You are on page 1of 9

JURNAL PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FKIP UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. H. Brigjen Hasan Basri, Kayu Tangi Kec. Banjarmasin Utara Vol. 2 No. 4Oktober 2019
Kode Pos 70123 Kotak Pos 87 Kalimantan Selatan. Indonesia
Website: https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jpbk/index

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING WITH SHAPPING


TECHNIQUES TO IMPROVE PROSOCIAL BEHAVIOR IN CLASS IX
STUDENT OF SMPN 21 BANJARMASIN

Rahmi Afriyani
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Lambung Mangkurat
Kalimantan Selatan
Indonesia
rahmiafriyani28@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research to find out if the effectiveness of counseling groups in
the form of shapping technique can be used to improve behavior prososial students
in public junior high schools 21 Banjarmasin. The kind worn in this research was
experiments with a quantitative approach. It is a whole population of the study of
the students of SMPN 21 Banjarmasin many as 160 students while technique
purposive sample were selected in order to obtain the sampling method of 8 students
who which having low prososial behavior. Instrument used in the form of the
kuesioner as data and interviews and main observation as the supporting data.
Research shows that: 1) is significantly increase behavior prososial students having
given counseling services group shapping formerly a student average score
treatmen before it was given the service 21,04 % while having given increased to
73,34% services 2) there is an increase in students behavior prososial control groups
but insignificant value students the control group before giving 47,67 %service
while after being granted service 49,99 %. increased to 3) shapping techniques in
counseling services group effective to accelerate behavior prososial class students
IX SMPN 21 Banjarmasin
Keywords: counseling group, shapping techniques, prososial behavior

183
JURNAL PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FKIP UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. H. Brigjen Hasan Basri, Kayu Tangi Kec. Banjarmasin Utara Vol. 2 No. 4Oktober 2019
Kode Pos 70123 Kotak Pos 87 Kalimantan Selatan. Indonesia
Website: https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jpbk/index

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK


SHAPPING UNTUKgMENINGKATKANkPERILAKU6PROSOSIAL
SISWAkKELAS IX DI SMP NEGERI021 BANJARMASIN

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah efektivitas konseling kelompok
dengan menggunakan teknik shapping dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa di SMP Negeri 21 Banjarmasin. Jenis yang dipakai dalam
penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMPN 21 Banjarmasin sebanyak 160
siswa sedangkan sampel dipilih dengan teknik purposive sampling sehingga
diperoleh 8 siswa yang mana memiliki perilaku prososial yang rendah. Instrument
yang digunakan berupa angket sebagai data utama sedangkan wawancara dan
observasi sebagai data pendukung. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) terdapat
peningkatan perilaku prososial siswa secara signifikan setelah diberikan layanan
konseling kelompok dengan tekniki shapping yang sebelumnya nilai rata-rata siswa
kelompok treatmen sebelum diberikan layanan 21,04% sedangkan setelah diberikan
layanan meningkat menjadi 73,34%. 2) terdapat peningkatan perilaku prososial
siswa kelompok kontrol namun tidak signifikan nilai rata-rata siswa kelompok
kontrol sebelum diberikan layanan 47,67% sedangkan setelah diberikan layanan
meningkat menjadi 49,99%. 3) teknik shapping dalam layanan konseling kelompok
efektif untukk meningkatkan perilaku prososial pada siswa kelas IX di SMPN 21
Banjarmasin.

Kata Kunci: konseling kelompok, teknik shapping, perilaku prososial


untuk mengembangkan potensi yang
PENDAHULUAN ada pada diri manusia itu sendiri.
Manusia pada hakikatnya UU Nomer 20 Tahun 2003
merupakan makhluk social yang mana tentang Sistem Pendidikan Nasional
tidak bisa hidup sendiri. Bahkan didalamnya menyatakan untuk
semenjak lahir manusia sudah memenuhi proses pendidikan
memerlukan bantuan dari orang lain, diperlukan manusia satu dengan lainnya
untuk memenui berbagai kebutuhan atau kelompok. Dalam hubungan
biologis seperti makan, minum, dll. bermasyarakat atau bersosial
Tidak hanya saat lahir manusia dibutuhkan suatu rasa saling mengasihi
membutuhkan bantuan dari orang lain dan menghargai. Salah satu contohnya
bahkan sampai akhir hayatnya. Manusia dengan saling menolong satu
membutuhkan orang lain tidak hanya samawlain. Bahkan dikehidupan sehari-
bertujuan untuk memenuhi hari tolong menolong antar
kebutuhannya tetapi juga bertujuan

184
satu orang dengan yang lain pasti adalah siswa menjadi berkurang karena ketidak
suatu hal yang wajib dilakukan karena berdayaannya mengatasi dan
sebagai makhluk social manusia tidak menyelesaikan masalah-masalah di
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang atas.
lain. Rendahnya perilaku prososial
Sehingga diperlukan setiap pada siswa terjadi karena tidak adanya
manusia memiliki perilaku prososial keuntungan yang jelas untuk siswa itu
yang tinggi. Clarke (Rahman, 2013: sendiri, selain itu juga terdapat siswa
220) mengemukakan bahwa perilaku yang mengatakan bahwa masalah yang
prososial dapat dimengerti sebagai dihadapi oleh temannya sama sekali
tindakan yang bertujuan untuk bukan urusan dia. Dalam hal
menguntungkan atau bermanfaat bagi, berkerjasama pun siswa di SMPN 21
orang lain atau masyarakat pada Banjarmasin lebih memilih dengan
umumnya. Perilaku prososial dapat temannya sendiri dan menolak apabila
diartikan sebagai perilaku yang ada anak yang diluar dari kelompok
mengguntungkan penerima, tetapi tidak mereka ikut serta dalam kelompoknya.
memiliki keuntungan yang jelas bagi Terkait dengan masalah di atas
pelakunya. Mussen (Nashori, 2008:38) sebelumnya sudah ada penelitian oleh
mengungkapkan bahwa perilaku penelitian yang dilaksanakan oleh Intan
prososial meliputi: Menolong, berbagi Kusumaningrum (2014: l86)
rasa, kerjasama, menyumbang serta berdasarkan fenomena yang ada di kelas
memperhatikan kesejahteraan orang VII SMP Negeri 21 Semarang yang
lain, menunjukkan tingkat perilaku prososial
Banyak para ahli maupun pakar rendah, dengan indicator kurang dapat
pendidikan yang menyatakan menolong orang lain, tidak mau berbagi
pentingnya memiliki perilaku prososial dan menyumbang dengan orang
pada siswa sebagai bekal mereka untuk lain,kurang mampu bekerjasama,
berperilaku sesuai dengan norma-norma kurang mampu menunjukkan rasa
dan selaras dengan nilai-nilai yang empatinya, dan memiliki kejujuran yang
berlaku, sehingga dalam kehidupan rendah.
berperilaku selanjutnya menjadi lebih Kemudian hasil penelitian Irma
terarah, dan menjadi manusia yang Putri Nuralifah (2015: 17)
mampu mengarahkan dan mampu menyimpulkan “perilaku prososial pada
beradaptasi diri dengan lingkungan siswa SMP Islam Plus Assalamah
yang heterogen. Ungaran Semarang ditinjau dari empati
Siswa yang menginjak masa dan dukungan sosial teman sebaya”.
remaja, sangat rentan dengan berbagai Hasil penelitian menunjukan adanya
macam permasalahan yang dukungan sosial teman sebaya dapat
dihadapinya. Hal tersebut sesuai dengan meningkatkan perilaku prososial remaja
penjelasan Adhiputra (2015: 206), masa terhadap orang lain dan lingkungan
remaja adalah masa relatif lebih sulit sekitarnya, karena dengan merasakan
dan penuh dengan problematik. Hal-hal pengalaman ini remaja dapat merasakan
tersebut kadang kala membuat performa adanya manfaat emosional yang

185
diberikan oleh teman sebayanya atau bentuk hubungan pertolongan yang
dari lingkungan sosial yang praktis, relative sederhana dan lebih
memberikan efek positif terhadap berfokus untuk pengentasan masalah
persepsi remaja terhadap orang lain dan dalam dinamika kelompok, sehingga
lingkungan di sekitarnya yang akhirnya masalah yang dialami siswa dapat
dapat mendukung remaja untuk dipecahkan secara mendalam
berperilaku positif khususnya menyeluruh dan menyentuh untuk
berperilaku prososial. pengentasan masalah perilaku prososial
Peneliti melakukan studi yang rendah.
pendahuluan di SMPN 21 Banjarmasin Salah satu teknik di dalam
pada tanggal 23 mei 2018. Berdasarkan konseling kelompok yang bisa
hasil observasi terdapat banyak siswa diterapkan dalam strategi meningkatkan
yang kurang peduli dengan temannya perilaku prososial yakni melalui teknik
sendiri. Siswa yang tidak memiliki shapping. Shapping adalah membentuk
kelompok bermain atau geng dikucilkan tingkah laku baru yang sebelumnya
dari kelas. Apabila ada salah satu teman belum ditampilkan dengan memberikan
yang sedang kesusahan kebanyakan dari reinforcement secara sistematik dan
siswa menghindar. Selain itu, mereka langsung setiap kali tingkah laku
tidak akan bersahabat dengan teman ditampilkan, tingkah laku diubah secara
yang menurut dia kurang pas atau cocok bertahap dengan memperkuat unsur-
untuk kelompoknya. unsur kecil tingkah laku baru yang
Dampak dari kurangnya perilaku diinginkan secara berturut-turut sampai
prososial ini tentu saja menghambat mendekati tingkah laku akhir
pembelajaran dikarenakan kelompok- (Komalasari, 2015:169-170).
kelompok yang tidak mau dipisahkan Alasan penggunaan teknik
dan mengakibatkan kurangnya interaksi shapping bertujuan membantu
antar siswa dikelas. Selain itu dampak menyelesaikan masalah dan memotivasi
dari kurangnya perilaku prsosial ini peserta didik. Perlu adanya peningkatan
berupa adanya teman-teman yang perilaku prososial, karena pada
merasa terisolir hingga akhirnya dasarnya berteman bukan hanya sekedar
motivasinya untuk berangkat kesekolah bersama namun berteman yang bisa
juga kurang karena merasa kesepian dan memberikan peningkatkan perilaku
tidak memiliki teman, selain itu juga positif.
merasa bahwa kehadirannya tidak Berangkat dari hal tersebut maka
berpengaruh disekolah tersebut. peneliti tertarik mengangkat judul
Oleh karena itu, diperlukan cara penelitian yang berjudul. Efektivitas
yang bisa membantu siswa kelas IX di Konseling Kelompok dengan Teknik
SMPN 21 Banjarmasin dalam Shapping untuk Meningkatkan Perilaku
meningkatkan perilaku prososial. Salah Prososial Siswa Kelas IX di SMP
satu layanan bimbingan dan konseling Negeri 21 Banjarmasin.
yang bisa diterapkan dalam yakni
melalui layanan konseling kelompok.
Konseling kelompok merupakan suatu

186
TUJUAN PENELITIAN PEMBAHASAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam Pembahasan hasil penelitian
penelitian ini yaitu untuk mengetahui meliputi hasil temuan dari pelaksanaan
gambaran perilaku prososial pada siswa teknik shapping dalam layanan
sebelum dan sesudah diberikannya konseling kelompok untuk
teknik shapping dalam layanan meningkatkan perilaku prososial pada
konseling kelompok. Penelitian ini juga siswa kelas IX di SMPN 21
untuk mengetahui efektivitas teknik Banjarmasin. Siswa yang menjadi
shapping dalam layanan konseling sampel dalam penelitian ini menginjak
kelompok untuk meningkatkan perilaku masa remaja dan memasuki tahap
prososial pada siswa kelas IX di SMP transisi dari SMP ke SMA. Sehingga
Negeri 21 Banjarmasin SMAN 7 dapat dikatakan, mereka sangat rentan
Banjarmasin. dengan berbagai macam permasalahan
yang dihadapinya. Hal tersebut sesuai
METODE PENELITIAN dengan penjelasan Adhiputra (2015:
Penelitian ini merupakan penelitian 206), masa remaja adalah masa yang
kuantitatif dengan menggunakan relatif lebih sulit dan penuh dengan
metode eksperimen dengan rancangan problematik.
pre-eksperimen design dengan Adapun informasi yang didapat
menggunakan bentuk intact-group melalui guru BK di SMPN 21
comparison, yaitu pada desain ini Banjarmasin yaitu rendahnya perilaku
terdapat satu kelompok yang digunakan prososial pada siswa terutama pada
untuk penelitian,tetapi dibagi dua, yaitu kelas IX bahwa permasalahan ini terjadi
setengah kelompok untuk eksperimen karena rendahnya empati siswa. kurang
(yang diberi perlakuan) dan setengah dapat menolong orang lain, tidak mau
untuk kelompok kontrol (yang tidak berbagi dan menyumbang dengan orang
diberi perlakuan). lain, kurang mampu bekerjasama, dan
Subjek dalam penelitian yang memiliki kejujuran yang rendah.
dilaksanakan adalah siswa kelas IX di Hasil penelitian menunjukkan pada
SMAN 21 Banjarmasin sampel yang kelompok kontrol mengalami
yang diperoleh berjumlah 8 orang dari peningkatan skor perilaku prososial,
angket dengan karakteristik siswa walaupun ada yang sedikit meningkat
memiliki tingkat perilaku prososial dan ada yang tidak mengalami
dengan kategori rendah menggunakan perubahan. Hal ini dapat dilihat dari
teknik purposive sampling. hasil total skor test yang diberikan
Pengumpulan data menggunakan kepada anggota kelompok kontrol yaitu
angket skala perilaku prososial sebagai skor rata-rata pre-test adalah 82 dengan
pengumpul data utama dan wawancara persentase 47,67%, kemudian pada
serta observasi sebagai data pendukung. tahap post test mengalami peningkatan
Teknik analisis data yaitu melalui Uji T- dengan jumlah skor rata-rata- 86 dengan
test secara manual digunakan untuk persentase 49,99% yang berarti masuk
menguji efektivitas teknik shapping dalam kategori rendah dan tetap
dalam layanan konseling kelompok menjadi rendah. Rendahnya perilaku
terhadap perilaku prososial pada siswa.

187
prososial yang ditunjukkan anggota untuk peduli terhadap lingkungan
kelompok kontrol dikarenakan tidak sekitarnya.
diberikannya treatment berupa layanan Hal ini sejalan dengan teori
konseling kelompok menggunakan Empathy-Altruism Hypotesis
teknik shapping. (Dayakisni, 2009:161) teori ini
Adapun hasil penelitian yang menerangkan bahwa tindakan prososial
dilakukan pada kelompok treatment berasal dari motivasi atau dorongan hati
menunjukkan bahwa pelaksanaan seseorang untuk perhatian dan ingin
teknik shapping dalam layanan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
konseling kelompok efektif dalam Seseorang makan lebih mudah,
meningkatkan perilaku prososial pada berperilaku prososial ketika menghayati
siswa. Hal tersebut ditandai dengan apa yang dirasakan oleh orang lain
meningkatnya skor pengukuran (empati) dibandingkan menilai secara
perilaku prososial melalui pemberian objektif dengan mengabaikan perasaan
pre-test dan post-test. Total skor rata- diri sendiri.
rata anggota kelompok treatment Keberhasilan dari meningkatnya
sebelum diberikan treatment atau perilaku prososial yang dialami oleh
dilakukannya pre-test adalah anggota kelompok treatment tidak lepas
90,5,dengan persentase 21, 04% dari layanan konseling kelompok dan
kemudian sesudah diberikan treatment teknik shapping yang diberikan. Proses
(post-test) mengalami peningkatan konseling kelompok dilakukan dalam 5
dengan jumlah skor rata-rata 126 (lima) kali pertemuan, dalam setiap
dengan persentase 73,25% yang berarti pertemuan terdiri dari 4 (empat tahap),
awalnya termasuk dalam kategori yang yakni tahap pembukaan, tahap
rendah, kemudian setelah mengikuti peralihan, tahap kegiatan dan tahap
serangkaian kegiatan layanan konseling pengakhiran.
kelompok dengan teknik shapping atau Selain mendapatkan pemahaman
dilakukannya post test, total skor siswa yang lebih baik dan hal-hal yang turut
menjadi kategori sedang. mendukung meningkatnya perilaku
Berkaitan dengan terjadinya prososial pada siswa, hasil temuan di
perubahan atau adanya peningkatan dalam proses pemberian teknik
setelah mengikuti kegiatan layanan shapping dalam layanan konseling
konseling kelompok dengan teknik kelompok kepada kelompok treatment
shapping pada kelompok treatment yaitu siswa terlihat antusias, aktif
tersebut, Hal ini terlihat pada bertanya maupun berpendapat, fokus
peningkatan hasil skor test yang menyimak dengan baik apa yang
diperoleh konseli secara keseluruhan, disampaikan oleh peneliti, serius ingin
selain itu peningkatan ini juga terlihat merubah kebiasaan-kebiasaan buruk,
pada perubahan sikap dan tingkah laku lebih menghargai dan mencintai diri
anggota kelompok yang diperoleh sendiri dan orang disekitarnya, sehingga
melalui observasi peneliti terhadap dalam proses pelaksanaan treatment,
anggota kelompok, yang mana anggota konseli mengikutinya dengan baik.
kelompok mulai membiasakan dirinya

188
Pada saat proses pemberian reinforcement secara sistimatik dan
treatment, siswa mulai menunjukkan 1) langsung setiap kali ditampilkan. Hal ini
berani mengutarakan gagasan maupun sesuai dengan diungkap Latipun (2008),
pendapat yang bersumber dari diri bahwa perilaku yang dibentuk
sendiri dihadapan konselor dan anggota berdasarkan hasil dan segenap
kelompok lainnya, 2) berani melakukan pengalaman berupa interaksi individu
tantangan berupa tindakan-tindakan dilingkungan sekitar. Dengan belajar
baru yang sebelumnya belum mereka dari pengalaman anak dapat merubah
lakukan, hal ini berupa tindakan untuk perilaku yang tidak diinginkan diganti
mengatasi perilaku prososial rendah dengan perilaku yang diinginkan (target
mereka, 3) menyusun strategi pencarian behavior), khususya dalam
solusi dan mempersiapkan diri ketika pembentukan perilaku prososial.
berhadapan dengan masalah yakni dari Dari hasil pembahasan secara
mereka menyusun rumusan tindakan umum dapat dikatakan bahwa teknik
yang harus dilakukan untuk mengatasi shapping dalam layanan konseling
perilaku prososial rendah, 4) memiliki kelompok efektif untuk meningkatkan
semangat dan motivasi untuk berubah perilaku prososial pada siswa.
ke arah yang lebih baik dan mencapai Berdasarkan hasil t-test, menunjukkan
tujuan-tujuan hidup yang juga telah bahwa thit > ttab (10,37 > 2,447 dengan
dirumusukan yang ditunjukkan dengan probabilitas kesalahan 0.05 atau 5%)
antusiasme, keseriusan serta keaktifan dengan hasil kesimpulan yaitu bahwa
siswa selama proses pemberian adanya perbedaan tingkat perilaku
treatment, prososial sebelum dan sesudah
Berdasarkan pemaparan di atas, diberikan teknik shapping dalam
seluruh anggota kelompok treatment layanan konseling kelompok. Maka
menunjukkan keberhasilan teknik shapping dalam layanan
meningkatkan perilaku prososial yang konseling kelompok efektif untuk
ada pada diri karena ada motivasi atau meningkatkan perilaku prososial pada
dorongan tertentu untuk mencapai siswa kelas IX di SMPN 21
tujuan mereka masing-masing. Hal Banjarmasin.
tersebut didukung dengan hasil
penelitian yang sudah dilakukan KESIMPULAN
Hasbiah (2016:7) menyimpulkan Sebelum diberikan teknik shapping
“konseling kelompok dengan dalam layanan konseling kelompok,
menggunakan teknik shapping efektif nilai persentase rata-rata perilaku
untuk meningkatkan perilaku siswa”. prososial siswa sebesar 90,5 % yang
Hal ini ditunjukkan dengan adanya ada termasuk dalam kategori rendah.
pengaruh nyata dan positif dari Setelah diberikan treatment melalui
penerapan teknik shaping dalam teknik shapping dalam layanan
konseling kelompok. Teknik shaping konseling kelompok, perilaku prososial
pada dasarnya pembentukkan tingkah siswa mengalami kenaikan menjadi
laku baru yang sebelumnya belum 73,25 % yang termasuk dalam kategori
ditampilkan dengan memberikan sedang. Teknik shapping dalam layanan
konseling kelompok efektif untuk

189
meningkatkan perilaku prososial, yang
ditandai dengan meningkatnya skor
nilai persentase pada siswa kelas IX di
SMPN 21 Banjarmasin setelah
diberikan teknik shapping dalam
layanan konseling kelompok.

190
DAFTAR RUJUKAN

Adhiputra, Ngurah. 2015. Konseling Kelompok Perspektif Teori dan Aplikasi.


Adhiputra, Ngurah. 2015. Konseling Kelompok Perspektif Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Media Akademi.

Dayakisni & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Malang: Universitas


Muhamadiyah Malang Press

Hasnida, Namora Lumangga Lubis. Konseling Kelompok Jakarta: Kencana, 2016.

Kusumaningrum, Intan. (2014). Meningkatkan perilaku prososial rendah melalui


layanan penguasaan konten dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas VII
SMP Negeri 21

Latipun, 2008. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Nashori Fuaad, 2008. Psikologi Sosial Islami, Jakarta: PT Refika Aditama

Putri, Irma. 2015 Perilaku Prososial Pada Siswa Smp Islam Plus Assalamah
Ungaran Semarang Ditinjau Dari Empati Dan Dukungan Sosial Teman
Sebaya (online) http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/detail/846627 (Di
akses 27 Agustus 2019)

Rahman, Agus Abdul. 2013. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers.

You might also like