You are on page 1of 9

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 7 Nomor 2 Agustus 2019

Analisis Efektivitas Komunikasi Tulis Baca Konfirmasi dalam Sasaran


Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Jepara
Sinta Nurani*, Sudiro**
*Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro,
**
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
Email: dr.sintanurani@yahoo.co.id
Manajemen Kesehatan
Manajemen Kesehatan
ABSTRACT : Indonesia The results of the study show the
Communication is one of the root implementation of communication TBK in
causes of mismanagement of medical an effort to prevent events related to
actions, lack of division of labor and patient safety Application of effective
coordination between professions as one of communication requires a confirmation
the cultural barriers to safety enforcement sheet as proof of recording. But this is not
in hospitals. Hospitals must have a list of yet available at the X Hospital in Jepara.
permitted or prohibited abbreviations The modern nurse operation with the TBK
which can often lead to fatal technique is to use the TBK technique
communication errors. Doctors in private documentation format for each patient
hospitals in regions such as the "X" Jepara each shift, operand notebook, and patient
hospital come from government hospitals, medical record
especially specialist doctors. The time that Keyword: Health Services,Communication,
doctors give very little to meet patients and TBK
talk with nurses about the patient's health
status is also a problem for patient care. PENDAHULUAN
General Purpose: To analyze the Komunikasi merupakan salah satu
implementation of communication TBK in faktor penyebab kesalahan dalam tindakan
an effort to prevent events related to medis. Komunikasi yang tidak berjalan
patient safety. dengan baik pada perawat dan dokter dapat
This study uses data collection berdampak pada kematian pasien
methods through indepth interviews (in- khususnya bila terjadi di ruangan yang
depth interviews) with informants who menangani kondisi pasien kritis. Kesalahan
have been selected and determined in yang sering terjadi dalam komunikasi
relation to the implementation of the adalah misskomunikasi verbal antara
communication process of effective dokter dan perawat.1
inpatient installation of Jepara X Hospital. Mekanisme koordinasi dalam
Data processing is carried out with four komunikasi antar petugas kesehatan dan
main processes of qualitative data analysis, antara petugas kesehatan dengan pasien
namely comprehending, synthesizing, perlu diketahui organisasi kesehatan untuk
theorizing and recontextualizing. dapat meningkatkan keselamatan pasien

142
dan mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.2 HASIL DAN PEMBAHASAN
Permenkes RI No.169 tahun 2011 1. Komunikasi Efektif Tulis Baca
tentang keselamatan pasien juga Konfirmasi
menyebutkan bahwa komunikasi efektif Berdasarkan hasil wawancara
merupakan salah satu sasaran keselamatan mendalam didapatkan informasi bahwa
pasien sebagai upaya meningkatkan komunikasi efektif sudah dilakukan di RS
keselamatan pasien.3 X Jepara dengan metode SBAR dan TBK,
Hasil studi pendahuluan didapatkan komunikasi TBK sudah diterapkan di RS
informasi bahwa 6 dari 10 kasus kejadian X Jepara namun dalam pelaksanaannya
nyaris cidera di RS X Jepara terjadi akibat masih belum optimal. Belum ada peraturan
komunikasi yang kurang baik antara dokter di RS X Jepara terkait sanksi yang
dan perawat. Terbatasnya waktu dokter diberikan kepada petugas kesehatan terkait
untuk berdiskusi dengan perawat juga dengan pelaksanaan TBK yang tidak sesuai
menjadi salah satu permasalahan di RS X dengan prosedur, sosialisasi terkait TBK
Jepara sehingga komunikasi yang sudah pernah dilakukan di RS X Jepara.
dilakukan selama ini seringkali hanya
dalam bentuk telepon.
Komunikasi Tulis Baca Konfirmasi
(TBK) merupakan salah satu bentuk
komunikasi efektif yang dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan ketika terjadi
keadaan gawat darurat yang mengharuskan
komunikasi antara dokter dan perawat
dilakukan via telepon dengan tahapan-
tahapan yang telah ditentukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis
efektivitas komunikasi TBK di ruang rawat
inap RS X Jepara. .
2. Variabel Ketepatan Identifikasi Pasien
METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah mendalam didapatkan bahwa proses
Sakit X Jepara. Penelitian ini merupakan identifikasi pasien di RS X Jepara
penelitian kualitatif berjenis observasional didapatkan hasil bahwa semua IU
analitik. Penelitian kualitatif bertujuan menyatakan proses identifikasi pasien
untuk menggali informasi lebih mendalam dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku
atau untuk mendapatkan penjelasan secara dengan menuliskan data sesuai dengan
terperinci tentang suatu fenomena atau identitas. Hal tersebut sejalan dengan
masalah.4 Data primer diperoleh dengan pendapat IT yang menyatakan proses
menggunakan alat pengumpulan data identifikasi pasien sudah dilaksanakan
berupa pedoman wawancara. Informan sesuai dengan SOP yang ada dengan
utama dalam penelitian ini berjumlah 6 memberikan nomor RM, menuliskan data
orang yaitu 3 orang dokter dan 3 orang pasien sesuai dengan identitas yang
perawat di ruang rawat inap RS X Jepara berlaku dan harus dilakukan secara
sedangkan informan triangulasi adalah lengkap, memberi gelang sesuai kondisi
manajer penunjang di RS X Jepara. pasien. IT menambahkan bahwa selama ini
Analisis data penelitian ini menggunakan proses identifikasi pasien belum
content analysis. sepenuhnya sesuai SOP seperti dalam

143
menuliskan identitas pasien masih ada Kekurangan dalam komunikasi antara
perawat yang hanya menulis nama dan dokter, perawat dan pasien menurut IU
tanggal lahir saja sedangkan status, adalah 5 IU menyatakan komunikasi
pekerjaan, nama ayah/ibu biasanya masih terlalu singkat dan tidak detail karena
sering tidak diisi. beban kerja tinggi, 1 IU menyatakan
Alur dan prosedur penerimaan pasien komunikasi yang dilakukan sudah cukup
di RS X Jepara didapatkan hasil bahwa baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
semua IU dan IT menyatakan alur prosedur IT yang menyatakan kekurangan dalam
penerimaan pasien di RS X Jepara sudah komunikasi antara dokter, perawat dan
sesuai dengan SOP mulai dari proses pasien adalah beban kerja yang tinggi
pendaftaran, pengisian formulir sampai menyebabkan komunikasi yang terjadi
dengan pasien dirawat/pulang. Pasien baru kurang optimal sehingga dilakukan via
dari IGD maupun poliklinik akan diterima telepon, sehingga hambatan yang mungkin
di TPPRI untuk di data identitasnya. terjadi adalah adanya mis skomunikasi
Hambatan dalam identifikasi pasien di antara dokter dan perawat.
RS X Jepara 2 IU menyatakan terdapat Komunikasi saat serah terima pasien
hambatan misalnya adanya di RS X Jepara adalah 3 IU menyatakan
kesalahpahaman pada nama pasien dan komunikasi pada saat serah terima sudah
hasil lab. 4 IU lainnya menyatakan tidak efektif karena dilakukan dengan melihat
mengalami hambatan dalam proses pasien serta identitas/statusnya. 2 IU
identifikasi pasien. IT menyatakan bahwa menyatakan serah terima dilakukan
dalam proses identifikasi pasien sudah diruangan dengan memberi informasi
sesuai dengan prosedur tetapi masih ada berdasarkan status pasien, 1 IU
kalanya dilakukan dengan tidak lengkap mengatakan jika keadaan darurat serah
dikarenakan beban kerja yang tinggi juga terima dilakukan di ruang perawat. IT
kelelahan. menyatakan bahwa serah terima pasien di
RS X Jepara dilakukan hanya diruang
Kotak 2 perawat saja tanpa melihat langsung pada
“Dalam mengidentifikasi pasien dilakukan
sesuai SOP tetapi memang masih ada saja
pasien karena beban kerja terlalu tinggi.
kesalahan dalam nama atau kurang lengkap,
dikarenakan kelelahan jadi kurang fokus dan Kotak 3
ingin cepat selesai” “jika keadaan pasien banyak kami tidak sempat
IT melakukan serah terima pasien dengan baik,
terkadang hanya melakukan di nurse stasion saja”
IU 5
3. Variabel Komunikasi Efektif “komunikasi efektif baik dan optimal, apabila serah
Berdasarkan hasil wawancara terima pasien yang dilakukan oleh perawat
mendalam didapatkan bahwa komunikasi memang sering dilakukan hanya di nurse stasion
efektif menurut IU adalah 3 IU meyatakan karena beban kerja mereka yang tinggi terkadang
komunikasi yang berjalan baik dan dapat tidak sempat memeriksa langsung keadaan pasien”
dipahami satu sama lain dengan jelas dan IT
tanpa kesalahan, 1 IU mengatakan
komunikasi efektif dengan SBAR dalam 4. Peningkatan Keamanan Obat
laporan pasien serta tindak lanjutnya dan Berdasarkan hasil wawancara
TBK untuk komunikasi via telepon, 2 IU mendalam didapatkan bahwa sistem dan
menyatakan komunikasi yang berjalan dua prosedur dalam penyimpanan obat yang
arah. IT menyatakan komunikasi efektif dilakukan di RS X Jepara adalah IU
adalah komunikasi yang terarah, mudah menyatakan penyimpanan dilakukan di
dimengerti dan bisa dipertanggung depo farmasi sesuai dengan urutan dan
jawabkan. prosedur yang telah ditetapkan. IT

144
menyatakan penyimpanan dilakukan pada Prosedur penatalaksanaan inform
masing-masing bagian seperti farmasi, consent yang dilakukan di RS X Jepara
laborat, radiologi, poliklinik, ruang adalah 1 IU menyatakan 3 IU menyatakan
perawatan, dan unit khusus dan dibedakan dilakukan komunikasi terlebih dahulu
menurut bentuknya kemudian diletakkan dengan pasien terkait tindakan dan resiko
dan disimpan di lemari terpisah sesuai yang akan terjadi secara jelas sebelum
dengan sifatnya dengan suhu yang telah pengambilan keputusan, 2 IU menyatakan
disesuaikan. dilakukan komunikasi secara lisan
Penatalaksanaan pemberian obat yang kemudian membuat check list sesuai
dilakukan di RS X Jepara adalah 2 IU dengan informasi yang didapatkan dan
menyatakan pemberian diberikan langsung yang terakhir menandatangani lembar
oleh perawat yang bertugas di ruangan. 2 inform consent. IT menyatakan bahwa
IU menambahkan pemberian dilakukan prosedur inform consent diawali dengan
sesuai dengan instruksi DPJP, 1 IU melakukan komunikasi dengan bahasa
menyatakan pemberian dilakukan dengan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh
proses mengkonfirmasi pada keluarga dan pasien, terkait kondisi dan tindakan yang
pasien kemudian mengkonfirmasi akan dilakukan, bila diperlukan dokter
kesamaan nama dengan gelang dan akan memberikan second opinion pada
pemberian obat lalu meminta tanda tangan dokter lain. Setelah itu menandatangani
pada lembar konfirmasi, 1 IU menyatakan inform consent oleh pasien.
pemberian obat tertentu dilakukan dengan Kotak 4
“penyimpanan sudah sesuai prosedur namun untuk
double check anatara dua petugas. IT
pemberian obat terkadang ada beberapa obat yang
menyatakan pemeberian obat dilakukan seharusnya sudah dihentiksn, tapi karena kurang
dengan memberitahu keluarga tentang komunikasi saat operan kadang obat masih saja
tindakan yang akan dilakukan, kemudian diberikan”
melakukan pengecekan ulang, melakukan IU 2
pemberian obat sesuai petunjuk, “Sistem penyimpanan dan prosedur penyimpanan
menandatangani lembar pemberian obat sudah sesuai prosedural dalam pelaksanaan
pemberian obat sudah sesuai dengan prosedur tapi
bersama pasien, dan mendokumentasikan terkadang dalam pemberian ada hambatannya
hasil tindakan pada catatan perawatan. karena kesalahpahaman dalam komunikasi dan
Hambatan dalam penatalaksanaan tidak menggali informasi riwayat alergi obat,
pemberian obat di RS X Jepara, 1 IU kehabisan obat-obatan dibagian farmasi,obat yang
menyatakan ada pemberian obat yang tidak diberikan ada retriksi dengan pihak asuransi”
sesuai karena kurangnya komunikasi saat IT
serah terima pasien, 1 IU menyatakan
hambatan saat melakukan serah terima, 1 5. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur
IU menyatakan catatan medik tidak terbaca dan Tepat Operasi
saat serah terima pasien, 1 IU menyatakan Berdasarkan hasil wawancara
stok obat di farmasi habis, 1 IU mendalam didapatkan bahwa pelaksanaan
menyatakan adanya retriksi dari pihak penandaan daerah operasi yang dilakukan
asuransi kesehatan, 1 IU menyatakan di RS X Jepara adalah 4 IU menyatakan
adanya obat yang memiliki efek samping penandaan daerah operasi dilakukan oleh
alergi. IT menyatakan hambatan dalam dokter operator sebelum operasi dan
penatalaksanaan pemberian obat di RS X sebelum pasien diberikan obat anastesi, 2
Jepara adalah ketika pasien tidak IU menyatakan penandaan hanya
memberitahukan riwayat alergi padahal dilakukan diwilayah organ yang memiliki
pasien tersebut mengalami alergi obat. 2 arah/2jumlah. IT menyatakan
pelaksanaan penandaan daerah operasi

145
dilakukan 9 jam sebelum operasi, Upaya yang dilakukan RS X Jepara
dilakukan jika melibatkan 2 sisi kemudian dalam mengurangi risiko pasien jatuh
menandai daerah operasi pada saat pasien adalah 3 IU menyatakan dengan
masih dalam kondisi sadar, penandaan memberikan gelang identitas disertai label
dilakukan oleh dokter dengan resiko jatuh, 3 IU menyatakan dengan
menggunakan spidol permanen. memberi penghalang pada tempat tidur
pasien dan minimal harus ada 1 orang yang
6. Pengurangan Risiko Infeksi terkait menunggu. Hal tersebut sesuai dengan
Pelayanan Kesehatan pendapat IT yang menyatakan upaya yang
Berdasarkan hasil wawancara dilakukan adalah dengan memberi gelang
mendalam didapatkan bahwa upaya yang identitas pasien yang ditandai resiko pasien
dilakukan dalam pengurangan risiko jatuh, menyediakan tempat tidur yang ada
infeksi terkait pelayanan pasien yang penghalang dan pasien minimal ditunggu
dilakukan di RS X Jepara adalah semua IU oleh 1 orang anggota keluarga.
menyatakan upaya dilakukan dengan cuci
tangan sesuai dengan aturan WHO, Pembahasan
pembatasan jam kunjungan, pemberian 1. Komunikasi Efektif Tulis Baca
antibiotik secara rasional. Hal tersebut Konfirmasi
sesuai dengan pendapat IU yang Komunikasi merupakan hal mendasar
menyatakan upaya pengurangan resiko yang menjadi salah satu faktor keselamatan
infeksi dilakukan dengan cara mencuci pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda
tangan dengan baik dan benar serta sesuai dengan komunikasi lainnya seperti
dengan prosedur, pembatasan jam komunikasi di bidang pendidikan, bisnis
kunjungan serta sterilisasi alat operasi. dan lain sebagainya, komunikasi efektif
Hambatan yang dirasakan dalam dalam bidang pelayanan rumah sakit
melakukan upaya pengurangan risiko memiliki tingkat kompleksitas yang cukup
infeksi terkait pelayanan kesehatan di RS tinggi. Hal ini disebabkan komunikasi
X Jepara adalah 5 IU menyatakan yang terlibat sangat banyak, informasi
hambatan berupa ketidakpatuhan petugas yang dibutuhkan sangat banyak,
saat mencuci tangan, 1 IU menyatakan serta menyangkut dengan emosi
sterilisasi alat yang kadang tidak dilakukan. pasien/keluarga pasien, dan petugas
Hal tersebut sesuai dengan pendapat IT kesehatan yang cukup tinggi.
yang menyatakan hambatan dalam upaya Komunikasi efektif adalah proses
pengurangan risiko infeksi di RS X Jepara komunikasi dimana komunikan mengerti
adalah adanya ketidakpatuhan petugas saat apa yang disampaikan dan melakukan apa
mencuci tangan dan strerilisasi alat yang yang komunikator inginkan. Komunikasi
kurang baik. efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap,
Cara meningkatkan kebersihan untuk jelas, dan yang dipahami oleh
mencegah terjadinya infeksi di RS X resipien/penerima akan mengurangi
Jepara adalah 6 IU menyatakan dengan kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
cara saling mengingatkan untuk selalu keselamatan pasien. Komunikasi dapat
mencuci tangan, adanya peringatan untuk secara elektronik, lisan, atau tertulis.
selalu melakukan cuci tangan dan Komunikasi yang paling mudah
menyediakan air serta sabun untuk mengalami kesalahan adalah perintah
mencuci tangan. diberikan secara lisan dan yang diberikan
melalui telepon, bila diperbolehkan
7. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh peraturan perundangan. Komunikasi lain
yang mudah terjadi kesalahan adalah

146
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, kegiatan serah terima pasien membutuhkan
seperti laboratorium klinis menelpon unit peran komunikasi efektif. (jci) Belum
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil optimalnya kegiatan serah terima pasien di
pemeriksaan segera. RS X Jepara disebabkan karena belum
Perubahan perilaku pada tenaga adanya acuan dalam melakukan kegiatan
medis yang sudah terbiasa dengan operan jadi hanya mengacu kepada status
komunikasi ringkas juga membutuhkan rekam medik pada pasien. Sedangkan
proses untuk membuat perubahan. untuk kegiatan serah terima pasien untuk
Kebijakan rumah sakit terkait peningkatan shift pagi ke sore dan shift sore ke malam
komunikasi efektif belum ada atau masih sering dilakukannya masih secara
dalam proses pembuatan. Sedangkan SPO tradisional, yaitu dengan kegiatan operan
dan panduan terkait komunikasi efektif ini hanya di nurse station tidak ada konfirmasi
sudah ada dan sudah disosialisasikan langsung datang kepada masing-masing
kepada tenaga medis. pasien.

2. Ketepatan Identifikasi Pasien 3. Komunikasi Efektif


Proses identifikasi pasien yang Suatu Komunikasi dikatakan baik antar
dilakukan secara benar dan tepat dapat perawat yaitu jika ada kerjasama yang baik
mengurangi risiko kejadian yang tidak saat melakukan serah terima pasien, yaitu
diharapkan (KTD) serta mengeliminasi perawat merangkum informasi secara lisan
kesalah sehingga dapat meningkatkan mengenai pasien yang menjadi tanggung
mutu pelayanan keelematan pasien di RS jawab perawat diakhir shift. Dalam sistem
X Jepara. serah terima yang dilakukan perlu
Komunikasi pada saat serah terima dibentuknya suatu strategi komunikasi
pasien di RS X Jepara dapat dikatakan yang baik dan dapat dimengerti.
kurang baik. Hal ini sesuai dengan Komunikasi yang dilakukan secara
pendapat Catherine yang menyatakan tidak efektif dapat menyebabkan terjadinya
contoh kelgagalan dalam komunikasi kesalahan dalam penanganan dan
adalah Dalam Komunikasi yang dilakukan pemberian tindakan serta obat kepada
karena keterlambatan; adanya kegagalan pasien sehingga berdampak pada kerugian
suatu komunikasi dengan seluruh anggota bagi pasien dan rumah sakit. Komunikasi
tim dalam keperawatan, isi komunikasi efektif dapat memudahkan petugas
antar perawat yang tidak jelas dan tidak kesehatan dalam memberikan penanganan
dimengerti. Kegagalan dalam kepada pasien.
berkomunikasi menjadi salah satu faktor
yang dapat menyebabkan ketidakpuasan 4. Peningkatan Keamanan Obat
perawat dan faktor suatu tujuan dalam Pada tahun 2001 dalam laporan FDA
komunikasi yang diharapkan tidak akan Safety, Thomas Maria R, et al menemukan
tercapai. bahwa yang menjadi penyebab terjadinya
Kegiatan serah terima pasien adalah kesalahan obat adalah komunikasi (19%),
sarana komunikasi perawat dalam pemberian label (20%), nama pasien yang
menerima dan menyampaikan suatu membingungkan (13%), faktor manusia
informasi secara lengkap,singkat dan jelas (42%), dan disain kemasan (20,6%).
tentang tindakan-tindakan apa yang belum Kesalahan dalam pemberian obat dapat
dilakukan dan apa saja yang sudah berakibat pada over dosis, salah rute obat
dilakukan perawat serta bagaimana salah tekhnik, dan kesalahan dalam
perkembangan kesehatan apa yang terjadi monitoring.
pada pasien. Dalam pelaksanaannya

147
Peningkatan kemanan obat yang Kepatuhan merupakan tingkat dimana
dilakukan di RS X sudah baik dan sudah seseorang berperilaku sesuai dengan apa
sesuai prosedur. Komunikasi yang yang disarankan dan sesuai dengan apa
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang menjadi kewajibannya. Kepatuhan
sederhana yang mampu dipahami oleh seorang karyawan berpengaruh terhadap
pasien dan keluarg pasien dapat mencegah berjalan dan tidak berjalannya suatu
terjadinya kesalahan dalam pemberian obat program dan dapat mempengaruhi
yang dapat mempengaruhi upaya pencapaian tujuan organisasi tempatnya
keselamatan pasien di RS X Jepara, selain bekerja. Kurangnya kepatuhan petugas
itu komunikasi yang baik dan efektif dapat kesehatan terhadap SOP dan rendahnya
mempengaruhi kepuasan pasien dalam hal perilaku kebersihan merupakan salah satu
pelayanan kesehatan yang diterima yang kendala pada upaya keselamatan pasien di
berdampak pada meningkatnya mutu RS X Jepara. Mencuci tangan sebelum dan
pelayanan kesehatan RS X Jepara. sesudah tindakan merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk
5. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur mengurangi jumlah mikroorganisme yang
dan Tepat Pasien Operasi ada di tangan sehingga penyebaran infeksi
Komunikasi dalam proses penandaan dapat dikurangi.
tepat lokasi daerah operasi merupakan Kurangnya kepatuhan terhadap SOP
bagian penting dalam proses pelayanan dan kurangnya perilaku tentang patient
keselamatan pasien. Komunikasi yang safety sangat menjadi kendala untuk
mendukung keselamatan tidak terlepas dari berjalanya program sasaran keselamtan
standar dan prosedur komunikasi yang pasien di RS. Mencuci tangan dilakukan
digunakan dan aspek keselamatan yang sebelum dan sesudah melakukan tindakan
diinformasikan. Komunikasi yang akurat keperawatan walaupun memakai sarung
tentang pasien harus diinformasikan pada tangan dan alat pelindung diri lain.
saat operan jaga, kurangnya informasi Tindakan ini untuk mengurangi
ataupun tidak tersampaikannya informasi mikroorganisme yang ada di tangan
penting terkait kondisi terkini pasien dapat sehingga penyebaran infeksi dapat
menimbulkan risiko terjadinya kesalahan dikurangi.
dan ketidaksinambungan asuhan
keperawatan pada pasien. 7. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Menurut Kemenkes, salah lokasi, Menurut Potter & Perry, 2009 beberapa
salah prosedur, salah pasien operasi intervensi yang dapat dilakukan perawat
merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan untuk mencegah terjadinya jatuh pada
dan sering terjadi di rumah sakit. pasien antara lain; Mengorientasikan
Kesalahan ini akibat dari komunikasi yang pasien pada saat masuk rumah sakit dan
tidak efektif atau tim bedah yang kurang menjelaskan sistem komunikasi yang ada,
atau tidak melibatkan pasien saat bersikap hati-hati saat mengkaji pasien
penandaan lokasi. Di samping itu, ada dengan keterbatasan gerak, melakukan
beberapa faktor yang sering terjadi, antara supervise ketat pada awal pasien dirawat
lain: pengkajian pasien yang tidak adekuat, terutama malam hari, memberikan alas
penulisan ulang catatan medis tidak kaki yang tidak licin, memberikan
adekuat, budaya yang tidak mendukung pencahayaan yang adekuat, memasang
komunikasi antar anggota tim bedah pengaman tempat tidur terutama pada
pasien dengan penutunan kesadaran dan
6. Pengurangan Risiko Infeksi terkait gangguan mobilitas, dan menjaga lantai
Pelayanan Kesehatan kamar mandi agar tidak licin.

148
Kejadian pasien jatuh dapat disebabkan 4. Basrowi S. Metode Penelitian
karena buruknya komunikasi. Komunikasi Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya:
yang buruk merupakan penyebab yang Intan Cendekia; 2002.
paling sering menimbulkan efek samping 5. Hargie dan Dixon, Skilled
di semua aspek pelayanan kesehatan, Interpersonal Communication:
sehingga menimbulkan permasalahan Research, Theory and Practice. Hove:
dalam pengidentifikasian pasien, kesalahan Brunner Routledge: 2004.
pengobatan dan transfusi serta alergi 6. Onong Ucjhana Effendy, Ilmu
diabaikan, salah prosedur operasi, salah Komunikasi Teori dan Praktek.
sisi bagian yang dioperasi, semua hal Bandung:Remaja Rosda Karya:2005.
tersebut berpotensi terhadap terjadinya 7. Deddy Mulyana Ilmu Komunikasi:
insiden keselamatan pasien dan dapat Suatu Pengantar. Bandung : Remaja.
dicegah dengan meningkatkan komunikasi. Rosdakarya:2007.
8. Cahyono,Suharjo B. Membangun
Budaya Keselamatan Pasien dalam
KESIMPULAN Praktik Kedokteran. Yogyakarta :
Pelaksanaan komunikasi efektif Tulis Kanisius. Departemen:2008
Baca Konfirmasi (TBK) dalam upaya 9. Strauss, G and Sayles. Manajemen
keselamatan pasien, identifikasi pasien, Personalia Segi Manusia dalam
peningkatan keamanan obat, ketepatan Organisasi. Jakarta: PT Pustaka
lokasi, serta upaya pengurangan risiko Binamana Pressindo; 1997.
infeksi yang dilakukan di RS X Jepara 10. Needleman, et al. Information Seeking
sudah diterapkan namun dalam in Primary Care: How Physician
pelaksanaannya belum optimal . Choose Which Clinical Question to
Rekomendasi pada penelitian ini adalah Pursue and Which To Leave
perlunya peraturan/kebijakan terkait Unanswered. Med. Decision Making,
komunikasi TBK serta perlunya pelatihan Apr-Jun 2006; 15(2), pp: 113-119.
terkait komunikasi TBK di RS X Jepara. 11. O’donnel, Orla dan Richard Boyle.
Understanding and Managing
DAFTAR PUSTAKA Organizational Culture. Dubin
Ireland:I nstitute of Public
1. Karen S. Kesten. Role-Play Using Administration; 2008.
SBAR Technique to Improve Observed 12. Sorra JG, L., Streagle S, Famolaro T,
Communication Skills in Senior Yount N, Behm J. AHRQ Hospital
Nursing Students. Journal of Nursing Survey on Patient Safety Culture:
Education; 2011. 50 (2). User’s Guide: Agency for Healthcare
2. Optimalisasi Proses Koordinasi Research and Quality; 2016.
Program Keselamatan Pasien (Patient 13. Nursalam. Proses dan Dokumentasi
Safety) di Rumah Sakit X Surabaya Keperawatan, Konsep dan Praktek.
Optimization Of Coordinating Process Jakarta: Salemba Medika; 2011.
Of Patient Safety ,m Program In 14. Strauss, George and Sayles Leonard.
Hospital X Surabaya . Jurnal Manajemen Personalia (Terjemahan
Administrasi Kesehatan Indonesia. Rochmulyati Hamzah). Jakarta: PPM;
Juli-September 2014. 2(3) 2002.
3. Permenkes RI No.169 tahun 2011 15. Sabarguna, Boy. Sumber Daya
tentang keselamatan pasien. Manusia Rumah Sakit. Konsorium
Rumah Sakit Islam Jateng-DIY; 2006.

149
16. Gibson, dkk. Perilaku-Struktur-Proses.
Jakrta: Binarupa Aksara; 1997.

150

You might also like