You are on page 1of 123

KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN

PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA


HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG
BAYI LAHIR DI KOTA AMBON

ANNA HENNY TALAHATU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :


”Kajian Indeks Massa Tubuh dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang bayi lahir di Kota Ambon”
adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah,
MS dan Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun selain di IPB. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustakan di bagian
akhir tesis ini.

Bogor, November 2006

Anna Henny Talahatu


NRP A551040111
ABSTRACT

ANNA HENNY TALAHATU. Study on Body Mass Index (BMI), Pregnancy


Weight Gain and its Association with Infant Growth and Development in
Ambon. Supervised by HARDINSYAH and AHMAD SULAEMAN
The objective of this study was to analyze pre-pregnancy body mass index
(BMI) and pregnancy weight gain and its relationship with birth weight and Ap gar
score. For this purposes a crossectional study design was applied for 200 giving
birth mother from three hospitals and three health centers (Puskesmas) based on
certain criteria of 18-35 yr, complete medical records. Data collected include
medical record, maternal nutrition knowledge, food habit and socio-economic.
The results show that 31% of pre-pregnant women was categorized as
underweight. Mean weight gain is 12,6 ± 2,4 kg and weight gain by trimester was
1,9 ± 0.6 kg , 4.2 ± 1.1 kg and 6.5 ± 1.6 kg for the first, second and third trimester
respectively. Mean birth weight was 2700 ± 617.9 gr, and mean birth length is
47,5 ± 3,6 cm. About 47.5% of the newborn infants were low birth weight and
20% had low Apgar score. BMI, anemic status, pregnancy distance, morbidity,
socioeconomic, and maternal nutrition knowledge had a positive significant
association with total weight gain (R2 = 0.489). Based on multiple linear
regression analysis, the birth weight was associated with BMI, pregnancy weight
gain, gestational age, anemic status, blood pressure,and upper arm circumference
(R2 = 0.734); and the Apgar score was associated with pregnancy weight gain,
anemic status, blood pressure, pregnancy complication, birth weigth especially
low birth weight (R2 = 0.820).

Key Word : pre-pregnancy BMI, weight gain, birth weight, Apgar score.
ABSTRAK

ANNA HENNY TALAHATU. Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan


Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil serta Hubungannya dengan Tumbuh
Kembang Bayi Lahir di Kota Ambon. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan
AHMAD SULAEMAN.
Penelitian ini bertujuan untuk me ngkaji indeks massa tubuh dan
pertambahan berat badan ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang
bayi lahir di kota Ambon. Disain penelitian adalah cross-sectional study. Contoh
dalam penelitian ini adalah 200 ibu nifas (18-35 tahun) yang diperole h
berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan
dan ibu yang melahirkan 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas yang
mempunyai data catatan medik lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi
(BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan (TB, BB awal dan akhir).
Data primer yang dikumpulkan meliputi pengetahuan gizi, kebiasaan makan serta
keadaan sosial ekonomi keluarga. Status gizi ibu sebelum hamil menunjukkan
bahwa sebanyak 38.5% berada pada IMT normal dan 31% contoh tergolong kurus
sekali. Rata-rata pertambahan berat badan contoh adalah 12.6 ± 2.4 kg.
Pertambahan berat badan selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan
pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ±
1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat
badan ibu hamil adalah pengetahuan gizi, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi
penyakit (demam, tifus, dan diabtes), IMT, LILA, dan status anemia (R2 = 0.489).
Berdasarkan data dari ketiga Rumah Sakit dan Puskemas diperoleh infomasi berat
dan panjang badan bayi lahir dari bulan Januari sampai April yakni berkisar antara
2704 ± 617.9 gr dan 47.5 ± 3.6 cm . Terdapat 47.5 % bayi yang teridentifikasi
BBLR dan 20% bayi lahir dengan skor apgar rendah. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil,
pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734).
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat
badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan
(pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama
BBLR (R2 = 0.820).

Kata kunci : IMT, pertambahan berat badan, berat badan lahir, skor Apgar.
RINGKASAN

Tumbuh kembang bayi ditentukan oleh status gizi dan kesehatan ibu selama
kehamilan yang secara sederhana ditandai dengan pertambahan berat badan ibu
serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT). Pertambahan berat badan selama
kehamilan yang rendah berkaitan dengan peningkatan resiko retardasi
pertumbuhan janin dan kematian prenatal Oleh karena itu dilakukan penelitian
dengan tujuan untuk mengkaji indeks massa tubuh dan pertambahan berat badan
ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang bayi lahir di kota Ambon.
Disain penelitian ini adalah cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini
adalah 200 ibu nifas (usia 18-35 tahun) yang diperolah berdasarkan rekam medik
(medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan dan ibu yang melahirkan 4
bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas yang mempunyai data catatan medik
relatif lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar)
serta rekam medik kehamilan (TB, BB, tekanan darah, Hb awal dan akhir).
Sebagian besar data yang digunakan adalah data sekunder yakni bersumber dari
rekam medik RS dan KMS ibu hamil. Data primer yang dikumpulkan antara lain
pengetahuan gizi, kebiasaan makan serta keadaan sosial ekonomi keluarga.
Berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) contoh berkisar antara 36-73 kg (49
± 7.4 kg) dan 144-171 cm (156.9 ± 6.3 cm). Status gizi ibu sebelum hamil
menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% contoh berada pada IMT normal dan 31%
contoh tergolong kurus sekali. Pertambahan berat badan selama kehamilan dalam
penelitian ini lebih terkonsentrasi kepada ibu yang melahirkan bayi dengan berat
lahir normal. Kenaikan berat badan contoh berkisar antara 5-20 kg (12.6 ± 2.4 kg).
Rata-rata pertambahan berat badan menurut IMT adalah sebagai berikut: kurus
sekali (14.3 ± 5.1 kg) ; kurus (13.5 ± 3.6 kg); normal (12.9 ± 2.2 kg); gemuk (11.6
± 1.4 kg); serta obes (11.7 ± 3.4). Pertambahan berat badan selama kehamilan
trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing
mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg. Faktor- faktor
yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil adalah IMT sebelum
hamil, status anemia, jarak dua kehamilan terakhir, tingkat morbiditas (demam
dan tifus) serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil (R2 = 0.489).
Berat badan bayi lahir dari bulan Januari sampai April (n=200) yakni
berkisar antara 1000-4200 gr (2704 ± 617.9 gr), terdapat 47.5 % bayi yang
teridentifikasi BBLR. Rata-rata panjang badan bayi lahir berkisar antara 40-52 cm
(47.5 ± 3.6 cm), 43% bayi dengan PB = 48 cm. Berdasarkan penilaian skor Apgar
pada menit ke-1 dan ke-5 menunjukkan bahwa 20% dari keseluruhan bayi lahir
termasuk kategori rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di
Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil, pertambahan BB selama kehamilan,
status anemia serta LILA (R2 = 0.734). Faktor yang mempengaruhi perkembangan
bayi lahir adalah pertambahan berat badan selama hamil, status anemia, tekanan
darah, serta komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta
berat badan bayi lahir terutama BBLR (R2 = 0.820).
© Hak cipta milik Anna Henny Talahatu, Hardinsyah & Ahmad
Sulaeman tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi,
mikrofilm, dan sebagainya
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 9 Maret 1981 dari ayah Isaac
Talahatu dan ibu Merry Maspaitella. Penulis merupakan anak bungsu dari lima
bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Ambon dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Pattimura melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk Universitas Pattimura, kemudian pada tahun 2000 pindah ke IPB. Penulis
memilih Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Pada tahun 2003, penulis dinyatakan lulus sebagai sarjana perikanan
(Spi). Tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat, Sekolah
Pascasarjana, IPB.
KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN
PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA
HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG
BAYI LAHIR DI KOTA AMBON

ANNA HENNY TALAHATU

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
JUDUL PENELITIAN : Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan
Berat Badan Ibu Hamil Serta Hubungannya Dengan
Tumbuh Kembang Bayi Lahir Di Kota Ambon .
Nama : Anna H Talahatu
NRP : A551040111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Hardinsyah, MS Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS


Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Gizi Masyarakat

Prof. Dr.Ir Ali Khomsan, MS Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS

Tanggal Ujian: 20 Oktober 2006 Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul ”Kajian Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Serta Hubungannya
dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir di Kota Ambon” dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih yang tak henti- hentinya penulis sampaikan secara
khusus kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai ketua komisi pembimbing
dan Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS sebagai anggota komisi pembimbing atas segala
kebijaksanaan dan kesabaran serta bimbingan dan arahan mulai dari rencana judul
penelitian hingga penulisan tesis ini.
Penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Cesslia MD, MS sebagai dosen penguji yang telah memberi kritik dan
saran dalam perbaikan tesis ini.
2. Pemda dan Dinas Kesehatan Kota Ambon yang telah memberi ijin
penelitian serta informasi data untuk mencapai tujuan penelitian ini.
3. Pihak RSU Dr. Haulussy, RS Al-Fatah, RS Hative Kecil, Puskesmas
Rijali, Puskesmas Waihaong, dan Puskesmas Tawiri yang telah
memberikan informasi rekam medik ibu hamil dan bayi lahir untuk
keperluan penelitian ini.
4. Papa dan mama tercinta, serta semua kakakku (B’Jacky, U’Chipie,
U’Ellen, B’Donni, U’Mey, U’Eda) dan kedua ponakannku (Elys dan
Jack): terima kasih atas untaian doa yang tidak pernah putus, jerih payah,
harapan, kepercayaan, motivasi, fasilitas dan kasih sayang yang tak pernah
pupus
5. Teman-teman S2 GMK angkatan 2004, atas semanga t dan kebersamaan
selama kuliah.
6. Senioritas Ambon (M’Deb, B’Mon, B’Nus, M’Linda, U’Ola, B’Mek,
Opes, Tya, dll) untuk segala koreksi dan saran dalam penulisan tesis ini.
7. Member’s of P.2 atas kebersamaan dan semangat tingkat akhir.

Bogor, November 2006

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
PENDAHULUAN
LatarBelakang ............................................................................................. 1
Tujuan Pene litian ........................................................................................ 3
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuh Kembang Kehamilan ................................................................... 5
Indeks Massa Tubuh (IMT) ...................................................................... 10
Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ................................................... 13
Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Ibu Hamil .............................................. 18
Tumbuh Kembang Bayi Lahir ................................................................... 20
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir.. 22
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran ................................................................................. 28
Hipotesis ................................................................................................... 31
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu ...................................................................... 32
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh ...................................................... 32
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 35
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 36
Batasan Operasional .................................................................................. 40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 43
Karakteristik Keluarga Responden ............................................................ 45
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan ............................................ 50
Kebiasaan Makan Ibu Hamil ..................................................................... 53
Status Gizi Ibu Sebelum Hamil ................................................................. 58
iii

Pertambahan Berat badan Ibu selama Kehamilan .................................. 59


Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan ................................................. 64
Status Gizi Ibu Hamil ............................................................................. 65
Jarak Dua Kehamilan Terakhir ............................................................... 67
Paritas ..................................................................................................... 68
Status Kesehatan Ibu Hamil ................................................................... 70
Komplikasi dalam Kehamilan ................................................................ 70
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan
Ibu Hamil ................................................................................................. 71
Masalah Gangguan Tumbuh Kembang pada Bayi Lahir ........................ 76
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tumbuh Kembang
Bayi Lahir ............................................................................................... 79
SIMPULAN ............................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 89
LAMPIRAN ........................................................................................... 96
iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan ................. 6


2. Perkembangan janin sesuai umur kehamilan ................................................. 8
3. Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik ................... 10
4. Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa
menurut Depkes (1994) ................................................................................. 11
5. Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa
menurut Depkes 2002 .................................................................................... 11
6. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan
menurut indeks massa tubuh ........................................................................... 12
7. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil yang dianjurkan ............... 19
8. Sistem pengukuran skor Apgar pada bayi baru lahir .................................... 22
9. Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data ................................... 35
10. Jenis dan cara pengumpulan data ............................................................... 36
11. Pengolahan data Pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang
bayi lahir ....................................................................................................... 39
12. Luas wilayah, jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan
penduduk serta rata-rata jiwa per rumah tangga di kota Ambon
per kecamatan tahun 2001-2005 ................................................................. 45
13. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga responden .................. 48
14. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan ............................................. 50
15. Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi dan kesehatan .......................... 48
16. Persentasi responden menurut kebiasaan makan selama hamil .................. 55
17. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan dan gizi .......................... ................ 57
18. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
menurut IOM (1990) ................................................................................... 58
19. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
menurut Depkes (1994) .............................................................................. 59
20. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
menurut Depkes (2002) .............................................................................. 59
v

21. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil


menurut BB dan TB sebelum hamil .......................................................... 60
22. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil
menurut IMT (Depkes 1994) .................................................................... 61
23. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil
menurut IMT (Depkes 2002) .................................................................... 61
24. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil
menurut IMT (IOM 1990) ........................................................................ 62
25. Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara pertambahan BB ibu
selama hamil dengan BB bayi lahir serta skor Apgar ................................ 63
26. Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ........ 65
27. Sebaran contoh menurut indikator status gizi ............................................ 67
28. Sebaran contoh berdasarkan jarak dua kehamilan terakhir ....................... 67
29. Sebaran contoh berdasarkan paritas ........................................................... 69
30. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan ........................................ 69
31. Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan ............................................ 70
32. Sebaran contoh berdasarkan komplikasi dalam kehamilan ....................... 71
33. Faktor-faktor yang berkorelasi dengan pertambahan BB ibu
selama kehamilan ...................................................................................... 73
34. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan ...................................................................................... 73
35. Sebaran contoh berdasarkan BB dan PB bayi lahir .................................. 77
36. Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara umur kehamilan
dengan BB dan skor Apgar ....................................................................... 77
37. Sebaran responden berdasarkan skor Apgar bayi lahir ............................. 78
38 Sebaran contoh berdasarkan BB dan skor Apgar bayi lahir ..................... 78
39 Faktor-faktor yang berhubungan pertumbuhan bayi lahir ........................ 80
40 Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan (BB) bayi lahir 80
vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode Tahun 2001-2005 ............ 17
2. Kerangka Pemikiran : Faktor- faktor yang berhubungan dengan
penambahan badan ibu selama kehamilan serta status gizi bayi lahir .......... 30
3. Kerangka Penarikan Contoh Penelitian ..................................................... 34
4. Pertambahan BB Ibu Hamil menurut BB, TB, dan IMT ............................. 60
5. Rata-rata Pertambahan Berat Badan Ibu selama Trimester Kehamilan ...... 63
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data jumlah bayi yang lahir pada triwulan I


(periode Januari – April 2006) ..................................................... 96
Lampiran 2. Sampling secara purposif : eligible menurut kriteria ................... 96
Lampiran 3. Pengumpulan data awal Penelitian
(rekam medik RS dan Puskesmas) ............................................... 97
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gizi dapat mempengaruhi status kesehatan yang pada gilirannya


dapat berdampak buruk pada kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu upaya
penanggulangan masalah gizi masyarakat harus ditingkatkan melalui program
peningkatan kesehatan dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index/HDI) di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara- negara
lain di dunia. Hasil penelitian UNDP (2004) menempatkan Indonesia pada urutan
ke-111 dari 175 negara yang dinilai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
memasukkan tiga parameter penting dalam menghitung tingkat kesejahteraan,
yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Salah satu peubah kesehatan yang menjadi parameter dalam menentukan
Indeks Pembangunan Manusia adalah angka kematian bayi. Kematian bayi
berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan bayi lahir. Skor IPM untuk
Propinsi Maluku adalah 67.2, dengan angka kematian bayi khususnya di Kota
Ambon mencapai 6.3% per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006).
Sementara itu dari sisi ekonomi jumlah penduduk miskin Propinsi Maluku adalah
176 217 KK (68.65%), dimana sebanyak 57 982 KK atau sekitar 32.9% berada di
wilayah Kota Ambon (BPS Kota Ambon 2005-2006), jumlah ini jauh lebih tinggi
dibandingkan di kota-kota lain di Indonesia Bagian Barat dan Tengah.
Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait,
oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu masyarakat tidak boleh
meninggalkan upaya peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian di banyak ne gara
menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan
peningkatan pendapatan nasional suatu daerah. Akibat konflik sosial yang terjadi
di Kota Ambon serta masih tingginya kesenjangan antar daerah menyebabkan
prevalensi BUMIL KEK masih cukup tinggi yakni mencapai 10.53%
(Dinkes Kota Ambon 2006).
Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini dapat berdampak pada
tingginya angka BBLR yang diperkirakan mencapai 7.1 – 14.2% bayi (mencakup
seluruh Indonesia) setiap tahunnya (Depkes 2003). Ibu Hamil yang mengalami
2

KEK mempunyai resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK (Mustika,
2004). Jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di Kota Ambon pada
tahun 2005 mencapai 2.97% atau terdapat 144 bayi dari 4823 kelahiran hidup
(Dinkes Kota Ambon 2006).
Kehamilan terkait dengan peningkatan berat badan ibu karena zat gizi yang
dikonsumsi ibu hamil selain digunakan untuk pemenuhan gizi ibu juga digunakan
untuk pertumbuhan fetus, peningkatan cairan amniotik dan pembentukan jaringan
lainnya (Tayie & Lartey 2000). Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan
berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil,
etnik, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan
konsumsi selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (IOM 1990).
Anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso
1990; Depkes 1997). Penambahan BB yang direkomendasikan untuk ibu hamil
saat ini biasanya berpatokan pada indeks massa tub uh (IMT) ibu sebelum hamil.
Sub Committee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food
and Nutrition Board (IOM, 1990) menetapkan anjuran pertambahan berat badan
ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga masing- masing menurut ukuran indeks
massa tubuh (IMT) misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal rata-rata
pertambahan berat badan adalah 0.4 kg per minggu, underweight 0.5 kg per
minggu, serta obes 0.3 kg per minggu. Dengan demikian bila dikumulatifkan
diperoleh rata-rata pertambahan berat badan selama kehamilan pada trimester
kedua dan ketiga menurut IMT misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal
adalah 4.8 kg dan 5.6 kg; underweight 6 kg dan 7 kg, serta obes 3.6 kg dan 4.2 kg
(IOM 1990). Semakin rendah IMT ibu sebelum konsepsi, semakin tinggi kuantitas
pertambahan BB yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Abrams et al (2000) anjuran pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
adalah sebagai berikut : wanita dengan BMI < 20 dianjurkan untuk menambah BB
sebesar 12.5 - 18 kg. Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20.0-26.0)
idealnya bertambah BB sekitar 11.5-16 kg. Wanita yang termasuk kategori obes
dianjurkan supaya pertambahan BB tak lebih dari 6 kg hingga masa akhir
kehamilannya. Kenaikan berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai
3

indeks untuk menentukan status gizi ibu hamil dan merupakan indikasi
pertumbuhan fetal.
Panjang badan dan berat badan lahir serta skor Apgar sering digunakan
untuk menilai secara keseluruhan baik fisik maupun adaptasi neonatal atau
perkembangan bayi selama beberapa jam sesudah kelahiran. Rata-rata panjang
dan berat badan normal untuk bayi baru lahir adalah masing- masing > 48 cm dan
> 2500 gr (Depkes 1996). Skor Apgar untuk bayi normal berkisar antara 7-10.
Status gizi bayi ditentukan oleh status gizi ibu selama kehamilan yang ditandai
dengan pertambahan berat badan ibu serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT).
Pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah berkaitan dengan
peningkatan resiko retardasi pertumbuhan janin dan kematian prenatal
(Neufeld dkk 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas adalah penting untuk mengkaji hubungan
antara IMT sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama keha milan
yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir. Terkait dengan hal
tersebut maka lokasi penelitian yang dipilih adalah Kota Ambon, dengan melihat
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dan dampaknya
terhadap outcome berat bayi lahir adalah pengaruh demografi dan etnik.

Tujuan

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara


indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan serta dampaknya terhadap tumbuh kembang bayi lahir di Kota
Ambon.
4

Tujuan Khusus

1. Menganalisis pertambahan berat badan ibu menurut kategori berat


badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) serta pertambahan
berat badan pada tiap trimester kehamilan
2. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat
badan ibu hamil.
3. Menguraikan masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi lahir (berat
badan, panjang badan serta skor Apgar)
4. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan gangguan tumbuh
kembang bayi lahir.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan penyusunan program


perbaikan gizi yang berkaitan dengan peningkatan derajat gizi dan kesehatan ibu
hamil serta implikasinya terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi dalam rangka
penentuan standar pertambahan berat ibu etnik Ambon selama kehamilan
kaitannya berat badan bayi lahir normal.
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuh Kembang Kehamilan

Pertumbuhan terjadi apabila sel bertambah banyak atau bertambah besar


ukurannya. Ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat adalah bobot badan
atau tinggi badan (Myers 1992). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ dan tubuh.
Proses pertumbuhan tersebut terjadi dalam tiga tahap, yaitu hiperplasia
(bertambahnya jumlah sel), hiperplasia dan hipertrofi (bertambahnya jumlah,
ukuran, dan kematangan sel), dan hipertrofi (bertambahnya ukuran dan
kematangan sel). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Papalia dan Olds
(1989) menyatakan bahwa perkembangan manusia adalah perubahan secara
kuantitatif dan kualitatif pada seseorang. Perubahan kuantitatif adalah perubahan
yang terjadi seperti tinggi badan, berat badan dan umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan kualitatif adalah
perubahan pada berbagai macam struktur atau organisasi, seperti perubahan alami
pada intelegensi atau dalam cara berpikir.
Proses tumbuh kembang kehamilan dimulai dari tahap konsepsi sampai
lahir. Pertambahan berat badan selama selama hamil mencerminkan dinamika
tumbuh kembang kehamilan (Whitney 1998). Komponen pertambahan berat
badan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu produk konsepsi dan pertumbuhan
jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi mencakup fetus (janin), plasenta dan
cairan amniotik. Secara rata-rata janin mewakili 25% pertumbuhan berat badan
total ibu, plasenta 5% dan cairan amniotik 6%. Jaringan maternal mencakup
uterus, jaringan mammae, darah, cairan ekstraseluler, dan cadangan (simpanan)
lemak. Ekspansi jaringan maternal mencapai 2/3 dari total pertambahan berat
badan ibu pada minggu ke-20. Pertambahan uterus dan jaringan mammae
mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat badan total, cairan
ekstraseluler 10.4% dan 32% (WHO 1980; 1985 dalam Rosso 1990). Komposisi
pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan seperti pada Tabel 1.
6

Tabel 1 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan


Pertambahan Berat (g) pada
Komposisi
Minggu Minggu Minggu Minggu
Jaringan Tubuh
ke-10 ke-20 ke-30 ke-40
Komponen Maternal
Simpanan Lemak 310 2050 3480 3345
Cairan Interstitial 0 30 80 1680
Darah 100 600 1300 1250
Uterus 140 320 600 970
Kelenjar mammae 45 180 360 405
Total (1) 592 3180 5820 7650
Komponen Janin
Fetus 5 300 1500 3400
Cairan Amniotik 30 350 750 800
Plasenta 20 170 430 650
Total (2) 55 820 2680 4850
Total (1)-(2) 650 4000 8500 12500
Sumber : WHO (1980; 1985) dalam Rosso (1990)

Perubahan fisiologis selama kehamilan mengga mbarkan perkembangan


janin dalam kandungan setiap minggu. Pada trimester pertama yang berawal dari
konsepsi sampai minggu ke-12 dimana pada tahap ini tanda-tanda kehamilan
belum nampak. Perut ibu belum membesar meskipun sebenarnya telah terbentuk
bakal janin (embrio). Periode ini merupakan masa penyesuaian ibu terhadap
kehamilannya, dimana terjadi penurunan selera makan (morning sickness) yang
diakibatkan perubahan hormonal dan faktor emosi. Salah satu hasil penelitian di
Bogor menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada
akhir trimester pertama adalah sebesar 1.0 kg (Husaini & Husaini 1986).
Memasuki trimester kedua (minggu ke-12 sampai minggu ke-28),
perubahan-perubahan tubuh ibu mulai nampak, seperti perut tampak menonjol,
wajah membulat, serta buah dada membesar. Perubahan-perubahan tersebut
mengakibatkan berat badan ibu bertambah. Selera makan menjadi normal
kembali bahkan semakin meningkat. Akibat yang mungkin ditimbulkan karena
kekurangan gizi pada tahap ini adalah bobot bayi lahir di bawah normal.
Kenaikan berat badan normal pada trimester kedua sebesar 3-8 kg. Pertambahan
7

berat badan merupakan perpaduan antara bertambahnya jumlah makanan yang


dikonsumsi, bobot janin, plasenta, peningkatan suplai darah ke janin, penimbunan
lemak, bertambahnya volume cairan, serta terjadinya pembesaran organ tubuh
(rahim dan payudara). Pada usia kehamilan 6 bulan, gerakan janin di dalam rahim
mulai terasa. Semakin mendekati masa persalinan, gerakan janin semakin kuat
dan keras (Ganong 1987).
Pada periode kehamilan ketiga (minggu ke-28 sampai ke-40), proses
kehamilan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini
ditandai dengan semakin sempitnya ruang janin dan ujung rahim mencapai ujung
tulang rusuk akibatnya bertambahnya bobot dan ukuran janin. Namun kekurangan
gizi pada periode ini menyebabkan bayi lahir kecil, ibu kurang sehat dan lemah
sehingga tidak mampu melaksanakan persalinan dengan sempurna. Rata-rata
pertambahan berat badan yang dicapai pada akhir triwulan ketiga pada penelitian
di Bogor adalah sebesar 3.8 kg (Husaini & Husaini 1986).
Perkembangan janin merupakan suatu proses yang rumit. Misalnya sistem-
sistem utama secara keseluruhan (sistem yang berhubungan dengan jantung,
pernapasan, pencernaan dan saluran kemih) yang terbentuk dan mulai berfungsi
pada akhir bulan ketiga, pada saat mana janin sudah menjadi mahkluk hidup.
Dalam banyak hal, tiga bulan pertama ini merupakan saat-saat yang paling kritis
dalam pembentukan dan perkembangannya, karena hampir semua organ terbentuk
pada saat-saat ini pula (Robert 2002). Proses perkembangan janin terjadi secara
bertahap sesuai dengan umur kehamilan (Tabel 2).
Pertambahan berat badan total selama kehamilan (total weght gain) adalah
berat badan sesaat sebelum melahirkan dikurangi berat badan sesaat sebelum
konsepsi, sedangkan pertambahan berat badan netto selama kehamilan (net weight
gain) adalah pertambahan berat badan total dikurangi berat badan bayi lahir. Laju
pertambahan berat berat badan per minggu adalah berat badan yang bertambah
pada periode waktu tertentu dibagi dengan lamanya periode waktu tersebut (dalam
minggu) (IOM 1990).
8

Tabel 2 Perkembangan janin sesuai umur kehamilan


Umur Perkembangan
Minggu I • Terjadi pertemuan antara sel telur dan sperma (konsepsi)
• Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk sel
berbentuk bola
• Bola sel akan terus berkembang dan bergerak turun ke
dinding rahim melalui saluran fallopi.
Minggu ke-2 • Bola sel tumbuh membentuk embrio kecil yang
dibungkus oleh selaput pelindung amnion (amnion sac).
Selaput pelindung ini berisi cairan amnion.
• Zat-zat gizi dan oksigen mulai diangkut menuju embrio
melalui organ istimewa (ari-ari)
• Tulang belakang, jantung, sistem pernafasan, bakal
tungkai, dan tangan mulai terbentuk
• Embrio tampak seperti monster kecil
Minggu ke-4 • Panjang janin mencapai 2-2,5 cm
• Bakal lengan, tangan, jari-jari tangan, tungkai, kaki, dan
jari-jari kaki mulai terbentuk
• Wajah dan tulang belakang mulai muncul dan
berkembang.
• Rongga perut mulai terbentuk
• Kepala, rangka, dan jaring-jaringan otak mulai
berkembang
• Jantung mulai berdetak
• Otak embrio mulai terbentuk
Minggu ke-6 • Embrio berkembang membentuk janin
Minggu ke-9 • Panjang janin mencapai 10 cm
• Lengan, tangan, jari-jari tangan, tungkai, kaki, dan jari-
jari kaki mulai terbentuk (kuku sudah mulai terbentuk)
• Saluran kencing dan organ-organ lainnya mulai
berkembang dan berfungsi, namun masih sulit terdeteksi.
Minggu ke-12 • Panjang janin mencapai 23-28 cm
• Mata, telinga, hidung, dan mulut sudah mulai terbentuk
sempurna
• Rambut dan organ-organ kelamin luar mulai terbentuk
• Gerakan janin di dalam perut sudah dapat dirasakan
• Janin mampu menelan dan tidur
Minggu ke-20 • Panjang janin sekitar 30-35 cm
• Alis dan bulu mata mulai tumbuh. Mata mulai membuka
• Sidik jari tangan dan kaki mulai berkembang
Minggu ke-26 • Panjang janin mencapai 38-40cm
• Lapisan lemak mulai terbentuk
• Janin mampu mengisap ibu jari, cegukan, mendengar
suara, melihat cahaya, dan merasakan sentuhan
• Jika kondisi janin sehat, kemungkinan besar dapat
bertahan hidup di luar rahim tanpa bantuan medis
Minggu ke-30 • Panjang janin mencapai 45-55 cm
• Paru-parunya telah berkembang secara sempurna
Minggu ke-32 • Kuku jari telah tumbuh mencapai ujung jari
• Gerakkan janin sangat aktif, namun sangat terbatas
9

karena masih dalam tahap pertumbuhan


Minggu ke-40 - ke-42 Masa persiapan persalinan
Sumber : Mandleco (2004)

Penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah (Winkvist dkk 2002)


menunjukkan bahwa pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 8,3 ± 3,6
kg. Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil di Jawa Tengah pada trimester I
adalah 0.96 kg, trimester II 4.08 kg dan trimester III 3.12 kg. Namun hasil
penelitian Abrams, Carmichael dan Selvin (1995) yang dilakukan di California
menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil lebih besar
dibandingkan penelitian di Jawa Tengah pada setiap trimesternya dengan rata-rata
pertambahan berat badan pada trimester I adalah 2.03 kg, trimester II 6.76 kg dan
trimester III 6.22 kg.
Perkiraan laju pertambahan berat badan pada tiap trimester masa kehamilan
adalah trimester I = 1.3-1.8 kg (0.36 kg/minggu); trimester II = 5.5-6.4 kg (0.45
kg/minggu); trimester III = 3.6-4.5 (0.36-0.4 kg/minggu) (Zeisel 2002). Beberapa
studi yang tersebar di berbagai negara menunjukkan bahwa pertambahan berat
badan total ibu selama kehamilan (gestational weight gain) berada pada rentang 8-
14 kg. Lebarnya pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat
bervariasinya kondisi ibu (misalnya tinggi badan, kondisi sosial ekonomi, tingkat
konsumsi pangan). Menurut Rosso (1990), anjuran pertambahan berat badan
selama kehamilan adalah 12.5 kg, sementara IOM (1990) menganjurkan 11 kg
untuk pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan. Rata-rata
pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan bagi ibu yang
memiliki IMT normal adalah sekitar 9-12 kg (Bardosono 2006).
Periode kritis tumbuh kembang janin terjadi pada akhir bulan ketiga sampai
lahir. Pertumbuhan janin terhambat, bayi prematur, dan BBLR merupakan
dampak dari malnutrisi, kelainan kongenital, infeksi intrauterin, insufisiensi
plasenta, ibu yang merokok dan peminum alkhol selama hamil (Villavieja dkk
1989). Pertumbuhan janin dan kesehatan maternal sangat tergantung pada
pertambahan berat badan yang cukup selama kehamilan (Whitney 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama
kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil, asal etnis, umur dan paritas,
10

aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan konsumsi selama kehamilan
(merokok dan minum alkohol) (IOM 1990).

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok


orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorption) dan penggunaan
(utilization) zat gizi (Riyadi 2001). Status gizi seseorang akan mencapai optimal,
apabila kebutuhan gizinya dapat dipenuhi dari konsumsi pangannya. Status gizi
ibu sebelum hamil sangat dipengaruhi oleh zat gizi yang telah dikonsumsi pada
saat lampau, untuk itulah maka konsumsi pangan dan gizi sangat mempengaruhi
terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan dan status gizi bayi lahir.
Pengukuran antropometri yang direkomendasikan untuk menentukan status
gizi remaja dan dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). IMT menurut umur
diperoleh dari perhitungan sederhana berat badan individu (kg) dengan kuadrat
tinggi badan (m2 ).
Berat Badan ( kg )
IMT =
Tinggi Badan ( m ) 2
IMT digunakan juga untuk penilaian faktor resiko berbagai penyakit yang
berkaitan dengan kelebihan berat badan. Di negara-negara industri, IMT pada
remaja berhubungan positif signifikan dengan tekanan darah diastol atau dengan
kata lain IMT berhubungan dengan tekanan darah. Seseorang dengan IMT diatas
ambang batas aman mempunyai resiko memiliki tekanan darah dia stol yang tinggi
(Riyadi 2003). Standar indeks massa tubuh untuk masyarakat Asia-Pasifik yang
ditetapkan oleh Komite Obesitas Asia Pasifik dilakukan berdasarkan faktor resiko
dan morbiditas (WHO 2000) adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik


Kategori IMT (kg/m2 ) Resiko Penyakit
Kurus (underweight) < 18.5 Rendah
Normal (ideal) 18.5 – 22.9 Rata-rata
Overweight = 23
At risk 23.0 – 24.9 Meningkat
Obes I 25.0 – 29.9 Sedang
Obes II 30 Berbahaya
Sumber : WHO (2000)
11

Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal


orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu (Sup riasa dkk 2001).
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya
diambil kesimpulan nilai titik batas IMT yang direkomendasikan untuk Indonesia
adalah seperti pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa
Kategori IMT Nilai titik batas
Kurus Sekali < 17.0
Kurus 17.0 – 18.4
Normal 18.5 – 24.9
Gemuk 25.0 – 27
Obes > 27
Sumber : Depkes (1994)

Tabel 5 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa
Kategori IMT Nilai titik batas
Kurus < 18.5
Normal 18.5 – 25
Gemuk sehat > 25
Obes I > 27
Obes II = 30
Sumber : Depkes (2002)

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat, salah satu diantaranya adalah resiko melahirkan bayi dengan BBLR
(Depkes 2003). Berat badan sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama
hamil berpengaruh terhadap kesehatan dan pertumbuhan janin dalam kandungan.
Pertambahan berat badan selama hamil disesuaikan dengan indikator IMT,
misalnya bila berat badan ibu sebelum hamil adalah normal, maka kenaikan berat
badan ibu sebaiknya antara 9-12 kg. Berat badan sebelumnya adalah berlebih,
maka kenaikan berat badannya cukup antara 6-9 kg. Bila sebelum keha milan berat
badan ibu adalah kurang, maka kenaikan berat badan sebaiknya antara 12-15 kg
Jika ibu mengandung bayi kembar dua atau lebih, maka kenaikan berat badan
selama kehamilan harus lebih banyak lagi, tergantung dari jumlah bayi yang
dikandung (Poernomo 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jenifer (2004) menunjukkan bahwa
pertambahan berat badan bayi berasosiasi kuat dengan IMT ibu sebelum hamil,
12

dalam hal ini berkaitan dengan durasi menyusui dan waktu yang tepat dalam
pemberian makanan pendamping ASI. Status gizi sebelum hamil termasuk
kategori kurus maupun obes mempunyai masa pemberian ASI yang relatif singkat
dibandingkan dengan IMT ibu yang sebelum hamil adalah normal. Menurut Alton
(2005) bahwa IMT sebelum hamil merupakan standar pertambahan berat badan
selama hamil untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang optimal. Lebih lanjut dikatakan bahwa IMT sebelum hamil termasuk
kurus serta pertambahan berat badan yang tidak cukup dapat meningkatkan resiko
melahirkan bayi dengan prematur dan BBLR.
Indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dan pertambahan berat badan
selama kehamilan secara normal menggambarkan hubungan yang positif
signifikan dengan status gizi bayi lahir. Siega-Riz et al (1996) menyatakan bahwa
IMT sebelum hamil < 19.8 mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar
melahirkan prematur, meskipun pertambahan berat badan selama hamil sama
dengan ibu yang mempunyai IMT sebelum hamil normal. Wanita yang bertambah
berat badannya 80% dari acuan pertambahan berat badan selama hamil (12.5 kg),
memiliki bayi yang berat lahirnya lebih tinggi dari ibu yang pertambahan beratnya
di bawah batas tersebut (FAO/WHO 1985). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa berat bayi lahir akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan
berat badan ibu selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang
dilakukan para peneliti lainnya (Devadas & Chandy 1980; Calandra & Abel
1981; Fawzi & Forman 1997). Hubungan antara IMT sebelum hamil dengan
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan seperti pada Tabel 5.

Tabel 6 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama keha milan
menurut IMT
Kategori Indeks Massa Tubuh Anjuran Pertambahan Berat Badan (kg)
Kurus (IMT < 19.8) 12.5-18.0
Normal (IMT 19.8-25) 11.5-16.0
Gemuk(IMT 26.-29) 7.0-11.5
Obes (> 29) 7.0
Sumber : IOM (1990)
13

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil

Masa kehamilan trimester pertama atau saat kehamilan mencapai 1-3 bulan,
adalah masa penyesuaian tubuh ibu terhadap awal kehamilannya. Pada masa ini
ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk menyimpan zat gizi
sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan
persediaan pada trimester berikutnya. Dalam keadaan ini biasanya ibu hamil
mengalami mual, muntah- muntah, dan tidak berselera makan, sehingga asupan
makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, porsi
kecil, dan frekuensi pemberian yang sering. Jika diperlukan, bisa mengkonsumsi
suplemen vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan janin. Namun, hal
itu perlu konsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu (Soekirman 2006).
Keadaan demikian menyebabkan bayi yang lahir sekarang ini tidak memenuhi
potensi genetiknya dalam tubuh dan berkembang selain karena faktor utama tidak
tercukupnya penyediaan zat makanan juga faktor sosial dan atau biologis
(Linder 1992).
Banyak kepercayaan, kebiasaan dan adat istiadat yang berhubungan dengan
makanan ibu selama kehamilan. Ada kebiasaan yang menyehatkan dan ada juga
kebiasaan yang merugikan kehamilan. Ada kebiasaan yang melarang ibu makan
ikan dan daging, sehingga banyak ibu hamil menderita kekurangan protein hewani
dan akhirnya melahirkan bayi kecil dan kurang gizi serta perkembangan otaknya
tidak sempurna. Kebiasaan ini salah dan tidak boleh ditiru, karena dalam keadaan
hamil, ibu membutuhkan hampir dua kali lebih banyak protein dibandingkan
ketika ibu hamil tidak usah besar, karena anak yang ukurannya besar susah
dilahirkan. Berbagai nasehat dari orangtua, dari dukun atau sesepuh keluarga
melarang ibu hamil makan banyak. Akibat banyak makanan yang menjadi
pantangan selama hamil, makanan bergizi tidak lagi menjadi menu hariannya.
Hal ini berdampak buruk terhadap kesehatan ibu serta pertumbuhan dan
perkembangan janin (Nadesul 1996).
Pada wanita hamil tertentu timbul gejala ngidam yaitu ibu menginginkan
makanan- makanan tertentu yang dapat berasal dari bahan makanan atau bukan
bahan makanan. Wanita hamil yang menginginkan mengkonsumsi sesuatu yang
bukan berasal dari makanan disebut pica. Pica umumnya dikenal di antara wanita
14

Amerika turunan Afrika dan sering diasosiasikan dengan anemia kekurangan zat
besi. Pica adalah suatu kebudayaan unik yang menggambarkan hikayat bangsa
tersebut ratusan tahun yang lalu yang percaya bahwa makan ”bahan” tertentu
dapat menghilangkan enek dan memperoleh bayi yang sehat serta memudahkan
kelahiran, namun ternyata tidak terbukti (Soekirman 2006). Menurut Giardino
(2002) mendefinisikan pica sebagai suatu kebiasaan mangkonsumsi bahan yang
tidak mempunyai nilai gizi atau non nutritif. Secara umum faktor- faktor penyebab
pica adalah orangtua atau kondisi psikopatologi, depresi lingkungan, epilepsi,
kerusakan otak, retardasi mental dan gangguan pertumbuhan.
Selama kehamilan, prevalensi anemia meningkat dari trimester pertama ke
trimester ketiga, keadaan ini terjadi karena volume plasma ibu meningkat sebagai
akibat adanya reaksi fisiologi yang normal pada ibu hamil. Meskipun massa sel
darah merah juga meningkat selama kehamilan, tetapi peningkatannya tidak
sejalan dengan peningkatan volume plasma (Ladipo 2000). Sebagian besar hasil
penelitian membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko
melahirkan bayi dengan BBLR. Masalah gizi pada ibu hamil yang paling banyak
dijumpai di Indonesia adalah anemia dengan prevalensi 40% pada tahun 2001
(Depkes 2003). Masalah anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan
tersulit diatasi di seluruh dunia (Soekirman 2000).
Manifestasi dari masalah gizi makro pada ibu hamil yang kekurangan energi
kronik (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir rendah (BBLR). Masalah gizi
makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Ibu hamil yang menderita KEK
mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu
yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian
ibu dan anak. Data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa ibu hamil yang
mengalami resiko KEK adalah 27,6%. Selain bumil KEK yang masih cukup
tinggi juga terdapat wanita usia subur yang menderita kekurangan energi kronis
(KEK) pada tahun 2002, yaitu sebanyak 17,6 persen dari populasi atau sejumlah
11,7 juta orang, meskipun jumlah tersebut turun dari 24,9 persen pada tahun 1999
(Depkes 2003).
15

Perubahan fisiologis kehamilan dapat secara drastis menganggu kebutuhan


insulin, dan kehamilan dapat meningkatkan proses terjadinya gangguan pembuluh
darah yang menyertai diabetes melitus (DM). Kebutuhan insulin rendah pada
awal trimester I, dan mulai meningkat pada akhir trimester I bersamaan dengan
peningkatan penggunaan glukosa dan cadangan glikogen oleh ibu dan janin. Ibu
hamil yang menderita diabetes mudah terkena preeklampsia, keracunan kehamilan
(toksemia), dan polihidramnios (kelebihan cairan amniotik). Efek DM pada bayi
dalam kandungan antara lain keguguran, kematian bayi dalam kandungan (karena
asidosis, keracunan kehamilan, dan terlalu banyak air ketuban) dan kematian bayi
setelah lahir (As’ad 2002).
Peningkatan tekanan darah (Pregnancy Induced Hypertension) merupakan
bentuk hipertensi yang timbul pada akhir-akhir kehamilan. Tanda-tanda PIH yaitu
sakit kepala/pusing, penglihatan kabur, dan berat badan meningkat secara tiba-
tiba. Adanya edema pada PIH menyebabkan pembengkakan pada muka, tangan,
kaki, dan mata kaki (Soekirman 2006). Preklampsia-eklampsia merupakan
penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan.
Preeklamp sia adalah hipertensi dengan kadar protein urin meningkat dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul
koma (Sudhaberata 2001). Preeklampsia berat dan eklampsia masih merupakan
salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia
(Abidin 2006).
Hipoksia dan sianosis merupakan dampak dari kelainan jantung yang
diderita oleh ibu selama kehamilan. Hal ini berdampak buruk terhadap kualitas
kehamilan, terutama janin yang dikandung misalnya abortus, prematur, janin akan
menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir
mati atau dengan nilai Apgar yang rendah. Komplikasi prematuritas dan BBLR
pada penderita jantung dalam kehamilan lebih sering terjadi pada ibu dengan
volume plasma pada usia kehamilan 32 minggu dan partus kala 1 yang lebih
rendah. Nifas juga merupakan masa yang berbahaya dan mengancam keselamatan
ibu. Setiap infeksi, baik pada alat kandungan maupun yang lain- lain, dapat
menyebabkan endokarditis bakterial (As’ad 2002).
16

Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
mengalami penurunan, namun demikian pada kenyataannya angka tersebut masih
cukup tinggi. Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2003 adalah 307 per 100 000
kelahiran hidup, jauh menurun bila dibandingkan AKI 1990 yaitu 450 per 100 000
kelahiran hidup. Pada kurun waktu yang sama juga angka kematian bayi (AKB)
mengalami penurunan dari 51 per 1000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1000
kelahiran hidup (WKNPG 2004). Hasil survei menunjukkan bahwa komplikasi
penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah karena pendarahan, hipertensi
selama kehamilan, infeksi, partus lama dan komplikasi keguguran. Sedangkan
AKB yang baru lahir disebabkan asfiksia, infeksi dan berat bayi lahir rendah
(Azwar 2005).
Tingginya angka kelahiran berat badan lahir rendah merupakan manifestasi
keadaan masyarakat yang buruk yang dapat mengakibatkan gangguan terutama
pada bayi menyebabkan gangguan kecerdasan yang tidak bisa dipulihkan. Oleh
karena itu akhir-akhir ini pemerintah dan lembaga kesehatan internasional
menaruh perhatian yang tinggi pada pengentasan masalah gizi dan kesehatan ibu
hamil sedini mungkin agar ”reproduksi sosial” melahirkan sumberdaya manusia
yang berkualitas (UNICEF 1997).
Hambatan pertumbuhan janin pada hampir 50% kasus disebabkan gizi ibu
yang buruk yang ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil dan
berat badan ibu sebelum hamil. Sebanyak 30% ibu hamil di Asia Tenggara dan
10-20% dibagian lain, mempunyai postur tubuh pendek dan berat badan rendah,
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500
gram. Menurut Depkes (2003) bahwa selama periode tahun 1990-2000 terdapat
2-17% bayi. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk maka diperkirakan
355 000-710 000 BBLR dari 5 juta bayi lahir per tahun. Keadaan ini disebabkan
pendeknya periode kehamilan (kurang dari 37 minggu) atau gangguan
pertumbuhan intrauterin (janin kecil dengan umur kehamilan cukup). Bayi BBLR
memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup dan ketika bertahan mereka
mudah terkena penyakit, retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan
mental (Norton 1994).
17

Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Puskesmas se-Kota Ambon, maka


jumlah bayi di bawah umur 1 (satu) tahun yang meninggal pada tahun 2001
adalah 1.5/1000 KLH, tahun 2002 sebanyak 10.7/1000 KLH, tahun 2003
5.5/1000, tahun 2004 4.2/1000 KLH dan pada tahun 2005 6.3/1000KLH.
Penyebab utama kematian bayi berdasarkan laporan Puskesmas dan RS adalah
BBLR dan penyebab lainnya. Jumlah BBLR pada lima periode terakhir yakni
pada tahun 2001 mencapai 178 dari 7903 kelahiran hidup, tahun 2002 dari 5616
kelahiran hidup terdapat 90 bayi dengan BBLR, kemudian pada tahun 2003 dari
5524 kelahiran hidup terdapat 127 bayi BBLR, dan pada tahun 2004 terdapat 109
bayi BBLR dari 4725 bayi yang lahir hidup, serta pada tahun 2005 terdapat 144
BBLR dari 4823 kelahiran hidup (Gambar 1).

Angka Kematian Bayi Di Kota Ambon Angka Kematian Ibu di Kota Ambon
Tahun 2001-2005 (Per 1000 KLH) Tahun 2001-2005 (Per 100.000 KLH)

12 120

10 100
8 80
Jumlah

Jumlah

6 60
4
40
2
20
0
2001 2002 2003 2004 2005 0
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Tahun

Angka Kelahiran Bayi dengan BBLR di Kota Ambon


Tahun 2001-2005

200

150
Jumlah

100

50

0
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun

Gambar 1 AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode 2001-2005.


Sumber : Dinkes Kota Ambon (2006)
18

Kebutuhan dan Kecuk upan Gizi Ibu Hamil

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas


sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan oleh kondisi saat janin masih dalam kandungan. Jika keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik
juga. Kekurangan pada saat hamil akan mempengaruhi keadaan fisik dan mental
anak hingga dewasa (Jalal & Atmojo 1998)
Kebutuhan gizi ibu meningkat selama hamil karena terjadi peningkatan
dalam volume darah, plasenta, uterus, kelenjar susu dan lemak. Hal ini sangat
penting untuk pertumbuhan janin. Ketidakcukupan zat gizi pada awal trimester
pertama dapat menyebabkan keguguran dan kelainan bawaan (IOM 1990).
Sementara intik makanan selama hamil menurun pada trimester pertama
kahamilan dan meningkat kembali mulai bulan keempat. Untuk menjaga kondisi
janin pada trimester I, status gizi ibu selama hamil harus diperhatikan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi intik makanan selama hamil adalah hormon, aliran gizi
untuk janin, pengeluaran energi ekstra dan penurunan aktivitas fisik. Hormon
progesteron meningkat pada pertengahan masa gestasi sehingga dapat
menstimulasi nafsu makan (Rosso 1990).
Pemindahan zat makanan ke dalam fetus dipengaruhi oleh mekanisme
endokrin reproduksi, aliran darah dan konsentrasi relatif dari zat makanan dalam
sirkulasi fetus mela lui ibu. Plasenta merupakan tempat merupakan tempat utama
untuk pertukaran metabolik di antara ibu dan janin. Permeabilitas plasenta adalah
selektif bahkan untuk zat- zat yang berhubungan erat seperti antibodi terhadap
virus dan bakteri, antibodi terhadap virus lebih mudah melalui plasenta
(sebagai igG) ketimbang antibodi terhadap bakteri (biasanya igM). Kebanyakan
pemindahan kalsium, zat besi, dan imunoglobulin ke janin terjadi di dalam
trimester terakhir, dengan akibat bayi yang dilahirkan secara prematur mungkin
mempunyai kebutuhan yang luar biasa akan kalsium dan zat besi dan kerentanan
yang luar biasa terhadap infeksi (Linder 1992).
Selain intik energi dan protein, beberapa zat gizi mikro diperlukan terutama
untuk produksi enzim, hormon, pengaturan proses biologis untuk pertumbuhan
dan perkembangan, fungsi imun dan sistem reproduksi. Defisiensi zat gizi mikro
19

sering dijumpai terutama pada masa pertumbuhan cepat, kehamilan dan menyusui.
Intik zat gizi mikro yang rendah pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko
terhadap ibu dan outcome kelahiran yang merugikan. Oleh karena itu
direkomendasikan untuk pemberian suplemen zat gizi mikro selama kehamilan
seperti besi, asam folat, seng, vitamin A, kalsium dan iodium
(Ladipo 2000).
Banyak penelitian membuktikan bahwa vitamin A mempunyai peran yang
penting terhadap ketahanan penyakit infeksi. Defisiensi vitamin A juga
menyebabkan ketidaknormalan myelin (Dhopeshwarkar 1983). Vitamin C
mendukung otak memanfaatkan protein dan vitamin B kompleks untuk
pembentukan sel myelin dan neurotransmiter. Defisiensi vitamin C dan asam
folat akan mengakibatkan kelainan yang disebut spina bifida, suatu keadaan
dimana tulang ubun-ubun tidak menutup. Zat besi diperlukan untuk pembentukan
energi, pengangkutan oksigen darah serta penyusunan neurotransmiter dan DNA.
Bayi yang lahir dari ibu yang anemia akan mengalami defisiensi besi dengan
akibat disfungsi otak dan gangguan perbanyakkan jumlah sel otak. Anemia gizi
besi pada ibu hamil berakibat luas, antara lain resiko berat bayi yang dilahirkan
rendah, pendarahan ibu, infeksi setelah lahir dan partus lama. Angka kecukupan
zat gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil seperti pada Tabel 6.

Tabel 7 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil yang dianjurkan
Energi dan zat gizi Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan per hari
Trimester I Trimester II Trimester III
Energi (Kkal) 2080 2200 2200
Protein (g) 67 67 67
Kalsium (mg) 950 950 950
Phosphor (mg) 600 600 600
Zat besi (Fe) (mg) 26 35 39
Vitamin A 800 800 800
Vitamin C 85 85 85
Vitamin B1 (mg) 1,3 1,3 1,3
Vitamin B2 (mg) 1,4 1,4 1,4
Vitamin B3 (mg) 18 18 18
Vitamin B6 (mg) 1,7 1,7 1,7
Vitamin B12 (mg) 2,6 2,6 2,6
Asam Folat (µg) 600 600 600
Yodium (µg) 200 200 200
Seng (mg) 11 13,5 19,1
Sumber : WKNPG VIII (2004)
20

Tumbuh Kembang Bayi Lahir


Tumbuh kembang adalah proses yang berkelanjutan sejak didalam
kandungan sampai dewasa, yang terjadi secara bersama-sama. Pertumbuhan anak
adalah proses perubahan jasmani secara kuantitatif berupa pertambahan ukuran
dan struktur tubuh (Anwar 2002). Perkembangan merupakan hasil proses
pematangan organ-organ tubuh yang berlangsung menurut pola dan arah tertentu.
Pengukuran tingkat perkembangan lebih difokuskan pada tahap perkembangan
mental dan psikomotorik (Bayley 1993). Apabila seorang anak dalam
pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka akan
mengalami kelambatan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti
kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelebihan emosional
(Jusuf 2000). Kualitas sumberdaya manusia (SDM) hanya bakal optimal jika gizi
dan kesehatan pada beberapa tahun pertama kehidupannya di masa bayi baik dan
seimbang. Secara global, tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta
seimbang ini merupakan salah satu tujuan utama Millennium Development Goals
(MDG) 2015 yang dirancang UNICEF (Soenardi 2006)
Berat badan bayi lahir sangat ditentukan oleh kondisi ibu. Penyakit yang
diderita seorang ibu hamil, misalnya infeksi paru-paru, bisa mempengaruhi
kondisi janin. Darah si ibu akan tersuplai ke tubuh janin sehingga bayi menderita
penyakit atau kelainan organ tubuh. Inilah yang menyebabkan bayi menjadi kurus.
Penyebab lainnya adalah kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu saat
hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin
tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang
mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya
(As’ad 2002). Penilaian status gizi bayi lahir dapat ditentukan secara langsung
melalui antropometri yakni berat badan dan panjang badan serta penilain adaptasi
neonatal dengan menggunakan skor Apgar, yang semua itu sangat dipengaruhi
oleh asupan gizi ibu selama kehamilan yang diekspresikan melalui pertambahan
berat badan ibu.
Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam
kandungan adalah ukuran bayi saat lahir yaitu : berat badan, panjang badan
(kepala sampai tumit) dan lingkar kepala (Barker et al., 1993). Penilaian status
21

gizi bayi lahir, selain dinilai dari berat badan lahir, panjang badan lahir dan
lingkar kepala, juga dapat dinilai berdasarkan Z-skor dengan menggunakan indeks
berat badan menurut umur (BB/U) dan panjang badan menurut umur (PB/U)
(WHO 1995). Rendahnya nilai BB/TB (wasting) sering digunakan sebagai
indikator kekurangan gizi akut, rendahnya nilai PB/U (stunting) sebagai indikator
kekurangan gizi kronik serta rendahnya nilai BB/U dapat digunakan sebagai
indikator kekurangan gizi kronik maupun akut (Gibson 1990). Menurut ukuran
standar WHO (1995) dikatakan normal bila Z-skor dari -2 SD sampai 2 SD,
underweight dan stunting bila Z-skor < -2 SD sedangkan untuk underweight berat
dan stunting berat bila Z-skor < -3 SD atau dengan kata lain kategori gizi kurang
bila Z-skor <-3 SD sampai -2 SD dan gizi buruk bila Z-skor < -3 SD. Ukuran
standar lain yang sering digunakan untuk menilai status gizi bayi lahir yang
normal adalah BB dan PB yakni masing- masing 2500-4000 g dan 44-53 cm
(Marjono 1999).
Perkembangan bayi baru lahir dilakukan melalui penilaian skor Apgar untuk
menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir. Nilai pada
menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi.
Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kela ngsungan hidup. Nilai pada
menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik. Ada pembatasan dalam
penilaian Apgar ini, yaitu : (1). Resusitasi segera dimulai bila diperlukan, dan
tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit pertama.2. Keputusan perlu-
tidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi dapat cukup dengan
menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktifitas respirasi dan tonus
neuromuskular, daripada dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat
waktu. Skor Apgar 7-10 untuk kategori bayi dalam kondisi sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewah; skor 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada; skor 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 kali permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. (Nanda 2001). Berikut ini skor
Apgar dan hubungannya dengan prognosis menurut US Collaborative Perinatal
22

Project untuk katogori cacat jangka panjang pada bayi yang berhasil hidup, atau
mati pada masa neonatal (Tabel 7).

Tabel 8 Sistem pengukuran skor Apgar pada bayi baru lahir


Karakteristik Skor 0 Skor 1 Skor 2
Penampilan Putih Biru Merah jambu
Nadi 0 < 100 kali /menit > 100 kali/menit
Seringai pada pembersihan jalan
napas 0 Sering Batuk, bersin
Aktivitas 0 Fleksi spontan Aktif
Upaya bernafas (respirasi effort) 0 Hembusan nafas Teratur, menangis
Skor : dinilai pada 1 dan 5 menit (Habel 1988)
Keterangan : 0-3 pada 1 menit : asfiksia berat dan 5 menit : resiko palsi serebral; resiko
kematian 44 % dan resiko cacat (5%) jika hidup
4-6 pada 1 menit : asfiksia sedang sampai berat
7-10 pada 1 menit : tidak ada asfiksia yang berarti.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir

Dari keseluruhan masa tumbuh kembang anak, pertumbuhan janin di dalam


kandungan merupakan masa perkembangan yang paling penting. Berawal dari dua
sel (sel telur dan sperma) berubah menjadi suatu bayi yang dapat tersenyum,
menangis, dan melakukan hal- hal lainnya; yang berarti dari kedua sel ini
perlahan- lahan mulai terbantuk tangan, kaki, kepala, tubuh, mata, hidung, mulut,
telinga, dan organ-organ bayi. Apabila tiba-tiba terjadi gangguan atau
penyimpangan pada masa ini, maka menimbulkan resiko bayi lahir dengan
keterbelakangan mental sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan otak yang
kurang sempurna (Nadesul 2006).
Adapun faktor- faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang bayi
lahir terbagi dalam dua faktor yaitu : (1) faktor lingkungan sebelum lahir dan (2)
faktor lingkungan setelah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir antara lain intik
gizi ibu pada waktu hamil, pengaruh mekanis (trauma waktu lahir dan cairan
ketuban yang sedikit), penggunaan obat-obatan dan zat toksin, endokrin, radiasi,
infeksi, stres, morbiditas dan anoksia embrio. Faktor lingkungan setelah lahir
menggambarkan keberhasilan bayi baru lahir setelah melewati masa transisi dari
suatu sistem yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatis
bayi itu sendiri. Faktor lingkungan setelah lahir meliputi gizi anak, penyakit-
23

penyakit, gangguan hormon, perumahan, kebersihan, stimulasi, stres, kasih


sayang, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, dan sebagainya
(Soetjiningsih 2000).
Menurut WHO (1978) faktor resiko kehamilan yang mempunyai hubungan
dengan tumbuh kembang bayi lahir terbagi menjadi menjadi tiga hal utama antara
lain :
1. Resiko sebelum terjadinya konsepsi (umur, pend idikan, status sosial,
paritas, jarak kelahiran, dan pernah mempunyai janin atau bayi lahir mati)
2. Resiko pada masa kehamilan (pernah mengalami komplikasi pada
persalinan terdahulu, pendarahan, anemia, berat badan, tekanan darah, posisi
janin, kehamilan ganda, kehamilan > 9 bulan, proteinuria)
3. Resiko saat persalinan (persalinan lama, jumlah pendaraha n, dan
pertolongan persalinanan).
Seiring dengan berkembangnya penelitian yang berhubungan dengan
obstetri ginekologi maka beberapa para ahli mengemukakan bahwa karakteristik
ibu hamil yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir dapat
dibedakan menjadi dua golongan yakni faktor sosio demo grafi dan faktor medik
obstetri. Faktor sosio demografi antara lain meliputi : umur ibu dan nomor urut
anak yang dilahirkan, pendidikan ibu, status ibu (cerai, meninggal, madu), status
ekonomi, perokok berat atau pecandu narkotika. Sedangkan faktor medik obstetri
mencakup : riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama ke tempat
pemeriksaan, pengamatan kesehatan selama kehamilan, keadaan pada waktu
melahirkan dan keadaan gizi ibu (Husaini 1990).
Faktor riwayat kesehatan kehamilan antara lain : pernah menderita sakit
kuning, tuberkolosis, tipus atau ginjal yang kronis sebelum hamil, pernah aborsi
atau keguguran sebelumnya, pernah melahirkan bayi kurang bulan, pernah
melahirkan bayi BBLR, eklampsia, jarak kehamilan kurang dari 6 bulan, serta
kehamilan ketiga dalam waktu dua tahun terakhir. Pengamatan kesehatan selama
kehamilan meliputi pemeriksaan kadar Hb (< 11 g ; terendah 9.5 g), tekanan darah
(> 150/90 mmHg), protein dalam urin positif, terjadi pendarahan, dan eklampsia.
Hal-hal yang mencakup dalam pengamatan pada waktu melahirkan adalah :
proses partus lama, bayi lahir tidak segera nangis, bayi lahir biru, ketuban pecah
24

dini, sebelum melahirkan keluar darah segar, setelah melahirkan terjadi


pendarahan, dan tungkai bengkak. Keadaan gizi ibu meliputi berat badan sebelum
hamil (< 45.0 kg), tinggi badan (< 150 cm), pertambahan berat badan tidak
adekuat (< 1 kg/bulan) dan pertambahan berat badan berlebihan (> 1 kg/bulan)
selama kehamilan (Arisman 2002). Ibu hamil yang mengalami satu atau lebih
faktor resiko diatas, maka akan berdampak terhadap kualitas janin yang
dikandung dan pada akhirnya terjadi gangguan tumbuh kembang bayi lahir.
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan tumbuh kembang bayi lahir. Menurut
Pudjiadi (2001) bahwa lingkungan yang bersih merupakan faktor yang berperan
dalam mempengaruhi pertumbuhan bayi. Sanitasi lingkungan yang buruk baik
dari keluarga maupun lingkungan itu sendiri dapat menciptakan kondisi yang
tidak sehat, sehingga berpeluang besar terhadap munculnya berbagai penyakit
infeksi terutama untuk kelompok ibu hamil yang sangat rentan karena pada
akhirnya akan menganggu tumbuh kembang bayi yang dilahirkan. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjo dan Riyadi (1990)
yang juga menyatakan adanya hubungan timbal balik antara infeksi bakteri, virus
dan parasit dengan gizi kurang. Lebih lanjut menurut Sediaoetomo (1996) bahwa
penyakit infeksi dari investasi cacing dapat memberikan hambatan utilisasi zat
gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit kurang gizi pada ibu hamil. Infeksi,
intrauterine yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Infeksi lain yang dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisella, Coxsackie, Echovirus,
malaria, HIV, polio, campak, Listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa,
dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak
janin (Prawirohardjo 1987)
Berbagai faktor penyebab yang secara tidak langsung yang berkaitan dengan
tumbuh kembang bayi lahir adalah yang disebut sebagi faktor sosio demografi
antara lain : pendidikan orang tua, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga.
Dari sekian banyak faktor antara yang mempengaruhi kematian ibu dan bayi,
menurut Utomo (1985) adalah pendidikan ib u. Tingkat pendidikan ibu
berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya pada perawatan kesehatan dan
25

higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta


kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarganya. Disamping itu
pendidikan berkaitan erat dengan faktor sosial ekonomi lainnya seperti
pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan dan tempat tinggal. Penduduk
dengan pendidikan rendah biasanya berpendapatan rendah, bertempat tinggal di
lingkungan miskin dan buruk sehingga resiko kesakitan dan kematian yang tinggi.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan keadaan gizi anak. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : 1) Tingkat pendidikan kepala rumah
tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah
tangga, 2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah
tangga juga berperan dalam menyusun pola makanan untuk ruma h tangga
(Tarwotjo & Soekirman 1988). Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu hamil juga
berperan penting dalam kepedulian ibu terhadap janin yang dikandungnya.
Sajogyo dkk (1994) menyatakan bahwa secara tidak langsung pengetahuan
gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak. Tetapi berdasarkan penelitian
Schafer, dkk (1993), pengetahuan gizi yang baik tidaklah selalu diikuti oleh
perilaku gizi yang baik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya beli dan
ketersediaan waktu ibu untuk menyiapkan makanan. Menurut Hardinsyah (1986),
tingginya status ekonomi seseorang belum dapat menjamin tercapainya keadaan
gizi yang baik bila tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang baik pula.
Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh terhadap
status gizi keluarga (Suhardjo 1989). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi
yang baik akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan
janinnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas makanan yang dikonsumsi.
Selain pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan kehamilan juga perlu bagi ibu
hamil. Denga n demikian pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu
faktor protektif dalam mempertahankan kualitas kehamilan.
Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam
memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorie ntasi pada
kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan
tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan
26

dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat


mempengaruhi status gizi.
Sajogyo dkk (1994) bahwa pendapatan keluarga mempunyai peran yang
penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Kartika dkk (2002) bahwa faktor pendapatan
berkorelasi positif dengan tumbuh kembang anak dalam hal ini terkait dengan
pemenuhan asupan energi dan zat gizi terutama protein. Pendapatan menyebabkan
daya beli yang rendah sehingga tidak mampu membeli makanan dalam jumlah
yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan
akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi ibu
hamil, menyusui, dan anak balita.
Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan.
Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan nyata antara besar keluarga
dan kurang gizi pada masing- masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang
semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan dapat
menyebabkan distribusi pangan dan gizi semakin tidak merata. Pangan yang
tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin hanya cukup untuk keluarga
yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak
cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.
Dalam kaitannya dengan pengeluaran rumah tangga baik pangan maupun
non pangan, Harper (1988) mencoba menghubungkan dua variabel utama yakni
besar keluarga dengan konsumsi pangan, yakni menunjukkan bahwa keluarga
miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi
kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit.
Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang
dapat menimbulkan defisiensi gizi terutama pada ibu hamil dan menyusui, bayi
dan anak balitanya. Rachmawati (2004) menyatakan bahwa pengeluaran keluarga
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan ibu hamil seperti pemeriksaan
kehamilan serta persalinan untuk kelurga miskin masih sangat rendah. Hal ini
terbukti bahwa besar keluarga serta tingkat pendapatan keluarga juga menentukan
kualitas kehamilan dan persalinan. Saat ini fasilitas yang tersedia bagi keluarga
miskin adalah Kartu Sehat sebagai alternatif pemecahan berbagai masalah
27

kesehatan terutama dalam menangani masalah- masalah yang terkait denga n


kehamilan misalnya komplikasi kehamilan (pereklampsia berat dan eklampsia)
serta upaya peningkatan pemeriksaan selama kehamilan sehingga pada akhirnya
bayi yang dilahirkan dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
normal (Depkes 1998).
METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Disain penelitian ini adalah Cross-Sectional Study, yaitu studi yang


dirancang untuk mengumpulkan peubah-peubah bebas (faktor resiko) dan tidak
bebas (outcome) secara bersamaan dan hanya sekali selama penelitian
berlangsung.
Lokasi penelitian dipilih secara purposif, yaitu pada Rumah Sakit Umum
Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative Besar, Puskesmas
Waihaong, Puskesmas Rijali, dan Puskesmas Tawiri yang terletak di Kota
Ambon. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa rumah sakit
tersebut berlokasi di Kota Ambon, pengunjung rumah sakit berasal dari golongan
sosial ekonomi menengah keatas dan bersedia memberikan data serta keterangan
yang diperlukan. Sedangkan ketiga puskesmas mewakili sampel dari golongan
sosial ekonomi menengah dan bawah. Pada lokasi tersebut ditemukan masalah
gizi buruk pada balita yang relatif tinggi dibandingkan tempat-tempat lain yang
ada di Kota Ambon. Misalnya pada Kecamatan Sirimau jumlah balita gizi buruk
0,7% dan paling banyak terdapat pada Puskesmas Rijali (192 orang), sementara
pada kedua kecamatan lainnya yakni Kecamatan Baguala (Puskesmas Tawiri
terdapat 103 balita gizi buruk) dan Nusaniwe (Puskesmas Waihaong terdapat 20
balita gizi buruk) atau masing- masing sekitar 0,4% dan 0,07% (Dinkes Kota
Ambon 2006). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua
bulan yaitu April sampai Mei 2006.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
melahirkan selama empat bulan terakhir yakni bulan Januari hingga April 2006 di
Rumah Sakit Umum Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative
Besar serta di Puskesmas Waihaong, Rijali, dan Tawiri yang berada dalam
wilayah Kota Ambon. Untuk mengetahui populasi dalam penelitian ini
berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan
atau ibu yang melahirkan selama 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas
33

pada lokasi penelitian yang mempunyai data catatan medik relatif lengkap,
terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam
medik kehamilan ibu meliputi TB, BB awal dan akhir, dan pemerisaan kehamilan.
Contoh diambil dari populasi secara purposif yaitu yang memenuhi kriteria
sebagai berikut ibu berusia 18-35 tahun dan telah mela hirkan selama 4 bulan
terakhir, sehat (tidak menderita sakit kronis), mempunyai data catatan medik
kelahiran bayi (PB, BB, dan skor Apgar) serta catatan medik kehamilan ibu (BB
dan TB sebelum hamil serta pertambahan berat badan selama hamil), melakukan
kontrol selama kehamilan minimal 2 kali (baik trimester 1 dan 3 maupun pada
trimeter 2 dan 3), melahirkan bayi tunggal hidup, tidak merokok dan minum
alkohol, jumlah anggota keluarga = 7 orang. Jumlah contoh minimal yang diambil
ditentuk an secara proporsi berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Ariawan
(1997) sebagai berikut :

Z 21 − α / 2 p (1 − p)
n=
d2
Dimana :
n = Jumlah contoh
p = Perkiraan proporsi berat bayi lahir normal 80%
Z = Selang kepercayaan 95% (1,96)
d = Kesalahan yang dapat ditolerir dari mengestimasi proporsi sebesar 5,5%

Jadi :
(1,96) 2 (0,8) (0,2)
n=
(0.055) 2

n = 200 orang ibu nifas

Dari perhitungan diperoleh jumlah sampel (ibu nifas) yang memenuhi syarat
adalah 200 orang. Untuk meningkatkan ketelitian serta keterbatasan kemampuan
dan logistik serta maka penarikan ukuran contoh adalah 200 ibu hamil. Dengan
demikian jumlah contoh yang dianalisis datanya adalah 200 ibu nifas yang
dianggap memenuhi kriteria tersebut di atas. Kerangka penarikan contoh
penelitian dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
34

Daftar Ibu Nifas Triwulan I (Periode : Januari-April 2006)


pada Lokasi Penelitian (N = 1498)

RSU RS RS Puskesmas Puskesmas Puskesmas


Dr.Haulussy Al-Fatah Hative Besar Rijali Waihaong Tawiri
(A. N=537:) (B. N=358) (C. N=88) (D. N=249) (E. N=140) (F. N=126)

Rekam medik kehamilan lengkap ibu maupun bayi (N=800)


1. Kontrol kehamilan minimal 2 kali.

A B C D E F
(N=300) (N=200) (N=50) (N=150) (N=50) (N=50)

Daftar ibu Nifas umur 18-35 tahun, melahirkan bayi tunggal, dan
memiliki jumlah anggota keluarga = 7 orang (N=400)

A B C D E F
(N=165) (N=100) (N=20) (N=50) (N=15) (N=50)

Kontrol kehamilan minimal 2 kali. Ibu Nifas dan Bayi yang menjadi Contoh
dalam Penelitian ini (n=200)

A B C D E F
n= 65: n=50: n= 13: n= 30: n=7 n = 35
Normal : 21 Normal : 20 Normal : 7 Normal : 15 Normal : 7 Normal : 35
BBLR : 44 BBLR : 30 BBLR : 6 BBLR : 15 BBLR : 0 BBLR : 0
Apgar Rndh :15 Apgar Rndh :20 Apgar Rndh :5 Apgar Rndh: 0 Apgar Rndh: 0 Apgar Rndh: 0
0 0

Gambar 3 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian.


35

Dari ketiga RS dan Puskesmas diperoleh 1498 ibu nifas (ibu yang
melahirkan dari bulan Januari hingga April 2006). Dari jumlah tersebut
dipetakkan lagi berdasarkan ada tidaknya BBLR serta skor apgar rendah, sehingga
ditemukan 800 ibu nifas dan bayi. Selanjutnya dilakukan stratifikasi menurut
umur ibu nifas (18-35 tahun), melahirkan bayi tunggal serta memiliki jumlah
anggota keluarga = 7 orang maka diperoleh sejumlah 400 ibu nifas. Dari 400 ibu
nifas dilakukan penarikan kesimpulan contoh dengan menggunakan beberapa
kriteria terakhir maka contoh ibu nifas dan bayi untuk keperluan penelitian ini
adalah 200 orang. Adapun sebaran responden dalam hal ini ibu nifas yang
tersaring untuk kepentingan penelitian ini masing- masing pada lokasi
pengambilan data seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data


No Lokasi Pengambilan Data Jumlah (n)
1 RSU Dr Haulussy 65
2 RS Al-Fatah 50
3 RS Hative Besar 13
4 Puskesmas Rijali 30
5 Puskesmas Tawiri 7
6 Puskesmas Waihaong 35

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
yaitu ibu hamil yang telah melahirkan berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan
sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi (1) keadaan sosial ekonomi
keluarga responden antara lain umur ibu, umur suami, pendidikan ibu dan suami,
pekerjaan ibu maupun suami, pendapatan, dan besar keluarga, (2) pengetahuan
gizi dan kesehatan, (3) kebiasan makan ibu selama hamil antara lain frekuensi
makan dan makanan pantangan/tabu, morbiditas (kejadian penyakit ISPA dan
lain- lain), pelayanan kesehatan (suplementasi Fe dan imunisasi TT), catatan
pertambahan berat badan selama trimester kehamilan, serta masalah persalinan
antara lain pernah tidak mengalami pendarahan, eklampsia, dan aspiksia serta
pecahnya ketuban lebih dini (Tabel 8).
36

Sebagian besar data dalam penelitian adalah data sekunder yang mana
mengacu pada rekam medik (medical record) ibu selama melakukan pemeriksaan
kehamilan hingga persalinan mulai bulan Mei 2005 sampai April 2006 baik di
Rumah Sakit maupun Puskesmas pada lokasi penelitian.

Tabel 10 Jenis dan cara pengumpulan data


No Data Cara Pengumpulan
1 Keadaan umum wilayah penelitian Catatan tertulis (Sumber : Bapeda Kota
Ambon)
2 Status sosial ekonomi keluarga Wawancara langsung dengan
menggunakan kuisioner
3 Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu Kuisioner yang terdiri dari sejumlah
hamil pertanyaan
4 Kebiasaan makan selama hamil :
A. Frekuensi makan Food frequency questions
B. Makanan pantang/tabu Kuisioner (sejumlah pertanyaan
kebiasaan makan)
5 Morbiditas Catatan medik dan wawancara langsung
6 Keguguran (abortus) Catatan medik dan wawancara langsung
7 Paritas Catatan medik
8 Jarak dua kehamilan terakhir Catatan medik
9 Berat badan sebelum hamil Catatan medik dan wawancara langsung
10 Tinggi badan sebelum hamil Catatan medik dan wawancara langsung
11 Pertambahan berat badan trimester Wawancara langsung dan KMS Ibu
kehamilan Hamil
12 Lingkar lengan kiri atas (LILA) Catatan medik dan KMS Ibu Hamil
13 Tekanan darah dan kadar Hb Catatan medik
14 Pelayanan kesehatan :
A. Pemberian suplemen KMS Ibu Hamil dan Wawancara
B. Imunisasi TT langsung
15 Berat badan (BB) dan panjang badan Catatan medik
(PB) bayi lahir
16 Skor Apgar Catatan medik

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows


Keadaan umum wilayah penelitian seperti demografi dan sosial ekonomi
penduduk, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Karakteristik sosial
ekonomi keluarga ibu hamil seperti jumlah anggota keluarga, umur, tingkat
pendidikan, pendapatan, penge tahuan gizi, riwayat kehamilan seperti paritas, jarak
2 kehamilan terakhir, abortus serta morbditas akan ditabulasikan dan dianalisis
secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi,
persentasi, rata-rata dan standar deviasi.
37

Analisis pertambahan berat badan ibu pada tiap trimester kehamilan menurut
kategori tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh (IMT) disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi. Masalah gangguan tumbuh kembang bayi lahir
berdasarkan ukuran antropometri (BB atau PB) serta skor Apgar diuraikan secara
deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, rata-
rata. Selanjutnya pengolahan data untuk indeks massa tubuh, pertambahan berat
badan ibu hamil, serta pengukuran status gizi bayi lahir dapat dilihat pada Tabel 9.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan
berat badan ibu selama kehamilan maupun tumbuh kembang bayi lahir dapat
dilakukan menggunakan analisis korelasi Pearson dan Spearman antara variabel
dependen dengan variabel independen. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dilakukan analisis
regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum
yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + …+ ß13 X13 + e
Dimana :
Y1 = Pertambahan BB ibu selama kehamilan (kg)
a = Konstanta (intercep)
ß1...13 = Koefisien Regresi
X1 = Status sosial ekonomi keluarga
X2 = Kebiasaan makan ibu hamil
X3 = Pengetahuan gizi dan kesehatan
X4 = Pemberian suple men tablet besi
X5 = Imunisasi TT
X6 = Paritas
X7 = Jarak dua kehamilan terakhir
X8 = Umur kehamilan
X9 = Frekuensi penyakit
X10 = Status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
X11 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X12 = Abortus ; 0 = jika ibu mengalami abortus, 1 = jika tidak
X13 = Lahir mati; 0 = jika ibu mengalami lahir mati, 1 = jika tidak
38

e = Pengaruh galat (error)

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi


lahir (BB/PB) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun
persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e
Dimana :

Y1 = Pertumbuhan bayi lahir, BB (gr) atau PB (cm)


a = Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi
X1 = IMT ibu sebelum hamil
X2 = Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X3 = LILA
X4 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X5 = Umur kehamilan
X6 = Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
X7 = Ketuban pecah lebih dini
e = Pengaruh galat (error)

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi


lahir (skor Apgar) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997).
Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y2 = a + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e

Dimana :

Y2 = Perkembangan bayi lahir (skor Apgar)


a = Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi
X1 = Umur kehamilan
X2 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X3 = Tekanan darah
X4 = Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X5 = Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
39

X6 = Ketuban pecah lebih dini


X7 = Berat badan bayi lahir
e = Pengaruh galat (error)

Tabel 11 Pengolahan data pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang


bayi lahir
No Data Variabel yang diolah Cutt off Point
1 Karakteristik sosial Pendidikan suami & istri, Kriteria pendapatan BPS
ekonomi keluarga pekerjaan istri dan suami, Kota Ambon (2005) :
umur, pendapatan, jumlah I.Miskin
anggota keluarga <Rp.392.227/kap/bulan
II. Tidak Miskin
>Rp.392.227/kap/bulan
Kriteria jumlah anggota
keluarga (BKKBN dalam
Pranadji dkk 2001) :
1. Kecil : = 4 orang
2. Besar : > 4 orang
2 Indeks Massa Tubuh BB (kg)/TB2 (m) Depkes (1994)
Kurus sekali : < 17,0
Kurus : 17-18,4
Normal : 18,5-24.9
Gemuk : 25,0-27,0
Obesitas : >27,0
3 Pertambahan BB Pertambahan BB normal [IOM] 1990 :
selama kehamilan BB kurang : 12,5-18 kg
BB normal : 11,5-16 kg
BB lebih/obes : 7-11,5 kg
4 LILA Lingkar lengan kiri atas Depkes (2002) :
Normal : > 23,5 cm
KEK : < 23,5 cm
5 Profil biokimia Ibu (Arisman 2002)
Tekanan darah Normal : 140/90 mmhg
Hb Normal : > 11 mg/dl
6 Massa gestasi Kondisi bayi lahir As’ad (2002)
Prematur : < 37 mgg
Cukup bulan : 37-42 mgg
Postterm : > 42 mgg
7 Status gizi bayi lahir Depkes (1995)
Panjang badan (PB) Normal : > 48 cm
Tidak normal : = 48 cm
Berat badan (BB) Normal : > 2500 gr
BBLR : = 2500 gr
8 Perkembangan bayi Skor Apgar Nanda (2001) :
lahir Sehat : 7 – 10
Moderate/sedang : 4 – 6
Berat/Bermasalah : 0 - 3
40

Batasan Operasional

1. Indeks massa tubuh (IMT) : ukuran antropometri unt uk mengukur status gizi
ibu sebelum hamil berdasarkan data berat badan (kg) dan tinggi badan (cm)
(BB/TB2 ) dengan kategori menurut Depkes (1996) sebagai berikut : kurus
sekali (IMT < 17,0); kurus ( IMT 17-18,4); normal ( IMT : 18,5-24,9);
gemuk (IMT 25,0-27,0) serta obesitas (IMT > 27).
2. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan : selisih berat badan ibu
hamil menjelang persalinan dengan berat badan awal sebelum hamil yang
dihitung dalam kilogram.
3. Pertumbuhan bayi lahir : kondisi gizi bayi yang diukur berasarkan berat
badan (BB) dan panjang badan (PB). BB bayi ditimbang dengan
menggunakan Baby Spring Scale (gr), sedangkan pengukuran PB bayi
dilakukan dengan menggunakan headboard (cm) . Berat badan normal bayi
lahir > 2500 gram dengan panjang > 48 cm.
4. Perkembangan bayi lahir : kemampuan adaptasi bayi baru lahir yang diukur
dengan skor Apgar yang dilakukan oleh dokter sebagai indikator bayi dalam
keadaan sehat, moderate atau berat. Untuk bayi sehat : 7-10; moderate : 4-6;
berat : 0-3.
5. Status gizi sebelum hamil : keadaan tubuh ibu sebelum hamil yang diukur
secara antropometri dengan metode Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan berat badan (BB) dengan kuadrat tinggi badan (TB):
(BB /TB2 ).
6. Status gizi ibu hamil : kondisi ibu hamil uang diukur berdasrkan kadar Hb
darah, tekanan darah, dan LILA. Kadar Hb darah normal = 11gr/dL; anemia
tingkat ringan (Hb > 10 gr/dL; sedang Hb = 8-10gr/dL; dan berat : Hb < 8
gr/dL) (Depkes, 1996). Sedangkan tekanan darah normal berkisar antara
140/90 mmHg. Ibu Hamil dikatakan normal bila memiliki ukuran LILA = 23,5
cm, tetapi jika < 23,5 cm maka ibu hamil tersebut beresiko KEK (kurang
energi kronis).
7. Status kesehatan ibu hamil : Kondisi kesehatan ibu yang diukur berdasarkan
frekuensi kejadian penyakit, misalnya ISPA dan penyakit lainnya selama
kehamilan.
41

8. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil : Tingkat pemahaman ibu


terhadap kesehatan dan gizi, diperoleh dari penilaian pada jawaban ibu hamil
terhadap sejumlah pertanyaan (kuisioner) yang diajukan, dinyatakan dengan
persen terhadap skor total yang dicapai oleh seorang ibu hamil.
Pengkategorian dilakukan menurut Khomsan (2000) bahwa ibu yang dapat
menjawab benar > 80% tergolong memiliki pengetahuan gizi tinggi, sedang
bila menjawab benar 60-80%, dan rendah bila menjawab benar < 60% dari
pertanyaan yang diajukan.
9. Kebiasaan makan ibu hamil : Perilaku konsumsi pangan dan gizi ibu hamil
baik jumlah (frekuensi makan) maupun jenis pangan, serta ada tidaknya
makanan pantangan/tabu.
10. Jarak dua kehamilan terakhir : Kurun waktu antara kehamilan terakhir
(baik normal mupun tidak normal) dengan waktu kehamilan sekarang.
kategori yang digunakan untuk jarak dua kehamilan terakhir : = 2 tahun dan
> 2 tahun.
11. Paritas : Jumlah kehamilan (baik kelahiran bayi hidup atau mati, bayi tunggal
atau kembar) yang pernah dialami oleh ibu tersebut. Pengkategorian paritas
sebagai berikut : = 2 kali dan > 2 kali.
12. Umur kehamilan : jangka waktu mulai dari terbentuknya konsepsi sampai
dengan waktu persalinan (melahirkan) dilakukan menurut perkiraan tenaga
kesehatan.
13. Tingkat pendidikan : jenjang pendidikan formal dan non formal yang
dicapai anggota keluarga contoh. Tingkat pendidikan formal antara lain SD,
SLTP, SLTA, dan Sarjana (S1).
14. Pekerjaan : jenis mata pencaharian yang menghasilkan nafkah dari setiap
anggota keluarga contoh yang sudah bekerja, baik utama maupun tambahan.
Jenis pekerjaan antara lain : petani, sopir/ojek, pedagang/wiraswasta,
karyawan swasta, polisi dan TNI, serta pegawai negeri sipil (PNS).
15. Besar keluarga : jumlah seluruh anggota keluarga yang hidup dalam satu
pengelolaan sumberdaya keluarga. Besar keluarga dikelompokkan
berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah
42

anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7
orang.
KERANGKA PEMIKIRAN

Seorang ibu yang sedang hamil memerlukan suatu kondisi yang optimal
agar dapat melahirkan bayi cukup bulan, lahir spontan, berat lahir cukup, dan
sehat. Untuk mencapai kondisi tersebut perlu diupayakan keadaan gizi dan
kesehatan selama hamil tetap baik, tidak mengalami gangguan psikis maupun
tekanan sosial dan tidak mengalami komplikasi kehamilan (Vermeersch 1981).
Pada kenyataannya kondisi optimal tersebut tidak mudah dicapai oleh beberapa
wanita hamil, karena dapat memiliki faktor resiko tinggi yang bisa mempengaruhi
keadaan bayi yang akan dilahirkan. Kehamilan terkait dengan pertambahan berat
badan ibu atau pertambahan berat antenatal merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi berat badan bayi lahir dan penanganan masalah obstetri
(persalinan).
Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan berkaitan erat dengan berat
badan bayi lahir. Semakin besar peningkatan berat badan ibu selama hamil maka
semakin besar pula peluang berat badan bayi lahir normal. Penambahan berat
badan ibu selama kehamilan secara langsung ditentukan oleh status gizi ibu
sebelum hamil, jarak kelahiran, paritas, riwayat penyakit infeksi (morbiditas) serta
keadaan sosial dan ekonomi keluarga.
Status ekonomi keluarga menggambarkan kemampuan keluarga dalam
pengambilan keputusan untuk bertindak seperti kemampuan untuk menjangkau
pangan, kemampuan dalam mengakses pendidikan baik melalui formal maupun
non formal, serta kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Semakin
tinggi status ekonomi keluarga semakin meningkat kemampuan anggota keluarga
dalam mengakses pangan, pengetahuan, serta pelayanan kesehatan.
Kondisi–kondisi tersebut diatas dapat dibedakan dalam dua faktor utama
yakni faktor sosial ekonomi dan faktor mediko-obstetri. Faktor sosial ekonomi
meliputi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota
keluarga, pengetahuan gizi dan kesehatan kehamilan serta kebiasaan makan ibu
hamil. Faktor mediko-obstetri meliputi faktor riwayat kesehatan sebelum hamil,
riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu (paritas, jarak antara dua kehamilan
terakhir, umur kehamilan, morbiditas, abortus, lahir mati) dan keadaan gizi serta
29

kesehatan selama kehamilan yang sekarang ini. Ibu hamil dengan faktor mediko
obstetri yang baik berpeluang besar akan melahirkan bayi dengan selamat dan
berat bayi lahir cukup (> 2500 g). Sebaliknya ibu dengan faktor mediko obstetri
buruk berpeluang besar akan mengakibatkan kematian bayi pada saat lahir.
BBLR merupakan manifestasi dari telah terjadinya hambatan pertumbuhan selama
dalam kandungan atau janin yang menderita kurang gizi.
Indikator yang dapat digunakan untuk menentukan pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir adalah berat badan atau panjang badan, dan skor
Apgar. Status gizi ibu hamil dapat dinilai dari penamb ahan berat badan pada tiap
trimester kehamilan serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT).
30

Faktor sosial ekonomi: umur, Pemanfaatan pelayanan kehamilan


pendidikan, pekerjaan, dan persalinan :
pendapatan, jumlah anggota • Penimbangan BB tiap bulan
keluarga • Pemberian suplemen
• Imunisasi TT

Pengetahuan Kebiasaan makan


gizi dan ibu hamil
kesehatan

Konsumsi pangan dan gizi

Faktor Medik-Obstetri: • BB dan TB sebelum hamil (IMT) Komplikasi Dalam Kehamilan :


Paritas, jarak dua kehamilan • Status gizi berdasarkan: • Pendarahan dan Eklampsia
terakhir, umur kehamilan, (LILA, Hb, Tekanan darah) • Ketuban pecah lebih dini
morbiditas, abortus, lahir • Kelainan posisi janin
mati • Odema

Pertambahan BB ibu tiap Trimester


Kehamilan
Sanitasi
lingkungan
Pertumbuhan Bayi Lahir:
Infeksi (BB atau PB)

Normal BBLR
Indeks Perkembangan Bayi Lahir :
Skor Apgar

Normal Kematian neonatal/postnatal Rendah

Gambar 2 Kerangka pemikiran: faktor- faktor yang berhubungan


dengan pertambahan berat badan ibu hamil serta
tumbuh kembang bayi lahir.

Keterangan : : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


31

HIPOTESIS

1. Terdapat hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan


dengan berat badan bayi lahir.
2. Terdapat hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
dengan indeks perkembangan (skor Apgar) bayi lahir.
METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Disain penelitian ini adalah Cross-Sectional Study, yaitu studi yang


dirancang untuk mengumpulkan peubah-peubah bebas (faktor resiko) dan tidak
bebas (outcome) secara bersamaan dan hanya sekali selama penelitian
berlangsung.
Lokasi penelitian dipilih secara purposif, yaitu pada Rumah Sakit Umum
Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative Besar, Puskesmas
Waihaong, Puskesmas Rijali, dan Puskesmas Tawiri yang terletak di Kota
Ambon. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa rumah sakit
tersebut berlokasi di Kota Ambon, pengunjung rumah sakit berasal dari golongan
sosial ekonomi menengah keatas dan bersedia memberikan data serta keterangan
yang diperlukan. Sedangkan ketiga puskesmas mewakili sampel dari golongan
sosial ekonomi menengah dan bawah. Pada lokasi tersebut ditemukan masalah
gizi buruk pada balita yang relatif tinggi dibandingkan tempat-tempat lain yang
ada di Kota Ambon. Misalnya pada Kecamatan Sirimau jumlah balita gizi buruk
0,7% dan paling banyak terdapat pada Puskesmas Rijali (192 orang), sementara
pada kedua kecamatan lainnya yakni Kecamatan Baguala (Puskesmas Tawiri
terdapat 103 balita gizi buruk) dan Nusaniwe (Puskesmas Waihaong terdapat 20
balita gizi buruk) atau masing- masing sekitar 0,4% dan 0,07% (Dinkes Kota
Ambon 2006). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua
bulan yaitu April sampai Mei 2006.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
melahirkan selama empat bulan terakhir yakni bulan Januari hingga April 2006 di
Rumah Sakit Umum Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative
Besar serta di Puskesmas Waihaong, Rijali, dan Tawiri yang berada dalam
wilayah Kota Ambon. Untuk mengetahui populasi dalam penelitian ini
berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan
atau ibu yang melahirkan selama 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas
33

pada lokasi penelitian yang mempunyai data catatan medik relatif lengkap,
terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam
medik kehamilan ibu meliputi TB, BB awal dan akhir, dan pemerisaan kehamilan.
Contoh diambil dari populasi secara purposif yaitu yang memenuhi kriteria
sebagai berikut ibu berusia 18-35 tahun dan telah mela hirkan selama 4 bulan
terakhir, sehat (tidak menderita sakit kronis), mempunyai data catatan medik
kelahiran bayi (PB, BB, dan skor Apgar) serta catatan medik kehamilan ibu (BB
dan TB sebelum hamil serta pertambahan berat badan selama hamil), melakukan
kontrol selama kehamilan minimal 2 kali (baik trimester 1 dan 3 maupun pada
trimeter 2 dan 3), melahirkan bayi tunggal hidup, tidak merokok dan minum
alkohol, jumlah anggota keluarga = 7 orang. Jumlah contoh minimal yang diambil
ditentuk an secara proporsi berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Ariawan
(1997) sebagai berikut :

Z 21 − α / 2 p (1 − p)
n=
d2
Dimana :
n = Jumlah contoh
p = Perkiraan proporsi berat bayi lahir normal 80%
Z = Selang kepercayaan 95% (1,96)
d = Kesalahan yang dapat ditolerir dari mengestimasi proporsi sebesar 5,5%

Jadi :
(1,96) 2 (0,8) (0,2)
n=
(0.055) 2

n = 200 orang ibu nifas

Dari perhitungan diperoleh jumlah sampel (ibu nifas) yang memenuhi syarat
adalah 200 orang. Untuk meningkatkan ketelitian serta keterbatasan kemampuan
dan logistik serta maka penarikan ukuran contoh adalah 200 ibu hamil. Dengan
demikian jumlah contoh yang dianalisis datanya adalah 200 ibu nifas yang
dianggap memenuhi kriteria tersebut di atas. Kerangka penarikan contoh
penelitian dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
34

Daftar Ibu Nifas Triwulan I (Periode : Januari-April 2006)


pada Lokasi Penelitian (N = 1498)

RSU RS RS Puskesmas Puskesmas Puskesmas


Dr.Haulussy Al-Fatah Hative Besar Rijali Waihaong Tawiri
(A. N=537:) (B. N=358) (C. N=88) (D. N=249) (E. N=140) (F. N=126)

Rekam medik kehamilan lengkap ibu maupun bayi (N=800)


1. Kontrol kehamilan minimal 2 kali.

A B C D E F
(N=300) (N=200) (N=50) (N=150) (N=50) (N=50)

Daftar ibu Nifas umur 18-35 tahun, melahirkan bayi tunggal, dan
memiliki jumlah anggota keluarga = 7 orang (N=400)

A B C D E F
(N=165) (N=100) (N=20) (N=50) (N=15) (N=50)

Kontrol kehamilan minimal 2 kali. Ibu Nifas dan Bayi yang menjadi Contoh
dalam Penelitian ini (n=200)

A B C D E F
n= 65: n=50: n= 13: n= 30: n=7 n = 35
Normal : 21 Normal : 20 Normal : 7 Normal : 15 Normal : 7 Normal : 35
BBLR : 44 BBLR : 30 BBLR : 6 BBLR : 15 BBLR : 0 BBLR : 0
Apgar Rndh :15 Apgar Rndh :20 Apgar Rndh :5 Apgar Rndh: 0 Apgar Rndh: 0 Apgar Rndh: 0
0 0

Gambar 3 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian.


35

Dari ketiga RS dan Puskesmas diperoleh 1498 ibu nifas (ibu yang
melahirkan dari bulan Januari hingga April 2006). Dari jumlah tersebut
dipetakkan lagi berdasarkan ada tidaknya BBLR serta skor apgar rendah, sehingga
ditemukan 800 ibu nifas dan bayi. Selanjutnya dilakukan stratifikasi menurut
umur ibu nifas (18-35 tahun), melahirkan bayi tunggal serta memiliki jumlah
anggota keluarga = 7 orang maka diperoleh sejumlah 400 ibu nifas. Dari 400 ibu
nifas dilakukan penarikan kesimpulan contoh dengan menggunakan beberapa
kriteria terakhir maka contoh ibu nifas dan bayi untuk keperluan penelitian ini
adalah 200 orang. Adapun sebaran responden dalam hal ini ibu nifas yang
tersaring untuk kepentingan penelitian ini masing- masing pada lokasi
pengambilan data seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data


No Lokasi Pengambilan Data Jumlah (n)
1 RSU Dr Haulussy 65
2 RS Al-Fatah 50
3 RS Hative Besar 13
4 Puskesmas Rijali 30
5 Puskesmas Tawiri 7
6 Puskesmas Waihaong 35

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
yaitu ibu hamil yang telah melahirkan berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan
sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi (1) keadaan sosial ekonomi
keluarga responden antara lain umur ibu, umur suami, pendidikan ibu dan suami,
pekerjaan ibu maupun suami, pendapatan, dan besar keluarga, (2) pengetahuan
gizi dan kesehatan, (3) kebiasan makan ibu selama hamil antara lain frekuensi
makan dan makanan pantangan/tabu, morbiditas (kejadian penyakit ISPA dan
lain- lain), pelayanan kesehatan (suplementasi Fe dan imunisasi TT), catatan
pertambahan berat badan selama trimester kehamilan, serta masalah persalinan
antara lain pernah tidak mengalami pendarahan, eklampsia, dan aspiksia serta
pecahnya ketuban lebih dini (Tabel 8).
36

Sebagian besar data dalam penelitian adalah data sekunder yang mana
mengacu pada rekam medik (medical record) ibu selama melakukan pemeriksaan
kehamilan hingga persalinan mulai bulan Mei 2005 sampai April 2006 baik di
Rumah Sakit maupun Puskesmas pada lokasi penelitian.

Tabel 10 Jenis dan cara pengumpulan data


No Data Cara Pengumpulan
1 Keadaan umum wilayah penelitian Catatan tertulis (Sumber : Bapeda Kota
Ambon)
2 Status sosial ekonomi keluarga Wawancara langsung dengan
menggunakan kuisioner
3 Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu Kuisioner yang terdiri dari sejumlah
hamil pertanyaan
4 Kebiasaan makan selama hamil :
A. Frekuensi makan Food frequency questions
B. Makanan pantang/tabu Kuisioner (sejumlah pertanyaan
kebiasaan makan)
5 Morbiditas Catatan medik dan wawancara langsung
6 Keguguran (abortus) Catatan medik dan wawancara langsung
7 Paritas Catatan medik
8 Jarak dua kehamilan terakhir Catatan medik
9 Berat badan sebelum hamil Catatan medik dan wawancara langsung
10 Tinggi badan sebelum hamil Catatan medik dan wawancara langsung
11 Pertambahan berat badan trimester Wawancara langsung dan KMS Ibu
kehamilan Hamil
12 Lingkar lengan kiri atas (LILA) Catatan medik dan KMS Ibu Hamil
13 Tekanan darah dan kadar Hb Catatan medik
14 Pelayanan kesehatan :
A. Pemberian suplemen KMS Ibu Hamil dan Wawancara
B. Imunisasi TT langsung
15 Berat badan (BB) dan panjang badan Catatan medik
(PB) bayi lahir
16 Skor Apgar Catatan medik

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows


Keadaan umum wilayah penelitian seperti demografi dan sosial ekonomi
penduduk, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Karakteristik sosial
ekonomi keluarga ibu hamil seperti jumlah anggota keluarga, umur, tingkat
pendidikan, pendapatan, penge tahuan gizi, riwayat kehamilan seperti paritas, jarak
2 kehamilan terakhir, abortus serta morbditas akan ditabulasikan dan dianalisis
secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi,
persentasi, rata-rata dan standar deviasi.
37

Analisis pertambahan berat badan ibu pada tiap trimester kehamilan menurut
kategori tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh (IMT) disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi. Masalah gangguan tumbuh kembang bayi lahir
berdasarkan ukuran antropometri (BB atau PB) serta skor Apgar diuraikan secara
deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, rata-
rata. Selanjutnya pengolahan data untuk indeks massa tubuh, pertambahan berat
badan ibu hamil, serta pengukuran status gizi bayi lahir dapat dilihat pada Tabel 9.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan
berat badan ibu selama kehamilan maupun tumbuh kembang bayi lahir dapat
dilakukan menggunakan analisis korelasi Pearson dan Spearman antara variabel
dependen dengan variabel independen. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dilakukan analisis
regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum
yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + …+ ß13 X13 + e
Dimana :
Y1 = Pertambahan BB ibu selama kehamilan (kg)
a = Konstanta (intercep)
ß1...13 = Koefisien Regresi
X1 = Status sosial ekonomi keluarga
X2 = Kebiasaan makan ibu hamil
X3 = Pengetahuan gizi dan kesehatan
X4 = Pemberian suple men tablet besi
X5 = Imunisasi TT
X6 = Paritas
X7 = Jarak dua kehamilan terakhir
X8 = Umur kehamilan
X9 = Frekuensi penyakit
X10 = Status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
X11 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X12 = Abortus ; 0 = jika ibu mengalami abortus, 1 = jika tidak
X13 = Lahir mati; 0 = jika ibu mengalami lahir mati, 1 = jika tidak
38

e = Pengaruh galat (error)

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi


lahir (BB/PB) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun
persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e
Dimana :

Y1 = Pertumbuhan bayi lahir, BB (gr) atau PB (cm)


a = Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi
X1 = IMT ibu sebelum hamil
X2 = Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X3 = LILA
X4 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X5 = Umur kehamilan
X6 = Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
X7 = Ketuban pecah lebih dini
e = Pengaruh galat (error)

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi


lahir (skor Apgar) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997).
Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y2 = a + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e

Dimana :

Y2 = Perkembangan bayi lahir (skor Apgar)


a = Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi
X1 = Umur kehamilan
X2 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X3 = Tekanan darah
X4 = Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X5 = Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
39

X6 = Ketuban pecah lebih dini


X7 = Berat badan bayi lahir
e = Pengaruh galat (error)

Tabel 11 Pengolahan data pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang


bayi lahir
No Data Variabel yang diolah Cutt off Point
1 Karakteristik sosial Pendidikan suami & istri, Kriteria pendapatan BPS
ekonomi keluarga pekerjaan istri dan suami, Kota Ambon (2005) :
umur, pendapatan, jumlah I.Miskin
anggota keluarga <Rp.392.227/kap/bulan
II. Tidak Miskin
>Rp.392.227/kap/bulan
Kriteria jumlah anggota
keluarga (BKKBN dalam
Pranadji dkk 2001) :
1. Kecil : = 4 orang
2. Besar : > 4 orang
2 Indeks Massa Tubuh BB (kg)/TB2 (m) Depkes (1994)
Kurus sekali : < 17,0
Kurus : 17-18,4
Normal : 18,5-24.9
Gemuk : 25,0-27,0
Obesitas : >27,0
3 Pertambahan BB Pertambahan BB normal [IOM] 1990 :
selama kehamilan BB kurang : 12,5-18 kg
BB normal : 11,5-16 kg
BB lebih/obes : 7-11,5 kg
4 LILA Lingkar lengan kiri atas Depkes (2002) :
Normal : > 23,5 cm
KEK : < 23,5 cm
5 Profil biokimia Ibu (Arisman 2002)
Tekanan darah Normal : 140/90 mmhg
Hb Normal : > 11 mg/dl
6 Massa gestasi Kondisi bayi lahir As’ad (2002)
Prematur : < 37 mgg
Cukup bulan : 37-42 mgg
Postterm : > 42 mgg
7 Status gizi bayi lahir Depkes (1995)
Panjang badan (PB) Normal : > 48 cm
Tidak normal : = 48 cm
Berat badan (BB) Normal : > 2500 gr
BBLR : = 2500 gr
8 Perkembangan bayi Skor Apgar Nanda (2001) :
lahir Sehat : 7 – 10
Moderate/sedang : 4 – 6
Berat/Bermasalah : 0 - 3
40

Batasan Operasional

1. Indeks massa tubuh (IMT) : ukuran antropometri unt uk mengukur status gizi
ibu sebelum hamil berdasarkan data berat badan (kg) dan tinggi badan (cm)
(BB/TB2 ) dengan kategori menurut Depkes (1996) sebagai berikut : kurus
sekali (IMT < 17,0); kurus ( IMT 17-18,4); normal ( IMT : 18,5-24,9);
gemuk (IMT 25,0-27,0) serta obesitas (IMT > 27).
2. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan : selisih berat badan ibu
hamil menjelang persalinan dengan berat badan awal sebelum hamil yang
dihitung dalam kilogram.
3. Pertumbuhan bayi lahir : kondisi gizi bayi yang diukur berasarkan berat
badan (BB) dan panjang badan (PB). BB bayi ditimbang dengan
menggunakan Baby Spring Scale (gr), sedangkan pengukuran PB bayi
dilakukan dengan menggunakan headboard (cm) . Berat badan normal bayi
lahir > 2500 gram dengan panjang > 48 cm.
4. Perkembangan bayi lahir : kemampuan adaptasi bayi baru lahir yang diukur
dengan skor Apgar yang dilakukan oleh dokter sebagai indikator bayi dalam
keadaan sehat, moderate atau berat. Untuk bayi sehat : 7-10; moderate : 4-6;
berat : 0-3.
5. Status gizi sebelum hamil : keadaan tubuh ibu sebelum hamil yang diukur
secara antropometri dengan metode Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan berat badan (BB) dengan kuadrat tinggi badan (TB):
(BB /TB2 ).
6. Status gizi ibu hamil : kondisi ibu hamil uang diukur berdasrkan kadar Hb
darah, tekanan darah, dan LILA. Kadar Hb darah normal = 11gr/dL; anemia
tingkat ringan (Hb > 10 gr/dL; sedang Hb = 8-10gr/dL; dan berat : Hb < 8
gr/dL) (Depkes, 1996). Sedangkan tekanan darah normal berkisar antara
140/90 mmHg. Ibu Hamil dikatakan normal bila memiliki ukuran LILA = 23,5
cm, tetapi jika < 23,5 cm maka ibu hamil tersebut beresiko KEK (kurang
energi kronis).
7. Status kesehatan ibu hamil : Kondisi kesehatan ibu yang diukur berdasarkan
frekuensi kejadian penyakit, misalnya ISPA dan penyakit lainnya selama
kehamilan.
41

8. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil : Tingkat pemahaman ibu


terhadap kesehatan dan gizi, diperoleh dari penilaian pada jawaban ibu hamil
terhadap sejumlah pertanyaan (kuisioner) yang diajukan, dinyatakan dengan
persen terhadap skor total yang dicapai oleh seorang ibu hamil.
Pengkategorian dilakukan menurut Khomsan (2000) bahwa ibu yang dapat
menjawab benar > 80% tergolong memiliki pengetahuan gizi tinggi, sedang
bila menjawab benar 60-80%, dan rendah bila menjawab benar < 60% dari
pertanyaan yang diajukan.
9. Kebiasaan makan ibu hamil : Perilaku konsumsi pangan dan gizi ibu hamil
baik jumlah (frekuensi makan) maupun jenis pangan, serta ada tidaknya
makanan pantangan/tabu.
10. Jarak dua kehamilan terakhir : Kurun waktu antara kehamilan terakhir
(baik normal mupun tidak normal) dengan waktu kehamilan sekarang.
kategori yang digunakan untuk jarak dua kehamilan terakhir : = 2 tahun dan
> 2 tahun.
11. Paritas : Jumlah kehamilan (baik kelahiran bayi hidup atau mati, bayi tunggal
atau kembar) yang pernah dialami oleh ibu tersebut. Pengkategorian paritas
sebagai berikut : = 2 kali dan > 2 kali.
12. Umur kehamilan : jangka waktu mulai dari terbentuknya konsepsi sampai
dengan waktu persalinan (melahirkan) dilakukan menurut perkiraan tenaga
kesehatan.
13. Tingkat pendidikan : jenjang pendidikan formal dan non formal yang
dicapai anggota keluarga contoh. Tingkat pendidikan formal antara lain SD,
SLTP, SLTA, dan Sarjana (S1).
14. Pekerjaan : jenis mata pencaharian yang menghasilkan nafkah dari setiap
anggota keluarga contoh yang sudah bekerja, baik utama maupun tambahan.
Jenis pekerjaan antara lain : petani, sopir/ojek, pedagang/wiraswasta,
karyawan swasta, polisi dan TNI, serta pegawai negeri sipil (PNS).
15. Besar keluarga : jumlah seluruh anggota keluarga yang hidup dalam satu
pengelolaan sumberdaya keluarga. Besar keluarga dikelompokkan
berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah
42

anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7
orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis

Kota Ambon berada sebagian di dalam wilayah Pulau Ambon. Secara


geografis Kota Ambon terletak pada posisi : 30 -40 lintang selatan dan 1280 -1290
bujur timur, dimana pada bagian utara berbatasan dengan Petuanan Desa Hitu dan
Kaitetu (Kecamatan Leihitu/Kabupaten Maluku Tengah), sebelah selatan
berbatasan dengan Laut Banda (Kecamatan Banda/Kabupaten Maluku Tengah),
sebelah timur berbatasan dengan Petuanan Desa Suli (Kecamatan
Salahutu/Kabupaten Maluku Tengah) dan sebelah barat berbatasan dengan
Petuanan Desa Hattu (Kecamatan Leihitu/Kabupaten Maluku Tengah).
Luas wilayah Kota Ambon seluruhnya 377 Km2 dan sesuai hasil survey Tata
Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota Ambon tercatat 359.45 km yang terbagi
atas tiga kecamatan, yakni : Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan luas
158.79 km2 diikuti Kecamatan Sirimau dengan luas 112.31 km2 dan Kecamatan
Nusaniwe seluas 88.35 km2 . Sementara jarak dari ibukota kecamatan adalah
sebagai berikut :
1. Kecamatan Nusaniwe :
Yang terjauh adalah 10 km dari desa Latuhalat, sedangkan yang terdekat
berjarak 3 km dari kelurahan Mangga Dua.
2. Kecamatan Sirimau :
Yang terjauh 16 km dari desa Hukurila, sedangkan yang terdekat 0.5 km dari
Kelurahan Karang Panjang.
3. Kecamatan Teluk Ambon Baguala
Yang terjauh 34 km dari desa Laha, sedangkan yang terdekat 3 km dari desa
Galala.
44

Kondisi Fisik

Kondisi fisik Kota Ambon dalam tinjauan penelitian ini mencakup :

1. Topografi

Wilayah Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang
berlereng terjal seluas ± 186.90 km2 atau 73% dan daerah dataran dengan
kemiringan sekitar 10% seluas ± 55 km2 atau 17% dari luas seluruh wilayah
daratan. Wilayah daratan tersebar pada tiga kecamatan .
Kota Ambon memiliki 10 buah gunung, diantaranya yang tertinggi adalah
gunung Nona yaitu 600 m dari permukaan laut; dialiri oleh sebanyak 15 buah
sungai, diantaranya yang terpanjang adalah sungai Sikula (Way-Sikula) yaitu
15.50 km.

2. Iklim

Iklim Kota Ambon adalah laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau
Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim sangat dipengaruhi oleh lautan
dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim barat atau utara
dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim
pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat
umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan pada
bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur
berlangsung dari bulan Mei sampai denga n bulan Oktober disusul oleh musim
pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.

Penduduk

Penduduk merupakan faktor dominan dalam perencanaan pembangunan.


Berdasarkan angka Registrasi Penduduk, jumlah penduduk Kota Ambon pada
tahun 2005 berjumlah 262.967 jiwa, meningkat sebesar 2.01 persen dari tahun
sebelumnya, yang merupakan peningkatan terendah dalam waktu lima tahun
terakhir.
Serupa dengan tahun-tahun sebelumnya, pola penyebaran penduduk di Kota
Ambon masih terkonsentrasi di Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan Sirimau
45

yang merupakan daerah pusat kota, dengan masing- masing sebesar 943 jiwa per
km2 dan 924 per km2 . Wilayah terluas dimiliki Kecamatan Teluk Ambon Baguala,
namun jumlah penduduknya paling rendah, sehingga kepadatannya hanya 477
jiwa untuk setiap km2 wilayahnya. Secara keseluruhan, tercatat kepadatan
penduduk di Kota Ambon sebesar 732 jiwa per km2 (Tabel 12).

Tabel 12 Luas wilayah, jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan


penduduk serta rata-rata jiwa per rumah tangga di kota Ambon
per kecamatan tahun 2001-2005
Jumlah
Luas Penduduk Rumah Kepadatan Rata-rata
Kecamatan Wilayah Tangga Penduduk Jiwa Per
Tiap Km2 Rumah
Tangga
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nusaniwe 88.35 83315 16891 943.01 4.93
Sirimau 112.31 103877 20518 924.94 5.06
Teluk Ambon Baguala 158.79 75775 15558 477.20 4.87

Kota Ambon
2005 359.45 262967 52967 731.58 4.96
2004 359.45 257774 52103 717.13 4.95
2003 359.45 244890 49395 681.29 4.96
2002 359.45 233319 50917 649.10 4.58
2001 359.45 220988 49806 614.79 4.44
Sumber: Registrasi Penduduk BPS Kota Ambon (2005-2006)

Karakteristik Keluarga Contoh

Umur

Umur contoh berkisar antara 18-35 tahun (27 ± 4.5 tahun). Umur Kepala
Keluarga (KK) berkisar antara 20-37 tahun (29 ± 4.4 tahun). Apabila umur
dikelompokkan, persentase terbesar contoh dan KK berumur 20-35 tahun yaitu
masing- masing 96.5% dan 93% (Tabel 13). Secara keseluruhan terlihat bahwa
contoh dan KK masih berada pada usia subur dan produktif yang berarti
kemampuan reproduksi masih tinggi. Menurut Hurlock (1980), tingkat umur
dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan emosional seseorang, karena
seseorang yang mempunyai umur lebih tua (dewasa) relatif lebih stabil emosinya
dan mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan orang yang lebih muda
usianya.
46

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kualitas


sumberdaya manusia. Pendidikan memberikan pengaruh terhadap sikap dan gaya
hidup termasuk gaya hidup yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan
sehingga ikut menentukan status gizi seseorang. Tingkat pendidikan contoh dan
KK bervariasi mulai dari SD sampai tingkat Akademi (D3) dan Sarjana (S1)
(Tabel 13). Sebagian besar contoh dan KK memiliki tingkat pendidikan formal
sampai SLTA, masing- masing 57% dan 61.5%.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat
pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : 1) Tingkat pendidikan
kepala rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan
ekonomi rumah tangga, 2) pendidikan istri disamping modal utama dalam
perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makanan untuk
rumah tangga (Tarwotjo & Soekirman 1988). Tingkat pendidikan yang dimiliki
ibu hamil juga berperan penting dalam kepedulian ibu terhadap janin yang
dikandungnya.
Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik
tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan
makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Jenis Pekerjaan

Dari 200 contoh yang terlibat dalam penelitian ini terdapat 128 orang (64%)
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan diantaranya yang masih berstatus
mahasiswa serta lulusan S1 yang belum mendapat pekerjaan. Sebanyak 18%
contoh bekerja sebagai karyawan swasta, lainnya PNS (17%) dan
Pedagang/Wiraswasta (1%). Walaupun lokasi penelitian di daerah perkotaan
namun didalamnya terdapat beberapa wilayah yang berstatus pedesaan sehingga
jenis pekerjaan KK bervariasi mulai dari petani hingga PNS. Terdapat 8% KK
bermata pencaharian sebagai petani, sopir/ojek (19%), pedagang /wiraswasta
(24.5%), karyawan swasta (9%), polisi dan TNI (19.0%), serta PNS (20.5%)
(Tabel 13). Jenis pekerjaan berkaitan erat dengan tingkat pendapatan yang dapat
47

dicapai untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pangan dan non pangan) baik
kuantitas maupun kualitas.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam


memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorientasi pada
kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan
tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan
dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat
mempengaruhi status gizi. Pendapatan total keluarga contoh diperoleh dari
beberapa sumber yaitu pendapatan KK dan pendapatan contoh sendiri yang
bekerja. Pendapatan total keluarga contoh per bulan berkisar antara
Rp 300 000.00 sampai Rp 4 000 000.00 (Rp1 470 750.00 ± Rp 1 110 155.00).
Apabila pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga, maka
diperoleh pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita perbulan berkisar dari
Rp 27 777.00 sampai Rp 1 333 333.00 (Rp 354 032.00 ± Rp 293 148.00).
Berdasarkan batasan garis kemiskinan Kotamadya Ambon tahun 2004 menurut
BPS (2005-2006) dengan rata-rata pendapatan perkapita sebesar Rp 392 227.00
per bulan, sekitar 18% keluarga contoh tergolong keluarga miskin (Tabel 13).
Rendahnya pendapatan dan pendidikan, ketrampilan dan akses sumber
pelayanan sosial, akan semakin sulit memperoleh pekerjaan yang layak sehingga
sulit memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anggota keluarga
(Hikmat 2004)
Sanjur (1982) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama
yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas makanan. Hal ini diperkuat oleh
Suhardjo (1989) bahwa apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk
pauk akan meningkat pula mutunya. Pendapatan menyebabkan daya beli yang
rendah sehingga tidak mampu membeli makanan dalam jumlah yang diperlukan,
keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat
berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi ibu hamil, menyusui,
dan anak balita.
48

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga


No Faktor Sosial Ekonomi Jumlah (n) Persentase (%)
A Umur Contoh (tahun)
Ibu :
1. < 20 7 3.5
2. 20-35 193 96.5
Kepala Keluarga (KK) :
1. 20-35 186 93
2. > 35 14 7
B Tingkat Pendidikan
Ibu :
1. SD 2 1
2. SLTP 12 6
3. SLTA 114 57
4. D3 13 6.5
5. (S1) 59 29.5
KK :
1. SLTP 16 8
2. SLTA 123 61.5
3. S1 61 30.5
C Jenis Pekerjaan
Ibu :
1. Ibu Rumah Tangga 128 64
2. Pedagang/wiraswasta 2 1
3. Karyawan Swasta 36 18
4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 34 17
KK :
1. Petani/Buruh 16 8
2. Sopir/Ojek 38 19
3. Pedagang/Wiraswasta 49 24.5
4. Karyawan Swasta 18 9
5. Polisi dan TNI 38 19
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 41 20.5
D Pendapatan Keluarga (per bulan)
1. < Rp 500 000.00 18 9
2. Rp 500 000.00 – Rp 1 000 000.00 88 44
3. Rp 1 500 000.00 – Rp 2 000 000.00 56 28
4. > Rp 2 500 000.00 38 38
E Besar Keluarga
1. Kecil (= 4 orang) 112 56
2. Sedang (5-7 orang) 80 44
F Jumlah Bayi lahir :
1. Perempuan 105 52.5
2. Laki-laki 95 47.5
Berat Bayi Lahir :
1. = 2500 gr 95 47.5
2. > 2500 gr 105 52.5
Skor Apgar
1. Ringan 40 20
2. Sedang 16 8
3. Sehat 144 72
49

Besar Keluarga

Ukuran atau jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi


pangan. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan
meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan
akan semakin tidak merata. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah
timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Jumlah anggota keluarga contoh
berkisar antara 3 sampai 7 orang (4 ± 1orang). Besar keluarga dikelompokkan
berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah
anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7
orang. Dengan demikian persentase untuk jumlah anggota keluarga contoh yang
= 4 adalah 56%, lainnya termasuk keluarga sedang (34.5%) dan keluarga besar
(9.5%) (Tabel 13).
Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan.
Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan nyata antara besar keluarga
dan kurang gizi pada masing- masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang
semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan
menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata.
Pangan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin hanya cukup untuk
keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian
tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.

Jumlah Bayi Lahir

Berdasarkan rekam medik dari ketiga Rumah Sakit diperoleh informasi


bahwa jumlah bayi yang dilahirkan dari bulan Januari sampai April adala h 1498.
Setelah melalui proses screening berdasarkan kriteria panelitian diperoleh 200
bayi yang terdiri dari perempuan (52.5%) dan laki- laki (47.5%). Jumlah bayi
dengan berat lahir normal adalah 52.5% dan yang teridentifikasi BBLR sejumlah
47.5%. Pengukuran skor Apgar pada bayi lahir yang menghasilkan bayi sehat
72%, sedang 8%, dan rendah 20% (Tabel 13).
50

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan

Pengetahuan gizi ibu hamil mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi


selama masa kehamilan baik kuantitas maupun kualitas, dalam hal ini keragaman
sumber pangan. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil dinilai berdasarkan
pemahaman responden tentang jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi selama hamil, fungsi makanan, zat gizi yang dibutuhkan untuk ibu
dan janin, 4 Sehat 5 Sempurna, Frekuensi pemeriksaan kehamilan, manfaat
pemeriksaan kehamilan, manfaat imuninsasi pada ibu hamil, tanda-tanda
kehamilan dan kebiasaan yang membahayakan janin, jarak kehamilan yang aman,
usia ideal untuk hamil serta berat bayi lahir yang dikatakan normal.
Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Instrumen
ini merupakan bentuk tes objektif yang paling sering digunakan. Didalam
menyusun instrumen ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam
tes, dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar. Pertanyaan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 pertanyaan diantaranya 10
pertanyaan menyangkut pengetahuan gizi contoh sedangkan 10 pertanyaan
lainnya tentang kesehatan kehamilan (Tabel 14). Bila jawaban benar menurut ilmu
gizi dan kesehatan diberi skor 1 dan jika salah skornya 0. Skor pengetahuan gizi
dan kesehatan contoh berkisar dari 10-18 (13 ± 2.7). Berdasarkan kriteria
pengetahuan gizi dan kesehatan menurut Khomsan (2000) terdapat sebagian besar
contoh (43.5%) memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan sedang (jawaban benar
antara 60-80% dari keseluruhan pertanyaan) dan hanya 24% contoh yang
memiliki pengetahuan gizi tinggi. Sementara 32.5% contoh memiliki pengetahuan
gizi rendah (Tabel 15).

Tabel 14 Pengetahuan gizi dan kesehatan kehamilan

No Pengetahuan Gizi dan Kesehatan n %


1 Mengetahui tentang 4 sehat 5 sempurna 120 60
2 Mengetahui bahwa mengkonsumsi susu selama hamil sangat 120 60
baik untuk kesehatan ibu dan anak
3 Mengetahui dan mengenal jenis pangan sumber karbohidrat, 115 57.5
protein, dan lemak serta kegunaanya.
51

4 Mengetahui zat gizi yang penting untuk pertumbuhan tulang 91 45.5


janin
5 Mengetahui bahan makanan yang penting untuk pertumbuhan 87 43.5
dan perkembangan otak janin
6 Mengetahui jenis makanan untuk mengatasi kekurangan darah 120 60
7 Mengetahui bahwa besi (Fe) sebagai tablet tambah darah 120 60
8 Mengetahui bahwa pentingnya mengkonsumsi suplemen 74 37
vitamin dan mineral untuk mengatasi kekurangan zat gizi selama
kehamilan
9 Mengetahui bahwa semasa kehamilan porsi makanan harus 135 67.5
ditambah
10 Mengetahui bagaimana tindakan mengatasi mual-mual, muntah 74 37
pada tiga bula n I: mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil
namun sering
11 Mengetahui bahwa pelayanan pada pemeriksaan kehamilan: 90 45
Timbang BB, tekanan darah, imunisasi TT, pemberian tablet
besi, pengukuran tinggi fundus uteri
12 Mengetahui dan memahami manfaat dan frekuensi pemeriksaan 150 75
kehamilan selama
13 Mengetahui bahwa gejala dari penyakit: pusing, muka pucat, 127 63.5
berkunang-kunang adalah anemia
14 Mengetahui dan memahami pentingnya menjaga jarak 87 43.5
kehamilan yang aman
15 Mengetahui dan memahami manfaat jenis imunisasi yang 90 45
diberikan selama hamil
16 Mengetahui dan memahami bahaya yang timbul bila hamil 165 82.5
kurang dari 20 tahun
17 Mengetahui bahwa berat bayi yang sehat = 2500 gr 138 69
18 Mengetahui bahwa kebiasaan merokok dan alkohol dapat 200 100
membahayakan janin
19 Mengetahui dan memahami tentang bayi yang lahir hidup tidak 138 69
cukup bulan kehamilan (prematur)
20 Mengetahui resiko yang sering dialami oleh bayi yang lahir 120 60
ridak cukup bulan kehamilan: BBLR dan kematian

Tabel 15 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi dan kesehatan


Contoh (Ibu Nifas)
Kategori Pengetahuan Gizi Jumlah (n) Persen (%)
Kurang (skor < 60%) 65 32.5
Sedang (skor 60-80%) 87 43.5
Tinggi (skor > 80%) 48 24
52

Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson


terdapat hubungan positif nyata antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan
tingkat pendidikan formal contoh dengan koefisien korelasi 0.304 (p>0.01).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh
menempuh tingkat pendidikan formal menengah (SLTA) sehingga skor
pengetahuan gizi dan kesehatan termasuk kategori sedang. Tingkat pendidikan ibu
berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya pada perawatan kesehatan dan
higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pascapersalinan, serta kesadarannya
terhadap kesehatan anak dan keluarganya (Utomo 1985).
Pada umumnya contoh telah mengetahui pentingnya konsumsi makanan
sehat dan bergizi. Namun dalam prakteknya, baik sikap maupun perilaku
mengalami hambatan, salah satu diantaranya masih kurang adanya kesadaran dan
motivasi dalam diri contoh. Di sisi lain masih ditemukan juga sebagian besar
contoh yang belum mengetahui zat gizi apa yang diperluk an untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin yang dikandung, porsi makanan yang dianjurkan untuk
ibu hamil serta pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan.
Faktor lain yang turut menentukan adalah status ekonomi keluarga. Namun
demikian menur ut Hardinsyah (1986), tingginya status ekonomi seseorang belum
dapat menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik bila tidak disertai dengan
pengetahuan gizi yang baik pula.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi maka sangat diperlukan suatu program
perbaikan gizi dalam upaya peningkatan pengetahuan gizi dan membangun
motivasi dalam diri contoh melalui penyuluhan dan konseling gizi secara dini
terhadap calon ibu yang akan hamil atau sedang hamil dengan selalu
memperhatikan latarbelakang contoh. Namun demikian selama wawancara terjadi
diskusi singkat dengan contoh terutama tentang pertambahan berat badan selam
kehamilan serta porsi makanan yang seharusnya dikonsumsi selama hamil, oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa penerimaan dan harapan mereka terutama
bagi yang bertempat tinggal bukan di pusat Kota Ambon terhadap penyuluhan dan
konseling gizi secara intensif sangat besar.
53

Kebiasaan Makan Ibu Hamil

Konsumsi pangan dan gizi yang cukup serta beragam akan menghasilkan
status gizi yang baik pula, keadaan ini dapat dicapai apabila terjadi keseimbangan
antara banyaknya jenis-jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya yang
dibutuhkan tubuh (Suhardjo 1990). Atas dasar demikian maka untuk mengetahui
konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang dapat dilakukan dengan cara
menilai konsumsi pangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian
secara kualitatif berkaitan dengan frekuensi makan, dimana frekuensi makan
menurut jenis yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan makan
serta cara memperoleh pangan. Kebiasaan makan merupakan cara seseorang
dalam memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan atas pengaruh
fisiologi, psikologis, budaya dan sosial. Kebiasaan makan dalam kelompok
memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok. Dalam
kebiasaan makan keluarga, ditemui keluarga-keluarga yang memprioritaskan
makanan bagi seseorang dengan alasan tertentu. Berdasarkan hasil penelitian
sebagian besar (76%) contoh lebih memprioritaskan makanan untuk ibu hamil
karena penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung serta
kesehatan ibu. Sedangkan 15.5% contoh memprioritaskan makanan untuk kepala
keluarga dan 8.5% contoh memilih untuk lebih memprioritaskan makanan untuk
anak.
Pada kehamilan trimester pertama lebih dari separuh contoh (57%)
mengalami penurunan selera makan dan sebesar 43% tidak mengalami penurunan
selera makan. Rata-rata contoh mengalami penurunan selera makan selama 3-4
bulan pertama kehamilan. Penuruan selera makan contoh biasanya mual- mual,
muntah, dan pusing (86%). Untuk mengatasi kurang nafsu makan, makanan yang
paling sering dikonsumsi contoh antara lain makanan yang asam, pedas, dan buah-
buahan. Hal itu dilakukan untuk menimbulkan selera makan ibu hamil yang
mengalami gejala-gejala tersebut diatas. Memasuki trimester kedua, selera makan
sebagian besar contoh kembali normal bahkan meningkat. Pada umumnya
kebiasaan makan contoh selama 6 bulan kehamilan terakhir (trimester II dan III)
adalah lebih banyak dibandingkan sebelum hamil (72%), namun ada juga yang
tidak mengalami perubahan kuantitas makanan, dimana sebelum dan selama
54

hamil selera makan tidak jauh berbeda (20%). Hanya sebagian kecil contoh (8%)
yang memiliki kebiasaan makan selama hamil adalah lebih sedik it dibanding
sebelum hamil
Menurut Khumaidi (1997) dalam kondisi hamil seorang ibu dianjurkan
untuk makan satu sampai dua piring lebih banyak daripada keadaan sebelum
hamil atau tidak hamil. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi
makan (menambah jumlah makan setiap kali makan selama hamil). Mengingat
bahwa konsumsi makanan selama hamil bukan hanya untuk ibu sendiri tetapi
untuk dua orang yakni ibu dan pertumbuhan serta perkembangan janin dalam
kandungan.
Adapun jenis makanan utama yang paling sering dikonsumsi contoh selama
hamil adalah makanan pokok (nasi, sagu), lauk pauk (ikan segar), serta sayuran
antara lain bayam, kangkung, daun singkong, sawi dan sayuran hijau lainnya serta
buah (pisang, jeruk, pepaya, semangka). Selain makanan utama, contoh juga
mengkonsumsi makanan selingan atau jajanan (60.5%). Makanan selingan atau
jajanan yang paling sering antara lain roti, biskuit, rujak, cokelat, bakso. Sebagian
besar contoh memilih untuk mengkonsumsi makanan selingan karena ingin
mengatasi gejala- gejala kehamilan, misalnya morning sickness dan memenuhi
rasa ngidam atau yang disebut sebagai bawaan bayi.
Dalam penelitian ini hampir sebagian besar contoh (58%) memiliki
kesadaran pentingnya mengkonsumsi susu bi u hamil selama hamil dan sebesar
19.5% tidak mengkonsumsi susu ibu hamil karena faktor ekonomi keluarga, tidak
mampu menjangkau harga susu ibu hamil dan tingkat kesukaan karena
menyebabkan mual- mual dan muntah. Ada juga contoh yang memilih untuk
mengkonsumsi susu ibu hamil tapi hanya kadang-kadang mengkonsumsi (22.5%),
Hal ini disebabkan selain karena faktor ekonomi juga karena contoh memiliki rasa
takut gemuk sehingga akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah faktor
ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) yakni pengaruh kelompok sosial.
Dalam penelitian ini anjuran untuk mengkonsumsi makanan tertentu misalnya
buah-buahan, sayur, dan susu paling banyak berasal dari pihak keluarga (67%)
dan teman (14.5%). Hampir sebagian besar contoh mengikuti anjuran yang
55

berasal dari keluarga maupun teman (57%) dan lainnya kadang-kadang (24.5%)
dan tidak mengikuti (18.5%).

Tabel 16 Persentasi contoh menurut kebiasaan makan selama hamil


Indikator Jumlah (n) Persen (%)
A. Kebiasaan makan :
- Trimester I :
1. Penurunan selera makan selama hamil 114 57
2. peningkatan selera makan selama hamil 86 43
- Trimester II & III :
1. Penurunan selera makan selama hamil 16 8
2. Sama banyak dengan sebelum hamil 40 20
3. peningkatan selera makan selama hamil 144 72
B. Frekuensi makan :
1. Satu kali 16 8
2. Dua kali 38 19
3. Tiga kali 12 56
4. Empat kali 34 17
C. Gejala -gejala pada trimester I kehamilan :
1. Mual-mual 131 65.5
2. mual, muntah, dan pusing 41 20.5
3. Tidak 28 14
D. Mengkonsumsi makanan jajanan/selingan :
1. Ya 121 60.5
2. Kadang-kadang 38 19
3. Tidak 41 20.5
E. Minum susu ibu hamil :
1. Ya 116 58
2. Kadang-kadang 45 22.5
3. Tidak 39 19.5
F. Makanan pantangan/tabu :
1. Ya 48 24
2. Tidak 152 76

Mayoritas contoh dalam penelitian ini tidak memiliki makanan pantangan,


namun demikian sekitar 24% contoh mengetahui tentang makanan pantangan
serta tidak mengkonsumsinya selama hamil (Tabel 16). Makanan yang dianggap
pantang untuk dikonsumsi selama kehamilan antara lain durian, nenas, nangka,
cempedak, sukun serta jenis makanan laut tertentu misalnya cumi-cumi, sotong,
penyu. Alasannya bila mengkonsumsi makanan- makanan tersebut selama hamil
maka tubuh janin atau bayi mereka sewaktu lahir akan kotor serta menyebabkan
keguguran. Sedangkan untuk makanan laut tertentu seperti disebutkan diatas akan
menyebabkan gatal- gatal bahkan contoh beranggapan janin atau bayinya akan
sering kena penyakit gatal-gatal atau bisul. Namun kenyataan yang terjadi contoh
56

tetap mengkonsumsinya dengan pertimbangan pentingnya zat-zat gizi yang


terkandung dalam makanan tersebut.
Analisis kuantitatif yang didasarkan atas kelompok bahan makanan dan
frekuensi konsumsinya per bulan menunjukkan bahwa makanan pokok nasi
merupakan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari dengan rata-rata konsumsi
2-3 kali per hari, sedangkan rata-rata frekuensi konsumsi pada saat hamil adalah
3-4 kali per hari. Jenis pangan pokok yang paling sering dikonsumsi contoh
sebelum dan saat hamil adalah nasi dan sagu.
Zat- zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam kandungan diperoleh dari konsumsi makanan ibu selama hamil. Sumber
energi protein hewani yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah ikan segar,
telur ayam, daging ayam, daging sapi, dan daging babi. Jenis pangan hewani yang
paling sering dikonsumsi adalah ikan segar dengan rata-rata konsumsi per hari
sebelum hamil adalah 2 kali dan pada saat hamil 2-3 kali. Pada umumnya jenis
pangan hewani yang banyak dikonsumsi contoh meningkat frekuensinya pada saat
hamil dibandingkan sebelum hamil. Sementara sumber energi dari pangan nabati
yang dikonsumsi oleh contoh adalah tempe, tahu, kangkung, bayam, sawi, kacang
panjang, kacang hijau, daun singkong dan daun melinjo. Pada umumnya cara
mengkonsumsi pangan nabati terutama sayuran hijau setiap hari dengan jenis
yang berbeda-beda. Rata-rata konsumsi pangan nabati meningkat pada saat hamil
dibandingkan dengan sebelum hamil.
Selain pangan pokok, pangan hewani, dan nabati, contoh juga
mengkonsumsi buah-buahan, antara lain pepaya, jeruk, pisang, apel, dan mangga.
Rata-rata contoh mengalami peningkatan dalam mengkons umsi buah-buahan
selama hamil dibandingkan sebelum hamil. Jenis makanan jajanan yang paling
sering dikonsumsi contoh selama hamil adalah roti, pisang goreng, kue, dan rujak.
Hal ini paling sering terjadi pada ibu hamil karena tuntutan janin atau dengan kata
lain bawaan bayi (ngidam) serta untuk mengurangi rasa mual- mual, muntah, dan
pusing selama trimester kehamilan terutama trimester I. Selain makanan- makanan
tersebut diatas, contoh juga banyak mengkonsumsi susu, gula, dan teh. Pada
umumnya kebiasaan makan ibu meningkat selama hamil dibandingkan sebelum
hamil (Tabel 17).
57

Tabel 17 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan dan gizi


Rata-rata Frekuensi Rata-rata Frekuensi
Kelompok Bahan Pangan Konsumsi per hari (kali) Konsumsi per minggu (kali)
dan Jenis Makanan Sebelum Saat Sebelum Saat
Hamil Hamil Hamil Hamil
Pangan pokok :
1. Nasi 2 3–4 14 21-28
2. Singkong 1 1-2 2-3 3-4
3. Sagu 1 1-2 2-3 3-4
4. Keladi 1 1 2-3 3-4
5. Pisang 1 1-2 2-3 3-4
Pangan Hewani :
1. Daging sapi 2-3 3-4 2* 3*
2. Daging ayam 2-3 3-4 2-3 3-4
2. Daging babi 1 1-2 1* 1*
4. Ikan segar 2-3 3-4 14 21-28
5. Telur ayam 1-2 1-2 1-2 2-3
Pangan Nabati :
1. Tahu 1-2 2-3 2-3 3-4
2. Tempe 1-2 2-3 2-3 3-4
3. Kangkung 1-2 2-3 1-2 1-2
4. Bayam 1-2 2-3 1-2 2-3
5. Sawi 1-2 1-2 1-2 2-3
6. Daun Singkong 2-3 2-3 2-3 3-4
7. Kacang Panjang 1-2 1-2 1-2 2-3
8. Kacang hijau 1-2 2-3 1-2 3-4
9. Daun Melinjo 2-3 1-2 2-3 2-3
Buah-buahan :
1. Pepaya 1-2 2-3 2-3 3-4
2. Jeruk 1-2 3-4 2-3 3-4
3. Apel 1-2 2-3 1-2 2-3
4. Mangga 1-2 3-4 2-3 3-4
5. Pisang 1-2 3-4 1-2 3-4
Makanan
Selingan/Jajanan :
1. Pisang goreng 1-2 1-2 2-3 2-3
2. Roti 1-2 2-3 3-4 5-6
3. Kue 1-2 3-4 2-3 3-4
4. Biskuit 1-2 3-4 2-3 12-14
5. Bakso 1 1 2-3 2-3
6. Cokelat 1 2-3 2-3 5-6
7. Rujak 1 1-2 1-2 2-3
Lain-lain :
1. Gula 2 1-2 10-12 12-14
2. Susu 2 2-3 10-12 12-14
3. Teh 2 1-2 10-12 10-12
Keterangan: * bila tersedia dalam menu
58

Status Gizi Ibu Sebelum Hamil

Salah satu cara yang mudah untuk mengetahui keadaan gizi adalah dengan
menilai ukuran tubuh. Berat dan tinggi badan merupakan ukuran antropometri,
dimana informasi data berat badan dapat memberi gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak) sedangkan tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Dari antara kedua ukuran antropometri tersebut, berat badan dikatakan
lebih labil dibandingkan dengan tinggi badan, karena berat badan (massa tubuh)
sangat sensitif terhadap perubahan keadaan mendadak, misalnya terserang
penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan relatif kurang
sensitif terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi gizi
terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama
(Riyadi 2003). Berdasarkan hasil penelitian BB dan TB contoh masing- masing
berkisar antara 36-73 kg (49 ± 7.4 kg) dan 144-171 cm (156.9 ± 6.3 cm).
Index berat/tinggi banyak digunakan dalam surve i maupun keperluan klinik
adalah index quetelet yang kemudian oleh Keys dkk (1972) disebut sebagai Body
Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT dapat memberikan
indikasi kelebihan timbunan lemak tubuh yang dapat dikaitkan dengan resiko
penyakit. IMT akan sangat bermanfaat apabila dikaitkan dengan mortalitas,
morbiditas dan kemampuan berproduksi. Berdasarkan kategori Depkes (1994)
tentang IMT, menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% contoh berstatus gizi normal
dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Sedangkan yang lainnya termasuk
kategori kurus, gemuk, dan obes (Tabel 19).

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Umur
Kategori IMT 36-54 55-73 144-157 158-171 < 20 20-35
(IOM 1990) n % n % n % n % n % n %
Kurus 109 54.5 1 0.5 37 18.5 73 36.5 2 1 108 54
Normal 45 22.5 23 11.5 57 28.5 11 5.5 3 1.5 65 32.5
Gemuk 0 0 19 9.5 16 8 3 1.5 2 1 17 8.5
Obes 0 0 3 1.5 3 1.5 0 0 0 0 3 1.5
Total 154 77 46 23 113 56.5 87 43.5 7 3.5 193 96.5
59

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Umur
Kategori IMT 36-54 55-73 144-157 158-171 < 20 20-35
(Depkes 1994) n % n % n % n % n % n %
Kurus sekali 62 31.5 0 0 22 11 40 20 0 0 62 31
Kurus 32 16 0 0 10 5 22 11 2 1 30 15
Normal 60 30 17 8.5 55 27.5 22 11 3 1.5 74 37
Gemuk 0 0 20 10 18 9 1 0.5 2 1 18 9
Obes 0 0 9 4.5 8 4 2 1 0 0 9 4.5
Total 154 77.5 46 23 113 56.5 87 43.5 7 3.5 193 96.5

Status gizi ibu (IMT) sebelum hamil menurut kategori IOM (1990)
menunjukkan bahwa sejumlah besar contoh (57%) tergolong dalam IMT kurus
dan 32.5% termasuk normal (Tabel 18). Selanjutnya bila dibandingkan dengan
kategori IMT menurut Depkes (2002) menunjukkkan bahwa 46% contoh
tergolong dalam IMT kurus dan 37.5% contoh berada dalam batas IMT normal
(Tabel 20). Dengan demikian dapat dilihat bahwa kategori IMT menurut IOM
(1990), Depkes (1994), dan Depkes (2002) tidak memiliki perbedaan yang berarti.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT)
Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Umur
Kategori IMT 36-54 55-73 144-157 158-171 < 20 20-35
(Depkes 2002) n % n % n % n % n % n %
Kurus 94 47 94 47 32 16 63 31 2 1 92 46
Normal 60 30 78 39 56 28 22 11 3 1.5 75 37.5
Gemuk 0 0 18 9 17 8.5 1 0.5 2 1 16 8.0
Obes I 0 0 10 5 8 4 2 1 0 0 10 5.0
Obes II 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 154 77 113 56.5 113 56.5 87 43.5 7 3.5 193 96.5

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil

Pertambahan berat badan selama kehamilan dalam penelitian ini lebih


terkonsentrasi kepada ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal.
Kenaikan berat badan contoh berkisar antara 5-20 kg (12.6 ± 2.4 kg).
Sebagaimana anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan menurut
60

Depkes (2002) adalah berkisar antara 10-12.5 kg. Berdasarkan anjuran tersebut
maka dapat dibuat kategori pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
menurut berat dan tinggi badan sebelum hamil. Pertambahan berat badan selama
kehamilan baik menurut BB maupun TB sebelum hamil menunjukkan bahwa
sebagian besar contoh lebih menyebar normal pada BB dan TB sebelum hamil
yakni 39-55 kg serta 144-156 dengan pertambahan berat badan berkisar antara
10-12.5 kg serta lebih dari 12.5 kg. Rata-rata pertambahan berat badan contoh
menurut IMT adalah sebagai berikut: kurus sekali (14.3 ± 5.1); kurus (13.5 ± 3.6);
normal (12.9 ± 2.2); gemuk (11.6 ± 1.4); serta obes (11.7 ± 3.4).

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil


menurut BB dan TB sebelum hamil
Berat badan (kg) Tinggi Badan
Pertambahan 39 - 55 56 -72 144 - 156 157 - 170 Total
berat badan (kg) n % n % n % n % n %
< 10 2 1.9 2 1.9 2 1.9 2 1.9 8 7.6
10 -12.5 25 23.8 21 20 39 37.1 7 6.7 92 87.6
> 12.5 47 44.8 8 7.5 38 36.2 17 16.2 110 104.7
Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara (N = 105)

50
40
30
Jumlah

20
10
0
< 10 10 - 12,5 kg > 12,5
Range Pertambahan BB Selama Hamil

BB ibu sebelum hamil 39-55 BB ibu sebelum hamil 56-72


TB ibu 144-156 TB ibu 157-170
Indeks Massa Tubuh Kurus sekali Indeks Massa Tubuh Kurus
Indeks Massa Tubuh Normal Indeks Massa Tubuh Gemuk
Indeks Massa Tubuh Obes

Gambar 5 Pertambahan BB Ibu Hamil menurut BB, TB, dan IMT.

Berdasarkan status gizi sebelum hamil dalam hal ini indeks massa tubuh
menurut kategori Depkes (1994) maka dalam penelitian lebih banyak ditemukan
ibu hamil dengan IMT normal (62.9%), dimana pertambahan berat badan ibu
61

selama kehamilan adalah berkisar antara 5-17 kg (12.9 ± 2.2). Hasil penelitian ini
sejalan dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa pertambahan berat total
badan ibu selama kehamilan berada pada rentang 8-14 kg. Lebarnya rentang
pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu
misalnya TB, kondisi sosial ekonomi, tingkat konsumsi pangan. Hasil penelitian
yang berkaitan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dari
beberapa lokasi yang berbeda menunjukkan angka pertambahan berat badan yang
berbeda pula yaitu 11.3 kg di kota Manado (Kawengiang 2004); di pedesaan
Kabupaten Bogor 7.8 kg (Hardinsyah 2000) serta di pedesaan Purworedjo 8.3 kg
(Winkvist dkk 2002).

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil


menurut IMT (Depkes 1994)
IMT sebelum hamil Pertambahan BB (kg) Jumlah (n) Persen (%)
Kurus sekali 10 – 20 (14.3 ± 5.1) 3 2.9
Kurus 8 – 20 (13.5 ± 3.6) 8 7.6
Normal 5 – 20 (12.8 ± 2.2) 66 62.9
Gemuk 10 - 15 (11.6 ± 1.4) 19 18.1
Obes 8 - 20 (11.7 ± 3.4) 9 8.6
Total 105 100
Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara

Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil


menurut IMT (Depkes 2002)
IMT sebelum hamil Pertambahan BB (kg) Jumlah (n) Persen (%)
Kurus 8-20 (13.73 ± 3.80) 11 10.47
Normal 5-20 (12.88 ± 2.15) 66 62.86
Gemuk 10-13 (11.44 ± 1.20) 18 17.14
Obes I 8-20 (11.60 ± 3.24) 10 9.52
Obes II 0 0 0
Total 105 100
Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara

Pertambahan berat badan selama hamil berdasarkan kategori IMT


menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (62.9%) menurut Depkes (1994) dan
62.86% (Depkes 2002) berada pada IMT normal serta masing- masing mengalami
pertambahan berat badan berkisar antara 12.8 ± 2.2 kg dan 12.88 ± 2.15 kg
(Tabel 22 dan 23). Hal ini bila dibandingkan dengan anjuran pertambahan berat
badan menurut IOM (1990) maka terlihat bahwa 61% contoh yang termasuk
dalam IMT normal mengalami pertambahan berat badan berkisar antara
62

12.62 ± 1.85 kg, sedangkan yang dianjurkan oleh IOM adalah 11.5-16 kg
(Tabel 24).

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil


IMT n % Pertambahan BB (kg) Pertambahan BB (kg)
sebelum Hamil IOM (1990) Contoh
Kurus 22 22.95 12.5 – 18 8 – 20 (13.86 ± 3.28)
Normal 61 58.10 11.5 – 16 5 – 20 (12.62 ± 1.85)
Gemuk 19 18.10 7.0 – 11.5 9 – 13 (10.95 ± 1.13)
Obes 3 2.86 7.0 8 – 20 (13.33 ± 6.11)
Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara

Pertambahan berat badan contoh selama kehamilan trimester I rata-rata


1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan
rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg (Gambar 6). Dengan demikian dapat
diprediksikan bahwa pada trimester I rata-rata pertambahan berat badan ibu
adalah 0.1 kg per minggu, selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada
trimester II dan III, masing- masing 0.3 kg dan 0.5 kg per minggu. Hal ini sangat
sejalan dengan beberapa hasil penelitian, salah satunya oleh Kawengian (2004)
tentang pertambahan berat badan ibu hamil (n=155 orang) di Kota Manado,
Sulawesi Utara yakni berkisar antara 4-24 kg (11.3 ± 3.8 kg), sementara
pertambahan berat badan tiap trimester kehamilan adalah 1.4 ± 2.4 kg;
3.7 ± 2.9 kg; dan 4.8 ± 2.6 kg. Selanjutnya bila dibandingkan dengan studi yang
dilakukan oleh Winkvist dkk (2002) terhadap 251 ibu hamil di daerah Purworejo,
Jawa Tengah menunjukkan adanya perbedaan yakni rata-rata pertambahan berat
badan ibu selama kehamilan trimester I adalah 0.08 kg per minggu dan meningkat
pada trimester II dan III masing- masing 0.34 dan 0.26 kg per minggu. Sebagian
besar contoh terutama yang memiliki IMT normal sebelum hamil mengalami
pertambahan berat badan pada trimester kedua dan ketiga, hal ini karena terjadi
peningkatan selera makan baik makanan pokok maupun makanan selingan.
Sebaliknya contoh yang mengalami penurunan selera makan atau tidak
mengalami perubahan kuantitas makan, pertambahan berat badan cenderung lebih
rendah.
63

Rata-rata Pertambahan BB Ibu Tiap Trimester Kehamilan


7.00
6.49
6.00
Pertambahan BB

5.00
4.00 4.27
3.00
2.00 1.87
1.00
0.00
Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

Gambar 6 Rata-rata Pertambahan BB Ibu selama Trimester Kehamilan

Kenyataan menunjukkan bahwa ibu yang mengalami pertambahan berat


badan 5-9 kg rata-rata melahirkan bayi dengan berat lahir relatif rendah yakni
2600 gr, namun demikan dalam penelitian ini hanya sebagian kecil dari contoh
mengalami hal tersebut (1.9%). Sebaliknya ibu dengan pertambahan berat badan
sebagaimana yang dianjurkan Depkes (2002) cenderung melahirkan bayi dengan
berat lahir rata-rata = 3000 gr. Pertambahan berat < 1 kg selama trimester II,
apalagi trimester III akan menimbulkan resiko yang tinggi terhadap kelahiran
berat badan rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian
prenatal (As’ad 2002). Pertambahan berat badan yang berlebihan setelah minggu
XX menyiratkan terjadinya retensi air, yang sekaligus bertalian dengan janin besar
dan resiko penyulit disproporsi kepala panggul (DKP), dimana retensi yang
berkelebihan juga merupakan tanda awal preeklampsia (Arisman, 2002).

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara pertambahan berat


badan ibu hamil dengan berat badan bayi lahir serta skor Apgar
Berat Badan Bayi Lahir Skor Apgar
Pertambahan BB BBLR Normal Rendah Sedang Sehat
Ibu Hamil (kg) n % n % n % n % n %
< 10 16 8 4 2 10 5 6 3 4 2
10 -12.5 77 38.5 45 22.5 30 15 9 4.5 83 41.5
> 12.5 2 1 56 28 0 0 1 0.5 57 28.5
Total 95 47.5 105 52.5 40 20 16 8 144 71

Meskipun laju pertambahan berat badan pada trimester II dan III pada
dasarnya sama, penimbunan proporsi ibu dan pertambahan jaringan janin tidak
berlangsung serentak. Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang
trimester II. Sementara pertumbuhan janin dan plasenta serta pertambahan jumlah
cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.
64

Status gizi ibu, baik sebelum hamil maupun ketika sedang hamil, merupakan
faktor utama, disamping faktor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan
keadaan kesehatan, sangat mempengaruhi terhadap hasil konsepsi. Bila status gizi
ibu baik dan status kesehatannya selama kehamilan tidak jelek (tidak menderita
misalnya hipertensi), serta tidak mempunyai kebiasaan buruk (perokok atau
pecandu alkohol) maka status gizi bayi yang dilahirkan juga baik dan sebaliknya.

Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan

Pemeriksaan kehamilan dan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas


dan bidan di desa untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya penyakit
lain. Pada pemeriksaan ini dilakukan pelayanan kesehatan secara berkala pada ibu
hamil, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah,
pengukuran tinggi puncak rahim, pemberian tablet besi (Fe) dan yodium, serta
pemberian imunisasi.
Dari tiga puskesmas (puskesmas Rijali, puskesmas Waihaong, dan
puskesmas Tawir i) diperoleh informasi bahwa pelayanan kesehatan seperti yang
disebutkan diatas sampai saat ini berjalan sebagaimana mestinya, bahkan
pelayanan posyandu untuk bumil dan balita masih aktif. Pada umumnya selama
kehamilan contoh melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur baik melalui
dokter spesial kandungan maupun melalui puskesmas dan posyandu. Hal ini
terlihat dengan banyaknya jumlah contoh (96%) yang memperoleh imunisasi TT
sebanyak dua kali yakni pada kehamilan bulan ke-7 dan ke-9 serta mengkonsumsi
tablet besi (85%).
Sebagian kecil responden tidak mengkonsumsi suplemen tablet besi dan
imunisasi TT, karena alasan tidak cocok atau alergi dan adanya anggapan bahwa
mengkonsumsi berbagai jenis pil/obat akan menyebabkan banyak kelainan pada
bayi serta karena tidak rutinnya melakukan pemeriksaan kehamilan ke puskesmas
dengan alasan faktor ekonomi. Hal ini berhubungan dengan masih terbatasnya
informasi tentang pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil, terutama bagi
mereka yang berada pada kalangan ekonomi lemah serta status pernikahan yang
belum jelas. Namun yang paling mendasar dalam masalah ini adalah kurang
adanya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan selama hamil.
65

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan


Pemeriksaan Kehamilan *Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama
dan Kesehatan kehamilan (kg)
Suplementasi Fe 170 85 11.85 ± 2.30
Imunisasi TT 192 96 11.60 ± 2.32
Sumber data : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara
* Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)

Status Gizi Ibu Hamil

Indikator penilaian status gizi ibu hamil secara antropometri selain


berdasarkan berat badan dapat juga dilihat berdasarkan ukuran LILA (lingkar
lengan atas). Pada wanita hamil, malnutrisi (gizi kurang atau gizi lebih)
menunjukkan odem, tetapi jarang mengenai lengan atas. Menurut Depkes (1994)
pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat umum, untuk
mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK), jumlah
hemoglobin (Hb) darah, serta tekanan darah. Dalam penelitian ini ukuran LILA
contoh berkisar antara 20-27.5 cm (23.3 ± 2 cm) dimana sebanyak 52.5% contoh
memiliki ukuran LILA = 23.5 cm, sedangkan yang lainnya (47.5%) memiliki
LILA < 23.5 cm.
Salah satu ciri dari anemia gizi besi adalah berkurangnya jumlah Hb darah.
Nilai hemoglobin darah contoh berkisar antara 8.4-14 g/dL (11.6 ± 1.7 g/dL).
Sebanyak 38.2% contoh memiliki kadar Hb < 11 g/dL yakni, sedangkan 61.8%
contoh memiliki kadar Hb > 11 g/dL. Namun demikian kondisi contoh yang
tergolong anemia (Hb < 11 g/dL) sebelum hamil sampai pada trimester I
memiliki jumlah Hb normal (Hb > 11 g/dL) dan sebagian besar dari mereka
mengalami penurunan jumlah HB darah setelah memasuki trimester terakhir
kehamilan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ladipo (2000) yang
menyatakan bahwa prevalensi anemia meningkat dari trimester kedua ke trimester
ketiga, keadaan ini terjadi karena volume plasma ibu meningkat sebagai akibatnya
adanya reaksi fisiologi normal pada ibu. Meskipun sel darah merah juga
meningkat selama kehamilan, tetapi peningkatannya tidak sejalan dengan
peningkatan volume plasma. Hanya sebagian kecil dari contoh yang sebelum
66

hamil sudah mempunyai resiko anemia gizi besi sehingga pada saat hamil pun
mengalami kondisi demikian.
Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan terdapat hubungan antara
anemia ibu hamil trimester terakhir dengan bayi prematur, berat bayi lahir rendah
(BBLR), dan kematian bayi. Penelitian lain menunjukkan bahwa anemia
merupakan penyebab utama dari tingginya angka kematian ibu melahirkan di
negara berkembang. Berdasarkan Depkes (2003) bahwa masalah gizi pada ibu
hamil yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah anemia dengan prevalensi
40% pada tahun 2001. Hasil penelitian terhadap ibu hamil di Kota Bogor
menunjukkan bahwa faktor utama anemia bumil adalah KEK, umur kehamilan
trimester III serta paritas, dimana ibu hamil yang beresiko KEK berpeluang
menderita anemia 2.76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak beresiko,
umur kehamilan trimester III 1.92 kali lebih besar dibandingkan trimester I dan II
(Darlina dan Hardinsyah 2003).
Selain ukuran LILA dan jumlah Hb darah, dalam penelitian ini juga
menggunakan indikator tekanan darah sebagai penilaian status gizi ibu hamil.
Sebagian besar contoh (57.5%) memiliki tekanan darah normal (< 140/90 mmHg),
tekanan darah rendah (32.5%) dan sisanya (20%) contoh memiliki tekanan darah
tinggi. Hubungan antara kehamilan dengan tekanan darah terutama yang disebut
sebagai hipertensi adalah tergambar melalui kejadian preeklampsia dan eklampsia.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh
kehamilan, yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuri masif setelah
minggu ke 20 dan jika disertai kejang disebut eklampsia (Sudinaya 2000). Dengan
semakin buruknya keadaan ini, wanita hamil bisa mengalami nyeri kepala, pening,
gangguan penglihatan, dan nyeri di bagian atas perut (Trish Booth 2004).
Kejadian ini paling sering terjadi pada ibu hamil yang berusia 20-35 tahun yang
berasal dari golongan ekonomi lemah dan menderita kekurangan gizi. Hal tersebut
juga ditemukan pada responden dalam penelitian ini, dimana responden yang
memiliki tekanan darah tinggi paling banyak berus ia 20-35 tahun dan mempunyai
tingkat ekonomi keluarga lemah. Namun demikian kondisi tersebut tidak
teridentifikasi sebagai defisiensi zat gizi, hanya penurunan selera makan sebagai
akibat bawaan bayi.
67

Tabel 27 Sebaran contoh menurut indikator status gizi


Indikator Status Gizi *n % Pertambahan BB Bayi Lahir Skor Apgar
BB Ibu (gr)
Hamil (kg)
Ukuran Lingkar lengan Atas (LILA) :
A. Normal (= 23.5 cm) 105 52.5 12.55 ± 2.41 3160.00 ± 395.80 7-9
B. KEK (< 23.5 cm) 95 47.5 10.35 ± 1.60 2200.00 ± 382.18 3-6
Kadar Hb Darah :
A. Normal (= 11 gr/dL) 124 61.8 12.38 ± 2.34 3.32.66 ± 447.22 7-9
B. Anemia (< 11gr/dL) 76 38.2 10.08 ± 1.48 2167.76 ± 463.88 3-6
Tekanan Darah (TD) :
A. Rendah (< 140/90 mmHg) 65 32.5 10.43 ± 1.42 2175.38 ± 444.95 3-9
B. Normal (140/90 mmHg) 115 57.5 12.26 ± 2.62 3081.74 ± 452.06 7-9
C. Tinggi (> 140/90 mmHg) 20 20 10.65 ± 0.99 2250.00 ± 264.08 3-9
Sumber data (LILA, Hb darah, TD): KMS Ibu Hamil Contoh
* Hasil perhitungan dari keseluruhan responden (N = 200)

Jarak Dua Kehamilan Terakhir

Status kesehatan dan gizi akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan


biologis seseorang. Faktor penyebab natalitas dan mortalitas antara lain faktor
biologis dan paling sering dialami oleh wanita usia subur (15-49 tahun) yang
memiliki potensi untuk hamil. Melahirkan anak pada usia ibu yang terlalu muda
atau tua mengakibatkan kualitas janin/bayi yang rendah dan juga merugikan
kesehatan ibu. Jarak kehamilan yang terlalu dekat pun akan menyebabkan hal
yang serupa. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kondisi
tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan
setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali maka akan
menimbulkan masalah gizi bagi si ibu maupun janin/bayi berikut yang
dikandungnya. Sebagian besar (54%) contoh mempunyai jarak kehamilan
= 2 tahun dan > 2 tahun (46%).

Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan


Jarak Dua Kehamilan *Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama
Terakhir kehamilan (kg)
=2 92 54 11.66 ± 1.87
>2 108 46 11.37 ± 2.67
Sumber data : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara
Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)

Berdasarkan kenyataan yang paling sering terjadi bahwa jarak kehamilan ibu
hamil di Kota Ambon adalah = 3 tahun, alasan utama yang mendasari adalah
68

kehidupan perekonomian yang relatif mahal baik pangan maupun non pangan.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, hampir sebagian besar contoh mengatur jarak
kehamilan (rata-rata > 2 tahun). Hal ini nampak jelas dalam laju pertumbuhan
penduduk pada tahun 2005 di Kota Ambon hanya mencapai 2.01% dimana
peningkatan ini merupakan yang terendah dalam waktu lima tahun terakhir
(BPS Kota Ambon 2005-2006).
Belakangan ini setelah pemulihan kondisi Kota Ambon dari konflik
kemanusiaan baru banyak ditemukan kehamilan dengan jarak = 2 tahun dan
biasanya pada umur = 25 tahun terutama di kalangan remaja (SLTA) dan
mahasiswa. Hal ini terkait dengan masalah seksualitas yang sedang meningkat
dan mewarnai kehidupan remaja putri Kota Ambon. Menurut King (2003) bahwa
pada keha milan remaja, BBLR dan keguguran lebih sering dialami sampai dua
kalinya dibandingkan dengan wanita hamil cukup dewasa sedangkan kematian
neonatal hampir mencapai tiga kalinya. Wanita dengan jarak antar kehamilan
pendek ataupun kehamilan usia muda berada pada usia muda berada pada resiko
tinggi mengalami keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan
prematur.

Paritas

Mata dan Wyatt (1985) dalam Satoto (1990) menganalisis bahwa paritas
pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan, yang manifestasinya nyata
pada persediaan energi dan zat gizi ibu dan kemampuan ibu untuk memelihara
dan memberikan ASI sesudah kelahiran anak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar contoh telah mengalami satu kali kehamilan, dan diikuti
contoh yang belum pernah hamil (sedang hamil anak pertama) dan selanjutnya
dapat dilihat pada Tabel 29.
Berdasarkan informasi paritas dapat diketahui frekuensi kehamilan. Dalam
penelitian ini frekuensi kehamilan contoh berkisar antara 1-5 kali kehamilan (2 ±
1 kali). Dari 200 contoh yang pada persalinan terakhir dengan bayi lahir hidup,
sebelumnya mengalami keguguran = 1kali ( 21%), lahir dengan bayi prematur
(10.5%) dan bayi lahir meninggal (26%). Frekuensi keguguran yang dialami
69

berkisar antara 1 sampai 2 kali, lahir prematur dan lahir meninggal dengan
frekuensi rata-rata 1 (Tabel 30).

Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan paritas


Paritas * Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama Kehamilan (kg)
0 41 20.5 11.54 ± 3.17
1 60 30 12.27 ± 2.33
2 39 19.5 11.18 ± 2.44
3 37 18.5 11.14 ± 1.80
4 18 9 11.39 ± 1.33
5 5 2.5 9.80 ± 1.10
Sumber data : Rekam medik pada ketiga RS dan Puskesmas
* Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)

Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan


Riwayat Kehamilan * Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB BB Bayi Lahir
Ibu Hamil (kg) (gr)
1. Keguguran (Abortus) :
A. Pernah (1 kali) 39 19.5 10.90 ± 2.38 2614.10 ± 700.46
B. = 3 kali 3 1.5 9.67 ± 1.53 2100.00 ± 0
C. Tidak pernah 158 79 11.69 ± 2.31 2377.66 ± 595.92
2. Lahir Mati
A. Pernah (1 kali) 52 26 11.37 ± 2.21 2527.88 ± 553.19
B. 2 kali 1 0.5 11 1900
C. Tidak pernah 147 73.5 11.56 ± 2.39 2771.77 ± 627.26
sumber data : Rekam medik pada ketiga RS dan wawancara
* Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)

Kejadian abortus (keguguran) dan lahir mati yang terjadi pada contoh
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit infeksi (demam/tifus, diabetes),
kandungan yang lemah, kurang adanya kesadaran dalam memelihara kehamilan
seperti pemeriksaan kehamilan dan kesehatan (penimbangan BB, pengukuran TD
dan tinggi puncak rahim, pemberian tablet Fe dan yodium, serta imunisasi TT),
kebiasaan selama hamil (mengkonsumsi obat, gejala kehamilan: mual dan muntah
yang berlebihan sehingga mengurangi nafsu makan) serta aktivitas fisik yang
berlebihan. Selain faktor- faktor tersebut, status sosial ekonomi keluarga juga
mempengaruhi. Sebagian besar yang mengalami abortus dan lahir mati berasal
keluarga dengan tingkat pendapatan (= Rp 500 000.00) dan pendidikan yang
relatif rendah (SMA) serta umur saat hamil masih relatif muda.
70

Status Kesehatan Ibu Hamil

Status kesehatan contoh dilihat berdasarkan frekuensi kejadian penyakit


infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan penyakit lainnya yang dialami selama
hamil. Kejadian penyakit yang paling sering dialami oleh beberapa contoh
(sebagian kecil) antara lain pilek/influenza, tifus, diabetes, demam/panas.
Sebanyak 34.5% contoh mengaku pernah mengalami penyakit ISPA pada
kehamilan trimester terakhir yakni demam/panas (34%), pilek/influenza (35.5%),
batuk (25%). Namun demikian dalam penelitian terdapat contoh yang menderita
tifus (5.5%) dan malaria serta diabetes (0.5%) (Tabel 31).
Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi
penyakit dengan pertambahan berat badan selama kehamilan, misalnya ibu yang
sering mengalami pilek/influenza (= 2 kali) cenderung mengalami pertambahan
berat badan cenderung rendah (10.62 ± 1.19 kg). Selanjutnya pertambahan berat
badan pada ibu yang menderita tifus/malaria relatif rendah. Demikian halnya bagi
ibu yang menderita diabetes mengalami pertambahan berat badan yang relatif
rendah (8.00 ± 00 kg) (Tabel 31).

Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan


Jenis Penyakit * Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama
Kehamilan (kg)
Pilek/influenza 69 35,5 10.62 ± 1.19
Batuk 50 25 10.60 ± 1.09
Demam/panas 68 34 10.38 ± 1.18
Tifus/malaria 11 5,5 8.09 ± 2.21
Diabetes melitus (DM) 1 0,5 8.00 ± 00
Sumber data : Wawancara langsung dengan contoh
* : Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)

Komplikasi dalam Kehamilan

Faktor resiko diet dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu resiko
selama hamil dan resiko selama perawatan. Riwayat obstetri merupakan salah satu
resiko yang melatarbelakangi masalah gizi dan kesehatan ibu selama hamil
sedangkan pertambahan berat badan merupakan faktor resiko selama perawatan
yang ditandai sebagai respon terhadap intake zat gizi baik jumlah maupun mutu.
Korelasi antara kedua faktor resiko diatas merupakan gambaran dari masalah
71

persalinan misalnya pendarahan dan eklampsia, ketuban pecah lebih dini, kelainan
posisi janin, serta odema.
Dalam penelitian ini masalah persalinan yang dialami oleh sebagian kecil
contoh adalah pendarahan dan eklampsia (18%) serta ketuban pecah lebih dini
(22.5%). Contoh yang mengalami pendarahan dan eklampsia rata-rata memiliki
Hb < 11 g/dL dan memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini terkait dengan beberapa
hasil penelitian yang menyatakan bahwa anemia pada ibu hamil dapat
menyebabkan pendarahan sebelum dan pada saat melahirkan, keguguran,
kelahiran bayi prematur, dan BBLR (Depkes 1995). Ibu hamil dengan faktor
mediko obstetri yang baik berpeluang besar akan melahirkan bayi dengan selamat
dan berat bayi lahir cukup (> 2500 g), sebaliknya ibu dengan faktor mediko
obstetri buruk berpeluang besar akan mengakibatkan kematian bayi pada saat
lahir.

Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan komplikasi dalam kehamilan


Masalah Persalinan * Jumlah Persen BB Bayi lahir Skor
(n) (%) (gr) Apgar
Aspiksia, eklampsia, dan pendarahan 36 18 1830.56 ± 358.82 0-3
Ketuban pecah lebih dini 36 18 1830.56 ± 358.82 0-3
Sumber data : Rekam Medik pada ketiga RS.
* : Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)

Berdasarkan data retrospektif dari RSU Dr. Haulussy dan RS Al-Fatah


bahwa biasanya pasien ibu hamil yang mengalami masalah persalinan (aspiksia,
eklampsia dan pendarahan) sering berakhir dengan kematian baik ibu dan janin
atau salah satu diantara dalam hal ini ibu atau bayi. Namun demikian belakangan
ini masalah persalinan tersebut jarang terjadi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu


selama kehamilan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan
Spearman. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan.
Berdasarkan analisis korelasi Pearson dan Spearman ditemukan adanya
beberapa faktor yang berhubungan signifikan atau mempunyai korelasi yang kuat
72

dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan antara lain pendidikan ibu
(r= 0.310 p < 0.01) serta pengetahuan gizi dan kesehatan (r= 0.150 p < 0.05). Hal
ini nampak jelas dari tingkat pendidikan contoh yakni dari sejumlah besar (105)
ibu yang memiliki bayi dengan berat lahir normal adalah SMA (45.7%) dan S1
(39%). Sementara rata-rata pengetahuan gizi dan kesehatan dari contoh dengan
berat bayi normal adalah sedang (51.4%) dan tinggi (41%). Dengan demikian
semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan ibu
tentang gizi dan kesehatan ibu hamil sehingga sangat berimplikasi terhadap
pertambahan berat badan ibu sesuai standar normal dan outcome dalam hal ini
berat badan bayi lahir juga normal. Lebih lanjut terdapat korelasi antara pekerjaan
ayah (r= 0.207 p < 0.01) dan tingkat pendapatan keluarga (r= 0.325 p< 0.01)
dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Jenis pekerjaan dengan
tingkat pendapatan keluarga yang memadai dapat menjamin ketersediaan pangan
dan gizi dalam keluarga terutama untuk ibu hamil yang terekspresikan melalui
pertambahan berat badan. Tingkat pendidikan formal dan pengetahuan gizi yang
tinggi serta didukung oleh faktor pendapatan keluarga yang memadai sangat
berpengaruh terhadap perilaku dalam mengelola rumah tangga termasuk konsumsi
pangan dan gizi untuk keluarga.
Kebiasaan makan ibu hamil mempunyai korelasi yang cukup kuat dengan
pertambahan berat badan ibu selama hamil terutama yang melahirkan bayi dengan
berat badan normal. Sebagian besar contoh (98.1%) memiliki kebiasaan makan
selama hamil lebih banyak dibandingkan sebelum hamil dengan frekuensi makan
dalam sehari 3-4 kali. Hal ini terkait denga n tingkat pendidikan, jenis pekerjaan
dengan tingkat pendapatan contoh dalam penelitian ini cukup memadai. Status
ekonomi yang memadai serta didukung tingkat pengetahuan gizi yang baik akan
menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik (Hardinsyah 1986). Pengetahuan
ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh pada keadaan gizi
keluarga (Suhardjo, 1989). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik
dari segi kuantitas maupun kualitas makanan yang dikonsumsi.
73

Tabel 33 Faktor-faktor yang berkorelasi dengan pertambahan BB ibu selama


kehamilan
Variabel Bebas r Sig
Pendidikan ibu 0.310 0.000*
Pekerjaan ayah 0.207 0.000*
Pekerjaan ibu 0.216 0.003**
Pendapatan keluarga 0.325 0.000*
Besar keluarga -0.156 0.027**
Umur ibu -0.127 0.074
Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil 0.150 0.034**
Kebiasaan makan ibu hamil 0.972 0.003*
IMT sebelum hamil 0.154 0.029**
Resiko KEK 0.417 0.000*
Paritas -0.059 0.406
Abortus -0.119 0.092
Lahir mati -0.121 0.087
Jarak dua kehamilan terakhir 0.177 0.012*
Umur kehamilan 0.427 0.000*
Status anemia 0.301 0.000*
Suplementasi Fe 0.476 0.000*
Tekanan darah 0.402 0.000*
Imunisasi TT 0.319 0.000*
Pilek -0.328 0.000*
Demam -0.265 0.000*
Batuk -0.408 0.000*
Tifus -0.279 0.000*
Diabetes -0.128 0.051**
Keterangan :* signifikan pada level (a) 0.01
**signifikan pada level (a) 0.05
Lampian 34 Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan
ibu selama kehamilan
Variabel Bebas B t Sig
Intercept 3.884 8.462 0.000
Pengetahuan gizi dan kesehatan 0.231 2.471 0.014*
IMT ibu sebelum hamil -0.347 -4.412 0.000*
Anemia 0.340 2.173 0.031*
Jarak dua kehamilan terakhir -0.325 -2.640 0.009*
Demam -0.500 -2.148 0.033*
Tifus -1.026 -3.738 0.000*
Diabetes -1.579 -2.528 0.0012*
2
Keterangan : R = 0.489
Standar error = 0.459 * signifikan pada level (a) 0.05

Faktor lain yang berhubungan signifikan dengan pertambahan berat badan


ibu selama kehamilan adalah status gizi sebelum hamil (IMT)
(r = 0.154; P < 0.05), dimana ibu yang memiliki IMT kurang (kurus sekali atau
kurus) maka dibutuhkan pertambahan berat badan yang adekuat sehingga dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta
74

kesehatan ibu sendiri. Hal ini terlihat jelas bahwa contoh dengan IMT tergolong
kurus mengalami kenaikan berat badan yang berkisar antara 8-20 kg
(13,5 ± 3,6 kg) (Tabel 24). Sesuai dengan anjuran pertambahan berat badan
selama hamil yang direkomendasikan oleh IOM (1990) bahwa ibu dengan IMT
tergolong kurus dianjurkan untuk menambah berat badan sebesar 14-20 kg.
Dengan demikian IMT dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
pertambahan berat badan selama hamil. Kenaikan berat badan ibu hamil dapat
dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil, karena terdapat
kesamaan dalam jumlah kenaikan berat badan di waktu hamil pada semua ibu
hamil (As’ad 2002).
Menurut Winkvist (2002) dalam penelitiannya tentang pola pertambahan BB
sebelum hamil dan selama kehamilan di Jawa Tengah menyatakan bahwa
Pertambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat merupakan dampak
dari IMT yang rendah, pendidikan yang rendah, serta status ekonomi yang rendah.
Status anemia juga berhubungan dengan pertambahan BB selama kehamilan
(r = 0.301; p < 0.01). Dalam penelitian ini terdapat sekitar 38.2% contoh yang
tergolong anemia. Namun demikian anemia tersebut hanya terjadi selama
kehamilan berlangsung, bukan karena dari kondisi sebelum hamil. Menurut
Arisman (2002) kehamilan dengan anemia sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan cadangan besi maupun nutrien lain dalam tubuh yang cukup
signifikan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan
pertumbuhan janin, pertumbuhan plasenta serta peningkatan volume darah ibu
selama hamil. Hal ini diperkuat dengan adanya hubungan yang signifikan antara
jarak dua kehamilan terakhir dengan pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan, dimana ibu yang memiliki jarak dua kehamilan terakhir > 2 tahun
mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuh dalam hal ini
memperbaiki persediaan zat gizi dalam tubuh terutama zat besi. Sebagian besar
(n= 72; 68.6%) contoh yang melahirkan bayi dengan berat badan normal memiliki
jarak dua kehamilan terakhir > 2 tahun.
frekuensi penyakit berkorelasi kuat dengan pertambahan berat badan selama
hamil, misalnya pilek (r = -0.328; p < 0.01), batuk (r = -0.408; p< 0.01), demam
(r = -0.265; p < 0.01), tifus(r = -0.279; p < 0.01), dan DM (r =0.128; p <0.05).
75

Dalam penelitian ini, ibu nifas yang menderita penyakit tertentu (pilek, batuk,
demam, dan tifus) selama hamil cenderung mengalami penurunan selera makan,
sedangkan ibu yang menderita DM (0.5%) lebih mengontrol pertambahan berat
badan selama hamil dengn membatasi pangan sumber karbohidrat. Hubungan
antara morbiditas dengan pertambahan berat badan merupakan manifestasi dari
terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Pertambahan berat badan harus tetap
terkontrol melalui peningkatan porsi makanan bergizi guna menunjang
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan (Arisman 2002). Demam
dan tifus berhubungan dengan persediaan cadangan gizi dan imunitas tubuh yang
rendah, dimana nampak jelas melalui penurunan selera makan. Selama kehamilan
berlangsung, seorang ibu yang mengalami DM tidak diizinkan untuk menambah
BB lebih dari 10 kg (As’ad 2002). Faktor lain yang juga berhubungan namun
tidak signifikan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil adalah umur
ibu, besar keluarga, paritas, abortus serta suplementasi Fe.
Dari hasil analisis menunjukkan adanya faktor-faktor yang berhubungan
signifikan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Selanjut nya
dilakukan uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan, ditemukan bahwa
anemia sangat mempengaruhi pertambahan berat badan, dimana ibu yang
mempunyai resiko anemia selama hamil harus dianjurkan untuk menambah berat
badan lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia. Status gizi ibu
sebelum hamil (IMT) juga mempengaruhi pertambahan berat badan selama
kehamilan, dimana ibu yang memiliki IMT sebelum hamil kategori rendah harus
menambah berat badan lebih besar (14-20 kg), sebaliknya ibu yang tergolong obes
harus menambah berat badan tidak lebih dari 7.5-12.5 kg (IOM 1990). Jarak dua
kehamilan terakhir juga mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil,
dimana ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat harus mengalami pertambahan
berat badan lebih besar melalui peningkatan konsumsi pangan dan gizi sesuai
dengan angka kecukupan yang dianjurkan. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan ibu, dalam hal ini ibu tidak
mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuh terutama persediaan
zat gizi dala m tubuh. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat
76

badan ibu hamil adalah pengetahuan gizi, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi
penyakit (demam, tifus, dan diabtes), IMT, LILA, dan status anemia. Hal ini dapat
dilihat melalui persamaan regresi yang dihasilkan: Y= 3,884 + 0.231x1 +
(-0.325x2 ) + (-0.500x3 ) + (-1.026x4 ) + (-1.579x5 ) + (-0.347x6 ) + 0.340x7 + 0.672x8
+ 0.459 (R2 = 0.489 dan a= 0.05). Faktor-faktor tersebut mempunyai kontribusi
terhadap pertambahan berat badan selama hamil sebesar 48,9%.

Masalah Gangguaan Tumbuh Kembang pada Bayi lahir

Pertumbuhan Bayi (berat badan atau panjang badan lahir)

Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam


kandungan adalah ukuran bayi saat lahir yaitu: berat badan, panjang badan (kepala
sampai tumit) dan lingkar kepala. Berdasarkan data dari ketiga Rumah Sakit dan
Puskemas diperoleh infomasi tentang berat badan dan panjang badan bayi yang
lahir dari bulan Januari sampai April yakni rata-rata berat badan bayi yang lahir
berkisar antara 1000-4200 g (2704 ± 617.9 g). Dari 200 contoh terdapat 52.5 %
bayi dengan berat lahir normal dan yang teridentifikasi BBLR adalah 47.5%.
Berdasarkan panjang badan normal menurut Depkes (1995) adalah > 48 cm maka
rata-rata panjang badan bayi lahir dalam penelitian ini berkisar antara 40-52 cm
(47.5 ± 3.6 cm), dimana 57% contoh mempunyai bayi dengan PB > 48 cm dan
sisanya 43% melahirkan bayi dengan PB = 48 cm (Tabel 35).
Bila dikorelasikan dengan faktor jenis kelamin maka dari Tabel diatas dapat
dikatakan bahwa bayi perempuan cenderung mempunyai berat badan dan panjang
badan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan bayi laki- laki. Hal ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Husaini, dkk (1985) terhadap
8177 bayi sehat di bogor untuk melihat rata-rata berat badan dan panjang badan
bayi umur 0-12 bulan, dimana dinyatakan bahwa bayi laki- laki umumnya
mempunyai BB dan PB lebih tinggi dari perempuan. Analisis korelasi lebih lanjut
menunjukkan adanya hubungan antara umur kehamilan dengan berat badan serta
skor Apgar bayi lahir. Bayi yang lahir kurang dari 37 minggu cenderung memiliki
berat badan lebih rendah 1738.10 ± 316.59 gr dengan skor Ap gar rendah
(1.12 ± 3.19) (Tabel 36).
77

Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan BB dan PB bayi lahir


Jenis Kelamin
Indikator Status Gizi Perempuan Laki-laki Total
n % n % n %
Berat badan (gr)
A. = 2500 65 32.5 30 15 95 47.5
B. > 2500 40 20 65 32.5 105 52.5
Panjang badan (cm)
A. = 48 27 13.5 59 29.5 86 57
B. > 48 68 34 46 23 114 43
Sumber data (pengukuran BB dan PB bayi): Rekam Medik pada ketiga RS.

Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara umur kehamilan


dengan BB dan skor Apgar
Umur Kehamilan Jumlah (n) Persen (%) Berat Badan Lahir Skor Apgar
(mgg)
< 37 22 0.11 1738.10 ± 316.59 1.12 ± 3.19
37 - 42 179 89.5 2817.32 ± 540.97 1.76 ± 6.97
Sumber data (pengukuran BB dan PB bayi): Rekam Medik pada ketiga RS.

Perkembangan Bayi (Skor Apgar)

Perkembangan bayi baru lahir dilakukan melalui penilaian skor Apgar


untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir. Nilai
pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan
resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup.
Nilai pada menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik.
Ada 5 faktor yang dinilai yaitu denyut jantung, pernafasan, tonus otot
(lemah/aktif), warna kulit (merah muda/biru), dan gerakan refleks. Tiap faktor
bernilai 0,1, atau 2. Skor Apgar 7-10 untuk kategori bayi dalam kondisi sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewah; skor 4-6 pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada; skor 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. (Nanda 2001). Sebagian
besar contoh melahirkan bayi sehat baik perempuan (30.5%) maupun laki- laki
(41.5%) (Tabel 37).
Berdasarkan wawancara dengan dokter yang selalu menangani persalinan
baik dari ketiga RS menyatakan bahwa pada umumnya jarang sekali bayi
78

mendapat skor 10 pada penilaian Apgar satu menit, biasanya skor Apgar lima
menit lebih baik daripada satu menit. Selanjutnya bila bayi lahir dengan skor
Apgar rendah (6 atau kurang) merupakan dampak dari kondisi ibu sebelum hamil,
perawatan antenatal selama hamil jelek, serta faktor lingkungan postnatal. Bayi
baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian
besar bergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Salah satu
contoh hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatrum terjadi karena
gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2 (Price &Wilson
1995).

Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan skor Apgar bayi lahir


Jenis Kelamin
Skor Apgar Perempuan Laki-laki Total
n % n % n %
Rendah 35 17.5 5 2.5 40 20
Moderate/sedang 9 4.5 7 3.5 16 8
Sehat 61 30.5 83 41.5 144 72
Sumber data (penilaian skor Apgar): Rekam Medik pada ketiga RS.

Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan BB dan skor Apgar bayi lahir


Skor Apgar
Berat Badan Bayi Lahir (gr) Rendah (0-3) Sedang (4-6) Sehat (7-9)
n % n % n %
A. = 2500 39 19.5 16 8 40 20
B. > 2500 1 0.5 0 0 104 52
Total 40 20 16 8 144 72

Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa
hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia yang
bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang homoreseptor pusat
pernafasan untuk terjadinya usaha pernafasan yang pertama yang kemudian akan
berlanjut menjadi pernafasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha
bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat
ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung ditemukan pula penurunan
tekanan darah dan bayi nampak lemas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bayi perempuan (17.5%) mempunyai skor apgar yang lebih rendah. Namun
79

demikian menurut Price & Wilson (1995) dan Towel (1996) bahwa penilaian skor
Apgar tidak dipengaruhi jenis kelamin bayi. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana
kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tumbuh Kembang


Bayi Lahir

Ganguan Pertumbuhan Bayi Lahir (BB atau PB)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pertumbuhan bayi lahir


(BB atau PB) dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman.
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda terhadap faktor- faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson dan Spearman terhadap faktor-
faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan bayi lahir antara lain IMT ibu
sebelum hamil (p < 0.01), yang mana bila dihubungkan dengan pertambahan berat
badan ibu selama hamil serta dampaknya terhadap pertumbuhan bayi lahir. IMT
ibu sebelum hamil merupakan standar untuk menentukan anjuran pertambahan
berat badan. Sementara itu pertambahan berat badan pada tiap trimester kehamilan
berhubungan signifikan yang positif dengan pertumbuhan bayi lahir (p < 0.01).
Hal ini senada dengan salah satu hasil penelitian bahwa perubahan berat badan ibu
selama trimester kehamilan mempunyai korelasi yang kuat dengan pertumbuhan
janin dalam kandungan (Neufeld dkk 2004). Selain itu periode kehamilan yang
cukup bulan sangat sensitif terhadap pertumbuhan janin.
Hasil analisis korelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa umur
kehamilan berhubungan signifikan (r = 0.360, p < 0.01) dengan pertumbuhan bayi
lahir. Menurut Euser dkk (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
signifikan antara umur kehamilan dengan ukuran tubuh (bukan komposisi tubuh
dan distribusi lemak). Dalam penelitian ini ditemukan adanya umur kehamilan
yang preterm yakni sebesar 10.5% dari keseluruhan responden yang melahirkan
bayi BBLR. Variabel- variabel penting lainnya yang berhubungan signifikan
dengan pertumbuhan bayi lahir adalah LILA (r = 0.816, p< 0.01), status anemia
(r = -0.179, p < 0.05), komplikasi kehamilan antara lain pendarahan, eklampsia,
80

dan aspiksia (r = 0.493, p < 0.01) serta pecahnya ketuban lebih dini
(r = 0.493, p < 0.01).

Tabel 39 Faktor- faktor yang berhubungan pertumbuhan bayi lahir


Variabel Bebas R Sig
IMT ibu sebelum hamil (< 17.0) 0.639 0.000*
Pertambahan BB ibu selama hamil 0.475 0.000*
Status Anemia -0.179 0.011**
LILA 0.816 0.000*
Umur kehamilan 0.360 0.000*
Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia 0.493 0.000*
Pecahnya ketuban lebih dini 0.493 0.000*
Keterangan : * signifikan pada level (a) .001
** signifikan pada level (a) 0.05

Tabel 40 Faktor- faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan (BB)


bayi lahir
Variabel Bebas B t Sig
Intercept 1774.084 5.003 0.000
IMT ibu sebelum hamil (< 17.0) -38.231 3.448 0.037*
Pertambahan BB ibu selama hamil -44.647 3.930 0.042*
Status Anemia 0.274 0.511 0.030*
LILA 122.528 5.036 0.014*
Ketuban pecah lebih dini 411.993 4.428 0.000*
Keterangan : R2 = 0.734
Standar errror = 354.596
* signifikan pada level (a) 0.05

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa pertumbuhan


bayi lahir dipengaruhi oleh IMT sebelum hamil, pertambahan BB ibu selama
hamil, status anemia, LILA, serta ketubah pecah lebih dini, dengan persamaan
sebagai berikut: Y = 1774.084 + (-38.231x1 )+ (-44.674x2 ) + 0.274x3 + 122.528x4
+ 411.993x5 + 354.596 (R2 = 0.734; a = 0.05). Faktor-faktor yang diuji
mempunyai kontribusi sebesar 73,4% terhadap pertumbuhan bayi lahir.
Pertambahan berat badan selama trimester kehamilan sangat mempengaruhi
pertumbuhan janin, dalam hal ini bila ibu pada awal trimester kehamilan tidak
mengalami kenaikan berat badan yang cukup berarti maka berpeluang beresiko
melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sum-sum tulang belakang,
karena sistem saraf pusat amat peka pada 2-5 minggu pertama. Defisiensi zat gizi
pada minggu terakhir kehamilan, terekspresikan melalui pertambahan berat badan
pada trimester II dan III sehingga berpeluang melahirkan anak dengan berat lahir
rendah (BBLR). Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa pertambahan berat
81

badan pada trimester II dan III mempunyai hubungan yang kuat dan sangat
berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir. Proporsi pertambahan berat badan
pada trimester II adalah 60% bagian dari komponen dalam tubuh ibu dan pada
trimester III sekitar 60% adalah bagian dari janin (pertumbuhan janin, plasenta,
dan penambahan jumlah cairan amnion) (WHO 1980;1985 dalam Rosso 1990).
Kenaikan berat badan ibu pada trimester I sangat penting artinya karena
pada waktu inilah janin dan plasenta dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan
trimester I dan II akan meningkatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai
makanan ke janin. Kekurangan gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan
BBLR atau kelainan yang bersifat umum daripada kelainan anatomik yang
spesifik. Menurut Baker (2004) terdapat hubungan yang kuat antara IMT ibu
dengan berat badan bayi lahir. Hal ini terlihat jelas dalam penelitian ini, dimana
terdapat sebagian besar ibu dengan IMT normal mengalami kenaikan berat badan
selama hamil berkisar antara 5-20 kg (12,8 ± 2,2 kg) cenderung untuk melahirkan
bayi dengan berat badan normal (2700-3500 gr) dan sebaliknya ibu dengan IMT
kurang serta mengalami pertambahan berat badan yang rendah akan melahirkan
bayi BBLR. Dengan demikian terdapat korelasi yang cukup kuat antara status gizi
sebelum hamil (IMT) dengan pertambahan BB selama kehamilan serta
pengaruhnya terhadap berat badan bayi yang dilahirkan (Jenifer dkk 2004)
Faktor-faktor yang berhubungan dan memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan bayi lahir dinilai sangat multidimensi, misalnya suplementasi tablet
besi dan imunisasi TT selama masih dalam kandungan. Pelayanan kesehatan
selama kehamilan yakni suplementasi tablet Fe dan imunisasi TT sangat berguna
dalam perawatan antenatal, karena mempunyai korelasi positif dengan
pertumbuhan janin dalam kandungan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh
Neufeld dkk (2004) bahwa defisiensi gizi pada ibu hamil berhubungan dengan
pertumbuhan janin, yang mana berkaitan dengan respon metabolik ibu terhadap
nutrisi terutama yang mengalami penuruan selera makan selama ha mil. Waktu
yang tepat untuk pemberian suplementasi gizi ibu adalah trimester II dan III
dimana pertumbuhan janin berjalan cepat.
Pemberian suplementasi gizi berdampak dalam menurunkan angka BBLR
bila diberikan kepada masyarakat yang memang benar-benar membutuhkan, yaitu
82

mereka yang makanan sehari- harinya kurang gizi dan berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah (Rush David 1998). Lebih lanjut dikatakan bahwa suplementasi
Fe berhubungan dengan fungsi imunitas, hal ini lebih jelas terlihat pada ibu hamil
yang memiliki kadar Hb darah rendah (< 11 g/dL) atau tergolong anemia sedang
dimana terdapat proporsi T dan lymphosite B cukup rendah sehingga sangat
rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Dengan demikian pernyataan tersebut
sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa status anemia juga berhubungan
signifikan dan sangat berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Terkait dengan
masalah tersebut dalam peneltian ini terdapat responden yang mengalami anemia
selama kehamilan adalah 38,2%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ibu
yang mengalami masalah dengan faktor-faktor tersebut diatas, misalnya memiliki
IMT sebelum hamil rendah dengan pertambahan berat badan selama hamil tidak
mencukupi standar normal, mengalami anemia baik sebelum maupun selama
hamil serta termasuk dalam kategori KEK (LILA < 23,5 cm) mempunyai resiko
tinggi melahirkan bayi BBLR.
Secara tidak langsung bila dihubungkan dengan faktor sosial ekonomi dari
contoh yang melahirkan bayi BBLR terlihat dari tingkat pendidikan ibu rata-rata
SMA (69.5%) dan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan relatif rendah
(96,8%), rata-rata pendapatan keluarga berkisar antara Rp 300 000.00 sampai
Rp 500 000.00 per bulan dan mata pencaharian utama kepala keluarga adalah
sopir/ojek (26.3%) dan wiraswasta (36.8%) serta memiliki jumlah anggota
keluarga > 4 orang (52.6%). Faktor lain yang secara tidak langsung berhubungan
dan berpengaruh terhadap berat bayi lahir adalah jarak dua kehamilan terakhir,
sebagian besar (n = 74; 78.7%) mempunyai jarak kehamilan = 2 tahun, baru
pertama kali hamil (24.2%) serta tiga kali kehamilan (25.3%), memiliki riwayat
kehamilan sebelumnya antara lain abortus (20%) dan lahir mati sekali (33.7%).

Gangguan Perkembangan Bayi Lahir (Skor Apgar)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan perkembangan bayi lahir


(skor Apgar) dilakukan melalui analisis uji korelasi Pearson dan Spearman.
Selanjutnya untuk menganalis faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan
bayi lahir dilakukan uji regresi linier berganda.
83

Berdasarkan hasil analisis Pearson dan Spearman diperoleh informasi bahwa


faktor yang dinilai mempunyai hubungan signifikan dengan perkembangan bayi
lahir adalah berat badan lahir (terutama BBLR) (r = 0.690, p < 0.01), tekanan
darah (r = 0.465, P < 0.01), status anemia (r = -0.165, P < 0.05), umur kehamilan
(r = 0.565, p < 0.01), komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia,
ketuban pecah lebih dini) (r = 0.826, p < 0.01). Tekanan darah yang relatif tinggi
selama hamil dapat merusak plasenta dan membahayakan suplai oksigen dan zat
gizi pada janin. Lebih lanjut dikatakan oleh Hickey (2000) bahwa tekanan darah
yang tinggi dapat merusak sistem peredaran darah, hati, dan ginjal. Hipertensi
akibat kehamilan yang parah bisa membahayakan jiwa ibu dan bayi.
Dalam kaitannya dengan tekanan darah maka salah satu faktor yang juga
berhubungan signifikan positif dan berpengaruh terhadap perkembangan bayi
lahir adalah komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia, serta
ketuban pecah lebih dini). Salah satu contoh hipoksia janin yang menyebabkan
asfiksia neonatrum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu
ke janin sehingga terdapat gangguan persediaan O2 dan menghilangkan CO2
(Price&Wilson 1995). Status anemia berhubunga n signifikan dengan
perkembangan bayi lahir dalam hal ini terjadi defisiensi gizi pada ibu selama
hamil sehingga ketersediaan terutama zat besi tidak memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin, sementara selama dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan janin kebutuha n terhadap Fe meningkat drastis.

Tabel 41 Faktor- faktor yang berhubungan dengan perkembangan bayi lahir


Variabel Bebas R Sig
Pertambahan BB ibu selama hamil 0.480 0.000*
Berat badan lahir 0.690 0.000*
Tekanan darah 0.465 0.000*
Status Anemia -0.165 0.019**
Umur kehamilan 0.565 0.000*
Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia 0.826 0.000*
Ketuban pecah lebih dini 0.826 0.000*
Keterangan :* signifikan pada level (a) .001
** signifikan pada level (a) 0.05
84

Tabel 42 Faktor- faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan bayi lahir


Variabel Bebas B t Sig
Intercept 0.825 4.814 0.000*
Pertambahan BB ibu selama kehamilan -5.007 4.138 0.000*
Tekanan darah 0.119 1.666 0.010*
Status anemia 6.116 1.065 0.029*
Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia 0.778 19.196 0.000*
Ketuban pecah lebih dini 1.608 15.846 0.000*
Berat badan lahir 2.284 3.266 0.001*
Keterangan : R2 = 0.820
Standar errror = 0.171
* signifikan pada level (a) 0.05

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa pertambahan berat


badan selama kehamilan, status anemia, tekanan darah, komplikasi kehamilan
(pendarahan, ekalmpsia, dan aspiksia), ketuban pecah lebih dini, serta berat badan
lahir merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir,
diperoleh persamaan sebagai berikut :Y = 0.825 + (-5.007x1 ) + 6.116x2 + 0.119x3
+ 0.778x4 + 1.608x5 + 2.284x6 + 0.171 (R2 =0.820; a= 0.05). Faktor- faktor
tersebut memberikan kontribusi terhadap perkembangan bayi lahir sebesar 82%.
Hasil analisis me nunjukkan bahwa ibu yang menderita anemia selama ha mil
beresiko tinggi melahirkan anak dengan skor apgar yang rendah dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami anemia. Dampak dari anemia gizi antara lain
kematian janin dalam kandungan, abortus, BBLR, cacat bawaan. Bayi yang lahir
dengan skor Apgar rendah (6 atau kurang) merupakan dampak dari kondisi ibu
sebelum hamil, perawatan antenatal selama hamil jelek, serta faktor lingkungan
postnatal (Dereure 2000). Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi
dari suatu sistem yang sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, ke
suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme
homeostatik bayi itu sendiri.
Menurut Tamura (1992) identifikasi faktor resiko fetal growth retardation
(FGR) atau pertumbuhan janin terhambat dapat dilakukan melalui evaluasi
hubungan antara konsentrasi serum folat dan seng pada minggu kehamilan ke-30,
dimana suplementasi asam folat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap berat
lahir dan skor Apgar serta menurunkan prevalensi FGR dan infeksi maternal,
mortalitas dan morbiditas. Hal ini terkait dengan status anemia yang merupakan
salah satu faktor yang berhubungan nyata dan berpengaruh kuat terhadap
85

perkembangan bayi lahir melalui penilaian skor Apgar. Anemia gizi sering terjadi
akibat kekurangan Fe, asam folat, dan vitamin B12. Anemia zat gizi dapat
mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, BBLR, mortalitas dan
morbiditas ibu dan kematian prenatal secara bermakna lebih tinggi. Volume darah
yang rendah pada ibu hamil dapat mengurangi efisiensi plasenta dalam
mengkonsentrasikan, mensintesis dan mentransport zat-zat makanan, sehingga
menganggu suplai makanan ke janin.
Janin yang kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh gangguan
suplai makanan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh darah plasenta, ibu
dengan KEP atau akibat berkurangnya transport zat-zat makanan melalui plasenta.
Diperkirakan 1/3-1/2 BBLR mempunyai lama dikandung lebih dari 37 minggu,
jadi BBLR tersebut disebabkan gangguan pertumbuhan sejak dikandung. Berat
badan lahir memiliki korelasi kuat dengan skor Apgar pada menit ke-5, dimana
bayi yang lahir dengan berat yang cukup/normal mempunyai adaptasi yang kuat,
hal ini terlihat dari kemampuan pernafasan melalui frekuensi jantung yang aktif,
didukung tonus otot dan rangsangan refleks yang normal (Ancri, 1977). Bila
dikaitkan dengan IMT ibu maka ibu yang tergolong kategori obes beresiko tinggi
melahirkan bayi dengan skor Apgar yang rendah, makrosomia, dan neural tube
defect (NTD) (Dereure 2000). Dalam penelitian ini menunjukkan ibu dengan IMT
kurus sekali (n = 62; 31%) yang berpotensi melahirkan anak dengan skor Apgar
rendah, hal ini jelas terlihat dari rata-rata pertambahan berat badan selama hamil
cenderung kurang (10,7 ± 1,6 kg).
Faktor sosial ekonomi walaupun secara statistik tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan serta berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi lahir. Namun demikian pada kenyataannya faktor tersebut
cukup berpotensi untuk menentukan pertumbuhan dan perkembangan bayi lahir
yang tergambar melalui pertambahan berat badan ibu selama hamil serta
perawatan antenatal lainnya. Misalnya faktor usia sangat diperlukan untuk
menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status sosial
ekonomi, untuk memberikan gambaran kemampuan ibu hamil dalam menjangkau
pangan yang terlihat melalui daya beli dan memilih makanan yang bergizi. Hal ini
tentu didukung juga dengan faktor pendidikan serta pengetahuan gizi dan
86

kesehatan ibu hamil. Kemanfaatan riwayat obstetri dapat digunakan untuk


membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi, karena terlampua sering
hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh.
SIMPULAN

Pertambahan BB contoh menurut IMT adalah sebagai berikut : kurus sekali


(10,7 ± 1,6); kurus (11,4 ± 2,4); normal (12,2 ± 2,6); gemuk (11,6 ± 1,4); dan obes
(11,7 ± 3,6). Pertambahan berat badan responden selama hamil berkisar antara 5-
20 kg (12,6 ± 2,4 kg), dimana pada trimester I 1,9 ± 0,6 kg serta pada trimester II
dan III masing- masing mengalami pertambahan berat badan sebesar 4,2 ± 1,1 kg
dan 6,5 ± 1,6 kg. Status gizi sebelum hamil (IMT) yang rendah (kurus) dianjurkan
untuk mengalami pertambahan berat badan harus lebih besar, sebaliknya ibu yang
termasuk dalam kategori IMT gemuk dan obes dianjurkan agar menambah berat
badan lebih rendah.
Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dan mempunyai kontribusi
terhadap pertambahan BB selama hamil di Kota Ambon adalah IMT sebelum
hamil, status anemia, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi penyakit (demam
dan tifus) serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil (R2 = 0.489). Ibu yang
mengalami anemia, demam serta tifus, memiliki jarak kehamilan yang dekat
(=2 tahun) cenderung mengalami pertambahan berat badan selama hamil lebih
rendah. Faktor pengetahuan gizi dan status sosial ekonomi dianggap sebagai
faktor protektif yang berhubungan signifikan baik terhadap pertambahan berat
badan selama hamil maupun masalah gangguan tumbuh kembang bayi lahir di
Kota Ambon.
Dari 200 responden (ibu nifas) terdapat 46% bayi yang teridentifikasi
BBLR, serta 20% termasuk kategori skor Apgar rendah. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum
hamil, pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734).
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat
badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan
(pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama
BBLR (R2 = 0.820). Status gizi ibu sebelum hamil (IMT) mengalami pertambahan
berat badan sebesar 12,2 ± 2,6 kg cenderung melahirkan bayi dengan BB normal
(2969.62 ± 488.35 gr) serta memiliki skor Apgar tinggi (sehat). Sebaliknya ibu
yang termasuk kategori IMT kurus mengalami pertambahan berat badan sebesar
88

11,4 ± 2,4 kg cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (2123.77 ±
383.15 gr) dan memiliki skor Apgar rendah.

SARAN

1. Mengingat masih tingginya jumlah anemia gizi besi selama kehamilan


maka perlu adanya kebijakan yang efektif dalam mendistribusikan tablet
besi secara merata dan tepat sasaran serta memotivasi untuk
mengkonsumsi secara benar.
2. Perlu adanya program perbaikan gizi dalam upaya peningkatan
pengetahuan gizi dan membangun motivasi melalui penyuluhan dan
konseling gizi secara dini terhadap calon ibu yang akan hamil atau sedang
hamil.
3. Disain penelitian yang menggunakan rekam medik (medical record)
dimana ditemui banyak ketidaklengkapan data berat badan ibu hamil
setiap bulan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian cohort study dengan
ukuran contoh yang lebih besar untuk melihat lebih lanjut gambaran pola
pertambahan berat badan ibu hamil setiap bulan.
4. Perlu dilakukan riset lebih lanjut untuk melihat dampak pemberian ASI
terhadap pertambahan berat badan bayi terutama yang pada saat lahir
termasuk kategori BBLR serta perkembangan mental dan motorik bayi
yang lahir dengan skor Apgar rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Abrams, Carmichael dan Selvin. 2000. Factor Associated with the Pattern of Maternal
Weigth Gain during Pregnancy. National Institute of Child Health and Human
Development, University of California
ACC/SCN. Nutrition throught the Life Cycle. 2000. Fourth Report on the World
Nutrition Situation. ACC/SCN dan IFPRI. Genewa.
Agresti, Alan & Barbara, Finlay. 1997. Statistical Methods for the Social Sciences (3rd
ed). Prentice Hall, Inc
Alton I. 2005. Reproductive Health Issues. Association of reproductive Health
Professionals, Pennsylvania Ave, Washington DC.
Ancri, Morse, & Clarke. 1977. Comparison of the Nutritional Status of Pregnant
Adolescents with Adult Pregnant Women. III. Maternal Protein and Calorie Intake
and Weight Gain in Relation to Size of Infant at Birth. Am J Clin Nutr, Vol 30, 568-
572.
Anwar F. 2002. Model Pengasuhan Anak Bawah Dua Tahun dalam Meningkatkan Status
Gizi dan Perkembangan Psikososial. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
As’ad, S. 2002. Gizi – Kesehatan Ibu dan Anak. Proyek penelitian Pendidikan Tinggi.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Makassar
Ariawan, I. 1997. Besar Sampel Pada Penelitian Kese hatan dan Gizi Masyarakat. Jurusan
Biostatistik dan Kependuduk an. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI, Depok.
Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran,
Universitas Sriwijaya. Palembang. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan
Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Azwar A. 2005. Setiap jam, dua ibu hamil meninggal. Dirjen Binkesmas, Depkes.
http://www.gizinet.com.html [5 April 2005].
Baker, Michaelsen, Rasmussen, dan Sorensen. 2004. Maternal prepregnant body mass
index, duration of breastfeeding, and timing of complementary food introduction
are associated with infant weight gain. Am J Clin Nutr, Vol 80, No.6, 1579-1588.
Bardosono S. 2006. Tubuh Tetap Mungil Selagi Hamil. SEAMEO-TROPMED-RCCN
Fakultas Kedokteran Univer sitas Indonesia. Jakarta.
90

Bayley. 1993. Bayley Scale of Infant Development. The Psychological Corporation, San
Antonio. USA
Biro Pusat Statistik (BPS). 2006. Kota Ambon Dalam Angka 2005-2006.
Calandra C & DA Abel. 1981. Maternal Obesity in Pregnancy. Obstet Gynecol.
Depkes RI. 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Depkes RI. 1995. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Edisi XV. Departemen
Kesehatan, Jakarta.
. 1998. Kematian ibu: Tragedi yang Tidak Perlu Terjadi. Depertemen
Kesehatan, Jakarta.
.2000. Penanggulangan Anak-anak yang Terpuruk Akibat Krisis.
Disampaikan pada Konferensi Nasioanl III Kesejahteraan Anak, 26-28 Oktober.
Departemen Kesehatan, Jakarta.
. 2003. Gizi Dalam Angka (sampai denga n tahun 2002). Departemen
Kesehatan, Jakarta
Dinkes Kota Ambon. 2006. Profil Kesehatan Kota Ambon.
Darlina & Hardinsyah. 2003. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.
Media Gizi dan Keluarga Edisi Desember 2003 Vol.27 No.2. Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Dereure, Bougner, & Bringer. 2000. Suplements. Obesity and Pregnancy: Complications
and Cost. Am J Clin Nutr, Vol. 71, No. 5, 1242S-1248s.
Devadas RP & A Chandy. 1980. Nutritional Status of the Expectant Mothers and the
offspring. Indian. J Nutr Diet, 17(8):275-280.
Euser dkk. 2005. Associtions between Prenatal and Infancy Weight Gain and BMI, Fat
Masss, and Fat Distribution in Young Adulthood : a Prospective Cohort Study in
Males and Females Born Very Preterm. Am J Clin Nutr Vol. 81, No.2, 480-487.
FAO/WHO. 1985. Energi and Protein Requirements. Technical Report Series 724. WHO,
Genewa.
Fawzi W. F & Forman. 1997. Maternal Anthropometri and Infant Feeding Practice in
Israel in Relation to Growth in Infancy; The North African Infant Feeding Study.
Am.J.Clin.Nutr.
91

Ganong, William F. 1987. Review of Medical Physiology. Published by Appleton &


Lange. San Francisco, California.
Giardino, A.P. 2002. Eating Disorder: PICA. Medine Journal, Agustus 28 2002. Volume
3, Number 8
Habel, A. 1988. Aids to Pediatrics. Churchill Livingstone. London.
Hardinsyah. 1986. Survey Konsumsi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
Hickey, C.A. 2000. Sosiocultural and behavioral influences on weight gain during
pregnancy. Am J Clin Nutr, Vol. 71, No.5, 1364S-1370S.
Hikmat, R. Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama.
Bandung.
Husaini YK, Husaini MA. 1985. Gizi ibu dalam Hubungannya dengan berat badan lahir.
Medika no.10 th 11. Jakarta.
Husaini YK, Husaini MA. 1986. Keadaan Gizi, Makanan Tambahan dan Hasil
Kehamilan. Makalah Disajikan pada Seminar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) Gizi dan kesehatan Ibu Hamil. Cipanas – Cianjur.
[IOM] Institute of Medicine. 1990. Nutrition during Pregnancy-Weight Gained. Food and
Nutrition Board. Subcommittee on Nutritional Status and Weight Gain during
Pregnancy, Lactation-. National Academy Press, Washington, D.C
Indonesia Human Development Report. 2004. UNDP, Jakarta.
Jennifer L Baker dkk. 2004. Maternal prepregnant body mass index, duration of
breastfeeding, and timing of complementary food introduction are associated with
infant weight gain1,2,3 . . Am J Clin Nutr, Vol. 80, no.6: 1579-1588
Jusuf S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosda Karya, Bandung.
Kartika dkk. 2002. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Anak Usia
12-18 Bulan Di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Jurnal Penelitian Gizi dan
Makanan Vol.25 No.2. Desemb er 2002. ISSN 0125-9717. Puslitbang Gizi dan
Makanan. Bogor.
92

Kaweingiang S. 2004. Pola Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan dan
Kaitannya dengan Berat Badan Bayi Lahir Di Kota Manado Provinsi Sulawesi
Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Keys AK, Fidanza F, Karvonen MJ, Kimura N, Taylor HL. 1972. Indicates of Relative
Weight and Obesity. J Chronic Dis; 25: 329-343.
Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor.
Khumaidi. 1997. Gizi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. IPB. Bogor.
King JC. 2003. Physiology of pregnancy and nutrient metabolism1,2,3 Am J Clin Nutr
1994;59(suppl): Vol. 71, No. 5, 1218S-1225s,.[Abstract]
Ladipo, O.A. 2000. Nutrition in Pregnancy : Mineral and Vitamines Suplements. Am J
Clin Nutr 2000;71:280s-290s.
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Dengan Pemakaian secara Klinis.
Terjemahan. Universitas Indonesia. UI-press.
Lisdiana. 1997. Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Trubus Agriwidya.
Unggaran.
Mandleco, B. L. 2004. Growth and Development of The Newborn. Delmar Learning,
Division of Thomson Learning, Inc.
Marjono, A.B. 1999. Perinatologi. Catatan Kuliah Obstetri Ginekologi Plus Buat Ko-as
FK-UI. Universitas Indonesia. Http:www.obgin-cakul-plus.com/10/0./06).
Myers R. 1992. The Twelve WHO Survive: Strengthening Programmes of Early
Childhood Development in the Third World. Published by Routledge in
co-operation with UNESCO for the Consultative Group on Early Childhood Care
and Development, London.
Nadesul. 1996. Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil. Puspa Swara. Jakarta
Nadesul H. 2006. Apakah Pertumbuhan Bayi Saya Normal. Jakarta
Nanda. 2001. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002. Philadelphia.
Neufeld, Haas, Grajeda, dan Martorell. 2004. Changes in maternal weight from first to
second trimester of pregnancy are associated with fetal growth and infant length at
birth. Am J Clin Nutr, Vol. 79, 646-652.
93

Norton. 1994. Maternal Nutrition during Pregnancy as it affect infant Growth,


Development and Health. SCN News.
Papalia DE & SW Olds. 1989. Human Development. McGraw Hill Book Company,
USA.
Poernomo HO. 2006. Berat Badan dan Pertumbuhan Janin.RS Internasional Bintaro,
Tangerang.
Prawirohardjo. 1987. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Price & Wilson. 1995. Patofisiology. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC.
Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta, 17-19 Mei 2004.
Pudjiadi S. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Rachmawati E. 2004. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin : Antara
Harapan Hidup dan Kenyataan Kematian. Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford
Foundation. Bandung.
Rasmussen, K.M. 2001. Is There a Causal Relationship between Iron Deficiency or Iiron
Deficiency Anemia and Weight at Birth, Length of Gestations and Perinatal
Mortality?. Am J Clin Nutr.
Riyadi, H. 2003. Penilaian Gizi Secara Antropometri. Diktat Kuliah. Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Robert E. Hall. 2002. Petunjuk Medis Wanita Hamil. Misky Dudi, Penerjemah; Jakarta:
PT. Pustaka Delapratasa. Terjemahan dari: Nine Months a Medical Guide for
Pregnant Women
Rosso, P. 1990. Nutrition and Metabolism in Pregnancy. Oxford Univesity Press. New
York.
Rush, D. 1998. Nutrition and maternal mortality in the developing world. Am J Clin Nutr.
Washington Street, Boston.
Sajogyo, Suhardjo & M. Khumaidi. 1994. Proyek Studi Sektoral/Regional Penetuan Atas
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Kecukupan Pangan. LPSP, IPB. Bogor.
94

Satoto. 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pengamatan Anak Umur 0-18
bulan di Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Disertasi. untuk
Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran. Fakultas Kedokteran, Undip.
Semarang.
Sears et al,. 1999. Psikologi Sosial (5th ed). Terjemahan (M.Adryanto dan S. Soekrisno).
Erlangga. Jakarta
Siega-Riz et al. 1996. Maternal underweight status and inadequate rate of weight during
the third trimester of pregnancy increase the risk of preterm delivery. J Nutr.
126:146-153.
Soehardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Depertemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Soekirman SW. 2006. Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil. Didalam: Soekirman, editor.
Hidup Sehat. PT Gramedia, Jakarta.
Soenardi T. 2006. Gizi Seimbang untuk bayi dan Balita. Didalam: Soekirman, editor.
Hidup Sehat. PT Gramedia, Jakarta.
Soetjiningsih. 2000. Kalender Tumbuh Kembang Balita Pendekatan Baru Deteksi Dini
Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita Oleh Keluarga Tahun 2000. Editor: DR.
Rohadi Haryanto, MSc. Puslitbang Keluarga Sejahtera. Jakarta.
Sudhaberata Ketut. 2001. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. UPF. Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, RS Tarakan, Kalimantan Timur.
Sudinaya, I Putu. 2000. Insiden Preeklampsi dan Eklampsia di RSU Tarakan, Kalimantan
Timur. Bagian Ostetri dan Ginekologi RSU Tarakan, Kalimantan Timur.
Supriasa I D, Bakri B, & Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran
IGC. Jakarta.
Tamura, Goldenberg, Freeberg, Cliver, Cutter and Hoffman. 1992. Maternal Serum
Folate and Zinc Concentrations and Their Relationships to Pregnancy Outcome. Am
J Clin Nutr, Vol 56, 365-370.
Tayie & Lartey. 2000. Practice among Pregnant Ghanians: Relationship with Infant Birth
Weight and Maternal Haemoglobin Level. Ghana. Medical Journal, 33:67-76.
Trish, Booth. 2004. Pregnancy Q & A. Meadowbrook Press. Smetana Drive, Minnetonka,
USA.
95

Unicef. 1997. Care and Nutrition. Inte rnational Food Policy Research Institute,
Washington,D.C.
Utomo, B. 1985. Abortus di Indonesia : Suatu Telaah Pustaka. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta
Whitney, Eleanor Noss. 1998. Understanding Normal and Clinical Nutrition. Ed ke-5.
Wadsworth Publishing Company, USA.
WHO. 1995. Physical Status : the Use and Interpretation of Antropometry. Report of a
WHO Expert Committee. WHO Technical Report. WHO, Genewa
WHO. 2000. WHO’s classification oof BMI. Geneva.
Winkvist, Stenlund, Hakimi, Nurdiati, dan Dibley. 2002. Weight gain pattern from
prepregnancy until delivery among women in Central Java, Indonesia. Am J Clin
Nutr, Vol. 75, No.6, 1072-1077.
Zeisel. 2002. Maternal and Infant Nutrition. Nutrition in Medicine. University of North
Carolina at Chapel Hill.
.
Maaf .......................
Lembar Halaman Ini Pada Aslinya Memang Tidak Ada

You might also like