You are on page 1of 12

Volume 18, No.

3 December 2020, 312-323 Jurnal Ilmu Komunikasi


DOI: https://doi.org/10.31315/jik.v18i3.3919 P-ISSN 1693-3028; E-ISSN 2407-8220
Submitted: 10 November 2020, Revised: 23 December 2020, Accepted: 31 December 2020 Accredited Sinta 2 based on the Decree No. 30/E/KPT/2018

Self Disclosure Generasi Milenial melalui Second Account Instagram

Edy Prihantoro1, Karin Paula Iasha Damintana2, Noviawan Rasyid Ohorella3


Magister Ilmu Komunikasi, 2Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Gunadarma
1,3

Jl Margonda Raya No. 100, Depok, Indonesia


Email: edipri@staff.gunadarma.ac.id1; paulakarin17@gmail.com2; noviawanrasyid@gmail.com3*
*Corresponding author

Abstract
Millennials who were born together with technology are not far from technology, including the internet and social
media today, namely Instagram. The purpose of this study is to find self-disclosure with freedom of expression
and to eliminate the sense of insecurity felt by the millennial generation on the second Instagram account. The
method used by researchers is a qualitative descriptive method in which the researcher observes, interviews,
and documents several randomly selected informants starting from the age of 20 to 24 years (early adulthood).
The theory used is the self-disclosure theory of Joseph Luft and Hary Ingham and the social constructivism
paradigm. The results of the study explained that the average millennial generation has different levels of openness
because every human being has different personalities. The second account is free to express and share what
they want to share. The second account can help you to be more confident to appear bigger on the first account
and eliminate the feeling of insecurity. Communication is more intimate on the second account because the
account is locked and followers are only those closest to them. The substance of this research contributes in the
form of new policy recommendations for all millennial generations to always be confident and be themselves.
Keywords: Millennial Generation; Phenomenological; Self Disclosure

Abstrak
Generasi milenial yang lahir bersamaan dengan teknologi membuat tidak jauh dengan teknologi, antara lain
internet dan media sosial saat ini, yaitu Instagram. Tujuan dari penelitian ini untuk menemukan keterbukaan
diri atau self disclosure dengan kebebasan berekspresi dan menghilangkan rasa insecure yang dirasakan oleh
generasi milenial di second account Instagram. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif
kualitatif dimana peneliti melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap beberapa informan yang
dipilih secara acak berawal dari usia 20 sampai 24 tahun (dewasa awal). Teori yang digunakan adalah teori self-
disclosure dari Joseph Luft dan Hary Ingham, dan paradigma konstruktivisme sosial. Hasil penelitian menjelaskan
rata-rata generasi milenial memiliki tingkat keterbukaan yang berbeda-beda karena setiap manusia memiliki
kepribadian yang tidak sama persis. Di second account bebas berekspresi dan membagikan apa yang mereka
ingin bagikan. Second account dapat membantu diri untuk lebih percaya diri tampil lebih besar di first account dan
menghilangkan rasa insecure. Komunikasi yang dilakukan lebih intim di second account karena akun tersebut
dikunci dan pengikutnya hanya orang-orang terdekat saja. Substansi penelitian ini memberikan kontribusi berupa
rekomendasi kebijakan baru kepada seluruh generasi milenial untuk selalu percaya diri dan menjadi diri sendiri.
Kata kunci: Generasi Milenial; Fenomenologis; Self Disclosure

Pendahuluan namun tidak menutup kemungkinan orang lain


Pengungkapan diri atau self disclosure adalah yang bersangkutan menolak pengungkapan
kemampuan orang dalam memberikan reaksi, dirinya (Ignatius & Kokkonen, 2007).
tanggapan, atau informasi tentang dirinya yang Cangara (2016:165) menyatakan suatu
biasanya di sembunyikan atau situasi yang sedang upaya untuk memahami diri sendiri terkait
dihadapi untuk mencapai hubungan yang lebih dengan sebuah konsep yang dikenal dengan
jauh. Seseorang yang memiliki pengungkapan nama “Johari Window” atau Jendela Johari,
diri yang baik akan lebih memahami secara sebuah kaca jendela yang terdiri dari empat
mendalam perilakunya. Self disclosure biasanya bagian dimana keempat wilayah didalamnya
dilakukan kepada orang yang dipercainya. merupakan satu kesatuan yang terdapat pada diri
Seseorang melakukan pengungkapan diri setiap orang. Terdapat wilayah terbuka (open
kepada orang lain yang mendukungnya, area), buta (blind area), tersembunyi (hidden
312 Copyright © 2020 Published by Department of Communication Studies, Faculty of Political and Social Sciences, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.
This is an open access article under the CC BY license (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
Edy et al. Self Disclosure Generasi Milenial ... 313

atau avoid area), dan tidak dikenal (unknown apa yang diharapkan oleh orang yang memiliki
area). Teori ini digagas oleh dua psikolog second account tersebut. Hal itu memunculkan
Amerika, yaitu Joseph Luft dan Harrington bentuk dan dampak yang terjadi akibat self
Ingham pada 1955. Teori Jendela Johari juga disclosure yang dilakukan oleh seseorang
berkaitan dengan Emotional Intelligence Theory pada second account mereka masing-masing.
dan kesadaran individu serta peningkatan Pada penelitian yang dilakukan oleh
EQ yang berhubungan dengan kesadaran dan Emeraldien, Aulia, & Khelsea (2019) mengenai
perasaan manusia. Johari merupakan singkatan Instagram di UPN, Jawa Timur, bahwa
dari “Jo” berarti Joseph dan “Hari” berarti mahasiswa Sani yang memiliki Finstagram
Harrington. Konsep teori ini memiliki empat disebabkan adanya ketidakamanan atau kurang
perspektif yang masing-masing memiliki istilah percaya diri saat menggunakan akun utama
berbeda dimana setiap makna mengandung mereka. Para informan mengaku tidak berani
pemahaman-pemahaman yang mempengaruhi memposting apa yang ada di akun Finstagram
pandangan seseorang. Hal tersebut mengenai ke akun Instagram utama mereka. Sebab, itu
perasaan kesadaran dan perilaku yang dimiliki rawan mengubah citra diri dan bisa mengundang
dapat dipahami oleh diri sendiri, orang banyak cemoohan. Penelitian lain tentang
lain, atau keduanya dapat memahaminya. penggunaan second account Instagram juga
DeVito (2007), self disclosure adalah telah dilakukan oleh beberapa peneliti Dewi &
mengkomunikasikan informasi mengenai diri Janitra (2018); dan Kamilah & Lestari (2020).
kita sendiri kepada orang lain. Pada kajian Beberapa peneliti juga sudah melakukan
komunikasi interpersonal, self disclosure penelitian terkait penggunaan Instagram bagi
merupakan salah satu pendekatan yang paling pengguna remaja yang merupakan bagian dari
penting. Self disclosure adalah mengungkapkan generasi milenial oleh Sakti & Yulianto (2018);
informasi tentang diri kita yang biasanya tidak Mahendra (2017); Prihatiningsih (2017);
diketahui oleh orang lain. Pengungkaan diri Setiasih & Puspitasari (2015); dan Putra (2019).
melibatkan informasi yang kita komunikasikan Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh
kepada orang lain secara bebas atau informasi Indriyani (2017) mengenai “Pengungkapan Diri
yang biasanya kita sembunyikan, bisa jadi Siswa di Media Sosial Instagram” bahwa tingkat
menjadi sebuah informasi baru atau menjelaskan keterubukaan diri di Instagram sebanyak 83,43%
perasaan seseorang (DeVito, 2007:106). siswa XI SMA negeri Kuningan memiliki
Second account di Instagram merupakan hal pengungkapan diri yang tinggi atau negatif. Hal
baru yang dilakukan oleh banyak orang. Mereka itu menyebabkan bahwa media sosial seperti
melakukannya karena memiliki tujuan tertentu Instagram bisa mengakibatkan dampak buruk bagi
dan rata-rata yang melakukan hal tersebut adalah diri sendiri dan orang lain jika dilakukan tanpa
wanita. Penyebabnya emosi wanita sangat adanya batasan dalam melakukan keterbukaan
berbeda-beda dan mereka terkadang tidak ingin diri di Instagram. Penelitian lain tentang self
menahan sendiri. Adanya second account bisa disclosure sudah dilakukan dan dipublikasikan
menghasilkan hal yang berbeda dari yang tidak oleh Sagiyanto, & Ardiyanti (2018); Mahardika
kita duga. Banyak hal baru yang dikeluarkan & Farida (2019); Setiadi (2019); Miranda
oleh seseorang melalui akun sampingannya. (2019); Fauzia, Maslihah, & Ihsan (2019);
Emosi dan pikiran yang dituangkan lebih bebas dan Johana, Lestari, & Fauziah (2020)
karena seseorang membatasi followers pada Menggunakan teori Johari Window, peneliti
akun tersebut, serta pengikutnya adalah orang melakukan penelitian terhadap generasi milenial
yang dipercayainnya. Sehingga seseorang dengan Johari Window, sehingga narasumber
berani menuangkan pikiran dan emosi karena terlihat masuk ke dalam bagian jendela satu,
mereka saling percaya, tetapi tidak dipungkiri dua, tiga, atau empat yang menghasilkan
jika hasil dari orang lain akan sama dengan karakteristik dari pengguna dalam menggunakan
314 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 312-323

second account Instagram. Ketertarikan Penelitian ini menggunakan metode


penulisan dalam melakukan penelitian ini observasi. Observasi merupakan kegiatan
adalah ingin melihat bentuk dan dampak yang pengamatan secara inderawi yang direncanakan,
dihasilkan si pengguna dalam menggunakan sistematis dan hasilnya dicatat serta
Instagram dan masuk ke dalam bagian atau diinterpretasikan dalam rangka memperoleh
tipe apa di dalam teori Johari Window. pemahaman tentang objek yang diamati.
Pada penelitian deskriptif kualitatif maka
Metode Penelitian pengambilan data tersebut menggunakan
Objek penelitian ini adalah self disclosure beberapa teknik, yaitu: 1) Interview (wawancara)
dan subjeknya terdiri dari enam informan yaitu merupakan percakapan dengan maksud tertentu
generasi milenial berusia 20–24 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu antara
ini bersifat kualitatif dengan pendekatan pewawancara dengan mengajukan beberapa
deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pertanyaan kepada individu sebagai narasumber
atau menggambarkan secara sistematis faktual yang bersangkutan. Peneliti melakukan tanya
dan akurat mengenai faktor-faktor sifat serta jawab secara langsung dengan orang-orang
hubungan antara fenomena yang diteliti berupa yang memiliki second account di Instagram; 2)
kata-kata dan gambar bukan dengan angka-angka. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan
Metodologi kualitatif adalah prosedur data melalui pengumpulan dokumen-dokumen
penelitian yang menghasilkan data deskriptif untuk memperkuat informasi; 3) Observasi
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- merupakan sebuah teknik pengumpulan data
orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini yang dilaksanakan dengan cara mempelajari
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara dan mengadakan pengamatan secara langsung
holistik (utuh). Jadi tidak boleh mengisolasikan kedalam sebuah perusahaan untuk mendapatkan
individu atau organisasi ke dalam variabel atau bukti-bukti yang dapat mendukung dan
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai melengkapi hasil penelitian. Peneliti melakukan
bagian dari suatu keutuhan (Moleong, 2005). observasi di rumah melalui teknologi
Paradigma adalah bentuk suatu cara informasi dan komunikasi, yaitu media sosial.
pandang untuk memahami kompleksitas dunia Peneliti menggunakan teknik analisis data
nyata. Paradigma bersifat normatif, yang kualitiatif milik Miles dan Huberman. Kegiatan
menunjukan kepada praktisinya apa yang harus analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan. secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
Paradigma adalah kumpulan longgar dari data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
sejumlah asumsi yang dipegang bersama, Terjadi secara bersamaan sebagai sesuatu yang
konsep, atau proposisi yang mengarahkan saling jalin menjalin merupakan proses siklus
cara berfikir dan penelitifn atau sebagai cara dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan
mendasar untuk mempresepsi, menilai dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar
melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara yang membangun wawasan umum yang disebut
khusus tentang visi realitas (Moleong, 2005). “analisis”. Berikut adalah teknik analisis data
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti, yaitu: 1) Reduksi
kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Data merupakan kegiatan merangkum, memilih
Pendeketan fenomenologis adalah pendekatan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
yang diperoleh dengan memperhatikan fenomena hal penting. Catatan-catatan lapangan dengan
yang terjadi. Fenomena tersebut adalah fenomena memilih hal-hal pokok yang berhubungan dengan
yang terjadi pada generasi milenial yang nilai-nilai peran dan fungsi kepala sekolah dalam
berhubungan dengan penggunaan second account meningkatkan mutu yang diterapkan. Rangkuman
di Instagram dan melihat apa saja fungsi Instagram catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun
sebagai media self disclosure generasi milenial. secara sistematis agar memberikan gambaran
Edy et al. Self Disclosure Generasi Milenial ... 315

yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan Begitu pula dengan informan-informan
kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan peneliti yang semuanya menggunakan second
kembali; 2) Display Data dilakukan setelah data account di Instagram sebagai upaya untuk
direduksi. Langkah ini berguna untuk melihat melakukan self disclosure di media sosial dan
gambaran secara keseluruhan hasil penelitian, kepada orang lain (Bazarova & Choi, 2014;
baik yang berbentuk matrik atau pengkodean. Trepte, 2015). Hal itu akan memudahkan
Kemudian dari hasil reduksi data dan display keduanya untuk menilai kekurangan dan
data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kelebihan yang dimiliki seseorang tersebut serta
suatu kesimpulan dan memverifikasi sehingga dapat mengembangkan diri dikarenakan rasa
menjadi kebermaknaan data; 3) Kesimpulan nyaman dalam melakukan keterbukaan di second
dan Verifikasi dilakukan untuk menetapkan account. Meskipun demikian, terdapat model-
kesimpulan yang coba-coba, apakah sepanjang
model tertentu bagi mereka agar pengungkapan
penelitian berlangsung sejalan dengan member
diri yang mereka lakukan tidak merugikan
check, triangulasi dan audit trail, sehingga
bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
menjamin signifikasi atau kebermaknaan
Pada second account, informan tidak hanya
hasil penelitian. Setelah verifikasi selesai
maka dilakukan pembahasan hasil temuan di menunjukan kegiatan sehari-hari atau informasi
lapangan. Hasil temuan di lapangan disesuaikan yang umum saja, perihal kesedihan, kekecewaan,
dengan teori yang ada untuk mendapat keseruan, dan membagikan banyak hal ke dalam
kesesuian dan mendapatkan kesimpulan. media sosial Instagram tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan apa yang peneliti temukan selama
Hasil Penelitian dan Pembahasan wawancara maupun observasi. Bagi Yudia,
Generasi milenial di era digital saat ini melakukan keterbukaan diri di second account itu
sangat dipengaruhi oleh gaya modernisasi. lebih bebas, seperti penuturannya sebagai berikut:
Milenial sering menjadi topik perbincangan “Kalau di second account gaada batasannya
seperti apa, jadi saya bisa bebas. Lebih ke
di kalangan masyarakat dari segi pendidikan, yang saya mau, ga harus saya ekspresiin
teknologi, politik, moral, budaya, dan gaya dengan saya suka nari kayak gitu tapi
hidup. Generasi milenial adalah generasi saya suka kayak posting hal yang berbau
yang sangat melek teknologi, sehingga makanan, jalan-jalan, atau kayak favorit saya
pekerjaan kesehariannya tidak pernah jauh dari kopi gitu aja sih cuman engga kayak khusus
saya harus joget-joget nyanyi kayak gitu. Iya
kecanggihan. Adanya perkembangan teknologi menurut saya kayak aib atau memes temen
mendukung generasi ini yang sifatnya menyukai maupun sendiri juga jadi salah satu ekspresi
aktivitas yang serba cepat dan instan. Adaptasi orang lain kalau misalkan oh ini juga bisa
terhadap teknologi dan kemampuan yang lebih buat mereka ketawa gitu” (Yudia, 2020).
tinggi dibanding dengan generasi sebelumnya Menurut Yudia, second account merupakan
juga dapat dibuktikan dengan tingginya tempat yang bisa membuat dia lebih bebas
persentase pengguna teknologi informasi dalam mengekspresikan apa yang dia mau.
seperti telepon seluler, komputer, dan internet. Dia juga merasa selain mengeskpresikan
Self disclosure atau pengungkapan diri bagi diri dia lebih bebas, dia juga merasa dengan
generasi milenial merupakan salah satu cara efektif membagikan sesuuatu yang lucu dan
dalam usaha untuk eksistensi diri, menemukan bagus bisa membuat orang lain senang.
identitas diri dan sebagai sarana komunikasi dan Yudia juga beranggapan bahwa posting
informasi untuk sesama. Eksistensi diri maupun di first account berbeda dengan apa
menemukan jati diri akan memudahkan mereka yang dia rasakan saat posting di second
dalam membentuk konsep diri yang tepat. account, penuturannya sebagai berikut:
316 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 312-323

“Kalau di first account beberapa waktu lebih senang, terus lebih sedikit tambah
yang lalu, saya juga banyak postingan yang percaya diri juga dan saya juga ikut seneng
cukup komersil, jadi kalau foto juga harus gitu melihat temen-temen saya yang
sesuai dengan syarat dan ketentuannya terhibur jadi saya seneng juga buat bikin
dari brand tersebut. Mungkin kalau di first konten-konten selanjutnya” (Salma, 2020)
account itu lebih kayak orang-orang yang Ada hal lain juga yaitu bahwa Salma
umum, general aja yang mungkin kita merasa first account itu sedikit berbeda dengan
kenal. saya lebih dominan setiap harinya
itu dominan buka akun ke second account second account, karena Salma sudah terbiasa
saya selain saya juga follow online shopping mengekspresikan dirinya yang cukup lumayan
atau artis-artis yang saya idol lain, udah besar ke publik sehingga dia merasa akun
gitu juga banyak teman-teman dekat saya pertama dan kedua tidak beda begitu jauh.
yang ada di second account, saya juga
suka posting keseharian saya disitu. kalo Perbedaan yang dimaksud adalah dia tidak
di first account kan jarang” (Yudia, 2020). terlalu merasa insecure dikarenakan apa yang
Begitu juga dengan informan lainnya orang share itu adalah hak mereka dan saya
yaitu Naurah. Dirinya melakukan keterbukaan adalah saya. Penuturannya sebagai berikut:
dirinya dengan cara yang berbeda di second “Kalau di first itu saya lebih memfilter ya story
account. Biasanya orang lain terbuka dengan yang akan saya berikan kepada temen-temen
tuh kayak gimana gitu, harus lebih sopan
membagikan kehidupan sehari-hari tetapi lebih formal terus yang agak-agak serius
Naurah lebih ke arah apa yang dia suka. Naurah gitu. nah kalau di second itu saya lebih bebas
terbuka dengan apa yang dia suka dan hanya membagikan story tentang apa saja yang
saya sukai. Kedua akun sama-sama positif
sebatas itu. Penuturannya sebagi berikut: sih lingkupnya gaada yang negatif, bully
“Tujuannya untuk cuma pengen ngefollow segala macem gitu. Kalo insecure sih engga,
artis/idol pengen liat di timeline tanpa karena ya itu hidup-hidup mereka, saya juga
terganggu foto-foto temen yang lain. punya hidup sendiri, saya lebih fokus ke
pengen bikin ini juga aesthetic instagram, hidup saya sendiri aja gitu” (Salma, 2020).
jadi kalau scroll ig saya isinya ada yang
aesthetic, ungu, ijo, merah bener-bener Selanjutnya adalah Adinda. Adinda
kayak nine grid, 9 foto dengan isi yang merasa bahwa dia lebih sering main di akun
warnanya sama, makanya isinya nyampah kedua untuk lebih kearah spamming karena
banget, maka itu sih gunanya instagram
yang ini untuk nyampah” (Naurah, 2020). jika di akun pertama dia merasa hal itu sedikit
Informan selanjutnya yaitu Salma. Dirinya mengganggu. Penuturannya sebagai berikut:
“Karena lumayan sering juga ngepost
masih sering membuka kedua akunnya di second account, sekedar buat apasih
tersebut tetapi dia juga lebih terbuka di second spamming di story aja sih sebenernya.
account dikarenakan tujuan dia membuat akun Kalau buat scale one to ten kayaknya di
tersebut karena dia ingin spam dan terbuka tujuh lah ya. Biasanya kalau di second
account selain posting jalan-jalan gitu,
dengan bebas. Penuturannya sebagai berikut: aku pribadi sering posting di story ya dari
“Jadi awal mula saya membuat second pada di post instagramnya. Paling kalau di
account itu, ketika saya merasa gabut dan story itu aku suka ngepost tentang aku lagi
saya juga ingin update story dan feeds suka banget nonton ice hockey jadi suka
instagram yang aneh-aneh, yang lucu-lucu ngeshare ice hockey di story atau sekedar
aja gitu. yang ga formal-formal banget. repost postingan tertentu gitu ke story atau
sih biasanya membagikan video yang gila suka ngepost kucing-kucing juga, namanya
dan aneh gitu ya dari sisi saya sendiri terus nala, simba, cemong, gitu” (Adinda, 2020).
saya membagikan quotes-quotes juga gitu Informan lainnya yaitu Annisa. Menurutnya
untuk menyamangati diri saya dan teman-
teman saya yang membaca, saya juga bikin membuat second account itu penting
video-video tiktok. soalnya setelah saya karena dia masih tidak percaya diri untuk
update story di second itu saya merasa membagikan tentang dirinya maupun foto
Edy et al. Self Disclosure Generasi Milenial ... 317

dirinya sendiri kedalam akun pertama. Ada Perbedaan dari penelitian antara kedua
beberapa foto dirinya tetapi tidak sesering penelitian ini yaitu dari segi subjek dan
yang dia bagikan di akun keduanya. Banyak (platform) yang berbeda. Penulis memiliki
hal yang dia rasakan setelah membuat akun referensi dari Emeraldien, Aulia, & Khelsea
kedua tersebut, penuturannya sebagi berikut: (2019). untuk platform yang digunakan yaitu
“Paling saya lebih gunain untuk mengupload Finstagram atau nama lainnya Fake Instagram.
hal-hal yang engga saya upload di first Dalam penelitiannya yang berjudul The Use of
account saya sih. Jadi saya tuh lebih pede Finstagram as A Platform for Self-Disclosure
untuk upload-upload foto, video, snapgram tahun 2019. Penelitian tersebut menjelaskan
itu di second account ini. Awalnya juga bahwa mahasiswa UPN “Veteran” di Jawa Timur
pengen ngerapihin feeds gitu jadinya id
second account, pengen terlihat rapih gitu menggunakan Finstagram untuk mengeskpresikan
feedsnya dan ya rapih dan sampe sekarang keterbukaan dirinya, mahasiswa tersebut lebih
ya lumayan lah, malah sekarang lebih terbuka dengan cara upload berbagai foto, video
rapih feeds instagram kedua saya dari pada dan memberikan informasi pada Finstagram
yang pertama gitu. karena saya lebih pede, mereka. Akun Finstagram ini hanya bisa
nyaman aja gitu upload apa aja, foto saya, diikuti oleh teman-temannya yang sangat dekat
foto pemandangan, foto selfie, foto aib
temen-temen juga ada disitu, kayak kegiatan- sehingga orang yang memiliki akun tersebut
kegiatan saya, pokoknya hal-hal yang engga bisa bebas dalam upload hal apapun. Peneliti
saya pede untuk upload di first account jadinya juga sama dalam menggunakan fake Instagram
saya upload di second account sekalian dengan nama lain yaitu second account
caption-caption yang lebih mendalam gitu, yang biasa dipakai oleh generasi milenial.
lebih pribadi. Tujuannya juga kayak diri saya
lebih terbuka aja gitu, pokoknya disitu saya Selanjutnya, penelitian ini juga berkaitan
ngeluarin semuanya deh yang engga saya dengan penelitian sebelumnya oleh Ningsih
keluarin di first account. Di second account (2015) yang berjudul Self Disclosure Pada
juga saya suka curhat sih, meluapkan isi hati Media Sosial. Menjelaskan bahwa self disclosure
saya, apa kesukaan saya” (Annisa, 2020). pada media anonim menjadikan individu lebih
nyaman terbuka mengenai dirinya. Dimensi atau
Analisis Berdasarkan Penelitian aturan dalam pengungkapan diri yang terjadi oleh
Penelitian ini berkaitan dengan penelitian informan Lega Talk ini berkaitan dengan aspek
yang telah di lakukan sebelumnya oleh frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama
Sabaruddin (2019) yang berjudul self disclosure akses) yang dibutuhkan oleh informan untuk
Pada Mahasiswa Politeknik Pertanian mengungkapkan diri tidak menentu dan tidak
Negeri Pangkep. Menjelaskan mengenai self dapat diprediksi. Fungsi Self disclosure sebagai
disclosure yang dilakukan oleh mahasiswa yang bentuk ekspresi. Fungsi tersebut merupakan
dimana dilakukan di media sosial instagram perihal yang sama dengan penelitian saat ini.
sebagai model aktualisasi diri. Mahasiswa Lalu penelitian ini juga berkaitan dengan
mengungkapakan dirinya di daerah terbuka penelitian sebelumnya oleh Suyadi & Triyono
(public area) dimana keterbukaan seseorang (2017) yang berjudul Media Sosial dan Self
akan membagikan identitas, informasi, Disclosure. Menjelaskan bahwa pengungkapan
perasaan, keinginan, gagasan serta aktivitas diri yang dilakukan wanita lebih tinggi
kampus secara terbuka karena mengharapkan dibandingkan dengan pria. Wanita lebih mudah
feedback dari orang lain. Self disclosure tersebut mengungkapkan isi hatinya melalui media sosial,
memiliki fungsi dan bentuk yang bertujuan sedangkan pria lebih sering memberikan informasi
untuk melihat seberapa besar pengungkapan dari pada mengungkapkan perasaan mereka. Hasil
diri mahasiswa di Instagram. hal ini merupakan dari wanita lebih besar dalam pengungkapan
konsep yang sejalan antara peneltian ini diri di media sosial memiliki kesamaan dalam
dan penelitian milik Sabaruddin tersebut. objek yang sedang peneliti lakukan saat ini.
318 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 312-323

Tabel 1 Jendela Johari “Open Minded Person” Tabel 2 Jendela Johari “Open Minded Person”

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020) Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020)

Penelitian ini juga berkaitan dengan Dari tabel 1, Yudia membuka area atau
penelitian sebelumnya oleh Sagiyanto & bingkai nomor 1 yaitu area terbuka (open area)
Ardiyanti (2018) yang berjudul Self Disclosure menjadi bergeser lebih luas. Area terbuka yang
Melalui Media Sosial Instagram. Menjelaskan dimaksud adalah dimana berisikan informasi,
anggota Galeri Quote memanfaatkan peilaku, sikap, perasaan, keinginan yang
media sosial Instagram untuk memenuhi diketahui oleh diri kita dan orang lain. Yudia
kebutuhkan aktualisasi diri mereka. Hal ini memiliki area tebuka yang lebih luas dan dirinya
sejalan dengan penelitian saat ini dimana sendiri sadar akan apa yang dimiliki dan dia tahu
generasi milenial membutuhkan aktualisasi bahwa orang lain mengetahui dirinya begitu baik.
diri di second account Instagram mereka.
Semua manusia tidak memiliki area yang
Kelima penelitian ini dijadikan oleh
sama besar dengan lainnya. Tentu setiap area
penulis menjadi acuan untuk mengembangkan
dan menggabungkan kedua penelitian yang selalu berbeda-beda dan Yudia memilliki area
sudah penulis baca yang menjadikan sebuah 1 yang lebih luas dan besar perbedaannya
inovasi baru dalam dunia komunikasi. dibanding area 1, 3 dan 4. Hal itu terjadi karena
Setelah melakukan analisa terhadap data seringnya Yudia membagikan kehidupan
yang diperoleh, peneliti menkonstruksikan antara pribadinya yang begitu luas dan serignnya
data yang diperoleh di lapangan dengan teori- update yang dilakukan di second account bahkan
teori yang sudah ada. Pertanyaan di atas dibuat untuk hal yang terlihat tidak wajar pun terkadang
berdasarkan indikator atau elemen yang terdapat dia berani membagikannya karena dia tahu ini
dalam teori self disclosure, dimana teori ini adalah akun dimana untuk membagikan apa
merupakan teori dari Joseph Luft dan Harrington yang dia suka dan bebas berekspresi. Seringnya
Ingham yang bisa disebut teori Johari Window. jalan-jalan dan bertemu teman juga membuat
Teori Johari Window merupakan sebagai Yudia termasuk orang yang terbuka, dia juga
salah satu cara untuk melihat dinamika self- menerima masukan yang diberikan teman-
awareness yang berkaitan dengan perilaku, temannya saat dia bertanya di akunnya tersebut.
perasaan, dan motif manusia. Pada teori Johari Informan Rini merupakan pribadi yang
terdapat empat bingkai dimana terdiri dari: masuk kedalam kategori “Open Minded
Area terbuka, Area buta, Area tersembunyi, Person” dimana dalam kategori tersebut
dan Area tidak diketahui atau tertutup.
memiliki banyak informasi dan pengetahuan
Sesuai dengan area-area tersebut, maka
tentang dirinya dan orang lain. Bingkai atau
informan Yudia setelah dianalisis sesuai dengan
hasil dari wawancara dan observasi bahwa Yudia area yang bergeser lebih luas adalah nomor
adalah masuk kedalam kategori “Open Minded 1, yaitu area terbuka atau daerah terbuka.
Person” yaitu tipe manusia ideal. Kategori ini Open minded person adalah dimana area atau
adalah manusia yang selalu terbuka dengan orang bingkai nomor 1 dibuka sehingga bergeser luas.
lain sehingga pengalaman dan interest menjadi Area nomor 1 ini bisa disebut area terbuka atau
lebih luas (open minded person). Bingkai open area yang mengandung semua informasi
nomor 1 sedikit bergeser menjadi diperbesar. yang diketahui diri sendiri dan orang lain
Edy et al. Self Disclosure Generasi Milenial ... 319

Tabel 3 Jendela Johari “Type Interviewer” Tabel 4 Jendela Johari “Open Minded Person”

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020) Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020)

mengetahuinya juga. Kategori ini disebut open diri sendiri dan orang lain tidak mengetahui siapa
minded person dimana pribadi sangat terbuka kita. Sehingga Naurah jarang update tentang
dengan segala hal dan informasi dirinya juga dirinya, tidak terbuka dengan teman-teman
suka untuk diberikan kepada orang lain sehingga dekatnya, dia hanya sebatas sharing apa yang dia
orang lain pun mengenal baik karakteristik suka, perihal kehidupannya sangat jarang sekali
Rini. Kategori Rini sama seperti informan untuk dibagikan, walaupun sudah menggunakan
Yudia, tetapi bingkai tersebut berbeda. Tidak second account tetapi untuk membagikannya
semua bingkai memiliki luas yang sama. Pada Naurah tidak ingin melakukannya. Penyebabnya
keterbukaan diri atau self disclosure, bingkai Naurah juga sedang struggling dengan dirinya
Yudia lebih luas dibanding Rini karena Yudia sendiri. Hal tersebut pun tidak dia curahkan di
lebih aktif dalam berkespresi dan bercerita. Jika second account. Naurah hanya ingin mendapat
Rini jarang melakukan itu, lebih sering ke hal hiburan yang saat ini itu adalah K-Pop. Sehingga
berbagi atau sharing makanan maupun tips-tips dia memilih hal yang dia suka untuk membantu
untuk perempuan. Walaupun di first account Rini dia semangat dalam menajalani kehidupannya.
termasuk humble dan suka post kelucuan teman- Selanjutnya adalah Salma. Berdasarkan
temannya tetapi hal tersebut hanya sebatas analisis melalui wawancara dan hasil observasi
keseruan disuatu moment bukan kearah yang lebih maka dia masuk kedalam kategori “Open Minded
terbuka begitu juga dengan second accountnya, Person” yaitu tipe manusia ideal. Kategori ini
yang jarang melakukan hal seperti itu tetapi dia adalah manusia yang selalu terbuka dengan orang
cukup terbuka hanya saja tidak sesering Yudia. lain sehingga pengalaman dan interest menjadi
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, lebih luas (open minded person). Bingkai
Naurah memiliki kategori yang berbeda nomor 1 sedikit bergeser menjadi diperbesar.
didalam teori Johari Window, dimana Naurah Open minded person adalah area atau
masuk kedalam kategori “Type Interviewer”, bingkai nomor 1 terbuka sehingga bergeser luas.
yaitu pribadi yang tahu banyak orang lain Area nomor 1 ini bisa disebut area terbuka atau
tetapi dia menutup dirinya (type interviewer) open area yang mengandung semua informasi
Di Type Interviewer bingkai yang bergeser yang diketahui diri sendiri dan orang lain
lebih luas adalah nomor 4, yaitu Naurah dominan mengetahuinya juga. Kategori ini disebut open
pada area tertutup (hidden area) dimana minded person dimana pribadi sangat terbuka
mengandung semua hal yang kita ketahui tentang dengan segala hal dan informasi dirinya juga
diri sendiri dan tentang orang lain, tetapi hanya suka untuk diberikan kepada orang lain sehingga
menyimpannya untuk diri kita sendiri. Ini adalah orang lain pun mengenal baik karakteristik Salma.
area dimana kita merahasiakan segala sesuatu Bingkai nomor 1 Salma tidak seluas Yudia tetapi
tentang diri dan tentang orang lain. Area ini lebih luas dibandingkan Rini karena seringnya
juga bisa termasuk area yang tidak dikenal yang update tentang kehidupan sehari-hari membuat
merupakan wilayah yang paling kritis dalam Salma secara tidak sadar melakukan keterbukaan
komunikasi. Selain terkadang tidak mengenal yang lebih luas. Hal-hal yang Salma bagikan juga
320 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 312-323

Tabel 5 Jendela Johari “Loner and Loner and Turtle” Tabel 6 Jendela Johari “Exhibitionist”

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020) Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020)

berasal dari dirinya sendiri, seperti keanehan adalah pribadi yang suka menunjukan atau
dan kelucuan yang dilakukannya membuat menonjolkan dirinya, tetapi buta terhadap
dirinya lebih bereskpresi dan aktif. Kehidupan dirinya sendiri (exhibitionist or bull in
sehari-harinya juga tidak jarang dibagikan oleh chinashop). Bingkai nomor 2 diperbesar.
Salma. Selain hal seru dan kehidupan sehari- Bingkai nomor 2 bergeser menjadi lebih
hari, dirinya jarang membagikan apa yang luas dibandingkan dengan bingkai laiinya. Maka
sedang dia rasakan, dia jarang mencurahkan area nomor 2 adalah area buta atau blind area
isi perasaannya. Dia lebih fokus pada dirinya dimana berisikan informasi tentang diri kita
dan untuk update dia lebih baik membagikan yang diketahui orang lain, tetapi kita sendiri
hal lucu agar menghibur dirinya dan juga tidak mengetahuinya. Annisa terlihat dari
temannya. Sehingga banyaknya konten yang observasi selama seminggu di statusnya terlihat
dia berikan guna menghibur dan have fun saja. karakteristiknya yang tampaknya dia sendiri tidak
Adinda masuk kedalam kategori “Loner and menyadari berbagai kekeliruan yang dibuatnya.
Loner and Turtle” yaitu dimana pribadi yang Annisa sering update tentang kesehariannya
suka menyendiri dan sifatnya seperti penyu,
begitu juga terkadang curhat walaupun tidak
maka bingkai yang terbuka lebar adalah nomor 3.
begitu sering. Namun terkadang Annisa merasa
Area yang dominan adalah area tersembunyi
lost dan bingung dengan dirinya, dia sempat
atau unknown area karena kemampuan Adinda
menanyakan ke orang-orang “saya itu seperti
tidak banyak orang yang mengetahuinya, tetapi
apa sih?” atau “saya seperti ini benar kan?”
bingkai yang bergeser tidaklah sangat besar
karena Adinda masih suka update di story. Adinda dan lainnya. Dia juga membagikan sesuatu
juga sering jalan ke luar negeri, tetapi itu semua di story lalu temannya berkata bahwa dia
dia lakukan sendiri. Adinda suka berpergian baper tetapi dia tidak yakin apakah dirinya
sendiri, dan aktivitas selain di kampus, dia seperti itu atau tidak. Walaupun Annisa masuk
hanya berada di kost atau dirumah. Adinda suka kedalam kategori tersebut, tidak berarti
bermain dengan kucing dan menonton streaming sepenuhnya Annisa buta dengan dirinya karena
pertandingan, games, dan film. Adinda juga bingkai yang bergeser juga tidak begitu besar.
menjadi pendengar untuk teman-temannya yang Menurut Jospeh Luft dan Harrington Ingham,
sedang curhat tetapi orangnya hanya sebatas empat area atau empat wilayah pada konsep Johari
itu-itu saja tidak lebih sehingga tidak banyak Window merupakan satu kesatuan yang terdapat
dan sering dilakukan komunikasi antar Adinda dalam diri di setiap orang. Hanya saja, kadar
dan temannya di media sosial second account. wilayahnya itu sangat berbeda antara satu orang
Selanjutnya adalah informan Annisa. dengan yang lain. Seseorang yang ingin sukses
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di dalam lingkungan masyarakat sosial, harus
menunjukan bahwa Annisa masuk kedalam memperbesar area terbuka. Jika memperbesar
kategori “Exhibitionist”. Kategori ini area terbuka, tiga area lain akan mengecil.
Edy et al. Self Disclosure Generasi Milenial ... 321

Teori ini terus berkembang seiring arus Adanya second account membuat mereka
globalisasi yang mempengaruhi masyarakat bisa menambah rasa percaya diri dalam
dalam berkomunikasi dan semakin canggih juga memutuskan apa yang mereka harus bagikan
teknologi internet or new media 2.0, sehingga ke banyak orang suatu saat nanti, sehingga apa
saat ini generasi milenial tidak bisa lepas dengan yang mereka bagikan di first account hanyalah
internet begitu juga media komunikasi atau identitas yang sudah dikemas dan direncanakan
media sosial yang sudah menjadi kebutuhan sebaik mungkin agar orang umum atau general
utama mereka di era ini. Kemunculan dan melihat mereka sesuai dengan apa yang mereka
berkembangnya teori self disclosure karena banyak inginkan, tidak memperlihatkan sisi asli mereka
generasi milenial yang melakukan keterbukaan itu sendiri. Sehingga akun utamanya atau first
diri melalui internet, terutama media sosial.
account hanyalah untuk sebagai simbol diri yang
Peneliti menggunakan teori self disclosure
sudah dikemas dengan baik, dengan kata lain
untuk mencoba memahami dan melihat seberapa
mendekati kesempurnaan dan keindahan untuk
nyaman dan percaya dirinya mereka untuk
melakukan keterbukaan diri di second account dilihat. Kategori yang terbentuk dari masing-
dibandingkan dengan akun utamanya atau first masing informan dengan kategori dari Jendela
account. Munculnya perasaan insecure juga Window itu sendiri sebagai berikut: 1) Yudia,
karena kesuksean, kecantikan, dan keahlian Rini dan Salma merupakan pribadi yang terbuka
orang lain yang menjadi salah satu dorongan dan masuk kedalam kategori “Open Minded
juga untuk terbuka dan bertahan di second Person”; 2) Naurah merupakan pribadi yang
account. Mereka menganggap bahwa saat ini, mengetahui tentang dirinya dan tentang orang lain
akun utamanya hanya untuk sebatas simbol dan masuk kedalam kategori “Type Interviewer”;
umum tentang dirinya dari hasil kemasan foto 3) Adinda merupakan pribadi yang tertutup dan
yang terbaik seperti layaknya galeri di museum. masuk kedalam kategori “Loner and Loner and
Keterbukaan diri di media sosial harus Turtle”; 4) Annisa merupakan pribadi yang tidak
dibatasi sehingga tidak membahayakan diri mengetahui dirinya tetapi diketahui oleh orang
sendiri dan bisa saja mengganggu orang lain. lain dan masuk kedalam kategori “Exhibitionist”
Semua yang dilakukan memang seharusnya Komunikasi yang terjalin antara satu
sewajarnya saja, semua pasti ada batasan. dengan lainnya berjalan dengan baik dan lebih
Batasan itu yang membuat kita tetap berada intim. Penyebabnya kebebasan yang sangat
di jalur yang benar dan aman. Semakin besar besar sehingga dengan leluasanya mereka
arus globalisasi dan meningkatnya perubahan membagikan hal-hal yang belum pernah mereka
teknologi, membuat kita harus semakin belajar bagikan sebelumnya, begitu juga dengan
dan memahami apa yang boleh dilakukan
respon dari teman-teman dekatnya yang berada
dan tidak boleh dilakukan. Jangan terbawa
di second account tersebut, mereka saling
arus, tetapi berusaha menyesuaikan arus tanpa
harus merusak diri sendiri dan orang lain. membalas kesamaan yang mereka rasakan.
Semakin besar kesamaan yang mereka rasakan
Simpulan maka semakin besar komunikasi yang dilakukan.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan Kontribusi penelitian ini berupa rekomendasi
bahwa melalui second account di Instagram, kebijakan baru kepada generasi milenial untuk
generasi milenial dapat mengungkapkan dirinya selalu percaya diri dan menjadi diri sendiri.
dengan efektif. Bagi para milenial informasi
yang diberikan terkait dengan identitas diri dan Daftar Pustaka
perasaan serta keadaan yang mereka alami. Pada Bazarova, N. N., & Choi, Y. H. (2014). Self-
second account mereka lebih terbuka karena akun disclosure in social media: Extending the
tersebut di private sehingga yang bisa melihat functional approach to disclosure motivations
apa yang mereka bagikan hanyalah orang- and characteristics on social network sites.
orang yang sangat dekat dan mereka percayai. Journal of Communication, 64(4), 635-657.
322 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 18 Nomor 3, December 2020, halaman 312-323

Cangara, Hafied. (1998). Pengantar Ilmu Mahendra, B. (2017). Eksistensi Sosial


Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Remaja dalam Instagram (Sebuah
Cangara, Hafied. (2016). Pengantar Ilmu Perspektif Komunikasi). Jurnal
Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Visi Komunikasi, 16(1), 151-160.
Dewi, R., & Janitra, P. A. (2018). Dramaturgi Miranda, D. (2019). Self-Disclosure Mahasiswa
Dalam Media Sosial: Second Account Pengguna Instagram Stories (Studi
Di Instagram Sebagai Alter Ego. Jurnal Kasus pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi, 8(3), 340-347. Universitas Muslim Indonesia). Respon
DeVito, J. A. (2007). The interpersonal Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 1(1).
communication (11th ed.). Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi
Boston: Pearson Education, Inc. Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cet. Ke-
Emeraldien, F. Z., Aulia, A. D., & Khelsea, 21. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Y. O. (2019). The Use of Finstagram Ningsih, Widiyana. (2015). Self Disclosure
as A Platform For Self-Disclosure. Pada Media Sosial. Banten:
Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 85-96. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Fauzia, A. Z., Maslihah, S., & Ihsan, H. Prihatiningsih, W. (2017). Motif Penggunaan
(2019). Pengaruh Tipe Kepribadian Media Sosial Instagram di Kalangan
terhadap Self Dsiclosure pada Dewasa Remaja. Communication. 8(1), 51-65. http://
Awal Pengguna Media Sosial Instagram
dx.doi.org/10.36080/comm.v8i1.651
di Kota Bandung. Jurnal Psikologi
Putra, M. R. A. (2019). Kemanfaatan Instagram
Sains dan Profesi, 3(3), 151-160. https://
dalam Pembentukan Citra Diri Remaja
doi.org/10.24198/jpsp.v3i3.23434
Wanita di Makassar. Medialog, 2(1), 1-10.
Ignatius, E., & Kokkonen, M. (2007). Factors
https://doi.org/10.35326/medialog.v2i1.148
contributing to verbal self-disclosure.
Sabaruddin. (2019). Self-Disclosure Pada
Nordic Psychology, 59(4), 362-391.
Mahasiswa Pengguna Instagram. Makassar:
Indriyani, V. R. (2017). Pengungkapan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
diri siswa di media sosial instagram.
Johana, K., Lestari, F. D., & Fauziah, D. N. Sakti, B. C., & Yulianto, M. (2018).
(2020). Penggunaan Fitur Instagram Penggunaan media sosial instagram
Story Sebagai Media Self Disclosure dan dalam pembentukan identitas diri remaja.
Perilaku Keseharian Mahasiswi Public Interaksi Online, 6(4), 490-501. Diakses
Relations Universitas Mercu Buana. Jurnal dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.
Ilmu Manajemen Terapan,  1(3), 280-289. php/interaksi-online/article/view/21950
https://doi.org/10.31933/jimt.v1i3.111 Sagiyanto, A., & Ardiyanti, N. (2018).
Kamilah, F. N., & Lestari, S. B. (2020). Self Disclosure Melalui Media Sosial
Manajemen Privasi pada Pengguna Instagram (Studi Kasus Pada Anggota
Media Sosial Instagram. Interaksi Galeri Quote). Nyimak: Journal of
Online. 9(1), 98-108. Diakses dari Communication, 2(1), 81-94. http://
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ dx.doi.org/10.31000/nyimak.v2i1.687
interaksi-online/article/view/29574 Setiadi, G. J. (2019). Self Disclosure
Mahardika, R. D. & Farida. (2019). Pengungkapan Individu Androgini melalui Instagram
Diri pada Instagram Instastory. Jurnal sebagai Media Eksistensi Diri. Jurnal
Studi Komunikasi, 3(1), 101-117. http:// Studi Komunikasi, 3(2), 272-286. http://
dx.doi.org/10.25139/jsk.v3i1.774 dx.doi.org/10.25139/jsk.v3i2.1497
Edy et al. Self Disclosure Generasi Milenial ... 323

Setiasih, S., & Puspitasari, F. (2015). The Universitas Muhammadiyah Surakarta


adolescents’ needs to post photos and dalam Mengakses Path Berdasarkan
videos in Instagram. Jurnal Psikologi
Gender). (Doctoral dissertation,
Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous
Psychology, 2(2), 461-472. https:// Universitas Muhammadiyah Surakarta).
doi.org/https://doi.org/10.24854/jpu38 Trepte, S. (2015). Social media, privacy, and
Suyadi, A. A., & Triyono, A. (2017). Media Sosial self-disclosure: The turbulence caused
dan Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
(Studi Deskriptif Kualitatif Pengungkapan by social media’s affordances. Social
Diri Terhadap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Media+ Society, 1(1), 2056305115578681.

You might also like