You are on page 1of 15

AGROTROP, 3(2): 1-12 (2013) C Fakultas Pertanian Universitas Udayana

ISSN: 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia

Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya


Kabupaten Lampung Barat
(Review)

RUSDI EVIZAL

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung


Jln. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung
Email: rusdievizal@yahoo.com

ABSTRACTS

Ethno-agronomy of Coffee Plantation Management in Sumberjaya West Lampung


District.Study of ethno-agronomy is important for policy making to support sustainable coffee plantation
and ecological services in cathment area. This paper reviewed tradition across ethnic in Sumberjaya,
West Lampung on coffee plantation management. It showed that the ethno-agronomy of coffee plantations
in Sumberjaya was a unique local wishdom. Coffee agronomic practices in Sumberjaya were evoluting
and integrating with shifting cultivation system. Coffee treeswere rotated with vegetables crop or shrub.
In Sumberjaya, land uses were dynamic between forests, coffee field, crop field, and shrubs. Pre-
cropping and inter-cropping ofvegetables in coffee fieldwas source of income for farmers before coffee
had attainedphase of yielding. So far coffee plantations in Sumberjaya were managed by traditional and
less intensive practices including by planting shade trees, timber and multi-purposes treespecies. Coffee
agroforestry was alocal wishdom that impotant for land conservation of the catchment area.

Keywords: agroforestry, coffee, ethno-agronomy, land use dynamic, shifting cultivation

PENDAHULUAN membentuk ragam tipe kebun kopi seperti kebun


Komoditas kopi telah berkembang pesat dari kopi hutan, kopi pionir, kopi monokultur, kopi
aspek teknis (Haarer, 1962; Clarke and Macrae, bernaungan, dan kopi campuran (Verbist et al.,
1988) menuju makro agronomi yang mengaitkan 2004).Praktek budidaya pertanian dipengaruhi
aspek budidaya dengan issu perkebunan oleh budaya dan etnis.Etno-agronomi merupakan
berkelanjutan (Wintgens, 2004; dan Evizalet al., kajian budidaya pertanian dari sudut pandang
2010) serta fungsinya pada layanan lingkungan tradisi, norma dan sosial budaya etnik tertentu.
(Evizal et al., 2008; Priyadarshini et al., 2011) Kajian etno-agronomi penting sebagai dasar
dan konservasi biodiversitas (Philpott et al., perencanaan dan pengambilan kebijakan agar
2008).Kopi yang merupakan komoditas program dapat berjalan dengan baik. Introduksi
tradisional di Provinsi Lampung, telah berkembang kopi Arabika dan teh di wilayah sentra produksi
di wilayah Kecamatan Sumberjaya sejak tahun kopi robusta di Lampung Barat merupakan contoh
1800 oleh etnis lokal Lampung maupun etnis program yang tidak berkembang, dapat dilihat
Semendo, emigran dari wilayah Sumatera dari statistik luas areal kedua komoditas tersebut
Selatan.Mereka membuka lahan untuk berladang yang semakin menurun (BPS Provinsi Lampung,
dan bertanam kopi dengan sistem tebas bakar 2010).

1
Komoditas tradisional adalah komoditas yang di tengah dan dikelilingi dataran tinggi (Gambar 1)
telah dibudidayakan secara turun-temurun di suatu antara lain Gunung Sekincau, Gunung Subhanallah,
wilayah dalam beberapa generasi. Agroteknologi Gunung Pematang Beringin, Bukit Benatan,
komoditas kopi di Lampung Barat telah Gunung Haji, dan Gunung Abung.Secara
berkembang sesuai dengan potensi alam, tradisi, administratif wilayah ini berkembang menjadi
dan budaya sebagai etno-agronomi yang unik yang Kecamatan Sumberjaya, Kecamatan Way
akan berbeda dengan cara budidaya kopi di Tenong, Kecamatan Gedung Surian, Kecamatan
wilayah sentra produksi lainnya. Salah satu Air Hitam dan Kecamatan Kebun Tebu. Sub DAS
keunikan budidaya kopi di Lampung Barat adalah Way Besai sangat penting karena merupakan
kebiasaan membuat kopi bubuk dari biji kopi yang sumber air untuk PLTA Way Besai (90 MW) dan
telah dimakan oleh musang, yang memiliki cita rasa merupakanhulu DAS Tulangbawang.Wilayah ini
yang khas, berkualitas tinggi, yang disebut kopi merupakan sentra perkebunan kopi, terutama kopi
luwak, yang dalam perdagangan internasional Robusta dengan luas areal 1.606 ha di Kecamatan
terkenal sebagai civet coffee (Evizal, Sumberjaya, 4.805 ha di Way Tenong, 2.933 ha
2014).Febrianti et al. (2011) melaporkan telah di Gedung Surian, 3.160 ha di Kebun Tebu, dan
berkembangnya usaha industri kecil (pengrajin) 4.938 ha di Air Hitam (BPS Kabupaten Lampung
kopi luwak di Lampung Barat, termasuk juga di Barat, 2013).
Kecamatan Sumberjaya. Saat ini pekebun kopi di Lampung Barat terdiri
Wilayah Sumberjaya merupakan dari berbagai etnis sebagai hasil transmigrasi
lembah,bagian dari Sub DAS Way Besai dengan spontan dan program transmigrasi Biro
Bukit Rigis (hutan lindung Register 45B) berada Rekonstruksi Nasional (BRN) pada tahun 1951

Gambar 1. Peta Sumberjaya dan Sub DAS Way Besai (Sumber: ICRAF dalam Pender et al., 2008)
2
Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

yang antara lain berkembang menjadi Kecamatan menggunakan kultivar dengan potensi hasil tinggi,
Sumberjaya. Etnis tersebut antara lain etnis menggunakan pohon pelindung teknis atau tanpa
Lampung, Semendo, Ogan, Jawa, dan Sunda menggunakan pohon pelindung, melakukan
(Verbist dan Pasya, 2004). Antar etnis memiliki aplikasi pupuk kimia dan pestisida. Sistem ini
sistem budidaya pertanian yang spesifik merupakan penerapan intensifikasi budidaya kopi
(Mulyoutami et al., 2004).Interaksi antaretnis dengan orientasi peningkatan produktivitas, kualitas
lokal dan etnis pendatang dalam berkebun, hasil, pendapatan, dan penghidupan dari kebun
berladang, bertanam sayur dalam kurun waktu kopi.Kisah sukses berkebun kopi mendorong
yang panjang menghasilkan sistem budidaya kopi imigrasi spontan dari Jawa datang merantau ke
yang khas.Tulisan ini menelaah praktek, tradisi, dan Lampung Barat untuk membuka hutan dan
kearifan lokal pekebun kopi di Lampung Barat, berkebun kopi.
khususnya di wilayah Sumberjaya. Seiring dengan perkembangnya aksesibilitas
transportasi, penduduk pendatang dengan etos
EVOLUSI SISTEM BUDIDAYA KOPI kerja dan modal yang lebih kuatdan permintaan
Sistem budidaya tanaman kopi di Lampung sayur terus meningkat, serta harga kopi yang sering
Barat, juga di wilayah Sumberjaya, dalam kurun jatuh sehingga mengakibatkan usahatani kopi
waktu ratusan tahun telah berevolusi dan menjadi kurang menarik, menyebabkanusahatani
berintegrasi dengan sistem perladangan, sayur secara intensif berkembang sebagai
perkebunan, dan pertanaman sayur intensif.Pada alternatif.Usahatani sayur intensif tidak perlu
sistem pertanian tradisional, petani membuka hutan menggunakan lahan yang luasnamun memerlukan
untuk berladang yaitu bertanam padi gogo, sayur, modal untuk saprodi yang besar, menawarkan
pisang, dan bumbu untuk memenuhi kebutuhan keuntungan yang besar sekaligus risiko kegagalan
hidup (subsisten.Selanjutnya pertanaman disisipi hasil dan fluktuasi harga yang tinggi.Usahatani sayur
dengan bibit tanaman kopi, buah dan tanaman berintegrasi dengan sistem perkebunan kopi, yaitu
lainnya (misalnya damar), sehingga terbentuk pekebun kopi membuka sebagian kebunnya untuk
kebun kopi tradisional yang oleh Verbist et al. bertanam sayur.
(2004) disebut sebagai kebun kopi primer dan
kebun kopi hutan.Di wilayah pesisir Krui, ROTASI TANAMAN KOPI
pertanaman damar yang disisipkan pada tahun Rotasi pertanaman kopi untuk satu siklus
1927 berhasil tumbuh dominan membentuk kebun (pendek atau panjang) dilakukan petani dengan
damar(Michon et al., 2000).Sistem ladang kopi perladangan sayur atau palawija atau dengan
masih dilakukan petani ketika membuka hutan, pemberoan.Satu siklus pendek berkisar 7-10
semak, atau kebun kopi tua untuk berladang dan tahun, yaitu tanaman kopi fase belum menghasilkan
bertanam kopi dimana ladang untuk memenuhi (1-3 tahun), fase belajar berbuah, fase buah
kebutuhan pangan selama beberapa tahun sampai puncak yang petani sebut dengan kopi ‘ngagung’
ladang tertutup tanaman kopi.Liang et al. (2009) (1-2 tahun), dan fase produksi yang terus menurun.
menyatakan bahwa perkembangan sistem Selanjutnya petani memutuskan untuk
agroforestri merupakan hibiridisasi petani lokal membongkar tanaman kopi untuk berladang sayur,
dengan sistem ladang berpindah terhadap sistem memberokan, atau meneruskan pemeliharaan
pertanian menetap. dibarengi dengan rehabilitasi sehingga pertanaman
Berkembangnya pemasaran, harga, dan kopi dapat mencapai usia 20-25 tahun. Verbist et
kultivar kopi mendorong petani untuk mengadopsi al. (2004) melaporkan ketika hasil tidak lagi
sistem perkebunan kopi komersial, yang dicirikan menguntungkan yaitu setelah berproduksi 3-5
antara lain berupa pertanaman kopi monokultur, tahun, peladang kopi tebas-bakar akan

3
memberokan ladang kopi, menjadi belukar sampai
menjadi hutan sekunder. Evizal et al. (2010)
melaporkan, dengan melakukan rehabilitasi kopi
pasca buah puncak terutama dengan sambung
pucuk secara bertahap, kebun dapat kembali
panen puncak pada sekitar umur 18 tahun dan
siklus kebun mencapai 25 tahun.
Rotasi panjang terjadi pada pola kebun kopi
monokultur, monokultur bernaungan teknis
(misalnya gamal), maupun kebun kopi
campuran.Pola kebun kopi campuran, yang
berhasil dibangun, menggunakan kopi varietas atau
klon tahan naungan dengan berbagai pohon
kekayuan dan MPTS(multipurposes tree
species)membentuk kebun campuran berstruktur
pohon yang kompleks yang dapat disebut sebagai
kebun kopi hutan.Kebun kopi semacam ini
diharapkan berkembang dari kebun kopi pada Gambar 2. Dinamika tataguna lahan di
lahan kawasan hutan berizin Hutan Sumberjaya Lampung Barat (adaptasi dari
Kemasyarakatan (HKm) karena petani dilarang Evizal et al., 2005)
menebang pohon.
Walaupun secara umum tutupan lahan selalu memiliki kebun kopi dan lahan untuk usahatani
didominasi oleh tanaman kopi, sesungguhnya tata sayur baik dari menyewa atau milik sendiri.
guna lahan bersifat dinamis yaitu dalam skala luasan Lahan semak belukar yang berstatus hak milik
dan kurun waktu tertentu senantiasa berubah, dari akan kembali dibuka sebelum sempat berkembang
suatu bentuk menjadi bentuk lahan yang lain. Evizal menjadi hutan sekunder. Lahan semak belukar yang
et al. (2005) melaporkan secara skematis merupakan kawasan hutan membutuhkan waktu
dinamika tata guna lahan di Sumberjaya, Lampung yang lama untuk kembali menjadi hutan
Barat yang menunjukkan peranan lahan semak sekunder.Syam et al. (1997) melaporkan rincian
belukar sebagai tata guna lahan intermidier, yang luasan perubahan lahan semak (alang-alang) yang
akan berubah menjadi kebun kopi atau ladang berkembang menjadi hutan kembali pada periode
sayur atau sebaliknya lahan usahatani akan 1978-1990.Ekadinata et al. (2005) menganalisis
diberokan kembali menjadi lahan belukar untuk dinamika penutupan lahan di Lampung Barat dari
sementara waktu (Gambar 2). 1997-2002.Gaveau et al. (2009) melaporkan
Rotasi lahan dengan pola ladang-ladang atau pembukaan lahan pembangunan kebun kopi
ladang-semak dapat berlangsung singkat hanya didorong olah harga kopi yang tinggi.
beberapa tahun dan kembali akan ditanami kopi,
terutama jika harga kopi tinggi. Ladang sayur yang TANAMAN SELA SAYUR
intensif dalam jangka waktu yang panjang jarang Pekebun kopi di Sumberjaya menanam sayur
ditemukan melainkan akan diselingi dengan masa sebagai tanaman sela ketika kopi masih
pemberoan atau penanaman kopi.Hal ini muda.Kebun kopi tua yang kurang produktif atau
menunjukkan bahwa secara agronomi basis semak belukar yang umumnya merupakan kebun
usahatani di Lampung Barat adalah perkebunan kopi yang ditinggalkan sementarasuatu ketika akan
kopi.Peladang sayur profesional umumnya juga dibuka kembali oleh pemiliknya atau oleh penyewa

4
Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

untuk bertanam sayur. Pengusahaan sayur sebelum sistem rotasi dalam siklus budidaya kopi sebagai
penanaman kopi (precropping) dapat dilakukan pertanaman awal dan pertanaman sela sehingga
sampai beberapa tahun sampai pemilik petani tetap memperoleh hasil selama masa
memutuskan untuk mulai menanam kopi.Lahan prapanen kopi.Pasar hasil panen sayur dijual baik
sayur diolah secara intensif sehingga sudah bersih di pasar lokal, pasar dalam propinsi maupun
dari sisa akar dari pembukaan lahan, sangat baik dibawa pedagang untuk pasar antarpropinsi.
ditanami kopi.Kadangkala bibit kopi ditanam Setelah tidak lagi bertanam sayur, petani mulai
sementara pengusahaan sayur terus dilanjutkan menyisipi bibit pohon pelindung maupun bibit
secara bersamaan.Setahun sebelum penanaman pepohonan lainnya.
kopi, petani sudah menjambang (menyemai)
benih kopi dari buah masak pohon induk kopi PENGELOLAAN POHON PELINDUNG
unggul lokal. Penanaman pohon pelindung merupakan
Tanaman kopi akan tumbuh subur karena standar teknis budidaya bagi pekebunkopi di
mendapat imbas dari pemupukan dan pemeliharaan Lampung Barat, dengan populasi sekitar 100-300
tanaman sayur dan pada umur 2 tahuntanaman pohon per hektar.Populasi pohon pelindungdan
kopi sudah tampak dominan. Pada umur kopi 3 pengelolaannya merupakan salah satu indikator
tahun lahan sudah hampir tertutup tanaman kopi intensitas pengelolaan kebun kopi.Pohon pelindung
sehingga bertanam sela sayur akan memberikan mulanya ditanam rapat dan sejenis, dan selanjutnya
hasil yang kurang memuaskan, namun tanaman populasinya semakin berkurang. Pohon pelindung
kopi sudah mulai belajar berbuah.Pertanaman yang terlalu rapat akan menurunkan produksi kopi
sayur di sela merupakan cara petani menghemat karena meningkatnya penaungan (Evizal et al.,
biaya pembangunan kebun kopi, karena biaya 2012a). Jenis pohon pelindung teknis yang
dibebankan kepada pengusahaan tanaman sayur. digunakan pekebun kopi tradisional (leluhur)
Pada umur 4 tahun kopi berbuah penuh yang adalah pohon dadap baik dadap duri maupun
disebut dengan buah ngagung pertama.Begitu dadap minyak.Pohon dadap dipercaya
setelah selesai berladang sayur, petani sudah memberikan perlindungan terhadap pohon kopi
memiliki kebun kopi ngagung.Berladang sayur dan kesuburan tanah sehingga memberikan hasil
dan menyisipi dengan bibit kopi dilakukan dengan kopi yang tinggi. Hingga saat ini dapat
luasan sesuai kemampuan tenaga dan biaya.Kebun ditemukankebun kopi tua yang baik (umur 20-30
kopi seluas 1 ha mungkin dibuka dalam beberapa tahun) berpohon pelindung dadap yang cukup
tahap menghasilkan kebun kopi yang tidak seragam menaungi, baik berupa pohon dadap yang sudah
umurnya (Evizal, 2014). besar atau pohon hasil tanam ulang.Populasi dadap
Jenis tanaman sayur yang dibudidayakan umumnya semakin berkurang dengan
adalah jenis sayuran dataran tinggi antara lain tomat bertambahnya umur kopi dan dapat disisipi
kecil (rampai), cabai, kacang buncis, kacang berbagai tanaman pohon MPTS membentuk
panjang, kentang, wortel, kubis, terong, atau kebun kopi campuran kompleks.
timun. Bertanam sela (intercrop) di kebun kopi Saat ini pohon pelindung yang mendominasi
muda tidak mengganggu pertumbuhan tanaman adalah pohon gamal.Dalam frekuensi yang kecil,
kopi bahkan dapat mendorong pertumbuhan kopi, ditemukan juga berbagai jenis pohon pelindung
yaitu karena tanaman sayur dipupuk secara intensif yang lain seperti kapuk(Ceiba petandra),
baik pupuk kandang maupun pupuk kimia. Hal ini lamtoro(Erythrina spp.), dan sengon
antara lain telah dilaporkan oleh Evizal et al. (1995) laut(Paraserianthes falcataria).Kapuk disukai
dan Karyanto et al. (2010).Dengan demikian karena dapat memberikan hasil kapuk.Pohon
pembudidayaan tanaman sayur berintegrasi dengan gamal disamping sebagai penaung juga dipanen

5
daunnya untuk pakan ternak dan ukuran batangnya cina memiliki kelemahan karena menghasilkan
ideal untuk merambatkan tanaman lada.Tanaman banyak biji yang akan tumbuh rapat dan kuat
kopi dengan pohon pelindung yang dirambati sebagai gulma. Lamtoro klon PG 37 cukup baik,
tanaman lada merupakan model kebun buah kecil, bijinya sedikit, percabangan yang
campurankopi yang khas di Lampung Barat, menyirip teratur, sedangkan klon L3 juga memiliki
merupakan harmoni antara tanaman kopi yang ukuran polong kecil, tetapi berbiji cukup banyak,
membutuhkan naungan dan tanaman lada yang terutama buah akhir, percabangannya kurang
membutuhkan rambatan.Lampung Barat teratur (Evizal et al., 2005).
merupakan salah satu sentra produksi lada
Lampung (BPS Provinsi Lampung, 2010).Lebih KULTIVAR KOPI LOKAL
dari itu, kebun kopi bernaungan gamal mampu Pohon induk terpilih kopi robusta berpotensi
memberikan hasil buah kopi yang tinggi (Evizal et untuk dikembangkan sebagai klon unggul lokal
al., 2012b). (Hulupi, 2012).Petani kopi di Sumberjaya
Kepadatan pohon pelindung dapat memanfaatkan ragam kopi lokal sehingga mandiri
merupakan indikator penting kebun kopi rakyat dalam melakukan klonisasi.Jenis dan kultivar lokal
yang sehat.Pohon yang rapat memberikan yang ditanam petani di Sumberjaya disajikan pada
perlindungan kopi dari panas matahari yang terik Tabel 2.Jenis kopi yang ditanam di Sumberjaya
juga menjaga kesuburan tanah, hasil guguran daun- adalah kopi Robusta yang dalam perdagangan
daun pohon panjat.Sebaliknya pada kebun kopi dikenal sebagai kopi Robusta Lampung.Kopi jenis
yang tidak sehat, pohon pelindungnya renggang, Arabika dan Liberika hanya sedikit yang
sebagian mati, tampak pertumbuhan kopi juga menanam.Pengembangan kopi Arabika terus
kurang baik, daun menguning, dan mudah mati digalakkan pemerintah namun belum berhasil
pucuk.Pada kondisi kebun yang demikian berkembang.Kopi Liberika cukup dikenal petani
rehabilitasi dilakukan baik pada tanaman kopi dan disukai karena dianggap lebih produktif,
maupun pohon pelindung.Pohon pelindung walaupun ditanam di lahan kurang subur, dan
sebaiknya menggunakan bibit dari biji agar citarasa kopi yang kuat dan sedikit pahit.
perakarannya dalam, baik jenis dadap maupun Dalam satu kebun terdapat berbagai kultivar
lamtoro jenis petai cina, klon PG 37 dan L3. Petai atau klon kopi karena pada pembangunan kebun

Tabel 1. Jenis dan Pengelolaan Pohon Pelindung

No Jenis pohon pelindung Jumlah Populasi pohon Intensitas Bahan tanam


kebun (%) pelindung pemangkasan

1 Dadap (Erythrina spp.) 27,8 156 Partial – Bibit zailing


tanpa pangkas
2 Gamal (Gliricidea 66,7 277 Pangkas penuh - Stek batang
sepium) partial
3 Kapuk (Ceiba petandra) 1,9 100 Tanpa pangkas Bibit zailing
4 Lamtoro (Leucaena spp.) 1,9 277 Partial Bibit zailing
5 Sengon laut 1,9 156 Partial – Bibit zailing
(Paraserianthes tanpa pangkas
falcataria)

Keterangan: Diolah dari Evizal et al. (2005)


6
Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Tabel 2.Jenis dan Kultivar Kopi Lokal Sumberjaya

Spesies Nama lokal Morfologi Keterangan

Robusta Tugu Hijau Ukuran buah besar, buah tua warna Produksi tinggi, digunakan
kekuningan, cabang kipas mendatar sebagai bahan klonal
Robusta Tugu Kuning Ukuran buah besar, buah tua warna Produksi tinggi, digunakan
hijau, cabang kipas mendatar sebagai bahan klonal, mudah
mati pucuk
Robusta Garudak Super Ukuran buah sedang, cabang Produksi tinggi, digunakan
kipas mendatar sebagai bahan klonal
Robusta Tugu Sari Ukuran buah sedang, cabang kipas Produksi tinggi, digunakan
panjang dan mendatar, daun lemas sebagai bahan klonal
Robusta Lembut Bakir Ukuran buah agak kecil, dompolan Kultivar tradional, mulai
mulai dari batang, cabang produksi ditinggalkan tahan naungan,
lurus, batang mudah dilengkungkan buah masak disukai untuk
pakan luwak.
Robusta Parabola Ukuran buah sedang, cabang kipas Produksi tinggi, digunakan
mendatar dan melebar seperti sebagai bahan klonal
parabola
Robusta Wulung Daun dan buah berwarna ungu Tidak khusus dikembang-
kan, dianggap sebagai
penyimpangan
Arabika Kate Ukuran buah sedang, ukuran biji kecil, Produksi kurang, kurang
cabang produksi vertikal, warna buah diminati
masak merah ungu, daun agak kecil
Arabika Padang Pohon agak rimbun, daun agak kecil, Produksi kurang, kurang
hijau tua, buah masak berwarna diminati
merah ungu
Liberica Robinson Ukuran buah besar, biji sedang, buah Citarasa kopi agak pahit,
masak tidak mudah rontok, daun disukai karena beradaptasi
besar, cabang produksi vertikal, tanah yang kurang subur
pohon besar

Keterangan: Diolah dari Evizal et al. (2005)

menggunakan bibit dari biji dari pohon-pohon pohon induk yang terpilih dapat menghasilkan 1,1-
induk terpilih, baik dari satu kebun atau dari 2,9 kg kopi biji kering per pohon.
beberapa kebun.Selanjutnya dilakukan
penyambungan dengan entres pohon induk terpilih INTENSITAS PENGELOLAAN KEBUN
juga dari beberapa kebun.Pohon-pohon induk Pekebun kopi di Sumberjaya mengelola
baik sumber biji maupun sumber entres kebunnyasecara tradisional dan tidak
menunjukkan keragaman morfologi maupun intensif.Variabel intensifikasi yang bernilai di atas
produktivitas. Evizal et al. (2009) melaporkan 50% hanya pada penggunaan tenaga kerja,

7
penggunaan herbisida, dan penggunaan kultivar kebun dengan meningkatkan pemupukan dan
klonal. Sementara pemupukan, penyemprotan pemangkasan.
fungisida dan insektisida, penyiraman pada musim
kemarau, dan pengolahan tanah untuk KEBUN KOPI CAMPURAN
menggemburkan tanah masih dalam tingkat yang Sebagian petani di Sumberjaya berkebun kopi
rendah secara campuran.Kebun kopi berpohon pelindung
Tingkat intensifikasi diperoleh nilai 26,2% dapat berupa kebun kopi berpohon pelindung
untuk kebun tanpa pohon pelindung dan 30,1% teknis atau berupa kebun kopi campuran dengan
untuk kebun berpohon pelindung, karena lebih aneka tanaman MPTS dan pohon pelindung teknis
banyak menggunakan tenaga kerja. Tingkat seperti yang diwajibkan pada lahan HKm. Kebun
intensifikasi yang masih rendah tersebut kopi campuran biasanya dimulai dengan
menghasilkan produktivitas yang relatif rendah membangun kebun berpohon pelindung teknis
yaitu berkisar 8 ku/ha/tahun (Tabel 3).Potensi terutama berupa pohon dadap. Semakin kompleks
produksi kopi Robusta unggul nasional dapat jenis tanaman campuran, semakin menurun
mencapai 12 – 37 ku/ha/tahun (Prastowo et al., populasi pohon pelindung teknis digantikan oleh
2010).Berdasarkan 6 variabel masukan sarana pohon campuran yang memberikan hasil selain
produksi, Hernandez-Martinez et al. (2009) buah kopi yang sering disebut sebagai sistem kopi
mengkategorikan indeks relatif pengelolaan kebun agroforestri.
kopi dalam tingkat rendah (0-0,33), moderat Pisang merupakan tanaman yang umum
(0,35-0,66), dan tinggi (>0,66) dan mendapatkan ditanam sebagai campuran di perladangan dan
kebun kopi berstruktur berupa kopi tanpa pohon perkebunan rakyat.Dengan semakin menutupnya
pelindung dan kebun kopi berpelindung teknis tajuk pohon pelindung, pertumbuhan pisang kurang
termasuk tingkat pengelolaan yang tinggi. Di baik.Tanaman lada, alpukat, kayumanis, dan
Sumberjaya, kebun kopi berstruktur tanpa pohon cengkeh juga merupakan tanaman campuran di
pelindung dan berpelindung teknis dikelola dengan kebun kopi dan Lampung Barat muncul sebagai
intensitas masukan yang rendah, jika dibandingkan sentra produksi penting komoditas tersebut di
dengan rekomendasi. Jika harga kopi tinggi maka Provinsi Lampung (BPS Provinsi Lampung,
petani akan meningkatkan intenfikasi pengelolaan 2010).Pohon aren tumbuh secara alami di kebun

Tabel 3.Tingkat Pengelolaan Kebun Kopi Di Sumberjaya

Variabel Tanpa pelindung Berpohon pelindung

Pemupukan (%)1 16,5 ± 18,1 15,0 ± 19,3


Aplikasi pestisida (%)2 24,2 ± 12,6 20,2 ± 12.1
Penggunaan tenaga kerja (%)3 58,6 ± 17,9 76,8 ± 18,5
Intensifikasi (%)4 26,2 ± 5,9 30,1 ± 7,2
Produktivitas kopi (ku/ha) 8,2 ± 3,4 7,9 ± 3,8

1
Tingkat pemupukan: Urea 3 ku/ha, TSP 2 ku/ha, KCl 3 ku/ha, bahan organik 25 t/ha
2
Aplikasi pestisida: fungisida2 x 2 l/ha, insektisida 2 x 2 l/ha, herbisida 4x 2 l/ha
3
Penggunaan tenaga kerja: 200 HKO/ha/tahun
4
Intensifikasi: rerata dari tingkat pemupukan, aplikasi pestisida, penggunaan tenaga kerja, kultivar (1=
klonal unggul), irigasi (1=diberi pengairan), pengolahan tanah (1=tanah diolah)
Sumber: Diolah dari Evizal et al. (2005)
8
Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Tabel 4.Jenis Tanaman di Kebun Kopi Campuran

No Jenis pohon pelindung Jumlah kebun (%)

1 Pisang (Musa paradisiaca) 34,8


2 Lada (Piper nigrum) 30,4
3 Petai (Parkia speciosa) 30,4
4 Durian (Durio zibenthinus) 21,7
5 Kemiri(Aleurites moluccana) 21,7
6 Alpokat (Persea gratissima) 17,4
7 Kayumanis (Cinnamomum burmanii) 17,4
8 Kakao(Theobroma cacao) 13,0
9 Aren (Arenga pinnata) 8,6
10 Cengkeh (Eugenia aromatica) 4,3
11 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 4,3
12 Cempedak (Artocarpus champeden) 4,3

Sumber: Diolah dari Evizal et al. (2005)

kopi atau ditanam secara teratur sebagai pohon melainkan juga bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air
pinggiran batas tanah, sungai, atau jurang sehingga (PLTA) Way Besai (Kepala Pekon Tribudi Sukur,
Sumberjaya merupakan penghasil gula aren. komunikasi pribadi).
Pohon pelindung teknis seperti dadap dan Serasah yang dihasilkan pada agroforestri
gamal, pohon kayu bangunan seperti kayu kopi berperan penting dalam sikus nutrien
cempaka, medang, dan afrika, pohon kopi, serta agroekosistem, produksi, dan keberlanjutan
pohon campuran multiguna membentuk kebun agroekosistem (Mamani-Pati et al., 2012; Evizal
kopi multistrata.Kepadatan populasi kopi mungkin et al., 2012c).Hasil panen pohon multiguna
semakin berkurang seiring semakin tertutupnya nonkayu meningkatkan pendapatan petani (Pender
tajuk pepohonan, namun sebagian pohon kopi et al., 2008).Prasmatiwi et al. (2010) melaporkan
tetap bertahan hidup dan berproduksi yang dapat bahwa usahatani kopi naungan
dikategorikan sebagai kopi hutan atau kopi kompleks(agroforestri) multiguna lebih
rimba.Kebun kopi komplek semacam ini berkelanjutan dibanding tipe kopi naungan
merupakan kearifan lokal yang penting bagi sederhana dan kopi tanpanaungan. Farida dan
konservasi lahan dan air di Sub DAS Way Besai. Noordwijk (2004) melaporkan bahwa sistem
Tegakan kompleks ini menghasilkan produktivitas agroforestri berbasis kopi tidakmembahayakan
lahan kopi yang berkelanjutan yang besama-sama kelestarian fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) di
dengan hutan pada lahan bagian atas yang dijaga Sumberjaya dan Verbist et al. (2004) berpendapat
tidak diganggu akan menghasilkan mata air yang bahwa sistem agroforestri kopi tidak lebih buruk
mengalir sepanjang tahunyang tidak saja penting dari pada hutan alami terutama dalam hal
sebagai sumber air bagi rumah tangga dan kolam- menyediakan fungsi DAS bagi para petani dan bagi
kolam ikan masyarakat di sekitar hutan lindung, pengelola dam dan pembangkit tenaga listrik.

9
SIMPULAN DAN SARAN ICRAF Land andTree Tenure Programme.
Bogor 1-2 August 2005. 23 p.
Simpulan Evizal, R., Indarto, dan W. Hanolo. 1995.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa etno- Tanaman sela di kebun kopi muda: Pengaruh
agronomi pengelolaan kebun kopi rakyat di dosis pupuk kandang dan umur tanaman kopi
Sumberjaya, Lampung Barat merupakan kearifan terhadap produksi kentang dan pertumbuhan
lokal yang unik antara lain: (1) Sistem budidaya kopi. Pros. Sem. Nas. Pengb.Wil. Lahan
kopi di Sumberjaya berevoluasi dan berintegrasi Kering. p. 344-354.
dengan sistem perladangan. (2) Petani merotasi
kebun kopi dengan dengan perladangan sayur atau Evizal, R., Indarto, Sugiatno, M.V. Rini, Duriat,
palawija atau dengan pemberoan. Tata guna lahan F.E. Praswatiwi. 2005. Landuse history and
di Sumberjaya bersifat dinamis yaitu dalam skala point sample characterization: A baseline
luasan dan kurun waktu tertentu senantiasa survey of socio-economic of Sumberjaya
berubah. (3) Budidaya tanaman sayur berintegrasi window. Final Report Ref. 46.CSM-BGBD
dengan sistem rotasi dalam siklus budidaya kopi Project Indonesia.56 p.
sebagai pertanaman awal dan pertanaman sela Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada,
merupakan sumber pendapatan selama masa D. Widianto. 2008. Layanan lingkungan
prapanen kopi. (4) Perkebunan kopi rakyat di pohon pelindung pada sumbangan N dan
Sumberjaya dikelola secara tradisional dan tidak produktivitas agroekosistem kopi. Pelita
intensif yaitu menanam pohon pelindung dan Perkebunan 25: 23-37.
tanaman serbaguna dengan sistem agroforesti.
Evizal, R., N. Sa’diyah, dan F.E. Prasmatiwi.
2009. Pemilihan klon harapan kopi robusta
Saran
untuk sistem agroforestri dan hutan
Ethno-agronomi budidaya kopi di Sumberjaya
kemasyarakatan. Prosiding Penelitian-
yang menghasilkan sistem budidaya kopi berupa
Penelitian Agroforestri di Indonesia Tahun
kebun kopi multistrata (agroforestri) merupakan
2006-2009. p.120-125.
kearifan lokal yang perlu dilestarikan. Sistem ini
penting bagi konservasi lahan di Daerah Aliran Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada, F.
Sungai serta pasokan air untuk masyarakat dan E. Prasmatiwi, Afandi. 2010. Pengaruh tipe
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). agroekosistem terhadap produktivitas dan
keberlanjutan usahatani kopi. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Agrotropika 15: 17-22.
BPS Provinsi Lampung. 2010. Lampung Dalam Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, dan J. Widada.
Angka Tahun 2010. Bandar Lampung. 2012a. Peranan pohon pelindung dalam
menentukan produktivitas kopi.Jurnal
BPS Kabupaten Lampung Barat. 2013. Lampung
Agrotropika 17(1): 19-23.
Barat Dalam Angka 2013. Liwa.
Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada,
Clarke, R.J. and R. Macrae. 1988. Coffee
D. Widianto. 2012b.Soil bacteria diversity
Agronomy. Elsevier Applied Sci. London.
and productivity of coffee-shade agro-
Ekadinata, A., K. Kusters, A.Widayati, D. ecosystems.Journal of Tropical Soil 17(2):
Gaveau, and Aslan. 2005. Landcover 181-187.
dynamics in West Lampung , Sumatra,
Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, dan J. Widada.
Indonesia. Technical report submitted for
2012c. Peranan serasah terhadap sumbangan
ICRAF Internal Workshop: Impact Study of
10
Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

N dan P pada agroekosistem kopi.Agrotrop Mamani-Pati, F., D.E. Clay, S.A. Clay, H.
2(2): 177-183. Smeltekop, and M.A. Yujra-Callata. 2012.
Evizal, R. 2014. Dasar-dasar Produksi The influence of strata on the nutrient recycling
Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta. within a tropical certified organic coffee
production system. ISRN Agronomy 2012:
Farida dan M. van Noordwijk. 2004. Analisis debit 1-8. DOI:10.5402/2012/389290.
sungai akibat alih guna lahan dan aplikasi model
Genriver pada DAS Way Besai, Sumberjaya. Michon, G., H. de Foresta, P. Levang, dan A.
Agrivita 26(1): 39-47. Kusworo. 2000. Repong di Pesisir Krui,
Indonesia. Dalam De Foresta, H., A.
Febrianti, T.P. Utomo, dan A. Nugraha. 2011. Kusworo, G. Michon, dan W.A. Djatmiko
Kelayakan agroindustri kopi luwak di (eds). Ketika Kebun Berupa Hutan:
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Agroforest Khas IndonesiaSebuah
Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Sumbangan Msyarakat. ICRAF. Bogor. p.
16(1): 63-72. 19-64.
Gaveau, D.L.A., M. Linkie, Suyadi, P. Levang, Mulyoutami, E., E. Stefanus, W. Schalenbourg,
N. Leader-Williams. 2009. Three decades of S. Rahayu, dan L. Joshi. 2004. Pengetahuan
deforestation in southwest Sumatra: Effects of lokal petani dan inovasi ekologi dalam
coffee prices, law enforcement and rural konservasi dan pengolahan tanah pada
poverty. Biol. Conserv. 142: 597-605. pertanian berbasis kopi di Sumberjaya,
Haarer, A.E. 1962. A Modern Coffee Production. Lampung Barat. Agrivita 26(1): 98-107.
Leaonard Hill. London. Pender, J., Suyanto, J. Kerr, and E. Kato. 2008.
Hernandez-Martinez, G., R.H. Manson, and A.C. Impacts of the Hutan Kamasyarakatan
Hernandez. 2009. Quantitative classification Social ForestryProgram in the Sumberjaya
of coffee agroecosystems spanning a range Watershed, West LampungDistrict of
of production intensities in central Veracruz, Sumatra, Indonesia. International Food Policy
Mexico. Agriculture, Ecosystems and Research Institute. Discussion Paper 00769.
Environment 134: 89–98. Philpott, S.M., P. Bichier, R.A. Rice, R.
Hulupi, R. 2012. Prospek klon-klon lokal kopi Greenberg. 2008. Biodiversity conservation,
Robusta asal Bengkulu.Warta Pusat yield, and alternative products in coffee
Penelitian Kopi dan kakao Indonesia 24(2): agroecosystems in Sumatra, Indonesia.
6-12. Biodivers. Conserv. 17: 1805-1820.
Karyanto, A., Sugiatno, dan R. Evizal. 2010. Prasmatiwi, F.E., Irham, A. Suryantini, dan
Effects of goat manure on growth, yield, and Jamhari. 2010. Analysis keberlanjutan
economic impacts of vegetable intercrops in usahatani kopi di kawasan hutan Kabupaten
young coffee plantation. Proc. International Lampung Barat dengan pendekatan nilai
Seminar on Horticulture to Support Food ekonomi lingkungan.Pelita Perkebunan
Security.p.A66-A74. 26(1): 57-69.
Liang, L., L. Shen, W. Yang, X. Yang, and Y. Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto,
Zhang. 2009. Building on traditional shifting C. Indrawanto, dan S.J. Munarso. 2010.
cultivation for rotational agroforestry: Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat
Experiences from Yunnan, China. Forest Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Ecology and Management257: 1989-1994. Bogor.

11
Priyadarshini, R., K. Hairiah, dan J.B. Baon. 2011. Verbist, B., A.E. Putra, S. Budidarsono.2004.
Keragaman pohon penaung pada kopi Penyebab alih guna lahan dan akibatnya
berbasis agroforestri dan pengaruhnya terhadap fungsi daerah aliran sungai (DAS)
terhadap layanan ekosistem. Berk.Penel. pada lansekap agroforestri berbasis kopi di
Hayati Edisi Khusus 7F: 81-85. Sumatera. Agrivita 26(1): 29-38.
Syam, T., H. Nisdale, A.K. Salam, M. Utomo, Verbist, B. dan G. Pasya. 2004. Perspektif sejarah
A.K. Mahi, J. Lumbanraja, S.G. Nugroho, M. status kawasan hutan, konflik dan negosiasi
Kimura. 1997. Land use and cover changes di Sumberjaya, Lampung Barat – Propinsi
in a hilly area of South Sumatra, Indonesia Lampung. Agrivita 26(1): 20-28.
(from 1970 to 1990). Soil Sci. Plant Nut. Wintgens, J.N (Ed). 2004. Coffee: Growing,
43: 587-599. Processing, Sustainable Production. Wiley-
VCH.Weinheim.

12
I
b
LEMBAR
IIASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH NASIONAL

Judul Jumal Ilmiah (Artikel) : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Penulis Jumal Ilmiah : Rusdi Evizal,

Identitas Makalah : a-NamaJumal : JumalAgrotop(JurnalonAgriculturalScience)


b. Nornor/ Volume : No. 2 A/ol. 3
c. ISSN : 2088-155X
d. Edisi ( Bulan/Tahun) : Nopember 2013
e. Penerbit : Fakultas Pertanian Universitas Udavana
f. Jumlah Halaman 12 Halaman

Kategori Publikasi Jumal Ilmiah E Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi Dikti

(beri tanda V pada kategori yang tepat) Jurnal Ilmiah Nasional Terindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Inggris)
E
E Jurnal Ilmiah Nasional Terindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Indonesia)

E Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Akreditasi (Bisa ditelusuri Online)

E Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi

Hasil Penilaian Peer Review :


E Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Akreditasi

Nilai Maksimum Jurnal Ilmiah Nasional :

Terindeks
Terindeks Nilai yang
No Komponen yang dinilai l-l t..uk."ditu,i
Dikti
Itt I DoAl atau
lman latn L-l
DOAJ
atau laman
lain
lfl ,,*Akeditasi
Diberikan
(Bahasa Dik1i Penilai QrlP)
(Bahasa
Inggris)
Indonesia)
a Orisinalitas (20olo)
5 4 J 2 2
(Memperlihatkan keaslian dan kebaruan gagasan)
b. Kedalaman Kajian(40%)
(Melakukm analisis, eksplorasi, dan elaborasi terhadap
masalah yang dibahas berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah
yang berlaku dalam penelitian dan pengkajian; 10 8 6 4 3

mengandung kebenaran ilmiah, ketuntasan kajian,


kesistematisan pembahasan, dan didukung dengan pustaka
Kebermanfaatan (107o)
(Memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu dan solusi bagi 2.5 2 1.5 I 1

masalah yang dihadapi masyarakat)


d. Relevansi karya dengan keahlian (20o/o)
(Memiliki keselarasan antaru karya ilmiah dengan 5 4 J 2 2
penelitian magister/ doklor dan bidang penugasannya)
e. Kelengkapan unsur Jumal Ilmiah (10%)
(Mencakup prakat4 daftar Isi, editor, ISSN, dan 2.5 2 1.5 I 1

kelengkapan lain)

Total (100%) ,< 20 t5 10 9


Komentar Peer Review
Merupakan telaah pustak4 mempunyai orisinalitas tinggi karena keaslian dan kebaruan gagasan tentang etno agronomi, eksplorasi luas didukung
pustaka yag lengkap, tetapi kajian kurang tuntas dan pembahasan kurang sistimatis, hasil telaah putaka bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan
teknologi pertanian, bidang ilmu tentang etnoagronomi sesuai dengan bidang ilmu agronomi penelitian doktor dan bidang penugasannya, jurnal
mempunyai unsur yang lengkap.

Nilai Pengusul = BP x NP" 1. X 9 = 9


Ket : Bobot Peran (BP) : Sendiri: 1; Ketua:0,6; Anggota:0,4 dibagi.jur.nlah anggota
Yogyakarta, l0 Juli 2019
Penilai Sejawat@f I fff (Lingkari salah satu)

Batas Kepatutan:
Paling banyak 25% dari angka lcredit unsur penelitian yang diperlukan
untuk pengusulan ke Lektor Kepala dan Profesor yang Prof. Dr. Ir. Didik Indradewa, Dip.Agr.St.
diterbitkan di Jurnal Nasional NIP. 195403 l9l979t l l00l
Unit Kerja: Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada
LI'}18.\R
ll;tSIL. PEllL,rl'1\ SII'I'\\1'\T SEIIIDANG ATALr1r PEER llgvJEW
ir'.:r iii A i i-ii i.1 ii :'i U P-l\'\l ! 1'\{ I-r'H
\r ! Q*- {- t-'
slunherja-va Kabupaten Lanrpung Barat
, r 1, --.irr.".i^1-r4-rit-.,1\
,lluul Juriidl !rrritdii \r \rrir\'!r : ll,.!.)r..,rsrn[nrni Pengelolaan Perkcbunan Kopi di

Penulis Junui llnriah r Rusdi Evizal.

Jumai .iumai :\grrrtop on Agricullurai Suiencei


Idenlitas r''takalah : a. Na*ia 1'lttn-ra1

ir Noulot'./Vo'ltllite i'lo. ? ivol i


c l"csl\ :i)88'l-i)X-
C. Eclisi t Etrl;in"'l'ahriti) Nripcnrirer 2013
?. ltrr:reriltt t:nkuiiai l.;il:i;;iilir LlI:iYtr::i1"ls l-ii1'l]'qtta
1. "lrrmlah iialaman l2 Hitlanran
I i -iuIr:at llnttalt \aslorlal l crAhrcorLi'lsl t''rtrt'
Kategcri Publ ikasi .iunral llnrirh
-Ierindeks
.a!^!+!:r!! l--l .lumal limiah Nasicnal DO,{J arari lanran lain (Bahasa krggris)
(DCil tallUa ! Pdtiir d'rLibwrr
'Terindeks D{}A"l aiau Iaman lait {Bahasa Indo*esra)
i]] .iunrirl lltliah Nasional
(fllsa dtteiusun ununei
I iurnal llnriah Nasional Tirjak r\kreditasi
f--l , ! ri,-, !. \'., ., .,.,1 T"r"l-rp,l;!ari
i _l .tLirlii1! rriri'du
*J
[fZ .l,,r,r,tl llttrralt N'risinnal fiil:rk \l'rcJitari

Ilasil Penilaial l)ecr llerietv


iil:i lvl:ksirrunr .!rtrnlt llrri:rir Nasional:
T$indek! \il*i yang
Terindeks
I I
DO,{J T1 rrriak Ditrerikan I'enilai
r^.1!h nen va,ro,tinilai
l\uiuyvsv,.-s-e-- f] rerakedirst tt
DOAJ atBu
L-l abu Iman L-l {Lrcdrui {N!',}
lain Dritr
Dikti
{BalH (Balr5sa
log.is) 1..,^.*:.\

a Orisinalitas (l09riJ
rrd-,-.-arliirqtl.rn lr*eqliln iiatt kobiiruail saeaselll
';
,4 3
a
i
b. Keria1an,a,., ltai i ar: (40o, o)
{}.:1*!:!:rrL:rlana iti-s ekrnl orasi' dall eltboias i ttriredap
I

nrasalah ]',rng tlitrahas berdasarkan kaid Lrh-kai


vang berlakil rialam peneliLiari dan
iiah iirli alt
pengliaiiatt'
lar'
r0 s 6 4
4
nengandutlg kebenarirn ilnl ialr, kctunia::ul ka-l
kesii'tematisan petllbahiNaL tian didukung dengan irustaka

( I 09i,)
c. Gbe;nranfaatin li 2 1.5 I I
(Memberikan nrartlaat begi keulairiau ilnru dln soltrsi hagi
)uilu
d. [elevansi I'lrto densan kcahlian {i'(}'{i') ,-l ? 1_
(N{enriliki keselarasau ill)tarit l(irn'a iil}liilll iii:llPn1l
--i----.i,r^1.r.,r,1-,r hirtnnr; r-EltilaiillllVlil
peneltllill lllilElsLsr I

Kelengkapan LltlsLlr .lurual lltllliitl I I tr-:$J


lMencakup prakata' dalttr lsi'
editor' ISSN' dan 2.: 2 1.5 1
I
- r----.^
(f, r{lrE,(dl'd'r !-;-\
t6',, /

20 I5 t0

onlentar Peer Rcr ti:n


LA'd''l*a- /7-(,'t'ii/,/

Nilai Pcngusul = IIP s r-l'= ""'1"""" L "J""' - """"9""""""' jumkrh mggota


Ket ; Bobt} peran (Llp) : Senrliri = l: Kctua = {i.6; .r\nggotil = 0"4 dibagi
P*lembang,
Penilai Sejawat I l.It I lil {Lilgkari salan satu)

Bdlas Keqaturan :
ltttdit un'sttr pene!iiittit 't'ttng diperlt*ttrt
i'-ii.i tirrl,rl, 25% dari au3l;tt !!-^r !'r. tr l\pdi!* ltudiatta. l\1,S"
untttli pengusuktn ke Lektor Kepalt dut PtoJesor vuttg
NlP. I 9630611 I 98903 1003
di ter b i rlsn d i J t{'ilitl .}f, {t s i o t Q I l-init Keria: Fakuitas Pertanirn Universiias Srtrvijaya
LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH NASIONAL

Judul Jumal Ilmiah (Artikel) : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat.

Penulis Jumal Ilmiah : Rusdi Evizal

Identitas Makalah a. NamaJurnal Jurnal Agrotrop (Jurnal on Agricultural Science)


b. Nomor/ Volume No. 2 /Vol. 3
c. ISSN 2088-155X
d. Edisi ( Bulan/Tahun) Nopember 2013
e. Penerbit FakultasPertanian Universitas Udayana
f. JumlahHalaman l2 Halaman
Kategori Publikasi Jumal Ilmiah
n Jurnal llmiah Nasional Terakreditasi Dikti
(beri tanda V pada kategori yang tepat)
T Jurnal Ilmiah Nasional Terindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Inggris)

E Jurnal Ilmiah Nasional rerindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Indonesia)

fl Jurnal llmiah Nasional Tidak Akreditasi (Bisa ditelusuri Online)

tl Jurnal llmiah Nasional Terakeditasi

Hasil Penilaian Peer Review


g Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Akreditasi

Nilai Maksimum Jumal Ilmiah NasionaL


Terindeks
No Komponen yang dinilai I rerakreditasi
Dikti
L_l
Terindeks
DoA.r arau
lman lain
(Bahasa
T-l
Ll
DoAr
atau tamm
lain
ff ,,0*
Akreditsi
Dikti
Nilai yang
Diberikan
Penilai (NP)
(Bahasa
Inggris)
Indonesia)
a Orisinalitas (20%)
(Memperlihatkan keaslian dan kebaruan gagasan) 5 4 J 2
b. Kedalaman Kaji an (40%o)
(Melakukan analisis, eksplorasi, dan elaborasi terhadap
masalah yang dibahas berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah
yang berlaku dalam penelitian dan pengkajian; 10 8 6 4 /)
mengandung kebenaran ilmiah, ketuntasan kajian, )
kesistematisan pembahasan, dan didukung dengan pustaka
Kebermanfaatan (10%)
(Memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu dan solusi bagi )\ 2 1,5 I
masalah yang dihadapi masyarakat)
d. Relevansi karya dengan keahlian
I
(20%)
(Memiliki keselarasan antara karya ilmiah dengan
5 4 3 2
penelitian magister/ doktor dan bidang penugasannya) 9-
e. Kelengkapan unsur Jumal Ilmiah (102o)
(Mencakup prakata, daftar Isi, editor, ISS\ dan
kelengkapan lain)
?s 2 1,5 I I
Total (100%) 25 20 15 10
Peer Review

f4vj<; &';

Nilai Pengusul = BP x NP =
Ket : Bobot Peran @P) :
x :4 = ;; ;i la gi 1 u. ah anssora
r

^;;;:;:;;f Padang,
Penilai Sejawat I /U I lil (Lingkari salah

Batas Kepatutan:
Paling banyak 2596 dari angka kredit unsur penelitian yang diperlukan
untukpengusulan ke Lektor Kepala dan Profesor yang Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc.
diterbitkan di Jurnal Nasional NIP. 1 95007 1 6 t97 603 1002 I

Fakultas : Pertanian Universitas Lampung

You might also like