You are on page 1of 28

JURNAL JIKKI Vol 1 No.

3 November (2021) Hal 01-08, P-ISSN : 2809-7181 E-ISSN : 2809-7173

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia


Link Page https://journal.amikveteran.ac.id/index.php/jikki

Page https://journal.amikveteran.ac.id/index.php/

IMPLEMENTASI STANDAR BANGUNAN INSTALASI RAWAT JALAN DI RSUD PANEMBAHAN


SENOPATI

Faizqinthar Bima Nugraha1, Alifia Firda Purnomo2, Apriliya Tiyas Ningrum3, Desi Fitriana4, Eka Septi
Seliani Mutia5, Adika Thoriq Firdaus 6, Isnaini Yufia Rohman7, Jihaan Farah Nadila8, Oktaviani Riga
Setyaningrum9, Puji Lestari10, Rosmita Murfi11, Tata Sri Lestari12, Fatma Siti Fatimah13, R. Jaka
Sarwadhamana14
1
Administrasi Rumah Sakit, 220600182@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
2
Administrasi Rumah Sakit, 210600136@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
3
Administrasi Rumah Sakit, 190600051@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
4
Administrasi Rumah Sakit, 190600054@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
5
Administrasi Rumah Sakit, 190600055@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
6
Administrasi Rumah Sakit, 220600189@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
7
Administrasi Rumah Sakit, 190600046@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
8
Administrasi Rumah Sakit, 190600061@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
9
Administrasi Rumah Sakit, 190600067@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
10
Administrasi Rumah Sakit, 190600069@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
11
Administrasi Rumah Sakit, 190600070@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
12
Administrasi Rumah Sakit, 190600072@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
13
Administrasi Rumah Sakit, fatmasitifatimah@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta
14
Administrasi Rumah Sakit, jaka.sarwadhamana@almaata.ac.id, Universitas Alma Ata Yogyakarta

ABSTRAK
Hospital physical buildings in accordance with existing standards can support the improvement of
hospital human resource performance. This is because the physical condition of the work environment affects
the health of its users and also affects the completion time of work. Basically, the physical hospital is also
directly related to the quality of medical services. A good building will provide comfort to the users and will
affect the level of utilization which will also contribute to the healing process of patients and employee
performance. One of the buildings that need to be managed properly is the outpatient room building. Outpatient
is a unit that is a reference for first-level health facilities so that the structure of the building needs special
attention where the technical requirements of hospital buildings must meet service standards, security, and
occupational safety and health. Outpatient Building Standards according to Permenkes Number 24 of 2016 in
hospitals must have an appropriate room area, good ventilation, light intensity according to the provisions,
separate waiting rooms for each polyclinic, availability of sinks and disinfectants, availability of electrical
outlets, and building materials that do not have a high porosity. The purpose of this study was to determine the
implementation of outpatient installation building standards at RSUD Panembahan Senopati. This research is
descriptive with quantitative methods. Research informants amounted to one person who is an employee of
IPSRS. The instrument used is a questionnaire with data collection through closed interviews and observation.
The results showed that the overall building standards obtained an average value of 91%, proving that the
building standards at RSUD Panembahan Senopati did not meet the standards of the Minister of Health Number
24 of 2016 concerning the technical requirements of hospital buildings and infrastructure. There are 6 rooms
that are standardized and 5 rooms that require attention from the hospital, namely waiting rooms, dental clinics,
mental clinics, lactation rooms and toilets because they do not meet the standards. It is hoped that the hospital
management needs to review the field conditions with existing standards in preparation for carrying out
outpatient building maintenance in the future.

Received April 30, 2022; Revised Mei 2, 2022; Accepted Mei 22, 2022
2
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
Keywords: Outpatient, Building Standards.

ABSTRAK
Bangunan fisik rumah sakit yang sesuai dengan standar yang ada dapat mendukung peningkatan
kinerja sumber daya manusia rumah sakit. Hal ini karena kondisi fisik lingkungan kerja berpengaruh terhadap
kesehatan penggunanya serta berpengaruh pula terhadap waktu penyelesaian pekerjaan. Pada dasarnya, fisik
Rumah Sakit juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Bangunan yang baik akan
memberikan kenyamanan pada para pemakainya dan akan mempengaruhi tingkat pemanfaatannya yang juga
akan memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien dan kinerja karyawan. Salah satu bangunan
yang perlu dikelola dengan baik adalah bangunan ruang rawat jalan. Rawat jalan merupakan unit yang menjadi
rujukan faskes tingkat pertama sehingga struktur bangunannya perlu menjadi perhatian khusus dimana
persyaratan teknis bangunan rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja. Standar Bangunan Rawat Jalan menurut Permenkes Nomor 24 Tahun 2016 di Rumah Sakit
harus memiliki luas ruangan yang sesuai, adanya ventilasi yang baik, intensitas cahaya sesuai ketentuan, ruang
tunggu terpisah untuk masing-masing poli klinik, tersedianya wastafel dan desinfektan, tersedinya stop kontak,
serta bahan bangunan yang tidak memiliki tangka porositas yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
implementasi standar bangunan instalasi rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati. Penelitian ini bersifat
deskripsi dengan metode kuantitatif. Informan penelitian berjumlah satu orang yang merupakan pegawai IPSRS.
Instrument yang digunakan berupa kuesioner dengan pengambilan data melalui wawancara tertutup dan
observasi. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan standar bangunan diperoleh nilai rata – rata 91%,
membuktikan bahwa standar bangunan di RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar Permenkes
Nomor 24 Tahun 2016 tentang tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit. Terdapat 6
ruangan yang sudah sesuai standar dan 5 ruangan yang memerlukan perhatian dari pihak Rumah Sakit yaitu
ruang tunggu, klinik gigi, klinik jiwa, ruang laktasi dan toilet karena belum memenuhi standar. Diharapkan
pihak manajemen rumah sakit perlu me-review kembali kondisi lapangan dengan standar yang ada untuk
persiapan dalam melakukan pemeliharaan gedung rawat jalan kedepannya.

Kata Kunci: Rawat Jalan, Standar Bangunan.

1. PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat [1]. Rumah sakit merupakan sebuah bangunan sehingga harus mengikuti
kaidah-kaidah yang berlaku secara umum untuk semua bangunan dengan pendekatan khusus
yang disesuaikan dengan jenis, tujuan dan fungsi khususnya dimana persyaratan teknis
bangunan rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
3
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
kesehatan kerja penyelenggara rumah sakit yang harus sesuai berdasarkan pada Permenkes
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
dan Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan [2] [3].
Dalam pelayanan rawat jalan didukung dengan adanya ketersediaan bangunan,
prasarana dan peralatan medis yang memperhatikan aspek keselamatan, kesehatan, keamanan
dan kemudahan bagi pasien dan pengguna rumah sakit lainnya. Ruang rawat jalan merupakan
fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif
dan berkesinambungan [4]. Bangunan fisik rumah sakit yang sesuai dengan standar yang ada
dapat mendukung peningkatan kinerja sumber daya manusia rumah sakit [5]. Hal ini karena
kondisi fisik lingkungan kerja berpengaruh terhadap kesehatan penggunanya serta
berpengaruh pula terhadap waktu penyelesaian pekerjaan. Pada dasarnya, fisik Rumah Sakit
juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Bangunan yang baik akan
memberikan kenyamanan pada para pemakainya dan akan mempengaruhi tingkat
pemanfaatannya yang juga akan memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien
dan kinerja karyawan. Bangunan yang baik juga akan memberikan jaminan bagi
terlaksananya prosedur-prosedur pelayanan medik yang dilakukan [6].
Standar Bangunan Rawat Jalan menurut Permenkes Nomor 24 Tahun 2016 di Rumah
Sakit harus memiliki luas ruangan yang sesuai, adanya ventilasi yang baik, intensitas cahaya
sesuai ketentuan, ruang tunggu terpisah untuk masing-masing poli klinik, tersedianya
wastafel dan desinfektan, tersedinya stop kontak, serta bahan bangunan yang tidak memiliki
tangka porositas yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menilai
bagaimana standar bangunan yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul apakah sudah
sesuai dengan Permenkes No 24 Tahun 2016 dan Permenkes No 14 Tahun 2021 baik dari
segi keamana bangunan, komposisi bahan bangunan maupun ukuran dari bangunan yang
disesuaikan dengan standar.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


4
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
Menurut UUD RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang dimaksud
dengan rumah sakit ialah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Di dalam KMK (Keputusan Menteri
Kesehatan) No.340 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, dijelaskan rumah sakit
dibedakan menjadi 2 yakni rumah sakit umum dan rumah sakit khusus [7].
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit umum tersebut mempunyai spesifikasi dan kemampuan yang
berbeda dalam kemampuan memberikan pelayanan kesehatan, keempat rumah sakit
tersebut diklasifikasikan menjadi:
1. Rumah Sakit tipe A
Merupakan rumah sakit tipe teratas yang merupakan rumah sakit pusat dan
memiliki kemampuan pelayanan medik yang lengkap. Rumah sakit umum tipe A
sekurang-kurangnya terdapat 4 pelayanan medik spesialis dasar yang terdiri dari:
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah dan obstetri dan ginekologi.
2. Rumah Sakit tipe B
Merupakan rumah sakit yang masih termasuk dalam pelayanan kesehatan tingkat
tersier yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis. Juga menjadi rujukan
lanjutan dari rumah sakit tipe C.
3. Rumah Sakit tipe C
Merupakan rumah sakit rujukan lanjutan setingkat diatas dari dari pelayanan
kesehatan primer. Pelayanan yang diberikan sudah bersifat spesialis dan kadang
juga memberikan pelayanan subspesialis.
4. Rumah Sakit tipe D

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
5
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
Merupakan rumah sakit yang menyediakan pelayanan medis dasar, hanya sebatas
pada pelayanan kesehatan dasar yakni umum dan kesehatan gigi. Mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit 2 pelayanan medis
dasar.
2.2. Standar Bangunan Rawat Jalan Rumah Sakit
1. Persyaratan teknis bangunan rumah sakit
Diatur dalam Permenkes Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit. Bangunan Rumah
Sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di atas tanah/perairan,
ataupun di bawah tanah/perairan yang digunakan untuk penyelenggaraan Rumah
Sakit [8].
Pengaturan persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit bertujuan
untuk:
a) Menciptakan Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang fungsional dan
sesuai dengan tata bangunan dan prasarana yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya;
b) Menciptakan tertib pengelolaan bangunan dan prasarana yang menjamin
keandalan teknis bangunan dan prasarana dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan; dan
c) Menambah peran serta pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
pengelolaan Rumah Sakit yang sesuai dengan persyaratan teknis.
d) Persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus memenuhi
standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja
penyelenggaraan Rumah Sakit.
Persyaratan Bangunan Rumah Sakit meliputi persyaratan:
a) Administratif;
b) Teknis bangunan gedung pada umumnya; dan
c) Teknis Bangunan Rumah Sakit.
2. Massa Bangunan Rumah Sakit

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


6
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
Massa Bangunan Rumah Sakit menurut Permenkes No 26 Tahun 2016
sebagaimana dimaksud dalam harus memenuhi syarat sirkulasi udara dan
pencahayaan, kenyamanan, keselarasan, dan keseimbangan dengan lingkungan
[2]. Berikut ini massa bangunan rumah sakit di ruang rawat jalan yaitu sebagai
berikut :
a) Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari pintu masuk utama rumah
sakit dan memiliki akses yang mudah ke ruang rekam medis, ruang farmasi,
ruang radiologi, dan ruang laboratorium.
b) Ruang rawat jalan harus memiliki ruang tunggu dengan kapasitas yang
memadai dan sesuai kajian kebutuhan pelayanan.
c) Desain ruangan pemeriksaan pada ruang rawat jalan harus dapat menjamin
privasi pasien.
d) Dalam hal terdapat ruangan pemeriksaan untuk pasien menular pada ruang
rawat jalan, letak dan desain ruangan pemeriksaan untuk pasien menular harus
dapat mengontrol penyebaran infeksi.
3. Standar Bangunan di rawat jalan sesuai permenkes
1) Ruangan Administrasi (Informasi, Registrasi, Pembayaran)
a) Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
b) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali
per jam .
c) Intensitas cahaya minimal 100 lux.
2) Ruangan Layanan Penjaminan Kesehatan (Umum)
3) Ruangan Tunggu
a) Tiap tiap Klinik harus memiliki ruang tunggu tersendiri dengan kapasitas
yang memadai.
b) Luas ruang tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
7
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
c) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik dengan total pertukaran udara minimal 6 kali per jam. Ruangan
harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
d) Ruang tunggu dilengkapi dengan fasilitas desinfeksi tangan.
e) Ruang tunggu untuk pasien penyakit menular harus dipisah dengan pasien
tidak menular khususnya pasien anak dan kebidanan.
4) Pos Perawat (Nurse Station)
Pos perawat harus disediakan fasilitas meja dan kursi untuk kebutuhan
pendokumentasian.
5) Ruangan Klinik (Konsultasi, Periksa/Tindakan)
a) Luas ruangan klinik 9-24 m2 dengan memperhatikan ruang gerak petugas,
pasien dan peralatan.
b) Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
c) Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
d) Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh
ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
e) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali
per jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
f) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
g) Untuk kelompok ruangan klinik penyakit menular harus dipisahkan
dengan klinik penyakit tidak menular baik akses, alur maupun ruangannya.
h) Untuk ruangan klinik yang menangani pasien penyakit menular melalui
udara (airborne), pertukaran udara minimal 12 kali per jam.
6) Klinik Gigi
a) Luas ruangan klinik gigi 20- 30 m2 dengan memperhatikan ruang gerak
petugas, pasien dan peralatan.
b) Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


8
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
c) Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
d) Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak boleh
menggunakan kabel/kotak kontak tambahan.
e) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
f) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
g) Kompresor peralatan dental chair diletakkan di tempat yang aman dan
getaran diminimalisir.
7) Klinik Kebidanan
a) Luas ruangan klinik kebidanan 16-30 m2 dengan memperhatikan ruang
gerak petugas, pasien dan peralatan.
b) Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
c) Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
d) Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh
ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
e) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
f) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
8) Klinik Mata
a) Luas ruangan klinik mata 20-30 m2 dengan memperhatikan ruang gerak
petugas, pasien dan peralatan. Salah satu sisi ruangan harus mempunyai
panjang >4 m.
b) Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
c) Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak boleh
menggunakan kabel/kotak kontak tambahan.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
9
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
d) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
e) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
9) Klinik Jiwa
a) Luas ruangan klinik jiwa 12-24 m2.
b) Komponen bangunan harus mempunyai bentuk yang aman terhadap
kemungkinan membahayakan pasien dan pengguna lainnya.
c) Ruangan tunggu pasien dan akses terpisah dengan klinik lain.
d) Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
e) Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh
ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
f) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
g) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
10) Ruangan Laktasi
a) Letak berdekatan/bersebelahan dengan klinik kebidanan dan penyakit
kandungan.
b) Disediakan wastafel di ruangan.
c) Disediakan fasilitas tempat duduk dengan sandaran tangan.
d) Disarankan tersedia meja bayi.
e) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
f) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya minimal 100 lux.
11) Ruangan Penyuluhan
a) Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)
10
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
b) Disediakan wastafel di ruangan.
c) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
d) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
12) KM/WC (toilet)
a) Disediakan minimal satu toilet aksesibel untuk pasien dan pengunjung.
b) Luas toilet aksesibel minimal 2x2 m.
c) Persyaratan toilet aksesibel sebagaimana diatur dalam poin G. Desain
Komponen Bangunan Rumah Sakit
d) Bahan penutup lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan
air buangan.
e) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda.
f) Pintu harus bisa dibuka dari luar.
g) Daun pintu toilet tidak boleh berlubang/kisi-kisi.
h) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik dengan total pertukaran udara minimal 10 kali per jam
i) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 100 lux.
Keterangan : Kebutuhan ruangan di ruang rawat jalan disesuaikan dengan
jenis dan kebutuhan.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi dengan metode kuantitatif.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan informasi didapatkan melalui wawancara
tertutup serta observasi. Wawancara dilakukan tatap muka secara langsung dengan
seorang narasumber yakni pegawai Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit dan
observasi dilakukan dengan pencatatan dan berkeliling secara langsung terhadap beberapa
ruangan meliputi ruang administrasi, ruang perawat, ruang tunggu, klinik/poli diantaranya
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
11
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
klinik gigi, klinik kebidanan, klinik mata, dan klinik jiwa, selain itu ruang laktasi, ruang
penyuluhan, dan toilet menjadi objek penelitian. Penelitian dilakukan di RSUD
Panembahan Senopati pada bulan Oktober Tahun 2022. Penilaian standar bangunan
rawat jalan rumah sakit dilakukan dengan beberapa cara meliputi 1). Pengukuran luas
ruangan, dengan menggunakan penggaris, 2). Pengukuran intensitas cahaya dengan
menggunakan Aplikasi Lux meter, 3).
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 64 pernyataan akan dihitung
perindikator yang terdapat beberapa pernyataan dengan menggunakan rumus rata – rata
yang ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
jml jawaban
x 100 %=¿
jml pertanyaan perindikator
Dari perhitungan diperoleh hasil kesesuaian bangunan rawat jalan tertuang pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Perhitugan Rata-Rata Ruangan
No Ruang Rawat Jalan Jumlah Ya Tidak Persentase Kesesuaian
Pernyataan (%)
1 Ruangan Administrasi 3 3 0 100 Sesuai
(Informasi, Registrasi,
Pembayaran)
2 Pos Perawat 1 1 0 100 Sesuai
3 Ruang Tunggu 6 5 1 83 Belum
Sesuai
4 Ruang Klinik/Poli 8 8 0 100 Sesuai
5 Klinik Gigi 7 6 1 85 Belum
Sesuai
6 Klinik Kebidanan 6 6 0 100 Sesuai
7 Klinik Mata 5 5 0 100 Sesuai
8 Klinik Jiwa 7 4 3 57,1 Belum
Sesuai
9 Ruang Laktasi 6 5 1 83 Belum
Sesuai

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


12
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
10 Ruangan Penyuluhan 4 4 0 100 Sesuai
11 KM/WC (Toilet) 11 10 1 90 Belum
Sesuai
Rata - Rata 64 5 1 91% Belum
Sesuai
*Standar kriteria sesuai : 100%
(Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 24 Tahun 2016)

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa keseluruhan standar bangunan


diperoleh nilai rata – rata 91%, artinya standar bangunan di rumah sakit RSUD
Panembahan Senopati belum memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan No 24
Tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Lokasi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil wawancara, lokasi RSUD Panembahan Senopati yang berada di
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Trirenggo, Kec. Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta tidak berada di tepi lereng, tidak dekat dengan kaki gunung yang
rawan terhadap bencana tanah longsor, dan tidak dekat dengan anak sungai, sungai atau
badan air yang dapat mengikis pondasi bangunan rumah sakit. RSUD Panembahan
Senopati tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif, tidak berada di daerah rawan
tsunami, tidak di daerah rawan banjir, tidak berada dalam zona angina topan, tidak berada
di daerah rawan badai, dan tidak berdiri di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra (SUTET).
RSUD Panembahan Senopati mudah dijangkau oleh masyarakat serta memiliki
fasilitas parkir yang memadai, rapi, dan bersih. Hal ini sudah sesuai dengan Permenkes
Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan. Akan tetapi,
RSUD Panembahan Senopati belum memiliki akses transportasi. Hal ini belum sesuai
dengan Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk
Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
13
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
B. Bangunan Rumah Sakit
Ruangan Administrasi (Informasi, Registrasi, Pembayaran)
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada ruangan
administrasi (informasi, registrasi, pembayaran) terdapat 3 pernyataan yang akan dihitung
menggunakan rumus rata – rata yang ditentukan dalam bentuk presentasi dengan
perhitungan sebagai berikut:
3
Rata−rata= x 100 %=100
3
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Luas Ruangan Pertukaran Udara Intensitas Cahaya

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 1 Ruang Administrasi


Pada ruangan administrasi (informasi, registrasi, pembayaran) yang diperoleh nilai
rata – rata 100, artinya persyaratan ruangan administrasi rumah sakit RSUD Panembahan
Senopati telah memenuhi standar. Berdasarkan observasi terhadap pernyataan ke 1 “luas
ruangan 3-5 m2/ petugas” telah memenuhi dan telah disesuaikan dengan jumlah petugas.
Tanggapan narasumber terhadap pernyataan ke 2 “Adanya pertukaran udara alami
maupun mekanik minimal 6x/jam” narasmuber menjawab telah ada pertukaran udara baik
alami maupun mekanik. Selanjutnya pada pernyataan ke 3 “Intensitas cahaya minimal
100 lux” berdasarkan observasi telah sesuai dengan standar yang ada.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kenyamanan.
Pemenuhan kebutuhan pencahayaan dapat diperoleh melalui pencahayaan alami maupun
pencahayaan buatan ataupun kombinasi dari kedua sumber tersebut. Pada rumah sakit
intensitas pencahayaan untuk ruang pasien saat tidak tidur sebesar 100-200 lux dengan
warna cahaya sedang, sementara pada saat tidur maksimum 50 lux, koridor minimal 60
lux, tangga minimal 100 lux, dan toilet minimal 100 lux [9].

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


14
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
Pos Perawat
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi pada pos perawat yang terdapat
1 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang akan ditentukan dalam
bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
1
Rata−rata= x 100 %=100
1
1.2

0.8
0.6

0.4

0.2
0
Tersedianya Meja dan Kursi

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 2 Pos Perawat


Pada pos perawat diperoleh nilai rata – rata 100, artinya persyaratan pos perawat
rumah sakit RSUD Panembahan Senopati telah memenuhi standar. Berdasarkan
wawancara terhadap pernyataan “tersedianya fasilitas meja dan kursi untuk kebutuhan
pendokumentasian” telah memenuhi persyaratan.
Ruang Tunggu
Berdasarkan data yang diperoleh secara wawancara pada ruang tunggu yang
terdapat 6 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang akan ditentukan
dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
5
Rata−rata= x 100 %=83,3
6

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
15
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
1.2
0.8
0.4
0

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 3 Ruang Tunggu


Pada ruang tunggu diperoleh rata – rata 83,3, artinya persyaratan ruang tunggu
rumah sakit RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar. Berdasarkan
wawancara terhadap pernyataan ke 1 “Tersedianya ruang tunggu tersendiri untuk tiap
poli” belum memenuhi kapasitas yang memadai karena ruang tunggu tiap poli masih
menjadi satu dan belum memiliki ruang tunggu sendiri. Pernyataan ke 2 “Luas ruang
tunggu 1-1,5m2/orang” narasumber menjawab Sesuai, luas ruang tunggu menyesuaikan
kebutuhan kapasitas pelayanan. Pernyataan ke 3 “Adanya pertukaran udara alami maupun
mekanik minimal 6x/jam” juga sudah terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Pernyataan ke 4 “Tersedianya pencahayaan alami dengan dibuktikan adanya
jendela, ventilasi” sudah mengoptimalkan pencahayaan alami. Pernyataan ke 5
“Tersedianya wastafel sebagai fasilitas desinfeksi tangan” ruang tunggu poli telah
disediakan wastafel sebagai fasilitas desinfeksi tangan. Pernyataan ke 6 “Tersedianya
ruang tunggu untuk pasien penyakit menular dan pasien penyakit tidak menular”
narasumber menjawab telah tersedia ruang tunggu untuk pasien penyakit menular yang
harus dipisah dengan pasien tidak menular khususnya pasien anak dan kebidanan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh [10] pertimbangan luas ruang dan
kapasitas pengguna menjadi penyebab utama ketidaknyamanan dan kejenuhan ruang
tunggu. Terdapat bagian di dalam ruang tunggu yang dapat meminimalisir kejenuhan,
yaitu adanya pencahayaan alami dan sirkulasi udara alami. Pencahayaan alami yang

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


16
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
menjadikan ruang lebih terang dipersepsikan oleh pengunjung sebagai pembentuk
kenyamanan dan dapat mengurangi kejenuhan.
Ruangan Klinik (Konsultasi, Periksa/Tindakan)
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada ruangan
klinik (konsultasi, periksa/tindakan) yang meliputi klinik gigi, klinik jiwa, klinik mata dan
klinik kebidanan. Terdapat 8 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata
yang akan ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
8
Rata−rata= x 100 %=100
8
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 4 Ruang Klinik/Poli


Pada ruangan klinik (konsultasi, periksa/tindakan) diperoleh nilai rata – rata 100,
artinya persyaratan ruangan klinik (konsultasi, periksa/tindakan) rumah sakit RSUD
Panembahan Senopati telah memenuhi standar. Berdasarkan observasi terhadap
pernyataan ke 1 “Luas ruangan 9-24m2” sudah sesuai dan telah memperhatikan ruang
gerak petugas, pasien dan peralatan. Pernyataan ke 2 “Tersedianya wastafel sebagai
fasilitas desinfeksi tangan” narasmuber menjawab telah sesuai dan setiap klinik/poli telah
tersedia wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan. Pernyataan ke 3 “Bahan bangunan yang
digunakan tidak memiliki porositas” narasumber menjawab sudah sesuai, bangunan yang
digunakan tidak memiliki porositas yang tinggi. Pernyataan ke 4 “Tersedianya stop
kontak minimal 2 buah di tiap ruangan” narasumber menjawab sudah sesuai dan setiap
ruangan telah disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh ada percabangan/
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
17
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
sambungan langsung tanpa pengamanan arus. Pernyataan ke 5 “Terjadinya pertukaran
udara mekanik (AC) maupun alami minimal 6x/jam” narasumber menjawab sudah sesuai
dengan dibuktikannya jendela maupun ventilasi. Pernyataan ke 6 “Intensitas cahaya
minimal 200 lux” berdasarkan observasi intensitas cahaya di ruang klink/poli sudah
memenuhi intensitas minimal. Pernyataan ke 7 “Tersedianya akses untuk pasien penyakit
menular dan pasien penyakit tidak menular” narasumber menjawab telah tersedia, untuk
kelompok ruangan klinik penyakit menular harus dipisahkan dengan klinik penyakit tidak
menular baik akses, alur maupun ruangannya. Pernyataan ke 8 “Adanya pertukaran udara
minimal 12x/jam untuk menangani pasien penyakit menular melalui udara (airbone)”
narasumber menjawab telah ada pertukaran udara untuk menangani pasien penyakit
menular.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [9] dilihat dari bahan
bangunan yang digunakan sudah sesuai dengan syarat ruangan dengan tidak boleh
memiliki tingkat porositas tinggi. Demikian juga outlet gas medik yang terdiri dari
oksigen, udara tekan medik dan vakum medik terlihat sudah disediakan. Pertukaran udara
di ruangan tindakan juga sudah baik baik itu pertukaran udara alami maupun mekanik.
Untuk pencahayaan juga sudah memenuhi syarat ruangan dengan mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Klinik Gigi
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada klinik gigi
yang terdapat 7 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang akan
ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
6
Rata−rata= x 100 %=85,7
7

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


18
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
an fe
l ... 1 a a or
g ta P or al h ay d ar es
an as ki im Ca U p r
u W ili in an m
a sR a em M ita
s
ar Ko
Lu ny M ak n s k
an
ia k nt te tu at
ed
da o In er p
rs Ti K P m
Te n op ne
na St Pe
u a
ng di
Ba rse
an Te
h
Ba Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 5 Klinik Gigi


Pada ruang klinik gigi diperoleh nilai rata – rata 85,7, artinya persyaratan ruang
klinik gigi rumah sakit RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar.
Berdasarkan observasi terhadap pernyataan ke 1 “Luas ruangan 20-30m2” belum sesuai
akan tetapi telah memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan peralatan. Tanggapan
narasumber terhadap pernyataan ke 2 “Tersedianya wastafel sebagai fasilitas desinfeksi
tangan” telah sesuai dan telah tersedia wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan. Pernyataan
ke 3 “Bahan bangunan yang digunakan tidak memiliki porositas” narasumber menjawab
sudah sesuai, bangunan yang digunakan tidak memiliki porositas yang tinggi. Pernyataan
ke 4 “Tersedianya stop kontak minimal 2 buah di tiap ruangan” narasumber menjawab
sudah sesuai dan setiap ruangan telah disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak
boleh menggunakan kabel/kotak kontak tambahan. Pernyataan ke 5 “Intensitas cahaya
minimal 200 lux” berdasarkan observasi intensitas cahaya di ruang klinik gigi sudah
memenuhi intensitas minimal. Pernyataan ke 6 “Adanya pertukaran udara alami maupun
mekanik minimal 6x/jam” narasumber menjawab sudah sesuai dengan dibuktikannya
jendela maupun ventilasi menyesuaikan klasifikasi rumah sakit dan kajian kebutuhan
pelayanan. Pernyataan ke 7 “Penempatan kompresor diletakkan di tempat yang aman dan
getaran diminimalkan” narasumber menjawab penempatan kompresor peralatan dental
chair telah diletakkan di tempat yang aman dan getaran diminimalisir.
Klinik Kebidanan
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada klinik
kebidanan yang terdapat 6 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
19
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
akan ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
6
Rata−rata= x 100 %=100
6
1.2
0.8
0.4
0
an el s 2 a a
g ta
f
sita al ay ar
an as ro im h Ud
Ru W Po in s Ca an
as a ki M ar
ny ili ak ita
Lu ia nt ns uk
ed e m o te rt
r s m K In Pe
Te ak op
tid St
n ya
na an
u di
ng rs
e
Ba Te
n
ha
Ba Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 6 Klinik Kebidanan


Pada klinik kebidanan diperoleh rata – rata 100, artinya persyaratan klinik
kebidanan rumah sakit RSUD Panembahan Senopati telah memenuhi standar.
Berdasarkan observasi terhadap pernyataan ke 1 “Luas ruangan 16-30m2” belum sesuai
akan tetapi telah memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan peralatan. Pernyataan
ke 2 “Tersedianya wastafel sebagai fasilitas desinfeksi tangan” telah disediakan wastafel
sebagai fasilitas desinfeksi tangan. Pernyataan ke 3 “Bahan bangunan yang digunakan
tidak memiliki porositas” narasumber menjawab sudah sesuai, bangunan yang digunakan
tidak memiliki porositas yang tinggi. Pernyataan ke 4 “Tersedianya stop kontak minimal
2 buah di tiap ruangan” narasumber menjawab sudah sesuai dan setiap ruangan
disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengamanan arus. Pernyataan ke 5 “Intensitas cahaya minimal 200 lux”
berdasarkan observasi intensitas cahaya di ruang klinik gigi sudah memenuhi intensitas
minimal. Pernyataan ke 6 “Adanya pertukaran udara alami maupun mekanik minimal
6x/jam” juga sudah terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik.
Klinik Mata
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada klinik
mata yang terdapat 5 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang akan
ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)
20
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
5
Rata−rata= x 100 %=100
5
1.2
0.8
0.4
0
l a
an fe ar ak ay
a
g ta nt
an as Ud K o
Ca
h
Ru W ra
n
op as
as ny
a a St sit
Lu ia uk a n
ed rt ny te
rs Pe ia In
e a ed
T
a ny e rs
Ad T

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 7 Klinik Mata


Pada klinik mata diperoleh rata – rata 100, artinya persyaratan klinik mata rumah
sakit RSUD Panembahan Senopati telah memenuhi standar. Berdasarkan wawancara
terhadap pernyataan ke 1 “Luas ruangan 20-30m2. Salah satu sisi ruangan mempunyai
panjang >4m.” sudah sesuai Pernyataan ke 2 “Tersedianya wastafel sebagai fasilitas
desinfeksi tangan” pada klinik mata telah disediakan wastafel sebagai fasilitas desinfeksi
tangan. Pernyataan ke 3 “Adanya pertukaran udara alami maupun mekanik minimal
6x/jam” juga sudah terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik. Pernyataan
ke 4 “Tersedianya stop kontak minimal 2 buah di tiap ruangan” narasumber menjawab
sudah sesuai dan setiap ruangan telah disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak atau tidak
boleh menggunakan kabel/kotak kontak tambahan. Pernyataan ke 5 “Intensitas cahaya
minimal 200 lux” berdasarkan observasi intensitas cahaya di ruang klinik gigi sudah
memenuhi intensitas minimal.
Klinik Jiwa
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada klinik jiwa
yang terdapat 7 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang akan
ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
4
Rata−rata= x 100 %=57,1
7

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
21
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 8 Klinik Jiwa


Pada ruang klinik jiwa diperoleh nilai rata – rata 57,1, artinya persyaratan ruang
klinik jiwa rumah sakit RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar.
Berdasarkan observasi terhadap pernyataan ke 1 “Luas ruangan 12-24m2” belum sesuai
akan tetapi telah memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan peralatan. Tanggapan
narasumber terhadap pernyataan ke 2 “Komponen bangunan mempunyai bentuk yang
aman” belum sesuai karena bahan tembok masih berbahan partisi sehingga kurang
mampu menahan beban berlebihan serta tidak tahan terhadap benturan. Komponen atau
struktur bangunan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu bangunan yang
berfungsi membentuk dan menahan beban, baik yang dihasilkan oleh bangunan itu sendiri
maupun yang di hasilkan oleh alam seperti angin, gempa, iklim dll [9]. Pernyataan ke 3
“Terpisahnya ruang tunggu pasien dan akses dengan klinik lain” narasumber menjawab
belum sesuai, karena akses ruang tunggu dengan klinik masih menjadi satu jadi setiap
klinik belum memiliki ruang tunggu sendiri. Pernyataan ke 4 “Tersedianya wastafel
sebagai fasilitas desinfeksi tangan” pada klinik jiwa telah disediakan wastafel sebagai
fasilitas desinfeksi tangan. Pernyataan ke 5 “Adanya pertukaran udara alami maupun
mekanik minimal 6x/jam” narasumber menjawab sudah sesuai dengan dibuktikannya
jendela maupun ventilasi menyesuaikan klasifikasi rumah sakit dan kajian kebutuhan
pelayanan. Pernyataan ke 6 “Tersedianya stop kontak minimal 2 buah di tiap ruangan”
narasumber menjawab sudah sesuai dan setiap ruangan telah disediakan minimal 2 (dua)

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


22
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
kotak kontak atau tidak boleh menggunakan kabel/kotak kontak tambahan. Pernyataan ke
7 “Intensitas cahaya minimal 200 lux” berdasarkan observasi intensitas cahaya di ruang
klinik gigi sudah memenuhi intensitas minimal.
Ruang Laktasi
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada ruang
klinik laktasi yang terdapat 6 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata
yang akan ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
5
Rata−rata= x 100 %=83,3
6
1.2
0.8
0.4
0

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 9 Ruang Laktasi


Pada ruang laktasi kebidanan diperoleh rata – rata 83,3, artinya persyaratan ruang
laktasi rumah sakit RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar. Berdasarkan
wawancara terhadap pernyataan ke 1 “Penempatan ruangan berdekatan/ bersebelahan
dengan klinik kebidanan dan penyakit kandungan” belum sesuai akan tetapi ruang laktasi
berdekatan dengan ruang ibu dan tumbuh kembang anak. Pernyataan ke 2 “Tersedianya
wastafel sebagai fasilitas desinfeksi tangan” telah disediakan wastafel sebagai fasilitas
desinfeksi tangan. Tanggapan narasumber terkait pernyataan ke 3 “Tersedianya tempat
duduk dengan sandaran tangan” sudah tersedia. Tanggapan narasumber terkait pernyataan
ke 4 “Tersedianya meja bayi” telah tersedia. Pernyataan ke 5 “Adanya pertukaran udara
alami maupun mekanik minimal 6x/jam” telah terjadinya pertukaran udara baik alami
maupun mekanik. Pernyataan ke 6 “Intensitas cahaya minimal 100 lux” berdasarkan
observasi intensitas cahaya di ruang laktasi sudah memenuhi intensitas minimal.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
23
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
Ruang Penyuluhan
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada ruang
penyuluhan yang terdapat 4 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata
yang akan ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
4
Rata−rata= x 100 %=100
4
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Luas Ruangan Tersedianya Pertukaran Udara Intensitas Cahaya
Wastafel

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 10 Ruang Penyuluhan


Pada ruang penyuluhan kebidanan diperoleh rata – rata 100, artinya persyaratan
ruang penyuluhan rumah sakit RSUD Panembahan Senopati telah memenuhi standar.
Berdasarkan wawancara terhadap pernyataan ke 1 “Luas ruangan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan” sudah sesuai. Pernyataan ke 2 “Tersedianya wastafel sebagai
fasilitas desinfeksi tangan” telah disediakan wastafel sebagai fasilitas desinfeksi tangan.
Tanggapan narasumber terkait pernyataan ke 3 “Adanya pertukaran udara alami maupun
mekanik minimal 6x/jam” telah terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik.
Pernyataan ke 4 “Intensitas cahaya minimal 200 lux” berdasarkan observasi intensitas
cahaya di ruang penyuluhan sudah memenuhi intensitas minimal.
KM/WC(Toilet)
Berdasarkan data yang diperoleh secara observasi dan wawancara pada KM/WC
(toilet) yang terdapat 11 pernyataan akan dihitung menggunakan rumus rata – rata yang
akan ditentukan dalam bentuk presentasi dengan perhitungan sebagai berikut:
10
Rata−rata= x 100 %=90,9
11

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


24
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Sesuai Tidak Sesuai

Diagram 11 Ruang KM/WC (Toilet)


Pada KM/WC (toilet) diperoleh nilai rata – rata 90,9, artinya persyaratan KM/WC
(toilet) rumah sakit RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi standar. Berdasarkan
wawancara terhadap pernyataan ke 1 “Tersedianya minimal satu toilet” sudah sesuai,
telah dosediakan lebih dari satu toilet. Pernyataan ke 2 “Tersedianya luas toilet minimal
2x2m2” berdasarkan observasi luas toilet kurang sesuai. Tanggapan narasumber terkait
pernyataan ke 3 “Persyaratan toilet aksesibel sebagaimana diatur dalam poin G. Desain
Komponen Bangunan Rumah Sakit” sudah sesuai. Pernyataan ke 4 “Bahan penutup lantai
tidak licin dan lantai tidak menggenangkan air buangan” narasumber menjawab sudah
sesuai. Pernyataan ke 5 “Tersedianya akses pintu mudah dibuka dan ditutup” narasumber
menjawab telah tersedia akses pintu mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda. Pernyataan ke 6 “Tersedianya pintu yang mudah dibuka”
pernyataan ini telah tersedia. Pernyataan ke 7 “Daun pintu toilet tidak berlubang/kisi-kisi”
narasumber menjawab sudah sesuai. Pernyataan ke 8 “Adanya pertukaran udara alami
maupun mekanik minimal 10x/jam” narasumber menjawab telah ada pertukaran udara
alami maupun mekanik. Pernyataan ke 9 “Intensitas cahaya 100 lux” berdasarkan
observasi intensitas cahaya di ruang penyuluhan sudah memenuhi intensitas minimal,
dengan menggunakan alat ukur Lux meter.

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
25
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40

Gambar. 1 Pengukuran Intensitas Cahaya menggunakan Aplikasi Lux Meter.


Pernyataan ke 10 “Ketinggian tempat duduk kloset sesuai dengan ketinggian
pengguna (36 - 38 cm)” narasumber menjawab sudah sesuai. Pernyataan ke 11
“Ketinggian tempat duduk kloset sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar
(45 - 50 cm)” narasumber menjawab sudah sesuai.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di RSUD Panembahan Senopati
mengenai standar bangunan Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
24 tahun 2016, didapatkan 11 ruangan, 6 ruangan diantaranya meliputi Ruang
Administrasi, Pos Perawat, Ruang Klinik/Poli, Klinik Kebidanan, Klinik Mata, dan
Ruang Penyuluhan sudah sesuai. Selain itu, terdapat 5 ruangan yang memerlukan
perhatian dari pihak Rumah Sakit, 3 diantaranya yaitu Klinik Gigi, Klinik Jiwa, dan
Toilet yang masih belum sesuai standar. 1 ruangan Ruang Tunggu dianggap belum sesuai
karena masih menjadi satu untuk semua pelayanan rawat jalan, baik bagi pasien batuk,
pasien dengan penyakit menular maupun dengan pasien umum dan pada Ruang Laktasi
juga belum sesuai standar karena tidak berdekatan dengan klinik bidan dan penyakit
kandungan namun dekat dengan ruang ibu dan tumbuh kembang. Sehingga, secara
keseluruhan didapatkan bahwa bangunan RSUD Panembahan Senopati belum memenuhi
standar yakni dengan nilai rata-rata 91%-100%.

Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)


26
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
SARAN
1. Ruang tunggu tiap poli yang masih menjadi satu dengan poli lainnya sebaiknya
disediakan ruang tunggu tersendiri agar tidak mengganggu kenyamanan pasien.
2. Luas ruangan di klinik gigi sebaiknya menyesuaikan standar Permenkes Nomor 24
Tahun 2016 yaitu 20-30M2.
3. Luas ruangan di klinik jiwa sebaiknya antara 12-24M2. Komponen bangunan yang
masih menggunakan bahan partisi sebaiknya menggunakan bahan material yang lebih
aman. Ruang tunggu klinik jiwa dengan akses klinik lain sebaiknya terpisah
menyesuaikan standar Permenkes Nomor 24 Tahun 2016.
4. Penempatan ruang laktasi sebaiknya berdekatan/bersebelaahan dengan klinik
kebidanan dan penyakit kandungan.
5. Luas KM/WC (toilet) sebaiknya menyesuaikan standar Permenkes Nomor 24 Tahun
2016 yaitu 2 x 2M2.
Guna mendukung pelayanan kesehatan khususnya Rawat Jalan agar berjalan
dengan maksimal pihak manajemen rumah sakit perlu me-review kembali kondisi
lapangan dengan standar yang ada untuk persiapan dalam melakukan pemeliharaan
gedung rawat jalan kedepannya. Persiapan dalam perencanaan gedung (denah gedung
beserta ukuran/skala) dan persiapan dalam anggaran pemeliharaan gedung. Sehingga
dalam pelaksanaan pemeliharaan gedung Rumah Sakit pembangunan Gedung Rawat
Jalan kedepannya dapat memenuhi standar Bangunan sesuai Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 24 Tahun 2016.

DAFTAR PUSTAKA
[1] UURI No. 44 Tahun, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit,” vol. 2, pp. 1–8, 2009.
[2] Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 14 Tahun
2021,” Menteri Kesehat. Republik Indones. Peratur. Menteri Kesehat. Republik
Indones., vol. 69, no. 1496, pp. 1–13, 2013.
[3] Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 24 Tahun
2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,” Menteri
Kesehat. Republik Indones. Peratur. Menteri Kesehat. Republik Indones., vol.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5
27
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No. 2 (2022) 31 - 40
Nomor 65, no. 879, pp. 2004–2006, 2016.
[4] T. Sumantri and W. Hariyono, “Evaluasi Pasca Huni terhadap Performansi Fisik
Ruang Instalasi Gawat Darurat,” Kes Mas J. Fak. Kesehat. Masy., vol. 10, no. 2,
pp. 73–79, 2016.
[5] S. H. Adam, W. Hariyono, and Iswanta, “Evaluasi Pasca Huni Performansi Fisik
Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping,” J. Medicoeticolegal dan Manaj. Rumah Sakit, vol. 5, no. 2, pp. 77–84,
2016.
[6] L. Q. Herdyanti, N. Rachmaniyah, and P. Wahyudie, “Redesain Interior Rumah
Sakit Negeri Kelas B dengan Konsep Healing Environment,” J. Sains Dan Seni Its,
vol. 5, no. 2, pp. 2337–3520, 2016.
[7] Perpres, “Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,” vol. 23, no.
1, pp. 77–100, 2009.
[8] K. RI, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016,” pp.
390–392, 2016.
[9] A. Z. Aliuddin and A. Indrayuni, “Struktur Bangunan Klinik Saga Di Makasar,” J.
Ilm. Indones., vol. 7, no. 8.5.2017, pp. 2258–2269, 2022, [Online]. Available:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders.
[10] N. A. Khairunnisa and Y. Arsandrie, “Kenyamanan Visual dan Gerak Pengunjung
di Ruang Tunggu Rumah Sakit (Studi Kasus: Gedung Rawat Jalan Rs. Orthopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta),” Sinektika J. Arsit., vol. 17, no. 2, pp. 113–119,
2020, doi: 10.23917/sinektika.v17i2.11563.
[1] UURI No. 44 Tahun, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit,” vol. 2, pp. 1–8, 2009.
[2] Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 14 Tahun
2021,” Menteri Kesehat. Republik Indones. Peratur. Menteri Kesehat. Republik
Indones., vol. 69, no. 1496, pp. 1–13, 2013.
[3] Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 24 Tahun
2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,” Menteri
Kesehat. Republik Indones. Peratur. Menteri Kesehat. Republik Indones., vol.
Nomor 65, no. 879, pp. 2004–2006, 2016.
Title of Paper.. Title of Paper.. (First Author)
28
Nama penulis pertama dkk / Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol 2. No. 2 (2022) 1 - 5
[4] T. Sumantri and W. Hariyono, “Evaluasi Pasca Huni terhadap Performansi Fisik
Ruang Instalasi Gawat Darurat,” Kes Mas J. Fak. Kesehat. Masy., vol. 10, no. 2,
pp. 73–79, 2016.
[5] S. H. Adam, W. Hariyono, and Iswanta, “Evaluasi Pasca Huni Performansi Fisik
Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping,” J. Medicoeticolegal dan Manaj. Rumah Sakit, vol. 5, no. 2, pp. 77–84,
2016.
[6] L. Q. Herdyanti, N. Rachmaniyah, and P. Wahyudie, “Redesain Interior Rumah
Sakit Negeri Kelas B dengan Konsep Healing Environment,” J. Sains Dan Seni Its,
vol. 5, no. 2, pp. 2337–3520, 2016.
[7] Perpres, “Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,” vol. 23, no.
1, pp. 77–100, 2009.
[8] K. RI, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016,” pp.
390–392, 2016.
[9] A. Z. Aliuddin and A. Indrayuni, “Struktur Bangunan Klinik Saga Di Makasar,” J.
Ilm. Indones., vol. 7, no. 8.5.2017, pp. 2258–2269, 2022, [Online]. Available:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders.
[10] N. A. Khairunnisa and Y. Arsandrie, “Kenyamanan Visual dan Gerak Pengunjung
di Ruang Tunggu Rumah Sakit (Studi Kasus: Gedung Rawat Jalan Rs. Orthopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta),” Sinektika J. Arsit., vol. 17, no. 2, pp. 113–119,
2020, doi: 10.23917/sinektika.v17i2.11563.

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol.2, No.2, Juli 2022, pp. 1 - 5

You might also like