleh para disebut Wayon yaitu para dukun pandita
calon dukun yang sudah menyelesaikan menutup dengan cara membacakan
syarat administrasi serta masuk kedalam mantra atau doa. Setelah selesai seluruh
kategori calon dukun pandita yang ongkek yang dibawa oleh setiap desa
mempunyai prilaku dan sikap yang masyarakat suku tengger di bawa untuk
baik. Pembacaan mantra yang akan diuji dilemparkan ke kawah gunung bromo
ke calon dukun panditan ditentukan yang disebut melarungkan ongkek.
adalah faktor x atau yang tak terlihat Dalam melarungkan ongkek setiap
oleh manusia. Ketua pariaman dan pribadi suku tengger yang mempunyai
dukun panditan hanya jadi pelantara permohonan dapat melarungkan ongkek
saja. Pembacaan mantra oleh calon yang dibawa pribadi yang telah
dukun pandita mempunya toleransi tiga didoakan oleh dukun panditan. Dan
kali diperboleh diulang, apabila terbata- yang terakhir Pujan sasih kasada, yaitu
bata ataupun ditengah pembacaan ritual penutup yang dilakukan di desa
masing-masing yang dimana dukun Ongkek adalah hasil bumi
panditan membacakan mantra atau doa. dari mata pencaharian suku
4.2 Pembahasan tengger seperti kubis, bawang
1. Situasi Komunikastif daun dan lain-lain. Ongkek yang
Situasi komunikatif yang ada dibuat adalah hasil dari
pada saat persiapan yaitu, masyarakat berbagi dari satu desa
sebelum pelaksanaan dimulai yang dijadikan dua ongkek.
masyarakat tengger bersama- Setelah itu ongkek diberikan
sama membuat sesaji khusus mantra atau doa oleh dukun
berupa ongkek yang merupakan pandita di desa masing-masing
hasil bumi yang ditanam sebelum dibawa ke pura luhur
langsung oleh masyarakat poten. Lalu pada pukul 00.00
tengger sendiri. Karena ongkek tanggal 18 juli 2019 ongkek dan
inilah yang menjadi poin inti masyarakat suku tengger
simbol yang akan diserahkan membawanya ke pura luhur
kepada Tuhan dan para poten yang berada di lautan pasir
leluhurnya. Hal tersebut sudah gunung bromo. Sebelumnya
dilakukan zaman dahulu oleh dukun pandita disetiap desa
para leluhurnya dan masyarakat membuka pintu terlebih dahulu
tengger membentuk itu dan dipintu masing-masing. Karena
mempercayai tutur dari para mereka percaya bahwa ada pintu
leluhurnya. yang tidak bisa dilihat oleh
Pada saat pelaksanaan manusia.
upacara adat kasada tanggal 17 Selanjutnya sambil
Juli 2019 peneliti berada di desa menunggu acara puncak pada
Ngadisari, masyarakat suku pukul tiga pagi, tugas para dukun
tengger di desa ini bersama-sama pandita disetiap desa ialah
membuat ongkek yaitu sesajen melayani masyarakat suku
yang akan dibawa ke gunung tengger yang membawa sesajen
bromo. pribadi untuk di doakan. Dan
acara puncaknya yaitu mekakat
yaitu pembukaan yang dipimpin Sesajen dalam hal ini adalah
oleh dukun pandita dengan sebagai media pertukaran pesan
membacakan mantra atau doa, bahwa apapun yang tersedia
yang kedua ialah pembacaan dalam sesajen tersebut
sejarah singkat upacara adat mengandung makna tertentu bagi
yadna kasada, yang ketiga ialah kehidupan. Hal tersebut yang
puja stuti yaitu membacaan menjadi alasan pentingnya
mantra oleh semua dukun sesajen dibuat dalam proses
pandita, selanjutnya mulenen upacara adat kasada suku tengger
yaitu pembacaan mantra untuk di gunung bromo jawa timur.
para calon dukun pandita, lalu Tujuan masyarakat suku
mekakat penutup yaitu tengger melaksanakan upacara
pembacaan mantra atau doa adat yadna kasada ini untuk
penutup. Setelah itu barulah menyeimbangkan alam semesta
melarungkan ongkek atau jagat agung yaitu makrokosmos
melemparkan sesajen ka kawah jagat alih mikrokosmos kita ini.
gunung bromo. Dan yang Upacara adat kasada ini
terakhir adalah pujan sasih doa dilakukan pada tanggal 15 dan 16
penutup di setiap desa masing- bulan kasada di kalender suku
masing. tengger dan lokasinya
2. Peristiwa Komunikatif dilaksanakan di pura luhur poten
Upacara adat kasada suku lautan pasir gunung bromo dan di
tengger dilakukan karena sudah kawah gunung bromo. Partisipan
mandate dari para leluhur suku yang mengikuti upacara adat
tengger, dan sebagai bentuk kasada ini tentunya masyarakat
wujud rasa syukur terhadap tuhan suku tengger itu sendiri dan
dan para leluhur mereka serta dipimpin oleh dukun-dukun
mereja percaya bahwa upacara pandita dan ketua pariaman.
adat kasada ini bisa Selain itu masyarakat yang
menyeimbangkan alam semesta. bukan suku tengger
diperbolehkan mengikuti
acaranya dari awal sampai akhir masyarakat suku tengger dan
serta tidak ada larangan pribadi disucikan oleh dukun pandita.
untuk masyarakat umum tetapi Lalu dibawa ke pura luhur poten
tetap menjaga etika dan untuk di sucikan kembali.
kesopanan saat upacara adat Setelah itu baru saja dilemparkan
kasada suku tengger ini sedang ke kawah gunung bromo.
berlangsung. 3. Tindakan Komunikatif
Berdasarkan hasil penelitian, Tindakan komunikatif
bentuk pesan verbal dalam merupakan bentuk perintah,
upacara ini adalah mantra-mantra pernyataan, permohonan dan
atau doa yang dipanjatkan perilaku nonverbal, dalam hal ini
sebelum mulai upacara sampai peneliti akan membahas,
penutup upacara. Sedangkan menganalisis tindakan
dalam bentuk non verbal komunikatif dalam upacara adat
dikonstruksikan melalui pakaian kasada suku tengger di gunung
yang dikenakan dan juga sesajen bromo jawa timur. Berdasarkan
yang dibuat oleh masyarakat hasil dari komponen yang
suku tengger yang siperlihatkan terdapat dalam peristiwa
memiliki arti dan makna komunikatif karena tindakan
tersendiri. komunikatif sangat erat
Setiap rangkaian upacara adat kaitannya dengan komponen-
kasada suku tengger banyak komponen yang ada dalam
mengandung pesan-pesan yang peristiwa komunikatif.
tersirat melalui simbol-simbol Upacara adat kasada suku
yang ada. Namun, pesan juga tengger ini memiliki rangkaian
disampaikan secara verbal acara yang sakral meskipun
maupun non verbal oleh dukun orang lain yang bukan suku
pandita saat upacara berlangsung. tengger diperbolehkan untuk
Proses pelaksanaan upacara menyaksikan acara tersebut.
adat kasada suku tengger dimulai Serta sesajen yang digunakan
dengan membuat sesajen oleh dalam upacara adat kasada ini
memiliki tahap-tahap sebelum leluhur mereka. Komunikasinya
dilemparkan ke kawah bromo. diwujudkan melalui pembacaan
Sedangkan perilaku non doa atau mantra yang dilakukan
verbal dalam upacara adat kasada agar upacara adat kasada dapat
ini ialah membuat sesajen berjalan dengan lancer dan tidak
bersama-sama, gerakan tubuh ada hambatan.
saat berdoa dan melemparkan Terkait dengan hal
sesajen ke kawah bromo. tersebut, saat upacara berlangsung
4.3 Aktivitas komunikasi tata cara berkomunikasi serta
Seperti yang telah pakaian yang dikenakan
dijelaskan dalam gambaran objek merupakan simbol baik verbal
penelitian aktivitas komunikasi maupun non verbal yang
upacara adat kasada merupakan menunjuk pada sesuatu.
suatu bentuk rasa syukur kepada Masyakarat suku tengger
Tuhan dan merupakan suatu merupakan sekelompok orang
bentuk penghormatan kepada yang masih memegang adat
leluhunya. Upacara ini dilakukan istiadat para leluhurnya. Salah
karena leluhur sebelumnya telah satunya yaitu masih melaksanakan
memperlihatkan suatu bentuk upacara adat kasada setiap
perhatiannya dalam upacara adat tahunnya.
kasada yang dilakukan setiap Masih memegang adat
tahunnya secara turun-temurun. istiadat atau budaya mereka
Aktivitas komunikasi tersebut adalah simbol bahwa mereka
memperlihatkan komunikasi mempertahankan atau sebagai alat
verbal dan non verbal yang terjadi bahwa mereka masih percaya
dalam upacara adat kasada. akan leluhurnya. Simbol-simbol
Aktivitas komunikasi tersebut tidak semata-mata
upacara adat kasada suku tengger dilakukan, melainkan sudah ada
ini menjadi sebuah media aturan yang tetap yang diturunkan
komunikasi dengan Tuhan oleh leluhurnya pada zaman
(komunikasi transcendental) dan dahulu.
Upacara adat kasada suku terlihat pada peneliti saat
tengger ini pada akhirnya menjeleskan secara terperinci
merupakan suatu aktivitas yang mengenai sesajen, pakaian, dan
khas dan sacral karena memiliki kelengkapan lainnya yang
makan yaitu sebagai wujud rasa merupakan suatu simbol
syukur masyarakat suku tengger komunikasi yang unik dan khas.
untuk mereka dan untuk semua Simbol komunikasi yang unik dan
yang ada di alam semesta ini. khas tersebut merupakan sebuah
Hasil pengamatan peneliti ciri dari aktivitas komunikasi.
dalam hal ini adalah sebagai Simbol-simbol yang ada bukan
sebuat masyarakat yang masih berarti dipilih secara sepihak oleh
kenal akan adat istiadatnya dan masyarakat suku tengger,
menjunjung tinggi nilai budaya. melainkan sudah ada aturan yang
Budaya yang kental berbentuk tetap yang diturunkan oleh
upacara adat sudah dilakukan oleh leluhurnya.
leluhur mereka sebagai wujud Ritual merupakan salah
rasa syukur. Budaya yang mereka satu cara berkomunikasi dalam
ciptkan bukan semata-mata kehidupan sosial. Semua bentuk
budaya biasa, melainkan budaya ritual upacara adat kasada adalah
yang didalamnya terdapat komunikatif. Dimana ritual ini
keyakinan, serta makna yang menjadi suatu perilaku seimbolik
tertuang dalam Aktivita dalam kehidupan sosial. Peneliti
Komunikasi Upacara adat kasada melihat bahwa pesan-pesan yang
suku tengger di gunung bromo disampaikan melalui lambang-
jawa timur. lambang tersebut merupakan
Budaya yang mereka suatu yang mengandung makna-
ciptakan dan pertahankan juga makna kebaikan dan
sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan bagi setiap manusia
penggunaan yang lebih banyak yang hidup dibumi.
menggunakan simbol-simbol Penjelasan peneliti di atas
tertentu. Hal tersebut dapat terangkum dan dapat dilihat
melalui tiga proses yang telah sebagai bentuk rasa syukur masyarakat
peneliti jelaskan sebelumnya yaitu suku tengger kepada tuhan dan para
situasi komunikatif, peristiwa leluhur-leluhurnya.
komunikatif, dan tindakan Tindak komunikatif merupakan bentuk
komunikatif. Hal tersebut saling perintah dan pernyataan permohonan dan
terkait satu sama lainnya karena perilaku non verbal. Bentuk perintah dan
pada kenyataannya tindak pernyataan yang ada bahwa upacara adat
komunikasi terjadi karena adanya kasada ini harus tetap dilakukan apapun
peristiwa komunikasi dan kondisinya karena jika tidak dilaksanakan
peristiwa komunikasi terjadinya masyarakat suku tengger sudah
karena adanya situasi komunikasi. merasakan apa akibatnya jika tidak
5. Simpulan dan saran melakukan upacara adat kasada ini.
5.1 Simpulan Aktivitas komunikasi upacara adat
Situasi komunikatif yang terjadi pada kasada suku tengger merupakan suatu
upacara adat kasada suku tengger yaitu tradisi masyarakat suku tengger yang
masyarakat yang mengikuti rangkaian sudah dilakukan secara turun-temurun
acara ini berlangsung khidmat, karena sejak lama yang dilakukan setiap satu
upacara adat kasada ini sakral. Dan tahun sekali. Akan tetapi, setiap
masyarakat suku tengger yang melakukan rangkaiannya mempunyai makna yang
upacara adat ini sesuai dengan aturan sama dan aktivitas khas yang sama pula.
yang ditetapkan oleh leluhurnya. Lokasi Pelaksanaannya mulai dari membuat
penelitian berada di desa ngadisari, pura ongkek sampai melarungkan sesajen ke
poten dan gunung bromo. kawah gunung bromo sebagai bentuk rasa
Peristiwa komunikatif dalam upacara syukur kepada tuhan dan para leluhurnya.
kasada suku tengger merupakan upacara 5.2 Saran
yang dilaksanakan secara turun-temurun. 5.2.1 Saran bagi masyarakat suku
Bermula pada usyau kejadian roro anteng tengger
dan joko seger, kemudian diteruskan Terlepas dari anggapan
secara turun temurun sebagai upacara beberapa masyarakat awam
yang harus dilakukan turun-temurun. tentang pendapatnya bahwa tradisi
Namun tujuan mereka tetap sama yaitu ini harus dihilangkan karena
dianggap menyimpang dari ajaran menfokuskan seprti apa tema yang
agama, peneliti menyarankan akan diambil dalam penelitian
untuk masyarakat suku tenggee etnografi komunikasi kedepannya,
agar tetap mempertahankan dan agar hasil yang didapatkan jauh
melestarikan dan memegang dapat lebih baik.
teguh tradisi ini sampai kapanpun. Peneliti selanjutnya diharapkan
Masyarakat diharapkan tetap untuk mencari dan membaca bahan
konsisten dalam menjalankan referensi lain yang lebih banyak
tradisi ini sesuai dengan aturan lagi, sehingga dalam hasil
yang telah diturunkan oleh leluhur penelitian selanjutnya akan lebih
dan jangan samapi tergerus oleh baik dan mendapatkan ilmu
perkembangan zaman yang dalam pengetahuan yang baru.
hal ini adalah era moderenisasi,
karena tradisi ini merupakan ciri Daftar pustaka
khas dan kearifan lokal suku Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu
tengger. Komunikasi. Jakarta: PT. Gramedia
Peneliti pun beharap Indonesia.
kepada ketua pariaman, dukun Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu, Teori,
pandita dan para sesepuh di suku dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.
tengger agar mewariskan tradisi Citra Aditya Bakti.
ini kepada anak-anak yang lebih Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu
muda agar mereka tidak Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
kehilangan warisan budaya dari Persada.
para leluhur. Karena tradisi ini Alo, Liliweri. 2003. Dasar-dasar
merupan ciri khas, keutuhan dan Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:
kearifan lokal suku tengger yang Pustaka Pelajar
merupakan suatu kebanggaan Alo, Lilieri. 2004. Dasar-dasar Komunikasi
tersendiri bagi Negara Indonesia. Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
5.2.2 saran bagi peneliti selanjutnya Pelajar. Aminudin. 1889. Sumantik.
Peneliti berharap kepada Bandung: Sinar Biru.
peneliti selanjutnya agar
Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Sugiyono.2011. Metode Penelitian
Populer: Kajian Komunkasi dan Kuantitatif, Kualittif dan R&D.
Budaya Kontemporer. Pustaka Bani Bandung:Afabeta
Quraisy. Bandung.
Mulyana, deddy. 2003. Metedologi SKRIPSI
Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Fhatsullam , Davi Ahmad. Etnografi
Ilmu Komunikasi, 2016. Aktivitas Komunikasi
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Upacara Ngalungsur Pusaka Makam Godog
Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi di Kabupaten Garut. Universitas Komputer
Komunikasi. Suatu Pengantar dan Indonesia ; Bandung (Diakses pada 19
Contoh Maret 2019)
Penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran Sukma Yanti , Putu Feby, 2018. Aktivitas
Mulyana, Deddy. Solatun. 2007. Metode Komunikasi Pada Ritual Keagamaan Studi
Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Etnografi Komunikasi Dalam Ritual
Remaja Rosdakarya Tumpek Wariga Di Bali. Universitas
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Telkom ; Bandung
Komunikasi. Suatu Pengantar dan
Contoh Penelitiannya. Bandung: Internet Searching
Widya Padjajaran https://www.google.co.id/amp/s/wisata-
Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori, bromo.com/upacara-kasada-hari-
dan Filsafat Komunikasi. Bandung: rayafestival-adat-suku-tengger-yadnya-
PT.Citra Aditya Bakti kasada/amp (Diakses pada 18 Maret 2019)
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi http://www.ijhsss.com/files/Ahmad-
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Mulyana.pdf (Diakses pada 18 April 2019)
Bandung:PT.Remaja Rosdakarya
Rakhmat, djalaludin. 2001. Metode
Penelitian Komunikasi. Bandung. PT.
Remaja Rosda Karya.

You might also like