You are on page 1of 8

JCA Psikologi

Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

GAMBARAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA REMAJA


KORBAN BULLYING DI JAKARTA
Nira Shindy Azis1, Novendawati Wahyu Sitasari2, Safitri M3.
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No 9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
Nirashindy26@gmail.com

Abstract
The family has a very important role in fostering the care, welfare and basic education of children.
Children learn new experiences, feel emotions, respond to situations that occur and how to express
their feelings. Families that function effectively are able to shape adolescent victims of bullying to be
more resilient in dealing with their environment. Purporse: The purpose of this study is to describe the
functioning of the families of adolescent victims of bullying in Jakarta. Methods: Non-experimental
descriptive quantitative research method, non-probability sampling technique with purposive
sampling by taking 100 subjects of adolescent bullying victims in Jakarta. The measuring instrument
for family functioning is 22 valid items with a reliability coefficient of 0.943. Results: The results of
the study show that the functioning of the families of adolescents who are victims of bullying is more
than those who do not work effectively (54%) and those whose families function effectively (46%). The
dominant dimension in the functioning of the families of adolescent victims of bullying is the problem-
solving dimension and only the general function dimensions of adolescents who are victims of bullying
have the most effective family functioning. Adolescents who are victims of bullying are both female
and male who have effective family functions. Families who are often used as friends to confide in at
home who have effective family functioning are mothers at 55%. The closest family members who
have effective family functioning, namely brother and father, both have effective family functioning
(52.9%), father (52.6%).

Keywords: Family functioning, Adolescents, Victims of bullying

Abstrak
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam membina pengasuhan, kesejahteraan dan
pendidikan dasar anak. Anak belajar pengalaman baru, merasakan emosi, merespon situasi yang
terjadi dan cara mengungkapkan perasaannya. Keluarga yang berfungsi secara efektif mampu
membentuk remaja korban bullying menjadi lebih tangguh dalam menghadapi lingkungannya.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keberfungsian keluarga remaja
korban bullying di Jakarta. Metode: Metode penelitian kuantitatif deskriptif non eksperimen, teknik
non probability sampling dengan purposive sampling dengan mengambil 100 subjek remaja korban
bullying di Jakarta. Alat ukur keberfungsian keluarga sebanyak 22 item valid dengan koefisien
reliabilitas 0,943. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga remaja korban
bullying lebih banyak yang tidak efektif (54%) dan remaja yang keluarganya berfungsi secara efektif
(46%). Dimensi dominan dalam keberfungsian keluarga remaja korban bullying adalah dimensi
pemecahan masalah dan hanya dimensi fungsi umum remaja korban bullying yang memiliki fungsi
keluarga paling efektif. Remaja yang menjadi korban bullying baik perempuan maupun laki-laki yang
memiliki keluarga yang berfungsi efektif. Keluarga yang sering dijadikan teman curhat di rumah yang
memiliki keluarga yang berfungsi efektif adalah ibu sebesar 55%. Anggota keluarga terdekat yang
memiliki keluarga yang berfungsi efektif yaitu saudara laki-laki dan ayah, keduanya memiliki
keluarga yang berfungsi efektif (52,9%), ayah (52,6%).

Kata kunci: Keberfungsian keluarga, Remaja, Korban bullying

Pendahuluan Menurut hasil riset dari data Programme for


Keluarga mempunyai peran yang sangat International Students Assessment (PISA) 2018,
penting dalam membina pengasuhan, kesejahteraan menunjukkan anak yang mengaku pernah
dan pendidikan dasar anak. Dimana anak belajar mengalami bullying di Indonesia sebanyak 41,1%,
pengalaman baru, merasakan emosi, merespon 15% anak di Indonesia mengalami intimidasi, 19%
situasi yang terjadi dan cara mengungkapkan dikucilkan, 22% dihina dan barangnya dicuri, 14%
perasaannya. Keluarga yang berfungsi secara efektif anak mengaku diancam, 18% didorong oleh
mampu membentuk remaja korban bullying menjadi temannya dan 20% anak yang mendapat perlakuan
lebih tangguh dalam menghadapi lingkungan. kabar buruknya disebarluaskan. Indonesia

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 247


JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

merupakan salah satu negara dengan angka korban bullying ingin berkeluh kesah ada keluarga
kekerasan tertinggi kelima di dunia (Jayani, 2019). yang mendengarkan dan memberikan solusi,
Dikutip melalui jpnn.com Komisioner perlindungan keterbukaan di dalam keluarga dengan berdiskusi
anak indonesia (KPAI) bidang pendidikan Retno mengenai pemecahan masalah emosi seorang
Listyarti mengungkapkan, kekerasan fisik dan remaja korban bully akan berkembang secara positif
bullying terjadi saat ini sebanyak 39% terjadi di karena komunikasi antar keluarga berjalan secara
jenjang pendidikan SD/MI, 22% SMP/Sederajat, dan efektif, keluarga dapat memenuhi kebutuhannya
39% SMA/SMK/MA. Adapun jumlah siswa yang baik itu fisik, afektif dan sosial. Keluarga yang
menjadi korban kekerasan fisik dan bullying berfungsi secara efektif dapat memberikan kasih
mencapai 171 anak (Jpnn, 2019). Hal ini dapat sayang penuh kepada remaja korban bully karena
disimpulkan bahwa perilaku bullying banyak terjadi keluarga saling menunjukkan empati satu sama lain
di kalangan remaja, begitu juga sudah banyak yang sehingga remaja korban bully tumbuh menjadi
menjadi korbannya. pribadi yang tangguh dan mampu menyelesaikan
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang permasalahannya karena remaja korban bully merasa
menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak didengarkan oleh keluarga.
menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Kepekaan Sebaliknya, keluarga yang tidak berfungsi
emosi yang meningkat sering diwujudkan dalam secara efektif membuat remaja korban bullying tidak
bentuk lebih mudah marah, suka menyendiri dan mendapatkan kebutuhan afeksinya karena kurangnya
adanya kebiasaan nervous (gugup). Remaja yang komunikasi dalam keluarga, tidak peduli antar satu
kesulitan dalam menemukan jati dirinya cenderung sama lain, keluarga yang tidak harmonis, kurangnya
akan menjadi korban bullying. Menurut Sejiwa keterbukaan mengenai perasaan serta kebutuhan
(dalam Khorunnisa, 2015) bullying adalah sebuah dalam keluarga. Hubungan keluarga yang buruk
situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan membuat remaja korban bullying tidak percaya diri
atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau dan bergantung pada keluarga untuk memberikan
sekelompok orang. Bullying yang terjadi juga sangat rasa aman. Ketika keberfungsian keluarga tidak
beragam bentuknya, seperti bullying fisik yaitu berfungsi secara efektif remaja korban
memukul, menendang, mendorong, dan menampar. bullyingcenderung merasa sendirian, karena anggota
Bullying verbal bentuk perilakunya antara lain keluarga cenderung cuek dengan masalah yang
seperti memaki, mengancam, memfitnah, dan lain dihadapi korban, korban diduga tidak berani untuk
sebagainya dan bentuk bullying mental yang cukup menyampaikan kepada keluarga secara langsung
membahayakan karena tidak tertangkap oleh mata karena korban berpikir ketika ia menceritakan
dan telinga, seperti mempermalukan di depan permasalahannya kepada keluarga, anggota
umum, mengucilkan, memandang sinis. keluarganya cenderung tidak memberikan solusi dan
Maraknya tindakan bullying perlu diperhatikan menampilkan emosi yang tidak tepat seperti
karena akan memberikan dampak bagi korban. memarahi korban, korban juga tidak diajarkan untuk
Dampak yang ditimbulkan oleh bullying, tidak menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi
hanya disebabkan oleh satu faktor. Terdapat permasalahannya, karena keluarga cenderung tidak
beberapa faktor yang melatar belakangi seseorang tegas dalam memberikan arahan dan komunikasi
terlibat dalam bullying salah satunya adalah keluarga yang dilakukan antara keluarga dengan korban
(Goldstein dalam Amran, 2016). jarang, sehingga korban cenderung menjadi anak
Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat yang pendiam, menarik diri tidak mau berterus
memicu remaja menjadi korban dari perilaku terang dengan keluarga. Menurut McMaster
bullying. Komunikasi, keharmonisan keluarga dan Model of Family Functioning (dalam Vania, 2020)
perhatian sangat berperan penting dalam fungsi utama keluarga adalah untuk pengembangan
perkembangan perilaku remaja korban bully, karena dan pemeliharaan sosial, psikologis, dan biologis
remaja merasa tidak ada yang menyayanginya dan setiap anggota keluarga. Keberfungsian keluarga
ditolak oleh lingkungan juga teman sebaya, oleh dalam model ini mengacu pada bagaimana keluarga
sebab itu kehadiran keluarga dalam masa ini berfungsi untuk membuat kondisi lingkungan yang
sangatlah penting agar remaja korban bullying tidak layak bagi seluruh anggota keluarga dalam
menerima perlakuan berulang (Khorunnisa, 2015). kaitannya untuk mengembangkan fungsi-fungsi
Keberfungsian keluarga adalah sebuah proses dasar yang meliputi aspek fisik, psikologis, sosial,
interaksi di dalam keluarga dimana keluarga dan aspek lainnya. Keluarga yang berfungsi efektif
memberikan kenyamanan secara fisik, psikologis memiliki keterlibatan dalam kegiatan anggota
dan sosial. Apabila keluarga berfungsi secara efektif keluarga, dapat bekerjasama dengan baik untuk
maka remaja korban bullyingyang berada dalam memecahkan masalah, memiliki interaksi antar
keluarga merasakan kenyamanan. Ketika remaja

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 248


JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

anggota keluarga dengan baik dan dapat karena pengaruh yang diberikan keluarga bersifat
mengendalikan perilaku anggotanya. berkelanjutan dari anak lahir sampai remaja (Rigby
Dampak yang dirasakan remaja korban bully akan dalam Amran, 2016).
merasa bahagia, dapat mengontrol rasa marah, dapat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
berkomunikasi dengan baik dan peduli dengan gambaran keberfungsian keluarga remaja korban
anggota keluarganya. Sedangkan keberfungsian bullying di Jakarta , untuk mengetahui dimensi
keluarga yang tidak efektif tidak memiliki dominan keberfungsian keluarga remaja korban
keterlibatan dalam kegiatan anggota keluarga, tidak bullying dan mengetahui gambaran keberfungsian
dapat bekerjasama untuk memecahkan masalah, dan keluarga remaja korban bullying berdasarkan data
tidak dapat mengendalikan perilaku anggotanya. penunjang.
Dampak yang dirasakan remaja korban bully dengan
keluarga tidak efektif akan merasa tidak bahagia, Metode Penelitian
tidak mampu mengontrol emosinya, tidak memiliki Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
komunikasi yang baik dan tidak peduli dengan metode kuantitatif dengan jenis deskriptif, dengan
anggota keluarganya. tujuan ingin melihat efektif tidak efektifkah
Novrian (2017) menyatakan bahwa hubungan keberfungsian keluarga remaja korban bullying di
keluarga yang buruk sangat berbahaya untuk setiap Jakarta.
usia terlebih selama masa remaja yang sangat tidak Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja
percaya diri dan bergantung pada keluarga untuk korban bully di Jakarta yang berusia 15-19 tahun.
memberikan rasa aman. Yang terpenting adalah Populasi dalam penelitian ini adalah remaja korban
mereka memerlukan bimbingan dan bantuan dalam bully yang teridentifikasi sebagai korban bullying
tugas perkembangan masa remaja. Jika hubungan yang berjumlah 362.525. Jumlah sampel yang
antara keluarga dengan anggota keluarga ditandai digunakan pada penelitian ini adalah 100 orang
dengan pertentangan, perasaan tidak aman dengan menggunakan teknik Non probability
berlangsung lama dan remaja kurang memiliki Sampling jenis Purposive Sampling.
kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku Peneliti menggunakan kisi-kisi alat ukur
yang tenang dan lebih matang. Remaja yang keberfungsian keluarga menggunakan Skala yang
hubungan keluarganya kurang baik dapat diadaptasi dan dimodifikasi dari Mcmaster family
mengembangkan hubungan yang buruk juga dengan Assesment Device (FAD), Reliabilitas dalam alat
orang-orang dilingkungan sekitar, karena tanpa ukur ini sebesar 0,94 (Wenniger et al., 1993).
disadari remaja kehilangan momen yang Peneliti menggunakan validitas konstruksi
menyenangkan dalam kehidupan keluarga. (construct) dengan teknik korelasi Pearson Product
Dampak yang dirasakan remaja yang menjadi Moment. Reliabilitas alat ukur pada penelitian ini
korban bullying dengan keberfungsian keluarga yang akan di uji dengan teknik internal consistency
tidak efektif, biasanya anak tidak mau terbuka Cronbach ≥ 0,7.
dengan keluarga, merasa bahwa respon yang Teknik analisis data yang digunakan dalam
diberikan oleh keluarga tidak sesuai dengan apa penelitian ini yaitu, frekuensi, kategorisasi, Z-score,
yang dibutuhkan, penyelesaian masalah pada remaja dan analisis tabulasi silang (crosstab) dengan data
korban bully juga tidak ada sehingga membuat penunjang.
remaja korban bully kebingungan, komunikasi antar
keluarga dengan remaja korban bully tidak jelas, Hasil dan Pembahasan
keluarga tidak memiliki keterlibatan secara empati A. Gambaran Responden Penelitian
antar keluarga, dengan adanya keberfungsian 1. Usia
keluarga yang tidak efektif membuat remaja korban Gambaran usia responden penelitian,
bully merasakan ketidaknyamanan, merasa tidak berdasarkan tahapan perkembangan Hurlock
terlindungi, tidak ada teman untuk berkomunikasi, (1991) yaitu remaja awal (13-16 tahun) dan remaja
tidak dapat mengekspresikan emosinya, merasa akhir (16-18 tahun). Responden berusia 13-16
tidak terlibat di dalam keluarga sehingga ketika tahun masuk dalam kategori remaja awal sebanyak
remaja menjadi korban bullying ia tidak dapat 19 orang (19%) dan remaja akhir yaitu (16-18
menyelesaikan permasalahannya. tahun) berjumlah 81 orang (81%).
Dalam perspektif ini bullying dilihat sebagai bagian 2. Jenis Kelamin
yang menonjol pada remaja yang dipengaruhi oleh Berdasarkan data yang telah diperoleh
interaksi dengan anggota keluarga lain dan juga bahwa remaja korban bullying didominasi oleh
dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya. perempuan yaitu sebanyak 57 orang (57%)
Interaksi dalam keluarga sangat berkaitan dengan sedangkan laki-laki sebanyak 43 orang (43%).
keberfungsian keluarga pada remaja korban bully,

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 249


JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Jumlah Anggota Dimensi Keberfungsian keluarga Total


Keluarga Dominan
Efektif Tidak
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat Efektif
bahwa remaja korban bullying didominasi oleh Pemecahan 9 12 (57,1%) 21 (100%)
jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang (39,0%) masalah (42,9%)
sebanyak 39 orang. Komunikasi 4 6 10 (100%)
4. Gambaran Keluarga yang Sering (40%) (60%)
Dijadikan Teman Curhat Di Rumah Peran 6 7 13 (100%)
Diperoleh data yang menunjukkan bahwa (46,2%) (53,8%)
keluarga yang paling sering dijadikan sebagai Respon 5 8 13 (100%)
teman curhat di rumah oleh subjek didominasi oleh Afektif (38,5) (61,5%)
Ibu yaitu berjumlah 53 orang dengan persentase Keterlibatan 8 11 (57,9%) 19 (100%)
Afektif (42,1)
53%, diikuti ke ayah 17 orang (17%), kakak 16
Kontrol 5 8 13 (100%)
orang (16%) dan adik 14 orang (14%). Perilaku (38,5%) (61,5%)
5. Gambaran Anggota Keluarga Paling Akrab General 9 2 11
Diperoleh data yang menujukkan bahwa Functioning (81,8%) (18,2%) (11,0%)
anggota keluarga yang paling akrab dengan subjek TOTAL 46 54 100,0%
didominasi oleh Ibu, yaitu berjumlah 54 orang (100%) (100,0%)
dengan persentase sebesar 54%, diikuti ayah 19 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat subjek
orang (19%), adik 17 orang (17%) dan kakak 10 dengan dimensi pemecahan masalah 57,1%,
orang (10%). komunikasi 60%, peran 53,8%, responsivitas afektif
61,5%, keterlibatan afektif 57,9%, dan kontrol
B. Uji Validitas Dan Reliabilitas perilaku 61,5%, lebih banyak pada keberfungsian
Berdasarkan hasil uji validitas pada skala tidak efektif dari yang efektif. Sedangkan subjek
keberfungsian keluarga diperoleh 22 aitem valid dan dengan dimensi dominan general functioning dan
33 aitem yang gugur. Item yang valid yaitu aitem pemecahan masalah lebih banyak keberfungsian
50, 12, 38, 43, 14, 39, 40, 53, 9, 19, 27, 24, 33, 44, keluarga efektif yaitu sebesar 81,8% dan 42,9% dari
17, 47, 7, 48, 11, 21, 37 dan 46 . Jadi terdapat 22 yang tidak efektif. Dapat disimpulkan bahwa
aitem yang valid dan dapat dijadikan sebagai alat dimensi general functioning dan pemecahan masalah
ukur variabel keberfungsian keluarga. Adapun hasil remaja korban bullying paling banyak dengan
uji reliabilitasnya sebesar 0,943 yang berarti keberfungsian keluarga efektif sebesar 81,8% dan
menunjukkan bahwa skala keberfungsian keluarga 42,9% dimensi lainnya lebih banyak pada
reliabel. keberfungsian keluarga tidak efektif.

C. Kategorisasi keberfungsian keluarga 2. Hasil Tabulasi Silang Keberfungsian Keluarga


1. Kategorisasi Keberfungsian keluarga Dengan Jenis Kelamin
Tabel 1 Tabel 3
Hasil kategorisasi keberfungsian keluarga Tabulasi silang keberfungsian keluarga dengan
jenis kelamin remaja korban bullying
Skor Kategorisasi Frekuensi %
Jenis Kelamin Keberfungsian keluarga Total
≥56,97 Efektif 46 46,0
< 56,97Tidak Efektif 54 54,0 Efektif Tidak Efektif
Laki-laki 21 22 43
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa lebih (48,8%) (51,2%)
banyak remaja korban bullying dengan Perempuan 25 32 57
keberfungsian keluarga tidak efektif (54%). (43,9%) (56,1%)
Total 46 54 100
D. Gambaran Tabulasi Silang
Berdasarkan tabel diatas Dapat disimpulkan
1. Hasil Uji Tabulasi Silang Antara Dimensi
bahwa remaja korban bullying jenis kelamin
Dominan Dengan Kategorisasi Keberfungsian
perempuan dan laki-laki sama-sama lebih banyak
keluarga.
yang tidak berfungsi secara efektif.
Tabel 2
Hasil Uji Tabulasi Antara Dimensi Dominan
3. Hasil tabulasi silang keberfungsian keluarga
Dengan Kategorisasi Keberfungsian Keluarga
dengan keluarga yang sering dijadikan teman curhat
dirumah
JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 250
JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

Tabel 4 korban bullying di Jakarta dengan menggunakan


Tabulasi silang keberfungsian keluarga dengan skala victimization scale dari Orpinas dan
keluarga yang sering dijadikan teman curhat Frankowski. Dalam mendeskripsikan subjek
dirumah penelitian ini berdasarkan usia, jenis kelamin,
Keluarga yang Keberfungsian keluarga yang sering dijadikan teman curhat
sering keluarga dirumah dan anggota keluarga paling akrab.
dijadikan teman Efektif Tidak Total Berdasarkan usia, paling banyak subjek yang berusia
curhat dirumah Efektif 16-18 tahun sebanyak 81 orang (81%), berdasarkan
Ibu 29 24 (45,3%) 53 (53,0%) jenis kelamin yaitu didominasi oleh perempuan
(54,7%)
sebanyak 57 orang (57,0%) selanjutnya anggota
Ayah 8 9 (52,9%) 17 (17,0%) keluarga yang sering dijadikan teman curhat
(47,1%) dirumah paling banyak didominasi oleh Ibu
sebanyak 53 orang (53%), dan anggota keluarga
Kaka 2 14 (87,5%) 16 (16,0%)
(12,5%) paling akbrab adalah Ibu dengan jumlah 54 orang
(54%).
Adik 7 7 (50,0%) 14 (14,0%)
(50,0%) Berdasarkan hasil kategorisasi keberfungsian
keluarga dapat diketahui bahwa remaja korban
Total 46,0 54,0 100,0%
bullying yang menilai keluarga berfungsi efektif
(100%) (100,0%)
berjumah 46 orang (46%), sedangkan remaja korban
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat remaja
bullying yang menilai keberfungsian keluarga tidak
korban bullying yang mempunyai teman curhat
berfungsi efektif berjumlah 54 orang (54%).
dirumah dengan ibu, mempunyai lebih banyak
Sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja
keberfungsian keluarga efektif (54,7%), dan teman
korban bullying yang menilai keberfungsian
curhat lainnya, ayah, kakak dan adik lebih banyak pada
keluarga tidak berfungsi efektif lebih banyak
keberfungsian keluarga tidak efektif.
jumlahnya dibandingkan dengan remaja korban
bullying yang menilai keberfungsian keluarga
4. Hasil tabulasi silang keberfungsian keluarga
berfungsi efektif. Hal ini diduga karena peran dan
dengan anggota keluarga paling akrab
pemabagian tugas yang terdapat didalam keluarga
Tabel 5
kurang terbagi secara merata karena banyaknya
Gambaran anggota keluarga paling akrab
anggota keluarga sehingga keluarga cenderung sibuk
berdasarkan keberfungsian keluarga remaja korban
dengan dirinya masing-masing, semakin banyak
bullying
anggota keluarga berarti semakin banyak pula
Anggota Keberfungsian keluarga jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi.
keluarga Total Hal ini bisa saja menimbulkan permasalahan
Efektif Tidak Efektif sosial ekonomi dengan banyaknya jumlah anggota
paling
akrab keluarga. Sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan
Ibu 24 (44,4%) 30 (55,6%) 54 jumlah anggota keluarga yang tidak berfungsi secara
(100%) efektif yaitu dengan anggota keluarga berjumlah 4
Ayah 10 (52,6%) 9 19 (39,0%), berjumlah 5 (25,0%) dan berjumlah 6
(47,4%) (100%) anggota (14,0%).
Kaka 3 7 10
Remaja yang menilai keluarganya berfungsi
(30%) (70%) (100%)
Adik 9 8 17
tidak efektif diduga karena ketika remaja korban
(52,9%) (47,1%) (100%) bullying memiliki permasalahan, keluarga tidak
Total 46,0 54,0 (100,0%) 100,0% memiliki saran alternatif untuk memecahkan suatu
(100%) masalah walaupun remaja korban bullying sudah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat remaja menceritakan permasalahan yang dihadapi.
korban bullying yang mempunyai anggota keluarga Ketika remaja korban bullying, mencoba
paling akrab dengan ayah dan adik mempunyai menceritakan permasalahannya tidak adanya timbal
keberfungsian keluarga efektif (52,6% dan 52,9%). balik komunikasi keluarga kurang terjalin dengan
intens. Peran, pembagian tugas yang tidak jelas
keluarga tidak menyediakan lingkungan rumah yang
Pembahasan kondusif, tidak memberikan arahan mengenai
Pada penelitian ini, peneliti melakukan aktivitas sehari-hari. Membuat remaja tidak mampu
pengambilan data dengan menyebarkan 100 mengembangkan emosinya dengan baik. Remaja
kuesioner kepada remaja yang teridentifikasi sebagai korban bully dengan keluarga tidak efektif akan

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 251


JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

merasa ditolak oleh keluarga juga lingkungan karena sering dilakukan, sehingga korban berani
remaja merasa tidak didengarkan oleh keluarga tidak menghadapi dan menyelesaikan permasalahannya
adanya kehangatan membuat remaja memilih untuk korban berani bertindak karena merasa dilindungi
memendam permasalahannya sendiri. Remaja dan didengarkan oleh keluarga.
korban bully pada situasi ini akan merasa Berdasarkan hasil Z-score, diperoleh hasil
kebingungan, sendirian dan mencari perlindungan. bahwa dimensi pemecahan masalah sejumlah 21%,
Artinya remaja korban bullying yang menilai kemudian dimensi keterlibatan afektif sejumlah
keluarganya tidak berfungsi efektif akan sulit 19%, selanjutnya dimensi peran, responsivitas
menyelesaikan masalah diduga karena korban afektif, dan kontrol perilaku yaitu 13%, kemudian
bullying menilai keluarganya tidak mampu diikuti oleh dimensi general fungtioning sejumlah
memahami emosi yang dikeluhkan, tidak tegas 11%, dan dimensi komunikasi sejumlah 10%.
dalam memberikan arahan, keluarga tidak Sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja korban
mendengarkan dan memberikan solusi, tidak bullying memiliki dimensi dominan pada dimensi
merasakan adanya kedekatan dengan anggota pemecahan masalah.
keluarga serta kurangnya kompromi membuat Menurut McMaster Model of Family
subjek tidak pernah menceritakan permasalahannya Functioning, dimensi pemecahan masalah yaitu
kepada siapapun. semakin efektif keberfungsian keluarga remaja
Dampak yang dirasakan oleh remaja korban korban bullying maka semakin banyak tahapan
bullying dengan keluarga yang berfungsi tidak proses penyelesaian masalah dilalui. Sedangkan
efektif ketika menghadapi permasalahan remaja remaja korban bullying pada penelitian ini lebih
cenderung menjadi anak yang pendiam, menarik banyak yang menilai keluarganya tidak berfungsi
diri, tidak mau terbuka dengan keluarga, merasa efektif, maka dapat dikatakan bahwa semakin tidak
tidak terlindungi, kebingungan,dan merasakan efektif keberfungsian keluarga maka semakin
ketidak nyamanan. banyak tahapan proses penyelesaian masalah yang
Remaja korban bullying yang cenderung sulit dilalui. Dengan adanya penyelesaian masalah
pendiam, menarik diri juga tidak mau berterus yang tidak baik antar keluarga akan memberikan
terang dapat diduga karena sebagian besar remaja dampak yang kepada remaja korban bullying, seperti
korban bully tidak mau terbuka dengan keluarga, tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ia
kurangnya komunikasi yang terjalin dengan anggota hadapi, merasa tidak diakui, merasa tidak dihargai,
keluarga, peran dan pembagian tugas tidak jelas merasa tidak dilibatkan dan merasa menjadi orang
serta remaja merasa tidak diterima oleh lingkungan. asing dari keluarga.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang Berdasarkan tabulasi silang antara dimensi
dilakukan oleh Juliyanti dan Siswati (2015) yang dominan dengan keberfungsian keluarga didapatkan
berjudul hubungan antara keberfungsian keluarga hasil bahwa remaja korban bullying yang memiliki
dengan pengungkapan diri remaja terhadap orangtua dimensi dominan pada dimensi general functioning
pada siswa SMA Krista Mitra Semarang yang menilai keberfungsian keluarganya berfungsi efektif
menunjukan hasil adanya hubungan positif antara sebesar 81,8%, dimensi peran 46,2%, dimensi
keberfungsian keluarga yang artinya semakin tinggi pemecahan masalah 42,9%, dimensi keterlibatan
keberfungsian keluarga akan diikuti pula dengan afektif 38,5%, dimensi komunikasi 40%, dimensi
pengungkapan diri remaja terhadap orang tua yang kontrol perilaku 38,5%, dan dimensi responsivitas
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah afektif 42,1%.
keberfungsian keluarga maka semakin rendah Artinya terbentuknya keberfungsian keluarga
pengungkapan diri remaja terhadap orang tua. yang efektif pada remaja korban bullying karena
Remaja korban bullying yang menilai kemampuan yang baik dari remaja korban bullying
keluarga berfungsi efektif cenderung tumbuh dalam menilai kualitas keberfungsian keluarganya
menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu baik secara fisik dan psikologis, hal itu dibantu
menyelesaikan permasalahan, karena remaja korban dengan kemampuan keluarga dalam berperilaku
bully merasa didengarkan oleh keluarga. Remaja untuk membagi dan menjalani fungsi-fungsi peran
korban bully menerima kasih sayang dengan cukup, dalam keluraga sehingga masalah yang timbul
mau terbuka dan menceritakan permasalahannya didalam keluarga dapat dilalui dengan melibatkan
kepada keluarga, keluarga menampilkan emosi yang rasa kepekaan dan ketertarikan keluarga dengan
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh korban, korban aktivitas anggota keluarga lainnya yang dilakukan
bullying diajarkan bagaimana cara menyelesaikan dengan cara pertukaran informasi secara verbal dan
permasalahan dengan baik tanpa membalas perilaku direspon dengan baik oleh keluarga. Hal ini sejalan
yang sama, komunikasi dan pertukaran informasi dengan teori McMaster Model of Family
yang dilakukan antara keluarga dengan korban Functioning, remaja yang menilai keberfungsian

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 252


JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

keluarga berfungsian efektif dalam semua dimensi dan ayah sama-sama menilai keberfungsian keluarga
akan mendukung kesehatan fisik dan emosional berfungsi efektif yaitu sebesar 52,9%, ayah sebesar
anggota keluarga, didukung oleh hasil penelitian 52,6%.
sebelumnya yang dilakukan oleh Murti, Yulianto
dan Djuwita (2013) bahwa semakin efektif Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
keberfungsian keluarga maka semakin rendah Wahyuningrum (2011) keterlibatan ayah mampu
keterlibatan dalam bullying pada siswa sekolah mendukung dan menstimulasi rasa ingin tahu, minat
menengah atas, dimana pada penelitian tersebut menjelajah, dan kemampuan anak-anak perempuan
dimensi yang paling memiliki hubungan yaitu untuk bertindak mandiri, kedekatan dengan ayah dan
dimensi komunikasi. kepercayaan kepada ayah secara ideal juga mampu
Berdasarkan tabulasi silang antara menekan rasa ingin tahu dan sikap tegas berlebihan
keberfungsian keluarga dengan jenis kelamin pada diri anak laki-laki. Anak laki- laki merasa lebih
menunjukkan hasil bahwa remaja korban bullying aman menerapkan sikap tersebut karena merasakan
berjenis kelamin baik perempuan maupun laki-laki kepedulian ayahnya. Selain itu, anak dapat merasa
sama-sama menilai keberfungsian keluarganya tidak aman dalam berkreativitas. Peran ayah juga penting
berfungsi efektif, hal ini dapat diduga karena remaja dalam meningkatkan kemampuan anak perempuan
memiliki hubungan yang tidak baik dengan dalam menjalankan hubungan dengan sosok pria dan
keluarganya maupun orang lain, subjek menilai kemampuan mereka untuk menjalin hubungan
keluarganya tidak mendengarkan dan memberikan sebagai orang dewasa.
solusi, tidak merasakan adanya kedekatan dengan
anggota keluarga. Simpulan
Menurut Hurlock (1991) bila hubungan remaja Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dengan keluarga tidak harmonis selama masa dilakukan, didapat kesimpulan yaitu remaja korban
remaja, orang tua tidak mengajak untuk bullyinglebih banyak yang menilai keberfungsian
memperbaiki konsep mereka tentang kemampuan keluarganya tidak berfungsi secara efektif yaitu
mereka setelah anak-anak menjadi tumbuh besar. sebesar 54% sedangkan remaja korban bullying yang
Ketidakmampuan juga ketidak mauan untuk menilai keberfungsian keluarganya berfungsi secara
berkomunikasi dengan orang tua semakin efektif sebesar 46%. Dimensi dominan
memperbesar kesenjangan antara mereka. Keadaan keberfungsian keluarga remaja korban bullying
ini dapat diduga menghambat remaja korban adalah pemecahan masalah sebesar 21% dan hanya
bullying untuk menjalin komunikasi yang efektif. dimensi general functioning remaja korban bullying
Menjadikan remaja ketika berhadapan dengan paling banyak dengan keberfungsian keluarga efektif
masalah ia lebih cenderung memendamnya dan takut ( 81,8%).
mengutarakannya kepada keluarga. Remaja korban bullying pada penelitian
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara inididominasi oleh dimensi pemecahan masalah
keberfungsian keluarga dengan keluarga yang sering sebesar 21%. Jenis kelamin didominasi oleh
dijadikan teman curhat didapatkan hasil bahwa keberfungsian keluarga tidak efektif perempuan
keluarga yang sering dijadikan teman curhat yang sebanyak 32 orang. Hasil tabulasi silang antara
menilai keberfungsian keluarga berfungsiefektif remaja korban bullying dengan teman curhat
adalah Ibu sebesar 54,7%. Menurut Santrock (dalam dirumah didominasi oleh ibu pada keberfungsian
Elfida & Fernando, 2017) remaja yang menilai keluarga efektif yaitu sebesar 54,7%. Pada remaja
bahwa ibu adalah tempat untuk berkeluh kesah korban bullying dengan anggota keluarga paling
mencurahkan isi hatinya, memberikan kenyamanan, akrab didominasi oleh ayah dan adik mempunyai
komunikator lebih banyak yang efektif. Hal ini dapat skor paling tinggi keberfungsian keluarga efektif
diduga karena banyak remaja yang menilai bahwa yaitu sebesar 52,6% dan 52,9%.
dengan ibu remaja mampu menyampaikan keluh- Berdasarkan hasil yang telah didapatkan maka
kesahnya secara terbuka, ibu lebih mampu peneliti memberikan saran, dikarenakan lebih
memahami emosi remaja sesuai dengan banyak remaja yang menilai keberfungsian
kebutuhannya dan remaja merasa diterima keluarganya tidak berfungsi secara efektif peneliti
sepenuhnya sehingga remaja merasa nyaman memberikan masukkan kepada keluarga, untuk
menceritakan setiap permasalahannya kepada ibu. membangun support system terhadap masalah
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara bullying baik dari segi pencegahan maupun usaha
keberfungsian keluarga dengan anggota keluarga untuk penanganan bullying.
paling akrab didapatkan hasil bahwa anggota Untuk para remaja agar dapat lebih terbuka
keluarga yang paling akrab yang menilai dengan keluarga, mengenai kegiatan sehari-hari
keberfungsian keluargaberfungsi efektif yaitu adik yang dilakukan oleh remaja dilingkungan luar dan

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 253


JCA Psikologi
Volume 2 Nomor 3 Juli -September 2021

menceritakan setiap permasalahan yang dihadapi. Khorunnisa, R. (2015). Konsep Diri Remaja Korban
Untuk orang tua terutama ibu, peran ibu sebagai Bullying (Skripsi). Universitas Negeri
pendidik pertama hendaknya memberikan waktu dan Yogyakarta.
perhatian lebih kepada anak-anaknya, menjadi
teman sekaligus pendengar untuk setiap anggota Murti, R. A., Yulianto, A & Djuwita, R. (2013).
keluarga ketika ingin berkeluh kesah, juga Hubungan antara family functioning dan
memberikan cinta dan kasih sayang kepada keterlibatan dalam perilaku bullying pada
keluarga. Untuk orangtua agar dapat menjalin siswa SMA (Skripsi). Universitas Indonesia.
komunikasi dan interaksi yang efektif antar anggota
keluarga. Mengajarkan remaja cara menyelesaikan Novrian, A. (2017). Hubungan antara fungsi
permasalahan dengan baik dan ketika remaja keluarga dengan kecendrungan perilaku
melakukan kesalahan hendaknya orangtua dapat bullying pada remaja muslim kelas IX smp
menanggapi permasalahan dengan bijak. negeri 3 Palembang (Skripsi). Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Daftar Pustaka
As-Sahih, A. A., Mariyanti, S., & Safitri, S. (2020). Vania, M. (2020). Gambaran keberfungsian
Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga keluarga pada orang tua yang memiliki anak
Dengan Kecanduan Smartphone Pada dengan kanker (Skripsi). Universitas Sanata
Remaja. JCA of Psychology, 1(02). Dharma.

Amran, S. R. (2016). Gambaran bullying dan Wahyuningrum, E. (2011). Peran Ayah (Fathering)
keberfungsian keluarga (Family Functioning) Pada Pengasuhan Anak Usia Dini (Sebuah
pada siswa sekolah menengah atas di kota Kajian Teoritis) Journal Psikowacana, 10(7).
padang (Skripsi). Universitas Andalas. Retrieved from website:
https://scholar.google.com/scholar?q=related:k
Elfida, D., & Fernando, T. (2017). Kedekatan remaja qeUhcNOOKIJ:scholar.google.com/&scioq=&
pada ibu: pendekatan indigenous psychology. hl=en&as_sdt=0,5
Journal Psychology, 13(2), 155. Retrieved from
website: http://ejournal.uin- Wenniger, W., Hageman, W. J., & Arrindell, W. A.
suska.ac.id/index.php/psikologi/article/downloa (1993). Cross-national validity of dimensions
d/3081/pdf of family functioning: First experiences with
the Dutch version of the McMaster Family
Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Assessment Device (FAD). Personality and
(Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga. Individual Differences, 14(6), 769–781. doi:
10.1016/0191-8869(93)90090-P
Jayani, D. H. (2019, 12 Desember). PISA: Murid
korban “Bully” di Indonesia tertinggi kelima di
dunia. databoks.co.id. Retrieved from website:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/201
9/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-
tertinggi-kelima-di-dunia

Jpnn/Jpnn : Sepanjang 2019, 153 Anak jadi Korban


Fisik dan Bullying (2019, 30 Desember).
Jpnncom. Retrieved from:
https://m.jpnn.com/news/sepanjang-2019-153-
anak-jadi-korban-fisik-dan-bullying

Juliyanti, N., & Siswati. (2015). Hubungan Antara


Keberfungsian Keluarga Dengan
Pengungkapan Diri Remaja Terhadap Orangtua
Pada Siswa Sma Krista Mitra Semarang.
Journal Empati, 3(4), Retrieved from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/
article/view/7604

JCA Psikologi Volume 2 Nomor 3 Juli - September 2021 254

You might also like