You are on page 1of 22

Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah : The Indonesian Journal Of Islamic


Studies
ISSN 2337-6104

Vol. 8│No. 1

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN


BUDAYA RELIGIUS DI SEKOLAH

Aris Salman Alfarisi


STAI La Tansa Mashiro Indonesia

Article Info Abstract

Keywords: The embodiment of religious culture in the school


environment is an ideal decision, by accustoming students to
School Head
carrying out religious values every day. For this reason, in
Religious
order for religious culture to be carried out, the principal
always makes efforts to increase the internalization of
religious values so that students grow into children who are
obedient to the teachings of Islam. This research on
religious culture was carried out at Al-Husna Islamic
Elementary School Rangkasbitung with the aim of (1) to
determine the principal's efforts in enhancing the religious
atmosphere and (2) to determine the religious atmosphere at
Al-Husna Islamic Elementary School Rangkasbitung. In
choosing the research method, the author uses qualitative
research methods with the type of school action research
(PTS), meaning that this research focuses more on the
efforts made by the principal in improving the religious
culture at Al-Husna Rangkasbitung Islamic Elementary
School, but other data sources are needed such as from the
religious, curriculum, teacher and student sections. After the
research was carried out, the results showed (1) Increasing
the religious culture carried out by the principal, among
others (a) Conducting talent development such as in
announcing the call to prayer to students and holding adhan
competitions from time to time (b) Carrying out training to
develop the understanding of the word of God every week
such as carrying out istighosah or religious seminars and
providing teaching and understanding of the Koran by
learning tajwid and qori training (c) Requiring all teachers
to carry out religious values with the aim of providing an
1
example to students. (2) Religious Culture that has been
implemented every day includes (a) accustoming to smiling,
greeting and greeting when meeting teachers and always
speaking well to anyone and accustoming students to say the
call to prayer in turns when they want to perform
congregational prayers (b) Getting used to reading the
Kalam Allah every day such as reading Asmaul Husna every
morning before starting learning and every evening after
Asr prayer in congregation and reading the Koran and
memorizing short letters (c) Requiring students to comply
with all the rules set by the principal in carry out religious
values, such as congregational prayer and dhuha prayer.

Coreresponding Perwujudan budaya religius di lingkungan sekolah


Author: merupakan keputusan ideal, dengan cara membiasaan
Arissalman27@gmai peserta didik dalam melaksanakan nilai-nilai keagamaan
l.com setiap hari. Untuk itu agar budaya religius tetap terlaksana,
maka kepala sekolah selalu melakukan upaya peningkatkan
internalisasi nilai-nilai agama agar peserta didik tumbuh
menjadi anak yang taat terhadap ajaran agama islam.
Penelitian tentang budaya religius ini dilakukan di SD Islam
Al-Husna Rangkasbitung dengan tujuan (1) Untuk
mengetahui upaya kepala sekolah dalam menngkatkan
suasana religius dan (2) Untuk mengetahui suasana religius
di SD Islam Al-Husna rangkasbitung. Dalam memilih
metode penelitian, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian tindakan sekolah (PTS),
artinya penelitian ini lebih fokus kepada upaya yang
dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan budaya
religius di SD Islam Al-Husna Rangkasbitung, namun
sumber data yang lain diperlukan seperti dari bagian
keagamaan, kurikulum, guru dan siswa. Setelah dilakukan
penelitian, hasil menunjukkan (1) Peningkatan budaya
religius yang dilakukan oleh kepala sekolah antara lain (a)
Melakukan pembinaan bakat seperti dalam
mengumandangkan adzan terhadap peserta didik dan
mengadakan perlombaan adzan sewaktu-waktu (b)
Melaksanakan latihan pengembangan pemahaman kalam
Allah setiap seminggu sekali seperti melaksanakan
istighosah atau seminar keagamaan dan memberikan
pengajaran dan pemahaman mengenai al-quran dengan cara
belajar tajwid dan pelatihan qori (c) Mewajibkan seluruh
guru-guru untuk melaksanakan nilai-nilai keagamaan
dengan tujuan sebagai pemberian keteladanan terhadap
peserta didik. (2) Budaya Religius yang sudah dilaksanakan
2
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

setiap harinya antara lain (a) membiasakan senyum, salam


dan sapa ketika bertemu guru dan selalu senantiasa berbicara
baik kepada siapapun serta membiasakan peserta didik untuk
mengumandangkan adzan secara bergilir ketika hendak
melaksanakan shalat berjamaah (b) Membiasakan untuk
membaca kalam Allah setiap hari seperti membaca asmaul
husna setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dan setiap
sore setelah shalat ashar berjamaah serta membaca al-quran
dan hafalan surat-surat pendek (c) Mewajibkan kepada
peserta didik untuk mematuhi segala peraturan yang telah
ditetapkan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan nilai-
nilai keagamaan, seperti shalat berjamaah dan shalat dhuha.

Kata Kunci : Kepala Sekolah dan Religius.


Kata Kunci: Peran

.
@ 2020 JAAD. All rights reserved
Pendahuluan akan mempunyai peranan yang lebih
besar. Keadaan ini akan mendorong
Pendidikan merupakan suatu
kreatifitas dan improvisasi dalam
proses di mana melibatkan interaksi
melaksanakan pendidikan (Junaidi,
antara berbagai input dan
2001 : 16).
lingkungan, karena interaksi dan
Pendidikan pada dasarnya
lingkungan memiliki karakteristik
adalah upaya untuk mempersiapkan
yang berbeda dari satu tempat
peserta didik agar mampu hidup
dengan tempat yang lain, maka
dengan baik dalam masyarakatnya,
keseragaman secara menyeluruh
mampu mengembangkan dan
yang diinstruksikan dari pusat tidak
meningkatkan kualitas hidupnya
akan pernah menghasilkan proses
sendiri serta memberikan kontribusi
pendidikan yang optimal atau
yang bermakna dalam
maksimal. Dengan kata lain
mengembangkan dan meningkatkan
kebijaksanaan desentralisasi akan
kualitas hidup masyarakat dan
dapat mengoptimalkan proses
bangsanya. Pendidikan merupakan
pendidikan yang berkualitas. Dengan
tindakan antisipatoris, karena apa
desentralisasi berarti pemegang
yang dilaksanakan pada pendidikan
kendali pendidikan ditingkat bawah

3
sekarang akan diterapkan pada masa lain, ciri-ciri yang menempatkan
yang akan dating. Pendidikan harus sekolah memiliki karakter tersendiri
mampu menjawab berbagai dimana terjadi proses belajar
persoalan-persoalan dan masalah mengajar tempat terselenggaranya
yang akan dihadapi saat ini juga. kehidupan umat manusia tercipta
Dengan demikian, maka para (Sumidjo, 2002 : 81).
pendidik terutama pengembang dan Keberhasilan suatu lembaga
pelaksana kurikulum harus berfikir pendidikan sangat tergantung kepada
kedepan dan menerapkan dalam kepemimpinan kepala sekolah.
pelaksanaan fungsi dan tugasnya Karena kepala sekolah sebagai
yaitu menjadi dasar dalam seorang pemimpin dilembaganya,
pengembangan pendidikan budaya maka dia harus mampu membawa
dan karakter bangsa (Sahlan, 2010 : lembaganya ke arah tercapainya
1). tujuan yang telah di tetapkan dia
Lembaga pendidikan formal harus mampu melihat adanya
yang dipercaya masyarakat sebagai perubahan serta mampu melihat
wadah untuk membentuk manusia masa depan dalam kehidupan
yang berwawasan luas dan globalisasi yang lebih baik. Kepala
berpendidikan adalah sekolah. sekolah harus bertanggung jawab
Menurut Wahyu Sumidjo atas kelancaran dan keberhasilan
mengatakan bahwa sekolah adalah semua urusan pengaturan dan
lembaga yang bersifat kompleks dan pengelolaan secara pormal kepada
unik. Bersifat kompleks karena atasannya atau informal kepada
sekolah sebagaimana organisasi masyarakat yang telah menitipkan
didalamnya terdapat berbagai anak didiknya (Marno, 2007:54).
dimensi yang satu dengan yang lain Kepala sekolah sebagai penentu
saling berkaitan dan saling kebijakan disekolah juga harus
menentukan. Sedangkan sifat unik memfungsikan perannya secara
menunjukkan bahwa sekolah sebagai maksimal dan mampu memimpin
organisasi memiliki ciri-ciri tertentu sekolah dengan bijak dan terarah
yang tidak dimiliki oleh organisasi serta mengarah kepada tujuan yang
4
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

maksimal demi meningkatkan memajukan dunia pendidikan. Mutu


kualitas dan mutu pendidikan di siswa dan pendidikan bergantung
sekolahnya yang tentu saja akan pada mutu guru. Karena itu, guru
berimbas pada kualitas kelulusan harus memiliki kompetensi yang
anak didik sehingga membanggakan sesuai dengan standar nasional
dan menyiapkan masa depan yang pendidikan, agar ia dapat
cerah. Karena itu, kepala sekolah menjalankan tugas dan perannya
harus mempnyai wawasan, dengan baik dan berhasil. Beberapa
mempunyai karisma kepemimpinan faktor kompetensi professional yang
dan juga pengetahuan yang luas harus dimiliki guru dalam proses
tentang tugas dan fungsi sebagai pembelajaran antara lain mampu
kepala sekolah. Dengan kemampuan menguasai bahan bidang studi,
yang di miliki seperti itu, kepala mampu mengelola program
sekolah tentu saja akan mampu pembelajaran, mampu mengelola
mengantarkan dan membimbing kelas, mampu mengelola dan
segala komponen yang ada menggunakan media serta sumber
disekolahnya dengan baik dan efektif belajar, menguasai landasan-
menuju kearah cita-cita sekolah landasan pendidikan, mampu
(Munir, 2010:7). mengelola interaksi pembelajaran,
Berbicara mengenai upaya kepala mengenal fungsi dan program
sekolah dalam memimpin sebuah pelayanan bimbingan dan
lembaga pendidikan, tentu saja penyuluhan, mampu
berbicara secara menyeluruh. Kepala menyelenggarakan administrasi
sekolah harus mampu menjadikan sekolah serta mampu
segala sesuatunya menjadi lebih menyelenggarakan penelitian
baik, termasuk meningkatkan sederhana untuk keperluan
kompetensi guru baik dari pengajaran.
kompetensi pedagogik maupun Sehubungan dengan tempat
kompetensi professional. Peran guru penelitian yaitu di SD Islam Al-
sangat penting dalam mengajar dan Husna Rangkasbitung ini, beberapa
mendidik siswa, serta dalam upaya yang telah dilakukan oleh
5
kepala sekolah dalam meningkatkan sedang mengajar, hal itu dilakukan
kompetensi guru dalam mengajar agar kepala sekolah mengetahui
sudah berjalan dengan baik. Dimana secara langsung kemampuan dari
didalam pelaksanaannya, kepala masing-masing guru didalam
sekolah menuntut semua guru memberikan pengajaran.
mencapai indikator- indikator Mengikutsertakan guru-guru dalam
sebagai guru yang memiliki kegiatan seminar kependidikan,
kompetensi yang sesuai dengan guru selalu memberikan motivasi, dan
professional. Salah satunya adalah membiasakan setiap guru untuk
memposisikan setiap guru untuk melakukan evaluasi hasil belajar
mengajar sesuai keahlian pada siswa adalah beberapa upaya lain
bidang studinya masing-masing, yang juga dilakukan oleh kepala
dengan demikian hal itu diharapkan sekolah untuk meningkatkan
mampu memberikan kenyamanan kompetensi guru. Upaya lain yang
pada setiap guru dalam memberikan dilakukan oleh kepala sekolah di SD
pengajaran, dan itu sudah terbukti Islam Al-Husna Rangkasbitung ini
berhasil dari segi penguasaan materi adalah dengan mengembangkan
ajar yang dimiliki setiap guru, ketika kegiatan ekstrakulikuler. Pada masa
mengajar dikelas tidak terpaku pada usia sekolah dasar anak akan melihat
buku panduan materi, itu akan dan meniru apa yang ada
berhubungan juga dengan disekitarnya, jika yang dilihatnya
kemampuan dalam mengelola kelas, merupakan hal positif, selanjutnya
ketika bahan ajar telah dikuasainya, akan menghasilkan prilaku yang
maka pergerakan didalam mengelola baik. Namun bila yang masuk
kelaspun berjalan optimal. Selain itu, kedalam memori adalah sesuatu yang
upaya lain yang dilakukan oleh negative, maka akan menghasilkan
kepala sekolah untuk meningkatkan prilaku yang buru (Fitri, 2002 : 58).
kompetensi guru dalam mengajar Adapun upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan oleh kepala sekolah untuk
pengawasan secara langsung didalam menciptakan budaya religius ini
kelas sewaktu-waktu ketika guru adalah dengan pembiasaan nilai-nilai
6
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

pendidikan agama Islam dalam peserta didik sekolah dasar itu sering
kehidupan di sekolah. Kemudian meniru orang yang dewasa
dalam meningkatkan budaya religius disekelilingnya atau dilingkungan
tersebut dilakukan dengan cara sekolah, maka kewajiban untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan berkelakuan religius ini perlu
yang diterapkan dan selalu ditekankan kepada semua guru, dan
dilaksanakan setiap hari, beberapa diharapkan mampu memberi teladan
bentuk pengembangan budaya yang baik, agar ditiru oleh peserta
religius di SD Islam Al-Husna ini didik. Selanjutnya, SD Islam Al-
antara lain membiasakan salam Husna ini adalah sekolah dasar islam
senyum dan sapa (3S), Senyum, yang masuk pagi dan pulang sore,
salam dan sapa dalam perspektif maka upaya kepala sekolah yang
budaya menunjukkan bahwa lainnya adalah mewajibkan shalat
komunitas masyarakat memiliki dzuhur dan ashar berjamaah,
kedamaian, santun, saling tenggang pengajian dan juga pada waktu-
rasa, toleran dan rasa hormat. waktu tertentu seperti memperingati
Membiasakan berjabat tangan antara hari hari besar islam dengan
peserta didik dengan guru, mengadakan perlomabaan hari besar
membiasakan berdoa pada saat akan islam (PHBI) dimana kegiatan ini
mulai pembelajaran, kemudian dilakukan untuk menambah
membaca surat pendek, membaca pengetahuan tentang keagamaan,
asmaul husna, dan melaksanakan perlombaan tersebut diharapkan
shalat dhuha setiap pagi. Selain mampu menjadi motivasi untuk
peserta didik yang menjadi sasaran peserta didik agar semangat dalam
utama, kepala sekolah SD Islam Al- menjalankan kegiatan kegamaan
Husna ini juga mewajibkan bagi secara sadar yang timbul dari diri
semua elemen sekolah untuk turut masing-masing yang kemudian
mengikuti semua perencanaan dan dilaksanakan dalam kehidupan setiap
pelaksanaan yang telah ditetapkan, hari.
para guru dan staff juga harus Metodologi Penelitian
menjalankannya. Sadar betul bahwa
7
Metode penelitian yang sekunder. Sumber data primer
digunakan penulis adalah kualitatif. mencakup subjeknya. Adapun subjek
Disebut penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini antara lain :
sumber data utama yang digunakan (a.) Kepala Sekolah SD Islam Al-
itu berupa kata-kata atau tindakan Husna Rangkasbitung selaku
dari orang-orang yang diwawancarai, pengambil kebijakan dari semua
pengamatan atau observasi, dan kegiatan yang dilaksanakan sekolah
pemanfaatan dokumentasi Metode khususnya pengembangan sikap
penelitian kualitatif merupakan sosial siswa melalui budaya religius.
metode penelitian yang berlandaskan (b) Waka Kurikulum SD Islam Al-
pada filsafat postpositivisme, Husna Rangkasbitung selaku orang
digunakan untuk meneliti pada yang mengetahui kurikulum yang
kondisi objek alamiah. Jenis dilaksanakan di sekolah. (c) Kepala
penelitian ini merupakan penelitian Tata Usaha SD Islam Al-Husna
tindakan sekolah (PTS). Penelitian Rangkasbitung yang dalam hal ini
tindakan sekolah (PTS) merupakan sebagai nara sumber terkait data
aplikasi metodologis dari penelitian guru, data siswa dan dokumen
tindakan. Dalam penelitian tindakan sekolah yang sekiranya penulis
sekolah adalah kepala sekolah. butuhkan. (d) Guru-guru SD Islam
Mengapa harus kepala sekolah? Al-Husna Rangkasbitung selaku
Karena sekolah sebagai lembaga orang yang memotivasi dan
pendidikan, tentu dipimpin oleh membimbing warga sekolah dalam
seorang kepala sekolah dimana melaksanakan budaya religius di
didalam kepala sekolah itulah sekolah serta berperan penting dalam
melekat tugas dan wewenang dalam pengembangan sikap siswa.(e)
ruang lingkup sekolah, bukan Peserta didik SD Islam Al-Husna
terbatas pada satu atau dua ruangan Rangkasbitung selaku orang yang
kelas (Sugiyono, 2009 : 15). mengalami secara langsung langsung
Sumber data dalam penelitian merasakan perubahan sikap sosial
ini ada dua macam, yaitu sumber yang dimiliki setelah adanya
data primer dan sumber data penerapan budaya religius.
8
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

Teknik pengumpulan data ataupun non partisipasif. Dalam


merupakan langkah yang paling observasi partisipasif (participatory
utama dalam penelitian, karena observation) pengamat ikut serta
tujuan utama dari penelitian adalah dalam kegiatan yang sedang
mendapatkan data. Tanpa berlangsung, pengamat ikut sebagai
mengetahui teknik pengumpulan peserta rapat atau peserta latihan.
data, maka peneliti tidak akan Dalam observasi non partisipasif
mendapatkan data yang memenuhi (nonparticipatory observation)
standar data yang ditetapkan pengamat tidak ikut serta dalam
(Sugiyono, 2010 : 308). kegiatan, dia hanya berperan
Metode yang digunakan penulis mengamati kegiatan dan tidak ikut
untuk mendapatkan data yang dalam kegiatan (Sukmadinata, 2010 :
mendukung penelitian terdiri dari 220).
beberapa metode sebagai berikut: Adapun observasi yang
1. Observasi digunakan oleh peneliti adalah
Dalam penelitian tindakan, observasi observasi partisipasif, hal ini karena
merupakan tahapan penting, yaitu peneliti merupakan staf di SD Islam
tahapan yang berhubungan dengan Al-Husna ini, oleh karena itu selama
mencermati, mengamati dan observasi peneliti ikut serta dalam
merekam tindakan-tindakan yang kegiatan yang sedang berlangsung,
dilakukan sebagai objek penelitian. dan selama observasi peneliti juga
Tahapan ini sebagai tahapan yang mengamati dan mencatat hal-hal
krusial dalam penelitian tindakan, yang dianggap penting dilembar
karena melalui observasi inilah suatu observasi.
proses penelitian dapat direkam dan 2. Wawancara
memiliki dasar faktual. Wawancara adalah metode
Pelaksanaanya dilakukan bersamaan pengambilan data yang dilakukan
dengan implementasi tindakan yang dengan cara menanyakan kepada
direncakanakan (Ghani, 2014 : 143). responden secara langsung dan
Menurut (Sukmadinata) obeservasi bertatap muka tentang beberapa hal
dapat dilakukan secara partisipasif yang diperlukan dari suatu focus
9
permasalahan. Dalam penelitian mencakup fakta, data, pengetahuan,
tindakan, wawancara diperlukan konsep, pendapat, persepsi, atau
sesuai dengan kebutuhan baik terkait evaluasi responden berkenaan
materi pelengkap maupun untuk dengan focus masalah atau variabel-
meyakinkan atau menguatkan variabel yang dikaji dalam penelitian
tentang beberapa hal terkait fokus (Sukmadinata, 2010 : 2016).
penelitian. Bila suatu penelitian tidak 3. Dokumentasi
menggunakan wawancara sebagai Dokumen Paul Outlet adalah suatu
teknik pengumpulan data, jika teknik aktivitas usaha yang berupa
utama yang digunakan seperti mengumpulakan, mengolah,
observasi sudah memadai dalam menyimpan, menemukan kembali
mendukung validitas data penelitian. dan menyebarkan suatu dokumen.
Namun satu hal yang pasti adalah Dokumen yang digunakan peneliti
tidak mungkin suatu penelitian disini berupa fhoto, gambar, serta
tindakan sekolah dilakukan tanpa data-data mengenai berbagai
melakukan interaksi selalu terjadi kegiatan proses pembelajaran di SD
saling bertanya (dialog) atau peneliti Islam Al- Husna Rangkasbitung
yang bertanya. Oleh karena itulah karena hasil penelitian dari observasi
pemahaman tentang wawancara dan wawancara akan semakin valid
dalam penelitian tindakan juga dan dapat dipercaya jika didukung
penting (Ghani, 2014 : 176). oleh dokumentasi.
Menurut (Sukmadinata) sebelum Hasil dan Pembahasan
melaksanakan wawancara para 1. Gambaran Umum Sekolah
peneliti menyiapkan instrument Dasar Islam Al-Husna
wawancara yang disebut dengan Rangkasbitung
pedoman wawancara (Interview Identitas sekolah merupakan
Guide). Pedoman ini berisi sejumlah data yang paling umum yang sekolah
pertanyaan atau pernyataan yang miliki. Identitas memberikan
meminta untuk dijawab atau informasi mengenai data umum yang
direpons oleh responden. Isi bisa ditemukan untuk mencari tahu
pertanyaan atau pernyataan bisa
10
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

gambaran khusus dari sebuah pelatihan dan memotivasi untuk


lembaga pendidikan. melanjutkan pendidikannya ke
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al- jenjang yang lebih tinggi.
Husna Rangkasbitung merupakan Sarana dan prasarana merupakan
sebuah lembaga sekolah yang fasilitas pendukung jalannya proses
memadukan pelajaran pelajaran yang pembelajaran agar bisa berjalan
ada disekolah umum dengan efektif dan kondusif. Tanpa sarana
program keagamaan, hal itu banyak dan prasana, maka pembelajaran
orang tua yang mempercayakan akan berjalan satu kaki. Hal ini
putra putrinya untuk memulai berarti menunjukkan betapa
sekolah dasar disekolah ini. Setelah pentingnya sarana di lembaga
kuantitas peserta didik dan ruang pendidikan. Secara global sarana dan
kelas sudah memadai, maka mulai prasana yang tersedia di SD Islam
tahun pelajaran 2016/2017 sekolah Al-Husna Rangkasbitung antara lain
ini mulai fokus pada penajaman gedung, ruang kelas, ruang guru,
program terutama laboratorium dan ruang waka, ruang TU, ruang kepala
ekstrakulikuler, karena hal itu sekolah, ruang perpustakaan, ruang
dipersiapkan untuk mengarungi multimedia, ruang kesenian, masjid,
program sekolah yang full day yang laboratorium, kantin, tempat parkir,
mengharuskan sarana harus lengkap. dan toilet.
Kemajuan yang telah dicapai SD 2. Kepemimpinan kepala sekolah
Islam AL-Husna Rangkasbitung dan mewujudkan budaya
sementara ini sesuai dengan religius
kemampuan yang ada. Intinya Berdasarkan pengamatan
berangkat dari kekuatan sendiri tapi penulis, kepemimpinan kepala
tetap berjalan walau dengan sekolah SD Islam Al-Husna
kemampuan terbatas. Selain Rangkasbitung ini sudah memimpin
penajaman program, pihak sekolah dengan sangat baik, hal tersebut
juga terus berupaya meningkatkan tidak bisa dipungkiri dengan
kualitas SDM/tenaga pendidik kemajuan dan perkembangan sekolah
dengan cara mengikutsertakan pada yang semakin tahun semakin baik. Ia
11
memiliki jiwa kepemimpinan yang memiliki hati yang suka rela,
professional. Hal tersebut keahliannya dalam mengkoordinasi
diungkapkan langsung oleh beberapa sekolah terbukti dengan maju dan
guru dan staff salah satunya berkembangnya sekolah ini. Selain
sebagaimana yang diungkapkan oleh keahliannya dalam memberikan
Wakasek Kurikulum Bapak Septian intruksi kepada para guru, beliau
Nur Sumantri S.Pd adalah sebagai juga merupakan sosok kepala
berikut : sekolah yang selalu memberikan
“Bapak Indra Budiman merupakan teladan kepada peserta didik, yaitu
sosok yang memiliki jiwa dengan selalu ikut terlibat didalam
kepemimpinan yang baik, beliau kegiatan-kegiatan sekolah seperti
selain menjadi pemimpin dalam melaksanakan shalat secara
organisasi, juga selalu bersosialisasi berjamaah di mushola dengan para
dengan semua warga sekolah peserta didik, dan dalam kegiatan
termasuk kepada peserta didik, saya lainnya. Jadi, beliau selalu
merasa beliau memiliki hati yang memberikan contoh yang baik
ikhlas dalam memimpin, kepada seluruh warga sekolah. Hal
kemampuannya dalam yang sama diungkapkan oleh warga
merelaisasikan semua program sekolah lainnya seperti yang
sekolah merupakan bukti nyata diungkapkan oleh siswa dan siswi
bahwa beliau merupakan sosok kelas VI sebagai perwakilan dari
pemimpin yang professional” siswa yang ketika itu dimintai
(Wawancara pada tanggal 04 April pendapat mengenai kepemimpinan
2020). kepala sekolah sejauh ini,
Berdasarkan hasil wawancara Muhammad Padlan Ridho dan Aini
tersebut, maka dapat penulis Zihan Sapira mengungkapkan :
menggambarkan bahwasannya “Bapak kepala sekolah adalah bapak
kepala sekolah SD Islam Al-Husna yang baik, ramah, dan murah
Rangkasbitung ini merupakan sosok senyum, pak Indra selalu bersama
pemimpin yang professional, dalam kami dalam melaksanakan kegiatan
menjalankan program sekolah beliau sekolah, seperti suka shalat
12
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

berjamaah bersama, mengajar ngaji, diungkapkan oleh kepala sekolah


dan dalam kegiatan lainnya” Bapak Indra Budiman, S.Sos.I adalah
(Wawancara pada tanggal 08 April sebagai berikut :
2020). “Budaya religius sekolah berarti
Berdasarkan hasil wawancara tradisi yang sudah menjadi
tersebut, maka penulis dapat kebiasaan warga sekolah. Tidak ada
menggambarkan bahwasannya rasa terpaksa lagi bagi warga
kepala sekolah SD Islam Al-Husna sekolah dalam menjalankan
rangkasbitung ini merupakan sosok kegiatan-kegiatan yang sudah
pemimpin yang baik, selalu menjadi kebiasaan sekolah. Alasan
bersosialisasi dengan semua warga dilaksanakannya budaya religius di
sekolah termasuk selalu turut terlibat sekolah adalah bahwa setiap orang
dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan mempunyai kewajiban amar ma’ruf
sekolah. Itu berarti kepala sekolah nahi munkar, termasuk orang yang
tersebut selalu memberikan teladan berprofesi guru mempunyai amanah
yang baik. Berdasarkan hasil untuk mendidik siswanya apalagi
observasi dan pengamatan yang seorang guru PAI. Selain itu alokasi
dilakukan oleh penulis secara waktu jam pelajaran PAI yang hanya
langsung serta turut mengikuti tiga jam dalam seminggu tidak akan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan mampu membentuk sikap siswa yang
bersama warga sekolah, baik. Padahal dalam pembelajaran
bahwasannya nilai-nilai religius harus mencakup semua ranah, baik
selalu dilaksanakan didalam kognitif, afektif maupun
kegiatan- kegiatan disekolah ini. Hal psikomotorik. Oleh karena itu perlu
tersebut merupakan kegiatan wajib adanya solusi yang dapat membantu
yang harus dilaksanakan disekolah pembentukan sikap siswa, yaitu
sebagaimana tujuan dari semenjak dengan menciptakan lingkungan
diberdirikannya sekolah ini yaitu yang kondusif. Lingkungan agama
harus selalu membudayakan hidup yang mendukung siswa untuk
dengan selalu berlandaskan agama. menjalankan ajaran-ajaran agama
Hal ini sesuai dengan yang yang sudah diajarkan di kelas”
13
(Wawancara dengan kepala sekolah mencintai Rasulullah SAW dengan
pada tanggal 03 April 2020). cara melaksanakan sunahnya. Hal itu
Berdasarkan hasil wawancara sejalan dengan yang diungkapkan
tersebut, maka penulis dapat oleh wakasek keagamaan yaitu
menggambarkan bahwasannya Bapak Abdul Umar Jabbar, S.Pd.I
kegiatan-kegiatan keagamaan sudah adalah sebagai berikut :
menjadi kebiasaan yang selalu “Shalat dhuha merupakan salah satu
dilaksanakan disekolah ini, semua perbuatan yang selalu dilakukan
kegiatan dilaksanakan oleh setiap oleh Rasulullah SAW, karena
warga sekolah, oleh guru, staff dan didalam shalat dhuha terkandung
para peserta didik dimana semuanya banyak manfaat, selain bisa
dilakukan secara ikhlas dengan sadar menambahkan kecerahan pada
dan tidak ada rasa terpaksa. Setiap wajah, juga dapat memudahkan
orang mempunyai kewajiban untuk dalam mendatangkan rezeki kepada
melakukan amal ma’ruf nahi siapa saja yang menjalankannya.
munkar, maka dengan cara Berhubungan dengan nilai yang
membiasakan warga sekolah terkandung didalamnya tersebut,
terutama peserta didik untuk maka setiap peserta didik diajarkan
senantiasa selalu menjalankan untuk membiasakan shalat dhuha,
perbuatan-perbuatan yang diajarkan yang selalu dilaksanakan kadang
oleh agama didalam maupun diluar sebelum memulai pelajaran pertama,
kelas. Seperti pembelajaran PAI kadang pula setelah bel istirahat,
yang diberikan oleh guru selama semua itu dilakukan setiap hari,
proses pembelajaran didalam kelas, setiap pagi. Dengan harapan shalat
selalu diimplementasikan diluar dhuha ini juga dilaksanakan diluar
kelas, contohnya shalat dhuha. Shalat dirumahnya masing- masing”
dhuha merupakan kegiatan (Wawancara dengan wakasek
keagamaan yang setiap hari keagamaan pada tanggal 06 April
dijalankan oleh semua warga 2020).
sekolah, karena hal tersebut Berdasarkan hasil wawancara
dilakukan untuk menanamkan agar tersebut, maka penulis dapat
14
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

menggambarkan peserta didik selalu merupakan bentuk pengakuan


diajarkan untuk mencintai Rasulullah seorang hamba bahwa Allah
SAW dengan cara membiasakan merupakan Dzat yang maha agung
untuk melaksanakan sunahnya, salah dan memiliki segala kekuasaan. Hal
satunya shalat dhuha serupa diungkapkan oleh salah satu
ini dilaksanakan setiap hari dengan guru PAI ibu Martini, S.Pd.I adalah
dipimpin oleh guru. Agar peserta sebagai berikut :
didik selalu bersemangat dalam “Al-Quran merupakan pedoman
melakukan shalat dhuha ini, yaitu umat islam, didalamnya terdapat
dengan memotivasi serta petunjuk bagi orang-orang yang
menyebutkan nilai-nilai kebaikan membutuhkan pertolongan, dan
yang akan didapatkannya. Selain ketika seorang muslim membacanya,
shalat dhuha, kegiatan lain yang maka pahala akan diberikan oleh
dibudayakan disekolah ini adalah Allah kepada mereka dengan
membaca asma’ul husna dan berlipat ganda. Oleh sebab itu
membaca al-Qur’an. Membaca peserta didik disekolah ini
alquran merupakan bentuk dibiasakan untuk membaca surat-
peribadatan yang diyakini dapat surat pendek setiap hari sebelum
mendekatkan diri kepada Allah. pelajaran pertama dimulai, agar
Dapat meningkatkan keimanan dan peserta didik dapat menghafal
ketaqwaan yang berimplikasi pada quran, dimulai dari juz 30, selain
sikap dan perilaku positif, dapat setiap pagi, membaca al-quran juga
mengontrol diri, dapat tenang, lisan dilakukan setiap selesai shalat ashar
terjaga dan istiqomah dalam berjamaah kemudian diikuti oleh
beribadah. Kemudian setelah pemberian ilmu tajwid iberikan agar
membaca al- quran, hukum-hukum peserta didik memahami bacaan-
tajwid juga diberikan untuk bacaan al-quran, (Wawancara
memberikan pemahaman terhadap dengan guru PAI pada tanggal 05
peserta didik mengenai bacaan- April 2020).
bacaan al-quran. Kemudian Berdasarkan hasil wawancara
menyebut asma-asma Allah tersebut, maka penulis dapat
15
menggambarkan bahwasannya merupakan suatu ibadah yang paling
membaca al-quran yang utama, dan jika dilakukan secara
dilaksanakan disekolah ini setiap berjamaah, maka pahalanya pun
hari, antara lain setiap pagi sebelum berlipat ganda, hal tersebut sejalan
memulai pembelajaran dikelas dan dengan yang diungkapkan oleh
setiap sore atau setelah wakasek Keagamaan, Bapak Abdul
melaksanakan shalat ashar Umar Jabbar adalah sebagai berikut :
berjamaah. Ayat-ayat al-quran yang “Shalat merupakan ibadah yang
dibaca setiap pagi yaitu surat-surat wajib dikerjakan oleh setiap muslim,
pendek, hal tersebut dilakukan agar karena hukum mengerjakan shalat
peserta didik dapat menghafal ayat- adalah wajib, dan hukum bagi orang
ayat al-quran minimal juz 30, yang meninggalkan shalat adalah
kegiatan tersebut berbarengan dosa dan berat siksaannya. Pahal
dengan membaca asma’ul husna bagi orang yang mengerjakan shalat
yang dilakukan sebelum dan sesudah sangat besar, apalagi dilaksanakan
membaca surat-surat pendek secara berjamaah, maka pahalanya
tersebut. Beda halnya dengan surat 27 kali lipat lebih besar daripada
yang biasa dibacakan setiap shalat shalat yang dilakukan secara
ashar berjamaah, surat yang dibaca individu. Dan dalam waktu
antara lain surat al-kahfi, al-waqiah penyelenggaraan yang full disekolah
dan surat surat lainnya. Setelah ini, maka shalat dzuhur dan ashar
membaca al-quran, hukum-hukum dilaksanakan disekolah ini pula
tajwid diajarkan oleh guru agar secara berjamaah dimushola.
peserta didik dapat memahami Kegiatan tersebut dilakukan agar
kaidah-kaidah bacaan al-quran, dan peserta didik terbiasa dengan shalat
dapat membaca al-quran dengan baik secara berjamaah ketika berada
dan benar. Selanjutnya, kegiatan dilingkungan rumahnya”
keagamaan lainnya yang selalu (Wawancara pada tanggal 06 April
dilaksanakan disekolah ini adalah 2020).
melaksanakan shalat berjama’ah di Berdasarkan wawancara
masjid/mushola, karena shalat tersebut maka penulis dapat
16
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

menggambarkan bahwasannya itu sejalan dengan yang diungkapkan


disekolah ini selalu melaksanakan oleh kepala sekolah Bapak Indra
shalat dzuhur dan ashar secara Budiman, S.Sos.I adalah sebagai
berjamaah. Shalat dzuhur berikut :
dilaksanakan sekaligus istirahat dari “Peringatan hari besar islam atau
kegiatam pembelajaran kemudian yang biasa disebut dengan PHBI
dilanjutkan untuk makan siang. merupakan kegiatan yang
Sedangkan shalat ashar dilakukan diselenggarakan oleh sekolah dalam
setelah kegiatan pembelajaran rangka memperingati hari besar
selesai. Sebelum seluruh peserta islam. Didalamnya biasanya diisi
didik kembali kerumahnya masing- dengan perlombaan-perlombaan
masing, peserta didik diwajibkan yang diperuntukkan peserta didik
untuk melaksanakan shalat ashar seperti lomba pidato, qori, cerdas
terlebih dahulu bersama para guru. cermat, fashion walk dan lain-lain.
Kegiatan tersebut kemudian Atau kadang- kadang diisi dengan
dilanjutkan dengan membaca al- serangkaian kegiatan seperti
quran, serta mempelajari hukum- seminar keagamaan, kegiatan bakti
hukum ilmu tajwid. Selain shalat sosial dan lain sebagainya. Kegiatan
berjamaah, kegiatan keagamaan juga tersebut tentu tidak pada hari itu
dilaksanakan melalui peringatan hari juga, terkadang sebelum hari itu tiba
besar islam (PHBI), kegiatan tersebut atau bahkan setelah hari itu berlalu”
dilaksanakan setiap hari besar islam, (Wawancara pada tanggal 03 April
seperti memperingati tahun baru 2020).
hijriyah, hari lahir Nabi Muhammad Berdasarkan hasil wawancara
SAW, ataupun hari isra miraj Nabi tersebut, maka penulis dapat
Muhammad SAW. Dalam menggambarkan bahwasannya
memperingati hari besar islam disekolah ini selalu mengadakan
tersebut biasanya dilaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
serangkaian perlombaan-perlombaan peringatan hari besar islam (PHBI).
yang bermacam-macam yang Kegiatan tersebut diperingati dengan
berkaitan dengan hari tersebut. Hal cara mengadakan berbagai jenis
17
perlombaan yang diikuti oleh seluruh yang dapat membantu peserta didik
peserta didik, dan perlombaannya dalam membentuk kepribadiannya
disesuaikan dengan hari besar agar menjadi seorang hamba yang
tersebut. Selain secara rutin beriman dan bertaqwa. Budaya
mengadakan perlombaan keagamaan, tersebut terintegrasi dalam beberapa
PHBI juga diperingati dengan cara kegiatan yang dilaksanakan setiap
mengadakan seminar, bakti sosial, hari seperti membiasakan senyum,
dan lain-lain. Itulah bentuk-bentuk salam dan sapa ketika bertemu
kegiatan keagamaan yang sudah dengan guru dan selalu senantiasa
menjadi budaya di SD Islam Al- berbicara dengan baik kepada
Husna Rangkasbitung ini, sehingga siapapun dan membiasakan peserta
itulah yang membedakan dengan didik untuk mengumandangkan
sekolah dasar lainnya, nilai-nilai adzan secara bergilir ketika hendak
agama terinternalisasi pada setiap melaksanakan shalat berjamaah.
kegiatan, didalam maupun diluar Kemudian membiasakan peserta
kelas. Hal tersebut dianggap langkah didik untuk untuk membaca kalam
paling tepat ditengah tantangan Allah seperti membaca asmaul husna
globalisasi ini, dengan menanamkan setiap pagi sebelum memulai
nilai-nilai agama pada kegiatan- pembelajaran dan setelah
kegiatan yang dilaksanakan melaksanakan shalat ashar
disekolah ini setiap hari dapat berjamaah, serta membiasakan
memagari peserta didik dari membaca al-quran atau surat-surat
buruknya karakter para pelajar. pendek. Selanjutnya semua peraturan
Tujuan diciptakannya budaya yang telah ditetapkan oleh kepala
religius di SD Islam Al-Husna sekolah mengenai budaya religius
rangkasbitung adalah sebagai tersebut harus dilaksanakan oleh
peringatan tentang kewajiban setiap seluruh peserta didik dalam
orang untuk selalu melaksanakan kehidupan sehari-hari.
perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Selain itu, budaya
religius ini merupakan sebuah solusi Kesimpulan
18
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

Upaya kepala sekolah dalam Daftar Pustaka


menerapkan budaya religius di SD Al-Khully, Muhammad Abdul Aziz.
Islam Al-Husna Rangkasbitung ini Al-Adabun Nabawi. Cet. I.
antara lain membiasakan senyum, Beirut: Dar Al-Kutub Al-
salam dan sapa ketika bertemu Ilmiyah. 1999. Miftahul
dengan guru dan selalu senantiasa Khoiri. Perilaku Nabi dalam
berbicara dengan baik kepada Menjalani Kehidupan.
siapapun dan membiasakan peserta Yogyakarta : Hikam Pustaka.
didik untuk mengumandangkan (2010).
adzan secara bergilir ketika hendak Arikunto, Suharsimi. Prosedur
melaksanakan shalat berjamaah. Penelitian Suatu Pendekatan
Kemudian membiasakan peserta Praktek. Ed. Revisi. Jakarta :
didik untuk untuk membaca kalam Rineka Cipta. (2010).
Allah seperti membaca asmaul husna Daulay, Haidar Putra. Pemberdayaan
setiap pagi sebelum memulai Pendidikan Islam di
pembelajaran dan setelah Indonesia. Jakarta : Rineka
melaksanakan shalat ashar Cipta. (2010).
berjamaah, serta membiasakan Fatah, Nanang. Konsep Manajemen
membaca al-quran atau surat-surat Berbasis Sekolah (MBS)&
pendek. Selanjutnya semua peraturan Dewan Sekolah. Bandung :
yang telah ditetapkan oleh kepala Bani Quraisy. (2004).
sekolah mengenai budaya religius Fathurrohman, Muhammad. Budaya
tersebut harus dilaksanakan oleh Religius dalam Peningkatan
seluruh peserta didik dalam Mutu Pendidikan : Tinjauan
kehidupan sehari-hari. Teoritik dan Praktik
Kontekstualisasi Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Cet.
ke- 1. Yogyakarta:
Kalimedia. (2015).
Fawaid, Ahmad. Skripsi : Upaya
Kepala Sekolah dalam
19
Menciptakan Suasana Henarusti, Danit. Skripsi
Religius di SMA Negeri 3 :Implementasi Budaya
Malang. Program Studi Religius Di SMA Negeri
Pendidikan Agama Islam Ajibarang Kecamatan
Jurusan Pendidikan Agama Ajibarang Kabupaten
Islam Fakultas Islam Banyumas. Purwokerto :
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Purwokerto. (2016).
Malang : IAIN Maulana Junaidi, Mahfud. Implikasi Otonomi
Malik Ibrahim (2016). Daerah pada Pendidikan
Fikri, Muhammad Sahlul. Skripsi : Islam. Jakarta : Rajawali
Implementasi Pendidikan Pers. (2001).
Karakter Melalui Krisanti, Yunita. Skripsi :
Pembelajaran Pendidikan Pembentukan Budaya
Agama Islam di SMP Religius di Sekolah Dasar
Khadijah Surabaya Tahun Islam Surya Buana Malang.
2013-2014. Surabaya : Program Studi Pendidikan
Universitas Islam Negeri Guru Madrasah Ibtidaiyah
Sunan Ampel Surabaya Jurusan Pendidikan Guru
Fakultas Tarbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Keguruan Program Studi Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Pendidikan Agama Islam. Malang : Universitas islam
(2014). Negeri Maulana Malik
Fitri, Agus Zainul. Pendidikan Ibrahim Malang. (2015).
Karakter Berbasis Nilai dan Margono, S. Metode Penelitian
Etika di Sekolah. Yogyakarta Pendidikan. Jakarta : Rineka
: Ar-Ruz Media. (2002). Cipta. (2010).
Ghani, Abd Rahman A. Metodologi Marno. Islam By Management and
Tindakan Kelas. Ed. 1. Cet. 2. Leadership : Tinjauan
Jakarta : Rajawali Pers. Teoritis dan Empiris
(2014). Pengembangan Lembaga

20
Aris Salman Alfarisi/ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Religius Di Sekolah/1-22

Pendidikan Islam. Jakarta : Nazarudin. Manajemen


Lintas Pustaka. (2007). Pembelajaran :
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Impelementasi Konsep
Islam. Bandung : Rosdakarya. Karakteristik dan Metodologi
(2001). Pendidikan Agama Islam di
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Sekolah Umum. Yogyakarta :
Islam :Upaya Mengaktifkan Teras. (2007).
Pendidikan Agama Islam di Rusyan, Tabrani. Seri Peningkatan
Sekolah. Bandung : PT. Mutu Pendidikan :
Remaja Rosdakarya. (2004). Profesionalisme Kepala
Mulyasa. E. Menjadi Kepala Sekolah Sekolah. Jakarta : PT Pustaka
Profesional. Bandung : Dinamika. (2012).
Remaja Rosdakarya. (2007). Sahlan, Asmaun. Mewujudkan
Mulyasa. E. Manajemen dan Budaya Religius di Sekolah
Kepemimpinan Kepala (Upaya Mengembangkan PAI
Sekolah. Jakarta : Bumi dari Teori ke Aksi). Cet. ke-1.
Aksara. (2012). Malang: UIN Maliki Press.
Munir, Abdullah. Pendidikan (2010).
Karakter Membangun Sanjaya, Wina. Strategi
Karakter Anak Sejak dari Pembelajaran Berorientasi
Rumah. Yogyakarta : PT Standar Proses Pendidikan.
Pustaka Insan Madani. Cet. 6. Jakarta : Kencana.
(2010). (2009).
Naim, Ngainun. Character Building : Sugiyono. Metode Penulisan
Optimalisasi Peran Pendidikan Pendekatan
Pendidikan dalam Kuantitatif, Kualitatif, dan
Pengembangan Ilmu R&D. Bandung : Alfabeta.
&Pembentukan Karakter (2009).
Bangsa. Yogyakarta: Ar- Ruz Sugiyono. Metode Penelitian
Media. (2012). Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
21
R&D. Bandung : Alfabeta.
(2010).
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode
Penelitian Pendidikan.
Bandung : Remaja
Rosdakarya. (2010).
Tim Dosen PAI Universitas
Brawijaya. Pendidikan
Agama Islam di Universitas
Brawijaya. Malang : Pusat
Pembinaan Agama (PPA).
(2007).
Wahab, Abdul dan Umirso.
Kepemimpinan Pendidikan
dan Kecerdasan Spiritual.
Yogyakarta : Ar-Ruz Media.
(2011).
Wahjosumidjo. Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
(2007).
Yasin, Al-Fatah. Dimensi-Dimensi
Pendidikan Islam. Yogyakarta

22

You might also like