You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 3 Nomor 2 tahun 2018


Hal 50 - 57
Juni 2018

PROFIL GURU BK TERSERTIFIKASI DALAM PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM


BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI BANDA ACEH

Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis


Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala
Email: rinaamaulizaa@gmail.com

ABSTRACT

The implementation of guidance is used by guidance and counseling teachers in helping students to be
able to solve students' problems in school, and the need for guidance and counseling programs prepared
by the teacher, namely analyzing counseling needs, developing a continuous guidance and counseling
program based on the needs of students developmental approach, develop a plan for the implementation
of a guidance and counseling program, and plan the facilities and costs of implementing a guidance and
counseling program. Guidance and counseling services are directed to assist students in solving problems
faced by students at school. This study aims to determine the description of the preparation and
procedures for the implementation of guidance and counseling programs conducted by certified BK
teachers. The method used in this study is a quantitative approach with a type of descriptive research.
The population in this study were all guidance and counseling teachers in Banda Aceh City Senior High
School as many as 34 people. Sampling uses purposive sampling technique, namely guidance and
counseling teachers who have passed 21 certifications. Data collection in this study used a questionnaire.
Conclusions in the study that the program preparation for certified BK teachers obtained an average
value of 123.04 included in the medium category while the program implementation for certified BK
teachers obtained an average value of 20.52 included in the good category

Keywords: BK teacher, certified, program preparation and implementation

ABSTRAK

Pelaksanaan bimbingan digunakan guru bimbingan dan konseling dalam membantu siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah siswa di sekolah, serta perlu adanya penyusunan program bimbingan dan
konseling yang disusun oleh guru, yaitu menganalisis kebutuhan konseling, menyusun program
bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasarkan kebutuhan peserta didik secara komprehensif
dengan pendekatan perkembangan, menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling,
dan merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Layanan
bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi
oleh siswa di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyusunan dan prosedur
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilakukan guru BK tersertifikasi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri Kota Banda Aceh
sebanyak 34 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu guru bimbingan
dan konseling yang telah lulus sertifikasi sebanyak 21 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan angket. Simpulan dalam penelitian bahwa penyusunan program pada guru BK
tersertifikasi diperoleh nilai rata-rata sebesar 123,04 termasuk ke dalam kategori sedang sedangkan pada
pelaksanaan program pada guru BK tersertifikasi diperoleh nilai rata-rata sebesar 20,52 termasuk ke
dalam kategori baik.

Kata kunci: guru BK, tersertifikasi, penyusunan dan pelaksanaan program

ISSN: 2615-0344 50
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

PENDAHULUAN

Pelayanan bimbingan dan konseling saat ini cukup mendapat apresiasi dari masyarakat,
khususnya di sekolah. Guna menjamin keberlangsungan pelayanan di masa depan serta
menjaga kualitas bagi pengguna layanan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan
khususnya di sekolah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Permendiknas) yang dijadikan sebagai
aturan dasar bagi para guru bimbingan dan konseling untuk memiliki standar dan kompetensi
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah pada saat sekarang ini telah memperoleh
dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yakni dengan hadirnya Permendikbud No. 111
Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pertanggal 08
Oktober 2014. Permendikbud menjadi rujukan penting, khususnya bagi para guru bimbingan
dan konseling dalam menyelenggarakan dan mengadministrasikan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Kehadiran peraturan menteri ini, yaitu secara resmi mulai diterapkannya
pola bimbingan dan konseling yang komprehensif, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6
Ayat (1) pada Permendikbud No. 111 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Komponen
layanan bimbingan dan konseling memiliki empat program yang mencakup, (a) layanan
dasar, (b) layanan peminatan dan perencanaan individual, (c) layanan responsif, dan (d)
layanan dukungan sistem. Penyusunan program bimbingan dan konseling, yaitu menguasai
konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli,
menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling, dan merancang program
bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dilakukan dengan
cara menginplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif.
Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara tegas menunjukkan adanya
keseriusan dan komitmen yang tinggi pada pihak pemerintah dalam upaya meningkatkan
profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang akhirnya pada peningkatan kualitas
pendidikan Nasional. Sesuai dengan Pasal 42 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 yang mensyaratkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 28 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 8 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 yang mengamanatkan bahwa guru harus memiliki
kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi
kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen
pembelajaran secara formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik
minimum diperoleh melalui pendidikan tinggi dan sertifikat kompetensi pendidik diperoleh
setelah lulus ujian sertifikasi. Demikian juga halnya untuk meningkatkan profesionalisme guru
termasuk guru bimbingan dan konseling. Pemerintah mengadakan program sertifikasi yang
merupakan bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi
profesional seorang guru.
Sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat
kompetensi sesuai standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru bimbingan dan konseling
adalah pengakuan terhadap seseorang yang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling setelah dinyatakan lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh LPTK pada Program Studi Bimbingan dan Konseling yang terakreditasi
(Dinas Pendidikan Republik Indonesia, 2008:277).
Kompetensi yang diakses adalah penguasaan kemampuan akademik sebagai landasan
keilmuan dari segi penyelenggaraan layananan ahli di bidang bimbingan dan konseling.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 sertifikasi merupakan bagian dari peningkatan

ISSN: 2615-0344 51
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

mutu guru dan kesejahteraannya. Melalui sertifikasi diharapkan semua guru termasuk guru
bimbingan dan konseling menjadi pendidik yang profesional. Guru bimbingan dan konseling
berpendidikan minimal S1/D4 dan dibuktikan dengan memiliki sertifikat konselor setelah
dinyatakan lulus uji kompetensi.
Program sertifikasi guru adalah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Apabila
kompetensi guru bimbingan dan konseling bagus, maka diharapkan kinerjanya juga baik,
sehingga dapat membuahkan pelayanan yang bermutu kepada siswa. Sebab secara teoritik,
guru BK yang sudah mendapatkan sertifikat diharapkan dapat memberikan pelayanan BK yang
bermutu.
Berdasarkan observasi awal peneliti di SMA Negeri se-Kota Banda Aceh terkait dengan
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling menunjukkan bahwa pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah belum terlaksana secara optimal. Seperti halnya
pelaksanaan layanan konseling individu yang belum terlaksana secara optimal. Selama ini
guru bimbingan dan konseling belum mengaplikasikan pendekatan konseling dalam proses
layanan. Selain itu seharusnya layanan konseling individu terjadi atas dasar sukarela. Selama ini
layanan konseling individu dapat terlaksana apabila guru bimbingan dan konseling sudah
mengetahui permasalahan tersebut sebelumnya kemudian guru bimbingan dan konseling
memanggil siswa yang sedang bermasalah, bukan dari kesukarelaan siswa tersebut datang
kepada guru bimbingan dan konseling dalam upaya untuk memecahkan masalahnya.
Dengan kata lain, siswa cenderung enggan dan sungkan untuk berhubungan dengan guru
bimbingan dan konseling di sekolah. Untuk layanan dalam format kelompok seperti layanan
bimbingan kelompok juga belum dapat terlaksana. Selama ini dari guru bimbingan dan
konseling telah memprogramkan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dilakukan minimal
satu minggu sekali, akan tetapi yang selama ini terjadi program tersebut baru sekedar wacana,
belum ada realisasinya (Nurihsan, 2007:23).
Di samping itu, guru bimbingan dan konseling dihadapkan pada permasalahan mengenai
keterbatasan kemampuan dalam penguasaan teknologi yang dapat membantu proses
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Akibat keterbatasan dalam
penguasaan teknologi juga menghambat pelaksanaan kegiatan pendukung seperti dalam
penyusunan instrumen, penggunaan instrumen yang masih terbatas pada beberapa instrumen
saja seperti observasi dan wawancara, pengolahan data hasil instrumen yang masih manual,
dan menghimpun data dari hasil pelayanan yang tidak rutin dilakukan. Berdasarkan uraian di
atas maka penulis ingin melaksanakan suatu penelitian dengan judul “Profil Guru BK
Tersertifikasi dalam Penyusunan dan Pelaksanaan Program”.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif


adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada
variabel, hipotesis, dan pertanyaan spefisik, dengan menggunakan pengukuran dan observasi,
serta pengujian teori) dengan menggunakan strategi penelitian survei yang memerlukan data
statistik. Menurut Arikunto (2010:27) penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang memberikan gambaran tentang fenomena-fenomena yang terjadi saat ini.
Menurut pendapat Arikunto (2010:3) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksud untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Populasi adalah kelompok besar dari wilayah yang menjadi lingkup penelitian. menurut
Sugiyono (2008:55) mendefinisikan populasi sebagai objek atau subjek yang mempunyai

ISSN: 2615-0344 52
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
disimpulkan. Sesuai dengan judul penelitian, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kota Banda Aceh sebanyak 34 orang.
Sampel merupakan sebagian dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Arikunto (2010:183) sampel bertujuan dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah seluruh guru
bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kota Banda Aceh yang telah lulus sertifikasi
sebanyak 21 orang di SMA Negeri yang ada di Kota Banda Aceh.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket
merupakan alat pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang
ditujukan kepada subjek atau responden penelitian. Angket dalam penelitian digunakan untuk
mengungkapkan tentang implementasi kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling
setelah sertifikasi. Dalam penelitian ini jika dipandang dari cara menjawabnya, maka peenliti
menggunakan angket tertutup. Dengan empat alternatif pilihan jawaban, responden tinggal
menjawab yang telah disediakan. Data angket berupa empat alternatif pilihan jawaban, yaitu
Sangat Baik (SB), Baik (B), Kurang Baik (KB), dan Sangat Tidak Baik (STB).
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2008:147) menyatakan bahwa metode deskriptif kuantitatif digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menghitung nilai
rata-rata dan menghitung nilai persentase.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui
implementasi kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri Kota Banda
Aceh setelah sertifikasi. Deskripsi hasil penelitian ini akan dijelaskan melalui hasil analisis
deskripsi persentase secara keseluruhan. Berdasarkan data hasil penelitian bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 21 orang yakni diperoleh hasil:

Penyusunan Program pada Guru BK Tersertifikasi


Berdasarkan data hasil penelitian pada penyusunan program pada guru BK tersertifikasi.
Maka dapat diketahui bahwa pada penyusunan program pada guru BK tersertifikasi. Sebanyak
18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan dapat membedakan jenis-jenis asesmen dalam
pelayanan BK, yaitu teknik tes dan non tes. Sebagian besar guru BK, yaitu sebanyak 20 orang
atau 95,24% menyatakan memanfaatkan instrumen non tes untuk mengungkap data diri siswa
yang berhubungan dengan prestasi belajarnya. Sebanyak 15 orang guru BK atau 71,43%
menyatakan dapat membedakan asesmen tes dan non tes. Sebanyak 17 orang guru BK atau
80,95% menyatakan mendapatkan informasi kebutuhan siswa saya mengunakan asesmen
instrumen tes. Sebanyak 19 orang guru BK atau 90,48% menyatakan mendapatkan informasi
masalah sosial ekonomi, keadaan keluarga dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari,
saya mengunakan instrumen tes.
Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95% menyatakan dapat menggunakan instrumen non
tes sesuai dengan prosedur penggunaan. Sebanyak 5 orang guru BK atau 23,81% menyatakan
melakukan asesmen hanya untuk mengumpulkan informasi lingkungan siswa. Sebanyak 15
orang guru BK atau 71,43% menyatakan melaksanakan asesmen saya hanya menggunakan satu
jenis instrumen (alat pengumpul data). Sebanyak 5 orang guru BK atau 23,81% menyatakan
asesmen tidak terlalu penting dalam penetapan program. Sebanyak 17 orang guru BK atau
80,95% menyatakan belum dapat mengoperasikan software instrumen melalui
komputer/laptop dalam melakukan pengolahan data hasil instrumentasi.

ISSN: 2615-0344 53
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

Sebanyak 19 orang guru BK atau 90,48% menyatakan menentukan teknis asesmen tidak
harus mempertimbangkan usia siswa. Seluruh guru BK, yaitu sebanyak 21 orang atau 100%
menyatakan menyusun pedoman terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Sebanyak
18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan mengumpulkan data siswa, saya hanya
menggunakan instrumen yang sudah tersedia di sekolah. Sebanyak 15 orang guru BK atau
71,43% menyatakan instrumentasi saya gunakan juga sebagai pedoman untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan layanan BK. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan
selalu merahasiakan identitas siswa saat menggunakan informasi untuk keperluan riset.
Sebanyak 14 orang guru BK atau 66,67% menyatakan memberitahukan hasil instrumentasi
kepada seseorang yang membutuhkan dengan tetap menjaga kode etik kerahasiaan.
Sebanyak 15 orang guru BK atau 71,43% menyatakan menganalisis hasil instrumentasi
guna mengidentifikasi kebutuhan siswa yang paling penting. Sebanyak 13 orang guru BK atau
61,90% menyatakan menganggap kebutuhan siswa dari tahun ke tahun sama saja, karena itu
program BK tidak perlu dirubah. Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95% menyatakan program
BK yang disusun berpedoman pada hasil identifikasi kebutuhan siswa. Sebanyak 18 orang guru
BK atau 85,71% menyatakan hanya membuat program tahunan dan tidak perlu membuat
program semesteran, bulanan dan mingguan. Seluruh guru BK, yaitu sebanyak 21 orang atau
100% menyatakan membuat program BK dimulai dari program tahunan sampai harian.
Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95% menyatakan program yang disusun sama dengan
program tahun lalu.
Seluruh guru BK, yaitu sebanyak 21 orang atau 100% menyatakan mengatur jadwal
rencana pelaksanaan program dengan cara membuat kalender kegiatan BK. Sebanyak 3 orang
guru BK atau 14,29% menyatakan tidak menyusun kalender kegiatan pelaksanaan pelayanan
BK. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan tidak mengkomunikasikan rencana
pelaksanaan program BK pada pihak administrasi dan supervisi sekolah. Seluruh guru BK, yaitu
sebanyak 21 orang atau 100% menyatakan merencanakan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan BK. Seluruh guru BK, yaitu sebanyak 21 orang atau
100% menyatakan mengajukan daftar usulan anggaran program kegiatan pelayanan BK bukan
di awal tahun ajaran. Seluruh guru BK, yaitu sebanyak 21 orang atau 100% menyatakan
mengkomunikasikan daftar usulan anggaran kegiatan pelayanan BK kepada bagian
keuangan/bendahara sekolah yang telah disetujui oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan Program pada Guru BK Tersertifikasi


Berdasarkan data hasil penelitian pada pelaksanaan program pada guru BK tersertifikasi.
Maka dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan program pada guru BK tersertifikasi. Sebagian
besar guru BK, yaitu sebanyak 20 orang atau 95,24% menyatakan memberikan pelayanan yang
berbeda kepada siswa sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Sebanyak 15 orang guru BK
atau 71,43% menyatakan memberikan pelayanan BK hanya kepada siswa yang bermasalah saja.
Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan dapat membedakan jenis-jenis asesmen
dalam pelayanan BK, yaitu teknik tes dan non tes. Sebanyak 14 orang guru BK atau 66,67%
menyatakan memberikan pelayanan saya sesuaikan dengan ranah kerja BK. Sebanyak 15 orang
guru BK atau 71,43% menyatakan memberikan pelayanan berupa konseling individu kepada
siswa yang terganggu mentalnya.
Sebanyak 13 orang guru BK atau 61,90% menyatakan bekerja sama denga teman sejawat
untuk memberikan pelayanan BK pada siswa. Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95%
menyatakan memberikan layanan kepada siswa yang mencakup keseluruhan bidang pelayanan
BK. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan memberikan pelayanan kepada siswa
yang sejalan dengan pencapaian visi dan misi sekolah. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71%
menyatakan tidak segera memberikan layanan mediasi untuk siswa yang sedang terlibat
pertikaian. Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95% menyatakan mengundang nara sumber
dari luar untuk menyelesaikan permasalahan siswa. Sebanyak 19 orang guru BK atau 90,48%
menyatakan tidak pernah menggunakan pendekatan atau model konseling khusus dalam
pelaksanaan pelayanan BK.

ISSN: 2615-0344 54
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

Seluruh guru BK, yaitu sebanyak 21 orang atau 100% menyatakan menentukan jenis
layanan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71%
menyatakan memecahkan masalah pribadi siswa, saya memberikan layanan dengan format
konseling individu. Sebanyak 15 orang guru BK atau 71,43% menyatakan layanan bimbingan
kelompok jarang dilakukan. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71 menyatakan bahwa dalam
memberikan layanan konseling dapat menyesuaikan dengan keinginan siswa di sekolah.
Sebanyak 14 orang guru BK atau 66,67% menyatakan membagi kebutuhan layanan berdasar
volume kegiatan BK yang ideal. Sebanyak 15 orang guru BK atau 71,43% menyatakan
menyesuaikan/ menyelaraskan rencana pelaksanaan pelayanan BK sesuai dengan program
sekolah.
Sebanyak 13 orang guru BK atau 61,90% menyatakan bila ada siswa yang mengalami
masalah tertetntu yang tidak dapat dipecahkan sendiri, saya bahas bersama dengan staf sekolah
lainnya, termasuk kepala sekolah dan orang-orang yang dibutuhkan dalam kegiatan konferensi
kasus. Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95% menyatakan bila ada masalah siswa yang
berhubungan dengan masalah keluarga yang tidak selesai di sekolah, saya melakukan kegiatan
home visit. Sebanyak 18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan bila ada masalah siswa di luar
kemampuan dan wewenang saya untuk menanganinya, saya melakukan kegiatan referal kepada
orang yang lebih ahli.

Pembahasan

Pada dasarnya penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling


berbanding terbalik yang telah direncanakan, karena yang dilibatkan di awal rencana
penyusunan yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru BK, wali kelas, dan guru bidang
studi. Tetapi waktu pelaksanaan hanya guru BK yang terlibat dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling. Menurut pendapat Walgito (2010:18) dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang dilibatkan yaitu (1) kepala sekolah merupakan
penanggungjawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh termasuk pelayanan bimbingan dan
konseling, (2) wakil kepala sekolah memiliki tugas membantu melaksanakan tugas-tugas kepala
sekolah termasuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, (3) koordinator bimbingan
dan konseling merupakan pelaksana utama yang mengkoordinasi layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, (4) guru pembimbing merupakan pelaksana utama layanan bimbingan
dan konseling bersama koordinator bimbingan dan konseling, (5) wali kelas memiliki peran
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, dan (6) gurumata pelajaran
merupakan pelaksana pengajaran yang bertanggungjawab memberikan informasi tentang siswa
untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Di dalam pelaksanaan program
bimbingan belajar yang dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana program yang telah disusun,
karena di penyusunan program bimbingan belajar layanan yang direncanakan untuk
diberikan kepada siswa, yaitu layanan informasi dengan materi pengenalan struktur kurikulum
dan kalender pendidikan, kriteria ketuntasan minimal, kenaikan kelas, pilihan jurusan,
kebiasaan belajar yang baik, kekuatan dan kelamahan diri, dan cara menghadapi ulangan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tingkat kategori kurang baik memperoleh tingkat
persentase 4,76% dengan frekuensi sebanyak 1 orang, pada tingkat kategori sedang
memperoleh tingkat persentase 14,29% dengan frekuensi sebanyak 3 orang, dan pada kategori
baik dengan memperoleh tingkat persentase 80,95% dengan frekuensi sebanyak 17 orang.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata pada pelaksanaan program pada guru BK
tersetifikasi sebesar 20,52 termasuk ke dalam kategori baik.
Dapat diketahui bahwa pada penyusunan program pada guru BK tersertifikasi. Sebanyak
18 orang guru BK atau 85,71% menyatakan dapat membedakan jenis-jenis asesmen dalam
pelayanan BK, yaitu teknik tes dan non tes. Sebagian besar guru BK, yaitu sebanyak 20 orang
atau 95,24% menyatakan memanfaatkan instrumen non tes untuk mengungkap data diri
siswa yang berhubungan dengan prestasi belajarnya.

ISSN: 2615-0344 55
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

Sebanyak 15 orang guru BK atau 71,43% menyatakan dapat membedakan asesmen tes
dan non tes. Sebanyak 17 orang guru BK atau 80,95% menyatakan mendapatkan informasi
kebutuhan siswa saya mengunakan asesmen instrumen tes. Sebanyak 19 orang guru BK atau
90,48% menyatakan mendapatkan informasi masalah sosial ekonomi, keadaan keluarga dan
perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, saya mengunakan instrumen tes.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling digunakan guru bimbingan dan konseling dalam
membantu siswa untuk dapat menyelesaikan masalah siswa di sekolah, serta perlu adanya
penyusunan program bimbingan dan konseling yang disusun oleh guru, yaitu menganalisis
kebutuhan konseling, menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan
berdasarkan kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan,
menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling, dan merencanakan sarana
dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan
konseling diarahkan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh
siswa di sekolah.
Pada penyusunan program bimbingan belajar layanan yang direncanakan yaitu layanan
informasi dengan materi pengenalan struktur kurikulum dan kalender pendidikan, kriteria
ketuntasan minimal, kenaikan kelas, pilihan jurusan, kebiasaan belajar yang baik, kekuatan
dan kelamahan diri, dan cara menghadapi ulangan. Layanan penguasaan konten dengan
materi mengembangkan kebiasaan belajar, peningkatan motivasi belajar, belajar teratur dan
terprogram. Penyusunan program bimbingan belajar guru BK bekerja sama dengan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan guru bidang studi untuk merencanakan
penyusunan program bimbingan di sekolah. Guru BK dengan kepala sekolah dalam menyusun
program dalam bentuk konsultasi program yang akan di buat. Didalam membicarakan
penyusunan program bimbingan dan konseling kepala sekolah juga menanyakan kepada guru
BK bagaimana perkembangan terhadap masalah belajar siswa yang pernah ditangani guru
bimbingan dan konseling dan hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam menyelesaikan
masalah belajar tersebut. Hambatan yang dialami guru bimbingan dan konseling ketika
menyelesaikan masalah belajar siswa, seperti siswa kurang terbuka untuk menceritakan latar
belakang masalah yang sedang dihadapi.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tingkat kategori kurang baik memperoleh tingkat
persentase 9,52% dengan frekuensi sebanyak 2 orang, pada tingkat kategori sedang
memperoleh tingkat persentase 23,81% dengan frekuensi sebanyak 5 orang, dan pada kategori
baik dengan memperoleh tingkat persentase 66,67% dengan frekuensi sebanyak 14 orang.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai rata-rata pada penyusunan program pada
guru bimbingan dan konseling tersetifikasi sebesar 123,04 termasuk ke dalam kategori sedang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari hasil
penelitian ini adalah:

1. Penyusunan program pada guru BK tersertifikasi diperoleh pada tingkat kategori kurang
baik memperoleh tingkat persentase 9,52% dengan frekuensi sebanyak 2 orang, pada
tingkat kategori sedang memperoleh tingkat persentase 23,81% dengan frekuensi
sebanyak 5 orang, dan pada kategori baik dengan memperoleh tingkat persentase 66,67%
dengan frekuensi sebanyak 14 orang. Diperoleh nilai rata-rata pada penyusunan program
pada guru BK tersertifikasi sebesar 123,04 termasuk ke dalam kategori sedang.
2. Pelaksanaan program pada guru BK tersertifikasi diperoleh pada tingkat kategori kurang
baik memperoleh tingkat persentase 4,76% dengan frekuensi sebanyak 1 orang, pada
tingkat kategori sedang memperoleh tingkat persentase 14,29% dengan frekuensi
sebanyak 3 orang, dan pada kategori baik dengan memperoleh tingkat persentase 80,95%

ISSN: 2615-0344 56
Rina Mauliza, Dahliana Abd, Martunis
Profil guru bk tersertifikasi dalam penyusunan...

dengan frekuensi sebanyak 17 orang. Diperoleh nilai rata-rata pada pelaksanaan program
pada guru BK tersertifikasi sebesar 20,52 termasuk ke dalam kategori baik.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Diharapkan dalam melaksanakan program bimbingan belajar guru BK tidak hanya
memberikan motivasi belajar kepada siswa dan mengadakan remedial di akhir semester,
seharusnya guru BK memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa dalam bentuk
cara mengikuti pelajaran, cara membuat tugas, dan cara menghadapi ujian kepada siswa.
2. Bagi stakeholder dapat dijadikan masukan untuk menilai kinerja guru bimbingan dan
konseling dari segi penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
sebagai bahan masukan dalam memberikan pembinaan dan pembimbingan yang
profesional kepada guru bimbingan dan konseling setelah sertifikasi.
3. Bagi dinas pendidikan dan LPTK dapat dijadikan informasi atas kinerja guru bimbingan
dan konseling, sehingga diharapkan dapat menggiatkan pelatihan yang berkaitan tentang
kegiatan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan profesional guru bimbingan dan
konseling setelah sertifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2006. Naskah Akademik Program


Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Pendidik. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

ISSN: 2615-0344 57

You might also like