Professional Documents
Culture Documents
Askep HD
Askep HD
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien dan Penanggung
Pasien Penanggung
1. Nama : Ny. S Tn. B (Anak)
2. Umur : 54 th 32 th
3. Jenis Kelamin :P L
4. Status Perkawinan : Janda Kawin
5. Suku Bangsa : Bali Bali
6. Agama : Hindu Hindu
7. Pendidikan : SMA S1
8. Pekerjaan : Pedagang Fisioterapi
9. Alamat : Br. Pule, Bangli Br. Pule, Bangli
10. Nomor Telepon :087765261692 -
11. Nomor Register : 578xxx -
12. Tanggal MRS : 24 September 2016 -
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama MRS
b) Saat pengkajian :
a) Kesadaran : CM
g) Gejala cardinal :
S : 36,2◦C RR : 20x/menit
N : 80x/menit TD :120/80mmHg
h) Ukuran lain :
BB : 73,5kg
2. Kepala
c) Kekuatan Otot :
555 555
555 555
e. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
No. Hari/Tgl/Jam Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai
Pemeriksaan Lab Normal
1. Rabu/02 Elektrolit Calcium : 9.6mg/dl 8.8 – 10.2
November Phospor : 9.20mg/dl 2.6 – 4.5
2022/07.34 Hematologi Eritrosit : 3.08 106/uL 3.50 – 5.50
WITA Hematokrit : 27.2% 37.0 – 48.0
Hemoglobin : 8.9g/dL 11.0 – 16.0
2. Analisa Data
HD Data Subyektif Data Obyektif Interpretasi
Pre HD Pasien mengatakan Hasil pemeriksaan Perfusi jaringan
gatal – gatal pada elektrolit : renal tidak efektif
tubuhnya terutama
1) Calcium : 9.6
area tangan yang
mg/dl
terdapat AV shunt
2) Phospor : 9.20
mg/dl
Hasil pemeriksaan
hematologi :
1) Eritrosit : 3.08
106/uL
2) Hematokrit :
27.2%
3) Hemoglobin :
8.9g/dL
Pasien diberikan
terapi iron sukrosa
dan hemapo 3000 IU
Intra HD - Pasien diberikan Resiko
terapi antikoagulan perdarahan
(heparin) sebanyak
4000 IU dalam 20ml
NaCl 0,9%
Post HD - Terdapat bekas luka Resiko Infeksi
insersi AV shunt
pada lengan atas dan
pergelangan tangan
P : Resiko perdarahan
E : Mendapatkan terapi antikoagulan (heparin) sebanyak 4000 IU
dalam 20ml NaCl 0,9%
S : Pasien diberikan terapi antikoagulan (heparin) sebanyak 4000
IU dalam 20ml NaCl 0,9% untuk mencegah penggumpalan darah
selama proses HD berlangsung.
Proses terjadinya : Proses HD dilakukan dengan mengalirkan darah
dari tubuh ke dalam tabung dialyzer yang berfungsi sebagai ginjal,
lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Karena proses kontak antara
darah dan tabung dialyzer menyebabkan pembekuan darah, darah
ketika berada di luar tubuh akan lebih cepat menggumpal. Jika
terjadi penggumpalan darah saat proses HD, maka tindakan HD
harus dihentikan dengan tidak mengalirkan darah ke pasien. Jika
tetap dilanjutkan maka akan menyebabkan emboli, sehingga untuk
menghindari hal itu terjadi diberikanlah terapi antikoagulan berupa
heparin agar darah tidak menggumpal. Namun efek samping dari
penggunaan antikoagulan adalah resiko perdarahan, sehingga perlu
dilakukan pengkajian tanda – tanda resiko perdarahan.
Akibat jika tidak ditanggulangi : Karena sifatnya sebagai anti
penggumpalan darah, maka perlu dilakukan pengkajian tanda –
tanda resiko perdarahan agar tidak terjadi perdarahan berkelanjutan
yang dapat menyebabkan resiko syok hipovolemik.
P : Resiko Infeksi
E : Kanulasi hemodialisa
S : Terdapat bekas luka insersi AV shunt pada lengan atas dan
pergelangan tangan
Proses terjadinya : Adanya akses menuju pembuluh darah untuk
keperluan tindakan hemodialisis menyebabkan adanya luka kecil
yang terbuka pada ekstremitas atas maupun bawah sehingga
beresiko untuk terjadinya infeksi.
Akibat jika tidak ditanggulangi : Terjadinya infeksi berat dapat
menyebabkan sepsis karena berhubungan langsung dengan
pembuluh darah besar dalam tubuh yang ditandai dengan adanya
peningkatan termoregulasi.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan renal tidak efektif b.d gangguan aliran arteri
dan vena, ketidakmampuan ginjal dalam mensekresikan
hormon eritropoietin d.d penurunan konsentrasi Hb, diberikan
terapi iron sukrosa dan hemapo 3000 IU.
b. Resiko perdarahan b.d pemberian terapi antikoagulan (heparin)
sebanyak 4000 IU dalam 20ml NaCl 0,9% d.d pada saat HD
diberikan terapi antikoagulan (heparin) sebanyak 4000 IU
dalam 20ml NaCl 0,9% untuk mencegah penggumpalan darah.
c. Resiko infeksi b.d kanulasi hemodialisis d.d terdapat bekas
luka insersi AV shunt pada lengan atas dan pergelangan tangan.
B. PERENCANAAN
1. Prioritas Masalah
a. Pre HD :
Perfusi jaringan renal tidak efektif b.d gangguan aliran arteri dan
vena, ketidakmampuan ginjal dalam mensekresikan hormon
eritropoietin.
b. Intra HD :
Resiko perdarahan b.d pemberian terapi antikoagulan (heparin)
sebanyak 4000 IU dalam 20ml NaCl 0,9%.
c. Post HD :
Resiko infeksi b.d kanulasi hemodialisis.
2. Rencana Perawatan
No. Hari/Tgl/Jam Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Senin/21 November Pre HD Setelah dilakukan 1) Observasi TTV 1) Indikator kesehatan
2022/07.30 wita Perfusi jaringan asuhan keperawatan 2) Kaji tanda pasien
renal tidak efektif selama 1x4,5 jam dehidrasi, kram 2) Ultrafiltrasi yang
diharapkan perfusi otot, rasa gatal, dan cepat dengan
jaringan renal tidak aktivitas kejang volume yang tinggi
efektif dapat teratasi pada tubuh memengaruhi
dengan kriteria hasil : 3) Kaji Hmt, BUN, kondisi fisik pasien
Creat dan elektrolit 3) Hmt, BUN, Creat
1) Tekanan sistol dan
4) Observasi reaksi dan elektrolit
diastol dalam batas
transfusi memengaruhi
normal
5) Kaji BB kering dan jumlah ultrafiltrasi
2) Hmt, BUN, Creat
BB pasien sebelum ketika HD
dan elektrolit dalam
dan setelah HD 4) Ada tidaknya tanda
batas normal
6) Kaji status mental – tanda alergi
3) Tidak ada distensi
7) Monitor CT 5) BB pre HD pasien
vena jugularis
8) Kolaboratif dalam dikurangi dengan
4) Tidak ada tanda pemberian iron BB kering pasien
dehidrasi, kram sukrosa dan adalah jumlah
otot, rasa gatal, dan hemapo 3000 IU penarikan cairan
aktivitas kejang (UFG) ketika HD
pada tubuh 6) Stress memengaruhi
5) Intake output fungsi tubuh yang
seimbang mengakibatkan
6) Tidak ada edema berkembangnya
dan asites suatu penyakit
7) Tidak ada rasa haus 7) Warna dan bau urin
yang abnormal menandakan suatu
8) Warna dan bau urin kondisi tubuh
normal 8) Iron sukrosa
berguna dalam
meningkatkan zat
besi dalam tubuh
yang memengaruhi
jumlah Hb. Iron
sukrosa dengan
hemapo 3000 IU
dapat bekerja secara
optimal
2. Senin/21 November Intra HD Setelah dilakukan 1) Observasi TTV 1) Merupakan
2022/08.30 wita Resiko perdarahan asuhan keperawatan 2) Kaji tanda – tanda indikator kesehatan
selama 1x4,5 jam perdarahan pasien
diharapkan resiko 3) Observasi 2) Mencegah pasien
perdarahan dapat integumen pasien mengalami resiko
teratasi dengan kriteria terutama pada perdarahan intra
hasil : lengan yang HD
terdapat AV shunt 3) Lebam pada
1) Tidak adanya tanda
permukaan kulit
– tanda resiko
mengindikasi
perdarahan
terjadinya
2) Tidak nampak perdarahan dalam
lebam pada
permukaan kulit
3. Senin/21 November Post HD Setelah dilakukan 1) Monitor tanda dan 1) Untuk mendapatkan
2022/10.00 wita Resiko infeksi asuhan keperawatan gejala infeksi lokal penanganan segera
selama 1x4,5 jam dan sistemik bila terjadi indikasi
diharapkan resiko 2) Melakukan hand infeksi
infeksi dapat teratasi hygiene sebelum 2) Mencegah infeksi
dengan kriteria hasil : dan setelah kontak antara pasien
dengan pasien dengan
1) Tidak ditemukan
3) Pertahankan teknik pengunjung,
tanda dan gejala
aseptik perawat, dan pasien
infeksi
4) Beri HE terkait yang lain
2) Menunjukkan dengan tanda dan 3) Mencegah paparan
kemampuan dalam gejala infeksi patogen
mencegah infeksi 5) Beri HE dalam 4) Agar pasien
menjaga mengetahui tanda
kebersihan lengan dan gejala infeksi
yang terdapat AV 5) Mencegah
shunt terjadinya sepsis
6) Kolaborasi dengan 6) Mencegah infeksi
dokter terkait
terapi antibiotik
C. IMPLEMENTASI
No. Hari/Tgl/Jam Dx Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
1. Senin/21 November Perfusi jaringan renal 1) Mengobservasi TTV DS :
2022/07.30 wita tidak efektif b.d 2) Mengkaji tanda 1) Pasien mengatakan tidak
gangguan aliran arteri dehidrasi, kram otot, ada keluhan kram otot,
dan vena, rasa gatal, dan aktivitas tidak ada tanda dehidrasi,
ketidakmampuan ginjal kejang pada tubuh terasa gatal pada area
dalam mensekresikan 3) Mengkaji Hmt, BUN, lengan yang terdapat AV
hormon eritropoietin Creat dan elektrolit shunt, tidak ada kejang
d.d penurunan 4) Mengkaji BB kering dan 2) Pasien mengatakan
konsentrasi Hb, BB pasien sebelum dan kadang ia merasa
diberikan terapi iron setelah HD kesepian karena tidak ada
sukrosa dan hemapo 5) Mengkaji status mental yang diajak mengobrol
3000 IU 6) Memonitor CT ketika proses HD
7) Melakukan tindakan 3) Pasien mengatakan tidak
delegatif dalam ada pembengkakan di
pemberian iron sukrosa tubuhnya
dan hemapo 3000 IU 4) Pasien mengeluh sakit
kepala setiap proses HD
DO :
1) KU pasien baik
2) Hasil TTV sebelum HD :
‒ S : 36,2◦C
‒ RR : 20x/menit
‒ N : 80x/menit
‒ TD :120/80mmHg
5) BB post HD 72,5kg
5) N : 80x/menit
6) TD :120/80mmHg
9) BB post HD 72,5kg
(Ns. Ni Nyoman Wahyuni, S. Kep) (A. A. Istri Kurnia Dwi Chandraswari, S. Kep)
NIP. 197104151991032006 NIM. 2214901103
Mengetahui,
Pembimbing Akademik