Professional Documents
Culture Documents
Garap Tugas Ani
Garap Tugas Ani
ABSTRACT
Background: Fast response in emergency response phase of a disaster is very important. Fast
response will be hard to do if a disaster such as the tsunami in 2004 happen, which makes an
isolated area. The inhibition are destruction of communication and transportation networks, lack of
logistics and the most fatal is the lack of health workers, especially nurses as the greatest number.
Nurses in the disaster area at the time it is not only need a knowledge and skills as a first
responder but also the mental readiness. Nurses who are save from the disaster or survivor and
decided to become a first responder must have good mental strength.
Objective: To explore the experience of nurses as survivors and as a health giver during
emergency response to victims of the Tsunami 2004 in Lhoknga and Lhoong, Aceh Besar.
Methods: Qualitative research with phenomenological intepretif approach. Data were collected
through interviews to 5 nurses who met the criteria. Data were analyzed using Braun and Clark
thematic analysis.
Results: This study resulted 7 themes, namely the psychological reactions of nurses in acute
phase of the emergency response, the heroism of a nurse in acute phase, survive in a critical
condition, the sense of responsibility of nurses, the emotional bond of nurses and regions, the
psychological reactions of nurses after emergency response phase, and nurses willingness of
increasing knowledge and skills in disaster management.
Conclusion: Providing medical aid at the time it was a response from the appear of heroism a
nurse. Another reason nurses become first responder is a form of coping in overcoming grief, the
next is a form of their responsibilities as nurses and nurse emotional bond with the disaster area.
11 years after the 2004 tsunami disaster, the knowledge and skills of nurses to respond to
disasters did not increase significantly.
108
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 109
makanan maupun air bersih tentu menjadi yang memutuskan untuk memberikan
sesuatu yang berbeda. pertolongan.
Kesiapan adalah hal yang krusial, Fenomena dimana seorang perawat
termasuk kesiapan tenaga perawat sebagai first sebagai survivor memberikan pertolongan
responder bencana dalam fase tanggap sebagai first responder pada bencana Tsunami
darurat. Memiliki skill yang mempuni serta tahun 2004 tentunya memiliki makna untuk
pengetahuan yang cukup tentang bencana dipelajari dan harapannya bisa menjadi acuan
Tsunami adalah salah satu indikator (Husna, kedepan dalam mempersiapkan perawat dalam
2010). Data primer yang di dapat peneliti di merespon bencana.
Provinsi Aceh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) tingkat METODE
Kabupaten/Kota telah berdiri tetapi program Penelitian ini merupakan penelitian
pendidikan dan pelatihan darurat belum kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
berjalan dengan baik. intepretatif. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Selain kesiapan secara teknik, perawat Lhoknga dan Lhong, Kabupaten Aceh Besar.
juga diharapkan siap secara mental. Kesiapan Partisipan pada penelitian ini adalah perawat
secara mental sangat penting karena kemauan yang pada saat bencana tsunami tahun 2004
seorang perawat untuk memberikan menjadi survivor dan first responder sebanyak
pertolongan pada respon tanggap darurat 5 orang yang didapatkan melalui snowball
dipengaruhi olehnya. Banyaknya perawat yang sampling. Data dikumpulkan melalui
selamat tetapi tidak berpartisipasi dalam respon wawancara dengan pertanyaan terbuka.
tanggap darurat pada Tsunami tahun 2004 Analisa data dilakukan dengan menggunakan
mengindikasikan ketidaksiapan mereka secara analisa tematik Braun dan Clark. Penelitian ini
mental. telah mendapatkan laik etik dari Fakultas
Salah satu kewajiban perawat adalah Kedokteran Universitas Brawijaya.
wajib memberikan pertolongan darurat atas
dasar perikemanusiaan, kecuali dia yakin ada HASIL PENELITIAN
orang lain yang bertugas dan mampu Penelitian ini menghasilkan 7 tema dari
melakukannya (Hasyim & Prasetyo, 2012). hasil analisa data yang dilakukan. 7 tema
Salah satu nilai fundamental dalam praktik tersebut adalah reaksi psikologis perawat fase
keperawatan profesional adalah Altruism, akut tanggap darurat, sifat heroik perawat fase
dalam konteks ini perawat ditekankan untuk akut, bertahan dalam kondisi kritis, rasa
memiliki komitmen, kemurahan hati, serta tanggung jawab perawat, ikatan emosional
ketekunan demi korban (Amelia, 2013). Selain perawat dan wilayah, reaksi psikologis perawat
itu, seorang perawat wajib memiliki sifat setelah respon tanggap darurat, dan perawat
caringyangbukan hanya dasar dari nilai ingin meningkatkan pengetahuan dan
keperawatan, tetapi juga merupakan prasyarat keterampilan dalam penanganan bencana.
mendasar bagi kehidupan yang berlandaskan
pada etika dan moral (Alligood & Tomey, 2010). Tema Reaksi Psikologis Perawat Fase Akut
Perawat yang sudah disumpah Tanggap Darurat
diharapkan memiliki nilai keperawatan dalam Pada fase akut sesaat setelah bencana,
keadaan apapun, termasuk saat menjadi setiap perawat bereaksi secara psikologis.
survivor dan first responder sebuah bencana. Tema ini tergambar dari 2 sub tema yaitu
Lhoknga dan Lhoong yang merupakan daerah kehilangan akal dan kesedihan yang
terdampak Tsunami pada Tahun 2004 terisolir mendalam. Tema dan subtema ini menjawab
selama seminggu. Sejatinya perawat sebagai tujuan penelitian tentang pengalaman perawat
seorang yang memiliki pengetahuan dan sebagai survivor bencana tsunami tahun 2004.
kemampuan dalam memberikan pertolongan
kesehatan pada fase tersebut sangat “Kalau bencana tsunami kayak kemarin tu
dibutuhkan sebagai first responder, tetapi blong, kosong fikiran. Kita nggak bisa mikir.
kondisi yang kacau dan serba kekurangan Saya sendiri kemarin hari kedua kosong
membuat tidak sedikit perawat yang tidak siap fikiran kita, kita nggak tahu arah kemana
secara mental yang berdampak pada lagi.” (P3)
ketidakmampuan dalam memberikan
pertolongan. Penelitian ini penting dilakukan “Saya kan nggak tahu lagi ini kayak mana,
untuk mengetahui secara mendalam dan kayak mana keadaannya. Dan pun saya
komprehensif bagaimana fenomena perawat
1 Jurnal Kesehatan “Wiraraja
itu ngga jelas, di sekolah-sekolah karena puskesmas Lhoong tersebut merupakan salah
ngga rumah ngga ada lagi ya”. (P4) satu alasan mereka memberikan pertolongan.
Rasa tanggung jawab sebagai seorang perawat
Sifat heroik lainnya yang menguatkan sub merupakan salah satu alasan mereka
tema ini adalah apa yang mereka lakukan memberikan pertolongan.
adalah dari dalam diri mereka sendiri, keinginan
mereka sendiri. “Kebetulan juga pekerjaan saya sebagai
perawat, habis tu kita tengok, kita dah
“Kalau nanti dibilang, Apa terpaksa? Nggak ngalamin, jadi orang butuh bantuan kita yaa,
mungkin terpaksa karena, orang tu lah seikhlas hati lah, pokoknya usahakan.” (P2)
tergeletak di situ. Yang bisa kerja cuman
saya sama si M. Nggak tahu, nggak bisa “ya saya kasih pertolongan sesuai dengan
nolak. Sebab kita nolak pun, kita kan sehat. ilmu apa yang saya bisa, apa yang saya bisa
Untuk apa kita nolak?” (P3) saya bantu, saya bantu”. (P3)
Tema Bertahan Dalam Kondisi Krisis “Kita punya nurani untuk melakukan dan
Tema bertahan dalam kondisi kritis ini punya skill di bidang itu, tinggal jalanin aja”.
menggambarkan bahwa sebagai korban, (P5)
memberikan pertolongan kesehatan fase
tanggap darurat juga merupakan bentuk koping Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
adaptif perawat untuk bisa bertahan dalam sebagai perawat yang memiliki pengetahuan
kondisi krisis. dan keterampilan untuk memberikan
pertolongan kesehatan dan mereka merasa
“Cuman yang jadi beban itu belum tau memiliki tanggung jawab lebih besar di saat
keadaan keluarga di Banda Aceh. Ee jadi itu.Alasan lainnya adalah rasa kemanusiaan di
dengan saya mungkin sibuk kasih dalam diri perawat tersebut
pelayanan, dengan pelayanan kayak gitu,
teralihkan beban fikiran itu.” (P3) “Memang jiwa kitaa, maunya harus nolong
itu”. (P1)
“Udah kami bilang kan gak usah ikut, tapi dia
mungkin untuk menghilangkan stresnya.” “Walaupun kita sebagai korban. gimana lagi
(P1) kalau kita nggak menolong, siapa lagi yang
menolong. Walaupun sangat berat”. (P4)
Tema Rasa Tanggung Jawab Perawat
Tema ini menunjukkan bahwa rasa Pernyataan di atas menjelaskan bahwa
tanggung jawab dalam diri seorang perawat keinginan menolong berasal dari dalam diri
memutuskan untuk memberikan pertolongan mereka sendiri karena rasa kemanusiaan
kesehatan pada korban bencana tsunami. mereka terhadap korban yang banyak
Tema ini terbentuk dari 4 sub tema yaitu membutuhkan pertolongan kesehatan.
tanggung jawab wilayah kerja, tanggung jawab
profesi, tanggung jawab sebagai manusia dan “Yang kakak rasakan, ikhlas memang
tanggung jawab agama. Tema dan sub tema ini memberikan pertolongan, ee, habis tu sedih
menjawab tujuan penelitian alasan perawat juga kan liat orang, ih sedih, kakak juga
memberikan pertolongan kesehatan fase ngalamin, karena kita sendiri yang ngalamin
tanggap darurat pada korban bencana tsunami kan”. (P2)
tahun 2004.
Pernyataan di atas menggambarkan
“Karena kita kan istilahnya kerja disini”. (P1) bahwa pertolongan kesehatan yang mereka
lakukan adalah perbuatan tanpa pamrih di
“yang membuat saya ingin membantu, kek dasari rasa empati sebagai sesama korban.
mana memang tu, kebetulan saya pun Sebagai korban yang secara fisik tidak terlalu
bertugas di puskesmas tersebut.” (P2) parah terdampak tsunami, perawat merasakan
berbuat baik adalah sebuah hal yang baik.
“Bisa, bisa karena saya kerja di sini”. (P4)
“Yang bisa masih berbuat lebih baik pada
Pernyataan di atas menunjukkan status saat orang lain membutuhkan di situ. Dan
mereka sebagai pegawai yg bekerja di pun sendiri masih mampu, jadi lakukan”. (P5)
1 Jurnal Kesehatan “Wiraraja
Keyakinan perawat terhadap Tuhan ini Dalam respon tanggap darurat perawat
juga merupakan alasan mereka memberikan tidak bekerja sebagai disiplin ilmu tunggal.
pertolongan kesehatan pada saat itu. Keberadaan SDM asli daerah sangat penting
untuk mempermudah koordinasi antar pihak
“Karena faktor kebetulan aja. Nanti kalau untuk keberhasilan respon tanggap darurat.
perut saya kemarin nggak, nggak kosong
mungkin saya nggak ke situ. Itu aja. Mungkin “Kebetulan camat kita orang Lhoong masa
Tuhan berkata lain, mungkin ya”. (P3) tu, orang sendiri, dia koordinasi kesana”.
(P2)
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
partisipan percaya bahwa apa yang mereka Di daerah yang jauh dari kota, seperti
lakukan pada saat itu adalah kehendak Tuhan. Lhoong dan Lhoknga, yang tidak memiliki
fasilitas rumah sakit, ketersediaan tenaga
“Motivasinya mungkin gini, e karena pada kesehatan setiap saat sangat penting.
saat panik, jadi kita kasih bantuan solusinya Kurangnya SDM merupakan hambatan dalam
kadang ya Allah bakal memperhatikan merespon bencana yang datang.
hambaNya”. (P5)
“Kita tenaga kurang, hmm, perawat, hhm, 9
Partisipan meyakini bahwa setiap kalo g salah, itu terus bukan orang lhoong
kebaikan yang dilakukannya akan mendapat semua”. (P1)
balasan kebaikan juga dari Tuhan
Hari kerja puskesmas yang menetapkan
Tema Ikatan Emosional Perawat Dan hari minggu adalah hari libur kerja, membuat
Wilayah perawat yang bukan orang asli daerah memilih
Tema ikatan emosional perawat dengan untuk pulang ke daerah asal.
wilayah menggambarkan bahwa keberadaan
perawat yang merupakan asli putra daerah dari Tema Reaksi Psikologis Perawat Setelah
daerah tersebut sangat berperan penting. Tema Fase Tanggap Darurat
ini terdiri dari 3 sub tema yaitu: ikatan Tema ini untuk menjawab tujuan
emosional terhadap daerah, SDM asli daerah penelitian tentang perasaan perawat setelah
memudahkan koordinasi, dan perawat tidak memberikan pertolongan kesehatan fase
semua siaga di situs. Tema ini menjawab tanggap darurat pada korban bencana tsunami
tujuan penelitian tentang alasan perawat tahun 2004. Tema evaluasi diri perawat terdiri
memberikan pertolongan kesehatan fase dari 2 sub tema, yaitu kepuasan diri perawat
tanggap darurat pada korban bencana tsunami dan kekecewaan perawat.
tahun 2004.
“Dan dengan ada kasih kayak gitu, sampe
“Saya kasihan sama orang, karena saya sekarang ini saya merasa puas, maksudnya
sebagai putra daerah kalau saya nggak mau saya, bisa kasih ee bantuan ke mereka
menolong, siapa lagi yang mau datang ke walaupun ya tidak sesuai dengan yang
sini”. (P4) mereka harapkan”. (P5)
Partisipan menganggap dalam kondisi Pernyataan partisipan di atas
tanggap darurat saat itu tidak ada lagi yang menggambarkan bahwa sampai saat ini
akan datang ketempat mereka yang terisolir mereka merasa puas terhadap apa yang telah
untuk menolong. Lahir, besar, dan mencari mereka lakukan pada saat itu.Kepuasan yang
nafkah disana membuat partisipan juga dikatakan partisipan sebelumnya tidaklah
menganggap bahwa orang satu daerah sana mutlak, karena perawat juga merasakan
adalah sebuah keluarga besar yang harus kekecewaannya pada fase tanggap darurat
saling membantu dalam keadaan apapun. tersebut.
“Yang pertama itulah, karena nggak ada “Malahan banyak kita korban disini mungkin
orang lain yang masuk kemari, kita kasihan di hari pertama, mungkin dia masih selamat.
keluarga kita semua, orang Lhoong keluarga Tapi karena dengan orang trauma semua
semua. Walaupun bukan milik kita, tapi lari, jadikan ditinggal, itu banyak di hari
keluarga besar kita, orang Lhoong”. (P4)
Jurnal Kesehatan “Wiraraja 1
pertama tu, kalo seandainya kita mau evak “Hanya sekilas aja dan gambaran tentang
banyak yang selamat”. (P1) alur pekerjaan yang bakal kita laksanakan
pada saat ada bencana itu aja”. (P5)
“Nanti kebetulan mayat yang dibawa kadang
masih iduup, tapi kita g bisa bantu lebih, “Pelatihan dah ada, skill kita dah dapat, hmm
oksigen pun g ada, jadi nanti meninggal”. lama-lama kan lupa, tapi perlu ini lagi, ee
(P2) apa namanya, direspon ulang balek, kayak
gitu biar charge kyak gitu, di charge balek
Tema Perawat Ingin Meningkatkan kan, haa perlu itu”. (P2)
Pengetahuan Dan Keterampilan Dalam
Penanganan Bencana Pernyataan di atas menunjukkah bahwa
Tema ini untuk menjawab tujuan selama 11 tahun tidak banyak pelatihan yang
penelitian tentang kesiapan perawat saat ini diberikan pihak terkait untuk meningkatkan
dalam dalam merespon bencana. Tema ini pengetahuan dan keterampilan perawat untuk
terdiri dari 2 sub tema yaitu: perawat masih merespon bencana.
belum siap dan tidak ada pelatihan
berkelanjutan. PEMBAHASAN
11 tahun setelah bencana tsunami tahun Setiap manusia akan bereaksi terhadap
2004, harapannya adalah Indonesia khususnya apa yang dirasakannya. Kejadian bencana
daerah terdampak telah bangkit dan telah siap tsunami yang sangat dahsyat pada tahun 2004
dengan memiliki tim siaga bencana yang pasti meninggalkan sebuah dampak yang hebat
berkompeten. Kenyataan di lapangan banyak bagi yang berhasil selamat. Secor-Turner dan
partisipan yang merasa mereka belum siap O’boyle (2006), mengatakan bahwa masalah
sepenuhnya jika bencana tsunami tahun 2004 psikologis seperti kehilangan dan stress tinggi
terulang kembali. Berikut pernyataan partisipan sering terjadi pada first responder pada fase
tentang ketidaksiapan mereka. akut tanggap darurat.
Orang-orang yang selamat dari sebuah
“Kalau kejadiannya siang kita mungkin siap, bencana besar akan mengalami bermacam-
tapi kalau kejadiannya malam, itu kewalahan macam gangguan psikologis yang merupakan
kita”. (P4) reaksi psikologis. P4 mengatakan dirinya
mengalami kebingungan dan kehilangan akal
“Mungkin dari segi tenaganya kita bilang, sesaat setelah bencana tsunami melanda saat
siap kali mungkin gak siap juga ya kan, dah dirinya melihat ke sekelilingnya. Reaksi orang-
lumayan siap lah”. (P1) orang yang selamat dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu reaksi emosional, reaksi fisik, reaksi
Pernyataan partisipan di atas pemikiran, dan reaksi perilaku (Zailani et al,
menunjukkan bahwa mereka secara umum 2009). Perasaan kebingungan dan kehilangan
merasa belum siap sepenuhnya. Partisipan akal yang dialami oleh partisipan merupakan
sebagai perawat senior juga merasa junior- reaksi dalam kelompok reaksi emosional.
juniornya lebih tidak siap lagi untuk menjadi first Reaksi awal terhadap kematian orang yang
responder fase tanggap darurat. disayangi pada tahap ini meliputi shock atau
kaget dan mengalami perasaan tidak percaya.
“Kedua, ee mereka harus diupgrade. Mereka Seseorang yang ditinggalakan akan merasa
kalau kita biarkan tanpa kita dampingi, mati rasa, bingung, merasa kosong, hampa,
mereka nggak tahu mau kerja apa, dan mengalami disorientasi atau tidak dapat
sementara orang rame”. (P5) menentukan arah (Fitria, et al, 2013)..
Sejak sesaat setelah terjadinya bencana
Memiliki tim siaga bencana yang hingga beberapa hari, akan ada peningkatan
kompeten tidaklah mungkin tanpa dibarengi respon individu terhadap stimulus yang ada
dengan adanya pelatihan yang berkelannjutan. sehingga munculnya tindakan-tindakan heroik.
Partisipan merasa pelatihan yang diberikan Hammad et al (2012), mengatakan bahwa
pihak terkait masih sangat kurang. perawat akan memiliki keinginan untuk
menolong dan merespon pada saat terjadinya
“Hm, ada, tapii.... cem mana bilang ya, ada suatu bencana.
ada setahun sekali, Cuma bergilir”. (P1) Reaksi spontan partisipan yang
memberikan pertolongan kesehatan tanpa
komando dan koordinasi merupakan salah satu
1 Jurnal Kesehatan “Wiraraja
Husna, C. (2010). Perceived clinical skill for out. Journal of Emergency Nursing. 28
tsunami care and its related factors (6): 496-504
among nurses in Banda Aceh Indonesia. Nugroho, A. (2011). Penerapan Sila Ke-3
Thesis unpublished. Prince of Songkla Dalam Kehidupan Gotong Royong Dan
University Thailand. Kekeluargaan Di Desa Pule. Yogyakarta:
Jensen, M. L., Lippert, F., Hesselfeldt, R., STMIK Amikom
Rasmussen, M. B., Mogensen, S. S., Seaward, B.L. (2006). Managing stress,
Jensen, M. K. (2008). The significance of principles, and strategies for health and
clinical experience on learning outcome well being. Jones and Barlett Publisher.
from resuscitacion training: a randomized Canada
controlled study. Resuscitation. 80, 238- Secor-Turner, M & O’Boyle, C. (2006). Nurses
243. and emergency disasters: What is known.
Johnstone, M.J. & Turale, S.(2011). Nurses’ American Journals of Infection Controls.
experiences of ethical preparedness for Vol 34 No 7
catastrophic public health emergencies Tippins, E. (2005). How emergency nurses
and health care disasters, a systematic identify and respond to critical ilness.
review of qualitative evidence. Australian Emergency Nursing Journal 8.
Kulig, J. C., Edge, D., & Smolenski, S. (2014). 85-120
Wildfire disasters: Implications for rural Van Dijk, W.W., & Zeelenberg. M, (2002).
nurses. Australasian Emergency Nursing Investigating the appraisal patterns of
Journal. 17, 126—134 regret and disappointment. Motivation and
Ludigdo, U. (2012). Nilai-nilai luhur pancasila Emotion, 26, 321-331.
dalam mencegah terjadinya kecurangan. Watcharong, C., Chukpaiwong, B., &
Universitas Brawijaya Malang Mahaisavariya, B. (2005). Editorial:
Marhaeni, A.A.I.N. (2007). Pembelajaran orthopaedic trauma following tsunami:
inovatif dan asesmen otentik dalam experience from Pang Nga, Thailand.
rangka menciptakan pembelajaran yang Journal of Orthopaedic Surgery, 13(1), 1-
efektif dan produktif. Universitas 2.
Pendidikan Ganesha Singaraja Zailani., et al. (2009). Keperawatan bencana.
Moszczynski, A. B., & Haney, C. (2002). Stress
Banda Aceh: Forum Keperawatan
and coping of canadian rural nurses
caring for trauma patiens who transferred Bencana