Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya Pedoman
Pelayanan Unit Gawat Darurat UPT Puskesmas Pamotan tahun 2022. Pedoman ini
merupakan pedoman pelaksanaan pelayanan Unit Gawat Darurat bagi masyarakat yang
ada di Wilayah kerja UPT Puskesmas Pamotan. Tentunya amat penting keberadaan
pedoman ini agar pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat akan lebih efisien,
efektif, proporsional, rasional, komprehensif dengan harapan agar lebih berhasil guna dan
berdaya guna.
Sri Sukanti
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan pedoman 4
C. Sasaran Pedoman 4
D. Ruang Lingkup Pedoman 4
E. Batasan operasional 5
F. Landasan Hukum 5
BAB II Standart Ketenagaan
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 7
B. Distribusi Ketenagaan 8
C. Jadwal Kegiatan 9
BAB III Standart Fasilitas
A. Denah Ruangan 10
B. Standart Fasilitas 10
C. Pemeliharaan, Perbaikan dan kalibrasi Alat 14
BAB IV Tatalaksana Pelayanan
A. Lingkup Kegiatan 15
B. Jenis-Jenis Pelayanan 16
C. Metode/Prosedur Pelayanan 20
D. Langkah Kegiatan 21
BAB V Logistik 28
BAB VI Keselamatan Sasaran Kegiatan / Program 32
BAB VII Keselamatan Kerja 35
BAB VIII Pengendalian Mutu 37
BAB IX Penutup 38
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan pelayanan Gawat Darurat ditujukan untuk menunjang
pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien Gawat Darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus SARS-Cov-2 yang merupakan virus baru yang menyerang manusia dan
belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Transmisi penularan COVID-19 yaitu
melalui droplet dan kontak langsung serta beberapa tindakan medis yang memicu
terjadinya aerosol dimana dapat memicu terjadinya resiko penularan melalui
airbone. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu demam, batuk, sesak
napas yang dapat memberat menjadi pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal hingga kematian. Kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia pertama kali
pada 2 Maret 2020 dan terus bertambah mencapai 11.192 kasus dalam 62 hari
sehingga COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan Kesehatan perlu melakukan
berbagai upaya dalam penanganan, pencegahan dan pembatasan penularan
infeksi. Peran puskesmas sangat penting dalam mewujudkan kemandirian
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengubah perilaku hidup
sehat, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta hidup dalam lingkungan
sehat. Sebanyak 20% pasien terinfeksi COVID-19 memerlukan perawatan di
rumah sakit sedangkan 80% dapat melakukan isolasi mandiri di rumah oleh
karena itu puskesmas harus berupaya meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat guna pencegahan dan pengendalian COVID-19 di wilayah kerjanya.
Dikarenakan sejak bulan Maret Indonesia dinyatakan sebagai negara
pandemic COVID-19, maka tenaga kesehatan di puskesmas perlu meningkatkan
kewaspaan resiko penularan terhadap COVID-19 dengan memperketat proses
triase dan memperhatikan prinsip PPI terutama di Unit Gawat darurat.
3
Situasi COVID-19 di Indonesia hingga tahun 2021 menglalami monjakan
kasus yang bermakna yaitu mencapai 56.757 kasus. Dalam situasi pandemic
COVID-19, puskesmas sebagai pemberi pelayanan primer memiliki peran yang
signifikan sebagai garda terdepan pelayanan COVID-19 dan berperan dalam
prevalensi, deteksi dan respon. Disamping itu, puskesmas tetap memperhatikan
kebutuhan pelayanan Kesehatan non COVID-19 dan menjamin pelayanan
kesehatan esensial tetap dapat diterima oleh masyarakat agar tidak menimbulkan
permasalahan kesehatan baru.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien
Gawat Darurat Puskesmas Pamotan pada khususnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat dalam keadaan Gawat Darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah kematian dan cacat pada penderita Gawat Darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana
mestinya.
b. Merujuk penderita Gawat Darurat melalui system rujukan untuk
memperoleh Penanganan yang lebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
d. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di
Puskesmas
C. Sasaran Pedoman
Petugas Unit Gawat Darurat UPT Puskesmas Pamotan dan tenaga kesehatan
lain nya di UPT Puskesmas Pamotan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan darurat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Pelayanan kasus True Emergency
4
2. Pelayanan kasus False Emergency
3. Pelayanan Triage
4. Pelayanan Rujukan
E. Batasan Operasional
1. Unit Gawat Darurat
Adalah unit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan
ancaman kematian dan kecacatan.
2. Pelayanan Triage
Adalah Pelayanan dengan pengelompokan korban yang berdasarkan atas
berat ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan /
pemindahannya.
3. Pelayanan Gawat darurat (True Emergency)
Adalah pelayanan terhadap Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
4. Pelayanan False Emergency
a. Gawat tidak darurat
adalah Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
b. Darurat tidak gawat
Adalah Pasien akibat kejadian yang datang tiba – tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
c. Tidak Gawat Tidak Darurat
Adalah pasien yang tidak mengancam nyawa dan tidak membutuhkan
tindakan darurat, misalnya pasien dengan ulkus tropium , TBC kulit , dan
sebagainya.
5. Pelayanan Rujukan adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kesehatan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal terhadap
kasus penyakit atau permasalahan Kesehatan.
F. Landasan Hukum
1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Permenkes RI No. 2052 Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
4. Kemenkes RI tentang Buku Pedoman Sistem Rujukan Nasional tahun 2012
5. Permenkes No. 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
6. Permenkes No. 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan
5
7. Kemenkes RI Nomor. HK. 02.02/Menkes/251/2015 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Anastesiologi dan Terapi Intensif
8. Kemenkes RI tentang Pedoman Teknis Ambulans tahun 2019
9. Permenkes RI No. 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPDGT)
10. Permenkes RI No. 18 tahun 2016 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik
Penata Anestesi
11. Permenkes RI No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
12. Permenkes RI No. 47 tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan
13. Permenkes RI No. 290 tahun 2009 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
14. Permenkes RI No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional
15. Permenkes No 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
16. Kemenkes RI No. HK 02.02/MENKES/514/2015. Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di FKTP
17. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa
Pandemi COVID-19 Tahun 2020, Serial Pertama
18. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa
Pandemi COVID-19 Tahun 2021, Serial Kedua
6
BAB II
STANDART KETENAGAAN
7
Pelaksana Kebidanan
B. Distribusi Ketenagaan
Standar Kondisi Riil
b. Perawat
BLS/ 2 BLS/PPGD 2
DIII
PPGD/
Keperaw
BTCLS
atan
c. Bidan 1 1
DIII
PONEK/ Kebidan -
PONED an
8
Untuk tenaga perawat/bidan yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
sebelum jadwal dibuat, dan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada.
Jadwal jaga terbagi atas jaga pagi, jaga sore, jaga malam, lepas
jaga, libur / off, dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat/bidan yang karena sesuatu hal tidak
dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu PJ UGD serta
mencari perawat pengganti.
D. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan B u l a n Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan x x x x x x x x x x x x
pelayanan
Kegawatdaruratan
sesuai standart
selama 24 jam
2 Memberikan x x x x x x x x x x x x
informed concent
sebelum
melakukan
tindakan
3 Melakukan x x x x x x x x x x x x
pelayanan rujukan
sesuai standart
9
BAB III
STANDART FASILITAS
Keterangan :
1 : bed pasien (warna sesuai triage)
2 : meja kerja
3 : kursi
4 : lemari alkes/obat
5 : meja trolley
6 : kulkas obat
7 : kamar mandi
8 : wastafel
Tambahan : selama pandemic COVID-19, bila terdapat pasien yang
dicurigai atau suspek COVID-19 akan ditempatkan di bed pasien paling
pojok kanan atau dengan pintu masuk UGD dan diberi sekat pembatas
transparan yang menutupi area tersebut agar tidak beresiko menularkan
virus.
B. Standart Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Unit Gawat Darurat Puskesmas Pamotan memiliki 2 ambulance gawat
darurat, 1 Ambulance PSC 119, ruang yang tediri dari ruang pelayanan
gawat darurat umum.
Ruang pelayanan gawat darurat umum terdapat 3 tempat tidur.
10
2. Peralatan
Alat yang tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
daruratan.
Kelengkapan peralatan yang tersedia di Ruang Gawat darurat :
a. Peralatan resusitasi
1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oksigen lengkap dengan flowmeter ( 5 set )
3. Nasal kanul dewasa dan anak
4. Simple mask dewasa dan anak
5. NRBM dewasa dan anak
6. Orofaringeal airway ( 1 set )
7. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
8. Infus set / transfusi set
9. Abocath semua ukuran
10. Torniquet
11. Brancard fungsional diatur posisi trendelenberg
12. Gunting besar
13. Ambu bag dewasa dan anak ( 1 set )
14. Stetoskop ( 1 buah )
15. Tensi meter ( 1 buah )
16. Thermometer ( 1 buah )
17. Oxymetri
18. Penlight
19. Box emergency kit
b. Peralatan tindakan bedah
1. Bidai
2. Verban segala ukuran
3. Minor Surgery set
4. Gunting Pembalut
5. Gunting pembuka jahitan
6. Korentang dan tabung
7. Surgical mess dan handle scapel
8. Benang – benang/ jarum segala ukuran
- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
9. Lampu tindakan
10. Kassa steril
11. Handscoon steril
12. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
13. Infus set / transfuse set
14. Abocath semua ukuran
15. Torniquet
11
16. Stetoskop ( 1 buah )
17. Tensimeter ( 1 buah )
18. Thermometer ( 1 buah )
19. Oxymetri
20. Neck collar
21. Plester
22. Bengkok
23. Elastis verban sesuai kebutuhan
24. Celemek plastik
c. Peralatan Tindakan Non Bedah
1. Stomach tube / NGT
2. Otoscope
3. Nebulizer
4. Infus set dan Blood set
5. Abocat semua ukuran
6. Torniquete
7. IV cateter
8. Urine Bag
9. Spuit sesuai kebutuhan
10. Reflek hammer
11. Sudip lidah
12. Tensimeter ( 1 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Thermometer ( 1 buah )
15. Oxymetri
16. Timbangan dewasa dan anak
17. Monitor EKG
d. Peralatan Observasi
1. Tensimeter
2. Oxygen lengkap dengan flow meter
3. Termometer
4. Stetoskop
5. Oxymeter
6. Infus Set dan Blood set
7. Abocat semua ukuran
8. Torniquet
9. IV cateter segala ukuran
10. Urine Bag
11. Spuid sesuai kebutuhan
e. Peralatan pada Trolly Emergency
1. Obat life saving
a. Cairan D40%
b. Dexametason Injeksi
c. Difenhidramin Injeksi
12
d. Epinefrin Injeksi
e. Diazepam Injeksi
f. Furosemid Injeksi
g. Ventolin nebul
2. Alat – alat kesehatan
1. Ambu bag untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah)
2. Oropharingeal airway (1 buah )
3. Urine bag non steril ( 3 buah )
4. IV Cateter sesuai kebutuhan
5. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
6. Infus set / transfuse set
7. Abocat semua ukuran
8. Torniquete
9. Nasal kanul dewasa dan anak
10. Simple mask dewasa dan anak
11. NRBM dewasa dan anak
12. Masker nebul dewasa dan anak
13. Handscoon steril
14. Suction
15. Suction cateter
16. Neck collar
f. Ambulance
Perlengkapan Ambulance :
a.Sirine
b.Lampu rotater
c.AC
d.Sabuk pengaman
e.Sumber listrik / stop kontak
f. Lemari untuk alat medis
g.Lampu ruangan
h.Brancard
i. Radiomedik
Alat & Obat :
a.Tabung Oksigen lengkap dengan flowmeter
b.Nasal kanul dewasa dan anak
c.Simple mask dewasa dan anak
d.NRBM dewasa dan anak
e.Bag valve mask dewasa
f. Orofaringeal airway
g.Neck collar
h.Minor Surgery Set
i. Wound toilet set
13
j. Tensimeter
k.Stetoscope
l. Bengkok
m. Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc
n.Refleks hammer
o.Sudip lidah
p.Torniquete
q.Penlight
r. APD
s.Bidan Kit
t. Obat – Obatan
Infus set dewasa dan anak
Transfusi set
Abocath semua ukuran
Cairan infus (NS, Asering, RL, D5%)
Lidocain
Ondancetron
Ranitidine
Asam Tranexsamat
Dexamethasone
Diphenhydramine
Metamizole
BAB IV
14
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Penanganan kasus pada pasien yang berkunjung di unit gawat
darurat (UGD) di pilah dengan menggunakan sistem triage dimana kondisi
pasien yang dengan kondisi kegawatdaruratan yang mengancam nyawa
yaitu kategori warna merah lebih diprioritaskan yang ditangani terlebih
dahulu, sedangfkan untuk kategori warna kuning penanganan dapat
ditunda maksimal 30 menit, sedangkan kategori warna hijau dapat ditunda
maksimal 120 menit. Untuk kategori warna hitam menyatakan kondisi
pasien saat datang ke UGD telah memiliki tanda-tanda kematian, seperti
henti jantung, henti napas, ekstremitas telah dingin, reflek cahaya pada
mata negative dan pupil melebar sempurna. Apabila pasien dengan
kategori warna merah dan kuning telah stabil setelah diberi pertolongan
pertama, atau tidak berespon dengan penanganan yang diberikan di UGD
puskesmas, serta kemungkinan diagnose mengarah ke penyakit yang
membutuhkan perawatan oleh dokter spesialis dan pemeriksaan penunjang
lainnya, maka dapat dipertimbangkan pasien dirujuk ke fasilitas Kesehatan
yang lebih memadai seperti rumah sakit.
UGD Puskesmas Pamotan memberikan pelayanan gawat darurat
setiap hari 24 jam non stop yang terbagi dalam 3 shift, yaitu pagi pukul
07.00-14.00, sore pukul 14.00-20.00 dan malam pukul 20.00-07.00.
Pelayanan gawat darurat pada masa pandemic COVID-19, tetap
dilaksanakan sesuai standar pelayanan yang berlaku dengan memperketat
proses triage dan memperhatikan prinsip PPI. Apabila tidak dapat
ditentukan bahwa pasien memiliki potensi COVID-19 maka pasien
diperlakukan sebagai kasus COVID-19.
B. Jenis-Jenis Pelayanan
a. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
Pasien yang datang pada saat jam pelayanan loket pendaftaran
1. Pasien datang di Unit Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelaksanaan Triage sesuai SOP
3. Jika pasien membutuhkan tindakan atau perawatan lanjutan di unit
gawat darurat maka petugas UGD membuatkan pengantar untuk
pendaftaran pasien UGD ke Loket kepada keluarga/penangung
jawab pasien.
4. Keluarga/Penanggungjawab pasien memberikan pengantar dari
petugas UGD ke petugas loket.
5. Petugas loket melakukan proses pendaftaran
15
1. Pasien datang di Unit Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelaksanaan Triage sesuai SOP
3. Petugas melakukan tahapan penanganan pasien di UGD sesuai
SOP
4. Petugas meminta identitas pasien ke
keluarga/penanggungjawab/pasien sendiri (bila pasien tidak ada
yang mendampingi dan pasien dalam kondisi sadar)
5. Petugas menanyakan sudah pernah berkunjung atau belum, jika
belum maka petugas membuatkan status dan register baru, jika
sudah petugas mencari data pasien sesuai nomor register di e-
puskesmas.
6. Petugas menuliskan data pasien ke blanko rawat jalan baru sesuai
dengan yang di e-puskesmas.
7. Petugas melakukan input data pasien ke e-puskesmas.
8. Apabila pasien membutuhkan perawatan lanjutan di puskesmas
(Rawat inap) maka petugas membuatkan pengantar rawat inap untuk
pasien agar didaftarkan di loket pendaftaran besoknya saat jam
pelayanan loket.
9. Petugas melakukan serah terima data data pasien baru yang
mendaftar di luar jam pelayanan kepada petugas loket ke-esokan
harinya untuk diserahkan kembali ke petugas rekam medis.
10. Petugas loket memisahkan data pasien baru dan lama.
- Jika pasien adalah pasien baru, maka petugas loket membuatkan
map status baru pasien tersebut, kemudian diserahkan ke petugas
RM.
- Jika pasien adalah pasien lama maka petugas loket menyampaikan
agar petugas RM memasukkan blanko rawat jalan pasien ke dalam
status pasien tersebut.
17
d. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien melakukan pendaftaran
2. Pada saat jam pelayanan / tidak membutuhkan tindakan :
Pasien diarahkan ke ruang pemeriksaan umum untuk mendapatkan
penanganan disana
3. Diluar jam pelayanan / membutuhkan tindakan :
a. Setelah dilakukan triase Pasien mendapat prioritas Penanganan
setelah pasien true emergency
b. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh petugas jaga
c. Petugas melakukan konsul ke dokter baik secara langsung
ataupun melalui telephon
d. Petugas jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab
e. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa
mengambil obat di ruang farmasi saat jam pelayanan, dan di
UGD saat diluar jam pelayanan.
f. Jika diluar jam pelayanan pasien diberikan obat symptomatis dan
di jelaskan untuk kontrol ke poli keesokan harinya.
g. Pasien bisa pulang
18
1. Petugas memberikan informasi tentang keadaan pasien, meliputi :
diagnosa, nama dan tujuan tindakan yang akan dilakukan, alternative
tindakan lain beserta resiko nya, komplikasi yang mungkin terjadi,
prognosis tindakan, serta perkiraan biaya tindakan
2. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
menyetujui atau menolak tindakan yang akan diberikan.
3. Pasien atau keluarga dipersilahkan mengisi form persetujuan atau
penolakan tindakan sesuai format
4. Pasien atau keluarga menandatangani form informed concent beserta
saksi
5. Petugas menandatangani form informed concent.
6. Setelah diisi dimasukkan dalam status rekam medik pasien.
19
15. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus didampingi oleh
tenaga Kesehatan yang kompeten dan membawa formular monitoring
khusus untuk kasus COVID-19 sesuai dengan pedoman.
16. Setelah sampai di rumah sakit rujukan petugas melakukan serah terima
dengan petugas di Rumah Sakit.
17. Petugas mendokumentasikan kegiatan.
18. Apabila pasien mengalami tabda perburukan selama menjalani masa
isolasi mandiri (COVID-19), petugas puskesmas segera merujuk pasien
ke rumah sakit (rujuk). Bila kapasitas rumah sakit tidak dapat lagi
menerima pasien, maka pasien di rujuk ke RS darurat/lapangan. Dinas
Kesehatan wajib mengkoordinasikan proses rujukan antar RS dan
Puskesmas.
C. Metode/Prosedur Pelayanan
Pelayanan kegawat daruratan di UGD dilaksanakan sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO) pelayanan yang berlaku yaitu berdasarkan
pedoman, undang-undang, permenkes, dan kemenkes yang berhubungan
dengan kegawatdaruratan seperti yang dijelaskan pada landasan hukum di
BAB pendahuluan.
Berdasarkan buku petunjuk teknis pelayanan puskesmas pada masa
pandemic COVID-19, untuk pelayanan gawat darurat di UGD tetap
dilaksanakan sesuai standar pelayanan yang berlaku dengan memperketat
proses triase/skrining dan memperhatikan prinsip PPI. Apabila tidak dapat
ditentukan bahwa pasien memiliki potensi COVID-19 maka pasien
diperlakukan sebagai kasus COVID-19. Selama masa pandemic COVID-
19, seluruh petugas di puskesmas termasuk unit gawat darurat diwajibkan
memakai alat pelindung diri (APD) sesuai standart pencegahan COVID-19.
20
Pada triase wajib dilakukan anamnesa awal, skrining suhu tubuh,
memastikan semua pengunjung memakai masker dan telah mencuci
tangaan kecuali untuk kondisi gawat darurat.petugas kesehatan melakukan
skrining awal tanpa kontak dengan pasien, jaga jarak minimal 1 m, serta
menggunakan masker bedah. Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala
ISPA ringan sampai berat bahkan terjadi ARDS, sepsis dan syok septik.
Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali ada
kekhawatiran untuk perburukan yang cepat. Pada ruang tindakan dan
gawat darurat dimana petugas kesehatan secara langsung merawat/kontak
dengan pasien suspek COVID-19, maka jenis APD yang digunakan yaitu
masker bedah, gaun, sarung tangan, pelindung mata/pelindung wajah,
pelindung kepala dan sepatu pelindung. Rapid Diagnostic Test Antigen
(RDT-Ag) merupakan tes untuk mendeteksi keberadaan antigen virus
SARS COV-2 sehingga dapat digunakan sebagai metode pemeriksaan
untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosa dan skrining COVID-19.
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di puskesmas untuk
menekan angka kasus COVID-19 yaitu dengan menjaga kebersihan tangan
(cuci tangan 5 momen), penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan
lingkungan (desinfeksi area sekitar pasien, ventilasi udara), penempatan
pasien infeksius dan non infeksius, etika batuk dan bersin, penyuntikan
yang aman, pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan, dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, penanganan dan pencucian linen yang aman,
serta perlindungan kesehatan petugas.
D. Langkah kegiatan
21
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, terapi, serta rencana rujukan
bila diperlukan.
5. Setelah melakukan pemeriksaan lengkap terhadap pasien, dokter
memberikan saran terapi sesuai dengan keluhan bisa berupa obat minum
(bila rencana rawat jalan), pemberian injeksi kemudian observasi bila
diperlukan, pemasangan infus untuk di rawat inap, maupun rujukan sesuai
standart bila membutuhkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.
6. Tata laksana kasus mengacu pada standar operasinal pelayanan (SOP)
pelayanan dengan menerapkan prinsip triase, PPI dan physical distancing.
Untuk surat keterangan sehat dapat dikeluarkan berdasarkan hasil
pemeriksaan kondisi pasien secara umum pada saat pemeriksaan
dilakukan. Surat keterangan bebas COVID-19 tidak dapat dikeluarkan
mengingat adanya orang yang terinfeksi COVID-19 tapi tidak bergejala
serta konfirmasi COVID-19 melalui RT-PCR tidak dapat dilakukan di
Puskesmas.
7. Sebelum melakukan tindakan apapun kepada pasien khususnya
pemasangan infus, jahit luka, rawat inap dan laiinnya, paramedis harus
selalu melakukan informed consent kepada pasien/keluarga pasien secara
lisan maupun tulisan.
8. Seluruh hasil anamnesa, pemeriksan fisik, pemeriksaan penunjang, terapi,
KIE pasien di catat di rekam medis pasien.
9. Paramedis menulis hasil pemeriksaan pasien ke dalam buku register
harian.
10. Paramedis melakukan entry data ke dalam computer melalui e-
puskesmas/p.care BPJS.
11. Paramedis mengembalikan rekam medis pasien ke bagian loket.
22
hasilnya positif, dilakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring,
sputum) untuk dilakukan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di
laboratorium yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila hasil pertama rapid test reaktif → karantina mandiri sesuai dengan
protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 → dilakukan
pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium
yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila OTG yang terkonfirmasi positif kemudian menunjukkan gejala selama
masa karantina:
a. Gejala ringan isolasi diri di rumah
b. Gejala sedang isolasi di RS darurat
c. Gejala berat isolasi di RS rujukan
2. Pasien ODP (Orang Dalam Pantauan) bila hasil pertama rapd test non
reaktif isolasi diri di rumah, sesuai dengan protocol isolasi diri dalam
penanganan kasus COVID-19 pemeriksaan ulang rapid test dilakukan
pada hari ke-10. Bila hasil pertama rapid test reaktif isolasi diri di rumah
sesuai dengan protocol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19
dilakukan pengambilan specimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk
dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di
laboratorium yang dapat dilakukan RT-PCR.
Bila ODP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan :
a. Gejala sedang isolasi di RS darurat
b. Gejala berat isolasi di RS rujukan
Isolasi di RS darurat dapat juga dilakukan pada pasien dengan usia > 60
tahun atau pada pasien yang kondisi rumahnya tidak memungkinkan untuk
dilakukan isolasi mandiri.
3. Pasien PDP (Pasien dalam Pengawasan)
Bila hasil rapid test pertama non reaktif :
a. Gejala ringan isolasi diri di rumah
b. Gejala sedang isolasi di RS darurat
c. Gejala berat isolasi di RS rujukan
Pemeriksaan ulang rapid test hari ke-10
Bila hasil rapid test pertama reaktif dilakukan pengambilan specimen (swab
nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan
RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat dilakukan RT-PCR.
Bila PDP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan :
a.Gejala sedang isolasi di RS darurat
b.Gejala berat isolasi di RS rujukan
4. Saat pasien atau pengunjung didiagnosis terkait kasus COVID-19, puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan dan
kegiatankegiatan lain terkait COVID-19, yaitu:
a. Notifikasi kasus 1x24 jam ke dinkes
b. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
23
c. Pengambilan dan pengiriman spesimen
d. Melakukan pemantauan harian, mencatat dan melaporkan
pemantauan harian
e. Pelacakan kontak erat
f. Identifikasi kontak erat, pendataan kontak erat
g. Edukasi pasien
h. Komunikasi risiko, keluarga dan masyarakat
5. Terapi farmakologi COVID-19
a. pada OTG
- Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid - lanjutkan pengobatan
yang rutin dikonsumsi
- Vitamin C tablet hisap vit.C 500mg/ 6-8 jam oral (14 hari), tablet
hisap vit.C 500mg/12 jam oral (30 hari), vitamin yang mengandung
Vit.C 1-2 tab let/24 jam (30 hari)
-Vitamin D dosis 400-1000 IU/hari selama 14 hari
-Obat-obatan suportif
-Obat-obatan yang memiliki kandungan antioksidan
b. pada pasien terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan
- Vitamin C tablet hisap vit.C 500mg/ 6-8 jam oral (14 hari), tablet
hisap Vit.C 500mg/12 jam oral (30 hari), vitamin yang mengandung
Vit.C 1-2 tab let/24 jam (30 hari)
-Vitamin D dosis 1000-5000 IU/hari selama 14 hari
-Antivirus: Favipiravir (sediaan 200mg) loading dose 1600mg/12 jam
oral hari ke-1 selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
-Pengobatan simptomatis
-Obat-obatan suportif
-Pengobatan komorbid dan komplikasi jika ada
24
G. Pemakaian APD pada masa pandemic COVID-19
Pada masa pandemic COVID-19, paramedis di UGD menggunakan APD
tambahan dengan kriteria sebagai berikut :
25
shield)
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Tindakan yang a. Masker N 95
menghasilkan aerosol b. Gaun/gown
(intubasi
trakea,ventilasi non c. Sarung tangan
invasive, trakeostomi, d. Pelindung
RJP, ventilasi mata dan atau
manual, nebulasi, pelindung
bronkoskopi, wajah (face
pengambilan swab, shield)
pemeriksaan THT,
e. Pelindung
pemeriksaan mata
kepala
pada pasien suspect
COVID-19 f. Sepatu
pelindung
Ambulans (Petugas Transport pasien a. Masker bedah
Kesehatan) curiga COVID-19 ke b. Gaun/gown
RS rujukan
c. Sarung tangan
d. Pelindung
mata
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Ambulans (Driver) Hanya bertugas a. Jaga jarak
sebagai driver pada dengan pasien
proses transport minimal 1 m
pasien curiga COVID- b. Masker bedah
19 dan area driver
terpisah dengan area
pasien
Membantu a. Masker bedah
mengangkat pasien b. Gaun/gown
dengan suspect
COVID-19 c. Sarung tangan
d. Pelindung
26
mata
e. Pelindung
kepala
f. Sepatu
pelindung
Tidak ada kontak Masker bedah
langsung dengan
pasien curiga COVID-
19 namun area driver
tidak terpisah dengan
area pasien
Pasien dengan Dilakukan transport Masker bedah
suspect COVID-19 ke RS rujukan
Pasien dengan gejala Segala jenis kegiatan Menggunakan
infeksi saluran nafas masker • Jaga jarak
minimal 1 meter
Pasien tanpa gejala Segala jenis kegiatan Menggunakan
infeksi saluran nafas masker • Jaga jarak
minimal 1 meter
27
BAB V
LOGISTIK
1. Epineprin Ampul 3
3. Dexametason Ampul 5
4. Difenhidramin Ampul 5
6. Diazepam Ampul 2
7. Furosemid Ampul 2
8. Cairan NS Flash 2
12.
b. Obat Tablet
No. Nama obat Jumlah Nama obat Jumlah Nama obat Jumlah
29
mata
27
c. Cairan infus
7.
2. OBAT PENUNJANG
30
a. Injeksi
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
31
A. Pengertian
Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan
cara melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :
a. Kesalahan diagnosis
b. Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
c. Kesalahan pemberian terapi
d. Kesalahan pemberian resep
e. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
f. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik
g. Insiden tertusuk jarum bekas pakai
h. Limbah medis berceceran
i. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien
j. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
k. Menggunakan peralatan tidak steril
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas / rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
Assement resiko.
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien.
Pelaporan dan analisis insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
b. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
32
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Peran memimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
F. Kesalahan Medis
Medical Errors :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
G. Kejadian Sentinel
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan
kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
Tatalaksana :
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang
terjadi pada pasien
33
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan
insiden keselamatan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
34
I. Pendahuluan
Program keselamatan kerja petugas pelayanan balai pengobatan
dilaksanakan dengan memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan
aman serta fasilitas kerja yang aman. Program keselamatan kerja yang
dimaksud melalui program pencegahan dan pengendalian infeksi, meliputi :
1. Cuci tangan
2. Penggunaan APD yang baik dan benar
3. Penanganan dekontaminasi alat
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas
2. Alat-alat pelayanan tidak disusun secara teratur menurut tahapan
proses pelayanan
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang mamadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan
5. Kurang memperhatikan persyaratan ruangan, bahaya kebakaran dll
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari
penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
35
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
36
Indikator mutu yang digunakan pada pelayanan Gawat Darurat di UPT
Puskesmas Pamotan adalah:
No Indikator Mutu Target
1 Kelengkapan Informed Concent 100%
2 Kejadian Infeksi Pasca Tindakan Hecting ≤ 10%
3 Kematian pasien ≤ 8 jam di Unit Gawat Darurat <1 %
Indikator mutu akan dievaluasi setiap bulan oleh Penanggung Jawab UGD
dan Penanggung jawab UKP, yang selanjutnya dibahas bersama sama pada saat
kegiatan Pra LKMP bulanan UKP dan LKMP bulanan Puskesmas Pamotan.
BAB IX
PENUTUP
37
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan Gawat darurat di UPT Puskesmas Pamotan.
Keberhasilan upaya pelayanan Gawat Darurat merupakan keberhasilan
upaya mencegah terjadinya resiko kematian dan kecacatan dan meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Berbagai masalah mendasar yang selama ini menjadi kendala didalam
operasional pencatatan dan peaporan pelayanan Gawat darurat, diharapkan
dapat di atasi dengan tersusunnya pedoman internal pelayanan Gawat Darurat di
UPT Puskesmas Pamotan.
DAFTAR PUSTAKA
38
1. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 47 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Kegawat Daruratan
2. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
3. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Kesehatan Perorangan
4. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 519 Tahun 2011 tentang
penyelenggaraan pelayanan anastesiolgi
5. Peraturan Mentri Kesehatan RI no. 290 Tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
6. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada
Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2020, Serial Pertama
a. Kemenkes RI, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada
Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2021, Serial Kedua
39