You are on page 1of 13

Jurnal Ilmu Sosial Mamangan

Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak


Penulis : Preciosa Alnashava Janitra & Ditha Prasanti
Sumber: Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017 Diterbitkan Oleh :
Laboratorium Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat

Untuk Mengutip Artikel ini :


Janitra, Preciosa Alnashava & Ditha Prasanti, 2017. Komunikasi Keluarga Dalam
Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume 6,
Nomor 1, Januari-Juni 2017: 23 -33.

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan


ISSN : 2301-8496 (Print), ISSN : 2503-1570 (Online)

Laboratorium Pendidikan Sosiologi


STKIP PGRI Sumatera Barat
JurnalKomunikasi
Janitra & Prasanti Ilmu Sosial Mamangan
Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2017, p. 23-33
ISSN : 2301-8496 (Print), ISSN : 2503-1570 (Online)
http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jurnal-mamangan
DOI : 10.22202/mamangan.1878

Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan


Perilaku Bullying Bagi Anak

Preciosa Alnashava Janitra 1 & Ditha Prasanti2

1&2Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran, Bandung


1Email : preciosa_aj@yahoo.com

2Email : dithaprasanti @gmail.com

ABSTRACT
Communication process occurs in every aspect of life, including family. When people interact to
each other, sometimes it may lead to bullying. Bullying is not a new phenomenon, especially in
family. Bullying means verbal and physical threat, force and violence which conduct repeatedly,
for instance by the older children to their younger sister or brother. This is the uniqueness of this
research. Family communication becomes main foundation to prevent bullying. Researcher see
this phenomenon as a unique problem to be studied. Based on that phenomenon, researcher
interested to study “Family Communication in Preventing Bullying Behavior for Children”. Result
shows that family communication in preventing children’s bullying behavior covers: (1) In order to
prevent bullying, an effective family communication process has to be strived, including respect,
empathy, audible (2) Causative factor of bullying is inappropriate parenting in context of family
communication.

Keywords: Communication, Family, Preventing, Bullying, Children

ABSTRAK
Proses komunikasi berlangsung dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam lapisan
masyarakat dan lapisan keluarga. Ketika manusia melakukan interaksi satu sama lainnya,
kadang-kadang mengarah pada perilaku bullying. Bullying bukanlah fenomena yang baru lagi,
khususnya dalam sebuah keluarga. Bullying artinya ancaman, pemaksaan, kekerasan fisik
maupun verbal yang dilakukan berulang-ulang, misalnya kakak kepada adiknya. Disinilah letak
keunikan penelitian ini. Komunikasi keluarga menjadi pondasi utama untuk mencegah
terjadinya perilaku bullying bagi anak. Peneliti melihat fenomena ini merupakan masalah yang
unik dan menarik untuk diteliti. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk
mengangkat “Komunikasi Keluarga dalam Pencegahan Perilaku Bullying bagi Anak”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi keluarga dalam pencegahan perilaku bullying
bagi anak meliputi: (1) Untuk mencegah bullying harus diupayakan proses komunikasi keluarga
yang efektif yaitu: respek, empati, audible; (2) Adapun faktor penyebab terjadinya perilaku
bullying adalah pengasuhan orangtua yang tidak tepat dalam konteks komunikasi keluarga.

Kata Kunci: Komunikasi, Keluarga, Pencegahan, Bullying, Anak


PENDAHULUAN

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 23


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

Komunikasi keluarga merupakan proses oleh saudaranya atau mengalami kekerasan


komunikasi antar anggota keluarga yang verbal maupun fisik.”
terjadi dalam lapisan terkecil kehidupan Para orang tua yang peduli terhadap
sosial. Setiap individu akan mengawali masalah ini harus berbicara kepada anakanak
komunikasi dengan para anggota sendiri mungkin sebelum masalahnya
keluarganya. Dalam konteks keluarga, setiap menjadi semakin gawat. Hal ini menjadi
individu melakukan interaksi satu sama penting untuk mengatasi masalah mendasar
lainnya, kadang-kadang mengarah pada di balik perilaku bullying daripada
perilaku bullying. Bullying bukanlah menganggapnya hanya sebuah persaingan
fenomena yang baru lagi, khususnya dalam antar saudara yang normal terjadi. Menurut
sebuah keluarga. Masyarakat kita cenderung sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas
membiarkan bully karena dianggap Oxford, perilaku bullying secara teratur oleh
mainmain saja, apalagi jika perilaku bullying saudara dapat meningkatkan risiko depresi
ini dilakukan oleh kakak kepada adik dan pada anak ketika mereka beranjak dewasa.
orang dewasa kepada anak-anak di dalam Dalam penelitian ini, peneliti tertarik
sebuah keluarga. untuk mengangkat fenomena ini karena ini
Sebagian masyarakat cenderung adalah masalah yang unik dan menarik.
membiarkan bullying karena dianggap Bullying bukanlah hal yang asing lagi bagi
mainmain saja, apalagi kalau dilakukan oleh setiap orang. Bullying bisa terjadi kapanpun,
kakak kepada adik dan orang dewasa kepada dimanapun, dan kepada siapapun. Tetapi
anakanak di dalam keluarga. Bullying sendiri siapa yang sangka, jika dalam komunikasi
artinya ancaman, pemaksaan, kekerasan fisik keluarga juga perlu mewaspadai terjadinya
maupun verbal yang dilakukan perilaku bullying, khususnya bagi anak. Oleh
berulangulang untuk memaksakan dominasi karena itu, peneliti akan meneliti tentang
(kekuasaannya) terhadap orang lain. Dalam komunikasi keluarga dalam pencegahan
keluarga, ada juga orang tua yang perilaku bullying bagi anak.
menganggap sepele ketika kakak atau orang Peneliti menggunakan pendekatan
dewasa mengolok-olok anak kecil yang penelitian kualitatif dengan metode studi
dianggap menyenangkan untuk diganggu. kasus. Dalam penelitian ini, peneliti
Pertengkaran atau perkelahian antar menggunakan teknik pengumpulan data;
saudara masih wajar jika terjadi sekali-sekali. wawancara, studi dokumentasi; dan
Tapi orang tua juga perlu waspada jika setiap observasi. Adapun informan yang digunakan
acara permainan keluarga berakhir dengan sebanyak 4 orang, diambil dengan teknik
tangisan salah satu anak, atau salah satu anak purposive sampling. Teori komunikasi yang
yang ‘dikucilkan’ oleh saudara kandungnya. relevan dengan penelitian ini adalah teori
Perilaku seperti itu tentu akan menjurus pada interaksi simbolik. Penelitian ini bertujuan
perilaku bullying bagi anak. untuk mengetahui proses komunikasi
Dalam artikel yang dilansir dari keluarga dalam pencegahan perilaku bullying
www.parenting.co.id, Dr. Lucy Bowes dari bagi anak dan mengetahui faktor penyebab
departemen intervensi dan kebijakan sosial terjadinya perilaku bullying dalam keluarga
Universitas Oxford berkata, “Kami bukan bagi anak.
membahas mengenai kejahilan-kejahilan
yang sering terjadi dalam keluarga, tetapi Komunikasi Keluarga
mengenai insiden yang terjadi beberapa kali John P. Caughlin dan Allison M. Scot
dalam seminggu, dimana korban diabaikan menyebutkan bahwa komunikasi dalam

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 24


Janitra & Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

keluarga mengacu pada pola dan perilaku


interaksi yang berulang (repeated interaction
styles and behaviours); yang dapat berbeda
antara keluarga tunggal dan keluarga besar
(dengan anggota banyak); dan terbangun
dalam waktu sebentar maupun kurun waktu
lama (Muntaha, 2011). Rasa aman secara
emosi juga meliputi rasa aman ketika
menyatakan diri, pendapatnya, maupun
mendiskusikan kesulitan dihadapi. Dalam hal
ini, maka komunikasi diantara anggota
keluarga merupakan salah satu elemen yang
sangat penting untuk menjamin terwujudnya
rasa aman.
Komunikasi keluarga memiliki tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi dan
sekaligus sangat komplek (Ruben, 2006).
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 25


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

keluarga adalah termasuk kelompok primer penting dalam masyarakat, yang terbentuk
sehingga dalam komunikasi kelompok dari hubungan laki-laki dan perempuan,
menurut Charles Horton Cooley komunikasi perhubungan ini yang paling sedikit
pada kelompok primer memiliki karakteristik berlangsung lama untuk menciptakan dan
sebagai berikut : membesarkan anak-anak. Keluarga dalam
Pertama, kualitas komunikasi pada bentuk yang murni merupakan kesatuan
kelompok primer bersifat dalam dan meluas, sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
dalam arti menembus kepribadian kita yang anak.
paling dalam dan tersembunyi, menyingkap Terlihat dengan jelas bahwa dalam
unsur-unsur backstage. Sedangkan meluas keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal
artinya sedikit sekali kendala yang yang terjadi pada setiap individu, komunikasi
menentukan rintangan dan cara yang dijalin merupakan komunikasi yang
berkomunikasi. Pada kelompok primer, kita dapat memberikan suatu hal yang dapat
mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi diberikan kepada setiap anggota keluarga
dengan menggunakan berbagai lambang lainnya. Dengan adanya komunikasi,
verbal maupun non-verbal. permasalahan yang terjadi diantara anggota
Kedua, pada kelompok primer bersifat keluarga dapat dibicarakan dengan
personal. Dalam komunikasi primer, yang mengambil solusi terbaik (Prasanti, 2016).
penting buat kita adalah siapa dia, bukan Hanurawan mengatakan hal yang lebih
apakah dia. Hubungan dengan kelompok lengkap tentang keluarga. Keluarga
primer sangat unik dan tidak dapat merupakan sebuah kelompok primer yang
digantikan. Misalnya hubungan antara ibu terikat secara lahir dan batin, memiliki
dan anak. hubungan yang sangat dekat atau bisa
Ketiga, pada kelompok primer, disebut personal.
komunikasi lebih menekankan pada aspek Kelompok primer memiliki tiga fungsi
hubungan, daripada aspek isi. Komunikasi utama, yaitu:
dilakukan untuk memelihara hubungan baik, 1. Sebagai agen sosialisasi. Keluarga
dan isi komunikasi bukan sesuatu yang amat bertugas untuk mengenalkan segala
penting. Berbeda dengan kelompok sekunder macam bentuk norma dan aturan serta
yang lebih dipentingkan adalah aspek isinya nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
bukan pada aspek hubungan. Mulai dari bagaimana menghadapi orang
Keempat, pada kelompok primer pesan tua, bagaimana berbicara dan bersikap
yang disampaikan cenderung lebih bersifat kepada mereka, dan lain-lain.
ekspresif, dan berlangsung secara informal 2. Sebagai instrument pemenuhan
(Rohim, 2009). kebutuhan sosial. Kelompok primer
Komunikasi dengan baik antar anggota bertugas memberi pemenuhan akan
keluarga adalah suatu hal yang amat penting, kebutuhan-kebutuhan sosial anggotanya.
walaupun sebagian kelompok orang masih 3. Sebagai instrument kontrol sosial.
beranggapan hal tersebut sebagai Anggota-anggota kelompok primer
pemborosan waktu, sehingga banyak kali memiliki hak dan kewajiban untuk
pembicaraan tidak diatur lagi (tanpa dipikir mengekspresikan pendapat dan
asal bicara dan mengakibatkan luka dihati sikapnya tentang suatu masalah sosial
orang disekelilingnya) karena dan sekaligus memperoleh umpan balik
pembicaraannya bukan untuk membangun berupa koreksi terhadap sikap dan
tetapi meruntuhkan/mengkritik yang pendapatnya itu (Hanurawan, 2010).
akibatnya seringkali orang yang diajak
berbicara kehilangan minat, dan gairah untuk Dalam penelitian yang telah dilakukan
berkomunikasi. oleh Himawati, dkk (2016) dikatakan bahwa
Dalam keluarga yang sesungguhnya, jika dilihat dari sudut pandang sosiologis,
komunikasi merupakan sesuatu yang harus anak merupakan individu yang menjadi
dibina, sehingga anggota keluarga merasakan bagian dalam struktur sosial masyarakat. Ia
ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. memiliki hak yang dilindungi oleh
Keluarga merupakan kelompok primer paling undangundang untuk dapat hidup bersama

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 26


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

keluarga, berinteraksi dengan lingkungan perilaku agresif yang dikarakteristikkan


sosial, mendapatkan pendidikan di sekolah dengan 3 kondisi yaitu (a) perilaku negatif
bahkan memiliki kebebasan untuk yang bertujuan untuk merusak atau
mengembangkan kreatifitas, potensi yang membahayakan (b) perilaku yang diulang
dimilikinya (Himawati, Nopianti, Hartati, & selama jangka waktu tertentu (c) adanya
Hanum, 2016). Hal ini telah tertuang dalam ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan
UU No. 35 Tahun 2014 yang merupakan dari pihak-pihak yang terlibat (Stein, Dukes,
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 & Warren, 2007).
Tahun 2003 mengenai perlindungan anak Menurut Coloroso bullying merupakan
bahwa: tindakan intimidasi yang dilakukan secara
berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat
“Setiap anak bahwa setiap anak berhak terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai
berkembang serta berhak atas korbannya secara fisik maupun emosional
perlindungan dari kekerasan dan (Coloroso, 2003). Rigby menyatakan bullying
diskriminasi sebagaimana diamanatkan merupakan perilaku agresi yang dilakukan
dalam Undang-Undang Dasar Negara secara berulang-ulang dan terus menerus,
Republik Indonesia Tahun 1945” . terdapat kekuatan yang tidak seimbang
antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan
Oleh karena itu, berbagai pihak termasuk untuk menyakiti dan menimbulkan rasa
orang tua, sekolah, lembaga dan negara tertekan bagi korbannya (Astuti, 2008).
memiliki peranan penting dalam Berdasarkan uraian di atas, dapat
melangsungkan hak anak. Penelitian tersebut disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah
memperkuat peneliti untuk melakukan suatu perilaku negatif yang dilakukan secara
penelitian ini dalam kajian pencegahan berulang-ulang, dilakukan dengan sadar dan
perilaku bullying bagi anak (Himawati et al., sengaja yang bertujuan untuk menyakiti
2016). orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok
Konsep Bullying anak dan terdapat ketidakseimbangan
Definisi bullying merupakan sebuah kata kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak
serapan dari bahasa Inggris. Istilah bullying yang terlibat.
belum banyak dikenal masyarakat, terlebih
karena belum ada padanan kata yang tepat Tanda-tanda Bullying
dalam bahasa Indonesia (Susanti, 2006). Olweus (2006) merumuskan adanya tiga
Bullying berasal dari kata bully yang artinya unsur dasar bullying, yaitu bersifat
penggertak, orang yang mengganggu orang menyerang dan negatif, dilakukan secara
yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa berulang kali, dan adanya ketidakseimbangan
Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat kekuatan antara pihak yang terlibat. Coloroso
untuk menggambarkan fenomena bullying di (2003) juga mengatakan bahwa bullying akan
antaranya adalah penindasan, penggencetan, selalu mengandung tiga elemen, yaitu:
perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau kekuatan yang tidak seimbang, bertujuan
intimidasi (Susanti, 2006). untuk menyakiti, dan adanya ancaman akan
Suatu hal yang alamiah bila memandang dilakukannya agresi. Oleh sebab itu,
bullying sebagai suatu kejahatan, dikarenakan seseorang dianggap menjadi korban bullying
oleh unsur-unsur yang ada di dalam bullying bila ia dihadapkan pada tindakan negatif
itu sendiri. Bullying merupakan suatu seseorang atau lebih, yang dilakukan
perilaku negatif berulang yang bermaksud berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke
menyebabkan ketidaksenangan atau waktu. Selain itu, bullying juga melibatkan
menyakitkan oleh orang lain, baik satu atau kekuatan dan kekuasaan yang tidak
beberapa orang secara langsung terhadap seimbang, sehingga korbannya berada dalam
seseorang yang tidak mampu melawannya keadaan tidak mampu mempertahankan diri
(Olweus, 1997). Menurut American secara efektif untuk melawan tindakan
Psychiatric Association (APA), bullying adalah negatif yang diterimanya (Olweus, 2006).

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 27


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

Berdasarkan uraian di atas dapat dokumentasi. Observasi dilakukan dalam


disimpulkan bahwa seseorang dikatakan penelitian ini adalah pengamatan.
menjadi korban bullying dilihat dari frekuensi Pengamatan dilakukan dengan cara
mengalami bullying, yaitu minimal dua nonparticipant observation, terhadap objek
sampai tiga kali dalam sebulan. Seorang yang diteliti yaitu yang berkaitan dengan
korban bullying dapat mengalami satu atau komunikasi keluarga dalam pencegahan
beberapa bentuk bullying. Ketika hanya satu perilaku bullying bagi anak. Wawancara
bentuk bullying yang dialami seseorang, mendalam (depth interview) yang dilakukan
namun frekuensinya minimal dua sampai tiga peneliti dalam penelitian dimaksudkan untuk
kali dalam sebulan, hal itu juga termasuk mengetahui pandangan, kejadian, kegiatan,
menjadi korban bullying. pendapat, perasaan dari nara sumber (subjek
matter expert). Wawancara yang dilakukan
METODE PENELITIAN yaitu untuk mengetahui mengenai
Pendekatan penelitian yang digunakan komunikasi keluarga dalam pencegahan
peneliti dalam penelitian mengenai perilaku bullying bagi anak. Penggunaan
komunikasi keluarga dalam pencegahan teknik ini sangat penting bagi penelitian
perilaku bullying bagi anak adalah kualitatif, terutama untuk melengkapi data
pendekatan kualitatif dengan metode studi dan upaya memperoleh data yang akurat dan
kasus. Mulyana menyatakan bahwa “studi sumber data yang tepat. Metode dokumenter
kasus merupakan uraian dan penjelasan adalah metode yang digunakan untuk
komprehensif mengenai berbagai aspek menelusuri data historis (Bungin, 2007).
seorang individu, suatu kelompok, atau Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan
organisasi (komunitas), suatu program, atau terutama untuk memperkaya
suatu situasi sosial” (Mulyana, 2005). landasanlandasan teoritis dan mempertajam
Penelitian studi kasus berupaya menelaah analisis penelitian yang berkaitan dengan
sebanyak mungkin data mengenai subjek kajian komunikasi keluarga dalam
yang diteliti. Dalam hal ini, data tersebut pencegahan perilaku bullying bagi anak.
dimungkinkan didapatkan melalui Analisis atau mengolah data merupakan
wawancara mendalam, pengamatan, upaya mencari dan menata secara sistematik
penelaahan dokumen hasil survey, dan data catatan hasil observasi, wawancara
apa pun untuk menguraikan suatu kasus mendalam dan studi dokumentasi dengan
secara terperinci. tujuan meningkatkan pemahaman penelitian
Robet K. Yin merinci studi kasus ke tentang temuan-temuan atas permasalahan
dalam single-case dan multiple-case. yang diteliti. Bajari, (2009) menyatakan
“Singlecase digunakan jika kasus yang diteliti bahwa “Hakekatnya dalam penelitian
itu merupakan kasus yang ekstrim atau unik, kualitatif, mengolah data adalah memberi
memenuhi semua kondisi untuk menguji kategori, mensistematisir, dan bahkan
teori-teori yang ada, memiliki kesempatan memproduksi makna oleh si “peneliti” atas
untuk mengobservasi dan menganalisis apa yang menjadi pusat perhatiannya”.
fenomena yang sebelumnya tidak diselidiki Burhan Bungin (2007) menyatakan
secara ilmiah, sedangkan multiple-case bahwa penelitian kualitatif menghadapi
memungkinkan dilakukannya perbandingan persoalan penting mengenai pengujian
di antara beberapa kasus” (Yin, 2002). Dalam keabsahan hasil penelitian. Untuk mendapat
penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti keabsahan hasil penelitian, peneliti
menggunakan single-case study design, karena menggunakan teknik-teknik pemeriksaan
tujuan penelitian ini adalah untuk keabsahaan sebagai berikut.
memperoleh informasi menyeluruh secara 1. Ketekunan Pengamatan di lapangan yang
detail dan pemahaman tentang komunikasi dilakukan penulis dimaksudkan untuk
keluarga dalam pencegahan perilaku bullying memperoleh derajat keabsahan yang
bagi anak. tinggi. Pengamatan dilakukan secara
Teknik pengumpulan data dalam nonparticipant, yaitu penulis melakukan
penelitian ini adalah dengan melakukan mengamati kegiatan komunikasi tanpa
observasi, wawancara mendalam, dan studi ikut berperan serta.

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 28


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

2. Trianggulasi yang dilakukan penulis kakak-adik. Dalam penelitian ini, peneliti


yaitu triangulasi sumber data, yaitu mengambil informan adalah orang tua,
membandingkan data hasil pengamatan karena peneliti ingin mengetahui proses
dengan data hasil wawancara. komunikasi keluarga yang terjadi sehingga
3. Pengecekan sejawat dilakukan melalui menyebabkan perilaku bullying tersebut.
diskusi dengan berbagai kalangan yang Padahal komunikasi keluarga merupakan
memahami masalah penelitian. pondasi yang utama dan pertama untuk
Pengecekan sejawat yang dilakukan menyelamatkan anak-anak dari perilaku
dengan ahli media. bullying ini.
4. Kecukupan refensial dilakukan dengan Salah satu informan penelitian ini adalah
memperbanyak referensi yang dapat Rn, seorang ibu dari empat anak ini
menguji dan mengoreksi hasil penelitian memberikan penuturannya tentang perilaku
yang dilakukan, baik referensi yang bullying yang terjadi dalam keluarganya.
berasal dari orang lain maupun referensi Berikut ini penuturannya:
yang diperoleh selama penelitian. “Saya punya empat orang anak, usianya
beda sekitar 2 tahun antar anak. Iya sih
KOMUNIKASI KELUARGA DALAM saya akui anak-anak saya suka saling
PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING BAGI mengejek gitu, ya tadinya saya pikir itu
ANAK bercanda ya, kadang saya juga gak
Penelitian terdahulu lainnya yang ngeuh, gak nyadar kalo itu udah
mengatakan pentingnya peran keluarga menjurus ke arah bullying. Ya ujungnya,
dalam segala hal, termasuk proses ada anak saya yang kalah, merasa
penyembuhan adalah penelitian yang telah terpojok, akhirnya nangis deh. Kejadian
dilakukan Melia (2016). Hasil penelitiannya seperti ini sering banget terjadi dalam
mengatakan bahwa Peran anggota keluarga keluarga saya. Apalagi kan mereka masih
dalam memberikan motivasi kepada pasien pada kecil ya, anak-anak yang usianya
sakit jiwa dibantu oleh anggota keluarga paling besar itu 10 tahun, usia yang
pasien sakit jiwa yang dilakukan oleh paling kecil 3 tahun, jadi saya suka
keluarga baik secara fisik maupun psikis. waswas aja, kalo mereka lagi bermain,
Bantuan keluarga secara fisik terhadap khawatir nanti ujungnya ada yang
pasien sakit jiwa yaitu memberikan obat dan nangis karena terpojok atau ya kena
memasukan pasien ke rumah sakit atau bullying tadi. Ya, mungkin karena udah
secara medis. Sedangkan secara psikis terbiasa gitu, saya jadi tahu anak saya
memberikan kasih sayang, motivasi dan yang mana yang suka jadi korban
kunjungan rutin terhadap pasien yang berada bullying ini. Selama ini kalo udah
di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang kejadian sampe ada yang nangis itu, ya
(Melia, 2016). saya hanya bisa memisahkan dan
Lain halnya dengan fokus penelitian menasehati mereka.”
terdahulu tersebut, dalam hal ini peneliti
mendalami upaya pencegahan perilaku Jika peneliti cermati dari penuturan
bullying bagi anak, dimana solusi utamanya informan tersebut, peneliti bisa melihat
adalah terjalinnya komunikasi keluarga yang bahwa informan sebagai orang tua juga
baik satu sama lain. menyadari adanya perilaku bullying pada
Komunikasi keluarga memiliki peranan anak-anaknya. Tetapi informan masih belum
yang besar dalam pencegahan perilaku mengetahui cara untuk mencegah perilaku
bullying bagi anak. Hasil penelitian yang telah bullying bagi anak-anaknya. Peneliti dapat
dilakukan menunjukkan ada beberapa hal melihat bahwa dalam konteks di atas,
yang harus dilakukan dalam komunikasi keluarga menjadi wadah terjadinya bullying
keluarga sebagai pencegahan perilaku antar anggota keluarga tersebut, khususnya
bullying bagi anak. Hal yang harus ditekankan kakak sebagai yang berkuasa kepada adiknya,
dan dipraktekkan adalah empati dalam yang sudah biasa menjadi korban bullying
hubungan keluarga, antara mama-papa, yang terpojok.
antara orangtua dan anak, serta antara

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 29


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

Informan berikutnya, Jy, seorang ayah keluarga yang dimaksud adalah proses
dari empat anak juga yang memberikan komunikasi yang dilakukan tentu tidak
penuturan tentang proses komunikasi dalam mengarah pada hal-hal negatif yang
keluarganya, khususnya antar anaknya, yang memojokkan salah satu anggota keluarganya.
mengarah pada perilaku bullying. Berikut Ni juga menjelaskan bahwa dalam hal ini
penuturannya: orang tua memiliki peranan yang besar
“Wah kalau berbicara tentang perilaku sebagai orang tua, yang memimpin untuk
bullying bagi anak, saya agak ngeri juga, melakukan proses komunikasi antar anggota
saya punya empat orang anak, masih keluarganya. Pengasuhan positif yang baik
pada kecil juga. Kalau mereka lagi pada dan benar, yang dberikan orang tua kepada
main, saya suka merhatiin, emang sih anaknya akan mencegah terjadinya perilaku
biasanya berujung dengan tangisan anak bullying bagi anak dalam keluarga. Setelah
yang lain. Biasanya kakaknya menang itu, anak-anak pun akan terbiasa untuk
terus, adiknya yang suka habis diledekin, membawa perilaku positif ini dalam
sampe akhirnya ya nangis. Padahal anak kehidupan bermasyarakat. Hal ini tentu akan
saya yang suka jadi korban juga ini meminimalisir terjadinya perilaku bullying
lakilaki, ya solusinya saya memisahkan bagi anak, khususnya dalam pergaulan
mereka, meskipun masih sambil saling bersama teman-temannya di sekolah atau
ledek juga. Kadang-kadang saya mikir ya masyarakat.
wajar, namanya juga anak kecil. Itu kan Berdasarkan hasil penelitian yang
interaksi antar kakak adik dalam dilakukan, ada beberapa hal yang bisa
keluarga. Tapi saya juga sempat dilakukan dalam proses komunikasi keluarga
khawatir kalau perilaku semacam itu sebagai pencegahan perilaku bullying bagi
menjurus kea rah bullying juga. anak, sebagai berikut:
Walaupun antar anggota keluarga
sendiri, kalo anak-anak kan mungkin 1. Respek
belum paham ya. Tapi kalau saya Dalam penelitian ini, hal ini menjadi
renungkan lagi, ya justru karena masih penting untuk diterapkan dalam
anak-anak ya, situasinya dalam keluarga komunikasi keluarga untuk mencegah
pula, jadi emang bener sih komunikasi perilaku bullying bagi anak. Komunikasi
keluarga itu penting dan harus dijaga harus diawali dengan sikap saling
banget. Saya akui bahwa komunkasi menghargai (respectfull attit lainnya
keluarga ini memegang peranan penting, mengenai pengasuhan orang tua dalam
khususnya ya para orang tua, harus bisa mendidik anaknya agar terhindar dari
mencegah dan menghindarkan anak- perilaku bullying menjadi hal yang sangat
anaknya dari penting. Empati adalah kemampuan untuk
perilaku yang mengarah ke bullying.” menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat
Penuturan di atas menjelaskan bahwa utama dari sikap empati adalah
informan menyadari pentingnya komunikasi kemampuan untuk mendengar dan
keluarga dalam pencegahan perilaku bullying mengerti orang lain, sebelum didengar
bagi anak. Dalam hal ini, informan dan dimengerti orang lain.
mengatakan bahwa orang tua dalam proses Orangtua yang baik tidak akan
komunikasi keluarga memiliki peranan menuntut anaknya untuk mengerti
penting untuk mencegah dan menghindarkan keinginannya, tapi ia akan berusaha
perilaku bullying bagi anak-anaknya. memahami anak atau pasangannya
terlebih dulu. Ia akan membuka dialog
Informan ketiga, Na, seorang ibu dengan mereka, mendengar keluhan dan
sekaligus dosen dalam jurusan Psikologi, juga harapannya. Mendengarkan disini tidak
mengakui bahwa komunikasi positif dalam hanya melibatkan indra saja, tapi
konteks keluarga sangat penting untuk melibatkan pula mata hati dan perasaan.
mencegah terjadinya perilaku bullying bagi Cara seperti ini dapat memunculkan rasa
anak. Dalam hal ini, komunikasi positif dalam

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 30


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

saling percaya dan keterbukaan dalam Beberapa penelitian terdahulu juga


keluarga. menemukan adanya hubungan antara
perilaku bullying yang dilakukan oleh anak
2. Audibel dengan hubungan mereka dengan anggota
Audibel berarti "dapat didengarkan" keluarganya. Hasil-penelitian di bawah ini
atau bisa dimengerti dengan baik. menunjukkan perilaku bullying yang
Disinilah intisari dilakukannya dilakukan oleh anak diakibatkan karena
komunikasi keluarga. Ketika anak-anak kualitas hubungan yang buruk antara anak
dapat dimengerti dan didengarkan ini dengan sosok ayah dan ibu :
merupakan penghargaan penting bagi 1. Bandura dan Walters, menyatakan bahwa
mereka. Sebuah pesan harus dapat sikap negatif dan penolakan oleh orangtua
disampaikan dengan cara atau sikap yang terhadap anaknya menciptakan
bisa diterima oleh si penerima pesan. kecendrungan sikap agresif dan
Komunikasi keluarga memegang permusuhan yang dilakukan oleh anak
peranan penting dalam mencegah perilaku (Connolly & O’Moore, 2003)
bullying bagi anak. Misalnya saja, ada 2. Kombinasi ayah dan ibu yang teledor dan
sedikit keisengan kecil yang dilakukan cuek dalam mengasuh anaknya
seorang kakak kepada adiknya. Kenakalan mengakibatkan anak laki-laki mereka
kecil yang selalu ia lakukan pada menjadi nakal dan agresif (Connolly &
saudaranya. Hal ini dapat membangkitkan O’Moore, 2003).
monster yang tertidur dalam jiwanya. Hal 3. Anak-anak yang sering mengusik dan
sepele yang terjadi dirumah, jitakan kecil melakukan tindakan bullying kepada
dari sang kakak, ketidakpedulian sang temannya di sekolah memiliki
ayah, kenakalan dari sang adik. Segala kecendrungan untuk mengontrol dan
sesuatu yang tak pernah disadari mendominasi dalam lingkungan teman
membuat perilaku bullying ini tumbuh sebayanya. Anak yang seperti ini
dalam jiwa anak. diindikasikan mengalami
ketidakberfungsian dalam keluarga yang
disebabkan orangtua tidak memberikan
FAKTOR PENYEBAB BULLYING DALAM pendidikan empati kepada anaknya
KOMUNIKASI KELUARGA (Connolly & O’Moore, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian yang 4. Kecenderungan pelaku bullying lebih
dilakukan, faktor yang menyebabkan mungkin berasal dari keluarga dengan
terjadinya perilaku bullying dalam orang tua otoriter (Holt, Kantor, &
komunikasi keluarga adalah gaya pengasuhan Finkelhor, 2009).
yang tidak tepat oleh orangtua kepada 5. Ahli terapi keluarga menyatakan bahwa
anaknya. Ada keterkaitan antara kualitas komunikasi yang positif dan efektif
interaksi anak dengan keluarga dan kondisi dengan anak remaja didalam keluarga
antar anggota keluarga yang menyebabkan merupakan hal terpenting dalam
kecenderungan anak melakukan perilaku keberfungsian keluarga (Connolly &
bulllying. O’Moore, 2003).
Interaksi dan kondisi yang dimaksud
adalah hubungan anak dengan sosok ayah Berdasarkan pada hasil penelitian yang
dan ibu, dan hubungan antara ayah dan ibu di telah disebutkan di atas bahwa keterlibatan
lingkungan keluarga mereka. Perilaku orangtua dalam menyebabkan
bullying juga berkembang dari proses kecenderungan perilaku bullying yang
interaksi yang berkesinambungan dengan dilakukan oleh anak-anak mereka. Hal ini
lingkungan rumah/keluarga sebagai tempat disebabkan karena ketidakberfungsian
dasarnya. Hal ini diperkuat oleh beberapa hubungan yang terjadi di dalam keluarga
riset di bawah ini yang menyatakan bahwa tersebut. Ketidakberfungsian yang terjadi
anak-anak dapat belajar untuk menjadi bisa disimpulkan dalam beberapa hal sebagai
agresif dengan mengamati interaksi yang berikut:
terjadi didalam keluarga setiap harinya. a. Relasi ayah dengan ibu

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 31


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

Ketidakharmonisan hubungan antara kepada hal-hal negatif seperti perilaku


pasangan suami-istri dapat menimbulkan bullying, baik sebagai korban maupun pelaku.
kecendrungan perilaku bullying pada Pengasuhan yang positif seperti ini dapat
anak muncul, pertengkaran yang terjadi membantu anak dalam meyelesaikan
antara ayah dan ibu,kehilangan orang tua masalah-masalah yang menimpa mereka.
yang disebabkan perceraian, serta terjadi Chen mengungkapkan bahwa kualitas
konflik pernikahan antara ayah dan ibu hubungan orangtua dengan anak
membuat anak akan terganggu secara merefleksikan tingkatan dalam hal
emosional. Relasi suami dan istri kehangatan (Warmth), rasa aman (security),
memberikan landasan dan menentukan kepercayaan (trust), afeksi positif (positive
warna bagi keseluruhan relasi di dalam affect) dan ketanggapan (responsiveness)
keluarga. Permasalahan keluarga dapat dalam hubungan mereka. Keluarga
diantisipasi dimulai dengan hubungan merupakan tempat yang penting bagi
yang harmonis antara suami dan istri perkembangan anak secara fisik, emosi,
(Lestari, 2012). spiritual. Keluarga adalah lembaga utama
b. Relasi ayah dan ibu kepada anak sosialisasi individu dan yang membentuk
Thompson mengungkapkan bahwa kepribadian dan perilaku anggota sesuai
anak-anak menjalani proses tumbuh dan dengan umurnya. Keluarga dianggap salah
berkembang dalam suatu lingkungan dan satu faktor yang memillik pengaruh besar
hubungan. Pengalaman mereka terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang
sepanjang waktu bersama orang-orang remaja. Fungsi paling penting dari keluarga
yang mengenal mereka dengan baik serta adalah melakukan perawatan dan sosialisasi
berbagai karakteristik dan pada anak. Sosialisasi merupakan proses
kecenderungan yang mulai mereka yang ditempuh anak untuk memperoleh
pahami merupakan hal-hal yang pokok keyakinan, nilai-nilai dan perilaku yang
yang mempengaruhi perkembangan dianggap perlu dan pantas oleh anggota
konsep dan kepribadian sosial mereka. keluarga dewasa, terutama orang tua. Karena
Menurut Thompson, hubungan menjadi keluarga merupakan sumber kasih sayang,
katalis bagi perkembangan dan perlindungan dan identitas bagi anggota
merupakan jalur bagi peningkatan keluarganya (Lestari, 2012).
pengetahuan dan informasi, penguasaan
ketrampilan dan kompetensi, dukungan ANALISIS TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
emosi dan berbagai pengaruh lain Interaksi simbolik ada karena ide-ide
semenjak dini (Lestari, 2012). dasar dalam membentuk makna yang berasal
dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri
Terkait dengan perilaku kecenderungan (Self), dan hubungannya di tengah interaksi
perilaku bullying yang terjadi relasi ayah dan sosial, dan tujuan akhir untuk memediasi,
ibu dengan anak adalah adanya ketrlibatan serta menginterpretasi makna di tengah
mereka dalam pengasuhan. Pengasuhan masyarakat (Society) dimana individu
kedua orangtua yang cenderung otoriter tersebut menetap. Mind, Self and Society
seperti menghukum tanpa menanyakan merupakan judul buku yang menjadi rujukan
sebab permasalahan terjadi, overprotektif, utama teori interaksi simbolik, merefleksikan
ketikdakonsistenan kedua orangtua dalam tiga konsep utama dari teori (Lestari, 2012).
memberikan hukuman dan penghargaan, Dari pemaparan tentang latar belakang
interaksi yang kurang hangat dengan anak pemikiran besar tentang manusia yang
memberikan point penting yang berefek mempengaruhi pemikiran George Herbert
kepada anak akan terlibat dalam perilaku Mead dan konsep dasar dari interaksi
bullying, baik sebagai korban maupun pelaku. simbolik, maka dapat disimpukan bahwa
Sebaliknya pengasuhan kedua orang tua yang terdapat tiga tema konsep interaksi simbolik,
cenderung terbuka, hangat, memberikan rasa yaitu :
aman, memberikan dukungan-dukungan 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
positif yang membangun kepercayaan diri dalam penelitian ini, peneliti melihat
dapat mengurangi resiko anak terpengaruh adanya pengakuan dari informan tentang

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 32


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

pentingnya makna komunikasi keluarga perilaku bullying juga mempengaruhi cara,


dalam mencegah perilaku bullying bagi pola pikir, dan perilaku anak tersebut yang
anak. Komunikasi keluarga dirasakan berlaku dalam masyarakat tersebut.
sebagai hal yang penting terutama untuk
membangun proses komunikasi yang KESIMPULAN
positif bagi anak dan mencegah bullying Hasil penelitian yang dilakukan ini
dalam keluarga menunjukkan bahwa komunikasi keluarga
2. Pentingnya konsep mengenai diri, peneliti dalam pencegahan perilaku bullying bagi
juga melihat bahwa para informan anak meliputi komunikasi keluarga
mengangap pentingnya konsep mengenai merupakan konteks komunikasi yang utama
diri, dalam hal ini adalah komunikasi dalam pembentukan perilaku anak agar tidak
keluarga, pola pengasuhan orang tua mengarah pada perilaku bullying. Oleh karena
kepada anaknya, yaitu pembentukan itu, perlu diupayakan proses komunikasi
komunikasi positif dalam keluarga. keluarga yang efektif yaitu: respek, empati,
Konsep diri positif yang dibangun melalui audible (didengarkan). Adapun faktor
komunikasi keluarga yang positif akan penyebab terjadinya perilaku bullying bagi
membantu dalam pencegahan tindak anak adalah pengasuhan orangtua yang tidak
bullying bagi anak. tepat kepada anaknya dalam konteks
3. Hubungan antara individu dengan komunikasi keluarga.
masyarakat. Hal ini terlihat dalam Berdasarkan hasil penelitian yang telah
hubungan antara anak korban bullying dilakukan tentang “Komunikasi Keluarga
dengan masyarakat. Ada perbedaan dalam Pencegahan Perilaku Bullying bagi
mendasar mengenai perilaku anak Anak”, sebaiknya komunikasi positif dalam
tersebut karena merasa selalu menjadi keluarga dipertahankan agar dapat
korban bullying dalam keluarga, maka bisa meminimalisir atau mencegah terjadinya
terjadi berbagai kemungkinan lain dalam perilaku bullying bagi anak. Peneliti juga
hubungannya dengan lingkungan dapat melakukan penelitian lanjutan dari
masyarakat. Begitu juga halnya dengan hasil penelitian ini.
anak yang melakukan bullying. Anak yang
melakukan tindak bullying juga memaknai DAFTAR PUSTAKA
hubungannya dengan masyarakat secara Astuti, P. R. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara
berbeda. Efektif Menanggulangi Kekerasan Pada
Anak. Jakarta: Grasindo.
Teori interaksi simbolik berperan dalam Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif.
perbedaan dan hambatan yang terjadi ketika Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
para informan ini tentang komunikasi Coloroso. (2003). Stop Bullying (Memutus
keluarga dalam pencegahan perilaku bullying Rantai Kekerasan Anak dari Pra-Sekolah
bagi anak. Interaksi simbolik yang pada Hingga SMU). Jakarta: Serambi Ilmu
intinya menjelaskan tentang kerangka Semesta.
referensi untuk memahami bagaimana Connolly, I., & O’Moore, M. (2003).
manusia, bersama dengan orang lain, Personality and Family Relations of
menciptakan dunia simbolik, dan bagaimana Children Who Bully. Personality and
cara dunia membentuk perilaku manusia ini, Individual Differences, 35, 559–567.
memberikan pemahaman tentang proses Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial; Suatu
komunikasi keluarga dalam pencegahan Pengantar. Bandung: PT. Remaja
perilaku bullying bagi anak. Rosdakarya.
Konsep dasar dari interaksi simbolik Himawati, I. P., Nopianti, H., Hartati, S., &
merupakan makna, makna ini merupakan hal Hanum, S. H. (2016). Analisis
yang tercipta karena hubungan yang terjadi Pemenuhan Hak Dasar Anak Pada
diantara individu dengan masyarakatnya, Program “Kota Layak Anak”Di
dalam kasus ini, makna akan dipahami sesuai Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu.
dengan masyarakat lingkungan setempat. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 5(1), 37–
Sehingga, makna yang terbentuk tentang 49.

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 33


Janitra & Prasanti – Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak

Holt, M. K., Kantor, G. K., & Finkelhor, D.


(2009). Child Concordance about
Bullying Involvement and Family
Characteristics Related to Bullying and
Peer Victimization. Journal of School
Violence, 8, 42–63.
http://doi.org/10.1080/153882208020
67813
Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga :
Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga. Yogyakarta:
Kencana.
Melia, Y. (2016). Upaya Keluarga Dalam
Penyembuhan Pasien Penyakit Jiwa;
Studi Pada Pasien Penyakit Jiwa di RSJ
HB. Sa’anin Padang. Jurnal Ilmu Sosial
Mamangan, 5(2), 102–112.
Mulyana, D. (2005). Metodologi Penelitian
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muntaha, A. (2011). Berpisah-Menyatudan
Berbagi Ruang Rindu di Media
Barudalam Ilmu Komunikasi : Sekarang
danTantangan Masa Depan. Jakarta:
Prenada Media Group.
Olweus, D. (1997). Bully/Victim Problems At
School: Facts And Effective Intervention.
European Journal of Psychology of
Education, XII(4), 495–510.
Olweus, D. (2006). Olweus Bullying
Questionnaire. Center City, MN:
Hazelden.
Prasanti, D. (2016). Perubahan Media
Komunikasi dalam Pola Komunikasi
Keluarga di Era Digital. Jurnal COMMED.
Rohim, S. (2009). Teori Komunikasi,
Perspektif, Ragam & Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Stein, J. A., Dukes, R. L., & Warren, J. I. (2007).
Adolescent Male Bullies, Victims, and
Bully-Victims: A Comparison of
Psychosocial and Behavioral
Characteristics. Journal of Pediatric
Psychology, 32(3), 273–282.
Yin, R. K. (2002). Studi Kasus Desain dan
Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 34

You might also like