You are on page 1of 14

SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.

1 Juni 2019

Peningkatan Karakter Bersahabat


Melalui Layanan Bimbingan Kelasikal
dengan Pendekatan Experiential Learning
Yosep Yoga Pranata1 & Gendon Barus2
1SMA Citra Berkat Citra Indah, Bogor, 2Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
e-mail: 1yosepyogapranata95@gmail.com, 2 bardon.usd@gmail.com

Abstract
This study aims to improve the character of friendliness among the students through class guidance
services using the experiential learning approach and measure the effectiveness of class guidance services
using the experiential learning approach in students’ perspective.This research is a Guidance and
Counseling action research completed in three cycles. The subjects of this study involved 30 students of
class VII B of SMP Aloysius Turi academic year 2016/2017. The instrument of this research was Friendliness
Character Test, Self Assesment Scale of Friendly Character, validation scale of the effectiveness of the model
in the students’ perspective. The realibility coefficient of the friendly character test was considered very
high (0.885) and self assesment scale for friendship character was categorized as very high (0.950)
measured from the Cronbach’s alpha. The technique for data analysis used the category for score items, one
group pretest-posttest, and paired sample t-test. The result shows that there was a significant development
of friendly character before and after the treatment and this model is effective to develop the students’
friendly character.

Keywords: character education, classroom guidance action research, experiential learning, friendly

Pendahuluan bersahabat dengan siswa lainnya. Ada dua


Tindak kekerasan di kalangan pelajar faktor yang menyebabkan pelajar
masih marak terjadi. Menurut data KPAI melakukan tawuran, yaitu faktor eksternal
(Komisi Perlindungan Anak Indonesia) seperti pergaulan buruk dengan teman
jumlah kekerasan antar siswa setiap tahun sebaya dan orang dewasa di sekitarnya dan
bertambah pesat. Data tahun 2013 faktor internal seperti motivasi ingin
menunjukkan jumlah kekerasan terjadi diakui/diterima kelompok sebaya, uji
255 kasus yang menewaskan 20 siswa kesaktian diri, dan pamer keberanian.
diseluruh Indonesia. Data ini menunjukkan Sehubungan dengan hal tersebut, maka
peningkatan dibandingkan tahun 2012 perlu upaya bersama, baik dari sekolah,
yang mencapai 147 kasus dengan jumlah orang tua, lingkungan maupun siswa itu
korban tewas mencapai 17 siswa. sendiri untuk mencegah terjadinya
Sedangkan pada tahun 2014 KPAI tawuran antar siswa.
menerima 2737 kasus atau 210 kasus Lickona 1991 (Wahyuni & Mustadi,
setiap bulannya, termasuk kasus kekerasan 2016) mengungkapkan bahwa ada sepuluh
dengan pelaku anak-anak yang naik tanda-anda zaman yang perlu diwaspadai,
mencapai 10%.KPAI memprediksi pada karena jika tanda-tanda itu sudah ada,
tahun 2015 angka kekerasan dengan berarti sebuah bangsa sedang menuju
pelaku anak-anak termasuk tawuran antar jurang kehancuran. Tanda-tanda yang
siswa akan meningkat sekitar 12% sampai dimaksud adalah: 1) meningkatnya
18%. (www.indonesianreview.com). kekerasan di kalangan remaja; 2)
Disinyalir, permasalahan di atas membudayanya ketidakjujuran; 3) adanya
terjadi karena siswa kurang mempunyai rasa saling curiga dan kebencian diantara
karakter yang baik dalam bergaul maupun sesama; 4) semakin rendahnya rasa hormat

1
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

kepada orang tua dan guru; 5) pengaruh mengejek/menghina teman tertentu yang
peer group yang kuat dalam tindak berbeda keyakinan, kelompok, sara, status
kekerasan; 6) semakin kaburnya pedoman sosial ekonomi. Permasalahan ini erat
moral baik dan buruk; 7) penggunaan kaitannya dengan lemahnya karakter
bahasa dan kata-kata yang buruk; 8) bersahabat di kalangan siswa. Penanaman
penyalahgunaan seksual dan anak-anak karakter bersahabat di SMP Santo Aloysius
menjadi cepat dewasa; 9) rendahnya rasa Turi telah dilakukan dengan melaksanakan
tanggung jawab individu dan warga kegiatan apel pagi. Melalui kegiatan apel
negara; dan 10) meningkatnya perilaku pagi, siswa saling bertegur sapa dan
merusak diri, seperti narkoba, alkohol, dan bertatap muka di halaman sekolah,
seks bebas. sehingga nuansa bersahabat muncul antar
Jika dicermati, kesepuluh tanda yang siswa. Namun usaha itu belum sepenuhnya
dikemukakan oleh Lickona di atas berhasil mereduksi motif agressi
nampaknya mulai menggejala di Indonesia (bullying/premanisme) di kalangan siswa
dewasa ini. Hal ini menimbulkan sehingga perlu alternatif tindakan yang
keprihatinan bagi semua kalangan terlebih lebih efektif untuk meningkatkan karakter
bagi praktisi pendidikan. Mengingat peran bersahabat di kalangan siswa.
penting pendidikan dalam pembentukan Tindakan yang dipilih dalam
dan pengembangan karakter siswa, maka penelitian ini adalah layanan bimbingan
berbagai upaya peningkatan karakter kelasikal dengan pendekatan experiential
bangsa harus terus dilaksanakan. learning. Selain menjadi kegiatan yang
Peningkatan pendidikan karakter di SMP menyenangkan dan berbeda dari sekedar
(remaja awal) harus terus dilakukan demi ceramah, pendekatan experiential learnig
memperbaiki kualitas karakter generasi mempunyai banyak kekuatan, diantaranya
bangsa. memberikan kesempatan kepada siswa
Peningkatan karakter remaja sangat untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar
ditentukan oleh pendidikan yang diterima secara aktif. Belajar berdasarkan
dari orang-orang dewasa di sekitarnya. pengalaman lebih terpusat pada
Sekolah merupakan lembaga yang pengalaman belajar siswa yang bersifat
berperan penting selain keluarga. terbuka dan siswa mampu membimbing
Keduanya memberikan andil besar dalam dirinya sendiri. Tindakan dilakukan dalam
meningkatkan karakter siswa. Guru di tiga siklus dengan mengaplikasikan tiga
sekolah memiliki peran yang strategis topik bimbingan yang padat muatan nilai-
dalam meningkatkan karakter siswa nilai karakter bersahabat, yaitu: Aku
karena guru mengambil sebagian peran Berharga, Menghargai Orang lain, dan Gaul
orang tua untuk menyampaikan it’s Oke.
pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap. Fokus sorot PTBK ini ingin mengurai
Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan sebagai berikut: 1) Apakah
penulis mendapati ada beberapa siswa karakter bersahabat dapat ditingkatkan
yang mengganggu temannya saat sedang melalui penerapan pendidikan karakter
belajar, menghina guru mata pelajaran, berbasis layanan bimbingan klasikal
mencuri barang milik teman yang tinggal di dengan pendekatan experiential learning?,
asrama, bersahabat hanya dengan teman 2) jika dapat ditingkatkan, seberapa tinggi
tertentu (diskriminatif), siswa kurang peningkatannya pada setiap siklus?, 3)
empati terhadap teman yang sedang apakah peningkatan tersebut signifikan
mendapatkan musibah, dan siswa antar siklus?, dan 4) menurut penilaian

2
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

siswa seberapa efektif implementasi lainnya sesat. Ketika terjadi hal demikian,
layanan bimbingan klasikal dengan agama yang sangat baik adanya dan
pendekatan ex periential learning untuk seharusnya mempersatukan umat manusia
meingkatkan karakter bersahabat? justru disalahfungsikan, sehingga terkesan
Fathurrohman, dkk (2013) bahwa agama malah memisah-misahkan
menjelaskan ada beberapa tantangan umat manusia. Fanatisme sempit yang
pendidikan karakter di sekolah. radikal menjadikan orang terbelenggu
Diantaranya adalah dekadensi moral dan dalam persahabatan menurut
fanatisme/intoleran. Salah satu penyebab entitas/identitas dan intoleran terhadap
dekandensi moral adalah bertebarnya kelompok lain yang tidak seidentitas
konten negatif melalui kemajuan teknologi dengan dirinya. Situasi ini melahirkan
yang sangat pesat. Kemajuan teknologi persahabatan semu, rapuh, bahkan
mempermudah semua orang dari berbagai menebar saling kecurigaan.
belahan dunia untuk berkomunikasi Lickona (Wibowo, 2012:32)
termasuk menyebarkan informasi mengatakan karakter merupakan sifat
mengenai berbagai hal baik maupun buruk. alami seseorang dalam merespon situasi
Oleh karena segala informasi (buruk) secara bermoral. Sifat alami itu
mudah diakses, seperti perjudian, tindak dimanifestasikan dalam tindakan nyata
kekerasan, pornografi/porno aksi, ujaran melalui tingkah laku yang baik, jujur,
kebencian, dan konten negatif lainnya bertanggung jawab, menghormati orang
sedangkan remaja Indonesia belum siap lain, dan karakter mulia lainnya. Menurut
menghadapi kemajuan teknologi dan Kevin Ryan dan Bohlin (Fathurrohman,
dampak buruknya, maka dekandensi moral dkk: 2013) pendidikan karakter adalah
merebak di kalangan usia pelajar di upaya sungguh-sungguh untuk membantu
Indonesia. seseorang memahami, peduli, dan
Di lain sisi, fanatisme sempit dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai
intoleransi yang buta terhadap pendapat, etis. Karakter mulia meliputi pengetahuan
mazhab, keyakinan, keberadaan, dan hak- tentang kebaikan, lalu menimbulkan
hak orang lain sangat bernafsu komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan
menanamkan pengaruh kepada generasi akhirnya benar-benar melakukan
muda bangsa. Fanatisme dan intoleransi ini kebaikan. Karakter mengacu kepada
merupakan salah satu akibat dari serangkaian pengetahuan, sikap, dan
kemerosotan moral, karena fanatisme motivasi. Pendidikan karakter membantu
sempit seperti ini menjadi pemicu siswa untuk memahami, peduli, bertindak
terjadinya pertentangan dan koyaknya dengan mengoptimalkan potensi siswa
nilai-nilai kemanusiaan universal yang yang disertai dengan kesadaran, emosi, dan
cinta damai, rukun-harmoni, menghargai motivasinya. Tujuannya untuk membentuk
keberagaman, dan hidup penuh pribadi anak supaya menjadi manusia yang
persahabatan. baik.
Ada kelompok tertentu orang di zaman Pendidikan karakter diselenggarakan
sekarang sangat fanatik terhadap untuk mewujudkan manusia yang
kelompok dan kelas sosial mereka. Satu berakhlak mulia dan bermoral baik
sama lain saling berselisih dan saling sehingga kelangsungan hidup dan
menyerang. Contohnya dalam perbedaan perkembangan manusia dapat dijaga dan
agama, banyak orang menganggap dipelihara. Lickona (2012) menjelaskan
agamanyalah yang paling benar dan agama bahwa pendidikan karakter mengharapkan

3
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

peserta didik semakin mampu menilai, memungkinkan orang mengekspressikan


peduli dan bertindak sesuai dengan sikap, perkataan, dan tindakan yang
kebenaran yang diyakini. Artinya menyebabkan orang lain merasa senang
pendidikan karakter menjadi bekal bagi dan aman atas kehadiran dirinya.
peserta didik dalam menanggapi persoalan Dapat disimpulkan bahwa karakter
yang terjadi di masyarakat dengan prinsip bersahabat adalah sifat alami seseorang
nilai-nilai universal yang diyakini yang terwujud dalam tingkah laku terkait
kebenarannya. hubungan emosional yang dijalin oleh dua
Bersahabat merupakan hubungan orang atau lebih dengan tujuan saling
yang didasari oleh persamaan yang terpenuhinya kebutuhan dan kesenangan
mempengaruhi perilaku dan kepercayaan pada orang yang menjalani.Tidak bisa
satu sama lain serta seseorang akan dipungkiri bahwa persahabatan dapat
mendapatkan kesenangan dari hubungan dengan mudah diketahui oleh orang lain
tersebut (Kail & Cavanaugh, 2010). Ketika meski tidak terlibat didalamnya.
seseorang merasa ada kesamaan, ada Parker dan Asher (1993) menegaskan
kenyamanan dalam berbagi baik suka terdapat enam aspek karakter bersahabat,
maupun duka antara dirinya dengan orang yaitu : (1) Dukungan dan kepedulian
lain, maka orang tersebut cenderung (validation and caring)—sejauh mana
mendekatinya untuk dijadikan sahabat. hubungan ditandai dengan kepedulian,
Bersahabat merupakan hubungan dukungan, dan minat; (2) Pertemanan dan
yang melibatkan kesenangan, kepercayaan, rekreasi (companionship and recreation )—
saling menghormati, saling mendukung, sejauh mana menghabiskan waktu
perhatian, dan spontanitas (Hall, 1995). bersama dengan teman-teman baik di
Biasanya seseorang akan mendapatkan dalam maupun di luar lingkungan sekolah;
sahabat tanpa adanya suatu perencanaan, (3) Bantuan dan bimbingan (help and
sahabat akan datang dengan sendirinya guidance)—sejauh mana teman-teman
seiring dengan proses sosialisasi yang berusaha membantu satu sama lain dalam
dijalani. menghadapi tugas-tugas rutin dan
Baron & Byrne (2004) mendifinisikan menantang; (4) Pertukaran yang akrab
bahwa bersahabat adalah hubungan yang (intimate change)—sejauh mana
membuat dua orang atau lebih hubungan ditandai dengan pengungkapan
menghabiskan waktu bersama, informasi pribadi dan perasaan. (5)
berinteraksi dalam berbagai situasi, tidak Pengungkapan informasi pribadi dan
mengikuti orang lain dalam hubungan perasaan—harus dilandasi dengan
tersebut, dan saling memberikan dukungan pemahaman diri sendiri sebelum
emosional. Tanda persahabatan sesorang mengungkapkannya kepada orang lain;
dapat dilihat dari adanya interaksi dan (6) Pemecahan masalah (conflict
seseorang yang melakukan berbagai resolution)—sejauh mana perselisihan
aktivitas dengan sahabatnya. Dalam dalam hubungan diselesaikan secara
aktivitas bersahabat, berlangsung efesien dan baik.
perjumpaan komunikatif di mana individu Menurut Kurth (Handayani, 2006) ciri-
melakukan interaksi yang saling ciri siswa yang mencintai persahabatan
memperhatikan, rasa senang berbicara, sebagai berikut : (1) Sukarela, dimana
bergaul, dan bekerja sama dengan orang hubungan dalam sebuah persahabatan
lain. Di sana terjalin dan tumbuh subur hati dibentuk atas dasar kesukarelaan penuh,
dan perasaan cinta damai yang sedangkan dalam berteman masih terdapat

4
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

kesan bahwa hubungan terjalin selama Papalia & Feldman (2014)


adanya kerja sama. (2) Unik—keunikan memaparkan bahwa kelompok sebaya
merupakan ciri khas persahabatan yang merupakan sumber afeksi, simpati,
menjadikannya tidak dapat tergantikan pemahaman, dan penuntun moral; tempat
oleh bentuk hubungan lain. (3) Kedekatan bagi sebuah eksperimen; dan pengaturan
dan keintiman—yang menandai untuk mencapai otonomi serta
persahabatan dan hubungan teman sangat kemandirian dari orang tua. Tempat untuk
berbeda secara nyata. Hubungan antar membentuk hubungan intimasi yang
teman biasanya tidak disertai dengan menyediakan sebuah latihan bagi intimasi
adanya kedekatan dan keintiman. di masa dewasa.
Walaupun demikian, kualitas keintiman Saat anak mulai memasuki masa
tidak selalu sama pada setiap sahabat yang remaja, sistem sosial sebaya menjadi lebih
dimiliki seseorang. (4) Harus dipelihara terelaborasi dan beragam. Salah satu
agar dapat bertahan. Hubungan sistem sosial sebaya adalah geng. Geng
persahabatan tetap bisa hilang ketika merupakan struktur kelompok dari
hubungan tersebut tidak di pelihara pertemanan yang melakukan hal-hal
dengan baik. Walaupun dalam bersama-sama. Brown & Klute (Papalia &
persahabatan terkadang ada konflik- Feldman, 2014) mengatakan bahwa geng
konflik kecil yang terjadi, pihak-pihak yang dan kerumunan cenderung meyebabkan
ada di dalamnya akan berusaha seseorang menjadi pengecut dalam
membicarakan pemicu terjadinya konflik. kemajuan masa remajanya. Keberanian
Tentu saja hal ini dilakukan agar hubungan mereka semu, karena mengandalkan
terjalin hangat dan akrab kembali. keroyokan.
Parlee (Siregar, 2010) Karakter bersahabat erat kaitannya
mengidentifikasi 8 karakteristik siswa yang dengan tugas perkembangan yaitu
mampu membangun persahabatan sebagai mengembangkan keterampilan
berikut: (1) Kesenangan yaitu suka komunikasi interpersonal dan belajar
menghabiskan waktu dengan sahabat. (2) bergaul dengan teman sebaya atau orang
Penerimaan yaitu menerima sahabat tanpa lain, baik secara individual maupun
mecoba mengubah mereka. (3) Percaya kelompok (Jahja, 2011:238). Selain itu,
yaitu berasumsi bahwa sahabat akan karakter bersahabat juga erat kaitannya
berbuat sesuatu yang sesuai dengan dengan tugas perkembangan menerima
kesenangan sahabatnya. (4) Respek yaitu fisiknya sendiri berikut keragaman
berpikiran bahwa sahabat membuat kualitasnya karena untuk bergaul dengan
keputusan yang baik. (5) Saling membantu orang lain, seseorang perlu untuk
yaitu menolong dan mendukung sahabat menerima keadaan fisiknya sendiri.
dan mereka juga melakukan hal yang Layanan bimbingan kelasikal
demikian. (6) Menceritakan rahasia yaitu bertumpu pada fungsi pencegahan dan
berbagi pengalaman dan masalah yang pengembangan, termasuk di dalamnya
bersifat pribadi kepada sahabat. (7) penguatan pendidikan karakter. Makrifah
Pengertian yaitu merasa bahwa sahabat & Wiryo Nuryono (2014) mengemukakan
mengenal dan mengerti dengan baik antara bimbingan klasikal merupakan suatu
satu dengan yang lain, dan (8) Spontanitas layanan bimbingan dan konseling yang
yaitu meraa menjadi diri sendiri ketika diberikan kepada siswa oleh guru
berada d dekat sahabatnya. bimbingan dan konseling atau konselor
sekolah kepada sejumah siswa dalam

5
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

satuan kelas yang dilaksanakan di dalam menggunakan layanan bimbingan klasikal,


atau di luar kelas. guru lebih efektif dalam memberikan
Hartinah (2009) mengidentifikasi pelayanan, karena dengan satu kali
beberapa keuntungan menggunakan pertemuan, guru bisa memberikan
bimbingan klasikal di sekolah, yaitu (1) pelayanan kepada seluruh siswa dalam
Siswa bermasalah dapat mengenal dirinya satu kelas (Hartinah, 2009).
melalui teman-teman di kelasnya. Siswa Romlah (2006) memaparkan strategi
dapat membandigkan potensi dirinya layanan bimbingan klasikal yang sangat
dengan yang lain. siswa dibantu siswa yang erat kaitannya dengan pendekatan
lain dalam menemukan dirinya, begitu juga experiential learning. Strategi atau teknik
sebaliknya. (2) Melalui kelas, karakter tersebut meliputi: ekspositori, diskusi
positif siswa dapat dikembangkan seperti kelompok, bermain peran, permainan
toleransi, saling menghargai, kerja sama, simulasi. Experiential learning adalah suatu
tanggung jawab, disiplin, kreativits, proses belajar mengajar yang
persahabatan, dan lain sebagainya. (3) mengaktifkan pembelajaran untuk
Melalui kelas dapat dihilangkan beban- membangun pengetahuan dan ketrampilan
beban moril seperti malu, penakut, dan serta nilai-nilai juga sikap melalui
sifat-sifat egoistis, agresif, manja, dan pengalamannya secara langsung.
sebagainya. (4) Melalui kelas, dapat Experiential learning ini lebih bermakna
dihilangkan ketegangan-ketegangan emosi, ketika pembelajar berperan serta dalam
konflik-konflik, kekecewaan-kekecewaan, melakukan kegiatan (Nasution, 2005).
curiga-mencurigai, iri hati, dan lain Tujuan model pembelajaran experiential
sebagainya. (5) Dapat dikembangkan learning adalah untuk mempengaruhi
gairah hidup dalam melakukan tugas, suka siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah
menolong, disiplin, dan sikap-sikap sosial struktur kognitif siswa, mengubah sikap
lainnya. siswa, dan memperluas keterampilan yang
Tujuan bimbingan klasikal untuk telah ada pada siswa. Ketiga hal ini
mengembangkan dimensi sosial- kemudian menjadi fokus pendekatan
psikologis, keterampilan hidup, klarifikasi experiential learning (Baharuddin
nilai, dan perubahan sikap perilaku danWahyuni, 2010).
individu dalam kelompok (Barus, 2015). Experiential learning adalah sebuah
Bimbingan klasikal memunculkan pendekatan dalam penyelenggaraan
perubahan yang positif pada diri individu. bimbingan kelompok, dengan
Secara lebih luas, bimbingan klasikal menggunakan dinamika kelompok yang
membantu individu-individu dalam efektif. Suatu dinamika kelompok
mengembangkan perasaan, pikiran, dikatakan efektif ketika dapat
persepsi, wawasan dan sikap yang menghadirkan suasana kejiwaan yang
menunjang pada perwujudan tingkah laku. sehat diantara peserta kegiatan,
Bimbingan klasikal memiliki andil meningkatkan spontanitas, munculnya
yang besar dalam proses bidang perasaan positif (seperti senang, rileks,
perkembangan hingga mencapai karakter gembira, menikmati, dan bangga),
tertentu pada siswa di sekolah. Layanan meningkatkan minat atau gairah untuk
bimbingan klasikal memiliki sifat yang lebih terlibat dalam proses kegiatan,
fleksibel karena dapat diaplikasikan untuk memungkinkan terjadinya katarsis, serta
pengembangan, pencegahan, perbaikan meningkatnya pengetahuan dan
hingga pemeliharaan. Selain itu, dengan

6
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

keterampilan sosial (Prayitno, dkk, Metode Penelitian


1998:90). Penelitian ini menggunakan prosedur
Experiential learning menekankan penelitian tindakan kelas dalam konteks
pada sebuah model pembelajaran yang proses pelaksanaan bimbingan dan
holistik dalam proses belajar. Pengalaman konseling, sehingga penelitian ini menjadi
memiliki peranan yang sangat penting bagian dari penelitian tindakan bimbingan
dalam proses belajar atau dengan kata lain dan konseling. Penelitian ini beranjak dari
pengetahuan tercipta karena adanya rendahnya karakter bersahabat.
transformasi dari pengalaman Selanjutnya diberikan tindakan perbaikan
(experience). Pengetahuan merupakan berupa layanan bimbingan klasikal dengan
hasil perpaduan antara memahami dan pendekatan experiential learning sebagai
mentransformasi pengalaman (Kolb, upaya untuk meningkatkan karakter
1984). Melalui pendekatan experiential bersahabat siswa.
learning siswa dapat memperoleh nilai- Desain penelitian ini mengikuti tahap-
nilai, sikap, pengetahuan akan hal baik tahap penelitian tindakan kelas model
melalui suatu kegiatan, dan melalui Kemmis dan Mc Taggart (Hopkins, 2008)
kegiatan tersebut siswa mendapatkan yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas
pengalaman yang positif. Sehingga siswa tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas
menjadikan pengalamannya tersebut beberapa tahapan yaitu perencanaan,
menjadi suatu proses pembelajaran yang pelaksanaan tindakan, observasi, dan
bermakna. refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada
Pendekatan Experiential learning bulan Mei-Juni 2017 dengan penjadwalan
memiliki kelebihan, diantaranya sebagai berikut:
meningkatkan semangat dan gairah Tabel 1. Jadwal Kegiatan Bimbingan
belajar, membantu terciptanya suasana Klasikal
belajar yang kondusif, memunculkan Siklus Hari, Waktu Topik Durasi
Tanggal Bimbingan
kegembiraan dalam proses belajar,
I Jumat, 19 07.30- Aku Berharga 90’
mendorong dan mengembangkan proses Mei 2017 09.00
berpikir kreatif, dan mendorong siswa II Jumat, 26 07.30- Menghargai 90,
Mei 2017 09.00 Orang Lain
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang III Jumat, 2 07.30- Gaul it’s oke 90,
yang berbeda. Sejalan dengan itu, Prayitno, Juni 2017 09.00
dkk (1998) mengatakan pendekatan Subyek penelitian ini adalah siswa
experiential learning dapat menghadirkan kelas VIIB SMP Santo AloysiusTuri Sleman
suasana kejiwaan yang sehat diantara Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/ 2017.
siswa, meningkatkan spontanitas, Kelas ini terdiri dari 30 siswa dengan 16
munculnya perasaan positif (seperti siswa laki-laki dan 14 siswi perempuan.
senang, rileks, gembira, menikmati, dan Obyek penelitian ini adalah karakter
bangga), meningkatkan minat atau gairah bersahabat siswa kelas VII B.Teknik
untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, pengumpulan data yang digunakan adalah
memungkinkan terjadinya katarsis, serta tes, kuesioner (angket), observasi
meningkatnya pengetahuan dan (pengamatan), dan gabungan. Tes
keterampilan sosial. Berdasarkan bertujuan untuk mendapatkan data dari
kelebihan yang termuat di dalamnya, maka hasil pre-test dan post-test peningkatan
pendekatan experiential learning diduga karakter bersahabat. Sementara itu, teknik
efektif untuk meningkatkan karakter non tes dalam penelitian ini digunakan
bersahabat siswa. untuk mengetahui karakter bersahabat

7
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

setiap siklus melalui self assessment scale menunjukkan keduapuluh item soal tes
dan skala efektivitas implementasi valid.
pendidikan karakter bersahabat menurut Skala penilaian diri dalam penelitian
penilaian para siswa. ini berbentuk pertanyaan check list dengan
Dalam penelitian ini, tes yang menggunakan skala Likert. Sugiyono
digunakan berupa tes karakter bersahabat (2013) menjelaskan bahwa skala Likert
yang disusun dalam bentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur sikap,
dengan alternatif jawaban bergradasi pendapat, dan persepsi seseorang atau
mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing sekelompok orang tentang fenomena
alternatif jawaban memiliki kebenaran. sosial. Jawaban setiap item dalam skala
Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban penilaian diri memiliki gradasi sangat
yang sungguh mewakili pengaplikasian positif sampai sangat negatif, berupa
nilai karakter bersahabat. Sedangkan skor responsi frekuensi sangat sering (ss),
1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sering (s), kadang-kadang (kk), tidak
sangat kurang mewakili nilai karakter pernah (tp). Skala penilaian diri dibagikan
bersahabat. dan diisi oleh siswa pada setiap akhir siklus
Penyusunan soal tes diawali dengan atau topik bahasan. Skala ini digunakan
membuat kisi-kisi yang memuat konstruk untuk mengukur responsi perseptual siswa
aspek karakter bersahabat dan terhadap penguasaan materi/bahan yang
indikatornya berdasarkan konsep Parker & disajikan dalam layanan bimbingan
Asher (1993). Aspek karakter bersahabat karakter bersahabat. Konstruksi Self
yang dikonstruk dalam tes ini memiliki Assesment Scale Karakter Bersahabat
keterkaitan erat dengan topik-topik berdasarkan 3 topik bimbingan, yaitu Aku
bimbingan. Aspek Intimate Change terkait Berharga, Menghargai Orang Lain, dan Gaul
dengan topik bimbingan “Aku Berharga”. It’s Oke. Hasil uji validitas menemukan
Aspek Help and guidance terkait dengan keduapuluh item skala valid.
topik bimbingan “Menghargai Orang Lain”. Untuk memvalidasi efektivitas proses
Conflict resolution terkait dengan topik tindakan dalam PTBK ini, dipakai Kuisioner
“Menghargai Orang Lain”. Aspek Validasi Efektifitas Model (menurut
Companionship and recreations terkait penilaian siswa) berbentuk pernyataan
dengan topik bimbingan “Gaul it’s Oke”. checklist with Guttman scale. Sugiyono
Sedangkan aspek Validation and caring (2013: 139) menjelaskan bahwa
juga terkait dengan topik bimbingan pengukuran dengan tipe ini, akan
“Menghargai Orang Lain”. Peneliti hanya memperoleh respon yang tegas, yaitu “ya-
mengangkat aspek 1, 2, 3, 4, dan 6. Aspek tidak”.
yang tidak terakomodir ke dalam topik Hasil uji reliabilitas Tes Karakter
bimbingan adalah aspek Conflict and Bersahabat diperoleh nilai Alpha sebesar
betrayal. Conflict and betrayal merupakan 0,885 dan nilai Alpha Self Assesment Scale
sejauh mana hubungan ditandai dengan sebesar 0,950. Hasil uji normalitas Shapiro-
argumen, perselisihan, rasa kesal, dan Wik menunjukkan sampel penelitian
ketidak percayaan. Aspek Conflict and berasal dari populasi yang berdistribusi
betrayal kontradiktif dengan aspek yang normal.
lain karena kurang mencerminkan
kualitas-kualitas karakter yang positif. Uji
validitas Tes Karakter Bersahabat

8
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

Prosedur Penelitian dan sesudah tindakan (posttest) seperti


tampak pada grafik Gambar 2 berikut.
64.00 63.60
62.00 60.53
60.00
58.00
Pre test Post test

Series1

Gambar 2. Peningkatan Rata-Rata Skor


Karakter Bersahabat Siswa Antara Pretest
dan Posttest

Grafik pada Gambar 2 di atas


menunjukkan bahwa capaian skor siswa
antara sebelum (pretest) dan sesudah
(posttest) rata-rata mengalami kenaikan.
Gambar 1: Prosedur Penelitian Komposisi sebaran data distribusi
peningkatan karakter bersahabat antara
Peningkatan hasil antara sebelum dan pretest dan posttest sebagai berikut.
sesudah tindakan dilakukan, diukur
dengan menghitung selisih antara rata-rata
100
skor posttest dikurangi pretest.
50 17 24
Peningkatan nilai diukur dengan desain 0 -513-6-5-6106 5133 4 0 211012-8-69-62 4 0 0-76 0
One Group Pretest-Posttest (Sugiyono, 0
2013) di mana D = O2 (Pos test) - O1 (Pre 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
-50
test). Sementara itu, hipotesis tindakan
diuji denga teknik uji t paired sample test; Pretest Posttest Selisih
digunakan untuk menganalisis signifikansi Gambar 3: Komposisi Sebaran Subyek
peningkatan skor karakter bersahabat Berdasarkan Capaian Skor Karakter
antara pre-test dan post-test serta antar Bersahabat Antara Pretest dan Posttest
siklus (Sugiyono, 2013:274). Validasi
efektivitas proses tindakan layanan Pada gambar 3 di atas tampak
bimbingan klasikal ditakar dengan peningkatan capaian skor setiap siswa.
menghitung persentase respon positif (ya) Peningkatan capaian skor ditunjukkan oleh
dari penilaian siswa terhadap kualitas- garis berwarna hijau.
kualitas proses yang dinyatakan dalam Dengan menggunakan kuesioner Self
butir Kuisioner Validasi Efektifitas Model. Assesment Scale pada setiap akhir siklus
dalam implementasi PTBK ini, diperoleh
Hasil Penelitian dan Pembahasan data peningkatan karakter bersahabat
Hasil pengukuran menggunakan pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi
Tes Karakter Bersahabat menunjukkan antarsiklus sebagai berikut.
terjadi peningkatan jumlah rata-rata skor
siswa 3,07 poin antara sebelum (pretest)

9
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

62.00 60.03 61 implementasi pendidikan karakter ini


60.00 58.37 benar-benar efektif.
58.00 56.17 Hasil uji T berdasarkan data pretest
56.00 dan posttes tampak pada Tabel 2 berikut
54.00
ini.
52.00
Tabel 2
Hasil Uji t-tes Peningkatan Karakter
Bersahabat Antara Sebelum dan Sesudah
Implementasi Layanan Bimbingan
Karakter
Gambar 4. Peningkatan Rata-Rata Skor
Paired Differences
Karakter Bersahabat Siswa Setiap Siklus
95% Confidence
Sig. (2-
Std. Std. Error Interval of the T df
Mean tailed)
Difference
Grafik peningkatan rata-rata skor Deviation Mean
Lower Upper
karakter bersahabat di atas PRETEST- -3.06667 7.92174 1.44631 -6.02469 -.10864 -2.120 29 .043
memperlihatkan bahwa mulai pra tindakan POSTTEST

hingga siklus III capaian rata-rata skor Hasil uji Paired Sample Test
siswa meningkat 4,83 poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
membuktikan bahwa implementasi yang signifikan (0.043) rata-rata skor
pendidikan karakter bersahabat melalui karakter bersahabat antara sebelum dan
layanan bimbingan klasikal dengan sesudah tindakan senilai 3.066. Ho ditolak,
pendekatan experiential learning efektif artinya secara statistik karakter
dan dapat meningkatkan karakter bersahabat dapat ditingkatkan secara
bersahabat siswa. Data distribusi signifikan melalui layanan bimbingan
peningkatan karakter bersahabat di atas klasikan dengan pendekatan experiential
memperlihatkan bahwa mulai pra tindakan learning pada siswa kelas VII B SMP
hingga siklus III capaian skor siswa Aloysius Turi.
mengalami peningkatan. Adapun
komposisi sebaran subjek berdasarkan Tabel 3. Hasil Uji T-Test Peningkatan
Karakter Bersahabat Antar Siklus
capaian skor karakter bersahabat antar
siklus terlihat sebagai berikut. Paired Differences

95% Confidence
100 Interval of the
T df
Sig. (2-
Difference tailed)

Std. Std. Error


Mean Lower Upper
0 Deviation Mean

Pair 1 Pra – SiklusI -2.200 9.327 1.703 -5.683 1.283 -1.292 29 .207
1 3 5 7 9 11131517192123252729
Prasiklus –
Pair 2 -3.867 9.737 1.778 -7.503 -.231 -2.175 29 .038
SiklusII
PRA TINDAKAN SIKLUS I
Prasiklus –
Pair 3 -4.833 10.531 1.923 -8.766 -.901 -2.514 29 .018
SiklusIII
SIKLUS II SIKLUS III
Pair 4 SiklusI – SiklusII -1.667 4.205 .768 -3.237 -.097 -2.171 29 .038

Gambar 5. Komposisi Profil Capaian Skor Pair 5 SiklusI – SiklusIII -2.633 4.937 .901 -4.477 -.790 -2.921 29 .007

Karakter Bersahabat antar Siklus Pair 6


SiklusII -
SiklusIII
-.967 3.275 .598 -2.189 .256 -1.617 29 .117

Setelah mengetahui gambaran capaian


skor pendidikan karakter bersahabat, Data tabel 3 menunjukkan bahwa
penelitian ini perlu menguji signifikansi terjadi peningkatan skor karakter
peningkatan karakter bershabat melalui bersahabat secara signifikan antarsiklus
layanan bimbingan klasikan dengan tindakan prasiklus ke siklus 2 dan 3
pendekatan experiential learning agar maupun dari siklus 1 ke siklus 2 dan 3.
dapat mengetahui kebermaknaan Sementara itu prasiklus ke siklus 1 dan
peningkatan skor sebagai penguat bahwa

10
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

siklus 2 ke siklus 3 peningkatan tidak siswa benar-benar mengalami/ merasakan


sifnifikan. kualitas proses yang tercermin dari
Penilaian siswa terhadap efektivitas pernyataan-pernyataan positif saat
proses layanan bimbingan klasikal dengan implementasi layanan bimbingan karakter
pendekatan experiential learning disajikan berlangsung. Pengakuan ini menunjukkan
dalam tabel berikut. bahwa implementasi pendidikan karakter
Tabel 4. Efektivitas Proses Layanan melalui layanan bimbingan klasikal dengan
Bimbingan Klasikal Menurut Penilaian pendekatan experiential learning sangat
Siswa
efektif digunakan untuk meningkatkan
Dalam kegiatan bimbingan karakter karakter bersahabat.
No ini, saya Ya %
mengalami/memperoleh/merasa: Keefektifan implementasi pendidikan
1 Semangat untuk mengikuti kegiatan 29 97%
karakter dibuktikan melalui hasil penilaian
Keberanian untuk tampil/melakukan siswa yang menyatakan bahwa siswa
2 sesuatu 23 77%
Gembira/senang dalam melaksanakan
merasa semangat dan gembira dalam
3 kegiatan 30 100% melaksanakan kegiatan, lebih kreatif,
4 Berani berpendapat 21 70%
5 Lebih Kreatif 28 93% berani mencoba melakukan sesuatu,
6 Berani mencoba melakukan sesuatu 28 93% keinginan untuk menolong orang lain,
7 Takut salah dalam melakukan permainan 5 17% kegiatan ini dinilai bermanfaat dalam
8 Malu dalam permainan kelompok 4 13% memperbaiki perilaku, terdorong untuk
9 Dihargai oleh teman-teman 23 77%
terlibat aktif, dan puas terhadap
10 Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan 26 87%
Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti bimbingan yang diberikan. Layanan
11 kegiatan 26 87%
12 Manfaat bagi perbaikan perilaku 28 93%
bimbingan klasikal dengan pendekatan
Kemudahan bagi siswa dalam experiential learning juga diakui hampir
13 mengangkap materi 26 87%
14 Keinginan untuk menolong orang lain 28 93%
semua siswa mampu membangun sikap
15 Puas terhadap bimbingan yang diberikan 27 90% berani bertanggung jawab, menghargai
16 Tertantang utuk mencoba 26 87%
Capek/lelah/bosan dalam mengikuti
teman, mesediaan bekerja
17 semua kegiatan 3 10% sama/kekompakan tim, mempererat rasa
18 Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti 28 93%
19 Terdorong untuk terlibat aktif 27 90%
persaudaraan/persahabatan, ketaatan
20 Berani bertanggungjawab 30 100% terhadap norma/ peraturan/petunjuk,
21 Menghargai teman 28 93%
22 Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim 28 93%
memotivasi siswa untuk berusaha/daya
Mempererat rasa juang, membangun
23 persaudaraan/persahabatan 30 100%
Ketaatan terhadap
kepedulian/kesetiakawanan,
24 norma/peraturan/petunjuk 27 90% meningkatkan kesadaran siswa
Memotivasi siswa untuk berusaha/daya
25 juang 30 100% memperbaiki diri, mendorong siswa lebih
26 Membangun kepedulian/kesetiakawanan 28 93% disiplin, dan membuat hubungan guru-
27 Peningkatan keingintahuan siswa 30 100%
Peningkatan kesadaran siswa siswa akrab/hangat/ dekat. Efektivitas ini
28 memperbaiki diri 30 100% sesuai dengan penegasan Baharuddin dan
29 mendorong siswa lebih disiplin 29 97%
Membuat hubungan guru-siswa Wahyuni (2010) bahwa experiential
30 akrab/hangat/dekat 27 90% learnig mempengaruhi siswa dengan tiga
*) Keterang: item nomor 7, 8, dan 17 merupakan item negatif
cara, yaitu mengubah struktur kognitif
siswa, mengubah sikap siswa, dan
Berdasarkan data tabel 4 terdapat 20
memperluas keterampilan yang telah ada
item efektivitas yang diakui lebih dari 90%
pada siswa.
siswa terkandung dalam proses layanan
Penggunaan media permainan
bimbingan yang diberikan. Hasil penilaian
(games) menjadi kekhasan dalam layanan
itu menegaskan bahwa hampir semua
bimbingan klasikal dengan pendekatan

11
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

experiential learning. Bimbingan klasikal Kemudian siswa diajak memaknai


dengan pendekatan experiential learning pengalaman ketika menggambar dan
yang lebih mengedepankan simulasi membacakan gambar milik temannya.
permainan menyebabkan siswa terlibat Siswa membagikan hasil refleksi
aktif dan kreatif dalam berdinamika pengalamannya dengan mengungkapkan
bersama. Setiap siklus dalam peelitian ini makna secara lisan dibalik permainan
menggunakan permainan sebagai salah tersebut. Siswa mengambil makna dalam
satu cara agar siswa belajar dari hal yang permainan tersebut, “sebenarnya setiap
dialami langsung dan mampu memaknai orang memiliki kekurangan dan
setiap permainan untuk diwujudkan dalam kelebihannya sendiri-sendiri, maka tidak
kehidupan nyata. Dalam hal ini Prayitno, perlu malu ketika kekurangan tersebut
dkk (1998) mengatakan pendekatan diketahui oleh orang lain. Namun yang
experiential learning dapat menghadirkan perlu dilakukan adalah berbenah diri,
suasana kejiwaan yang sehat diantara dengan berbenah diri seseorang akan
siswa, meningkatkan spontanitas, semakin merasa berharga”. Aktivitas
munculnya perasaan positif (seperti tersebut sebagai proses membagikan
senang, rileks, gembira, menikmati, dan pengalaman pada siswa lainnya. Refleksi
bangga), meningkatkan minat atau gairah individu dan sharing merupakan bagian
untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, dalam pendekatan experiential learning.
memungkinkan terjadinya katarsis, serta Topik bimbingan “Menghargai Orang
meningkatnya pengetahuan dan Lain” (siklus 2) berhasil menggerakkan
keterampilan sosial. Kualitas-kualitas siswa untuk belajar menghargai perbedaan
itulah yang mampu pendapat dirinya degan temannya mealui
menumbuhkembangkan/ meningkatkan sebuah permainan “Terserang Nuklir”.
perilaku bersahabat di kalangan siswa. Proses permainan berbentuk diskusi
Tindakan pada siklus I dengan topik tersebut juga dapat disebut sebagai proses
“Aku Berharga” bertujuan agar siswa mengalami. Siswa diajak untuk berdiskusi,
mampu menghargai dirinya sendiri berpendapat, bahkan mengkritik pendapat
terlebih dahulu sebelum ia menghargai teman yang berbeda. Peneliti memberikan
sahabat. Sejauh mana hubungan ditandai penguatan dan kesimpulan dengan
dengan pengungkapan informasi pribadi memutarkan video “Two choice”. Video
dan perasaan (Parker & Asher, 1993). tersebut mengungkapkan bahwa orang
Pengungkapan informasi pribadi dan dapat menjadi baik dengan menghargai diri
perasaan harus dilandasi dengan sendiri dan menghargai orang lain.
pemahaman diri sendiri sebelum Ditekankan bahwa orang tidak mungkin
mengungkapkannya kepada orang lain. menghargai orang lain jika belum
Permainan “Menggambar Jari” (pada menghargai dirinya sendiri.
siklus 1) mempu mengajak siswa untuk Peningkatan karakter bersahabat
mengenal dan memahami apa yang ada melalui layanan bimbingan klasikal dengan
pada dirinya. Siswa yang sebelumnya tidak pendekatan experiential learning sangat
pernah memikirkan pengalaman sedih, bermanfaat bagi penyelesaian tugas
pengalaman bahagia, sifat buruk yang ada perkembangan siswa SMP (remaja). Tugas
dalam diri, sifat yang disukai pada teman, perkembangan itu adalah mengembangkan
sifat yang tidak disuakai pada teman, dan keterampilan komunikasi interpersonal
hal positif pada diri, menjadi memikirkan dan belajar bergaul dengan teman sebaya
hal tersebut dan berproses didalamnya. atau orang lain, baik secara individual

12
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

maupun kelompok (William Kay dalam Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi
Jahja, 2011). sosial 2. Jakarta: Erlangga.
KESIMPULAN Barus,Gendon. (2015). Menakar Hasil
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Pendidikan Karakter Terintegrasi di
disimpulkan bahwa: SMP. Cakrawala Pendidikan, Juni 2015,
1. Karakter bersahabat dapat ditingkatkan Th XXXIV No.2.
secara signifikan melalui layanan Fathurrohman, Pupuh., Aa Suryana, Feni
bimbingan klasikal dengan pendekatan Fatriani. (2013). Pengembangan
experiential learning pada siswa kelas Pendidikan Karakter. Bandung: Refika
VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran Aditama.
2016/2017. Peningkatan tersebut Hall, E. (1983). Psychology today an
memperkuat keyakinan bahwa guru BK introduction (5𝑡ℎ ed). New York:
harus hadir dan semakin dilibatkan Random House. Inc.
dalam memperkuat karakter para siswa, Handayani, P. T. (2006). Hubungan antara
bukan dengan ceramah, melainkan kualitas persahabatan dengan
dengan menerapkan pendekatan kesepian pada wanita lajang. Skripsi
experiential learning. (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas
2. Siswa yang menjadi partisipan Psikologi Universitas Gunadarma.
penelitian ini menilai bahwa kualitas- Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar
kualitas proses yang berlangsung dalam Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika
layanan bimbingan klasikal dengan Aditama.
pendekatan experiential learning sangat Hopkins, David. (2008). A Theacher’s Guide
efektif meningkatkan karakter to Classroom Research Fourth Editions.
bersahabat pada siswa karena hampir England: Open university Press.
semua siswa mengakui bahwa melalui Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi
layanan bimbingan yang diberikan Perkembangan. Jakarta: Kencana
siswa merasa semangat dan gembira Prenada Media
dalam melaksanakan kegiatan, lebih Kail, Robert V &John C, Cavanaugh. (2010).
kreatif, berani mencoba melakukan Human Development: A Life- Span View.
sesuatu, muncul keinginan untuk CA: Wadsworth Cengange Learning.
menolong orang lain, terdorong untuk Kolb. (1984). Experiential Learning:
terlibat aktif, berani bertanggung jawab, Experience as the Source of Learning
menghargai teman/bekerja sama, and Development. New Jersey: Prentice
mempererat rasa persaudaraan/ Hall.
persahabatan, membangun Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
kepedulian/kesetiakawanan, www.indonesianreview.com
meningkatkan kesadaran siswa Lickona, Thomas. (2012). Mendidik untuk
memperbaiki diri, dan membuat Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi
hubungan guru-siswa akrab/ Aksara.
hangat/dekat. Nasution. (2005). Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar.
Daftar Pustaka Bandung: Bumi Aksara.
Baharuddin, Wahyuni, E.N. (2010). Teori Makrifah, Fanistika Lailatul & Wiryo
Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Nuryono. (2014). Pengembangan
Ar-Ruzz Media. Paket Permintaan dalam Layanan

13
SOLUTION, Jurnal of Counseling and Personal Development Vol. 1 No.1 Juni 2019

Bimbingan Klasikal untuk Siswa di


SMP. Jurnal BK, Vol. 04, No. 3, 1-8.
Papalia, Diane E., & Ruth Duskin Feldman.
(2014)Menyelami Perkembangan
Manusia. Jakarta Selatan: Salemba
Humanika.
Parker, J., & Asher, R. (1993).Friendship
and friendship quality in middle
childhood: links with peer group
acceptance and feelings of loneliness
and social dissatisfaction. Journal of
Developmental Psychology.4, 611-621.
Prayitno, dkk. (1998). Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Sekolah
Dasar (buku I). Jakarta: Penebar
Aksara.
Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktik
Bimbingan Kelompok. Malang :
Penerbit Universitas Negeri Malang.
Siregar, A.R. (2010). Pengaruh Attachment
Style terhadap Kualitas Persahabatan
pada Remaja. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Medan: Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahyuni, M & Mustadi, A. (2016).
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Collaborative Learning
Berbasis Kearifan Lokal untuk
Meningkatkan Karakter Kreatif dan
Bersahabat..Cakrawala Pendidikan,
Oktober 2016, Th VI No.2.
Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14

You might also like