You are on page 1of 9

Djoko Purwanto, Ismiyati.

Pengelolaan Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai Dampak Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali
(Studi Kasus Kota Semarang)

Pengelolaan Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai Dampak


Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali
(Studi Kasus Kota Semarang)
Djoko Purwanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
E-mail: djokopurwt@gmail.com

Ismiyati
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
E-mail: ismiyati_hs@yahoo.com

Abstract

The increasing of urban population growth would affect to the increasing settlement growth which expanding
uncontrollably toward the suburbs, this condition will influence transportation problem and 70 % air
pollution comes from transportation sector (BAPEDAL in 2006). Semarang cities as case study deals with
congestion problems in almost all road network; the most surprising thing is with the presence of mass
transit services which is BRT, both BRT corridor I and corridor II, it still have a load factor of 27% (Ilham
Hussein, 2012). This study aims to: manage environmentally sound public transportation based on the
characteristics of people and city of Semarang. The result of study concluded that in order to manage
environmentally sound transportation by creating an unified and integrated mass transit; which is by cutting
the BRT routes that are less effective and too long, directed to feeder transport from the tip end of track to the
end of beginning of peple mobility with a public transport like mini bus for a distance of > 500m and bike or
walking track to feeder within 200 – 500m equipped with convenient bicycle and pedestrian infrastructures.
Whereas, for the suburbs mobility to other suburbs it can use rail-based mass transportation (MRT).

Keywords: Tansport management, Environment, Uncontrolled development.

Abstrak

Pertumbuhan penduduk perkotaan yang semakin meningkat, tentunya berpengaruh terhadap meningkatnya
pertumbuhan pemukiman yang semakin meluas tak terkendali kearah pinggiran kota, kondisi demikian akan
berdampak pada kemacetan dan tingginya pencemaran udara hingga 70% dari sector transportasi (Bapedal
pada tahun 2006). Kota semarang sebagai lokasi studi menghadapi permasalahan kemacetan hampir
diseluruh jaringan jalan, sedangkan pelayanan angkutan massal berupa BRT baik BRT pada koridor I
maupun koridor II mempunyai load factor 27% (Ilham Husein, 2012). Penelitian ini bertujuan mengelola
angkutan umum berwawasan lingkungan sesuai harapan masyarakat dan karakteristik Kota Semarang.
Hasil dari studi menyimpulkan dan merekomendasikan bahwa untuk mengelola transportasi berwawasan
lingkungan dengan membuat angkutan massal terpadu dan terintegrasi, yaitu dengan memotong rute rute
yang kurang efektif BRT dan terlalu panjang diarahkan untuk angkutan feeder dari ujung akhir lintasan rute
ke ujung awal dari mobilitas penduduk dengan angkutan umum berupa mini Bus untuk jarak > 500 m, dan
sepeda atau berjalan kaki untuk feeder yg berjarak 200-500 m dengan dilengkapi prasana pejalan sepeda
dan kaki yang nyaman. Sedangkan untuk perjalanan dari pinggir kota ke pinggir kota lainnya dengan
menggunakan angkutan massal berbasis rel (MRT).

Kata-kata Kunci: Beton pracetak, Sambungan kering.

1
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
VOLUME 20, NO 1, JULI

Pendahuluan kemacetan. Dalam mengembangkan public


transport juga harus mempunyai tujuan bahwa
Pertumbuhan penduduk perkotaan yang semakin public transport harus mampu mengurangi
meningkat, tentunya berpengaruh terhadap kemacetan, mengurangi gangguan lalu lintas,
meningkatnya pertumbuhan pemukiman yang mampu menjaga kondisi lingkungan, dan mampu
semakin meluas tak terkendali kearah pinggiran dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
kota. Kota Semarang yang mempunyai penduduk
1,5 juta jiwa (Semarang dalam Angka, 2010) Kota Semarang yang merupakan Kota Atlas,
dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 1,4% per memiliki topografi yang bervariasi, sehingga tidak
tahun (2009) dan 4-6% perkembangan tak jarang kota ini mengalami kendala yang kompleks
terkendali kearah pinggiran kota. Jumlah penduduk dalam bidang transportasi, dimana orang setiap
yang terus meningkat berakibat pula terhadap harinya melakukan perpindahan dari suatu tempat
meningkatnya jumlah pergerakan atau mobilitas menuju ke tempat lain. Untuk itu diperlukan
masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan adanya moda transportasi yang efektif untuk
hidupnya. Selain akibat pertumbuhan penduduk, semua kalangan masyarakat. Cara memecahkan
pertambahan volume lalu lintas juga dipengaruhi permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan
oleh perkembangan wilayah perkotaan, hal ini cara meningkatkan sarana dan prasarana
memicu berbagai problematika di Kota Semarang. transportasi umum.
Kota Semarang yang mempunyai jaringan radial
konsentris menyebabkan terjadinya penumpukan Transportasi umum (public transport) yang telah
kendaraan dari pinggiran kota ke pusat kota, beroperasi di Kota Semarang saat ini ada berbagai
kondisi demikian berdampak pada kemacetan, macam yaitu angkutan mobil penumpang, bus
yang pasti kemacetan merupakan bukti DAMRI, dan alat transportasi massal berbasis jalan
ketidakmampuan kita dalam mengelola yakni Bus Rapid Transit (BRT). Angkutan-
manajemen transportasi perkotaan. Jauh dari angkutan umum tersebut diharapkan mampu
masalah kemacetan itu sendiri ternyata menangani kendala kemacetan dan jumlah
“Transportasi Perkotaan" mempunyai andil yang kendaraan yang semakin padat yang tidak
tidak kecil terhadap polusi udara, dari hasil diimbangi dengan ruas jalan yang tersedia. Selain
penelitian yang dilakukan Rudatin pada tahun itu masyarakat juga membutuhkan alat transportasi
2006 di Kota Semarang bahwa sektor transportasi yang efektif dari segi waktu. Dalam hal ini
penyumbang 70% pencemaran udara. Kemacetan masyarakat di Kota Semarang ingin menggunakan
merupakan masalah yang tidak dapat dihindari, hal alat transportasi umum akan tetapi angkutan
ini disebabkan oleh padatnya jumlah kendaraan tersebut harus mampu mengantarkan aktivitas
atau banyaknya kendaraan pribadi yang melintasi mereka dari suatu tempat ke tempat lain dalam
suatu ruas jalan. Semakin banyak pengguna kurun waktu yang lebih cepat. Artinya dibutuhkan
kendaraan pribadi yang beroperasi maka akan alat transportasi berkecepatan tinggi. Namun,
menyebabkan terjadinya penumpukan kendaraan. transportasi umum ini dinilai masih perlu banyak
Kondisi demikian terlihat dengan dioperasikannya pembenahan. Transportasi yang telah ada belum
Trans Semarang yang merupakan subsisdi dapat menyelesaikan masalah kemacetan serta
pemerintah namun terlihat load faktornya hanya tingginya tingkat polusi yang terjadi. Untuk itu
berkisar 30% (Ismiyati, 2011). Sementara perlu diadakan suatu penelitian untuk mengetahui
pertumbuhan kendaraan pribadi dalam kurun permasalahan moda transportasi dan mengevaluasi
waktu 10 tahun terakhir mengalami peningkatan kinerjanya. Dengan demikian akan diketahui cara
yang tajam dibandingkan dengan pertumbuhan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan
jalan, sedangkan peningkatan infrastruktur jalan masyarakat serta kondisi Kota Semarang yang
juga tidak akan mengurai kemacetan. sering terjadi kemacetan dan tingkat polusi yang
semakin meningkat.
Menurut Morlok (1991), prioritas melaju di jalan
seharusnya diberikan kepada angkutan publik, Tujuan Penelitian
bukan kepada kendaraan pribadi. Prioritas tersebut
dimaksudkan untuk mengangkut orang dalam Penelitian ini bertujuan mengelola angkutan umum
jumlah besar dalam waktu singkat. Prioritas tidak berwawasan lingkungan sesuai harapan
diberikan kepada kendaraan pribadi karena masyarakat dan karakteristik Kota Semarang
penumpangnya sedikit, sehingga public transport dengan sasaran:
merupakan pilihan utama bagi masyarakat, baik
kelompok captive user yang tidak memiliki a. mengidentifikasi permasalahan transportasi di
kendaraan pribadi maupun choice user yang kota Semarang;
memiliki kendaraan pribadi tetapi memilih
menggunakan angkutan umum untuk menghindari

2
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
Djoko Purwanto, Ismiyati.
Pengelolaan Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai Dampak Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali
(Studi Kasus Kota Semarang)

b. mengevaluasi kinerja dan tingkat optimal Semarang masih jauh dari standar yang ditetapkan
angkutan umum yang sudah ada di Kota oleh Dirjen Perhubungan Darat yaitu sebesar 70%.
Semarang; Baik BRT koridor I maupun koridor II hanya
c. menganalisa pemenuhan kebutuhan transportasi memiliki nilai load factor sebesar 20-30%. Kondisi
yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan di tersebut menunjukkan bahwa angkutan umum
Kota Semarang; massal BRT Trans Semarang belum optimal dalam
d. mengelola public transport kota Semarang melayani kebutuhan masyarakat. Selain itu, dari
sesuai dengan pola perkembangan Kota dan penelitian mengenai adanya sarana feeder di Jalan
karakteristik kota Semarang. Prof. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang, untuk
mengakomodasi masyarakat yang tinggal jauh dari
Kajian Literatur jalan utama akan dibuat jalur pejalan kaki yang
baik sebagai sarana pendukung sistem feeder.
Transportasi umum yaitu seluruh kegiatan
transportasi dengan menggunakan sarana angkutan Penelitian sebelumnya yang dilakukan Ismiyati,
secara bersama-sama dan terdapat sistem tarif yang 2011 memperlihatkan bahwa kelompok
harus dipenuhi oleh pengguna jasa transportasi. pemukiman yang ada di kecamatan pinggiran kota
Semarang rata-rata pada saat memilih tempat
Transportasi umum, berupa angkutan umum tinggalnya dipinggiran kota Semarang, bahwa
massal khususnya merupakan salah satu solusi faktor jarak tidak selalu menjadi pertimbangan,
efektif dalam rangka mengurangi tingkat namun dalam mobilitasnya waktu tempuh dan
kepadatan lalu lintas yang terjadi di suatu ruas kepemilikan kendaraan sendiri menjadi prioritas.
jalan. Terdapat dua sistem angkutan massal, yaitu: Kondisi tersebut dikarenakan jarak perjalanan
terlalu jauh ke lokasi bekerja, sementara fasilitas
- Bus Rapid Transit (BRT) angkutan umum dalam segi waktu tempuh belum
baik dalam melayani masyarakat, sehingga untuk
BRT merupakan angkutan massal yang memiliki mengejar waktu tempuh bagi kelompok rumah
kecepatan perpindahan yang tinggi, tepat waktu, tangga menengah dan menengah keatas cenderung
memiliki sistem pengoperasian yang tertata dengan menggunakan kendaraan sendiri, kondisi tersebut
baik, dengan menggunakan lajur khusus yang menyebabkan kemacetan. Hasil penelitian
berbasis jalan raya. Ismiyati, 2011 juga merekomendasikan bahwa
dalam pengelolaan transportasi yang berwawasan
- Mass Rapid Transit (MRT) lingkungan khususnya di Kota Semarang perlu
dikaitkan dengan rencana perkembangan kota dan
MRT merupakan angkutan massal berbasis rel perkembangan pemukiman kota Semarang
yang memiliki kecepatan yang sangat tinggi, terutama daerah pinggiran kota.
kapasitas penumpang yang besar, tepat waktu, dan
dengan sistem pengoperasian yang dikelola dan Metodologi Penelitian
tertata sangat baik. Sumber: www.trb.org, Transit
Cooperative Research (2003) Pendekatan dalam penelitian ini, menggunakan
model deskripsi untuk mengetahui persepsi
Kedua angkutan massal ini harus didukung oleh masyarakat tentang moda transportasi publik yang
keberadaan sarana feeder atau angkutan diminati masyarakat kota Semarang. Pendekatan
pengumpan. Adapun kegunaan dari angkutan kualitatif dilakukan untuk menganalisis dan
pengumpan ini adalah: memberikan gambaran permasalahan dilapangan
dan keinginan masyarakat untuk menggunakan
- mengumpulkan penumpang untuk disalurkan angkutan massal. Sedangkan pendekatan
khusus ke angkutan trayek tertentu; kuantitatif dilakukan untuk mengevaluasi kinerja
- berperan dalam mewujudkan sistem angkutan angkutan massal yang sudah ada, kemudian
umum yang terintegrasi; dengan hasil dari keinginan masyarakat dicoba
- menarik minat masyarakat yang bermukim untuk menganalisis dengan optimalisasi
diluar jalur utama angkutan umum massal pengoperasian BRT dengan penerapan system
(Sumber: www.wikipedia.com). feeder route, serta alternatif moda angkutan massal
cepat seperti MRT sesuai dengan keingginan
Beberapa studi yang pernah dilakukan oleh Chairu pengguna. Adapun bagan alir metodelogi
Nissa; Harijan & Hussein, 2013 mengenai penelitian terlihat pada Gambar 1.
angkutan umum massal BRT, dapat diketahui
bahwa load factor BRT yang beroperasi di kota

3
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
VOLUME 20, NO 1, JULI

Fenomena
Kajian literatur Identifikasi masalah

State of the art

Pengumpulan data

Data primer: Data sekunder:


Kuesioner pada wilayah studi Studi literature terdahulu
Data volume lalu lintas daerah layanan Data dari organda: sistem pengoperasian, suku cadang, dan maintenance
Data route tranportasi
Data administratif Kota Semarang; kondisi geografis dan data administratif

Analisis

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Bagan alir metodologi penelitian

Hasil Analisis dan Pembahasan


Hasil analisis ke tiga (3) wilayah studi
memperlihat derajat kejenuhan yang masih tinggi
yaitu > 0,75 yang artinya bahwa wilayah studi
meskipun ada jalur Trans Semarang masih
mengalami kemacetan dengan mobil pribadi,
kondisi demikian mengindikasikan bahwa Trans
Semarang yang beroperasi belum optimal,
diperlukan sistem transportasi terpadu.

Sumber: Hasil survai., Tahun 2014

Gambar 3. Grafik nilai DS Jalan Majapahit,


Pedurungan

Sumber: Hasil survai, 2014

Gambar 2. Grafik nilai DS Jalan Walisongo,


Ngaliyan
Sumber : hasil Survai, th 2014

Gambar 4. Grafik nilai DS Jalan Setiabudi,


Banyumanik

4
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
Djoko Purwanto, Ismiyati.
Pengelolaan Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai Dampak Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali
(Studi Kasus Kota Semarang)

Perencanaan rute sarana feeder dan angkutan Dapat dilihat dari Gambar 5 rencana rute yang
utama dilakukan melalui grafik- okupansi dilalui sarana feeder dan BRT tersebut bahwa pada
penumpang BRT masing-masing koridor dari ruas jalan antara shelter Irigasi – Bango nilai
penelitian Chairunnisa R., Yeni Novitasari (2010) okupansinya sangat sedikit yaitu kurang dari 17
untuk BRT Koridor I dan Ilham Hussein Rasyid, penumpang, sehingga dapat dialihkan ke angkutan
Aldila Bachtawar Z. (2013) untuk BRT Koridor II. pengumpan/feeder yang berkapasitas 17
Adapun untuk perencanaan pemotongan rute BRT penumpang. Sedangkan untuk wilayah shelter
yang akan dialihkan sebagai angkutan feeder berikutnya hingga menuju terminal, angkutan BRT
maupun yang rute yang akan tetap menggunakan tetap digunakan, karena masih banyaknya jumlah
sarana BRT pada BRT koridor I dan koridor II penumpang yang menuju rute terminal.
dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Jumlah

Lokasi Shelter

Keterangan:
angkutan feeder
route BRT
Sumber: Purwanto, dkk., 2014

Gambar 5. Gambar perencanaan rute BRT Koridor I dari grafik okupansi

Lokasi Shelter

Sumber: Purwanto, dkk., 2014

Gambar 6. Perencanaan rute BRT koridor II dari grafik okupansi

5
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
VOLUME 20, NO 1, JULI

Dari Gambar 6. pada ruas Jalan Ungaran – Pudak Pemuda. Pada shelter ini dimungkinkan apabila
Payung dan Stasiun Tawang – Terminal Terboyo penumpang BRT akan berpindah koridor, begitu
nilai okupansinya kurang dari 17 penumpang, juga dengan penumpang MRT yang akan
sehingga bisa dialihkan ke angkutan pengumpan / melakukan perpindahan rute.
feeder yang berkapasitas 17 penumpang. Begitu
juga dengan rute Stasiun Tawang menuju ke Pada lokasi studi Ngaliyan tersedia dua alternatif
Terminal Terboyo, menggunakan angkutan umum pemilihan moda transportasi, untuk yang akan
berupa minibus. Dari kedua grafik okupansi menuju ke dalam kota Semarang dapat
tersebut, dapat digambarkan rute pengelolaan menggunakan BRT, sedangkan yang melewati
transportasi umum terintegrasi di Kota Semarang daerah pinggiran kota, baik menuju kearah Demak
pada Gambar 7. begitu juga arah Ungaran dapat menggunakan
angkutan umum massal lainnya, yaitu MRT.
Dari Gambar 7. diatas dapat dilihat bahwa titik Selanjutnya untuk fasilitas angkutan umum di
interkoneksi dari sistem angkutan umum dalam Jalan Majapahit terdapat pada Gambar 9.
kota yaitu shelter BRT yang terdapat di Jalan

Sumber: Purwanto, dkk., 2014

Gambar 7. Pengelolaan angkutan umum terintegrasi Kota Semarang

a
b

a b

Sumber: Purwanto, dkk., 2014

Gambar 8. Pengelolaan sarana dan prasarana angkutan umum di lokasi studi Ngaliyan

6
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
Djoko Purwanto, Ismiyati.
Pengelolaan Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai Dampak Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali
(Studi Kasus Kota Semarang)

Sumber: Purwanto, dkk., 2014


Gambar 9. Pengelolaan sarana dan prasarana angkutan umum di lokasi studi Pedurungan

Sumber: Purwanto, dkk., 2014

Gambar 10. Angkutan umum di lokasi studi Banyumanik

Pada lokasi studi Pedurungan, terdapat BRT dalam kota, dan MRT untuk pinggiran kota.
sebagai angkutan massal yan g menghubungkan Adapun tabel rekapitulasi dari pemecahan
masyarakat menuju wilayah perkotaan. permasalahan penelitian ini terdapat pada Tabel 1.
Pada lokasi studi Setiabudi tersedia dua alternatif
pemilihan moda transportasi massal, BRT untuk

Tabel 1. Rekapitulasi dan hasil penelitian


Jalan Jalan
Karakteristik Jalan Majapahit
Walisongo Setiabudi
Nilai DS (maksimal) 1,0 1,41 0,96
Angkutan BRT MRT
Tarif angkutan Rp. 6.500,00 Rp. 8.500,- sampai dengan
(Berdasarkan perhitungan) Rp. 15.000,-
Strata Strata I Strata II,III
Tarif angkutan >Rp. 20.000,- Rp. 15.000,-
Sarana feeder Angkutan kota, Minibus, dan Sepeda
Penanganan transportasi Pengadaan MRT beserta pembenahan sarana feeder
terintegrasi
Sumber: Purwanto, dkk., 2014

Keterangan:
Strata I: strata atas; Strata II : strata menengah; Strata III : strata bawah

7
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
VOLUME 20, NO 1, JULI

Dari Tabel 1, hasil analisis bahwa berdasarkan tarif sebelumnya, adapun saran yang dapat diberikan
yang telah diberlakukan BRT, dalam satu kali yaitu:
perjalanan yaitu sebesar Rp. 3.500,-. Rata-rata
biaya perjalanan angkutan kota/minibus, sebesar 1. Pembenahan angkutan umum massal BRT,
Rp. 3.000,-; sehingga jika digabungkan, maka yaitu pengadaan lajur khusus, pengadaan
dalam satu kali perjalanan penumpang akan angkutan feeder yang terintegrasi oleh
dikenai biaya sebesar Rp. 6.500,-. Hal ini tidak angkutan utama, serta penambahan koridor
untuk menambah jangkauan rute perjalanan.
memenuhi untuk masyarakat dari kalangan strata
bawah yang hanya dapat membayar biaya 2. Pengadaan angkutan umum massal berbasis rel,
perjalanan untuk satu hari sebesar Rp. 10.000,-. untuk melayani kebutuhan mobilitas
Sama halnya dengan pengadaan tarif angkutan masyarakat yang bertempat tinggal dan bekerja
untuk MRT, pada kajian perusahaan MRT Jakarta, di wilayah pinggiran kota.
angkutan ini dapat menghabiskan biaya sebesar
Rp. 8.500,- sampai dengan Rp. 15.000,- untuk satu 3. Penertiban pedagang kaki lima di beberapa ruas
kali perjalanan. Oleh karena itu, dalam pengadaan jalan di Kota Semarang, untuk mengurangi
angkutan umum yang terintegrasi, hendaknya kelas hambatan samping yang terjadi. Sehingga
pemerintah Kota Semarang ikut terlibat dalam tercapainya lebar efektif jalan yang diharapkan.
perencanaan maupun pelaksanaannya. Hal ini
dimaksudkan untuk menetapkan kebijakan-
kebijakan terkait, terutama untuk penentuan tarif
Daftar Pustaka
yang sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Badan Perencana Pembangunan Daerah, 2009.
Master Plan Kota Semarang 2009-2029, Badan
Kesimpulan Perencana Pembangunan Daerah Kota Semarang,
Semarang.
Hasil dari studi menyimpulkan bahwa untuk
mengelola transportasi berwawasan lingkungan Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2009.
dengan membuat angkutan massal terpadu dan Semarang.
terintegrasi, yaitu dengan memotong rute - rute
yang kurang efektif BRT dan terlalu panjang Chairunisa dan Yeni, 2010. Evaluasi Kinerja
diarahkan untuk angkutan feeder dari ujung akhir Angkutan Umum Kota Semarang (Studi Kasus Bus
lintasan rute ke ujung awal dari mobilitas Damri AC), Tugas Akhir tidak dipublikasikan,
penduduk dengan angkutan umum berupa mini Semarang.
Bus untuk jarak > 500 m, dan sepeda atau berjalan
kaki untuk feeder yg berjarak 200-500 m dengan Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga,
dilengkapi prasana pejalan sepeda dan kaki yang 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
nyaman. Sedangkan untuk perjalanan dari pinggir
kota ke pinggir kota lainnya dengan menggunakan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Undang –
angkutan massal berbasis rel (MRT). Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan beserta
Manfaat Studi Peraturan Pelaksanaannya, Departemen
Perhubungan, Jakarta.
Manfaat dari penelitian pertama: untuk
memberikan masukan pada pemerintah daerah Harijan, dan W.P., Putu, 2012. Evaluasi dan
Kota Semarang dalam memecahkan permasalahan Perencanaan Sistem Feeder Jalan Prof. Sudharto,
transportasi dengan konsep pengelolan transportasi S.H., Tembalang, Tugas Akhir Teknik Sipil
berwawasan lingkungan sebagai prediksi konsep Universitas Diponegoro, Semarang.
transportasi masa mendatang, yang kedua memberi
kontribusi kepada akademisi yang berkecimpung H.R., Ilham, dan B.Z., Aldila, 2013. Evaluasi
dalam disiplin transportasi untuk pengembangan Kinerja BRT Koridor II Trayek Ungaran–Terboyo.
khasanah keilmuan dibidang trnsportasi perkotaan. Tugas Akhir Teknik Sipil Universitas Diponegoro,
Semarang.
Kata kunci: Pengelolaan transportasi, lingkungan,
perkembangan tak terkendali. Ismiyati, 2011. Mobilitas Transportasi Dikaitkan
dengan Pemilihan Tempat Tinggal Di Kawasan
Saran Pinggiran Kota Semarang, Disertasi PDTAP-
Universitas Diponegoro, Disertasi tidak
Berdasarkan hasil kesimpulan dari analisa data dipublikasikan, Semarang.
survei lapangan maupun data dari penelitian

8
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK
Djoko Purwanto, Ismiyati.
Pengelolaan Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai Dampak Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali
(Studi Kasus Kota Semarang)

Morlok, Edward K., 1991. Pengantar Teknik dan Semarang, Tugas Akhir Fakultas Teknik Sipil-
Perencanaan Transportasi, Erlangga, Semarang. Universitas Diponegoro, Tugas Akhir tidak
dipublikasikan, Semarang.
Rahmawati, C., dan Novitasari, Y., 2010. Evaluasi
Kinerja Angkutan Umum Kota Semarang Studi Wells, G.R., 1975, Comprehensive Transport
Kasus: Bus Damri AC B.04 Trayek Pucang Planning, Charles Grifin, London.
Gading-Ngaliyan dan BRT Trayek Mangkang-
Penggaron, Tugas Akhir Teknik Sipil Universitas www.trb.org, Transit Cooperative Research 2003.
Diponegoro, Semarang. diunduh pada tanggal 19 Mei 2013, pukul 16.30
WIB.
Purwanto, D., Ismiyati, dkk., 2014. Pengelolaan
Transportasi Berwawasan Lingkungan Sebagai www.jakartamrt.com, Mass Rapid Transit Jakarta,
Dampak Perkembangan Perkotaan Tak Terkendali diunduh pada tanggal 19 Mei 2013, pukul 16.30
(Studi Kasus Kota Semarang), Laporan Akhir WIB.
Penelitian Hibah Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Diponegoro 2014, Semarang. wikipedia.com, Sarana Feeder, diunduh pada
November 2013.
Rahma, Siti, Wijayanti, D., 2014. Penyediaan
Transportasi Umum Masa Depan di Kota

9
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK

You might also like