Professional Documents
Culture Documents
303-Article Text-1920-1-10-20211224
303-Article Text-1920-1-10-20211224
303-Article Text-1920-1-10-20211224
2, 130–140
#MAGER: Aktivitas fisik ditinjau dari fear of missing out dan trait self-
control pengguna Instagram
Audita Izza Balqis(1), Cleoputri Yusainy(2)
(1), (2)
Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
In the world we live in today, technology has greatly simplified human life but at the same time
significantly reduced physical activities. In this research, we examined the extent to which
physical activity among 479 Instagram’s users (Mage = 21.24, SDage = 1.31) could be predicted
by fear of missing out (FoMO), a pervasive apprehension to stay connected virtually with others
while accounting for the unique contribution of individual differences in controlling mental
processes and behaviour (trait self-control). As predicted, participants with higher levels of
FoMO more than those with lower levels of FoMo reported less adherence in carrying out
physical activity. However, the role of FoMO on physical activity became insignificant once trait
self-control was taken into account. Individuals with high self-control traits were able to display
adequate physical activity, irrespective of their low or high levels of FoMO. This finding implies
that the benefit of having good self-control in physical activity surpasses the detrimental role of
FoMO. Given the importance of social media in shaping their life especially during the COVID-
19 pandemic, social media users need to be more selective in maintaining virtual friendships and
balancing it with self-control exercises.
Keywords: fear of missing out (FoMO), Instagram users, physical activity, trait self-control
Era teknologi saat ini di satu sisi sangat mempermudah hidup manusia, namun di sisi lain
mengurangi porsi gerakan tubuh dengan sangat signifikan. Dengan mempertimbangkan
kontribusi unik perbedaan kemampuan individual dalam mengendalikan proses mental dan
perilaku (trait self-control), penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana aktivitas fisik di
kalangan pengguna media sosial Instagram dapat diprediksi oleh fear of missing out (FoMO)
sebagai bentuk kecemasan spesifik akibat keinginan untuk terus terhubung secara virtual.
Partisipan berjumlah 479 (Musia = 21.24, SDusia = 1.31) yang direkrut melalui survei online yang
dirancang sebagai studi korelasional. Hasil penelitan menunjukkan bahwa partisipan dengan
FoMO yang lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan dengan FoMO rendah melaporkan
kepatuhan yang lebih rendah dalam menjalankan aktivitas fisik. Meskipun demikian, peran
FoMO menjadi tidak signifikan ketika trait self-control partisipan diperhitungkan. Terlepas dari
derajat FoMO mereka, individu-individu dengan trait self-control yang tinggi mampu
menampilkan aktivitas fisik yang adekuat. Temuan ini berimplikasi bahwa peran positif trait self-
control melampui peran negatif FoMO dalam aktivitas fisik individu. Mengingat pentingnya
peran interaksi virtual dalam memengaruhi kehidupan mereka terutama pasca status pandemi
COVID-19, pengguna media sosial perlu lebih selektif dalam memilih pertemanan dan
menyeimbangkannya dengan latihan self-control.
Kata kunci: aktivitas fisik, fear of missing out (FoMO), pengguna Instagram, trait self-control
MEDIAPSI, 2021, Vol. 7(2), 130–140, DOI: https://doi.org/10.21776/ub.mps.2021.007.02.5
Received: 09-03-2021. Revised: 10-08-2021. Accepted: 11-11-2021. Published online: 25-12-2021
Handling Editor: Ziadatul Hikmiah, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
*Corresponding author: Cleoputri Yusainy, Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
E-mail: cleo.yusainy@ub.ac.id
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
How to cite this article in accordance with the American Psychological Association (APA) 7th guidelines:
Balqis, A. I., & Yusainy, C. (2021). #MAGER: Aktivitas fisik ditinjau dari fear of missing out dan trait self-control pengguna
Instagram. MEDIAPSI, 7(2), 130–140. https://doi.org/10.21776/ub.mps.2021.007.02.5
130
MEDIAPSI
2021, Vol.7, No. 2, 130-140
BALQIS & YUSAINY
“love”, atau “comment”) atau sebaliknya. FoMO. Hal ini juga ditunjang oleh sifat
Matriks pertemanan di media sosial ini media sosial yang memudahkan akses untuk
menjadi aturan main terkini yang mengetahui aktivitas yang orang lain
merepresentasikan popularitas atau lakukan, beli, atau perbincangkan, yang
kesuksesan sosial penggunanya, berbeda selanjutnya menimbulkan potensi pengguna
dengan interaksi di dunia nyata yang untuk merasa kehilangan atau tertinggal dari
seringkali bersifat lebih ambigu dan hal-hal yang menyenangkan atau bermanfaat
tergantung pada interpretasi masing-masing bagi mereka (Przyblylski dkk., 2013).
individu (Firth dkk., 2019). Kondisi ini dapat Di sisi lain, dalam konteks aktivitas
meningkatkan bentuk kecemasan spesifik fisik, penelitian Yusainy dkk. (2019) di
akibat dorongan untuk terus terkoneksi pada kalangan mahasiswa di Indonesia
aktivitas yang orang lain lakukan, yang menemukan bahwa kepatuhan yang lebih
dikenal dengan sebutan fear of missing out tinggi diprediksi oleh perbedaan individual
(FoMO: Przyblylski dkk., 2013). Individu dalam trait self-control. Trait self-control
mengalami FoMO ketika ia mengetahui merujuk pada kemampuan individu secara
orang lain memiliki pengalaman berharga sadar dalam mengelola perilaku dan proses
atau menyenangkan, sementara ia tidak mental untuk menyesuaikan standar yang
mengalaminya atau tidak ikut serta di telah individu tersebut tetapkan (Tangney
dalamnya (Przyblylski dkk., 2013; Reagle, dkk., 2004). Sebagaimana digambarkan
2015). dalam model cybernetic, self-control
Franchina dkk. (2018) menemukan mencakup empat mekanisme feedback loops,
bahwa FoMO merupakan prediktor bagi yaitu TOTE (Test–Operate–Test–Exit).
penggunaan media sosial secara eksesif dan Testing merupakan fase saat diri subjek
tidak sehat serta perilaku terus-menerus dibandingkan dengan standar tertentu..
mengakses media sosial tanpa memedulikan Konflik antar diri subjek dan standar yang
orang lain yang secara fisik hadir di dimaksud menjadi isyarat bahwa fase
hadapannya (“phubbing”, phone snubbing). Operations harus dilakukan yang bertujuan
Dalam konteks akademik, FoMO memiliki mengubah elemen perilaku dan proses
asosiasi dengan minimnya motivasi belajar, mentalnya. Selanjutnya pada fase Testing,
lemahnya penyesuaian diri terhadap individu melakukan evaluasi dengan tujuan
kehidupan kampus, serta kurangnya mengetahui apakah diri individu tersebut
penguasaan materi pembelajaran (Alt & telah menyesuaikan standar. Berikutnya
Boniel-Nissim, 2018). Dalam riset ini, individu memasuki fase Exit apabila tidak
Peneliti berasumsi bahwa di kalangan diperlukan upaya lain untuk mereduksi
pengguna Instagram, keberadaan FoMO konflik yang terjadi. Dari penjelasan ini,
dapat memprediksi kurangnya aktivitas fisik terlihat bahwa aktivasi self-control
yang dilakukan oleh individu. Sifat dari membutuhkan afek negatif sebagai sinyal
media sosial seperti Instagram cenderung bahwa individu perlu menampilkan respons
memiliki bias positif sebagai konsekuensi untuk meredakan ketidaknyamanan akibat
dari fitur memoles konten untuk stimulus tertentu (Yusainy, 2017). Namun
memamerkan kesempurnaan (Lup dkk., karena individu-individu dengan self-control
2015), yang memperbesar peluang terjadinya yang tinggi lebih terfokus pada sasaran
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 2, 130–140 132
BALQIS & YUSAINY
Indonesia diambil dari Yusainy dkk. (2019; teman, ketika teman mengetahui informasi
lihat juga Chan dkk., 2020), yang merupakan yang lebih menarik, atau ketika teman
modifikasi dari Chan dan Hagger (2012) memiliki sesuatu yang lebih baik. Nilai
untuk mengukur kepatuhan perilaku aktivitas rerata FoMOS partisipan dalam penelitian ini
fisik dalam dua minggu terakhir. Partisipan adalah 2.43 (SD = 0.64), dengan nilai
memberikan nilai dalam pernyataan reliabilitas yang sangat memadai (α = .88).
mengenai frekuensi melakukan aktivitas fisik Data hasil penelitian diolah dengan
yang cukup dan pernyataan mengenai usaha menggunakan analisis regresi hierarki, untuk
untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup. menguji hipotesis bahwa aktivitas fisik
Dalam penelitian ini diperoleh skor rerata merupakan fungsi dari FoMO (Hipotesis 1)
SRAS-PA = 3.50 (SD = 1.52) dengan nilai dan hipotesis bahwa trait self-control
reliabilitas yang memadai ( = .82). berkontribusi memprediksi aktivitas fisik
Brief Self-Control Scale (SCS) untuk setelah memperhitungkan peran FoMO
mengukur trait self-control diadaptasi dari (Hipotesis 2).
Tangney dkk. (2004) ke dalam bahasa
Indonesia oleh Yusainy (2017). SCS Hasil
mengukur kapasitas partisipan dalam Profil partisipan berdasarkan jenis
mengendalikan pikiran, emosi, dan impuls kelamin ditampilkan pada Tabel 1. Tidak ada
serta meregulasi performa dan mengubah perbedaan antarjenis kelamin dalam hal (t = -
kebiasaan sehari-hari (contoh butir 0.064, p = .949) dan trait self-control (t = -
pertanyaan: “Saya menolak hal-hal yang 0.721, p = .471), tetapi partisipan perempuan
buruk bagi saya”). Rerata skor SCS yang melaporkan aktivitas fisik yang lebih rendah
tinggi menunjukkan trait self-control yang dibandingkan partispan laki-laki (t[477] =
tinggi. Partisipan dalam penelitian ini 4.004. p < 0.001). FoMO memiliki asosiasi
melaporkan skor rerata SCS sebesar 3.08 positif dengan jumlah follower, jumlah
(SD = 0.48), dengan nilai reliabilitas α = .77. following, dan lama waktu mengakses
Fear of Missing Out Scale (FoMOS) untuk Instagram (ps < .001). Tidak ada korelasi
mengukur tingkat FoMO. Skala ini antara usia partisipan dengan variabel-
diadaptasi dan dimodifikasi dari Przybylski variabel yang menjadi fokus riset ini (ps >
dkk. (2013) dan Reagle (2015) ke dalam .223). Data jenis kelamin, jumlah follower,
bahasa Indonesia oleh Triani (2017) untuk jumlah following, dan lama waktu
menggambarkan perasaan gelisah yang mengakses Instagram dikontrol dalam
muncul ketika tertinggal suatu pengalaman analisis selanjutnya.
peristiwa menarik yang sedang dialami oleh
Tabel 2. Analisis Regresi Hierarki Aktivitas Fisik dengan Prediktor FoMO dan Trait Self-
Control (N = 479).
Pada analisis regresi hierarki (Tabel trait self-control yang dimasukkan pada
2), data demografis berupa jenis kelamin Step 3 meningkatkan penjelasan varians
partisipan beserta jumlah follower, jumlah dalam aktivitas fisik sebesar .05 dengan
following, dan lama waktu mengakses penambahan kekuatan prediksi R2 menjadi
Instagram yang dimasukkan sebagai hampir 10% (Hipotesis 2). Hal ini
prediktor pada Step 1 mampu memprediksi menunjukkan trait self-control
sebagian kecil varians dalam aktivitas fisik berkontribusi secara signifikan dalam
(∆R2 = .03). Skor FoMO yang dimasukkan menambah daya varians dalam
pada Step 2 memberikan sumbangan memprediksi aktivitas fisik. Pada model
varians yang terjelaskan sebesar .02 final ini, kepatuhan yang lebih tinggi
dengan kekuatan prediksi R2 yang dalam melakukan aktivitas fisik diprediksi
meningkat menjadi 5% (Hipotesis 1). Skor oleh jenis kelamin laki-laki (β = −0.65, t =
−4.36, p < .001) serta trait self-control domain kehidupan individu, serta semata-
yang lebih tinggi (β = 0.72, t = 5.110, p < mata bersumber dari kesenangan, minat,
.001), sedangkan peran FoMO menjadi dan kepuasan yang diperoleh dari
tidak signifikan (p > .081), demikian pula ditampilkannya perilaku tersebut (Ryan
dengan peran jumlah follower, jumlah dkk., 2009). Dalam konteks aktivitas fisik,
following, dan lama waktu mengakses kultivasi motivasi yang bersifat otonom
Instagram (ps > .442). dapat diperkuat oleh keberadaan tingginya
trait self-control (Yusainy dkk., 2019).
Diskusi Trait self-control yang tinggi pada
Penelitian ini menguji sejauh mana individu memiliki keyakinan dan intensi
aktivitas fisik di kalangan pengguna media yang kuat untuk berpartisipasi dalam
sosial Instagram dapat dipetakan melalui perilaku yang mengarah pada kesehatan,
FoMO dan trait self-control. Studi di serta cenderung mewujudkan intensi ini ke
bidang neurosains menunjukkan bahwa dalam perilaku konkret (Hagger dkk.,
FoMO berasosiasi dengan aktivasi area 2019). Hal ini menjelaskan temuan
otak yang menangani atensi kepada orang penelitian ini bahwa meskipun FoMO
lain serta kebutuhan akan penerimaan memprediksi aktivitas fisik yang lebih
sosial (Lai dkk., 2016). Konsekuensinya, rendah, prediksi ini melemah ketika trait
atensi individu yang mengalami FoMO self-control dimasukkan sebagai prediktor.
lebih ditujukan untuk tetap terkoneksi Peran trait self-control sebagai prediktor
dengan orang lain daripada untuk kepatuhan yang lebih tinggi dalam
melakukan aktivitas lain yang bersifat aktivitas fisik berada di atas peran FoMO,
nonsosial. Sesuai hipotesis awal, partisipan bahkan melampaui peran jenis kelamin
dalam penelitian ini lebih patuh dalam partisipan.
menjalankan aktivitas fisik yang cukup Di sisi lain, eksperimen Dogan
ketika derajat FoMO yang ia laporkan (2019) mencatat bahwa individu dengan
semakin rendah. Hasil ini melengkapi konstruk diri yang saling tergantung
penelitian sebelumnya mengenai kaitan (biasanya berasosiasi dengan orientasi
FoMO dengan penggunaan media sosial budaya kolektivistis) lebih rentan
secara berlebihan (Franchina dkk., 2018), mengalami FoMO. Dari perspektif self-
problem dalam konteks akademik (Alth & construal theory (Markus & Kitayama,
Boniel-Nissim, 2018), dan keselamatan 1991), ketika seseorang memandang orang
berkendara (Przyblylski dkk., 2013). lain sebagai bagian dari dirinya maka
Jika ditinjau kembali dari self- keinginan untuk terus terlibat dalam
determination theory (Deci & Ryan, pengalaman dan kegiatan orang lain akan
1985), perilaku individu didasari oleh muncul secara alamiah. Rereta jumlah
beragam tipe motivasi yang berada pada follower dan following partisipan dalam
kontinum otonomi. Motivasi yang bersifat penelitian ini adalah lebih dari 300 akun
otonom akan terbentuk ketika perilaku pengguna Instagram lain; jumlah ini
yang ditampilkan dianggap memiliki nilai berasosiasi dengan FoMO yang semakin
positif dan berharga, dianggap sebagai tinggi. Walaupun individu yang
bagian dari diri sehingga terkait dengan mengalami FoMO terdorong untuk
nilai dan perilaku lain dalam berbagai menampilkan berbagai aktivitas di media
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 2, 130–140 136
BALQIS & YUSAINY
sosial dalam rangka mencukupi kebutuhan media sosial. Keterbatasan lain adalah
dasar akan otonomi, kompetensi, dan relasi penggunaan partisipan mahasiswa dengan
(Przybylski dkk., 2013), aktivitas yang pengukuran FoMO pada level
dipilih (misalnya, pertemanan secara kecenderungan perilaku (trait-like).
eksesif) tidak serta-merta akan memuaskan Kompleksitas FoMO perlu diteliti lebih
kebutuhan tersebut. Melalui karya jauh dalam konteks populasi yang
seminalnya, Dunbar (1992) menyatakan memiliki predisposisi patologis seperti
bahwa secara kognitif otak manusia hanya kesepian, depresi, kecemasan sosial, serta
mampu mempertahankan sekitar 150 preferensi untuk menggunakan komunikasi
pertemanan yang bersifat stabil. Instagram, online dibandingkan komunikasi fisik
seperti halnya Twitter dan Facebook (lihat Wegmann dkk., 2017).
memungkinkan terbentuknya jejaring
sosial dalam jumlah yang masif Kesimpulan
dibandingkan relasi tatap muka, namun Sebagai solusi yang diharapkan
fluktuasi Dunbar’s number konsisten pada dapat memberikan manfaat, penelitian ini
kisaran 100-200 akun pertemanan saja memetakan sejauh mana trait self-control
yang mampu dikelola oleh penggunanya memprediksi varians dalam aktivitas fisik
(Gonçalves dkk., 2011). Penelitian setelah memperhitungkan derajat fear of
selanjutnya perlu mengkaji lebih jauh missing out (FoMO) pada pengguna
mengenai jumlah dan bentuk pertemanan Instagram. Peneliti menemukan bahwa
seperti apa di media sosial yang mampu meskipun kecemasan yang bersumber pada
memenuhi kebutuhan dasar individu yang FoMO memprediksi aktivitas fisik yang
mengalami FoMO, utamanya dalam hal lebih rendah, perbedaan individual dalam
otonomi. hal trait self-control dapat menjadi
Keterbatasan utama penelitian ini pengawal bagi kepatuhan individu tersebut
bersumber pada desain korelasional, dalam menjalankan aktivitas fisik. Perlu
sehingga tidak dapat ditarik simpulan dikemukakan bahwa penelitian ini
sebab-akibat antara prediktor dengan dilakukan sebelum bulan Maret 2020 saat
aktivitas fisik sebagai variabel kriterium. status coronavirus (COVID-19) ditetapkan
Relasi sebaliknya mungkin terjadi jika oleh WHO sebagai pandemi global,
individu menampilkan aktivitas fisik dengan dasar pemikiran bahwa keberadaan
rendah, sehingga FoMO yang ia alami FoMO merupakan konsekuensi dari aturan
meningkat dan trait self-control yang ia main pertemanan di media sosial (Firth
miliki menurun. Aktivitas fisik menjadi dkk., 2019). Pascastatus pandemi, dalam
faktor risiko yang bisa dimodifikasi untuk diskusi di media digital tersua bahwa
mengatasi beragam penyakit termasuk kebijakan berupa pembatasan fisik dan
gangguan mental (Belair dkk., 2018). sosial berpotensi untuk meningkatkan
Penelitian selanjutnya dengan desain FoMO karena interaksi virtual saat ini
eksperimental perlu dilakukan untuk tidak sekadar merefleksikan kesuksesan
membandingkan kelompok yang pengguna media sosial namun telah
melakukan aktivitas fisik cukup vs. tidak beroperasi pada level fungsi survival
cukup untuk dilihat pengaruhnya terhadap secara sosial (Fernandez & Matt 2020;
FoMO dan trait self-control pengguna Rutledge, 2020). Latihan self-control
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 2, 130–140 137
FEAR OF MISSING OUT
Firth, J., Torous, J., Stubbs, B., Firth, J. A., activation of the right middle
Steiner, G. Z., Smith, L., …. Sarris, temporal gyrus during inclusion
J. (2019). The “online brain”: How social cue. Computers in Human
the Internet may be changing our Behavior, 61, 516-521.
cognition. World Psychiatry, 18(2), https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.03
119-129. .072
https://doi.org/10.1002/wps.20617 Leading countries based on Instagram
Franchina, V., Vanden Abeele, M., van audience size as of October 2021.
Rooij, A. J., Lo Coco, G., & De (2021, October). Statista.com.
Marez, L. (2018). Fear of missing https://www.statista.com/statistics/57
out as a predictor of problematic 8364/countries-with-most-instagram-
social media use and phubbing users/
behavior among Flemish Lup, K., Trub, L., & Rosenthal, L. (2015).
adolescents. International Journal of Instagram #instasad? Exploring
Environmental Research and Public associations among Instagram use,
Health, 15(10), 2319. depressive symptoms, negative
https://doi.org/10.3390/ijerph151023 social comparison, and strangers
19 followed. Cyberpsychology,
Gonçalves, B., Perra, N., Vespignani, A. Behavior, and Social Networking,
(2011). Modeling users' activity on 18, 247–252.
Twitter networks: Validation of https://doi.org/10.1089/cyber.2014.0
Dunbar's number. PLOS One, 6(8): 560
e22656. https://doi.org/10.1371/jour Markus, H. R., & Kitayama, S. (1991).
nal.pone.0022656 Culture and the self: Implications for
Hagger, M. S., Hankonen, N., Kangro, E.- cognition, emotion, and motivation.
M., Lintunen, T., Pagaduan, J., Polet, Psychological Review, 98, 224-253.
J., … Hamilton, K. (2019). Trait https://doi.org/10.1037/0033-
self-control, social cognition 295X.98.2.224
constructs, and intentions: Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan,
Correlational evidence for mediation C. R., & Gladwell, V. (2013).
and moderation effects in diverse Motivational, emotional, and
health behaviors. Applied behavioral correlates of fear of
Psychology: Health and missing out. Computers in Human
Well‐Being, 11(3), 407-437. Behavior, 29, 1841–1848.
https://doi.org/10.1111/aphw.12153 https://doi.org/10.1016/j.chb.2013.02
Kementerian Kesehatan Republik .014
Indonesia. (2018). Hasil utama Reagle, J. (2015). Following the Joneses:
RISKESDAS 2018. FOMO and conspicuous sociality.
https://www.litbang.kemkes.go.id/ha First Monday, 20(10).
sil-utama-riskesdas-2018 https://doi.org/10.5210/fm.v20i10.60
Lai, C., Altavilla, D., Ronconi, A., & 64
Aceto, P. (2016). Fear of missing out Rutledge, P. B. (2020, 23 Maret).
(FOMO) is associated with Pandemic FoMO: How much news
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 2, 130–140 139
FEAR OF MISSING OUT