You are on page 1of 39

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya Pedoman
Pelayanan Unit Gawat Darurat UPT Puskesmas Pamotan tahun 2022. Pedoman ini
merupakan pedoman pelaksanaan pelayanan Unit Gawat Darurat bagi masyarakat yang
ada di Wilayah kerja UPT Puskesmas Pamotan. Tentunya amat penting keberadaan
pedoman ini agar pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat akan lebih efisien,
efektif, proporsional, rasional, komprehensif dengan harapan agar lebih berhasil guna dan
berdaya guna.

Dalam memberikan pelayanan Gawat Darurat dilaksanakan sesuai dengan visi


Puskesmas Pamotan yaitu : “MALANG MAKMUR MAJU, AGAMIS KREATIF, MANDIRI
UNGGUL RESPONSIF “. Sedangkan misi Puskesmas Pamotan yaitu : “Terwujudnya
kabupaten malang yang bersatu, berdaulat, mandiri sejahtera dan berkepribadian unggul,
dengan inovasi pelayanan publik dalam mewujudkan keluarga bahagia, mandiri, dan
sejahtera”. Tata nilai Puskesmas Pamotan adalah “MEWAH” yaitu :

M = MAJU, BERUPAYA UNTUK MAJU DAN BERKEMBANG DALAM


MENINGKATKAN CAPAIAN PELAYANAN
E = EDUKATIF, MEMBERIKAN EDUKASI PADA PELANGGAN
SESUAI DENGAN KOMPETENSI
W = WASPADA, SIAP SIAGA DALAM PELAYANAN
A = AKUNTABEL, SETIAP PELAYANAN DAPAT DIPERTANGGUNG
JAWABKAN
H = HANDAL , MELAYANI SESUAI KOMPETENSI
Harapan setelah disusunnya pedoman pelayanan di unit gawat darurat ini,
pelaksanaan pelayanan bisa berjalan dengan lancar dan menjadikan pelayanan di
Puskesmas Pamotan menjadi lebih baik, lebih efektif, efisien dan mendapat kepercayaan
dari masyarakat, serta mampu bersaing di era yang penuh perubahan sehingga
masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang sesuai dengan standar.

Pamotan, 02 Januari 2022


Penanggung Jawab UGD

Sri Sukanti

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan pedoman 4
C. Sasaran Pedoman 4
D. Ruang Lingkup Pedoman 4
E. Batasan operasional 5
F. Landasan Hukum 5
BAB II Standart Ketenagaan
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 7
B. Distribusi Ketenagaan 8
C. Jadwal Kegiatan 9
BAB III Standart Fasilitas
A. Denah Ruangan 10
B. Standart Fasilitas 10
C. Pemeliharaan, Perbaikan dan kalibrasi Alat 14
BAB IV Tatalaksana Pelayanan
A. Lingkup Kegiatan 15
B. Jenis-Jenis Pelayanan 16
C. Metode/Prosedur Pelayanan 20
D. Langkah Kegiatan 21
BAB V Logistik 28
BAB VI Keselamatan Sasaran Kegiatan / Program 32
BAB VII Keselamatan Kerja 35
BAB VIII Pengendalian Mutu 37
BAB IX Penutup 38

Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan pelayanan Gawat Darurat ditujukan untuk menunjang
pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien Gawat Darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus SARS-Cov-2 yang merupakan virus baru yang menyerang manusia dan
belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Transmisi penularan COVID-19 yaitu
melalui droplet dan kontak langsung serta beberapa tindakan medis yang memicu
terjadinya aerosol dimana dapat memicu terjadinya resiko penularan melalui
airbone. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu demam, batuk, sesak
napas yang dapat memberat menjadi pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal hingga kematian. Kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia pertama kali
pada 2 Maret 2020 dan terus bertambah mencapai 11.192 kasus dalam 62 hari
sehingga COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan Kesehatan perlu melakukan
berbagai upaya dalam penanganan, pencegahan dan pembatasan penularan
infeksi. Peran puskesmas sangat penting dalam mewujudkan kemandirian
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengubah perilaku hidup
sehat, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta hidup dalam lingkungan
sehat. Sebanyak 20% pasien terinfeksi COVID-19 memerlukan perawatan di
rumah sakit sedangkan 80% dapat melakukan isolasi mandiri di rumah oleh
karena itu puskesmas harus berupaya meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat guna pencegahan dan pengendalian COVID-19 di wilayah kerjanya.
Dikarenakan sejak bulan Maret Indonesia dinyatakan sebagai negara
pandemic COVID-19, maka tenaga kesehatan di puskesmas perlu meningkatkan
kewaspaan resiko penularan terhadap COVID-19 dengan memperketat proses
triase dan memperhatikan prinsip PPI terutama di Unit Gawat darurat.

3
Situasi COVID-19 di Indonesia hingga tahun 2021 menglalami monjakan
kasus yang bermakna yaitu mencapai 56.757 kasus. Dalam situasi pandemic
COVID-19, puskesmas sebagai pemberi pelayanan primer memiliki peran yang
signifikan sebagai garda terdepan pelayanan COVID-19 dan berperan dalam
prevalensi, deteksi dan respon. Disamping itu, puskesmas tetap memperhatikan
kebutuhan pelayanan Kesehatan non COVID-19 dan menjamin pelayanan
kesehatan esensial tetap dapat diterima oleh masyarakat agar tidak menimbulkan
permasalahan kesehatan baru.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien
Gawat Darurat Puskesmas Pamotan pada khususnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat dalam keadaan Gawat Darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah kematian dan cacat pada penderita Gawat Darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana
mestinya.
b. Merujuk penderita Gawat Darurat melalui system rujukan untuk
memperoleh Penanganan yang lebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
d. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di
Puskesmas

C. Sasaran Pedoman
Petugas Unit Gawat Darurat UPT Puskesmas Pamotan dan tenaga kesehatan
lain nya di UPT Puskesmas Pamotan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan darurat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Pelayanan kasus True Emergency

4
2. Pelayanan kasus False Emergency
3. Pelayanan Triage
4. Pelayanan Rujukan

E. Batasan Operasional
1. Unit Gawat Darurat
Adalah unit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan
ancaman kematian dan kecacatan.
2. Pelayanan Triage
Adalah Pelayanan dengan pengelompokan korban yang berdasarkan atas
berat ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan /
pemindahannya.
3. Pelayanan Gawat darurat (True Emergency)
Adalah pelayanan terhadap Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
4. Pelayanan False Emergency
a. Gawat tidak darurat
adalah Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
b. Darurat tidak gawat
Adalah Pasien akibat kejadian yang datang tiba – tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
c. Tidak Gawat Tidak Darurat
Adalah pasien yang tidak mengancam nyawa dan tidak membutuhkan
tindakan darurat, misalnya pasien dengan ulkus tropium , TBC kulit , dan
sebagainya.
5. Pelayanan Rujukan adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kesehatan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal terhadap
kasus penyakit atau permasalahan Kesehatan.

F. Landasan Hukum
1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Permenkes RI No. 2052 Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
4. Kemenkes RI tentang Buku Pedoman Sistem Rujukan Nasional tahun 2012
5. Permenkes No. 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
6. Permenkes No. 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan

5
7. Kemenkes RI Nomor. HK. 02.02/Menkes/251/2015 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Anastesiologi dan Terapi Intensif
8. Kemenkes RI tentang Pedoman Teknis Ambulans tahun 2019
9. Permenkes RI No. 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPDGT)
10. Permenkes RI No. 18 tahun 2016 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik
Penata Anestesi
11. Permenkes RI No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
12. Permenkes RI No. 47 tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan
13. Permenkes RI No. 290 tahun 2009 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
14. Permenkes RI No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional
15. Permenkes No 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
16. Kemenkes RI No. HK 02.02/MENKES/514/2015. Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di FKTP
17. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa
Pandemi COVID-19 Tahun 2020, Serial Pertama
18. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa
Pandemi COVID-19 Tahun 2021, Serial Kedua

6
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


A. Dokter Umum

1. Memiliki Ijazah S1 Sarjana Kedokteran dan Ijazah Profesi Dokter.


2. Memiliki Surat Tanda Registrasi Dokter umum yang diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
3. Memiliki Surat ijin Praktik yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang.
4. Mampu bekerja sama, memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi
B. Perawat
1. Memiliki Ijazah S1 Keperawatan atau DIII Akademi Keperawatan
2. Memiliki SIPP yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
3. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat
4. Mampu bekerja sama, memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi
C. Bidan
1. Memiliki ijazah S1 Kebidanan atau DIII Kebidanan
2. Memiliki SIPB yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
3. Memiliki Surat Tanda Registrasi Bidan
4. Mampu bekerja sama, memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi

Di unit gawat darurat puskesmas Pamotan memiliki 2 perawat dan 2


bidan dengan kualifikasi sudah memenuhi ketentuan tersebut diatas. Pada
shift sore dan malam, dijaga oleh 3 perawat dan 1 bidan (on call ),
sedangkan dokter umum jaga berdasarkan jam piket (on call).

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Unit Gawat Darurat adalah :


No Nama Kualifikasi Pengalaman Pelatihan
Jabatan Pendidikan Kerja
1 Penanggung Dokter Minimal ACLS/ATLS/BTCLS
Jawab UKP Umum / 3tahun
Dokter Gigi
1 Penanggung DIII Minimal BLS/PPGD/BTCLS
Jawab UGD Keperawatan 3tahun
2 Dokter UGD Dokter - ACLS/ATLS/BTCLS/EKG
Umum
3 Perawat DIII - BLS/PPGD/BTCLS
Pelaksana Keperawatan
3 Bidan DIII - PONEK/PONED

7
Pelaksana Kebidanan

B. Distribusi Ketenagaan
Standar Kondisi Riil

Kompetensi Jumlah Kompetensi Jumlah


Unit
Tenaga Tenaga

Ijasah Pelatihan Ijasah Pelatihan

Unit a. Dokter ACLS/ 1 S1 ACLS/EKG 1


Gawat Fungsional ATLS/ Kedokter
Darurat EKG/ an
BTCLS

b. Perawat
BLS/ 2 BLS/PPGD 2
DIII
PPGD/
Keperaw
BTCLS
atan

c. Bidan 1 1
DIII
PONEK/ Kebidan -
PONED an

Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat, adalah:


a. Shift pagi : 4 orang (1 dokter umum, 2 perawat
pelaksana, 2 bidan pelaksana)
b. Shift sore : 3 perawat pelaksana, 1 bidan
pelaksana dan 1 dokter umum (on call)
c. Shift malam : 2 perawat pelaksana, 1 bidan, 1 bidan
on call dan 1 dokter umum (on call)

C. Pengaturan Jadwal Jaga


 Jadwal jaga terbagi menjadi 3 shift :
Pagi : pukul 07.00 – 14.00 WIB
Sore : pukul 14.00 – 20.00 WIB
Malam : pukul 20.00 – 07.00 WIB
 Pengaturan jadwal jaga dibuat oleh PJ UGD dan disetujui oleh
Kepala Puskesmas.
 Jadwal jaga dibuat untuk jangka waktu 1 bulan.

8
 Untuk tenaga perawat/bidan yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
sebelum jadwal dibuat, dan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada.
 Jadwal jaga terbagi atas jaga pagi, jaga sore, jaga malam, lepas
jaga, libur / off, dan cuti.
 Apabila ada tenaga perawat/bidan yang karena sesuatu hal tidak
dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu PJ UGD serta
mencari perawat pengganti.

D. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan B u l a n Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan x x x x x x x x x x x x
pelayanan
Kegawatdaruratan
sesuai standart
selama 24 jam
2 Memberikan x x x x x x x x x x x x
informed concent
sebelum
melakukan
tindakan
3 Melakukan x x x x x x x x x x x x
pelayanan rujukan
sesuai standart

9
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang Pelayanan


Ruang pelayanan Unit Gawat Darurat terletak di bagian depan Puskesmas
Pakisaji.

Keterangan :
1 : bed pasien (warna sesuai triage)
2 : meja kerja
3 : kursi
4 : lemari alkes/obat
5 : meja trolley
6 : kulkas obat
7 : kamar mandi
8 : wastafel
Tambahan : selama pandemic COVID-19, bila terdapat pasien yang
dicurigai atau suspek COVID-19 akan ditempatkan di bed pasien paling
pojok kanan atau dengan pintu masuk UGD dan diberi sekat pembatas
transparan yang menutupi area tersebut agar tidak beresiko menularkan
virus.

B. Standart Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Unit Gawat Darurat Puskesmas Pamotan memiliki 2 ambulance gawat
darurat, 1 Ambulance PSC 119, ruang yang tediri dari ruang pelayanan
gawat darurat umum.
Ruang pelayanan gawat darurat umum terdapat 3 tempat tidur.

10
2. Peralatan
Alat yang tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
daruratan.
Kelengkapan peralatan yang tersedia di Ruang Gawat darurat :
a. Peralatan resusitasi
1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oksigen lengkap dengan flowmeter ( 5 set )
3. Nasal kanul dewasa dan anak
4. Simple mask dewasa dan anak
5. NRBM dewasa dan anak
6. Orofaringeal airway ( 1 set )
7. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
8. Infus set / transfusi set
9. Abocath semua ukuran
10. Torniquet
11. Brancard fungsional diatur posisi trendelenberg
12. Gunting besar
13. Ambu bag dewasa dan anak ( 1 set )
14. Stetoskop ( 1 buah )
15. Tensi meter ( 1 buah )
16. Thermometer ( 1 buah )
17. Oxymetri
18. Penlight
19. Box emergency kit
b. Peralatan tindakan bedah
1. Bidai
2. Verban segala ukuran
3. Minor Surgery set
4. Gunting Pembalut
5. Gunting pembuka jahitan
6. Korentang dan tabung
7. Surgical mess dan handle scapel
8. Benang – benang/ jarum segala ukuran
- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
9. Lampu tindakan
10. Kassa steril
11. Handscoon steril
12. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
13. Infus set / transfuse set
14. Abocath semua ukuran
15. Torniquet

11
16. Stetoskop ( 1 buah )
17. Tensimeter ( 1 buah )
18. Thermometer ( 1 buah )
19. Oxymetri
20. Neck collar
21. Plester
22. Bengkok
23. Elastis verban sesuai kebutuhan
24. Celemek plastik
c. Peralatan Tindakan Non Bedah
1. Stomach tube / NGT
2. Otoscope
3. Nebulizer
4. Infus set dan Blood set
5. Abocat semua ukuran
6. Torniquete
7. IV cateter
8. Urine Bag
9. Spuit sesuai kebutuhan
10. Reflek hammer
11. Sudip lidah
12. Tensimeter ( 1 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Thermometer ( 1 buah )
15. Oxymetri
16. Timbangan dewasa dan anak
17. Monitor EKG
d. Peralatan Observasi
1. Tensimeter
2. Oxygen lengkap dengan flow meter
3. Termometer
4. Stetoskop
5. Oxymeter
6. Infus Set dan Blood set
7. Abocat semua ukuran
8. Torniquet
9. IV cateter segala ukuran
10. Urine Bag
11. Spuid sesuai kebutuhan
e. Peralatan pada Trolly Emergency
1. Obat life saving
a. Cairan D40%
b. Dexametason Injeksi
c. Difenhidramin Injeksi

12
d. Epinefrin Injeksi
e. Diazepam Injeksi
f. Furosemid Injeksi
g. Ventolin nebul
2. Alat – alat kesehatan
1. Ambu bag untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah)
2. Oropharingeal airway (1 buah )
3. Urine bag non steril ( 3 buah )
4. IV Cateter sesuai kebutuhan
5. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
6. Infus set / transfuse set
7. Abocat semua ukuran
8. Torniquete
9. Nasal kanul dewasa dan anak
10. Simple mask dewasa dan anak
11. NRBM dewasa dan anak
12. Masker nebul dewasa dan anak
13. Handscoon steril
14. Suction
15. Suction cateter
16. Neck collar
f. Ambulance
Perlengkapan Ambulance :
a.Sirine
b.Lampu rotater
c.AC
d.Sabuk pengaman
e.Sumber listrik / stop kontak
f. Lemari untuk alat medis
g.Lampu ruangan
h.Brancard
i. Radiomedik
Alat & Obat :
a.Tabung Oksigen lengkap dengan flowmeter
b.Nasal kanul dewasa dan anak
c.Simple mask dewasa dan anak
d.NRBM dewasa dan anak
e.Bag valve mask dewasa
f. Orofaringeal airway
g.Neck collar
h.Minor Surgery Set
i. Wound toilet set

13
j. Tensimeter
k.Stetoscope
l. Bengkok
m. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
n.Refleks hammer
o.Sudip lidah
p.Torniquete
q.Penlight
r. APD
s.Bidan Kit
t. Obat – Obatan
 Infus set dewasa dan anak
 Transfusi set
 Abocath semua ukuran
 Cairan infus (NS, Asering, RL, D5%)
 Lidocain
 Ondancetron
 Ranitidine
 Asam Tranexsamat
 Dexamethasone
 Diphenhydramine
 Metamizole

C. Pemeliharaan, Perbaikan dan Kalibrasi Alat


Pemeliharaan dilakukan setiap hari oleh petugas dengan cara
dibersihkan dan disterilkan. Perbaikan alat ataupun servis rutin dan
kalibrasi dilaksanakan oleh UPT Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

BAB IV
14
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Penanganan kasus pada pasien yang berkunjung di unit gawat
darurat (UGD) di pilah dengan menggunakan sistem triage dimana kondisi
pasien yang dengan kondisi kegawatdaruratan yang mengancam nyawa
yaitu kategori warna merah lebih diprioritaskan yang ditangani terlebih
dahulu, sedangfkan untuk kategori warna kuning penanganan dapat
ditunda maksimal 30 menit, sedangkan kategori warna hijau dapat ditunda
maksimal 120 menit. Untuk kategori warna hitam menyatakan kondisi
pasien saat datang ke UGD telah memiliki tanda-tanda kematian, seperti
henti jantung, henti napas, ekstremitas telah dingin, reflek cahaya pada
mata negative dan pupil melebar sempurna. Apabila pasien dengan
kategori warna merah dan kuning telah stabil setelah diberi pertolongan
pertama, atau tidak berespon dengan penanganan yang diberikan di UGD
puskesmas, serta kemungkinan diagnose mengarah ke penyakit yang
membutuhkan perawatan oleh dokter spesialis dan pemeriksaan penunjang
lainnya, maka dapat dipertimbangkan pasien dirujuk ke fasilitas Kesehatan
yang lebih memadai seperti rumah sakit.
UGD Puskesmas Pamotan memberikan pelayanan gawat darurat
setiap hari 24 jam non stop yang terbagi dalam 3 shift, yaitu pagi pukul
07.00-14.00, sore pukul 14.00-20.00 dan malam pukul 20.00-07.00.
Pelayanan gawat darurat pada masa pandemic COVID-19, tetap
dilaksanakan sesuai standar pelayanan yang berlaku dengan memperketat
proses triage dan memperhatikan prinsip PPI. Apabila tidak dapat
ditentukan bahwa pasien memiliki potensi COVID-19 maka pasien
diperlakukan sebagai kasus COVID-19.

B. Jenis-Jenis Pelayanan
a. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
Pasien yang datang pada saat jam pelayanan loket pendaftaran
1. Pasien datang di Unit Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelaksanaan Triage sesuai SOP
3. Jika pasien membutuhkan tindakan atau perawatan lanjutan di unit
gawat darurat maka petugas UGD membuatkan pengantar untuk
pendaftaran pasien UGD ke Loket kepada keluarga/penangung
jawab pasien.
4. Keluarga/Penanggungjawab pasien memberikan pengantar dari
petugas UGD ke petugas loket.
5. Petugas loket melakukan proses pendaftaran

Pasien yang datang di luar jam pelayanan loket pendaftaran

15
1. Pasien datang di Unit Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelaksanaan Triage sesuai SOP
3. Petugas melakukan tahapan penanganan pasien di UGD sesuai
SOP
4. Petugas meminta identitas pasien ke
keluarga/penanggungjawab/pasien sendiri (bila pasien tidak ada
yang mendampingi dan pasien dalam kondisi sadar)
5. Petugas menanyakan sudah pernah berkunjung atau belum, jika
belum maka petugas membuatkan status dan register baru, jika
sudah petugas mencari data pasien sesuai nomor register di e-
puskesmas.
6. Petugas menuliskan data pasien ke blanko rawat jalan baru sesuai
dengan yang di e-puskesmas.
7. Petugas melakukan input data pasien ke e-puskesmas.
8. Apabila pasien membutuhkan perawatan lanjutan di puskesmas
(Rawat inap) maka petugas membuatkan pengantar rawat inap untuk
pasien agar didaftarkan di loket pendaftaran besoknya saat jam
pelayanan loket.
9. Petugas melakukan serah terima data data pasien baru yang
mendaftar di luar jam pelayanan kepada petugas loket ke-esokan
harinya untuk diserahkan kembali ke petugas rekam medis.
10. Petugas loket memisahkan data pasien baru dan lama.
- Jika pasien adalah pasien baru, maka petugas loket membuatkan
map status baru pasien tersebut, kemudian diserahkan ke petugas
RM.
- Jika pasien adalah pasien lama maka petugas loket menyampaikan
agar petugas RM memasukkan blanko rawat jalan pasien ke dalam
status pasien tersebut.

b. Tata Laksana Pelayanan Triase


1. Pasien / keluarga pasien melakukan pendaftaran.
2. Petugas jaga UGD melakukan pemeriksaan selintas pada pasien dan
menentukan prioritas Penanganan dengan memberikan tanda gelang
dengan warna sesuai dengan keadaan pasien.
3. Kategori Merah - Segera – Immediate
Merupakan prioritas pertama (pasien mengalami cedera berat
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera). Pasien dapat langsung diberikan tindakan, jika dibutuhkan
tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke Rumah Sakit setelah
dilakukan stabilisasi.

4. .Kategori Kuning - Tunda – Delayed


16
Merupakan prioritas kedua (pasien memerlukan tindakan definitive tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera). Jika memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat menunggu giliran setelah pasien kategori merah dilayani.
5. Kategori Hijau - Minimal
Merupakan prioritas ketiga (pasien dengan cedera minimal, dapat
berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan), dapat
dirujuk ke unit rawat jalan atau dipulangkan.
6. Kategori hitam - Expectant
Merupakan prioritas terakhir (pasien meninggal atau pasien mengalami
cedera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat
pertolongan).

c. Tata Laksana Pelayanan True Emergency


1. Petugas menerima pasien datang.
2. Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan singkat sesuai
prosedur triase
3. Jika pasien lebih dari satu, petugas mengidentifikasi pasien
berdasarkan prioritas penangan (pasien gawat tidak darurat, pasien
darurat tidak gawat, pasien gawat darurat).
4. Petugas menempatkan pasien pada tempat yang disediakan
5. Petugas memastikan kesadaran pasien dengan pemeriksaan GCS.
6. Petugas mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
7. Petugas mempersiapkan alat – alat yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
8. Petugas melakukan pemeriksaan circulation / peredaran darah, jika ada
perdarahan petugas melakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan.
9. Petugas memasang IV line jika terdapat gangguan pada sirkulasi dan
jika terdapat tanda tanda kekurangan cairan.
10. Petugas melakukan pemeriksaan airway dan melakukan tindakan bila
terjadi sumbatan jalan nafas.
11. Petugas melakukan pemeriksaan pernafasan/ breathing, apabila terjadi
gangguan, petugas memberikan bantuan pernafasan dengan
pemberian O2.
12. Petugas melakukan Resusitasi Jantung Paru jika terjadi henti jantung
dan henti nafas.
13. Petugas memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang kondisi
pasien dan bahwa pasien harus di rujuk ke fasilitas pelayanan yang
lebih tinggi sesuai kebutuhan pasien apabila diperlukan.
14. Petugas melakukan persiapan rujukan dan rujukan sesuai dengan
prosedur rujukan pasien gawat
15. Petugas mendokumentasikan kegiatan

17
d. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien melakukan pendaftaran
2. Pada saat jam pelayanan / tidak membutuhkan tindakan :
 Pasien diarahkan ke ruang pemeriksaan umum untuk mendapatkan
penanganan disana
3. Diluar jam pelayanan / membutuhkan tindakan :
a. Setelah dilakukan triase Pasien mendapat prioritas Penanganan
setelah pasien true emergency
b. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh petugas jaga
c. Petugas melakukan konsul ke dokter baik secara langsung
ataupun melalui telephon
d. Petugas jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab
e. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa
mengambil obat di ruang farmasi saat jam pelayanan, dan di
UGD saat diluar jam pelayanan.
f. Jika diluar jam pelayanan pasien diberikan obat symptomatis dan
di jelaskan untuk kontrol ke poli keesokan harinya.
g. Pasien bisa pulang

e. Tata Laksana Pelayanan Death on Arrival (DOA)


1. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh petugas jaga
2. Jika sudah terdapat tanda tanda kematian, petugas menjelaskan kepada
keluarga bahwa pasien sudah meninggal.
3. Melakukan observasi selama 2 jam setelah pasien dinyatakan meninggal
4. Memeriksa ulang keadaan pasien
5. Pasien dipulangkan dengan menggunakan ambulans jenazah
6. Apabila puskesmas diberikan tugas untuk pemulasaraan jenazah kasus
COVID-19, maka dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota harus
memastikan ketersediaan sumber daya di puskesmas seperti SDM yang
telah memperoleh peningkatan kapasitas, APD petugas, ruangan, peti
jenazah dan bahan habis pakai lainnya terkait pelaksanaan
pemulasaran. Puskesmas melakukan koordinasi dengan gugus tugas
COVID-19 kabupaten kota dan RS rujukan COVID-19 terdekat untuk
pemulasaran dan pemakaman.
7. Surat keterangan kematian menggunakan formular surat keterangan
kematian yang berlaku di Puskesmas sesuai hasil pemeriksaan dokter.
Penyebab kematian perlu dipastikan oleh dokter yang memeriksa
apakah terkait dengan COVID-19 atau tidak karena hal ini akan
mempengaruhi prosedur pemulasaraan jenazah.

f. Tata Laksana Pemberian Informed Consent

18
1. Petugas memberikan informasi tentang keadaan pasien, meliputi :
diagnosa, nama dan tujuan tindakan yang akan dilakukan, alternative
tindakan lain beserta resiko nya, komplikasi yang mungkin terjadi,
prognosis tindakan, serta perkiraan biaya tindakan
2. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
menyetujui atau menolak tindakan yang akan diberikan.
3. Pasien atau keluarga dipersilahkan mengisi form persetujuan atau
penolakan tindakan sesuai format
4. Pasien atau keluarga menandatangani form informed concent beserta
saksi
5. Petugas menandatangani form informed concent.
6. Setelah diisi dimasukkan dalam status rekam medik pasien.

g. Tata Laksana Rujukan


1. Petugas memberikan informasi kepada pasien mengenai kondisi
kesehatan yang dialami pasien.
2. Petugas puskesmas menempatkan pasien yang aka dirujuk pada ruang
isolasi tersendiri yang terpisah apabila terdiagnosa COVID-19.
3. Petugas menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi pasien
tidak bisa ditangani di Puskesmas.
4. Petugas menjelaskan alasan pasien dirujuk, resiko jika pasien tidak
dirujuk dan informasi rumah sakit rujukan.
5. Petugas memberikan form informed consent untuk ditanda tangani
pasien atau keluarga pasien tentang persetujuan rujuk dan dilakukan
tindakan medis.
6. Petugas menghubungi RS tempat rujukan via telepon dengan
menjelaskan keadaan pasien dan terapi yang sudah diberikan di
puskesmas untuk mengetahui kesiapan faskes sasaran rujukan.
7. Petugas menyiapkan dan mengisi form rujukan dengan melampirkan
resume klinik pasien yang dirujuk yang memuat kondisi pasien, terapi
yang sudah dilakukan, kebutuhan pasien akan pelayanan lebih lanjut.
8. Petugas menghubungi supir ambulan sambil mempersiapkan pasien.
9. Sopir menyiapkan ambulans (jika sudah siap sopir segera menghubungi
petugas bahwa ambulan sudah siap)
10. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil.
11. Petugas memastikan alat - alat kesehatan yang terpasang pada pasien
dalam keadaan baik.
12. Petugas menyiapkan alat kesehatan dan obat – obat yang diperlukan
dalam proses rujukan.
13. Petugas mendampingi dan mengantar pasien ke tempat tujuan dengan
ambulans.
14. Petugas melakukan monitoring kondisi pasien selama perjalanan.

19
15. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus didampingi oleh
tenaga Kesehatan yang kompeten dan membawa formular monitoring
khusus untuk kasus COVID-19 sesuai dengan pedoman.
16. Setelah sampai di rumah sakit rujukan petugas melakukan serah terima
dengan petugas di Rumah Sakit.
17. Petugas mendokumentasikan kegiatan.
18. Apabila pasien mengalami tabda perburukan selama menjalani masa
isolasi mandiri (COVID-19), petugas puskesmas segera merujuk pasien
ke rumah sakit (rujuk). Bila kapasitas rumah sakit tidak dapat lagi
menerima pasien, maka pasien di rujuk ke RS darurat/lapangan. Dinas
Kesehatan wajib mengkoordinasikan proses rujukan antar RS dan
Puskesmas.

H. Tata Laksana Transportasi Pasien

1. Petugas menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien


akan dirujuk.
2. Petugas mempersiapkan rujukan sesuai dengan prosedur persiapan
rujukan.
3. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil.
4. Petugas memastikan kembali alat yang dibutuhkan terpasang dengan
baik
5. Petugas menyiapkan alat alat medis dan obat obatan yang dibutuhkan
dalam proses rujukan
6. Petugas mendampingi dan mengantar pasien ke tempat tujuan dengan
ambulan.
7. Petugas melakukan monitoring kondisi pasien selama perjalanan.
8. Setelah sampai di rumah sakit rujukan petugas melakukan serah terima
dengan petugas di Rumah Sakit.
9. Petugas mendokumentasikan kegiatan

C. Metode/Prosedur Pelayanan
Pelayanan kegawat daruratan di UGD dilaksanakan sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO) pelayanan yang berlaku yaitu berdasarkan
pedoman, undang-undang, permenkes, dan kemenkes yang berhubungan
dengan kegawatdaruratan seperti yang dijelaskan pada landasan hukum di
BAB pendahuluan.
Berdasarkan buku petunjuk teknis pelayanan puskesmas pada masa
pandemic COVID-19, untuk pelayanan gawat darurat di UGD tetap
dilaksanakan sesuai standar pelayanan yang berlaku dengan memperketat
proses triase/skrining dan memperhatikan prinsip PPI. Apabila tidak dapat
ditentukan bahwa pasien memiliki potensi COVID-19 maka pasien
diperlakukan sebagai kasus COVID-19. Selama masa pandemic COVID-
19, seluruh petugas di puskesmas termasuk unit gawat darurat diwajibkan
memakai alat pelindung diri (APD) sesuai standart pencegahan COVID-19.
20
Pada triase wajib dilakukan anamnesa awal, skrining suhu tubuh,
memastikan semua pengunjung memakai masker dan telah mencuci
tangaan kecuali untuk kondisi gawat darurat.petugas kesehatan melakukan
skrining awal tanpa kontak dengan pasien, jaga jarak minimal 1 m, serta
menggunakan masker bedah. Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala
ISPA ringan sampai berat bahkan terjadi ARDS, sepsis dan syok septik.
Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali ada
kekhawatiran untuk perburukan yang cepat. Pada ruang tindakan dan
gawat darurat dimana petugas kesehatan secara langsung merawat/kontak
dengan pasien suspek COVID-19, maka jenis APD yang digunakan yaitu
masker bedah, gaun, sarung tangan, pelindung mata/pelindung wajah,
pelindung kepala dan sepatu pelindung. Rapid Diagnostic Test Antigen
(RDT-Ag) merupakan tes untuk mendeteksi keberadaan antigen virus
SARS COV-2 sehingga dapat digunakan sebagai metode pemeriksaan
untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosa dan skrining COVID-19.
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di puskesmas untuk
menekan angka kasus COVID-19 yaitu dengan menjaga kebersihan tangan
(cuci tangan 5 momen), penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan
lingkungan (desinfeksi area sekitar pasien, ventilasi udara), penempatan
pasien infeksius dan non infeksius, etika batuk dan bersin, penyuntikan
yang aman, pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan, dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, penanganan dan pencucian linen yang aman,
serta perlindungan kesehatan petugas.

D. Langkah kegiatan

1. Pendaftaran pasien yang dating ke UGD dilakukan oleh pasien/keluarga


pasien di bagian loket pendaftaran.
2. Setelah mendaftar, dokter/tenaga paramedis yang bertugas akan mengisi
data di status/rekam medis pasien sesuai dengan data dan keluhan pasien.
3. Selama masa pandemic COVID-19, pelayanan medik dilaksanakan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan yang berlaku,
yaitu berdasarkan petunjuk teknis pelayanan puskesmas pada masa
pandemic COVID-19 dari Kemenkes. Pelayanan dimodifikasi untuk
mencegah penularan virus COVID-19, antara lain yaitu menerapkan
triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang datang, mengubah alur
pelayanan, mengubah posisi tempat duduk pasien pada saat pelayanan
(jarak dengan petugas diperlebar), menggunakan sekat pembatas
transparan antara petugas kesehatan dan pasien serta penggunaan APD
level 2 pada saat pelayanan di UGD.
4. Paramedis segera melakukan triase pada pasien kemudian dilakukan
penanganan kegawatdaruratan sesuai dengan keluhan pasien. Apabia
kondisi pasien telah stabil, dilanjutkan dengan melakukan anamnesa,

21
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, terapi, serta rencana rujukan
bila diperlukan.
5. Setelah melakukan pemeriksaan lengkap terhadap pasien, dokter
memberikan saran terapi sesuai dengan keluhan bisa berupa obat minum
(bila rencana rawat jalan), pemberian injeksi kemudian observasi bila
diperlukan, pemasangan infus untuk di rawat inap, maupun rujukan sesuai
standart bila membutuhkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.
6. Tata laksana kasus mengacu pada standar operasinal pelayanan (SOP)
pelayanan dengan menerapkan prinsip triase, PPI dan physical distancing.
Untuk surat keterangan sehat dapat dikeluarkan berdasarkan hasil
pemeriksaan kondisi pasien secara umum pada saat pemeriksaan
dilakukan. Surat keterangan bebas COVID-19 tidak dapat dikeluarkan
mengingat adanya orang yang terinfeksi COVID-19 tapi tidak bergejala
serta konfirmasi COVID-19 melalui RT-PCR tidak dapat dilakukan di
Puskesmas.
7. Sebelum melakukan tindakan apapun kepada pasien khususnya
pemasangan infus, jahit luka, rawat inap dan laiinnya, paramedis harus
selalu melakukan informed consent kepada pasien/keluarga pasien secara
lisan maupun tulisan.
8. Seluruh hasil anamnesa, pemeriksan fisik, pemeriksaan penunjang, terapi,
KIE pasien di catat di rekam medis pasien.
9. Paramedis menulis hasil pemeriksaan pasien ke dalam buku register
harian.
10. Paramedis melakukan entry data ke dalam computer melalui e-
puskesmas/p.care BPJS.
11. Paramedis mengembalikan rekam medis pasien ke bagian loket.

E. Pemeriksaan Diagnosis COVID-19

Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) merupakan tes untuk mendeteksi


keberadaan antigen virus SARS COV-2 sehingga dapat digunakan sebagai
metode pemeriksaan untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosa dan skrining
COVID-19. Puskesmas melakukan pemeriksaan RDT-Ag sesuai dengan
ketentuan agar diperoleh hasil yang berkualitas. Pemeriksan dengan RDT-Ag
efektif dilakukan pada fase akut (dalam waktu 7 hari pertama sejak onset gejala)
karena protein virus yang akan dideteksi melalui RDT akan semakin menurun
setelah fase akut dilalui.

F. Penalataksanaan pasien terkait COVID-19


Untuk kasus terkait kasus COVID-19, dilakukan tata laksana:
1. Pasien OTG (Orang Tanpa Gejala)  Bila dengan rapid test pertama
hasilnya non reaktif → dilakukan karantina mandiri sesuai dengan protokol
isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 → pemeriksaan ulang rapid
test dilakukan pada hari ke-10. Bila pada pemeriksaan rapid test kedua

22
hasilnya positif, dilakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring,
sputum) untuk dilakukan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di
laboratorium yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila hasil pertama rapid test reaktif → karantina mandiri sesuai dengan
protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 → dilakukan
pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium
yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila OTG yang terkonfirmasi positif kemudian menunjukkan gejala selama
masa karantina:
a. Gejala ringan  isolasi diri di rumah
b. Gejala sedang  isolasi di RS darurat
c. Gejala berat  isolasi di RS rujukan
2. Pasien ODP (Orang Dalam Pantauan)  bila hasil pertama rapd test non
reaktif  isolasi diri di rumah, sesuai dengan protocol isolasi diri dalam
penanganan kasus COVID-19  pemeriksaan ulang rapid test dilakukan
pada hari ke-10. Bila hasil pertama rapid test reaktif  isolasi diri di rumah
sesuai dengan protocol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 
dilakukan pengambilan specimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk
dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di
laboratorium yang dapat dilakukan RT-PCR.
Bila ODP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan :
a. Gejala sedang  isolasi di RS darurat
b. Gejala berat  isolasi di RS rujukan
Isolasi di RS darurat dapat juga dilakukan pada pasien dengan usia > 60
tahun atau pada pasien yang kondisi rumahnya tidak memungkinkan untuk
dilakukan isolasi mandiri.
3. Pasien PDP (Pasien dalam Pengawasan)
Bila hasil rapid test pertama non reaktif :
a. Gejala ringan  isolasi diri di rumah
b. Gejala sedang  isolasi di RS darurat
c. Gejala berat  isolasi di RS rujukan
Pemeriksaan ulang rapid test hari ke-10
Bila hasil rapid test pertama reaktif  dilakukan pengambilan specimen (swab
nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan
RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat dilakukan RT-PCR.
Bila PDP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan :
a.Gejala sedang  isolasi di RS darurat
b.Gejala berat  isolasi di RS rujukan
4. Saat pasien atau pengunjung didiagnosis terkait kasus COVID-19, puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan dan
kegiatankegiatan lain terkait COVID-19, yaitu:
a. Notifikasi kasus 1x24 jam ke dinkes
b. Penyelidikan Epidemiologi (PE)

23
c. Pengambilan dan pengiriman spesimen
d. Melakukan pemantauan harian, mencatat dan melaporkan
pemantauan harian
e. Pelacakan kontak erat
f. Identifikasi kontak erat, pendataan kontak erat
g. Edukasi pasien
h. Komunikasi risiko, keluarga dan masyarakat
5. Terapi farmakologi COVID-19
a. pada OTG
- Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid - lanjutkan pengobatan
yang rutin dikonsumsi
- Vitamin C  tablet hisap vit.C 500mg/ 6-8 jam oral (14 hari), tablet
hisap vit.C 500mg/12 jam oral (30 hari), vitamin yang mengandung
Vit.C 1-2 tab let/24 jam (30 hari)
-Vitamin D dosis 400-1000 IU/hari selama 14 hari
-Obat-obatan suportif
-Obat-obatan yang memiliki kandungan antioksidan
b. pada pasien terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan
- Vitamin C  tablet hisap vit.C 500mg/ 6-8 jam oral (14 hari), tablet
hisap Vit.C 500mg/12 jam oral (30 hari), vitamin yang mengandung
Vit.C 1-2 tab let/24 jam (30 hari)
-Vitamin D dosis 1000-5000 IU/hari selama 14 hari
-Antivirus: Favipiravir (sediaan 200mg) loading dose 1600mg/12 jam
oral hari ke-1 selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
-Pengobatan simptomatis
-Obat-obatan suportif
-Pengobatan komorbid dan komplikasi jika ada

Puskesmas sebaiknya tidak merawat pasien terkonfirmasi COVID-19, hal


ini dikarenakan puskesmas tidak dilengkapi dengan sarana-prasarana yang
memadai, yaitu tidak memiliki ruangan bertekanan negative yang diperlukan
untuk merawat pasien terkonfirmasi COVID-19. Selain itu, keterbatasan jumlah
tenaga Kesehatan ditambah beban kerja yang tinggi, dikhawatirkan akan
menyebabkan semakin tingginya jumlah tenaga keseahatan yang terpapar
COVID-19 sehingga puskesmas tidak akan mampu melakukan fungsinya dengan
baik.

24
G. Pemakaian APD pada masa pandemic COVID-19
Pada masa pandemic COVID-19, paramedis di UGD menggunakan APD
tambahan dengan kriteria sebagai berikut :

Target Petugas atau Jenis APD yang


Jenis Aktivitas
Pasien digunakan
Petugas Kesehatan Pemeriksaan fisik a. Masker bedah
di UGD / ruang pada pasien dengan b. Gaun/gown
tindakan gawat gejala infeksi saluran
darurat nafas c. Sarung tangan
d. Pelindung
mata dan atau
pelindung
wajah (face
shield)
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Pemeriksaan fisik a. Masker N 95
pada pasien tanpa b. Gaun/gown
gejala infeksi saluran
nafas, tetapi c. Sarung tangan
melakukan d. Pelindung mata
pengambilan swab, dan atau
pemeriksaan hidung pelindung wajah
dan tenggorokan dan (face shield)
pemeriksaan mata
e. Pelindung
kepala
f. Celemek (apron)
g. Sepatu
pelindung
Merawat secara a. Masker bedah
langsung pasien b. Gaun/gown
suspect COVID-19
c. Sarung tangan
d. Pelindung
mata dan atau
pelindung
wajah (face

25
shield)
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Tindakan yang a. Masker N 95
menghasilkan aerosol b. Gaun/gown
(intubasi
trakea,ventilasi non c. Sarung tangan
invasive, trakeostomi, d. Pelindung
RJP, ventilasi mata dan atau
manual, nebulasi, pelindung
bronkoskopi, wajah (face
pengambilan swab, shield)
pemeriksaan THT,
e. Pelindung
pemeriksaan mata
kepala
pada pasien suspect
COVID-19 f. Sepatu
pelindung
Ambulans (Petugas Transport pasien a. Masker bedah
Kesehatan) curiga COVID-19 ke b. Gaun/gown
RS rujukan
c. Sarung tangan
d. Pelindung
mata
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Ambulans (Driver) Hanya bertugas a. Jaga jarak
sebagai driver pada dengan pasien
proses transport minimal 1 m
pasien curiga COVID- b. Masker bedah
19 dan area driver
terpisah dengan area
pasien
Membantu a. Masker bedah
mengangkat pasien b. Gaun/gown
dengan suspect
COVID-19 c. Sarung tangan
d. Pelindung

26
mata
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Tidak ada kontak Masker bedah
langsung dengan
pasien curiga COVID-
19 namun area driver
tidak terpisah dengan
area pasien
Pasien dengan Dilakukan transport Masker bedah
suspect COVID-19 ke RS rujukan
Pasien dengan gejala Segala jenis kegiatan Menggunakan
infeksi saluran nafas masker • Jaga jarak
minimal 1 meter
Pasien tanpa gejala Segala jenis kegiatan Menggunakan
infeksi saluran nafas masker • Jaga jarak
minimal 1 meter

27
BAB V
LOGISTIK

Standar Obat UGD

1. Obat Injeksi, Cairan Infus, dan Obat Tablet (Oral)


a. Injeksi

No. Nama obat Satuan Jumlah

1. Epineprin Ampul 3

2. Cairan D40% Flash 3

3. Dexametason Ampul 5

4. Difenhidramin Ampul 5

5. Ventolin nebul Flash 10

6. Diazepam Ampul 2

7. Furosemid Ampul 2

8. Cairan NS Flash 2

9. Spuit 5cc Pcs 5

10. Abocath Pcs 3

11. Infus Set Pcs 3

12.

b. Obat Tablet

No. Nama obat Jumlah Nama obat Jumlah Nama obat Jumlah

1. Amoksisilin 1 box HCT 1 box Vit.BC 1 botol

2. Asiklovir 1 box ibuprofen 1 box Pct sirup 6


400mg

3. Asam 1 box ISDN 1 box Ibuprofen 5


mefenamat sirup

4. Antasida 1 box Klindamisin 1 box Amoxsisilin 6


28
sirup

5 Asam 1 box Levofloxacin 1 box Cotrimoxa 5


traneksamat zole sirup

6 Aspilet 1 box Loeramid 1 box Cetirizine 5


sirup

7 Attalpugite 1 box Loratadine 1 box Anatasida 5


sirup

8 Amlodipine 1 box Meloxicam 1 box Cefadroxil 5


5mg sirup

9 Asetil sistein 1 box Metil 1 box Laxadin 5


prednisolon sirup

10 Allopurinol 1 box Metformin 1 box Dextrofen 5


100mg sirup

11 Ambroxol 1 box Metoclopra 1 box Sucralfate 5


mid sirup

12 Betahistine 1 box Metronidazo 1 box Cefixime 5


le sirup

13 Captopril 1 box Na 1 box Paracetam 6


25mg Diklofenak ol sirup

14 Cefadroxil 1 box Nifedipine 1 box OBH sirup 6

15 Kloramfenik 1 box Omeprazole 1 box Kloramfeni 5


ol kol sirup

16 Ciprofloxaci 1 box Ondancetro 1 box Oralit sach 1 box


n n

17 Cotrimoxazo 1 box Paracetamo 1 box Asiklovir 4


le l krim

18 CPG 1 box Piracetam 1 box Oxytetrasik 4


lin salep
mata

19 Ctm 1 Ranitidin 1 box Bravoderm 4


botol krim

20 Noza 1 box Prednison 1 box Kloramfeni 4


kol tetes

29
mata

21 Dexamethas 1 box Kalsium 1 box Kloramfeni 4


one kol tetes
telinga

22 Dimenhidrin 1 box Spasminal 1 box Fenol 4


ate gliserol
tetes
telinga

23 Domperidon 1 box Scopma 1 box Bedak 5


e salisil

24 Furosemide 1 box Tablet Fe 1 box Bufacomb 4

25 Glibenclami 1 box Simvastatin 1 box


d

26 GG 1 box Salbutamol 1 box

27

c. Cairan infus

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Asering kolf 20 Cairan resusitasi

2. Ringer laktat kolf 20 Cairan resusitasi

3. Dextrose 5% kolf 5 Cairan untuk


hipoglikemia

4. Dextrose 10% kolf 5 Cairan untuk


hipoglikemia

5. Kaen 3 B kolf 10 Cairan resusitasi

6. Nacl 0,9% kolf 20 Cairan resusitasi

7.

2. OBAT PENUNJANG
30
a. Injeksi

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Ceftriaxone Vial 10 Antibiotik

2. Cefotaxim Vial 10 Antibiotik

3. Dexamethason Ampul 10 Steroid

4. Metamizole Ampul 10 Antipiretik

5. Neurobion Ampul 10 Vitamin

6. Metoclopramid Ampul 10 Antiemetik

Ondancetron Ampul 10 Antiemetik

7. Ranitidin Ampul 10 Penurun asam


lambung

8. Diphenhidramine Vial 10 Antihistamin

9 Furosemid Ampul 5 diuretik

10 Asam tranexamat Ampul 5 Anti perdarahan

11 Lidocain Ampul 10 Anestesi lokal

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
31
A. Pengertian
Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan
cara melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :
a. Kesalahan diagnosis
b. Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
c. Kesalahan pemberian terapi
d. Kesalahan pemberian resep
e. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
f. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik
g. Insiden tertusuk jarum bekas pakai
h. Limbah medis berceceran
i. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien
j. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
k. Menggunakan peralatan tidak steril
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas / rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Assement resiko.
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien.
 Pelaporan dan analisis insiden.
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
b. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Standar Keselamatan Pasien


 Hak pasien
 Mendidik pasien dan keluarga
 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
 Penggunaan metoda-metoda peningkatan kerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

32
 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
 Peran memimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


 Adverse Event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakitdasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah
 Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir.

E. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi tidak cedera serius tidak terjadi :
• Karena “keberuntungan”
• Karena “pencegahan”
• Karena “peringanan”

F. Kesalahan Medis
Medical Errors :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

G. Kejadian Sentinel
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan
kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
Tatalaksana :
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang
terjadi pada pasien

33
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan
insiden keselamatan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

34
I. Pendahuluan
Program keselamatan kerja petugas pelayanan balai pengobatan
dilaksanakan dengan memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan
aman serta fasilitas kerja yang aman. Program keselamatan kerja yang
dimaksud melalui program pencegahan dan pengendalian infeksi, meliputi :
1. Cuci tangan
2. Penggunaan APD yang baik dan benar
3. Penanganan dekontaminasi alat
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas
2. Alat-alat pelayanan tidak disusun secara teratur menurut tahapan
proses pelayanan
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang mamadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan
5. Kurang memperhatikan persyaratan ruangan, bahaya kebakaran dll

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan


melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus
menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari
penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

35
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan
dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

36
Indikator mutu yang digunakan pada pelayanan Gawat Darurat di UPT
Puskesmas Pamotan adalah:
No Indikator Mutu Target
1 Kelengkapan Informed Concent 100%
2 Kejadian Infeksi Pasca Tindakan Hecting ≤ 10%
3 Kematian pasien ≤ 8 jam di Unit Gawat Darurat <1 %

Indikator mutu akan dievaluasi setiap bulan oleh Penanggung Jawab UGD
dan Penanggung jawab UKP, yang selanjutnya dibahas bersama sama pada saat
kegiatan Pra LKMP bulanan UKP dan LKMP bulanan Puskesmas Pamotan.

BAB IX
PENUTUP

37
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan Gawat darurat di UPT Puskesmas Pamotan.
Keberhasilan upaya pelayanan Gawat Darurat merupakan keberhasilan
upaya mencegah terjadinya resiko kematian dan kecacatan dan meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Berbagai masalah mendasar yang selama ini menjadi kendala didalam
operasional pencatatan dan peaporan pelayanan Gawat darurat, diharapkan
dapat di atasi dengan tersusunnya pedoman internal pelayanan Gawat Darurat di
UPT Puskesmas Pamotan.

DAFTAR PUSTAKA

38
1. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 47 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Kegawat Daruratan
2. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
3. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Kesehatan Perorangan
4. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 519 Tahun 2011 tentang
penyelenggaraan pelayanan anastesiolgi
5. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 290 Tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
6. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada
Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2020, Serial Pertama
a. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada
Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2021, Serial Kedua

39

You might also like