You are on page 1of 8

6th ACE Conference.

29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

FAKTOR WAKTU KERJA DAN AKTIFITAS KAWASAN


SEBAGAI PARAMETER DALAM PERHITUNGAN VOLUME
RUAS JALAN EVAKUASI TSUNAMI DI KAWASAN
PERKOTAAN

Yossyafra Yossyafra1, Nurhuda Fitri 2, Rahmat Purnama Sidhi2, Yosritzal


Yosritzal1
1
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: yossyafra@eng.unand.ac.id, yosritzal@eng.unand.ac.id
2
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: nurhuda.fitrii@gmail.com, rpsidhi88.rps@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia is located in the Pacific Ring of Fire (an area with a high level of tectonic
activity), which faces the risk of catastrophic volcanic eruptions, earthquakes, floods and
tsunamis. Urban areas on the coast of the Indonesian archipelago are at high risk of
tsunami disasters. In designing tsunami evacuation roads for urban areas, the government
only used the 1997 Indonesian Road Capacity Reference (MKJI) reference, as a reference
in determining road capacity. The MKJI 1997 used four parameters to determine the
capacity of the road, namely; correction factors for road width, road lane separation, road
side disturbance, and city size. This research tries to consider several other parameters that
might be used to determine the capacity of roads that are prepared for tsunami disasters.
The other parameters are; factors of working activity time, and working activity area, etc.,
which are expected to accommodate the needs of people and vehicles during the tsunami
disaster. This research found that, the width of evacuation roads in urban areas should be
wider than the width of roads that are not determined as evacuation roads. The addition of
other parameters must be considered as an important part of the next planning standard.

Keywords : Tsunami evacuation roads, road capacity, correction factors on road capacity

ABSTRAK
Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik (daerah dengan tingkat aktivitas tektonik yang
tinggi), yang menghadapi risiko bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, dan
tsunami. Kawasan perkotaan di pesisir pantai kepulauan Indonesia beresiko tinggi
terhadap bencana tsunami. Dalam mendesain jalan evakuasi tsunami untuk kawasan
perkotaan, selama pemerintah hanya menggunakan referensi Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) tahun 1997, sebagai referensi dalam menentukan kapasitas jalan. MKJI
1997 memakai empat parameter untuk menentukan kapasitas jalan, yaitu faktor koreksi
untuk lebar jalan, pemisahan lajur jalan, gangguan sisi jalan, dan ukuran kota. Penelitian
ini mencoba mempertimbangkan beberapa parameter lain yang mungkin digunakan untuk
menentukan kapasitas jalan yang siap menghadapi bencana tsunami. Parameter lainnya itu
adalah; faktor waktu dari aktivitas kerja, area aktivitas kerja dan kepemilikan kendaraan,
dll., yang diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan orang dan kendaraan saat bencana
tsunami. Penelitian ini menemukan bahwa, lebar jalan evakuasi di perkotaan harus lebih
lebar dibandingkan dari lebar jalan yang tidak ditetapkan sebagai jalan evakuasi.

Kata Kunci : jalan evakuasi Tsunami, kapasitas ruas jalan, faktor koreksi kapasitas jalan

276
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

1. PENDAHULUAN

Sudah banyak pemerintahan Kotamadya dan Kabupaten di sepanjang pantai barat pulau
Sumatra memahami risiko tinggi akan bencana tsunami. Pemerintahan berupaya
melakukan mitigasi dengan menyediakan infrastruktur perkotaan yang responsif dan
aman saat menghadapi bencana. Ada dua jenis pilihan evakuasi yang dipahami,
evakuasi horizontal dan vertikal. Evakuasi vertikal, dengan menyediakan bangunan
shelter yang ramah terhadap bencana gempa dan tsunami. Dan evakuasi horizontal,
dengan menyediakan jalan evakuasi tsunami. Pemahaman pemerintahan kotamadya dan
Kabupaten yang berada di pantai barat pulau Sumatra, dalam memitigasi bencana
tsunami ditunjukan dalam bentuk kebijakan publik (peraturan daerah), dan
merealisasikan pembangunan jalan evakuasi tsunami di jaringan jalan perkotaannya.

Padang memiliki populasi penduduk terpadat di provinsi Sumatera Barat yaitu 927.168
jiwa pada tahun 2018, sepertiga dari jumlah penduduk tersebut tinggal dikawasan
pesisir (pantai) kota Padang, yang berisiko paling besar terhadap bencana tsunami.
Untuk mitigasi bencana tsunami tersebut, dalam peraturan daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) kota Padang, telah mencantumkan sebanyak enam zona jalan
kota, menjadi jalan evakuasi tsunami. Pembangunan yang telah dilakukan pada jalan
evakuasi tsunami tersebut, telah menjadikan jalan-jalan tersebut menjadi jalan yang
favorit untuk dilewati oleh orang-orang dalam aktifitas lalu-lintas mereka. Akibatnya
jalan evakuasi tsunami tersebut menjadi jalan perkotaan yang cepat bertumbuh. Hal
tersebut diperlihatkan dengan semakin bertambahnya jumlah kegiatan dan ramainya
orang-orang serta banyaknya jumlah kendaraan parkir dan berhenti di kedua sisi bagian
jalan.

Artikel ini akan memberikan gambaran tentang pengaruh perubahan tata guna lahan
yang ada di kedua sisi jalan evakuasi tsunami, terhadap kinerja jalan evakuasi tsunami.
Metode kuantitaf dan kualitatif digunakan dalam menganalisis dan menilai perubahan
aktifitas penduduk dan tata guna lahan di kedua sisi jalan evakuasi tsunami. Pedoman
Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997, dijadikan rujukan untuk menilai dari
kinerja jalan tersebut

2. JALUR EVAKUASI DAN VOLUME LALULINTAS

Banyak peneliti (Alhadi, Z. (2014), Scheer, S., dkk. (2011), Ashar, F., dkk. (2019),
Jokowinarno, D., (2011), Badan Standardisasi Nasional (2012)), telah melakukan
penelitian tentang jalan evakuasi tsunami, baik tentang bagaimana menentukan dan
memilih jalan evakuasi disuatu kota. Namun dari semua artikel dan buku yang menulis
tentang jalur evakuasi tsunami tersebut, belum ada tulisan yang yang secara jelas dan
tuntas menyebutkan parameter apa yang diperhitungkan atau digunakan dalam
mendisain jalur evakuasi tsunami dan bagaimana mengevaluasi kinerja jalur evakuasi
tsunami yang telah ada di berbagai kota.

Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Standar Nasional, untuk menentukan jalur


evakuasi Tsunami. Jalur Evakuasi adalah jalan atau lintasan yang dirancang untuk
dilalui pada waktu evakuasi saat terjadi bencana (SNI 7766:2012 Jalur Evakuasi

277
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Tsunami). Jalur evakuasi terdiri dari jalur evakuasi vertikal dan jalur evakuasi
horizontal. Jalur evakuasi vertikal adalah jalur evakuasi dari tempat bahaya ke tempat
aman berupa gedung dan bangunan bertingkat tinggi. Sedangkan jalur evakuasi
horisontal adalah jalur perpindahan secara paralel menjauh dari tempat bahaya ke
tempat aman. Syarat teknis jalur evakuasi tsunami menurut SNI 7766-2012: Pembuatan
jalur evakuasi tsunami merupakan bagian dari perencanaan evakuasi; Di dalam proses
perencanaan evakuasi, diperlukan jalur-jalur utama dan tambahan di dalam area rawan
tsunami yang dilengkapi rambu-rambu evakuasi menuju daerah aman untuk digunakan
di dalam pelayanan darurat; Jalur-jalur yang sudah teridentifikasi-dikenali harus
dimasukan kedalam peta dan menjadi bagian dari prosedur penyelamatan diri diikuti
dengan penempatan rambu-rambu evakuasi.

Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu dari
satu segmen/ruas jalan selama waktu tertentu. Menurut Sukirman (1994), volume lalu
lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titi pengamatan dalam satu
satuan waktu (hari, jam, menit). Arus lalu lintas dihitung per interval waktu tertentu.
Biasanya perhitungan arus lalu lintas dihitung per jam untuk satu atau lebih periode.
Arus lalu lintas dikonversi dari satuan kend/jam (kendaraan per jam) menjadi smp/jam
(satuan mobil penumpang/jam) dengan menggunakan ekivalen mobil penumpang.
Volume jam puncak merupakan banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
dari suatu ruas jalan selama satu jam pada saat terjadi arus lalu lintas yang terbesar
dalam satu hari (Dirjen Bina Marga, 2014). Arus lalu lintas adalah jumlah kendaaraan
bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam
kendaraan/jam atau smp/jam (Dirjen Bina Marga, 1997). Sehubungan dengan penentuan
jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah lalu
lintas harian rata-rata, volume jam perencanaan dan kapasitas.

Faktor pertumbuhan lalu lintas dapat diperoleh dari hasil analisis data lalu lintas,
perkembangan penduduk, pendapatan perkapita, rancangan induk daerah dan lain-lain.
Namun mempertimbangkan besarnya lalulintas yang akan terjadi pada kejadian bencana
yang memerlukan jalur evakuasi, belum banyak dilakukan sebagai bagian asesmen jalur
evakuasi yang telah ditetapkan atau dibangun.

3. METODOLOGI

Metode utama yang digunakan dalam studi ini adalah melakukan tinjauan terhadap jalan
evakuasi tsunami yang ada di perkotaan. Jalan Evakuasi yang ada dan telah ditetapkan
oleh pemerintah kotamadya ataupun kabupaten dijadikan sebagai contoh jalan yang
dinilai, adapun tahapan yang dilakukan adalah:

Melakukan review pada beberapa literature mengenai jalur evakuasi tsunami.

Mengumpulkan data volume kendaraan yang melewati ruas jalan dengan metode
survey. Penempatan surveyor pada penelitian ini di satu titik di ruas jalan yang
diteliti. Survey dilakukan pada hari kerja, selama 12 jam (06.30 - 18.30 WIB).

Melakukan asesmen kinerja jalan, membandingkan volume dan kapasitas jalan.

278
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Melakukan pendataan jumlah pusat kegiatan/ aktifitas masyarakat disepanjang


jalan evakuasi tersebut. Pusat adalah lokasi/ kawasan dimana kegiatan ditandai
dengan relatif banyaknya masyarakat yang berkumpul dan beraktifitas di
gedung/ kawasan tersebut. Contohnya adalah sekolah, kantor, pertokoan, dll.

Memperkirakan jumlah masyarakat yang beraktifitas untuk setiap pusat


kegiatan/ aktifitas yang ada di catchment area.

Memperkirakan volume lalulintas dan kinerja jalan untuk simulasi terjadi


bencana yang memerlukan evakuasi menggunakan jalan evakuasi yang diteliti.

4. HASIL, ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pesisir pantai
barat pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Padang
secara astronomis terletak pada 000 0 0
0
100 rtemuan lempeng Indo Australia-
Eurasia yang aktif bergerak. Pergerakan antar lempeng itu jika bertumbukan dapat
memicu terjadinya gempa bumi yang berpotensi diikuti gelombang tsunami. Dan
Berdasarkan catatan sejarah, kota Padang telah pernah dilanda dua kali gelombang
tsunami pada tahun 1604 dan 1833.

Salah satu sektor yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Jalan Raya Ampang Alai.
Tipe jalan adalah empat lajur dua arah tidak terbagi (4/2UD). Pencatatan jumlah
kendaraan yang lewat dilakukan di dua arah yang berbeda pada jalan yang dilakukan
kajian (Jalan Raya Ampang). Pada kondisi normal (tidak terjadi tsunami) kondisi jam
puncak (peak hour) diperhitungkan berdasarkan data hasil survey volume kendaraan
yang dilaksanakan pada hari kerja yang ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Volume lalulintas ruas jalan Raya Ampang.


Survey arus lalulintas menunjukan bahwa: jam puncak arah dari Ampang ke Kampung
Kalawi pada jam 16.15-17.15 dengan volume kendaraan 1442 (smp/jam), jam puncak

279
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

arah dari Kampung Kalawi-Ampang pada jam 06.30-07.30 dengan volume kendaraan
1672 (smp/jam). Jam puncak total kedua arah pada jam 06.45-07.45 dengan volume
kendaraan 2853 (smp/jam). persentase penggunaan moda terbesar didominasi oleh
sepeda motor.

Selanjutnya dibuat beberapa asumsi dan simulasi kondisi jam puncak ketika terjadi
tsunami. Asumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas kawasan yang
diprediksi akan menjadi catchment area dari jalur evakuasi, jumlah penduduk yang
berada di catchment area, kepemilikan kendaraan bermotor, persebaran usia dari jumlah
penduduk, dan jumlah kepala keluarga yang berdomisili di catchment area. Asumsi arah
laluintas ketika terjadi evakuasi (arah arus lalulintas menjadi satu arah). Catchment area
untuk jalan yang diteliti diasumsikan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Prediksi catchment area yang akan melalui jalan evakuasi


Ada beberapa kelurahan yang tidak diasumsikan dengan seluruh jumlah penduduk yang
berdomisili di kelurahan tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua wilayah yang berada
di kelurahan tersebut masuk ke dalam catchment area.

Tabel 1. Jumlah Penduduk yang Berdomisili di Catchment Area

Asumsi yang dibuat untuk memperkirakan jumlah kendaraan yang akan melewati jalur
evakuasi: Volume kendaraan yang melewati ruas jalan evakuasi diasumsikan dari total
volume aktual dan volume prediksi dan jalan diasumsikan satu arah. Volume aktual
adalah data volume yang didapat melalui hasil survey. Volume prediksi diasumsikan
dengan kepemilikan kendaraan dan aktivitas yang berada di catchment area berdasarkan
interval waktu tertentu. Aktivitas yang diasumsikan dalam prediksi adalah aktivitas
yang disebabkan oleh pasar, kantor, sekolah, dll (wisata, kebetulan lewat dan

280
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

sebagainya). Jenis kendaraan yang diprediksi adalah sepeda motor dan kendaraan
ringan. Berdasarkan perhitungan didapat volume aktual, volume prediksi dan volume
total (jumlah volume aktual dan volume prediksi).

Gambar 3. Prediksi Volume Lalulintas jalur evakuasi dengan scenario terjadi bencana
tsunami.
Berdasarkan simulasi untuk prediksi bencana yang bisa datang kapan saja, maka volume
lalulintas total (jumlah volume aktual dan volume prediksi) didapat jam puncak pada
saat terjadi tsunami yaitu jam 16.00-17.00 dengan volume 6.368 smp/jam dengan nilai
derajat kejenuhan 1,19 dan indeks tingkat pelayanan jalan bernilai F, artinya kondisi
arus dipaksakan, kecepatan rendah, volume diatas kapasitas dan terdapat antrian
panjang. Didapat nilai indeks tingkat pelayanan jalan mayoritas bernilai E dan F yang
artinya volume kendaraan yang diprediksi akan lewat ketika terjadi tsunami sudah
melebihi kapasitas yang dapat ditampung oleh jalan Raya Ampang-Alai-Kampung
Kalawi.

Sedangkan arus lalu lintas dengan kondisi stabil terdapat pada malam hari (rentang
pukul 18.30 23.30). Hal ini disebabkan tidak ada aktivitas lain dan kendaraan yang
lewat diasumsikan hanya berdasarkan kepemilikan kendaraan penduduk yang
berdomisili di catchment area. Mayoritas indeks tingkat pelayanan jalan pada malam
hari di ruas jalan ini bernilai C dan D, artinya kondisi arus lalu lintas masih dapat
dikatakan stabil.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan simulasi yang dibuatkan dapat disimpulkan untuk jalan evakuasi ruas jalan
kajian sebagai berikut:

281
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Pada kondisi normal (tidak terjadi bencana), total arus lalulintas untuk kedua
arah nilai derajat kejenuhan adalah 0,53 dengan nilai ITP C, artinya kondisi arus
lalu lintas masih dapat dikatakan stabil.

Jika dengan skenario terjadi bencana pada periode waktu pukul 16.00-17.00,
maka prediksi volume lalulintas total (jumlah volume aktual dan volume
prediksi) sekitar 6368 smp/jam dengan nilai derajat kejenuhan 1,19 dan indeks
tingkat pelayanan jalan bernilai F, artinya volume kendaraan yang diprediksi
akan lewat ketika terjadi tsunami sudah melebihi kapasitas yang dapat
ditampung oleh jalan Raya Ampang-Alai-Kampung Kalawi, akan terjadi
kemacetan panjang, yang berisiko bagi orang dan kendaraan untuk melakukan
evakuasi dijalur tersebut..

Perlu menjadi perhatian pada pihak pemerintah dan masyarakat bahwa pada
periode 16.00-17.00WIB kondisi jalan evakuasi menjadi kemacetan panjang jika
masyarakat hanya melakukan evakuasi horizontal ke daerah ketinggian,
diperlukan scenario alternatif untuk masyarakat dalam kondisi evakuasi tersebut.

Penelitian ini terbuka untuk dilanjutkan dengan menbuat scenario evakuasi yang
lebih beragam dan diperlukan analisis yang lebih holisik lagi.

6. DAFTAR PUSTAKA

Alhadi, Z. (2014), Kesiapan Jalur dan Lokasi Evakuasi Publik Menghadapi Resiko
Bencana Gempa dan Tsunami di Kota Padang, Studi Manajemen Bencana,
Universitas Negeri Padang, Padang. Vol XIII No.1.
Ashar F., A Dilanthi, dan R Haigh (2014), The Analysis of Tsunami Vertical Shelter in
Padang City, Procedia Economics dan Finance, 18, pp.916-923 ISSN 2212-5671.
Ashar, F., Amaratunga, D., Sridarran, P., Haigh, R. 2019. Chapter 18 - Practices of
Tsunami Evacuation Planning in Padang, Indonesia, Coastal Management 2019,
pp.399-433, Academic Press, https://doi.org/10.1016/B978-0-12-810473-
6.00019-4
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Potensi dan Ancaman Bencana,
https://www.bnpb.go.id/home/potensi, diakses 5 Oktober 2018.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, (2012), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Padang tahun 2010-2030, Pemerintahan Kota Padang.
Badan Pusat Statistik Kota Padang, (2016, 2017). Kota Padang Dalam Angka, Padang,
Badan Pusat Statistik Kota Padang.
Badan Pusat Statistik Kota Padang. (2017). Kecamatan Padang Utara Dalam Angka,
Padang, Badan Pusat Statistik Kota Padang.
Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI 7743:2011: Rambu Evakuasi Tsunami.
Jakarta, Badan Standardisasi Nasional.

282
6th ACE Conference. 29 Oktober 2019, Padang, Sumatra Barat

Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI 7766:2012: Jalur Evakuasi Tsunami.


Jakarta, Badan Standardisasi Nasional.
Bandar Standarisasi Nasional, (2004). RSNI: Standar Geometrik Jalan Perkotaan.
Bandar Standarisasi Nasional.
Direktorat Jenderal Bina Marga, (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Marga, (2014), Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI).
Jakarta.
GeoHazards International, (2018), Gambaran konseptual Taman Evakuasi Tsunami
untuk Padang, Indonesia http://www.geohaz.org/designing-a-tsunami-eva diakses
17 Januari 2018.
Jokowinarno, Dwi., (2011), Mitigasi Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir Lampung,
Jurnal Rekayasa Vol. 15 No. 1
Law, A.M., and Kelton, W.D., (1991), Simulation Modeling and Analysis, McGraw-
Hill, New York.
NIST/SEMATECH, e-Handbook of Statistical Methods, What are the basic steps for
developing an effective process model?, https://www.itl.nist.gov/div898/
handbook/pmd/ section4/ pmd41.htm, diakses: 5 Oktober 2018.
Pemerintah Indonesia, (2007), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta.
S. Scheer, A. Gardi, R. Guillande, G. Eftichidis, V. Varela, B. de Vanssay, L. Colbeau-
Justin., (2011). Handbook of Tsunami Evacuation Planning, Scientific and
Technical Reports : Italy

283

You might also like