You are on page 1of 13

Penggunaan Layanan Konseling Kelompok Teknik Role Play Untuk Meningkatkan

Perilaku Asertif Pada Siswa

Using Group Counseling’s Role Play Technique To Improve Student’s Assertive


Behavior Assertive Behavior

Riska Apriyanti1*, Yusmansyah2, Diah Utaminingsih3


1
Mahasiswa FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung
2
Dosen Pembimbing Utama Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung
3
Dosen Pembimbing Pembantu Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung
* e-mail: riskaapriyantibk13@gmail.com, Telp: +6281279206443

Received: Accepted: Online Published:

The problem of this research was the lowness of the student assertive behavior. The
objective was research to the increase in assertive behavior in students using role play
technique. The research method used quasi experimental with one group pretest –posttest
design, then analyzed with a using the wilcoxon test. Data was collected with assertive
behavior scale. The subject of the study were 7 students. who had assertive behavior was
low. The results of statistical analysis showed they Zart = -2,366<Ztab = 0,018, it meant Ho
was rejected and Ha accepted and the results of the analysis showed that the assertive
behavior of the students there was an increase for 55%. This meant that there was a
significant difference between assertive behavior before and after the group group
counseling services. The counslusion of this research was that students’ assertive
behavior couldbe in creased by using group counseling services in class X Madrassah
Daarul Ma’arif Natar South Lampung

Keywords: group counseling,guidance and counseling and assertive behavior.

Masalah dalam penelitian ini adalah perilaku asertif siswa yang rendah. Tujuan penelitian
adalah mengetahui peningkatan perilaku asertif pada siswa dengan teknik role play.
Metode penelitian menggunakan quasi experimental dengan teknik analisis one group
pretest-posttest. Teknik pengumpulan data adalah skala perilaku asertif. Subyek
penelitian sebanyak 7 orang yang memiliki perilaku asertif rendah. Teknik analisis data
menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis statistik menunjukkan Zhit = -2,366<Ztab =
0,018, maka Ho ditolak dan Ha diterima Artinya terdapat peningkatan yang signifikan
antara perilaku asertif sebelum dan setelah diberikan layanan konseling kelompok.
Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku asertif siswa dapat ditingkatkan menggunakan
layanan konseling kelompok pada siswa kelas X di Madrasah Daarul Ma’arif Natar
Lampung Selatan

Kata kunci: konseling kelompok, bimbingan dan konseling, perilaku asertif

28
PENDAHULUAN manusia, karena masa remaja adalah
Sekolah sebagai lembaga yang suatu periode peralihan dari masa
menyelenggarakan pendidikan formal kanak-kanak ke masa dewasa. Pada
mempunyai perasaan yang sangat masa ini remaja merasakan adanya
penting dalam usaha mendewasakan perubahan yang terjadi pada dirinya
anak dan menjadikannya sebagai seperti perubahan fisik yang hampir
anggota masyarakat yang berguna. menyerupai orang dewasa atau yang
Kenyataan sekarang menunjukkan disebut dengan masa puber, perubahan
bahwa dalam dunia pendidikan telah sikap, perasaan atau emosi yang sering
terjadi perubahan-perubahan, seperti tanpa disadari oleh remaja itu sendiri
perubahan sistem pendidikan, seperti rasa malu, gembira, iri hati,
kurikulum metode mengajar dan masih sedih, takut cemas, cemburu, kasih
banyak lagi perubahan-perubahan yang sayang dan rasa ingin tahu. Hal ini
muncul dalam dunia pendidikan. sesuai degan pendapat Lazarus (1976:
138) yang mengemukakan bahwa
Peristiwa atau kejadian yang perilaku asertif adalah perilaku dimana
dialami, tidak akan terlepas dari individu mengekspresikan perasaan
hubungan antar pribadi dengan orang (baik yang positif maupun negative)
lain, baik dengan keluarga, teman dan dan pikirannya secara tegas dan bebas
lingkungan masyarakat. Hampir dengan tetap memperhatikan perasaan
sebagian besar waktu dalam kehidupan orang lain.
seseorang igunakan untuk berhubungan
atau berinteraksi dengan orang lain Permasalahan – permasalahan
yang bertujuan untuk mencapai tujuan diatas merupakan potret dari siswa
dan pemenuhan kebutuhan. Pada saat yang mempunyai perilaku asertif
berinteraksi dengan orang lain, rendah. Permasalahan tersebut dapat
seseorang mungkin akan merasa bahwa mengganggu perkembangan siswa pada
cara pandangnya tidak dipahami orang masa remajanya sehingga harus
lain, mendapat reaksi yang kurang mendapatkan penanganan yang
menyenangkan, merasa hak-haknya menyeluruh. Penanganan dapat
tidak terpenuhi, atau gagal untuk dilakukan oleh berbagai pihak yang
mengatakan dengan jelas apa yang berasal dari lingkungan anak, baik
sebenarnya diinginkan. Hal-hal tersebut keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
tentunya akan menimbulkan tekanan Pada masal remaja, perilaku asertif
pada diri seseorang sehingga masih dalam tahap perkembangan, dan
mengakibatkan individu tersebut ada kemungkinan berkembang kearah
menghindari relasi sosial tertentu dan positif dan negative (Hurlock, 2004 :
timbul suatu konflik yang pada 215).
akhirnya menghasilkan masalah dalam Guru bimbingan konseling
perilaku sosialnya. Tanpa adanya bertugas untuk memberikan layanan
kemampuan untuk berkomunikasi bimbingan dan konseling dalam bidang
dengan baik dan efektif serta pribadi, sosial, belajar dan karir.
penyesuaian diri yang memadai akan Layanan bimbingan dan konseling ini
menimbulkan kesulitan dalam memiliki peranan yang penting dalam
membina hubungan interaksi dengan pengambangan diri siswa, khususnya
orang lain secara efektif dan efisien. perilaku asertif siswa yang termasuk
Masa remaja merupakan periode dalam bidang sosial. Layanan
penting dalam rentang kehidupan bimbingan konseling berfungsi untuk

29
memfasilitasi berkembangnya untuk memberikan kontribusi pada
karakteristik pribadi siswa secara siswa dalam memecahkan masalah
optimal. Layanan konseling kelompok yang dihadapi terutama masalah
adalah layanan konseling perorangan perilaku asertif dan dalam pelaksanaan
yang dilaksanakan didalam suasana konseling kelompok siswa sebagai
kelompok. Layanan konseling anggota kelompok akan bersama-sama
kelompok terjadinya hubungan membahas permasalahan mengenai
konseling dalam suasana yang perilaku asertif serta bagaimana cara
diusahakan sama seperti dalam menciptakan dinamika kelompok yang
konseling perorangan, yaitu hangat, dijadikan tempat untuk
terbuka, permisif dan penuh keakraban. mengembangkan ineraksi sosial dalam
Didalamnya juga terdapat perilaku asertif. Konseling kelompok
pengungkapan dan pemahaman merupakan salah satu bentuk konseling
masalah klien, penelusuran sebab- dengan memanfaatkan kelompok untuk
sebab timbulnya masalah, upaya membantu, memberi umpan balik dan
pemecahan masalah (jika perlu dengan pengalam belajar. Konseling kelompok
menerapkan metode-metode khusus), dalam prosesnya menggunakan prinsip-
kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. prinsip dinamika kelompok (Latipun,
2006)
Kegiatan konseling kelompok
akan memanfaatkan proses kelompok Pelaksanaan kegiatan konseling
seperti berkomunikasi dan interaksi kelompok ini menggunakan teknik
mengembangkan diri. Anggota yang akan membantu dalam
kelompok akan memanfaatkan proses menyelesaikan masalah siswa, teknik
kelompok untuk melatih diri dalam yang digunakan dalam penelitian ini
mengemukakan pendapat, membahas adalah dengan menggunakan teknik
masalah yang dialami secara tuntas, role play. Menurut Lubis (2011:173)
siswa dapat saling bertukar informasi, teknik role play mengajarkan klien
memberikan kritik dan saran serta untuk membedakan tingkah laku
anggota kelompok dapat memecahkan agresif, pasif dan asertif. Bermain
suatu masalah secara bersama-sama, peran (role play) suatu kegiatan yang
dapat berbagai pengalaman dan diskusi menyenangkan, secara lebih lanjut
sehingga kegiatan konseling kelompok bermain peran merupakan suatu
menunjang perkembangan pribadi kegiatan yang dilakukan seseorang
siswa yang mengarah pada peningkatan untuk memperoleh kesenangan.
perilaku asertif siswa.
Role play merupakan suatu
Konseling kelompok adalah metode bimbingan dan konseling
suatu proses antarpribadi yang dinamis kelompok yang dilakukan secara sadar
yang berpusat pada pemikiran dan dan diskusi tentang peran dalam
perilaku yang sadar dan melibatkan kelompok. santrock juga menyatakan
fungsi-fungsi terapi seperti sifat bermain peran memungkinkan peserta
permisif, orientasi pada kenyataan, didik mampu mengatasi frustasi dan
katarsis, saling mempercayai, saling merupakan suatu medium bagi ahli
memperlakukan dengan mesra, saling terapi untuk menganalisis konflik dan
pengertian, saling menerima dan saling cara mereka mengatasinya. Role play
mendukung (Nurihsan, 2007). Layanan merupakan bagian dari bimbingan dan
konseling kelompok dipandang tepat konseling yang dapat digunakan untuk

30
membantu individu merubah perilaku METODE PENELITIAN
yang tidak dapat digunakan untuk Metode yang akan digunakan
membantu individu merubah perilaku dalam penelitian ini adalah quasi
yang tidak diinginkan menjadi perilaku eksperimen yaitu metode penelitian
yang diharapkan ada pada individu yang diguankan untuk mencari
dengan cara memainkan peran. Teknik pengaruh perlakuan tertentu terhadap
diatas termasuk pendekatan behavior. yang lain dalam kondisi yang
terkendali (Sugiyono, 2010).
Role play atau bermain peran Jenis Penelitian
yaitu mendramatisasi tingkah laku Penelitian ini menggunakan
seseorang untuk meningkatkan perilaku pendekatan kuantitatif
asertif dengan cara memainkan peran-
peran tokoh khayalan sehingga Tempat dan Waktu Penelitian
berkesempatan melakukan, Penelitian ini dilakukan di
menafsirkan dan memerankan suatu Madrasah Aliyah Daarul Ma’arif Natar
peran (Blatner, 1991). Tujuan Lampung Selatan dan penelitian ini
penanganan melalui konseling dilaksanakan pada tahun ajaran
behavioral dengan teknik role play 2016/2017.
adalah untuk merubah tingkah laku
sebagai upaya alternatif memperbaiki Target / Subjek Penelitian / Populasi
dan merubah sikap siswa yang belum / dan Sample
berani mengungkapkan pendapat Subjek penelitian pada
menjadi berani mengungkapkan penelitian ini adalah siswa kelas X
pendapat, berani menghadapi situasi Madrasah Daarul Ma’arif Natar
ketidaknyamanan belajar dan berani Lampung Selatan yang memiliki
bertindak. Peneliti ini mengkaji tatanan perilaku asertif rendah. Untuk
pendidikan formal tingkat SMA, menjaring subjek penelitian, diberikan
dimana mereka mengalami perubahan skala perilaku asertif pada siswa kelas
pada masa pubertas dan akan berakibat X. Skala perilaku asertif berfungsi
pada sikap dan perilakunya, salah sebagai penjaringan siswa yang
satunya yaitu seperti ingin menyendiri memiliki perilaku asertif rendah
atau menarik diri. Gejala menarik diri sekaligus sebagai pretest bagi siswa
ini mencakup ketidakinginan yang menjadi subjek penelitian dengan
berkomunikasi dengan orang lain, kriteria yang telah ditentukan, karena
sehingga proses interaksi dan penelitian ini akan melihat perilaku
komunikasi tidak efektif dan tidak asertif yang rendah pada subjek, maka
memerlukan atau mengingkan yang dijadikan subjek adalah siswa
kerjasama dengan orang lain (Hurlock, yang memiliki perilaku rendah.
1994).
Prosedur
Berdasarkan latar belakang
Desain yang digunakan dalam
dalam penelitian tersebut maka peneliti
penelitian ini adalah One Group
tertarik meneliti tentang “Penggunaan
Pretest-Posttest Design yaitu
Layanan Konseling Kelompok Teknik
eksperimen yang dilaksanakan pada
Role Play untuk Meningkatkan
satu kelompok saja tanpa kelompok
Perilaku Asertif Pada Siswa Kelas X di
pembanding (Sugiyono, 2012:2).
Madrasah Daarul Ma’arif Natar
Penjaringan subjek penelitian,
Lampung Selatan Tahun Ajaran
diberikan skala perilaku asertif pada
2016/2017”
siswa kelas X.A, X.B, dan X.C dengan

31
jumlah 65 siswa, kemudian peneliti Tabel 1. Kegiatan Penelitian di
melakukan penjaringan subjek (pretest) Madrasah Daarul Ma’arif Natar
menggunakan skala perilaku asertif Lampung Selatan
yang telah diuji validitasnya oleh Tanggal Kegiatan yang dilaksanakan
beberapa dosen ahli di program studi
Bimbingan dan Konseling Unila, lalu 15 April a. Mengajukan surat izin
diujicobakan di SMA N 15 2017 penelitian kepada kepala
Bandarlampung, agar peneliti Madrasah Daarul Ma’arif
mendapatkan siswa yang berperilaku Natar Lampung Selatan
asertif rendah sesuai dengan kriteria dan menjelaskan kegiatab
yang telah ditentukan. Selanjutnya penelitian yang akan
subjek yang telah dijaring akan dilaksanakan.
diberikan treatment atau perlakuan b. Melakukan wawancara
berupa layanan konseling kelompok dengan guru BK dan
dengan menggunakan teknik role play. melaksanakan
Setelah melakukan pretest peneliti penjaringan subjek
mendapatkan 7 siswa yang sesuai dengan membagikan
dengan kriteria perilaku asertif rendah skala perilaku asertif
dan akan dijadikan subjek penelitian kepada siswa kelas X.
untuk diberikan layanan konseling 19 April a. Melakukan pertemuan
kelompok dengan teknik role play agar 2017 dengan 7 orang siswa
perilaku asertif mereka dapat yang terjaring dalam
meningkat sesuai dengan target yang
penjaringan subjek.
ingin dicapai. b. Melakukan kesepakatan
Alasan peneliti menggunakan kontrak kegiatan layanan
subjek penelitian adalah karena peneliti konseling kelompok
ini merupakan aplikasi untuk dengan siswa.
meningkatkan perilaku asertif siswa 21 April Pelaksanaan konseling
dengan menggunakan teknik role play 2017 kelompok pertemuan I
dan hasil dari proses roel play ini tidak 25 April Pelaksanaan konseling
dapat digeneralisasikan antara subjek 2017 kelompok pertemuan II
yang satu dan tidak dapat mewakili 29 April Pelaksanaan konseling
subjek yang lain karena setiap individu 2017 kelompok pertemuan III
berbeda. Subjek penelitian merupakan 02 Mei Pelaksanaan konseling
subjek yang dituju untuk diteliti oleh 2017 kelompok pertemuan IV
peneliti atau sasaran peneliti. Penelitian 04 Mei Pelaksanaan konseling
subjek disesuaikan dengan keberadaan 2017 kelompok pertemuan V
masalah dalam penelitian (Arikunto, 06 Mei a. Pertemuan konseling
2006). Subjek penelitian ini merupakan 2017 kelompok pertemuan
sumber data untuk menjawab masalah. VI
b. Evaluasi dengan
Sebelum melaksanakan sabar skala perilaku
perlakuan kepada subjek, peneliti asertif setelah
mempersiapkan dalam penelitian. diberikan treatment
Berikut ini adalah tebel persiapan dan
pelaksanaan penelitian :

32
Data, Instrumen, dan Teknik adalah tes mengukur tentang suatu
Pengumpulan Data kondisi yang ingin diukur. Untuk
Data merupakan segala fakta menguji validitas isi setelah instrument
dan angka yang dapat dijadikan bahan disesuaikan tentang aspek-aspek yang
untuk menyusun suatu informasi, akan diukur dengan berlandaskan teori
sedangkan informasi adalah hasil tertentu, dapat digunakan pendapat dari
pengelohan data yang dipakai untuk ahli (judgments experts). Dalam hal ini,
suatu keperluan (Arikunto, 2002). para ahli yang diminta pendapatnya
Salah satu langkah yang sangat penting adalah dosen-dosen bimbingan dan
dalam kegiatan penelitian.melalui konseling di Universitas Lampung.
teknik analisis data maka dapat Para ahli yang dimintai
membuktikan hipotesis. pendapatnya adalah 3 orang dosen
Untuk mengumpulkan data Bimbingan dan Konseling FKIP Unila
penelitian, peneliti harus menentukan yaitu Yohana Oktariana, M.Pd, Redi
teknik pengumpulan data yang akan Eka Andriyanto, M.Pd., Kons., Citra
digunakan sesuai dengan menggunakan Abriani Maharani, M.Pd., Kons. Hasil
teknik pengumpulan data yaitu skala uji menunjukkan pernyataan tepat
perilaku asertif. Model dan format untuk digunakan namun perlu adanya
skala yang dibuat menurut (Azwar, perbaikan kembali pada beberapa item
2014:14) banyak ragamnya dan oleh skala. Penelitian ini menguji validitas
karena itu dalam pelaksanaannya butir item angket menggunakan rumus
menuntut keluwesan dari pihak Aiken’s V. Menurut Aiken (Azwar,
perancang penyusun skala. Melalui 2014 : 134) telah merumuskan Aiken’s
skala likert, maka variabel yang akan V untuk menghitung content-validity-
diukur dijabarkan menjadi indikator coefficient yang didasarkan penilaian
variabel. Indikator tersebut dijadikan ahli sebanyak n orang terhadap suatu
sebagai titik tolak untuk menyusun item mengenai sejauh mana item
instrument yang dapat berupa tersebut mewakili konstrak yang
pertanyaan atau pernyataan. Instrumen diukur. Penilaian dilakukan dengan
penelitian menggunakan skala model cara memberikan angka antara 1 (yaitu
llikert. Dimana dalam skala likert, sangat tidak mewakili atau sangat tidak
responden akan diberikan pernyataan- relevan) sampai dengan 4 (yaitu sangat
pernyataan dengan alternative, yaitu : mewakili atau sangat relevan).
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak Berdasarkan hasil validitas
sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). dengan rumus Aiken’s V pernyataan
Dalam perhitungan skor pada dengan kriteria sebanyak 0,66 maka
skala perilaku asertif konseling pernyataan tersebut dikatakan valid dan
kelompok dengan menghitung skor dapat digunakan. Berdasarkan hasil uji
total. Pada tahap ini kemampuan ahli dari 50 pernyataan setelah dihitung
perilaku asertif konseling kelompok koefisien validitas isi terdapat 39
dikategorikan menjadi 3 yaitu : tinggi, pernyataan yang dinyatakan valid dan
sedang dan rendah. 11 pernyataan tidak valid karena hasil
perhitungan Aiken’s V < 0,66
Validasi Instrumen
Validasi merupakan Reliabilitas Instrumen
kepercayaan terhadap instrumen Suatu instrument dikatakan
penelitian dalam hal ini, peneliti reliable atau tidak, jika telah dihitung
menggunakan validasi isi. Validitas isi keofisien reliabilitasnya. Semakin

33
tinggi koefisien reliabilitas mendekati pretest dan posttest melalui uji
angka 1,00 berarti instrumen semakin Wilcoxon. Dalam pelaksanaan uji
reliabilitas. Koefisien yang semakin Wilcoxon untuk menganalisis kedua
rendah mendekati 0 berarti semakin data yang berpasangan tersebut,
rendah reliabilitasnya.Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
dihitung dan dianalisis dengan program analisis uji melalui program SPSS
SPSS (Statistical Package for Social (StatisticalPackage for Sosial Science).
Science) menggunakan rumus alpha Penelitian ini menggunakan
crombachdengan rumus sebagai teknik analisis data dengan uji
berikut: Wilcoxon karena subjek penelitian <
 k  St  25, dan berdistribusi tidak normal
r11   
1 
 (Sudjana, 2005:450). Didalam uji
 k  1  St2  Wilcoxon , bukan hanya tanda-tanda
Keterangan: positif dan negative dari selisih skor
r11 : Reliabilitas instrumen pretest dan posttest yang diperhatikan,
k : Banyaknya butir pertanyaan tetapi juga besarnya selisih atau beda
ΣSt2 : Jumlah varian butir antara skor pretest dengan posttest.
St2 : Varian total Analisis ini digunakan untuk
Berdasarkan Uji reliabilitas mengetahui keefektifan teknik role
pada skala perilaku asertif dilakukan playing untuk meningkatkan perilaku
terhadap 39 item. Setelah dilakukan uji asertif siswa. Dengan ini uji Wilcoxon
reliabilitas instrument diperoleh akan diketahui perbedaan antara pretest
koefisien reliabilitas pada skala perilaku dan posttest. Penelitian ini akan
asertif adalah sebesar 0, 985. Berdasarkan menguji pretest dan posttest dengan
kriteria reliabilitas koefisien reliabilitas kelompok eksperimen, dengan
pada skala perilaku asertif berkaidah
demikian peneliti dapat melihat
keputusan sangat tinggi. Dengan demikian,
skala perilaku asertif diri dapat digunakan perbedaan pretest dan posttest melalui
dalam penelitian. uji wilcoxon ini.
Penelitian ini akan menguji
Teknik Analisis Data pretest dan posttest antara kelompok
Teknik analisis data digunakan eksperimen dan kelompok control,
untuk membuktikan hipotesis dalam dengan demikian peneliti dapat melihat
suatu penelitian. Peneliti eksperimen perbedaan pretest dan posttest antara
bertujuan untuk mengetahui dampak kelompok eksperimen dan kelompok
dari sebuah perlakuan, dengan kontrol. Dalam pelaksanaan uji
melakukan sesuatu dan mengamati Wilcoxon untuk menganalisis kedua
dampak dari sebuah perlakuan tersebut data yang berpasangan tersebut,
(Arikunto, 2006). dilakukan dengan menggunakan
Analisis ini digunakan untuk analisis ini melalui program SPSS
mengetahui keefektifan layanan (Statistic Package for Social Science)
konseling kelompok untuk 16. Hasil analisis menunjukkan Zhit = -
meningkatkan perilaku asertif siswa. 2,366 < Ztab = 0,018. p = 0,018 < 0,05,
Alasan peneliti menggunakan uji Ha diterima, Ho ditolak artinya perilaku
Wilcoxon karena salah satu data yang asertif siswa kelas X Madrasah Daarul
diuji berdistribusi tidak normal. Ma’arif Natar Lampung Selatan tahu
Penelitian ini akan menguji Pretest dan ajaran 2016/2017dapat ditingkatkan
posttest, dengan demikian peneliti dengan menggunakan konseling
dapat melihat perbedaan nilai antara kelompok teknik role play.

34
HASIL DAN PEMBAHASAN dan kegiatan pengakraban. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tahap II (peralihan) tahap peralihan
meningkatkan perilaku asertif siswa merupakan tahap yang menjadi
dengan menggunakan layanan jembatan untuk menghubungkan tahap
konseling kelompok dengan pembentukan menuju tahap kegiatan.
menggunakan teknik role play pada Setelah terbentuknya suasana yang
siswa kelas X Madrasah Daarul nyaman, pemimpin kelompok kembali
Ma’arif Natar Lampung Selatan Tahun menanyai anggota kelompok apakah
Ajaran 2016/2017. Hasil pemberian sudah benar-benar memahami
layanan konseling kelompok teknik konseling kelompok apakah sudah
role play dievaluasi dengan cara benar-benar memahami konseling
melakukan posttest. Kegiatan konseling kelompok atau belum. Kemudian
kelompok teknik role playing ini pemimpin kelompok menjelaskan dan
pemimpin kelompok berusaha menanyai kesiapan anggota kelompok
membangun dinamika kelompok yang untuk melanjutkan kegiatan
mana dinamika kelompok ini sangat selanjutnya, namun pemimpin
berperan dalam meningkat perilaku kelompok harus mengamati mimic
asertif siswa, karena dalam dinamika wajah anggota kelompok dalam
kelompok yang aktif siswa terlibat kegiatan selanjutnya. Pelaksanaan
langsung dalam menyelesaikan tahap III (kegiatan), tahap ini
permasalahan yang sedang dihadapi merupakan tahap inti kegiatan
anggota yang lain maupun dirinya konseling kelompok dengan suasana
sendiri. yang ingin dicapai. Dalam tahap ini
pemimpin kelompok mempersilahkan
Hasil pelaksanaan layanan setiap anggota kelompok untuk
konseling kelompok teknik role play mebahas topik yang telah pemimpin
berdasarkan prosedur dan langkah- kelompok tentukan. Selanjutnya
langkah pelaksanaan layanan konseling anggota kelompok diharapkan untuk
kelompok teknik role play sesuai memainkan peran sesuai dnegan
dengan modul yaitu pelaksanaan tahap masalah yang mereka ungkapkan.
I (pembentukan) pada tahap Pelaksanaan tahap IV (pengakhiran)
pembentukan merupakan tahap tahap pengakhiran merupakan tahap
pengenalan, pelibatan diri, atau proses penutup dari serangkaian kegiatan
memasukkan diri, konselor sebagai konseling kelompok dengan teknik role
pemimpin kelompok dalam upaya play dengan tujuan menuntaskan
menumbuhkan sikap kebersamaan pembahasan topik. Pada tahap ini,
dalam kelompok. Tujuan dari tahap iini sangat penting bagi pemimpin
adalah agar anggota kelompok dapat kelompok untuk memberikan
memahami pengertian dari kegiatan penguatan (reinforcement) terhadap
konseling kelompok, tumbuhnya hasil yang telah dicapai selama
suasana bebas dan terbuka serta kegiatan konseling kelompok
tumbuhnya rasa saling percaya berlangsung.
terhadap sesame anggota kelompok dan Berikut ini adalah hasil data
pemimpin kelompok dalam kelompok. setelah memberikan layanan konseling
Langkah-langkah pelaksanaan layanan kelompok teknik role play pada subjek
konseling kelompok yang pertama kelas X Madrasah Daarul Ma’arif
menjelaskan asas kegiatan konseling Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran
kelompok, mengadakan pengakraban, 2016/2017.

35
145 perilaku asertif, yaitu perbedaan skor
150 140
132 137 143 133 perilaku asertif rendah siswa sebelum
125
111 dan setelah diberikan layanan
104 konseling kelompok teknik role
79,4 95 Pretest
100 78,3 85,8
78 76 74 playing dan untuk membuktikan
64,4 78 hipotesis Ha dan Ho yang terbukti
dalam penelitian ini, maka digunakan
50 37,5 40
23,4
Posttest rumus analisis data uji Wilcoxon.
Berdasarkan hasil analisis data,
0
diperoleh data perilaku asertif siswa di
Rama Dani…
Wahyu Nur…

sekolah seperti tersaji pada table 2.


Avita Yuristina
Aji Saputra
Diana Reza

Umi Latifah
Wandi Sulaiman

Presenta
se
Tabel 3. Perbandingan Skor
Peningka Hasil Pretest dan Posttest Perilaku
tan Asertif
N Na Pretest Posttest G %
o. ma Sk Krit Skor Kr ai
or eria ite n
Gambar 1. Hasil layanan konseling ria
kelompok teknik role playing siswa
1. DR 78 R 140 T 62 79,4
kelas X
%
Dapat dilihat bahwa hasil
pretest terhadap tujuh subjek sebelum 2. RDS 76 R 125 T 49 64,4
%
pemberian perlakuan berupa role
playing diperoleh nilai rata-rata skor 3. WN 74 R 132 T 58 78,3
perilaku asertif siswa sebesar 88. A %
Setelah di berikan perlakuan berupa 4. AS 78 R 145 T 67 85,5
role playing hasil posttest diperoleh %
nilai rata-rata sebesar 136, 4. Hasil dari 5. WS 11 T 137 T 26 23,4
kedua test ini kemudian dibandingkan 1 %
untuk mengetahui apakah perlakuan 6. UL 10 T 143 T 39 37,5
yang diberikan memberikan pengaruh 4 %
atau perubahan terhadap kelompok 7. AY 95 S 133 T 38 40
tersebut (Sugiyono, 2012). Pretest dan %
posttest pada kelas eksperimen 88 136,4 48 58,4
Rata-
dilaksanakan bertujuan untuk melihat ,42 %
rata
peningkatan siswa setelah
mendapatkan perlakuan, yakni role
play. Berikut ini adalah hasil yang
Hal ini menunjukkan bahwa diperoleh dari setiap pertemuan
terdapat peningkatan skor perilaku layanan konseling kelompok dengan
asertif siswa sebelum dan setelah teknik role play. Dari pertemuan
pemberian perlakuan sebesar 55 %. pertama kegiatan konseling kelompok
Berdasarkan data tersebut dan selanjutnya diberikannya treatment
membuktikan bahwa perilaku asertif dan dapat dianalisis bahwa para
pada ketujuh subjek penelitian anggota sudah dapat memperoleh
mengalami perubahan sebelum dan pengertian dan pemahaman terhadap
setelah diberikan perlakuan. Untuk topik yang telah dibahas dalam tiap
mengetahui mengenai peningkatan pertemuan.

36
Berdasarkan kaidah RDS termasuk anak yang pasif,
pengambilan keputusan dapat tidak banyak bicara jika tidak ditanya.
disimpulkan bahwa Ha diterima artinya setelah beberapa kali melakukan
penggunaan layanan konseling permainan peran (role play) RDS mulai
kelompok teknik role play dapat banyak mengeluarkan pendapat,
meningkatkan perilaku asertif siswa dengan adanya teknik role play RDS
kelas X Madrasah Daarul Ma’arif tampak lebih aktif dan mulai
Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran menunjukkan sikap asertifnya dalam
2016/2017. Mereka menyadari bahwa berkomunikasi. Pada pertemuan
perilaku tersebut tidak mampu selanjutnya masih terlihat tertutup,
menunjang mereka untuk mencapai apa hanya mau mengungkapkan pendapat
yang telah mereka inginkan dan jika diminta. Pada tahap kegiattan yang
butuhkan. Menurut Marini & Andriani telah ditentukan RDS melakukan role
(2005:53) faktor yang mempengaruhi paly sesuai dengan permasalahannya.
sikap asertif adalah usia. Usia Dalam role play pemilihan pasangan
merupakan salah satu faktor yang turut dilakukan secara acak. Prioritas
menentukan munculnya sikap asertif permasalahannya adalah tidak berani
pada anak kecil sikap asertif belum untuk menyampaikan pendapatnya
terbentuk, pada masa remaja dan kepada teman sekelasnya.
dewasa sikap asertif berkembang, Pada awalnya hambatan yang
sedangkan pada usia tua tidak begitu dialami oleh AS yaitu cenderung diam
jelas perkembangannya atau dan kurang terbuka, sulit untuk untuk
penurunannya. Sehingga usia produktif menyampaikan pendapatnya ketika
dalam mengembangkan sikap asertif kegiatan konseling berlangsung. AS
adalah ketika usia remaja. Perubahan memiliki masalah yaitu tidak dapat
pada salah satu aspek perilaku asertif bertanggungjawab atas apa yang ia
adalah mampu berkomunikasi dengan lakukan. Dalam hal ini, AS tidak bebas
orang lain. untuk mengemukakan berbagai
Perubahan sikap pada masing- keinginan, pendapat, gagasan dan
masing anak sebelum dan sesudah perasaan secara terbuka sambil tetap
pemberian konseling kelompok : memperhatikan perasaan orang lain.
permasalahan yang dialami oleh DR AS mencoba berusaha untuk lebih
sebelum pemberian konseling percaya diri sehingga ia dapat
kelompok DR cenderung kurang mengungkapkan apa yang sebenarnya
terbuka kepada anggota kelompoknya. ia inginkan. Orang yang
Ia sering kali menunduk tidak menatap bertanggungjawab adalah orang yang
teman anggota kelompok yang sedang dapat mengerjakan tugas-tugas dengan
berbicara, ketika ditanya ia hanya semestinya, menerima risiko atau
menganggukkan kepala namun setelah akibat dari tindakannya serta
mengerti tujuan dari pelaksanaan konsekuen untuk melaksanakan
kegiatan konseling ini DR mulai keputusan yang sudah diambilnya.
tertarik. Ia kurang fokus dengan Citra dirinya akan terlihat sebagai
kegiatan konseling yang sedang sosok yang berpendirian dan tidak
berlangsung. Setelah pemberian terjebak pada eksploitasi yang
konseling kelompok perkembangan merugikan dirinya sendiri. Dengan
perilaku asertif DR dapat dikatakan demikian akan timbul rasa hormat dan
meningkat. penghargaan orang lain (Galasi, 1991).

37
Kegiatan konseling kelompok Dapat dilihat bahwa UL
ini peneliti mengambil kategori yang termasuk anggota kelompok yang ke
tinggi agar didalam kegiatan konseling dua yang memiliki kategori tinggi,
kelompok ini suasana dinamika diharapkan UL dapat mendorong dan
kelompok dapat terjalin, hidup dan mengajak anggota kelompok yang pasif
anggota kelompok saling berinteraksi. dan pendiam dapat mengungkapkan
Peneliti mengambil kategori tinggi pendapatnya sesuai dengan
salah satunya adalah WS karena permasalahan yang mereka alami.
diharapkan WS dapat mendorong Sehingga terjalinnya interaksi dan
anggota kelompok yang pasif atau dinamika kelompok didalam anggota
pendiam untuk berinteraksi dan dapat kelompok. Fokus permasalahan UL
mengungkapkan apa yang ingin ia ketika melakukan role play UL
ungkapkan sehingga terjadilah cenderung kurang menghargai
dinamika kelompok. adapun yang pendapat temannya, terkadang ia sering
menjadi prioritas permasalahan WS menyangkal ketika temannya
adalah terkadang ia merasa tidak memberikan pendapat. Setelah
percaya diri ketika didepan umum atau dilakukannya role play UL menerima
didepan kelas, ia merasa gugup dan saran dari teman-temannya dan akan
ragu. Kepercayaan diri merupakan mencoba merubah perilakunya.
suatu sikap atau keyakinan atas Peningkatan tersebut
kemampuan diri sendiri sehingga dikarenakan adanya pemberian
dalam tindakan-tindakannya tidak perlakuan layanan konseling kelompok
terlalu cemas, merasa bebas untuk dengan menggunakan teknik role play
melakukan hal-hal yang sesuai dalam rangka meningkatkan perilaku
keinginan dan tanggungjawab atas asertif siswa dalam belajar, sehingga
perbuatannya, sopan dalam berinteraksi terjadi peningkatan yang signifikan.
dengan orang lain, memiliki dorongan Melalui konseling kelompok ini
prestasi serta dapat mengenal kelebihan anggota kelompok mempunyai
dan kekurangan diri sendiri (Lauter, pemahaman baru bahwa perilaku
2002:4). asertif mereka termausk kategori
AY merupakan salah satu rendah, dan itu berdampak pada
anggota kelompok yang biasa-biasa perilaku tidak benar yang merak
saja dapat dilihat bahwa dari grafik dan tunjukkan selama ini. Mereka
table diatas AY memiliki kategori menyadari bahwa perilaku tersebut
sedang, diharapkan ketika mengikuti tidak mampu menunjang mereka untuk
kegiatan konseling kelompok ini mencapai apa yang telah mereka
perilaku asertif AY dapat meningkat. inginkan dan butuhkan. Dalam
Fokus permasalahan AY yaitu kegiatan ini, semua anggota merupakan
cenderung kurang jujur dalam teman yang sebaya. Disinilah mereka
mengekspresikan perasaan sehingga dinilai oleh orang lain yang seusia,
terjadi kurangnya interaksi dan terbuka penilaian ini akan dijadikan sebagai
terhadap temannya. Setelah cermin dalam memandang dan menilai
dilakukannya konseling kelompok dirinya sendiri. Hal ini dapat
dengan menggunakan teknik role play disimpulkan bahwa perilaku asertif
AY dapat merubah dirinya sesuai dapat ditingkatkan melalui layanan
dengan permasalahan yang sedang konseling kelompok pada siswa kelas
dialaminya, sehingga perilaku asertif X Madrasah Daarul Ma’arif Natar
AY dapat meningkat. Lampung Selatan.

38
Orang yang asertif akan mampu Selanjutnya dapat
berkomunikasi dengan orang-orang mempersiapkan diri secara positif dan
yang sudah dikenal maupun belum mampu menerima segala kekuranagn
dikenal sebelumnya. Komunikasi ini dan kelebihan yang ada pada diri
selalu terbuka, langsung, jujur dan individu. Dengan demikian, anggota
sebagaimana mesinnya (Fantehaeim & kelompok dapat belajar menerima
Baer, 1980:42). Dalam kegiatan pendapat dari orang lain, tidak
konseling kelompok ini terjadi interaksi memaksakan pendapatnya serta dapat
antar anggota kelompok, masukan dan saling memahami respon yang
respon positif dari anggota kelompok diberikan teman ketika salah satu
yang lain dapat mengubah persepsi anggota menyampaikan pendapat
sehingga dapat menumbuhkan ataupun ketika pendapat yang
kesadaran bahwa persepsi yang disampaiakn tidak diterima sehingga
dimiliki selama ini menjadi dapat mengambil hal-hal positif dari
penghambat dalam mengembangkan respon yang diberikan sesama anggota
diri. kelompok.
Faktor yang mempengaruhi
perilaku asertif yaitu salah satunya Dengan demikian, anggota
adalah usia. Usia merupakan salah satu kelompok dapat belajar menerima
faktor yang turut menentukan pendapat dari orang lain, tidak
munculnya sikap asertif. Pada anak memaksakan pendapatnya serta dapat
kecil, sikap asertif belum terbentuk, saling memahami respon yang
pada amsal remaja dan dewasa sikap diberikan teman ketika salah satu
asertif berkembang, sedangkan pada anggota menyampaikan pendapat
usia tua tidak begitu jelas ataupun ketika pendapat yang
perkembangannya atau penurunannya. disampaikan tidak diterima sehingga
Sehingga usia produktif dalam dapat mengambil hal-hal positif.
mengembangkan sikap asertif adalah Dapat disimpulkan bahwa
ketika usia remaja (Marini & perilaku asertif dalam menyelesaikan
Andriani,2005). Perubahan salah satu maslaah bermula dari pikiran, penilaian
aspek perilaku asertif adalah mampu dan pandangan negative terhadap diri
berkomunikasi dengan orang lain. sendiri, seperti mampu untuk
Orang yang asertif akan mampu berkomunikasi dengan orang lain. Hal-
berkomunikasi dengan orang-orang hal tersebut dapat menghalaingi
yang sudah dikenal maupun belum munculnya kemampuan yang
dikenal sebelumnya. Komunikasi ini sebenarnya dimiliki oleh anggota
selalu terbuka, langsung, jujur dan kelompok. Menurut Blatner (1991) role
sebagai mestinya (Fantehaeim & Bear, play suatu alat belajar yang
1980). Dalam kegiatan konseling mengembangkan keterampilan-
kelompok ini terjadi interaksi antar keterampilan dan pengertian-pengertian
anggota kelompok, masukan dan mengenai hubungan antar manusia
respon positif dari anggota kelompok dengan ajlan memerankan situasi-
yang lain dapat mengubah persepsi situasi yang pararel dengan yang terjadi
sehingga dapat menumbuhkan dalam kehidupan yang sebenarnya,
kesadaran bahwa persepsi yang memperoleh pengertian yang lebih baik
dimiliki selama ini menjadi tentang dirinya, dapat menemukan
penghambat dalam mengembangkan konsep dirinya, menyatakan
diri. kebutuhan-kebutuhannya, dan

39
menyatakan reaksi terhadap tekanan- meningkatkan perilaku asertif dalam
tekanan yang ada didalam dirinya dari interaksi sosial.
masalah-masalah psikologis.
Metode role play ini memang DAFTAR RUJUKAN
sangat membantu untuk pemecahan
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian
masalah karena anggota kelompok
Suatu Pendekatan Praktek.
secara spontan dapat menggali sendiri
Yogyakarta: Rineka Cipta.
masalahnya (mengeksporasi potensi-
potensi yang ada dalam dirinya),
Azwar, S. 2014. Metode Penelitian
meluapkan emosi yang terpendam serta
Kuantitatif & Kualitatif.
mendapatkan pemecahan masalah yang
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
berasal dari konselor dan anggota
kelompok lainnya. Sehingga pada Blatner, A. 2009. Role Playing In
penelitian ini, peneliti menggunakan Education. Jakarta: Bumi
teknik role play yang terdapat dalam Aksara.
psikodrama untuk mengembangkan
perilaku asertif siswa. Karena role play Fantehaeim, H & Bear, J. 1980. Jangan
dapat membantu individu dalam Bilang Ya Bila Anda Akan
penilaian tentang bagaimana seseorang Mengatakan Tidak. Jakarta:
akan bertindak ketika ditempatkan Gunung Jati
dalam situasi yang bermasalah .
Hurlock, E. 2004. Psikologi
SIMPULAN Perkembangan. Jakarta: PT
Kesimpulan penelitian adalah Gramedia Pustaka
perilaku asertif siswa dapat
Latipun. 2006. Psikologi Konseling.
ditingkatkan melalui layanan konseling
Malang: UMM Pres. 178
kelompok dengan teknik role play pada
siswa kelas X Madrasah Daarul Lauter. 2002. Penuntun Menumbuhkan
Ma’arif Natar Lampung Selatan Tahun Harga Diri Bagi Remaja.
Ajaran 2016/2017. Jakarta: Gramedia.
Setelah penulis menyelesaikan
penelitian, membahas dan mengambil Lazarus, A. A. 1976. Patterns Of
kesimpulan dari penelitian ini, maka Adjustment. Tokyo: Mc Graw-
dengan ini penulis mengajukan saran Hill-Kogakusha Ltd
sebagai berikut : 1) Kepada guru
Bimbingan dan Konseling hendaknya Lubis, L. 2011. Memahami Dasar-
mengadakan layanan konseling dasar Konseling dalam Teori
kelompok dengan menggunakan teknik dan Praktik. Jakarta: Kencana
role play dalam meningkatkan perilaku Prenada Media Group.
asertif siswa. 2) Kepada para peneliti Marini & Andrani. 2005. Perilaku
hendaknya melakukan penelitian masusia, pengantar singkat
dengan jeli dan mencatat secara detail tentang psikologi. Bandung: PT
mengenai perubahan perilaku siswa, Refika Aditama
gunakan alat bantu perekam setiap
pelaksanaan layanan konseling Nurihsan. 2007. Landasan Bimbingan
kelompok untuk menjaga akurasinya. dan Konseling. Bandung:
3) kepada siswa agar lebih dapat Refika Aditama

40

You might also like