You are on page 1of 9

Bioteknologi 5 (1): 1-9, Mei 2008, ISSN: 0216-6887, DOI: 10.

13057/biotek/c050101

Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan Laju


Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea
L.) setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3)
The growth, chlorophyll content and respiration rate of
arrowroot (Maranta arundinacea L.) after Giberelic Acid
(GA3) treatment

GIYATMI WAHYU LESTARI, SOLICHATUN♥, SUGIYARTO

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126.

Diterima: 27 Desember 2005. Disetujui: 2 Pebruari 2006.

ABSTRACT

Giberelic acid (GA3) would caused specific gene activation, so that specific
mRNA formed and would triggered one or more enzim forming which
regulate plant growth. Giberelic acid (GA3) would effected the total
chlorophyll and respiration rate that support arrow root (Maranta
arundinacea) growth. The aim of this research was to learn the effect of
treatment the giberelic acid (GA3) on growth, chlorophyll content and
respiration rate of arrow root (M. arundinacea L.). This research used
completely randomized design with one factor that was GA3 treatment
which 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm and 200 ppm concentration. The
measuring variables consist of hight, amount of leaves, width of leaves,
fresh weight, dry weight, amount of filial, length and amount of stomata,
total chlorophyll content and respiration rate. Data was analized by
analysis of varians (ANAVA) and was continued by DMRT 5%. The result
of this research showed that treatment 50 ppm of giberellic acid (GA3)
caused the highest of plant growth that was showed by hight plant variabel,
fresh weight and dry weight of plant. Giberelic acid concentration that
more higher (100, 150, 200) ppm caused decrease of plant growth. Giberelic
acid treatments are not influence for chlorophyll content. Giberelic acid
(GA3) with concentration 100 ppm resulting 21,05 ppm CO2/L/menit as the
highest of respiration rate of arrow root (M. arundinacea).

♥ Alamat korespondensi: Keywords: giberelic acid (GA3), arrowroot (Maranta arundinacea L.),
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126
Tel. & Fax.: +62-271-663375. respiration rate, chlorophyll, growth.
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id

PENDAHULUAN kebutuhan pangan (Husodo, 2003). Usaha untuk


diversifikasi dan mencegah kerawanan pangan
Sektor pertanian Indonesia masih mengharuskan didapatkannya sumber alternatif
memprioritaskan pembangunannya pada tanaman pangan yang lain, salah satunya adalah
peningkatan produksi tanaman pangan. Hal ini garut (Maranta arundinacea L.).
dilakukan karena tuntutan penyediaan bahan Rimpang garut dapat dikonsumsi setelah
pangan yang terus meningkat seiring dengan direbus, dikukus atau diolah dalam bentuk
pertambahan jumlah penduduk (Arfian dan keripik. Kandungan karbohidrat tanaman garut
Wijonarko, 2000). Pengembangan pangan cukup tinggi (19,4-21,7%) sehingga tanaman
berbasis umbi-umbian, biji-bijian dan tanaman garut potensial untuk dikembangkan sebagai
pohon terus ditingkatkan untuk memenuhi salah satu komoditas bahan pangan pengganti
2 Bioteknologi 5 (1): 1-9, Mei 2008

tepung terigu yang impornya terus meningkat dalam bidang pertanian pada masa sekarang ini
yaitu lebih dari 3 ton tiap tahun (Pujiyanto, 2004). sudah mencapai kemajuan yang pesat dan luas.
Kualitas pati garut tidak setara dengan tepung Hal ini disebabkan luasnya pengaruh yang
terigu, tetapi pati garut memiliki beberapa ditimbulkan oleh zat tersebut baik yang bersifat
kelebihan jika dibandingkan dengan tepung ubi memacu atau sebaliknya justru menghambat
kayu dan ubi jalar. Bentuk butiran pati garut pertumbuhan.
adalah oval atau bulat panjang sedangkan Salah satu hormon tanaman yang penting
butiran pati ubi jalar dan ubi kayu berbentuk adalah giberelin. Giberelin mempercepat
kristal. Butiran oval menyebabkan butir-butir pertumbuhan tanaman. Hormon ini bersifat
pati tetap membengkak, dapat menahan udara tidak hanya merangsang pertumbuhan
dan menyebabkan tekstur remah. Pati garut melainkan juga merupakan zat yang berfungsi
tidak mengandung senyawa antinutrisi seperti mengendalikan pertumbuhan tanaman termasuk
HCN dalam ubi kayu, fenol dan oligosakarida pembungaan, pemanjangan batang dan
dalam ubi jalar (Kumalaningsih, 1998). pematahan dormansi biji (Salisbury dan Ross,
Pati garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan 1995c). Menurut Davies (1995) terdapat 89 jenis
baku pembuatan kue, bubur, perekat, makanan giberelin. Semua giberelin merupakan turunan
bayi, pembuat tablet, bedak, pengisi pada ent-giberelan dan bersifat asam sehingga
industri kertas dan tekstil serta untuk obat luka dinamakan GA (asam giberelat) yang dinomori
(Damanhuri, 1998; Pribadi dan Sudiarto, 2002). untuk membedakannya.
Kumar (2003) menambahkan bahwa pati garut Giberelin yang biasa digunakan untuk
juga bisa digunakan untuk substrat produksi penelitian fisiologi tumbuhan adalah asam
alkalin protease secara fermentasi dengan giberelat (GA3). Pada GA3, GA4 dan GA9 terdapat
menggunakan bakteri alkalofil Bacillus lentus jembatan lakton sehingga golongan giberelin ini
dengan biaya murah. memiliki aktivitas biologis yang lebih besar
Upaya pengembangan tanaman garut masih dibandingkan dengan yang lain, selain itu asam
perlu ditingkatkan mengingat kebutuhan pangan giberelat (GA3) juga banyak tersedia di pasaran
yang terus meningkat. Agar kebutuhannya (Gardner dkk, 1991). Widiastuti dkk. (1993)
terpenuhi harus diimbangi dengan peningkatan menyatakan, penyemprotan GA3 dengan
jumlah produksi dengan terus berusaha konsentrasi 50 ppm dapat meningkatkan tinggi
memperbaiki budidayanya. Salah satu dan biomassa herba Phyllanthus niruri. Menurut
komponen budidaya adalah penggunaan zat Usman (1999) zat pengatur tumbuh GA3 dalam
pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh mampu proses pertumbuhan tanaman antara lain dapat
mempengaruhi sintesis protein termasuk klorofil, mendorong perkembangan sel serta
dengan peningkatan klorofil diharapkan akan pemanjangan pada bagian apikal tanaman.
meningkatkan fotosintat yang dihasilkan Sudibyo (1997) melaporkan bahwa GA3 dengan
(Abidin, 1994). Fotosintat merupakan substrat konsentrasi 250 ppm dapat memacu induksi
respirasi sehingga peningkatan fotosintat akan pembungaan brokoli dengan rata- rata umur
meningkatkan respirasi yang menghasilkan pembungaan 95,7 hari. Dengan latar belakang
energi untuk pertumbuhan tanaman yang pada seperti tersebut di atas maka penelitian mengenai
akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman. tanaman garut sebagai sumber alternatif
Untuk mencapai produksi yang tinggi tanaman tanaman pangan perlu untuk dilakukan dengan
memerlukan faktor-faktor tumbuh yang penggunaan zat pengatur tumbuh yaitu asam
optimum baik berupa hormon yang dihasilkan giberelat (GA3).
oleh tanaman sendiri maupun zat pengatur
tumbuh. Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu,
air dan zat hara yang berkaitan erat dengan BAHAN DAN METODE
lingkungan berupa kondisi tanah, daerah dan
iklim juga mempengaruhi produksi tanaman. Waktu dan Tempat Penelitian
Zat pengatur tumbuh semakin banyak Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei
digunakan untuk memodifikasi perkembangan sampai dengan bulan November 2005. Tempat
dan pertumbuhan tanaman. Zat pengatur penelitian di rumah kaca Sub Lab Biologi,
tumbuh terutama digunakan untuk Laboratorium Pusat MIPA Universitas Negeri
meningkatkan produk akhir, kualitas dan Sebelas Maret Surakarta.
kuantitas hasil tanaman. Penelitian dengan zat
pengatur tumbuh sebagai hormon eksogen,
KRISTANTI dkk. – Fermentasi nira tebu untuk pembuatan minuman probiotik 3

Bahan Pemberian GA3 dilakukan dua kali pada saat


Rimpang tanaman garut (Maranta arundinacea tanaman berumur satu bulan dan berumur tiga
L.)., media tanah, pupuk kandang, asam bulan dengan cara menyemprotkan larutan zat
giberelat ( GA3), akuades, etanol, air, pasir pengatur tumbuh tersebut secara merata pada
daun. Volume penyemprotan pertama sebanyak
Cara Kerja 10 kali semprotan tiap polybag pada tiap
Rancangan percobaan perlakuan. Volume penyemprotan kedua
Percobaan dilakukan dengan menggunakan sebanyak 40 kali semprotan tiap polybag pada
Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan tiap pelakuan. Satu kali semprotan diasumsikan
tunggal berupa konsentrasi asam giberelat (GA3) dengan 1 ml. Pada saat penyemprotan tanaman
yaitu: diberi sungkup plastik supaya tidak mengenai
G0 = GA3 konsentrasi 0 ppm tanaman lain.
G1 = GA3 konsentrasi 50 ppm Pemeliharaan. Tanaman disiram dengan air
G3 = GA3 konsentrasi 150 ppm setiap hari sebanyak kurang lebih 100 ml tiap
G2 = GA3 konsentrasi 100 ppm polybag. Penyiangan dan penggemburan
G4 = GA3 konsentrasi 200 ppm dilakukan seminggu sekali.
(Widiastuti dkk., 1993)
Setiap perlakuan dengan 5 ulangan. Pengamatan Parameter Pertumbuhan
Tinggi Tanaman. Pengukuran tinggi tanaman
Persiapan Media dilakukan satu bulan sekali sampai saat panen
Media Pertunasan. Media yang digunakan yaitu tanaman berumur 4 bulan. Pengukuran
untuk pertunasan adalah pasir kali yang sudah dilakukan mulai pangkal batang sampai ujung
dicuci bersih dan dikeringkan. Setelah kering daun tanaman tertinggi.
pasir diayak dengan ayakan. Pasir lalu di Jumlah Daun dan Luas Daun. Pengamatan
tempatkan pada kotak pertunasan setebal +10-12 jumlah daun dilakukan satu bulan sekali. Jumlah
cm (Priadi dkk., 2000). daun dihitung dengan menghitung semua daun,
Media Penanaman. Campuran tanah dengan kecuali daun yang masih kuncup. Luas daun
pupuk kandang dibuat dengan perbandingan diukur pada akhir percobaan dengan metode
1:1. Campuran ini kemudian dimasukkan ke gravimetri yang pada prinsipnya luas daun
dalam polybag berukuran 20x30 masing-masing ditaksir melalu perbandingan berat. Langkah-
polybag sebanyak 4 kg (Susanto, 2004). langkah yang dilakukan adalah menggambar
Persiapan Bibit. Rimpang umur 8 bulan daun yang akan ditaksir pada sehelai kertas yang
dicuci bersih lalu dikering anginkan. Setelah menghasilkan replika daun (tiruan daun).
rimpang kering, diambil bagian yang seragam Replika daun tersebut digunting kemudian luas
kemudian dipotong-potong dan ditimbang daun ditaksir berdasar persamaan:
dengan berat yang sama yaitu 30 gram.
Pertunasan dan Penanaman. Bibit yang telah LD = Wr X LK
siap tanam diletakkan pada media pertunasan Wt
dan disiram dengan air setiap pagi. Untuk LD = Luas daun
mencegah penguapan yang berlebihan media Wr = Berat kertas replika daun
pertunasan diberi tutup dari plastik. Setelah Wt = Berat total kertas
tanaman bertunas sepanjang kurang lebih 5 cm LK = Luas total kertas
kemudian dipindahkan ke dalam media (Sitompul dan Guritno, 1995).
penanaman.
Pemberian Asam Giberelat (GA3). Asam Berat Basah Tanaman dan Berat Kering Tanaman.
giberelat (GA3) diberikan dalam bentuk larutan Pengukuran berat basah tanaman dengan cara
dengan akuades sebagai pelarut. Konsentrasi menimbang tanaman yang sudah dibersihkan
asam giberelat yang dipakai adalah 0, 50, 100, 150 dari kotoran. Pengukuran dilakukan setelah
dan 200 ppm. Pembuatan larutan asam giberelat tanaman berumur 4 bulan. Sedangkan untuk
GA3 50 ppm (G1) dengan cara melarutkan GA3 berat kering dengan cara memasukkan tanaman
serbuk sebanyak 50 mg dengan beberapa tetes yang sudah dibersihkan dari kotoran ke dalam
etanol (2-3 tetes dalam 1000 ml akuades. Untuk oven dengan suhu 700 C hingga didapatkan
konsentrasi yang lain dibuat dengan cara yang berat yang konstan.
sama. Jumlah Anakan. Pengamatan jumlah anakan
dilakukan setiap satu bulan sekali. Jumlah
4 Bioteknologi 5 (1): 1-9, Mei 2008

anakan dihitung dengan menghitung semua serta laju respirasi. Data dianalisis dengan
anakan yang terbentuk dengan tinggi 5 cm. analisis varian (ANAVA) dilanjutkan dengan
Jumlah dan Panjang Stomata. Jumlah dan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
panjang stomata dihitung pada akhir
pengamatan dan dilakukan pada siang hari.
Jumlah stomata dihitung dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
mikrometer okuler. Penghitungan dilakukan tiap
satuan luas mm2. Pengukuran panjang stomata Tinggi Tanaman
dengan menggunakan mikrometer berskala Rerata tinggi tanaman M. arundinacea setelah
dengan satuan mm. Selanjutnya panjang stomata diberi perlakuan GA3 disajikan pada tabel 1.
dihitung dalam satuan mikron (1 mm = 103 Hasil analisis varian terhadap rerata tinggi
mikron). tanaman menunjukkan adanya beda nyata yang
Pengukuran Kandungan Klorofil dan Karotenoid. disebabkan perlakuan. Peningkatan tinggi
Pengukuran kandungan klorofil dan karotenoid tanaman dari bulan ke bulan menunjukkan nilai
berdasarkan metode yang dikemukakan oleh yang signifikan. Peningkatan tinggi tanaman dari
Hendry dan Grime (1993). bulan ke-1 sampai ke-4 dapat dilihat pada
gambar 1.
Klorofil total = {( 8,02x A663) + ( 20,2 x A645)} μmol Tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada
perlakuan GA3 dengan konsentrasi 50 ppm. Hasil
Karotenoid= {(A480+(0.114xA663)- ini sesuai dengan penelitian Khristyana dkk.
(0,638xA645)}x3x1000 μmol; 112,5x100 (2004) bahwa penyemprotan GA3 dengan
konsentrasi 50 ppm juga memiliki efek paling
Pengukuran Laju Respirasi. Laju respirasi diamati tinggi pada peningkatan tinggi tanaman Plantago
setiap satu bulan sekali dengan menghitung major. Tinggi tanaman terendah diperoleh pada
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh tanaman perlakuan GA3 dengan konsentrasi 200 ppm.
dengan menggunakan alat Plant Assimilation Perlakuan GA3 dengan konsentrasi 100, 150 dan
Analizer (PAA). 200 ppm memberikan hasil dibawah tanaman
kontrol.
Laju respirasi= CO2 sampel – CO2 kontrol Peningkatan tinggi tanaman dengan
Laju respirasi= ppm CO2/L/menit pemberian GA3 ini sesuai dengan pendapat
bahwa giberelin mampu mendorong orientasi
Analisis Data mikrotubul ke arah sumbu pertumbuhan sel dan
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif terjadi penimbunan selulosa dan pada akhirnya
yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas sel membesar hanya ke aksis pertumbuhan
daun, berat basah tanaman, berat kering sehingga tanaman memanjang (Shibaoka dalam
tanaman, jumlah anakan, jumlah dan panjang Fukazawa et al. 2000). Efek GA3 dalam memacu
stomata, kandungan klorofil total dan karotenoid

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm), jumlah daun dan luas daun (cm), jumlah anakan tanaman, Berat basah dan berat
kering (g) tanaman, Panjang stomata (µm) dan jumlah stomata tanaman, Jumlah klorofil total dan karotenoid
(µmol) tanaman, Laju respirasi (ppm CO2/L/menit) M. arundinacea dengan perlakuan GA3 selama 4 bulan

Konsentrasi GA3 (ppm)


Rerata
0 50 100 150 200
Tinggi Tanaman (cm) 99,770ab 102,940b 98,455a 96,600a 96a
Jumlah Daun 14,40c 14,25bc 12,40a 13,10ab 11,95a
Luas Daun (cm ) 2 5215,216 a 5323,784 a 4564,360 a 4879,339 a 4890,339a
Jumlah anakan 2,40a 2,35a 2,25a 2,60a 2,55a
Berat Basah (g) 535,90a 579b 522,70a 538,76ab 510,41a
Berat Kering (g) 50,040ab 52,640b 46,340a 46,040a 47,160a
Panjang stomata (µm) 0,336a 0,340a 0,346a 0.352a 0,354a
Jumlah stomata 33,960 a 34,480 a 34,440 a 34,720 a 36,280a
Jumlah Klorofil Total(µmol) 16,659a 16,339a 18,894a 16,836a 15,882a
Jumlah Karotenoid(µmol) 0,165a 0,161a 0,170a 0,165a 0,140a
Laju Respirasi (ppmCO2/L/menit) 13,80ab 16,20bc 21,05d 11,80a 18,60cd
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada satu baris berarti tidak ada beda nyata pada DMRT taraf 5%.
KRISTANTI dkk. – Fermentasi nira tebu untuk pembuatan minuman probiotik 5
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

140 30

Pertambahan Jumlaah Daun


120 25
200 ppm
200 ppm
100 20
150 ppm 150 ppm
80
100 ppm 15 100 ppm
60
50ppm 10 50 ppm
40 0 ppm
0 ppm
5
20
0
0
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
Bulan ke-
Bulan Ke-

Gambar 1. Pertambahan tinggi tanaman (cm) M. Gambar 2. Pertambahan jumlah daun tanaman M.
arundinacea dengan perlakuan GA3 (0, 50, 100, 150, 200) arundinacea dengan perlakuan GA3 (0, 50, 100, 150, 200)
ppm dari bulan ke-1 sampai ke-4. ppm pada bulan ke-1 sampai ke-4.

peningkatan tinggi tanaman ini disebabkan oleh: sudah tua juga akan mempengaruhi jumlah daun
pertama, pembelahan sel dipacu di ujung tajuk, keseluruhan.
terutama pada sel meristematik yang terletak di Berdasarkan data luas daun, masing-masing
bawah yang menumbuhkan jalur panjang sel perlakuan menunjukkan nilai yang hampir sama.
kortek dan sel empulur. Kedua, GA3 memacu Hasil ini sejalan dengan penelitian Khristyana
pertumbuhan sel karena hormon tersebut dkk. (2004) bahwa perlakuan GA3 tidak
berperan dalam meningkatkan hidrolisis pati, berpengaruh terhadap luas daun tanaman
fruktan dan sukrosa menjadi molekul glukosa Plantago major. Andjarikmawati (2004) dan
dan fruktosa; serta yang ketiga, GA3 Afriana (2004) juga mengemukakan bahwa
mempengaruhi peningkatan plastisitas dinding perlakuan GA3 tidak berpengaruh terhadap luas
sel (Salisbury dan Ross, 1995c). Sauter dan Kende daun tanaman Punica granatum dan Allium
(1992); Sauter et al. (1993) dan Van der Knaap et ascalonicum. Cahyuningdari (2002) menyatakan
al. (1997) menyatakan bahwa pemanjangan bahwa luas daun Ipomoea batatas dipengaruhi
batang biasa terjadi pada daerah internodus oleh ketersediaan air. Luas daun semakin
karena GA3 mempengaruhi pemanjangan batang meningkat dengan meningkatnya ketersediaan
pada daerah meristem interkalar. air yaitu ½ dari air normal. Nilai luas daun selain
dipengaruhi giberelin juga dipengaruhi oleh
Jumlah Daun Dan Luas Daun faktor genetik yang berperan dalam menentukan
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa jumlah dan ukuran daun (Gardner dkk., 1991).
GA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
dan tidak berpengaruh terhadap luas daun. Data Jumlah Anakan
pengaruh GA3 terhadap rerata jumlah daun dan Hasil analisis varian terhadap jumlah anakan
luas daun tanaman M. arundinacea dapat dilihat menunjukan tidak beda nyata yang disebabkan
pada tabel 1. Pengamatan jumlah daun perlakuan. Data rerata jumlah anakan tanaman
dilakukan setiap satu bulan sekali selama 4 M. arundinacea setelah diberi perlakuan GA3
bulan. Jumlah daun terus meningkat seiring tersaji pada tabel 1.
dengan umur tanaman. Hasil pengamatan tersaji Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
pada gambar 2. Sudiarso dkk. (1998) bahwa perlakuan
Jumlah daun terbanyak dihasilkan pada perendaman dengan GA3 tidak memberikan
tanaman kontrol kemudian mengalami pengaruh pada jumlah anakan tanaman sedap
penurunan pada perlakuan GA3 dengan malam (Polianthes tuberosa L.). Jumlah anakan
konsentrasi 50 dan 100 ppm. Pada konsentrasi tanaman M. arundinacea dihitung satu bulan
150 ppm jumlah daun mengalami kenaikan sekali selama 4 bulan. Jumlah anakan terus
tetapi pada konsentrasi 200 ppm mengalami meningkat, dari bulan ke-1 sampai ke-4. Hal ini
penurunan kembali. Hal ini diduga karena menunjukkan bahwa tanaman sedang dalam
adanya perbedaan jumlah daun anakan yang masa aktif pertumbuhan. Pertambahan jumlah
turut mempengaruhi jumlah daun keseluruhan. anakan dari bulan ke-1 sampai ke-4 dapat dilihat
Adanya peristiwa pengguguran daun-daun yang pada gambar 3.
6 Bioteknologi 5 (1): 1-10, Mei 2008
Pertambahan Jumlah

30
6 i )t
s i25
5 a
ri n 200
200 ppm p e20 ppm
Anakan

4 s /m
e L15 150
3 150 ppm R /2 ppm
10
2 ju O 100
100 ppm a
L (C5
1 ppm
50 ppm 0 50
0
0 2 4 6 ppm
0 1 2 3 4 5 0 ppm
Bulan ke-
Bulan ke-

Gambar 3. Pertambahan jumlah anakan tanaman M. Gambar 5. Perubahan laju respirasi (ppm
arundinacea dengan perlakuan GA3 (0, 50,100, 150, 200) CO2/L/menit) tanaman M. arundinacea dengan
ppm dari bulan ke-1 sampai ke-4. perlakuan GA3 (0, 50, 100, 150, 200) ppm dari bulan ke-
1 sampai ke-4.

Berat Basah dan Berat Kering mengakibatkan penurunan berat kering karena
Hasil analisis varian terhadap berat basah dan pengeluaran CO2 (Gardner dkk.,1991).
berat kering tanaman M. arundinacea Perlakuan GA3 dengan konsentrasi 50 ppm
menunjukkan adanya beda nyata yang menunjukkan adanya beda nyata dengan
disebabkan oleh perlakuan. Data rerata berat perlakuan GA3 pada konsentrasi 100, 150 dan 200
basah dan berat kering tanaman M.arundinacea ppm. Dari penelitian ini berat kering tertinggi
setelah diberi perlakuan GA3 dapat dilihat pada dicapai pada konsentrasi 50 ppm. Hasil ini sesuai
tabel 1. dengan nilai tinggi tanaman dan berat basah
Pada berat basah perlakuan GA3 dengan tanaman yang juga menunjukkan nilai tertinggi
konsentrasi 50 ppm memberikan hasil yang pada konsentrasi 50 ppm. Adanya peningkatan
berbeda nyata terhadap kontrol. Berat basah tinggi dan luas daun diikuti juga oleh
tertinggi dicapai pada perlakuan GA3 dengan peningkatan berat basah dan berat kering
konsentrasi 50 ppm, dan berat basah terendah tanaman.
pada konsentrasi 200 ppm. Hasil ini sesuai Perlakuan GA3 dengan konsentrasi di atas 50
dengan penelitian Widiastuti dkk. (1993) bahwa ppm menghasilkan nilai yang lebih rendah dari
penyemprotan GA3 dengan konsentrasi 50 ppm kontrol. Peristiwa ini menunjukan efek
pada Phyllanthus niruri dapat meningkatkan hasil kejenuhan tanaman terhadap hormon. Salisbury
herba yang tertinggi. Salisbury dan Ross (1995c) dan Ross (1995b) mengemukakan bahwa pada
serta Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan saat konsentrasi hormon yang diberikan terus
bahwa berat basah tanaman dapat menunjukkan meningkat, pertumbuhan mulai menurun karena
aktivitas metabolisme tanaman dan nilai berat hormon menjadi bersifat menghambat. Menurut
basah tanaman dipengaruhi oleh kandungan air Taiz dan Zeiger (1998) pemberian asam giberelat
jaringan, unsur hara dan hasil metabolisme. yang tinggi menyebabkan penurunan transkripsi
Khrisnamoorthy (1975) mengemukakan bahwa GA20 oksidase yang merupakan target utama
giberelin mampu meningkatkan ukuran sel dalam pengaturan umpan balik. Apabila
(pembesaran sel) dan peningkatan jumlah sel transkripsi GA20 oksidase menurun maka terjadi
(pembelahan sel). Peningkatan ukuran dan pengeblokan biosintesis GA3 sehingga aktivitas
jumlah sel pada akhirnya akan meningkatkan asam giberelat menurun. Ketika aktivitas asam
berat tanaman. giberelat menurun diduga akan tejadi penurunan
Produksi tanaman biasanya lebih akurat pada pembelahan dan pertumbuhan sel serta
dinyatakan dengan ukuran berat kering daripada sintesis protein. Penurunan ini akan
dengan berat basah, karena berat basah sangat mengakibatkan penurunan berat basah dan berat
dipengaruhi oleh kondisi kelembaban (Sitompul kering tanaman secara keseluruhan.
dan Guritno, 1995). Hasil berat kering
merupakan keseimbangan antara fotosintesis Panjang dan Jumlah Stomata
dan respirasi. Fotosintesis mengakibatkan Hasil analisis varian terhadap panjang dan
peningkatan berat kering tanaman karena jumlah stomata menunjukkan tidak ada beda
pengambilan CO2 sedangkan respirasi nyata yang disebabkan oleh perlakuan. Masing-
KRISTANTI dkk. – Fermentasi nira tebu untuk pembuatan minuman probiotik 7

masing perlakuan menunjukkan nilai yang karotenoid juga tinggi dan sebaliknya. Hal ini
hampir sama. Data panjang dan jumlah stomata terlihat pada perlakuan GA3 dengan konsentrasi
M. arundinacea setelah diberi perlakuan GA3 100 ppm dan 200 ppm. Menurut Bidwell (1979)
disajikan pada tabel 1. pemberian hormon giberelin secara eksogen
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui dapat meningkatan aktivitas enzim nitrat
bahwa perlakuan GA3 tidak mempengaruhi reduktase. Nitrat reduktase berfungsi mengubah
panjang dan jumlah stomata yang terbentuk. Hal nitrat menjadi amoniak yang selanjutnya dapat
ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross berubah menjadi amonium dengan adanya
(1995a) bahwa hormon sitokinin, dapat proton. Amonium bergabung dengan glutamat
menyebabkan pembukaan stomata dan asam melalui jalur GS-GOGAT (glutamin
absisat (ABA) dapat menyebabkan penutupan sintetase/glutamat sintase dan glutamat
stomata, namun kedua hormon tersebut tidak oksoglutarat aminotransferase). Kemudian
berpengaruh pada jumlah dan ukuran stomata glutamat akan berubah menjadi glutamin oleh
yang terbentuk. Kerapatan stomata sangat glutamin sintase. Glutamin kemudian berikatan
tergantung pada konsentrasi CO2 yaitu apabila dengan α-ketoglutarat dengan bantuan glutamat
CO2 naik maka jumlah stomata per satuan luas sintase berubah menjadi glutamat. Glutamat
menjadi lebih sedikit dan proses ini memerlukan akan menghasilkan prolin, arginin dan δ-
waktu lama. aminolevulinat. δ-aminolevulinat merupakan
Stomata tanaman M. arundinacea bertipe senyawa antara dalam pembentukan klorofil
parasitik yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah (Salisbury dan Ross, 1995b; Loveless, 1991).
sel tetangga/lebih dengan sumbu panjang sel Susanto (2004) mengemukakan bahwa jumlah
tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup serta klorofil total dipengaruhi oleh logam krom (Cr).
celah (Hidayat, 2001). Stomata tanaman M. Pemberian logam Cr yang semakin meningkat
arundinacea tersaji pada gambar 4. mampu menurunkan jumlah klorofil total tetapi
tidak mempengaruhi jumlah karotenoid pada
tanaman Brasica juncea. Cahyanti (2004)
a menambahkan, bahwa jumlah klorofil total
dipengaruhi oleh senyawa kimia yang dihasilkan
c oleh tanaman lain. Jumlah klorofil total tanaman
Portulaca oleracea mengalami penurunan setelah
pemberian ekstrak akar Acalypha indica dengan
konsentrasi 1000 ppm.
d b
Laju Respirasi
Selain melakukan proses fotosintesis tanaman
juga melakukan proses respirasi. Respirasi
merupakan proses pembongkaran energi dari
energi kimia yang tersimpan untuk
menyelenggarakan proses-proses kehidupan
Gambar 4. Stomata tanaman garut (M. arundinacea L.) (Dwidjoseputro, 1994). Hasil analisis varian
dengan perbesaraan 400 kali. Celah stomata, b. Sel
tehadap laju respirasi tanaman M. arundinacea
penutup, c. Sel tetangga, d. Sel epidermis
menunjukkan adanya beda nyata yang
disebabkan oleh perlakuan. Data rerata laju
respirasi M. arundinacea setelah diberi perlakuan
Jumlah Klorofil Total dan Karotenoid
GA3 disajikan pada tabel 1.
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa
Berdasar data yang diperoleh dalam
GA3 tidak berpengaruh pada pembentukan
penelitian ini, laju respirasi tertinggi dicapai
klorofil dan karotenoid. Data rerata jumlah
pada perlakuan GA3 dengan konsentrasi 100
klorofil total dan karotenoid tanaman M.
ppm, sedangkan laju respirasi terendah pada
arundinacea setelah diberi perlakuan GA3
perlakuan GA3 dengan konsentrasi 150 ppm.
disajikan pada tabel 1.
Nilai laju respirasi terlihat fluktuatif pada
Meskipun hasil analisis tidak menunjukkan
masing-masing konsentrasi. Hal ini diduga
beda nyata, namun dapat dilihat bahwa jumlah
adanya perbedaan pembagian hasil fotosintesis
karotenoid seimbang dengan jumlah klorofil.
untuk respirasi. Pada perlakuan GA3 dengan
Ketika jumlah klorofil tinggi maka jumlah
konsentrasi 150 ppm, hasil fotosintesis diduga
8 Bioteknologi 5 (1): 1-10, Mei 2008

lebih diarahkan pada pembentukan anakan meningkat maka akan terjadi pengurangan pada
sehingga jumlah anakan yang terbentuk paling penimbunan cadangan makanan karena terjadi
tinggi dan laju respirasinya rendah. Pada persaingan dalam mendapatkan fruktosa 1, 6-
perlakuan GA3 dengan konsentrasi 100 ppm hasil bifosfat dalam sitosol. Menurut Sugito (1994)
fotosintesisnya diduga lebih banyak penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses
dimanfaatkan untuk respirasi sehingga jumlah akan mengurangi penggunaan pada proses yang
anakan yang terbentuk sedikit lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu
Pengukuran laju respirasi dilakukan tiap satu malam terlalu tinggi akan menyebabkan
bulan sekali selama 4 bulan. Laju respirasi pada peningkatan respirasi yang mengakibatkan
tiap bulan menunjukkan nilai yang fluktuatif dan peningkatan pembongkaran hasil fotosintesis,
laju respirasi terendah terjadi pada bulan ke-2. akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan
Data perubahan laju respirasi tanaman M. untuk pertumbuhan dan cadangan makanan
arundinacea dengan perlakuan GA3 dari bulan ke- menurun. Adanya peristiwa fotorespirasi juga
1 sampai ke-4 dapat diamati pada gambar 5. mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis.
Laju respirasi tanaman M. arundinacea pada Ketika laju fotosintesis dan laju respirasi
setiap perlakuan kemungkinan dipengaruhi oleh seimbang akan menyebabkan tidak adanya hasil
faktor dari tanaman sendiri dan faktor fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan
lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dan cadangan makanan.
dengan umur tanaman yang menyebabkan Dalam penelitian ini terbukti bahwa asam
perbedaan struktur perkembangan dan giberelat (GA3) dapat meningkatkan pertum-
kebutuhan energi. Faktor lingkungan meliputi buhan tanaman garut (M. arundinacea) yang
suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan dan ditunjukkan oleh variabel tinggi tanaman, luas
pengaruh mekanik. Respirasi tetap tinggi selama daun, berat basah dan berat kering. Perlakuan
fase vegetatif dan mengalami penurunan pada asam giberelat (GA3) dengan konsentrasi 50 ppm
fase generatif. Cahaya dapat meningkatkan menghasilkan laju respirasi yang mampu men-
fotosintesis sehingga dihasilkan fotosintat yang dukung pertumbuhan tanaman garut sehingga
banyak sebagai substrat respirasi. Cahaya juga dicapai pertumbuhan tanaman tertinggi.
mampu meningkatkan suhu yang mampu
mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan inaktifnya enzim- KESIMPULAN
enzim sehingga menghambat respirasi.
Pengukuran respirasi melibatkan gerakan Perlakuan asam giberelat (GA3) dengan
mekanis penggoyangan tanaman yang dapat konsentrasi 50 ppm menghasilkan pertumbuhan
meningkatkan respirasi (Dwidjoseputro, 1994). tanaman yang tertinggi yang ditunjukkan oleh
Dari keseluruhan data hasil penelitian variabel tinggi tanaman, berat basah dan berat
diketahui bahwa perlakuan asam giberelat (GA3) kering tanaman garut. Konsentrasi asam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata giberelat (GA3) yang semakin tinggi (100, 150,
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat 200) ppm mengakibatkan penurunan
basah, berat kering dan laju respirasi. Perlakuan pertumbuhan tanaman garut (M. arundinacea).
GA3 tidak berpengaruh nyata terhadap luas Perlakuan asam giberelat (GA3) tidak
daun, jumlah anakan, jumlah dan panjang berpengaruh terhadap kandungan klorofil.
stomata serta jumlah klorofil dan karotenoid. Perlakuan asam giberelat (GA3) dengan
Asam giberelat dapat mendukung pemben- konsentrasi 100 ppm menghasilkan laju respirasi
tukan RNA baru serta sintesis protein (Abidin, tertinggi tanaman garut (M. arundinacea) yaitu
1994). Adanya peningkatan sintesis protein sebesar 21,05 ppm CO2/L/menit.
diduga akan mempengaruhi pembentukan
klorofil karena salah satu komponen klorofil
adalah protein. Menurut Sugito (1994) DAFTAR PUSTAKA
kandungan klorofil akan mempengaruhi proses
Abidin, Z. 1994. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat
fotosintesis tanaman, semakin tinggi kandungan Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa. Bandung.
klorofil dan tersedianya air akan memacu Afriana, N. I. 2005. Pengaruh Pogesan Dan Konsentrasi GA3
fotosintesis. Menurut Salisbury dan Ross (1995c) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang
hasil fotosintesis tanaman digunakan dalam Merah (Allium ascolonicum L.). Skripsi. Program Studi
Agronomi. Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.
beberapa kebutuhan yaitu cadangan makanan, Andjarikmawati, D. W. 2004. Perkecambahan, Pertumbuhan
respirasi dan pertumbuhan. Ketika respirasi Dan Struktur Anatomi Batang delima Putih (Punica
KRISTANTI dkk. – Fermentasi nira tebu untuk pembuatan minuman probiotik 9

granatum L.) Dengan Perlakuan Asam Indol Asetat Dan Pribadi, E. R. dan Sudiarto. 2002. Tepung Garut Alternatif
Asam Giberelat. Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA. UNS. Sumber Karbohidrat Serbaguna. Warta Penelitian dan
Surakarta. Pengembangan Pertanian. 24(6): 1
Arfian, M. dan Wijonarko, A. 2000. Kondisi dan Tantangan Pujiyanto, D. 2004. Garut (Maranta arundinacea L.)
Ke Depan Sub Sektor Tanaman Pangan di Indonesia. Berpotensi Tinggi Namun Belum Tergali. Warta Kehati.
Proceeding of The Fourth Symposium on Agri-Bioche. 5 26(VII): 16-17.
Maret. Chiba. Jepang. 251-247. Rosseto, M. R. B., Lajolo, F. M. and Cordenunsi, B. R. 2004.
Bidwell, R.G. S. 1979. Plant Physiology. 2Nd . Mc Milan Pub. Influence of Gibberellic Acid in The Starch Breakdown
Co. inc. New York. During Banana Ripening. Abstract. Cien Technology
Cahyanti, I. D. 2004. Pengaruh Ekstrak Anting Anting Aliment. 24(1): 76-81.
(Acalypha indica Linn.) Terhadap Pertumbuhan, Kadar Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995a. Fisiologi Tumbuhan.
Klorofil Dan Nitrogen Total Gulma Krokot (Portulaca Jilid 1. (Diterjemahkan oleh : Diah R, Lukman dan
oleracea Linn.). Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA. UNS. Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung
Surakarta. Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995b. Fisiologi Tumbuhan.
Cahyuningdari, D. 2002. Pengaruh Ketersediaan Air Dan Jilid 2. (Diterjemahkan oleh : Diah R, Lukman dan
Pemberian Mulsa Serbuk Sabut Kelapa Pada Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung
Pertumbuhan Dan Kandungan Gula Reduksi Ubi Jalar Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995c. Fisiologi Tumbuhan.
(Ipomoea batatas Lamk.). Skripsi. Jurusan Biologi. Jilid 3. (Diterjemahkan oleh : Diah R, Lukman dan
FMIPA. UNS. Surakarta. Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung
Damanhuri. 1998. Teknologi Budidaya Tanaman Garut. Sauter, M. and Kende, H. 1992. Gibberellin Induced Growth
Disampaikan pada Semiloka Pengembangan Tanaman and Regulation of The Cell Devision Cycle in Deepwater
Garut Sebagai Sumber Bahan Baku Alternatif Industri Rice. Planta. 188:362-368.
Pangan. 27-28 Agustus. Universitas Brawijaya. Malang. Sauter, M. Seagul, R. W. and Kende, H. 1993. Internodal
Davies, P. J. 1995. Plant Hormones, Physiology Biochemistry Elongation and Orientation of Cellulose Microfibri and
and Molecular Biology. Kluwer Publishig. Dordrest. Microtubules in Deepwater Rice. Planta. 190:354-362.
Fukazawa, J., Sakai, T., Ishida, S., Yamaguci, I., Kamijaya, Y. Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisa Pertumbuhan
and Takahashi, Y. 2000. Respiration of Shoot Growth, a Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
bZIP Transcriptional Activator Regulates Cell Elongation Sudiarso, Dewani, M. Dan Aini, N. 1998. Pengaruh Zat
by Controlling The Level of Gibberellins. Plant Cell. Tumbuh Dan Lama Perendaman Umbi Terhadap
12(6):901-916. Pertumbuhan Tanaman Sedap Malam (Polianthes
Gardner, F. P., Pearce, R. B. and Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi tuberosa L.). Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Hayati (Life
Tanaman Budidaya (Diterjemahkan oleh: Herawati Sciences). 10 (2): 21-27.
Susilo). Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sudibyo, P. 1997. Induksi Pembungaan Brokoli (Brassica
Hidayat, E. B. 2001. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB Press. olerace var Botrytis L.) Dengan Perlakuan Auksin (NAA)
Bandung. dan Giberelin (GA3). Skripsi. Fakultas Biologi UGM.
Husodo, S. Y. 2003. Membangun Kemandirian Di Bidang Yogyakarta.
Pangan: Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia. Artikel Sugito, Y. 1994. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian.
Disampaikan Pada Seminar Kemandirian Ekonomi Universitas Brawijaya. Malangusanto, L. C. 2004.
Nasional. 22 November 2002. Jakarta. Akumulasi Krom (Cr), Pertubuhan dan Kandungan
Khrisnamoorthy, H. N. 1975. Gibberellin and Plant Growth. Klorofil pada Tanaman Sawi Putih (Brassica juncea L.)
John Willey and Sons. New York. dan Sawi Hijau (Brassica chinensis L.). Skripsi. Jurusan
Khristyana, L., Anggarwulan, E., Marsusi. 2004. Biologi F MIPA UNS. Surakarta.
Pertumbuhan, Kadar Saponin, Nitrogen Jaringan dan Taiz, L. and Zeiger. E. 1998. Plant Physiology. second edition.
Aktivitas Nitrat Reduktase Tanaman Daun Sendok Sinauer Associates, Inc., Publisher. Massachusetts.
(Plantago mayor L.) Pada Pemberian Asam Giberelat Usman. 1999. Pengaruh Pemberian Giberelin dan Media
(GA3). Biofarmasi. 3 (1): 11-15 Tanam Terhadap Pertumbuhan Tunas Manggis. Tropika.
Kumalaningsih, S. 1998. Aspek Pengembangan Produk 7(1):1-9.
Olahan Dari Bahan Baku Garut (Maranta arundinacea L.). Van der Knaap, E., Jagoueix. S and Kende. H. 1997.
Disampaikan Dalam Semiloka Pengembangan Tanaman Expression of an Ortholog of Replication Protein A1
Garut Sebagai Bahan Baku Alternatif Industri Pangan. 27- (RPA1) is Induced by Gibberellin in Deepwater Rice. Proc
28 Aguatus 1998. Universitas Brawijaya. Malang. Natl. Acad. Sci. U. S. A. 94:9979-9983
Kumar, C. G. 2003. Arrowroot (Maranta arundinacea L.) Widiastuti, Y., Hutapea, J. R. dan Suhadi. 1993. Usaha
Starch as a New Low Cost Substrat for Alkaline Protease Peningkatan Hasil Biomassa Phyllanthus niruri melalui
Production. World Journal of Microbiology and Pemberian Asam Giberelat. Warta Tumbuhan Indonesia.
Biotechnology. 19(7):757-762. 2(4): 11

You might also like