You are on page 1of 13

UNIVERSITAS INDONESIA

EKONOMI GLOBAL

UJIAN TENGAH SEMESTER

Havidz Ibrahim (2206009302)


2
Pertanyaan 1
a. Indonesia memiliki posisi yang cukup unik dalam impor ekspor komoditas jagung di dunia. Sebagai
negara agraris dengan lahan jagung yang cukup luas, Indonesia masuk dalam jajaran 10 besar negara
penghasil jagung dunia. Dikutip dari katadata, Indonesia menduduki peringkat ke-8 pada tahun 2018
dengan total produksi sebanyak 24,27 Juta Ton.peringkat 1 diduduki oleh Amerika serikat dengan total
produksi sebanyak 381,78 Juta Ton diikuti oleh China dan Brasil dengan 252,1 Juta Ton dan 81,91
Juta Ton. Menariknya, sebagai negara 10 besar penghasil jagung dunia, Indonesia juga cukup banyak
melakukan impor jagung dan menduduki peringkat 34 negara importir jagung terbesar di dunia
berdasarkan jumlah total nilai impor dalam USD sejak tahun 2017 sampai dengan 2021. Grafik 1
menunjukkan perbandingan impor jagung Indonesia dari tahun ke tahun sejak 2017 sampai dengan
2021 dibandingkan dengan 4 besar negara importir jagung dunia.
Pada tahun 2021, Indonesia mengimpor jagung dengan total nilai lebih dari 290 Juta US$. Pada tahun
yang sama, jagung menduduki peringkat 211 komoditas impor di Indonesia. Indonesia mengimpor
jagung utamanya dari Argentina (senilai 186 Juta USD), Brazil (senilai 47 Juta USD), Amerika Serikat
(Senilai 41 Juta USD), Thailand (senilai 870.000 USD), dan Ukraina (senilai 9 Juta USD).
Dibandingkan dengan Brazil, Argentina, dan Amerika Serikat, Indonesia memang tertinggal jauh dari
segi produksi jagung tahunan. Amerika Serikat memiliki total area ladang jagung seluas 35.106.050
hektar dengan rata-rata produksi lebih dari 300 juta ton per tahun. Brazil memiliki lading jagung
dengan total luas 14.958.862 Hektar dengan produksi tahunan rata-rata lebih dari 60 juta ton.
Sedangkan Argentina menduduki peringkat ke-4 produsen jagung terbesar dunia dengan rata-rata
produksi lebih dari 30 Juta ton per tahun. Hal yang mengejutkan justru datang dari Thailand dan
Ukraina dimana ternyata Indonesia juga melakukan impor jagung negara tersebut. Grafik 2
menunjukkan gambaran 5 besar negara pengimpor jagung ke Indonesia dalam USD pada rentang
waktu 2017 sampai dengan 2021.
b. Dipandang dari teori comparative advantage, Argentina dan Brazil memiliki keunggulan komparatif
dibandingkan Indonesia karena memiliki daratan yang luas dan tidak dipisahkan oleh lautan sehingga
memudahkan transportasi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pertanian jagung. Selain itu, Argentina
dan Brazil memiliki standar biaya tenaga kerja yang lebih murah, termasuk untuk produksi Jagung.
Secara teoritis, hal ini dapat terjadi sebagaimana dikutip dari Carbaugh (2018), biaya transportasi
dalam hal ini termasuk biaya untuk memindahkan barang atau komoditas, termasuk biaya pengiriman,
pengepakan, dan penanganan serta pembayaran premi asuransi merupakan hambatan dalam
perdagangan dan menghambat realisasi keuntungan dari perdagangan global.
Perbedaan antar-negara dalam biaya transportasi adalah salah satu sumber comparative advantage dan
dapat mempengaruhi volume serta komposisi perdagangan. Indonesia sebagai penghasil jagung besar
ternyata juga memanfaatkan comparative advantage nya pada satu bidang untuk memanfaatkan
comparative advantage negara lain dalam bidang yang lain. Indonesia bisa saja mengekspor jagung
produksi dalam negeri untuk mendapatkan harga jual yang leih baik di luar negeri. Dan di sisi lain,
mengimpor jagung produksi luar negeri dari negara yang memiliki terlalu banyak surplus komoditas
jagung sehingga juga mendapatkan harga beli yang lebih murah, khususnya untuk kebutuhan industri.

3
Perbandingan impor jagung indonesai dengan
top 5 importir dunia
9.000.000.000
8.000.000.000
7.000.000.000
6.000.000.000
5.000.000.000
4.000.000.000
3.000.000.000
2.000.000.000
1.000.000.000
-
Japan Mexico China Rep. of Korea Indonesia

2017 2018 2019 2020 2021

Grafik 1 Perbandingan impor jagung Indonesia dengan 5 besar negara importir dunia – diolah dari
comtrade.un

5 BESAR NEGARA PENGIMPOR


JAGUNG KE INDONESIA (US$)
Argentina Brazil USA Thailand Ukraine

200.000.000
186.260.158
159.670.597
150.000.000
129.164.102
100.000.000
70.276.199
50.000.000
32.102.919
-
2017 2018 2019 2020 2021

Grafik 2. Lima besar negara pengimpor jagung ke Indonesia – diolah dari comtrade.un

4
Pertanyaan 2
a. Nontarif Trade Barriers (NTBs) adalah istilah yang telah ada sejak tahun 1960-an. Batasan non tarif
meliputi berbagai macam bentuk. Beberapa bentuk batasan non tarif hanya membatasi jumlah
perdagangan namun tidak serta merta meniadakan perdagangan seperti penerapan aturan pelabelan
dan pemaketan. Di sisi lain, terdapat juga bentuk-bentuk batasan yang dapat berdampak signifikan
terhadap pola perdagangan, seperti penetapan kuota impor absolut, quota berdasarkan rate, subsidi,
serta persyaratan-persyaratan kandungan domestik / TKDN.
Bentuk batasan non-tarif yang paling terkenal adalah kuota impor, yang membatasi kuantitas
komoditas yang diperbolehkan masuk ke suatu negara pada suatu periode waktu tertentu. Terdapat dua
tipe kuota impor yakni kuota absolut dan kuota berdasarkan tarif. Kuota absolut adalah pembatasan
fisik atas kuantitas jumlah barang atau komoditas yang dapat diimpor selama periode waktu tertentu,
yang normalnya adalah setiap tahun. Secara umum, kuota membatasi impor hingga ke level dibawah
kuantitas perdagangan yang mungkin dicapai pada kondisi perdagangan bebas.
Secara teoritis, kuota impor produk berpotensi menaikkan harga komoditas impor. Dengan membatasi
ketersediaan supply atas produk impor, maka harga komoditas impor cenderung naik. Kenaikan harga
tersebut akan memberikan kesempatan juga bagi produsen domestik atas produk yang sama untuk
menaikkan harga. Hasil dari hal ini adalah adanya consumer surplus. Grafik 3 menunjukkan ilustrasi
mengenai bagaimana kuota dapat menyebabkan kenaikan harga komoditas. Indonesia menetapkan
kuota impor yang berubah-ubah setiap tahun untuk komoditas pangan termasuk jagung. Hal ini
merupakan batasan non-tarif dari sisi impor. Dikutip dari kajian analisis harga pangan pokok tahun
2022 oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, harga rata-rata jagung dunia pada Desember
2021 mengalami kenaikan sebesar 4,27% dari USD229/ton pada bulan November 2021 menjadi USD
239/ton pada Desember 2021. Secara year-on-year, harga jagung internasional juga mengalami
kenaikan sebesar 36,86%. Hal ini dapat disebabkan salah satunya karena adanya pembatasan-
pembatasan non tarif dalam bentuk kuota perdagangan di beberapa negara produsen dan konsumen
jagung dunia.

b. Selain hambatan non-tarif, pemerintah juga dapat menerapkan hambatan dari sisi tarif atas impor atau
ekspor suatu komoditas pada suatu negara. Jenis-jenis tarif yang mungkin dikenakan untuk mebatasi
perdagangan adalah sebagai berikut :
 protective tarif  tarif yang didesain untuk mengurangi jumlah impor masuk ke negara.
 revenue tarif  tarif yang didesain untuk kepentingan penerimaan negara, tarif jenis ini bisa
terjadi untuk ekspor maupun impor, dan cenderung kurang efektif untuk membatasi aktivitas
impor atau ekspor di suatu negara.
Terdapat beberapa argumen yang mendukung perlunya pembatasan perdagangan internasional,
khususnya impor. Diantaranya adalah untuk melindungi lapangan kerja di dalam negeri, menciptakan
keadilan perdagangan, menjaga standar hidup dalam negeri, menjaga kesamaan biaya produksi, serta
alasan-alasan lain yang tidak berkaitan dengan ekonomi seperti keamanan negara, dan sebagainya.
Dampak tarif dapat berbeda pada negara besar dengan negara kecil. Di negara berkembang seperti
Indonesia, pengenaan tarif impor pada produk bahan pokok dapat berdampak pada konsumen dalam
bentuk tingginya harga produk dan secara partial diserap oleh eksportir melalui harga ekspor yang
lebih rendah. Dampak penyerapan oleh eksportir luar negeri ini menghasilkan pendapatan bagi
negara. Keuntungan bagi negara ini meng-offset beberapa / seluruh deadweight welfare lossess yang
disebabkan oleh penurunan konsumsi karena kenaikan tarif dan efek-efek protektif lainnya. Grafik 4
menunjukkan bagaimana kenaikan tarif dapat berdampak pada kenaikan harga komoditas di suatu
negara.

5
Dikutip dari kajian kementerian perdagangan Republik Indonesia, harga rata-rata eceran jagung
pipilan kering di pasar tradisional pada bulan Desember 2021 mengalami kenaikan sebesar 1,32%
dibandingkan dengan bulan November 2021. Jika dilihat dari sudut pandang tahun ke tahun, harga
eceran jagung di pasar tradisional dalam negeri juga mengalami kenaikan sebesar 7,78% secara y.o.y.
Hal ini dapat terjadi salah satunya karena perlakuan kebijakan tarif di Indonesia. Di Indonesia,
pemerintah menerapkan pembatasan tarif yang dipadupadankan dengan non-tarif. Hal ini terlihat pada
adanya tarif impor yang berbeda untuk komoditas jagung berdasarkan kadar kandungan Aflatoxin
dalam jagung.

6
Supply akhir

Equilibrum akhir Supply awal

Kuota
Price

Equilibrum awal

Permintaan

Quantity
Grafik 3. Perubahan Supply yang berdampak pada kenaikan harga – diadaptasi dari Carbaugh (2018)

Supply akhir
Equilibrum akhir Supply awal
Tarif impor
Price

Equilibrum awal

Quantity
Grafik 4 dampak tarif pada kenaikan harga impor – diadopsi dari Carbaugh (2018)

7
Pertanyaan 3
a. Negara dapat membentuk perjanjian perdagangan yang hanya berlaku bagi komoditas yang
diperdagangkan dalam suatu grup yang tergabung dalam perjanjian tersebut. Pada tahun 1955, General
Agreement on Tarifs and Trade (GATT) berubah menjadi World Trade Organization (WTO). GATT
memiliki prinsip bahwa jika salah satu anggota GATT mendapatkan tarif yang lebih rendah atas salah
satu produknya dari anggota GATT yang lain, maka anggota tersebut juga harus memberikan
perlakukan yang sama terhadap seluruh anggota GATT yang lain. Namun demikian, beberapa
pengecualian masih boleh diterapkan oleh negara anggota. Seperti pengecualian tarif yang lebih tinggi
untuk barang-barang berbahaya dan produk alkolhol.
Dikutip dari Food and Agriculture Organization (FAO), 2015, Indonesia adalah salah satu pendiri
ASEAN dan berpartisipasi dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). Dengan beberapa pengecualian,
tarif AFTA pada perdagangan intra-regional akan direduksi menjadi antara 0 s.d. 5%. Sebelumnya,
20% tarif lines Indonesia dikecualikan dari pengurangan tarif sesuai ketentuan AFTA. Namun saat ini,
hanya 1% tarif lines Indonesia yang masih dikecualikan dari pengurangan tarif sesuai ketentuan
AFTA, untuk produk-produk berbahaya dan minuman beralkohol. Namun demikian, sebagian besar
perdanganan negara ASEAN adalah dengan negara non-ASEAN sehingga dampak perjanjian AFTA
kurang efektif bagi Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia juga masih menerapkan adanya persyaratan
lisensi impor untuk bahan pangan, termasuk jagung.
Pada tahun 2018, Indonesia pernah melakukan perjanjian perdagangan jagung dengan Sri Lanka.
Petani jagung Jawa Timur bekerjasama dengan PT. B.I melakukan ekspor perdana 500 ton jagung ke
Sri Lanka. Persyaratan ekspor tersebut mewajibkan komoditas yang diekspor telah memenuhi kriteria
sertifikasi tertentu. Sehingga, bekerjasama dengan Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya,
pengujian atas komoditas jagung ekspor berhasil dilakukan dan hanya jagung yang telah mendapat
Phytosanitary Certificate (PC) yang dapat dilakukan ekspor ke Sri Lanka. Sejak saat itu, Sri Lanka
menjadi negara pada peringkat ke-7 importir jagung terbesar dari Indonesia. Selain Sri Lanka,
Indonesia juga melakukan ekspor komoditas jagung ke negara tetangga seperti Filipina, Thailand,
Singapura, dan Viet Nam. Grafik 5 menunjukkan gambaran negara tujuan ekspor jagung terbesar dari
Indonesia dalam ribuan USD pada rentang waktu 2017 sampai dengan 2021.

b. Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak terlepas dari adanya risiko ketegangan antara negara
berkembang dengan negara-negara maju terkait perdagangan internasional. Banyak ahli berpendapat
bahwa strategi terbaik untuk negara miskin adalah dengan mengambil keuntungan dari perdagangan
internasional. Selama dua decade terakhir, banyak negara berkembang juga melihat hal baik dari
strategi tersebut dan membuka pasar negara nya kepada perdagangan internasional dan investasi luar
negeri, Namun ironisnya, negara maju kadang justru menahan batasan nya sendiri untuk melakukan
impor dari negera-negara berkembang. Khusus terkait komoditas jagung, tidak pernah terjadi sengketa
antara Indonesia dengan negara-negara lain mengenai perdagangan jagung. Namun sesuai dokumen
Dispute Settlement yang dirilis oleh WTO pada tahun 2017 dengan nomor DS478, Indonesia pernah
mendapat aduan dari Selandia Baru dan Amerika Serikat terkait 18 batasan perdagangan yang
diterapkan Indonesia atas impor komoditas produk hortikultura, 17 diantaranya adalah pembatasan
dalam bentuk tarif dan 1 pembatasan terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) atas produk
impor. Tabel 1 menunjukkan resume dispute yang melibatkan Indonesia dengan pihak pengadu yaitu
Amerika Serikat dan Selandia Baru.

8
Negara tujuan ekspor jagung terbesar Indoensia
(US$)
Thailand Singapore Japan Viet Nam

2.000.000
1.839.410
1.500.000

1.000.000

500.000

- 80.189 162 6.239 56.000


2017 2018 2019 2020 2021

Grafik 5. Negara tujuan ekspor jagung terbesar Indonesia dalam USD – diolah dari comtrade.un

Tabel 1. Resume dispute nomor DS477, 478 – diadopsi dari WTO dispute settlement

9
Pertanyaan 4
a. Salah satu argumen pendukung pembatasan atas perdagangan internasional adalah karena kepentingan
perlindungan tenaga kerja dalam negeri. Permasalahan tenaga kerja ini juga menjadi faktor utama yang
seringkali mendasari pemerintah untuk menerapkan batasan impor suatu komoditas. Selama periode
resesi ekonomi, pekerja seringkali berpandangan bahwa barang-barang murah dari luar negeri
menghambat pertumbuhan produksi dalam negeri, berakibat pada kerugian industri dalam negeri dan
pada akhirnya berdampak pada pemutusan hubungan kerja di dalam negeri.
Menurut Carbaugh (2018), pandangan ini gagal memahami konsep bahwa perdagangan internasional
adalah dua sisi. Negara mengekspor komoditas karena negara tersebut juga ingin mengimpor produk
lain dari negara-negara yang lain. Ketika dilakukan pembatasan ekspor atas suatu negara, maka
kemampuan negara tersebut untuk melakukan impor dari negara-negara lain juga berkurang. Pada
akhirnya, pengurangan impor dari negara tersebut berakibat pada penurunan produksi atas komoditas
yang biasa diimpor oleh negara tersebut. Pada negara asalnya, hal ini menimbulkan pengurangan
lapangan pekerjaan bagi pekerja pada industri komoditas ekspor.
Di Indonesia, terdapat penelitian mengenai dampak tarif impor jagung terhadap kesejahteraan pelaku
pasar jagung Indonesia (Varina, 2018). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peniadaan tarif impor
jagung akan menyebabkan penurunan kesejahteraan produsen dan peningkatan kesejahteraan
konsumen baik rumah tangga maupun konsumen industri pakan. Penurunan kesejahteraan produsen
terjadi karena penghapusan tarif impor juga akan mengakibatkan penurunan harga jagung di tingkat
petani, sehingga produksi jagung juga akan menurun. Pada akhirnya, penurunan produksi jagung juga
akan berdampak negatif terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan pada bidang pertanian jagung di
Indonesia.
Selain berdampak pada lapangan pekerjaan dan produksi jagung, peniadaan tarif impor juga akan
menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah yang diperoleh dari bea masuk atas impor jagung.
Secara net surplus, penelitian menunjukkan bahwa penurunan surplus produsen dan penerimaan
pemerintah tidak dapat ditutupi oleh peningkatan surplus konsumen. Grafik 6 menunjukkan fluktuasi
impor jagung yang ternyata tidak align dengan fluktuasi tingkat pengangguran di Indonesia.

b. Dari segi investasi, secara teoritis, pembatasan terhadap impor juga akan berdampak tidak baik karena
dapat menurunkan nilai investasi luar negeri ke Indonesia. Sebagai contoh, pembatasan impor dalam
bentuk tarif atau non tarif akan berakibat pada kenaikan harga jagung. Sebagai akibatnya, investor luar
negeri yang ingin berinvestasi di Indonesia pada industri pangan / industri pengolahan jagung akan
menarik diri dari Indonesia karena tingginya biaya produksi. Grafik 7 menunjukkan perbandingan
data impor jagung dan foreign direct investment (FDI) selama 5 tahun terakhir yang diambil dari BPS
dan comtrade.un. Grafik tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi impor jagung tidak sejalan terhadap
nilai investasi luar negeri di Indonesia. Sebaliknya, tahun 2019 saat impor jagung naik justru terjadi
penurunan foreign direct investment di Indonesia.
Ketidakselarasan antara nilai impor Indonesia baik dengan tingkat pengangguran maupun tingkat
investasi asing di Indonesia dapat dijelaskan karena jagung hanya menduduki peringkat ke-211
dibandingkan komoditasi lain yang diimpor oleh Indonesia.

10
pertumbuhan pengangguran dan impor jagung
pertumbuhan impor jagung pertumbuhan pengangguran

80,00% 72,20%

60,00%
39,86% 38,63%
40,00% 33,30%

20,00%
-0,56% 0,64%
0,00% -6,82%
2018 2019 2020 2021
-20,00%
-18,82%
-40,00%

Grafik 6. Perbandingan pertumbuhan impor jagung dan pengangguran – diolah dari comtrade.un dan
bps.go.id

Perbandingan impor jagung dan FDI


35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2017 2018 2019 2020 2021

FDI Impor jagung

Grafik 7. Perbandingan data impor jagung dan FDI – diolah dari comtrade.un dan bps.go.id

11
Pertanyaan 5
a. Terdapat keseimbangan yang harus dijaga mengenai nilai impor dan ekspor komoditas jagung di
Indonesia. Untuk meningkatkan ekspor, pengusaha / produsen jagung di Indonesia perlu
memperhatikan kualitas jagung yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dimulai dari pemilihan bibit yang
berkualitas hingga proses pemupukan dan proses panen yang sesuai dengan standar. Produk hasil
ekspor seringkali harus memenuhi batasan kualifikasi tertentu. Seperti contoh sebelumnya pada
kerjasama antara Indonesia dengan Sri Lanka dimana Sri Lanka mensyaratkan kualitas jagung
Indonesia harus memenuhi Phytosanitary Certificate. Beberapa negara lain juga mensyarakan
tingkatan kadar kandungan Aflatoxin tertentu untuk impor jagung ke negara nya. Selain berlaku
sebagai non-tariff barrier, pembatasan ini juga berfungsi untuk melindungi warga negara dari bahaya
akibat kandungan beracun tersebut. Indonesia juga menerapkan batasan tarif bea masuk yang berbeda
pada komoditas jagung berdasarkan kandungan Aflatoxin nya. Untuk mensubstitusi impor, pengusaha
perlu mencari alternatif metode produksi jagung dengan biaya yang lebih murah tanpa mengurangi
kualitas sehingga harga produksi dalam negeri dapat bersaing dengan harga impor.

b. Dari sisi pemerintah, pemerintah sebenarnya telah berupaya untuk mengurangi impor jagung sejak
tahun 2017. Tercatat Indonesia sudah tidak melakukan impor jagung khusus untuk pakan ternak sejak
tahun 2017. Sejak periode tersebut, impor jagung hanya dilakukan untuk pangan. Pemerintah telah
memiliki aturan mengenai impor jagung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan
nomor 21 Tahun 2021. Namun, dalam peraturan tersebut belum dilakukan pengaturan mengenai
ekspor jagung. Menurut Direktur Serelia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Moh. Ismail
Wahab, sebagaimana dikutip dari wawancara dengan Kontan, pada tahun 2022 ini perkembangan
produksi jagung cenderung lebih aman untuk mencukupi kebutuhan pangan sekitar 750.000 ton per
bulan. Produksi jagung nasional hingga November 2021 diperkirakan diatas 1 juta ton. Pemerintah
berencana meningkatkan ekspor jagung jika ketersediaan melimpah.
Pemerintah juga telah mencanangkan substitusi impor jagung luar negeri dengan hasil produksi dalam
negeri. Pemerintah melalui Dirjen perdagangan dalam negeri kementerian perdagangan menyatakan
bahwa penyedia jagung dalam negeri saat ini telah mampu menyediakan jagung rendah aflatoxin yang
dapat digunakan untuk substitusi impor jagung pangan.

12
Referensi:
Carbaugh J, Robert. International Economics – Seventeenth Edition. Cengage. 2018.
Varina. 2018. Dampak tarif impor jagung terhadap kesejahteraan pelaku pasar jagung Indonesia. Jurnal
Agrosains dan Teknologi. Vol. 3(I) h.47-46
Carolina, A. Ratna. 2021. Analisis Perkembangan Harga Bahan Pangan Pokok di Pasar Domestik dan
Internasional. Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. h. 51-59
Dokumen Dispute Settlement. 2017. Indonesia-Import Licensing Regimes (DS477,478). World Trade
Organization.
https://www.indexmundi.com/trade/exports/ diakses pada 20 Oktober 2022 pukul 16:30 WIB
https://data.cic-tp.com/asia-trade-data/indonesia-import-export-data diakses pada 20 Oktober 2022 pukul
16:30 WIB
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220307134657-4-320616/ri-impor-jagung-995-ribu-ton-dari-
thailand-sampai-argentina diakses pada 20 Oktober 2022 pukul 17:00 WIB
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/ekspor-jagung-indonesia-anjlok-pada-2021 diakses pada 20
Oktober 2022 pukul 19:00
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3455 diakses pada 20 Oktober 2022 pukul
19:00
https://comtrade.un.org/data diakses pada 20 Oktober 2022 pukul 19:00
https://www.bps.go.id/ diakses pada 20 Oktober 2022 pukul 19:00
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181108101744-4-41177/mentan-buka-bukaan-soal-alasan-
impor-jagung-di-tengah-surplus diakses pada 20 Oktober 2022 pukul 19:00
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/06/10-negara-produsen-jagung-terbesar-di-dunia-
indonesia-urutan-berapa diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 04:00
https://oec.world/en/profile/bilateral-product/corn/reporter/idn diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 04:00
https://www.fao.org/3/y4632e/y4632e0l.htm diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 04:00
https://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds478_e.htm diakses pada 21 Oktober 2022 pukul
04:00
https://nasional.kontan.co.id/news/rencana-ekspor-100000-ton-jagung-diharapkan-tak-ganggu-stok-
nasional diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 07:00

13

You might also like