You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349118443

MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU DALAM


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI KALIMAT EFEKTIF PADA
SURAT UNDANGAN (PROJECT BASED LEARNING MODEL ASSISTED WITH C....

Article · February 2021


DOI: 10.26499/metalingua.v18i2.612

CITATIONS READS

4 428

3 authors, including:

Toni Heryadi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
8 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KESALAHAN PENGANALISISAN KALIMAT PASIF DARI BAHASA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA View project

Jurnal Metalingua View project

All content following this page was uploaded by Toni Heryadi on 08 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA


KARTU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
MATERI KALIMAT EFEKTIF PADA SURAT UNDANGAN

(PROJECT BASED LEARNING MODEL ASSISTED WITH CARD


MEDIA IN INDONESIAN LANGUAGE LEARNING OF EFFECTIVE
SENTENCES ON INVITATIONS)

Wahyu Bagja Sulfemi


STKIP Muhammadiyah Bogor
Jalan. Raya Leuwiliang No.106 Bogor
Ponsel: 081298977776
Pos-el: wahyubagja@gmail.com

Siswanto
Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung
Pos-el: namaku_siswanto@ymail.com

Toni Heryadi
Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung
Pos-el: toniheryadi7@gmail.com

Anggun Nurfitria Soleh


SDIT Mutiara Islam. Depok
Jalan Melati Raya No. 129. Depok Jaya, Pancoranmas, Depok
Pos-el: ummu123dzaki@gmail.com

Abstract
This paper on classroom action research aims at increasing motivation, interest, and
Indonesian learning outcomes of seventeen 5th-graders of SDIT Mutiara Islam. This
paper was motivated by the students’ low score on Indonesian learning which was on
an average of 60 and only 3 students (17.6%) had completed the learning. In the first
cycle of learning improvement the average score of the students was 66 points. In the
second cycle of learning improvement the students’ average score managed to reach
82 points. There were 15 (88.2%) students who had completed the learning. It is
concluded that the use of Project Based Learning models can improve the students’
learning outcomes, motivation, and interest. The use of card media can increase the
students’ interest in learning activities.
Keywords: Project-Based Learning, card media, Indonesian language

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi, minat, dan
hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Mutiara Islam
dengan jumlah peserta didik 17 orang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya
hasil belajar peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia yang hanya mencapai
rata-rata 60 dan hanya tiga orang (17,6 %) yang tuntas dalam pembelajaran. Pada
perbaikan pembelajaran siklus pertama nilai rata-rata peserta didik mencapai 66.
Pada perbaikan pembelajaran siklus kedua nilai rata-rata peserta didik mengalami

271
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

perubahan yang memadai, yaitu 82. Peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 15
orang (88,2%). Disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based
Learning mampu meningkatkan hasil belajar motivasi, dan minat peserta didik.
Penggunaan media kartu dapat meningkatkan minat peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Kata Kunci: Project Based Learning, media kartu, bahasa Indonesia

1. Pendahuluan 2017). Dalam pembelajaran ini peserta didik


diharuskan mencapai Kriteria Ketuntasan
Tujuan pendidikan di Indonesia terdapat
Minimum (KKM). Artinya, peserta didik harus
pada UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3 dan Ayat 5,
memahami mata pelajaran Bahasa Indonesia
serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
dan mendapatkan nilai sesuai atau melebihi
UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3 menyebutkan bahwa
KKM karena KKM dijadikan sebagai tolak ukur
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
keberhasilan peserta didik dalam menerima
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
pembelajaran di sekolah. Dengan demikian,
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
pembelajaran bahasa Indonesia dalam kehidupan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
sehari-hari sangat memegang peranan penting.
yang diatur dengan undang-undang. Artinya,
Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran
dalam hal ini tanggung jawab pendidikan
bahasa Indonesia menjadi tidak menarik dan
nasional ada di tangan pemerintah dengan tujuan
menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta
pening-katan keimanan, ketakwaan, dan akhlak didik (Sulfemi, 2020).
mulia untuk mencerdaskan kehidupan manusia. Rendahnya hasil belajar pada pelajaran
Selanjutnya, dalam Ayat 5 disebutkan pula bahwa Bahasa Indonesia sesuai dengan penelitian yang
pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan dilakukan oleh Nikmah (2017) dari Universitas
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai Muria Kudus, yaitu “Keterampilan Menulis
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan Surat Undangan di Kelas V SD Tuwang 1
peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Demak”. Dalam penelitian tersebut terdapat fakta
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adanya masalah terkait keaktifan peserta didik
tentang Tujuan Pendidikan Nasional disebutkan dan keterampilan menulis dalam pembelajaran
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk yang berefek terhadap kurangnya kemampuan
mengembangkan kemampuan dan membentuk memahami materi. Begitu pula penelitian yang
watak serta peradaban bangsa (Sulfemi & dilakukan oleh Isthifa & Fitriani (2014) mengenai
Yasita, 2020). “Kemampuan Menulis Surat Undangan Siswa
Adapun tujuan pembelajaran Bahasa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mesjid
Indonesia menurut BSNP (2006) adalah untuk Rayai Banda Aceh” dalam jurnal Tunas Bangsa
mengembangkan kemampuan berbahasa mengungkapkan pentingnya peserta didik
Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, mempunyai kemampuan teknik penulisan dan
dan minatnya. Dari penjelasan tersebut dapat keterampilan menulis surat undangan. Hal itu
dirumuskan bahwa pembelajaran Bahasa disebabkan saat ini kemampuan teknik penulisan
Indonesia sangat penting sebagai penunjang dan keterampilan menulis peserta didik belum
keilmuan dalam arti untuk mempelajari ilmu- memuaskan dan belum mencapai target yang
ilmu lain dan kesusastraan bahasa Indonesia maksimal.
itu sendiri. Di sekolah dasar pelajaran Bahasa Penelitian yang dilakukan oleh Murtono,
Indonesia juga menjadi salah satu mata pelajaran Yuni & Ratnasari, Ika Oktavianti (2012) dengan
yang diujikan secara nasional. Dengan demikian, judul “Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki SD Kelas V di Kudus dengan Menerapkan
peran yang sangat penting dalam peningkatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
pendidikan, baik bagi perorangan, masyarakat, Throwing”. Dalam penelitiannya disampaikan
maupun bangsa dan negara. bahwa hasil nilai rata-rata ulangan harian kelas
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran V adalah 58. Kondisi ini jauh di bawah rata-
yang resmi di negara Indonesia (Halijah, rata yang ditargetkan oleh SKM, yaitu 65.
272
Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

Selanjutnya, penelitian Harjono (2012) yang sumber daya manusia berkualitas. Dalam hal
berjudul “Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif Mata ini guru melaksanakan tugasnya baik sebagai
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar” perencana pengajaran, sebagai pelaksana
diperoleh nilai tertinggi hanya 63, sedangkan nilai maupun sebagai evaluator pengajaran, bahkan
terendah adalah 43. Pencapaian nilai rata-rata guru diharapkan memodifikasi rancangan dan
dari keseluruhan SD adalah 52,81. Pencapaian pelaksanaan pengajaran, berperan aktif, serta
nilai ini masih jauh dari standar nilai sertifikasi menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
guru, yakni ≥ 85. profesional yang sesuai dengan tuntutan
Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa masyarakat yang semakin berkembang untuk
Indonesia kelas V di SDIT Mutiara Islam meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai
dengan materi penggunaan kalimat efektif dengan harapan (Sulfemi & Kamalia, 2020).
dalam surat undangan, peneliti mengajar Pembelajaran dalam prosesnya akan
dengan menggunakan metode ceramah. Saat melibatkan berbagai komponen, antara lain:
pembelajaran peserta didik mendengarkan dan (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi
guru menjelaskan materi dengan lancar. Akan pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media
tetapi, ketika diberikan soal tes formatif dengan pembelajaran, dan (6) penunjang. Komponen
format 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai, utama dalam sistem pembelajaran adalah subjek
nilai peserta didik rata-rata di bawah KKM. belajar karena berperan sebagai subjek sekaligus
KKM pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di objek. Subjek belajar dalam hal ini adalah peserta
SDIT Mutiara Islam adalah 75, sedangkan KKM didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat
rata-rata yang didapat dari kelas tersebut adalah yang berusaha mengembangkan potensi diri
60. melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
Jumlah peserta didik di kelas V ada 17 jalur pendidikan formal maupun nonformal pada
orang. Peserta didik yang tuntas 3 orang atau jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam
17,6 % dan peserta didik yang tidak tuntas 14 proses pembelajaran, peserta didik tidak dapat
orang atau 82,3 %. Hasil pengamatan guru belajar sendiri tanpa peran guru. (Setiyawan &
untuk melihat hasil motivasi dan minat belajar Tri, 2018; Palettei & Sulfemi, 2019).
peserta didik melalui tanya tanyab diperoleh Media pembelajaran yang digunakan oleh
hanya 4 orang atau 23,52 %, sedangkan peserta guru dalam proses pembelajaran memiliki
didik yang belum menjawab benar sebanyak andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak
13 orang atau 76,47 %. Berdasarkan hasil tes dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi.
formatif dan pengamatan tersebut terlihat bahwa Ketidakjelasan atau kerumitan materi
pembelajaran yang dilakukan dengan metode pembelajaran dapat diatasi dengan menghadirkan
ceramah belum mendukung pembelajaran media sebagai perantara (Putri, 2018). Bahkan
dengan baik sehingga peneliti ingin melakukan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili
kajian tentang penyebab rendahnya nilai kekurangan guru dalam mengomunikasikan
peserta didik pada pembelajaran tersebut dengan materi pelajaran. Akan tetapi, perlu diingat
metode alternatif yang lain. Selain itu, suasana bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila
pembelajaran berlangsung pada siang hari penggunaanya tidak sejalan dengan esensi
dengan kondisi penyejuk ruangan (AC) kelas tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Untuk
tidak berfungsi dengan baik dan posisi meja itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai
peserta didik pada saat itu saling berhadapan pangkal acuan untuk menggunakan media
(formasi berkelompok). Dalam kondisi demikian (Sulfemi, 2019)
peneliti merasa pembelajaran tidak berjalan Dengan kehadiran media pembelajaran,
dengan maksi-mal karena terdapat beberapa posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya
peserta didik yang berdialog antarmereka. sumber belajar tetapi sebagai fasilitator. Guru
Selanjutnya, rendahnya hasil belajar tersebut bukan menjadi satu-satunya sumber belajar
disebabkan oleh banyak fktor, terutama faktor guru bagi peserta didik melainkan pembelajaran
dan peserta didik. Guru sebagai komponen penting berpusat pada peserta didik. Untuk memperbaiki
dalam proses belajar mengajar mempunyai peran pembelajaran peneliti mencoba menggunakan
yang sangat strategis dalam usaha pembentukan model pembelajaran baru untuk meningkatkan
273
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

hasil belajar peserta didik dengan menggunakan siklus 2 terdapat 5 soal pilihan ganda dan 5 soal
model Project Based Learning, yaitu untuk isian dengan penilaian yang telah ditentukan.
meningkatkan motivasi peserta didik. Peserta Untuk mengisi lembar pengamatan dilakukan
didik akan tekun dan berusaha keras dalam penilaian dan diskusi dengan guru kelas tentang
mencapai projek dan merasa bahwa belajar kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan
dalam projek lebih menyenangkan daripada pembelajaran (Arikunto, 2007).
dalam komponen kurikulum yang lain. Rumus dalam menghitung hasil evaluasi
Metode yang digunakan dalam penelitian belajar peserta didik pada setiap siklus adalah
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). jumlah jawaban benar dibagi total skor dikalikan
Secara harfiah, penelitian PTK berasal dari 100. Selanjutnya, menentukan rentang nilai
bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Reseach (R) siklus dengan rumus R = nilai terbesar
yang berarti action reseach (penelitian dengan dikurangi nilai terkecil. Tahap berikutnya adalah
tindakan atau intervensi tertentu) yang dilakukan menentukan banyak kelas interval (B) dengan
di kelas. Model PTK yang digunakan adalah rumus B = 1+3,3 logsn. Tahap terakhir adalah
model Elliot. Model ini mensyaratkan bahwa menentukan panjang dari interval kelas dengan
kegiatan penelitian tindakan dilakukan melalui menggunakan rumus P = Rentang Nilai dibagi
tahapan-tahapan penelitian, yakni perencanaan Banyak Kelas. (Putri, 2018; Prihatiningsih. dkk,
umum, implementasi, monitoring implementasi, 2018; Wardani, 2014)
efek, penjelasan kegagalan, dan rancangan ulang
(Sulfemi & Mayasari, 2019).
2. Kerangka Teori
Subjek dari penelitian ini adalah peserta
didik kelas V SDIT Mutiara Islam yang berjumlah 2.1 Hasil Belajar Bahasa Indonesia
17 orang yang terdiri atas 8 orang laki-laki dan Menurut Jihad (2013:14), menyampaikan
9 orang peserta didik perempuan. Sekolah ini hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari
beralamat di Jalan Melati Raya Nomor 129, suatu sistem pemprosesan ma-sukan (input).
Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Menurut Anitah (2019:27), hasil belajar peserta
Kota Depok, dengan NPSN 20253357 SDIT dan didik juga sangat dipengaruhi oleh beberapa
terakreditasi B. faktor. Pertama, faktor dari dalam diri peserta
Analisis data diawali dengan penelaahan didik, yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha,
data, pengelompokkan data, penulisan yang motivasi, kelemahan, kesehatan, dan kebiasaan
sistematis, penafsiran data, dan terakhir peserta didik. Kedua, faktor lingkungan fisik
verifikasi data. Selanjutnya, data dikumpulkan dan nonfisik, termasuk suasana kelas dalam
untuk dianalisis secara deskriptif dengan belajar, seperti riang gembira, menyenangkan,
menggunakan teknik persentase agar terlihat lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga,
secara signifikan hasil pembelajaran Bahasa program sekolah pelaksana pembelajaran, dan
Indonesia. Pelaksanaan penelitian dilakukan teman sekolah.
dengan dua siklus perbaikan. Pada proses Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan dasar pada hakikatnya adalah suatu usaha
beberapa tahapan, yaitu (1) melakukan perencanaan dalam mewujudkan tujuan mata pelajaran
kegiatan pembelajaran; (2) melaksanakan Bahasa Indonesia yang ada dalam kurikulum
pembelajaran; (3) mela-kukan pengamatan dalam pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
proses KBM; dan (4) melakukan refleksi dari peserta didik sekolah dasar mulai dari kelas I
hasil KBM. (Sulfemi & Yuliana, 2019; Irmawati, sampai kelas VI. Ruang lingkup mata pelajaran
2019) Bahasa Indonesia menurut kurikulum meliputi
Data yang terkumpul dari hasil tes tertulis komponen berbahasa dan kemampuan bersastra.
dianalisis pada setiap siklus dengan cara sebagai Pembelajaran Bahasa Indonesia di
berikut: (1) pada prasiklus terdapat 5 soal pilhan sekolah dasar dimaksudkan agar peserta didik
ganda dan 5 soal isian dengan penilaian yang tidak hanya mempelajari bahasa Indonesia
telah ditentukan; (2) pada siklus 1 terdapat dalam lingkup teori semata, tetapi peserta
5 soal pilihan ganda dan 10 soal isian dengan didik dapat menggunakan kemampuannya
poin penilaian yang telah ditentukan; (3) pada secara fungsional, otentik, dan utuh dalam
274
Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

berkomunikasi (Resmini, 2009:28). Lebih lanjut konsep utama suatu disiplin, dalam prosesnya
Djuanda (2014:4) mengemukakan bahwa ketika melibatkan peserta didik untuk memecahkan
pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung peserta masalah dan tugas penuh makna lainnya. Hal ini
didik harus dihadapkan pada kondisi pembelajaran mendorong peserta didik untuk bekerja mandiri
bahasa yang mirip dengan kondisi pada waktu membangun pembelajaran dan pada akhirnya
peserta didik menggunakan bahasa itu dalam menghasilkan karya nyata.
kehidupan sehari–hari. Bahasa harus dilihat Daryanto (2014:42) memyampaikan bahwa
sebagai suatu totalitas yang melibatkan peserta kelebihan dari pembelajaran berbasis projek
didik secara utuh bukan sekadar intelektual adalah (1) meningkatkan motivasi peserta didik;
semata. (2) menjadikan peserta didik tekun dan berusaha
keras dalam mencapai projek sehingga lebih
2.2 Model Pembelajaran Project Based menyenangkan daripada komponen kurikulum
yang lain; (3) meningkatkan kemampuan
Learning
memecahkan masalah; (4) meningkatkan
Menurut Alimah & Marianti (2016: kolaborasi antarkelompok; 5) meningkatkan
13), model pembelajaran merupakan cara keterampilan mengelola sumber belajar;
pembelajaran yang memiliki tujuan dan sintaksis (6) menyediakan pengalaman belajar yang
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. melibatkan peserta didik berkembang sesuai
Sementara itu, Maulana (2011:86) menyampaikan dengan dunia nyata; dan (7) membuat suasana
model pembelajaran sebagai pola interaksi belajar menjadi menyenangkan sehingga
peserta didik dengan guru di dalam kelas yang peserta didik dan pendidik menikmati proses
menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan pembelajaran.
teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
2.3 Pengertian Media Pembelajaran
Model pembelajaran berbasis projek
(project based learning) adalah pembelajaran Kartu
inovatif yang berpusat pada peserta didik Iswidayati (2010:2) menyatakan bahwa
(student centered) dan menetapkan guru sebagai media pembelajaran adalah teknologi pembawa
motivator dan fasilitator sehingga peserta pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
didik diberi peluang bekerja secara otonom pem-belajaran dan mempengaruhi efektivitas
mengonstruksi belajarnya (Aqib, 2013:66). pembelajaran. Media kartu merupakan media
Menurut Afriana (2015) pembelajaran berbasis grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar,
projek merupakan model pembelajaran yang dan simbol tertentu. Sebagai media pembelajaran
berpusat pada peserta didik dalam memberikan kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan
pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta model.
didik. Pengalaman belajar peserta didik dan Media kartu merupakan media visual diam
konsep dibangun berdasarkan produk yang yang tidak diprojeksikan. Menurut Uno &
dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis Lamatenggo (2010:131), berbagai media yang
projek. tidak diprojeksikan seperti gambar, poster, chart,
Menurut Lindawati (2013:43), Project Based atau lainnya yang akan digunakan dalam proses
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran pembelajaran kadang kala membutuhkan tempat
yang membenturkan peserta didik pada untuk memamerkan atau memajang.
masalah-masalah praktis melalui stimulus Menurut Indriana (2011:69), media kartu
dalam belajar. Peranan guru sangat penting memiliki beberapa kelebihan, yaitu (1) mudah
dalam memberikan stimulus-stimulus agar dibawa ke mana-mana; (2) praktis dalam membuat
peserta didik dapat melakukan pembelajaran dan menggunakannya sehingga kapan pun anak
secara mandiri, menemukan pemahamannya didik dapat belajar dengan baik menggunakan
sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya media ini; (3) mudah diingat, karena kartu ini
secara kolaboratif. Lebih lanjut Sari (2015:4) bergambar yang sangat menarik perhatian; dan
mengatakan Project Based Learning adalah (4) menyenangkan sebagai media pembelajaran,
pendekatan yang berpusat pada prinsip dalam bahkan dapat digunakan dalam permainan.
275
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

2.4 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas dan membuat lembar kerja untuk siswa, dan
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian (g) membuat dan menyusun evaluasi belajar.
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan. Tahap
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan ini dipilah menjadi kegiatan awal, inti, dan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga akhir atau penutup. Kegiatan awal dilaksanakan
dengan tahapan (a) guru memberikan salam
hasil belajar peserta didik meningkat. Karakter
pada siswa serta mengajak siswa untuk
penelitian tindakan kelas, yaitu (1) adanya masalah
berdoa, (b) melakukan presensi peserta didik,
dalam PTK yang diawali dengan kesadaran guru
(c) memberikan motivasi dengan melakukan
bahwa praktik mengajar yang dilakukannya selama
tepuk fokus dan menyayikan lagu “Halo-Halo
ini di kelas belum maksimal dalam mengajar dan
Bandung,” (d) menyampaikan tujuan dalam
(2) guru merasa ada hal yang harus diperbaiki
pembelajaran, dan (e) melakukan tanya jawab.
dalam praktek mengajar selama ini (Wardani,
Selanjutnya, pembelajaran inti dilakukan
2014:16—17).
dengan tahapan (a) guru menjelaskan materi
Penelitian tindakan kelas adalah sebuah
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
penelitian yang dilakukan oleh pendidik di materi Penulisan Kalimat Efektif dalam Surat
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, Undangan, (b) peserta didik diperintahkan
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan untuk memerhatikan teks surat, (c) peserta didik
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan dipersilakan menanyakan jika belum memahami
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai tenaga meteri, dan (d) tanya jawab antara guru dan
pendidik sehingga hasil belajar peserta didiknya peserta didik. Kegiatan terakhir adalah kegiatan
dapat meningkat (Kunandar, 2011:45). Iskandar penutup yang dilakukan dengan tahapan (a)
(2009:21) menambahkan bahwa penelitian siswa dipersilakan bertanya mengenai materi
tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian yang belum diketahui, (b) guru bersama siswa
ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, menyimpulkan materi, (c) siswa diminta untuk
dan empiris reflektif terhadap suatu tindakan yang mengerjakan lembar kerja, (d) guru memberikan
dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti. nilai hasil evaluasi, (e) guru memberikan
dan menyampaikan umpan balik, (f) guru
3. Hasil dan Pembahasan memberikan motivasi dan penguatan materi
serta menutup pembelajaran.
Penelitian ini diawali dengan tahap Berdasarkan hasil pengamatan saat prasiklus
prasiklus dan kemudian dilanjutkan dengan diperoleh jumlah keseluruhan sebesar 1024, rata-
tahap perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan rata kelas 60, nilai tertinggi 84, dan nilai terendah
siklus 2 dengan waktu 3 x 35 menit atau 3 jam 40. Hasil belajar ini masih di bawah KKM yang
pembelajaran. Selama proses pembelajaran dan ditetapkan, yaitu 75. Peserta didik yang tuntas
perbaikan pembelajaran peneliti didampingi wali hanya 3 orang atau 17,6 % 14 orang atau 82,3%
kelas dan kepala sekolah di SDIT Mutiara Islam, mendapat nilai di bawah KKM.
untuk mengamati kelemahan dan kekuatan guru Berdasarkan data, hasil perhitungan interval
dalam melakukan proses pembelajaran. nilai hasil belajar pada prasiklus berada pada
Proses pembelajaran prasiklus dilaksanakan rentang kelas 44. Banyak kelas interval adalah
pada hari Rabu, 29 Januari 2020 dengan 49,6 dibulatkan menjadi 5, dan panjang kelas
menggunakan metode ceramah, buku pegangan interval 8,8 dibulatkan menjadi 9. Berdasarkan
siswa dan guru, LKS, serta media papan tulis. data, hasil perhitungan interval kelas yang
Berikut ini kegiatan pembelajaran prasiklus. berada di rentang nilai 77—85 terdapat 2 orang
Tahap pertama melakukan perencanaan dengan (11,76%), di rentang nilai 68—76 terdapat 4
rincian kegiatan, yaitu (a) membuat rencana orang (23,53%), di rentang nilai 59—67 terdapat
pembelajaran, (b) mencari indikator sekaligus 3 orang (17,65%), di rentang nilai 50—58
tujuan dalam pembelajaran, (c) membuat dan terdapat 4 orang (23,53%), di rentang nilai
menentukan langkah-langkah dalam proses KBM, 40—49 terdapat 4 orang (23,53%), Berikut hasil
(d) menentukan materi, (e) mencari, menentukan, perhitungan interval kelas yang disajikan dalam
dan membuat alat atau media, (f) menyiapkan bentuk grafik frekuensi hasil belajar prasiklus.
276
Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

Grafik 3.1 Distribusi Frekuensi Prasiklus materi yang disajikan guru (Sulfemi, 2019).
Setelah dilaksanakan pembelajaran
prasiklus, nilai rata-rata peserta didik berada
di bawah KKM. Oleh karena itu, dilakukan
perbaikan pembelajaran siklus 1 yang
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 31 Januari
2020. Metode yang digunakan adalah metode
visual dan demonstrasi. Tahapan perencanan
pembelajaran serta pelaksanaan pendahuluan
dan kegiatan akhir hampir sama dengan pada
saat prasiklus, tetapi perbedaan pada saat
pelaksanaan kegiatan inti adalah tahapan sebagai
berikut: 1) guru mengeluarkan beberapa contoh
Berdasarkan Tabel 3.1, peserta didik surat undangan dan ditunjukan pada siswa; 2)
terbanyak berada di rentang nilai 50—58 dan siswa diminta mengamati satu persatu surat
rentang nilai 40—49. Dengan demikian, hasil undangan tersebut; 3) beberapa siswa diminta
pembelajaran pada prasiklus didominasi oleh untuk maju ke depan kelas untuk menjelaskan
nilai yang berada di bawah KKM. apakah kalimat yang ada pada surat undangan
Dari hasil pengamatan guru untuk itu sudah menggunakan kalimat efektif atau
melihat motivasi dan minat belajar pada saat belum, serta sesuai dengan EYD atau tidak; 4)
pembelajaran prasiklus terdapat 4 peserta didik guru mempersilakan siswa yang ingin bertanya
atau 23,52% yang dapat menjawab pertanyaan kepada temannya; 5) guru mengamati dan
yang diberikan oleh guru secara langsung, mencatat siswa yang aktif dalam pembelajaran;
sedangkan sebanyak 13 orang peserta didik dan 6) guru menjelaskan materi yang sudah
atau 76,47% belum dapat menjawab pertanyaan disiapkan dengan menggunakan salindia (power
yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, point).
hampir sebagian besar peserta didik tidak dapat Dalam pembelajaran siklus 1 didapatkan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. fakta bahwa hasil bahwa hasil belajar mengalami
Setelah pembelajaran prasiklus dilakukan, peningkatan rata-rata kelas dari 60 ke 66
dilaksanakan refleksi untuk membuat analisis, meskipun rata-rata tersebut masih di bawah
sintesis, interpretasi, atau penjelasan terhadap KKM. Dari 17 orang anak di kelas V SDIT
semua informasi yang diperoleh dalam proses Mutiara Islam yang tuntas atau mendapat nilai
pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, di atas KKM sebanyak 5 orang atau 29,41 %,
temuan tersebut didiskusikan untuk mengetahui sedangkan yang belum tuntas sebanyak 12 orang
persentase pelaksanaan prasiklus yang diperoleh. atau 70,58%. Jumlah nilai keseluruan berjumlah
Dari hasil temuan Prasiklus dapat diketahui 1127, nilai tertinggi dengan nilai 100 dan nilai
rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata terendah 36.
pelajaran Bahasa Indonesia materi Penulisan Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat
Kalimat Efektif dalam Surat Undangan. Masalah perhitungan interval, yaitu banyak kelas interval
ini harus segera ditindaklajuti agar pada 49.6 dibulatkan menjadi 5, dan panjang kelas
pembelajaran berikutnya hasil belajar, minat, interval 12.8 dibulatkan menjadi 13. Berdasarkan
dan motivasi peserta didik dapat ditingkatkan. data hasil perhitungan interval kelas peserta
Rendahnya hasil belajar ini tidak lepas didik yang berada di rentang nilai 89—102 ada 3
dari kekurangan metode ceramah, yaitu orang atau 17,65%, peserta didik yang berada di
(1) penguasaan materi oleh peserta terbatas rentang nilai 76—88 ada 2 orang atau 11,76%,
pada materi yang dikuasai oleh guru; (2) peserta didik yang berada di rentang nilai 63—
metode ceramah yang disajikan tanpa alat 75 pada 5 orang atau 29,41%, peserta didik
peraga mengakibatkan verbaisme; (3) ada yang berada di rentang nilai 50—62 ada 4 orang
kebosanan dan kejenuhan peserta didik; dan (4) atau 23.53%, dan peserta didik yang berada di
pembelajaran menjadi pasif karena peserta didik rentang nilai 36—49 ada 3 orang peserta didik
hanya berperan sebagai pendengar dan penonton atau 17,65%. Dengan demikian, dalam siklus 1
277
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

nilai mulai didominasi oleh peserta didik yang 2020. Metode yang digunakan pada siklus 2
berada di rentang 63—75, yaitu sejumlah 5 adalah dengan metode Pembelajaran Berbasis
orang atau 29,41%. Berikut hasil perhitungan Projek. Pada pembelajaran ini dibuat projek
interval kelas yang disajikan grafik frekuensi untuk menarik minat dan motivasi peserta didik
hasil belajar siklus 1. dalam belajar. Peserta didik diminta membuat
kartu undangan ulang tahun dan mengisinya
Grafik 3.2 Distribusi Frekuensi Siklus 1 dengan kalimat efektif untuk mengajak teman-
temannya hadir dalam acara ulang tahunnya.
Berikut ini kegiatan dalam pembelajaran pada
siklus 2: (1) guru menjelaskan ringkasan materi
tentang penggunaan kalimat efektif pada surat
undangan; (2) siswa diminta mengeluarkan dan
menyiapkan perlengkapan yang sudah dibawa
dari rumah; (3) guru memberikan penjelasan
tentang prosedur pelaksanaan dan batas waktu
pembuatan projek; (4) siswa mulai mengerjakan
pembuatan surat undangan ulang tahun; (5) guru
mengamati dan mencatat siswa yang aktif dalam
pembelajaran dalam lembar pengamatan; (6)
guru berkeliling melihat apakah ada siswa yang
Berdasarkan Grafik 3.2, pada pembelajaran memerlukan bantuan; (7) guru mengingatkan
siklus 1 nilai mulai didominasi oleh peserta didik batas waktu pengerjaan projek; dan (8) setelah
yang berada di rentang nilai 63—75 dengan waktu habis guru meminta siswa untuk
jumlah 5 orang atau 29,41%. Akan tetapi, hasil mengumpulkan projek.
ini belum mencapai kriteria hasil ketuntasan Untuk pelaksanaan kegiatan penutup,
minimal. dilakukan proses pembelajaran (1) guru melakukan
Untuk melihat motivasi dan minat belajar penilaian keterampilan siswa dalam membuat
guru melakukan pengamatan. Hasil pengamatan projek sesuai panduan rubrik yang sudah dibuat
guru pada saat pembelajaran siklus 1 didapati guru; (2) guru memberikan apresiasi untuk hasil
bahwa peserta didik yang sudah dapat menjawab projek siswa yang bagus, dengan tepuk Good
pertanyaan dengan benar sebanyak 7 orang atau Job; (3) guru melakukan tanya jawab singkat
41,17%, sedangkan peserta didik yang belum tentang pembelajaran; dan (4) siswa melakukan
mampu menjawab pertanyaan dengan benar refleksi atas kegiatan yang sudah dilakukan.
sebanyak 10 orang atau 58, 82%. Pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil
Hasil dari siklus 1 ini selajutnya diamati belajar yang cukup baik. Rata-rata nilai KKM
dan direfleksi dengan hasil sebagai berikut peserta didik sudah melampaui rata-rata KKM
(1) metode yang digunakan sudah cukup baik yang sudah ditetapkan, yaitu pada nilai 82 dari
dalam meningkatkan hasil belajar siswa; (2) 75 nilai KKM yang ditetapkan. Jumlah nilai
media belajar yang digunakan sudah cukup baik, keseluruhan 1.398, nilai tertinggi 100 didapat
namun salindia yang digunakan masih terlihat oleh 3 orang peserta didik dan nilai terendah
monoton; dan (3) masih terlihat ada beberapa dengan nilai 66 didapat oleh 2 peserta didik.
siswa mengobrol dan belum termotivasi untuk Peserta didik yang tuntas sebanyak 15 orang
aktif dalam kegiatan pembelajaran. atau (88,2 %) dan yang tidak tuntas sebanyak 2
Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus orang atau (11,7%).
1, ternyata nilai rata-rata peserta didik masih Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
ada yang berada di bawah KKM. Oleh karena perhitungan interval nilai hasil belajar pada
itu, peneliti dan teman sejawat berdiskusi untuk siklus 2 diperoleh rentang kelas 34. Banyak
melakukan pembelajaran siklus 2 dengan tujuan kelas interval ialah 49,6 dibulatkan menjadi 5
perbaikan pembelajaran dan perbaikan hasil dan panjang kelas interval ialah 6,8 dibulatkan
belajar peserta didik. menjadi 7. Berdasarkan hitungan interval dapat
Siklus 2 dilaksanakan Rabu, 18 Februari diketahui jumlah peserta didik yang berada di
278
Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

rentang nilai 95—100 ada 3 orang atau 17,65%, perolehan nilai ketuntasan belajar pada prasiklus,
peserta didik yang berada di rentang nilai 88— siklus 1, dan siklus 2 terus mengalami peningkatan.
94 ada 2 orang atau 11,76%, jumlah peserta Berikut rangkuman hasil belajar setiap siklus yang
didik yang berada di rentang nilai 81—87 ada disajikan dalam grafik dan tabel berikut ini.
4 orang atau 23,53%, jumlah peserta didik yang
berada di rentang nilai 74—80 ada 6 orang atau Grafik 3.4 Ketuntasan Belajar Peserta Didik
35,29%, dan jumlah peserta didik yang berada di Setiap Siklus
rentang nilai 66—73 ada 2 orang atau 11,76%.
Berikut grafik distribusi frekuensi hasil belajar
siklus 2.

Grafik 3.3 Distribusi Frekuensi Siklus 2

Grafik 3.4 menunjukan adanya peningkatan


hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya.
Pada prasiklus peserta didik yang tuntas hanya
3 orang (17,65), kemudian di siklus 1 menjadi
Berdasarkan grafik 3.3 peserta didik yang
5 orang (29,415), dan meningkat pada siklus
terbanyak berada pada rentang 74—80. Dengan
2 menjadi 15 orang peserta didik yang tuntas
demikian pembelajaran siklus 2 ini sudah
atau 88,2%, sedangkan untuk rangkuman hasil
didominasi oleh peserta didik yang berada di
rata-rata pembelajaran setiap siklus disampaikan
atas ketentuan minimal atau dalam katagori
dalam grafik berikut ini.
tuntas, sedangkan dari hasil pengamatan guru
pada saat pembelajaran siklus 2 terdapat 13 Grafik 3.5 Persentase Pembelajaran
peserta didik atau sebesar 76,47% yang dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
secara langsung dan sebanyak 4 peserta didik
atau 23,52% belum dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
Data tersebut kemudian dihitung persentase
hasil pengamatannya pada setiap siklus dan
dirangkum dalam bentuk tabel. Berikut adalah
hasil rangkumannya.

Tabel 3.1 Rangkuman Persentase Keberhasilan


Hasil Belajar Peserta Didik
Grafik 3.5 menunjukan terjadinya peningkatan
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
No Kriteria hasil belajar dari prasiklus dengan nilai rata-rata 60
Jmlh % Jmlh % Jmlh % kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 66.
1 Tuntas 3 17,6 5 29,41 15 88,2 Pada siklus 2 terjadi peningkatan yang cukup
Belum
besar dengan rata-rata 82.
2 14 82,3 12 70,58 2 11,7
Tuntas Berikut hasil rekap data pengamatan guru
3 Rata-Rata 60 66 82 terhadap peserta didik yang dapat menjawab dan
tidak menjawab pada Prasiklus, Siklus 1, dan
Dengan melihat Tabel 3.1, perbandingan Siklus 2 yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
279
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

Tabel 3.2 Persentase Hasil Pengamatan bahwa model pembelajaran berbasis projek
(project based learning) memberikan manfaat
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
No. Kriteria (1) meningkatkan motivasi peserta didik; (2)
Jmlh % Jmlh % Jmlh % meningkatkan kemampuan memecahkan masalah;
Dapat (3) meningkatkan kolaborasi; (4) meningkatkan
1 4 23,52 7 41,17 13 76,52
Menjawab keterampilan mengelola sumber; (5) meningkatkan
2
Tidak
Dapat 13 76,47 10 58,82 4 23,52
keterampilan peserta didik dalam mengelola
Menjawab sumber belajar; (6) menyediakan pengalaman
belajar yang melibatkan peserta didik berkembang
Tabel 3.2 menunjukkan perbandingan sesuai dengan dunia nyata; dan (7) membuat
perolehan motivasi dan minat belajar yang suasana belajar menjadi menyenangkan
dilakukan lewat tanya jawab dengan guru pada sehingga peserta didik dan pendidik menikmati
prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 terus mengalami proses pembelajaran. Pembelajaran ini dapat
peningkatan. Hal ini menunjukkan pemahaman mengembangkan kemampuan berkomunikasi
peserta didik terhadap pembelajaran meningkat siswa, baik lisan maupun tulis yang dapat
pula. digunakan dalam kehidupan sehari–hari siswa
Berikut adalah rangkuman pengamatan bukan sekadar mendapat teori semata, tetapi
proses belajar peserta didik pada setiap siklus mendapat keterampilan penggunaan kalimat
yang disajikan di dalam Grafik 3.6. efektif dalam surat undangan terutama pada
peserta didik kelas V di SDIT Mutiara Islam.
Grafik 3.6 Hasil Pengamatan Demikian pula penggunaan media kartu
seperti yang disampaikan Nayazik (2019),
Septiana (2019) dan Arsyad (20011:26) yang
menyatakan bahwa media pembelajaran kartu
memberikan kelebihan (1) dapat memperjelas
penyajian materi; (2) meningkatkan dan
mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
membangun motivasi belajar; (3) mempermudah
interaksi langsung antara guru dengan siswa;
dan (4) media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
Walaupun demikian, ada beberapa peserta
Grafik 3.6 menunjukan peserta didik yang didik yang tidak mengalami peningkatan hasil
mampu menjawab pertanyaan mengalami belajar dengan metode Project Based Learning
peningkatan dari prasiklus sebanyak 4 orang, (PjBL) berbantu media kartu ini. Penyebabnya
siklus 1 sebanyak 7 orang, dan terus meningkat cenderung karena peserta didik memiliki
pada siklus 2 sebanyak 12 orang, sedangkan kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
peserta didik yang tidak dapat menjawab terlihat informasi. Hasil ini sudah membuktikan
menurun dari 13 orang pada prasiklus, turun bahwa metode Project Based Learning pada
menjadi 10 orang pada siklus 1, dan turun lagi materi Penggunaan Kalimat Efektif pada Surat
pada siklus 2 menjadi sebanyak 4 orang. Undangan telah memberikan hasil belajar dan
Dari hasil siklus 2 sebagian besar peserta didik motivasi yang cukup baik untuk peserta didik.
mengalami peningkatan dalam hasil belajarnya. Peneliti dan penyelia 2 menganggap perbaikan
Dengan metode pembelajaran berbasis projek pembelajaran telah berhsil dilakukan karena
(Project Bases Learning / PjBL) peserta didik lebih nilai rata-rata peserta didik telah melampaui
termotivasi dalam belajar. Hal itu sesuai dengan KKM.
pendapat Suciani (2018) dan Rizkamariana
(2019) yang mmenyatakan bahwa kelebihan
4. Penutup
PjBL di antaranya adalah meningkatkan motivasi
dan meningkatkan kemampuan memecahkan 4.1 Simpulan
masalah. Daryanto (2014:42) menegaskan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan
280
Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

Kelas (PTK) melalui pembelajaran prasiklus, menjadi pengalaman belajar yang menyebabkan
dan perbaikan pembelajaran siklus 1 dan peserta didik dapat berkembang sesuai dengan
siklus 2 di kelas V SDIT Mutiara Islam pada dunia nyata dan membuat suasana belajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menjadi menyenangkan bagi peserta didik dan
materi Penggunaan Kalimat Efektif pada Surat pendidik dalam menikmati proses pembelajaran.
Undangan dapat disimpulkan (1) nilai rata-rata
peserta didik naik di setiap siklusnya, dari nilai 4.2 Saran
rata-rata prasiklus 60, meningkat menjadi 66 Berdasarkan beberapa simpulan yang telah
pada siklus 1, dan terus meningkat menjadi 82 disebutkan, ada beberapa saran dan tindak lanjut
pada siklus 2; (2) dari hasil pengamatan guru, yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam
motivasi dan minat peserta didik mengalami rangka meningkatkan hasil belajar peserta
peningkatan, yaitu pada prasiklus sebanyak 4 didik, antara lain (1) guru hendaknya mampu
orang, pada siklus 1 sebanyak 7 orang, dan terus memilih metode dan media yang tepat dalam
meningkat pada siklus 2 sebanyak 12 orang. pembelajaran sehingga hasil belajar peserta
peserta didik yang tidak dapat menjawab terlihat didik dapat diperoleh dengan maksimal; (2)
menurun, yaitu 13 orang pada prasiklus, turun guru hendaknya mampu membiasakan diri
menjadi 10 orang pada siklus 1, dan semakin dalam menganalisis hasil belajar peserta didik
menurun pada siklus 2 menjadi sebanyak 4 secara terus-menerus dan berkesinambungan;
orang; (3) penggunaan metode pembelajaran (3) kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini
berbasis projek mampu meningkatkan hasil merupakan bentuk peningkatan profesional
belajar dan motivasi peserta didik. Hal ini dapat guru sebagai tenaga pendidik; (4) hendaknya
terlihat dari hasil pembelajaran di setiap siklus; seorang guru sering melakukan penelitian dan
(4) penggunaan media kartu undangan dalam menghadiri kegiatan seminar dan pelatihan
pembelajaran dapat meningkatkan minat dan untuk meningkatkan kapasitas guru sebagai
motivasi hasil belajar. Selain itu, kegiatan itu tenaga pendidik.

Daftar Pustaka
Anitah W., Sri, et al. 2019. Strategi Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Afriana, Jaka. 2015. “Project Based Learning (PjBL)”. Makalah untuk Tugas Kuliah Pembelajaran IPA
Terpadu”. Bandung: Program Studi Pendidikan IPA Pasca-sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajan Kontekstual (Inovatif). Bandung:
CV Yrama Widya.
Alimah, S. dan Marianti, A. 2016. Jelajah Alam Sekitar: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode
Pembelajaran Biologi Berkarakter untuk Konservasi. Semarang: FMIPA UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad. 2011. Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
BSNP 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Djuanda, D. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung:
Pustaka Latifah.
Halijah. 2017. “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Indonesia dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Think Pair Share”. Jurnal Global Edukasi. Vol. I No. 3, hlm. 325—330.
http://jurnal. goretanpena.com/index.php/JGE.
281
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

Harjono, Nyoto. 2012. “Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5
Sekolah Dasar”. Seloka. Vol. 1 No. 1, hal. 17—28. https://journal. unnes.ac.id/sju/index.php/
seloka/article/view/117.
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.
Isthifa, K. dan Fitriani. 2014. “Kemampuan Menulisi Surat Undangan Siswa Kelas V D MIN Masjidi
Rayai Banda Aceh”. Jurnal Tunas Bangsa, Vol 1. No.1, hlm.15—29. https://ejournal. bbg.
ac.id/tunasbangsa/article/view/592/550.
Iswidayati, Sri. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran Seni Budaya. Semarang: UNNES.
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.
Irmawati, A. 2019. “Keefektifan Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Menulis
Puisi Naratif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dua Pitue Kabupaten Sidrap”. Totobuang.
Vol.7.No.1, hlm139—155. https://totobuang.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/totobuang/
article/view/113/90.
Jihad, Asep Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai pengembangan Profesi Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lindawati, F., Siska D. dan Maftukhin, A. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa MAN I Kebumen”. Jurnal Radiasi, Vol. 3,
(1). 42—45.
Maulana. 2011. Dasar-Dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Royyan Press.
Murtono, Yuni. & Ratnasari, Ika Oktavianti. 2012. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa SD Kelas 5
di Kudus dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing”.
Jurnal Sosial dan Budaya. Vol. 5, No. 2, hal. 36—43. DOI:  https://doi.org/10.26858/jkp.
v1i1.5041.
Nayazik, A., Suwignyo, J. dan Meidika, F. 2019. “Peningkatan Kemampuan Kognitif dalam
Mengurutkan Lambang Bilangan melalui Media Kartu Angka”. Scholaria: Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 9 (2), hal.160—171. Doi: https://doi.org/ 10.24246/j.js.2019.
v9.i2.p160—171
Nikmah, E. F. 2017. “Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Undangan melalui Model Quantun
Writing Berbantuan Media Puzzle Kelas VD SD Tuwang 1 Demak”. Thesis. Universitas
Muria Kudus. DOI: https://doi.org/10.24090/insania.v23i1.2005.
Palettei, Arsyad Djamaluddin, dan Sulfemi, W. Bagja. 2019. “Pengaruh Kelompok Kerja Guru (KKG)
terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah”.
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia (JPDI). 7 (2). 53—58.DOI: http://dx.doi.org/10.26737/
jpdi.v4i2.1522
Putri, H. P.. 2018. “Penerapan Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Puisi Anak pada Siswa Kelas III SDN 030 Bagan Jaya”. Jurnal Basicedu, Vol.2. No. 1, hlm.
148—153. DOI: https://doi.org/ 10.31004/basicedu.v2i1.133
Prihatiningsih, Euniceo. 2018. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Picture and Pictur dan
Model Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa”. JPSD. Vol. 4. No. 1, hal 1—14.
DOI: http://dx.doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.1441
Rizkamariana, Wulan, A. R. 2019. “Penerapan Project Based Learning untuk Melatih Kemampuan
Literasi Tumbuhan Abad 21 pada Siswa SMA”. Assimilation:Indonesian Journal of Biology
Education, 2(1), hal. 19—23. DOI: https://doi.org/10.17509/ aijbe.v2i1.15203.
Resmini, R. 2009. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press
282
Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

Sari, Erika Manda. 2015. “Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Pembelajaran IPS di Kelas V. Artikel penelitian. Pontianak: Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Dasar, Universitas Tanjung Pura.
Setiyawan, H. dan Tri, N. H. Y. 2018. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give pada Siswa Sekolah Dasar”. JPSD Vol. 4. No.
2, hal 162—174. DOI: http://dx. doi.org/10.30870/jpsd.v4i2.3859.
Septiana, Suaebah, S. 2019. “Edukasi Media Kartu Bergambar Berpengaruh terhadap Pengetahuan
dan Sikap Anak dalam Pemilihan Jajanan Sehat di SD Negeri Pontianak Utara. Pontianak
Nutrition Journal (PNJ), 1(2), hal. 56—59. DOI: 10.30602 /pnj.v1i2.288.
Suciani, Tititri, et al. 2018. “Pemahaman Model Pembelajaran sebagai Kesiapan Praktik Pengalaman
Lapangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga”. Jurnal Media Pendidikan, Gizi
dan Kuliner. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. https://ejournal.upi.edu/ index.
php/Boga/article/view/11599
Sulfemi, Wahyu Bagja. 2019. “Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantu Audio
Visual dalam Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Hasil Belajar IPS”. Jurnal PIPSI (Jurnal
Pendidikan IPS Indonesia),  4 (1), hal. 13—19. DOI: http: //dx.doi.org/10.26737/jipips.
v4i1.1204.
Sulfemi, Wahyu Bagja dan Mayasari, Nova. 2019. “Peranan Model Pembelajaran Value Clarification
Technique Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS”. Jurnal
Pendidikan. 20. (1). 53-68. DOI:  https://doi.org/ 10.33830/jp.v20i1.235.2019.
Sulfemi, Wahyu Bagja & Yuliana, Desi. 2019. “Penerapan Model Pembela-jaran Discovery Learning
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan”. Jurnal Rontal
Keilmuan Pancasila dan Kewarganegaraan,  5 (1), hal. 17—30. DOI: http://dx.doi.org/
10.29100/jr.v5i1.1021.
Sulfemi, Wahyu Bagja dan Yuliani, Nunung. 2019. “Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) Berbantu Media Miniatur Lingkungan untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS”. Edunomic: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan.7 (2). Hal. 73—84. DOI: 10.33603/ ejpe.v7i2. 1970|
Sulfemi, W. Bagja. 2020. “Pengaruh Rasa Percaya Diri dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap Kinerja Guru”.  Nidhomul Haq: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), hal.
157—179. https://doi.org/ 10.31538/ndh.v5i2.557.
Sulfemi, W. B. dan Yasita, O. 2020. “Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Perilaku Bullying”. Jurnal
Pendidikan. 21(2), hal. 133—147. https:// doi.org/10.33830/jp.v21i2.951.2020
Sulfemi, W. B. dan Kamalia, Y. (2020). “Jigsaw Cooperative Learning Model Using Audiovisual
Media To Improve Learning Outcomes”. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar). 6 (1), hal.
30—42. DOI: http://dx.doi.org/10.30870 /jpsd. v6i1.4919.
Uno, Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran.
Bumi Aksara: Jakarta.
Wardani, IGAK. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

283
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

284

View publication stats

You might also like