You are on page 1of 9

Psikostudia

Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582


Volume 11 No. 3 | September 2022: 500-508 e-ISSN: 2657-0963
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i3

Pelatihan Job Crafting Sebagai Solusi Meningkatkan Keterikatan Kerja


Karyawan Perusahaan Finansial Teknologi

Lia Aprilinda1 Alimatus Sahrah2


1Faculty of Psychology, 2Faculty
of Psychology,
Mercu Buana University Yogyakarta, Indonesia Mercu Buana University Yogyakarta, Indonesia
Email: 1 lia.aprilinda@gmail.com Email: 2 sahrah@mercubuana-yogya.ac.id

Correspondence:

Lia Aprilinda
Faculty of Psychology, Mercu Buana University Yogyakarta, Indonesia
Email: lia.aprilinda@gmail.com

Abstract Abstrak
Employees are expected to have work engagement to be able to Karyawan diharapkan memiliki keterikatan kerja untuk dapat
increase good work productivity and be able to compete. This meningkatkan produktivitas kerja yang baik dan mampu
study aims to determine the effect of job crafting training to bersaing. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
increase work engagement on employees of PT. STI. The subjects pelatihan job crafting untuk meningkatkan keterikatan kerja
of this study were 20 employees divided by 10 employees in the pada karyawan PT. STI. Subjek penelitian ini berjumlah 20
experimental group and 10 employees in the control group karyawan yang dibagi secara random dalam kelompok
randomly. The research method uses a quasi-experimental design eksperimen dan kontrol. Metode penelitian menggunakan
with a pretest-posttest control group design. Job engagement quasi eksperimen dengan desain pretes-posttest control group
was measured using the Utrecht Work Engagement Scale design. Keterikatan kerja diukur menggunakan Utrecht Work
(UWES) and the Job Crafting Scale. The data analysis technique Engagement Scale (UWES) dan Job Crafting Scale. Teknik
used independent sample t test and paired sample t test. From analisis data menggunakan independent sample t test dan
the results of the independent sample t test analysis, the t value paired sample t test. Dari hasil anlisis independent sample t test
was -3.227 (p <0.05) between the posttest average results of the didapatkan nilai t sebesar -3,227 (p<0,05) antara hasil rerata
experimental group of 56.9 and the control group's mean of 47.6. posttest kelompok eksperimen sebesar 56,9 dengan rerata
While the results of the analysis of the paired sample t test with kelompok kontrol sebesar 47,6. Sedangkan hasil analisis paired
a t value of -7.271 (p <0.05) with a pretest of 44.9 and a posttest sample t test dengan nilai t sebesar -7,271 (p<0,05) dengan
of 56.9. This indicates that there is a significant difference in the pretest sebesar 44,9 dan posttest sebesar 56,9. Hal ini
scores between the pretest and posttest of the experimental menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai yang signifikan
group. This means that job crafting training is effective in antara pretest dan posttest kelompok eksperimen. Hal ini
increasing employee engagement. berarti bahwa bahwa pelatihan job crafting efektif untuk
meningkatkan keterikatan kerja karyawan.

Keyword : Work Engagement, Job Crafting Training Kata Kunci : Keterikatan Kerja, Pelatihan Job Crafting

Copyright (c) Psikostudia: Jurnal Psikologi

Received 03/08/2022 Revised 04/08/2022 Accepted 17/09/2022

500

Psikostudia : Jurnal Psikologi by http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/PSIKO is licensed under a Creative


Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Pelatihan Job Crafting Sebagai Solusi Meningkatkan Keterikatan Kerja Karyawan Perusahaan Finansial Teknologi
(Lia Aprilinda, Alimatus Sahrah)

LATAR BELAKANG penelitian ditemukan konsistensi keterikatan


kerja rendah dengan jumlah tidak lebih dari 25%
Keterikatan kerja merupakan kondisi
dari subjek yang diteliti. Keterikatan kerja yang
kerja yang erat kaitannya dengan motivasi
rendah menimbulkan dampak negatif bagi
kerja yang positif (Bakker & Demerouti, 2008).
perusahaan. Schufeli dan Bakker (2010)
Karyawan yang memiliki keterikatan dengan
menjelaskan dampak dari karyawan yang
pekerjaannya, akan bekerja dengan perasaan
memiliki katerikatan rendah akan
senang, tidak merasa adanya keterpaksaan
mempengaruhi produktivitas dan kinerja
atau tekanan lainnya dan menikmati pekerjaan
karyawan pada organisasi.
tersebut. Rahman et al., (2017)
Menurut Schaufeli et al., (2017) terdapat
mengungkapkan bahwa keterikatan kerja
tiga aspek pembentuk keterikatan karyawan
berkaitan dengan keterlibatan kerja, tingkat
yaitu vigor, dedication dan absorption. Vigor
komitmen karyawan terhadap organisasi untuk
menunjukkan adanya kesediaan karyawan
memberikan kinerja yang lebih baik disaat
untuk melakukan usaha yang besar dalam
karyawan terlibat dalam pekerjaannya dan
menyelesaikan pekerjaan, tidak mudah merasa
terlibat dalam pengambilan keputusan,
lelah, dan tekun dalam melakukan pekerjaan.
karyawan merasa memiliki organisasi dan
Dedication menggambarkan perasaan antusias
selalu melakukan yang terbaik untuk
karyawan dalam bekerja, bangga dengan
organisasinya. Organisasi juga diharapkan
pekerjaan yang dilakukan, serta merasa
dapat membangun suasana yang kompetitif
terinspirasi dan tertantang dengan pekerjaan.
dan iklim bekerja yang positif agar dapat
Absorption menggambarkan keadaan
meningkatkan potensi karyawannya (Agusta &
karyawan terbenam secara total, merasa
Sahrah, 2020).
senang melakukan pekerjaannya dan merasa
Kontribusi keterikatan kerja pada
sulit untuk melepaskan diri dengan pekerjaan.
karyawan akan mampu meningkatkan
Karyawan yang memiliki ketiga aspek ini dalam
performa kerja, perkembangan karir karyawan,
dirinya merupakan karyawan yang memiliki
serta kepuasan konsumen dari perusahaan.
keterikatan yang tinggi terhadap pekerjaannya
Sebaliknya, karyawan yang tidak memiliki
sehingga akan memberikan kontribusi terbaik
keterikatan kerja tentunya tidak akan menyukai
untuk memajukan perusahaan yang
pekerjaannya terlebih saat diberikan pekerjaan
menaunginya.
tambahan. Karyawan akan mengerjakannya
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan
dengan mengeluh. Selain itu, karyawan akan
beberapa permasalahan antara lain, karyawan
mudah merasa jenuh, mudah terganggu
dinilai kurang bersemangat dalam bekerja,
fokusnya selama bekerja, dan memiliki intensi
sering menunda pekerjaan, tidak segera
untuk keluar dari pekerjaan serta mudah untuk
melakukan apa yang diinstruksikan oleh atasan,
mengalami burnout (Yuwanto, 2014).
ketika atasan menanyakan kembali prihal
Keterikatan kerja di Indonesia
pekerjaan tersebut baru diselesaikan, tidak
digambarkan rendah dari hasil penelitian
berusaha dalam mencapai target yang telah
terdahulu. Hafiz & Kurniawan, (2018)
ditetapkan perusahaan. Hal ini
memaparkan tingkat keterikatan kerja pada
menggambarkan kurang adanya semangat
pegawai ASN yang mendominasi angka
karyawan dalam bekerja pada aspek semangat
tertinggi adalah low-moderate yaitu 77,84%,
(vigor). Karyawan tidak mengeluarkan
sedangkan sisanya 22,16% disebutkan cukup
kemampuan terbaiknya dalam bekerja, kurang
bagus. Begitu juga temuan yang menyebutkan
merasa memiliki terhadap perusahaan,
karyawan yang memiliki keterikatan kerja yang
Karyawan mengeluh jika atasan memberikan
bagus di sebuah perusahan hanya sebesar 13%,
pekerjaan tambahan di luar pekerjaan yang
sisanya 87% rendah (Mewengkang &
sudah biasa dilakukan. Hal ini menunjukkan
Panggabean, 2016). Artinya, dari berbagai
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i3.8345 501
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 3 | September 2022: 500-508

kurangnya dedikasi karyawan (dedication). berdasarkan kemampuan dan kebutuhan


Karyawan kurang antusias dalam pribadi. Perubahan yang dapat dilakukan
menyelesaikan pekerjaan dan sebagian ada antara lain adalah cara berinteraksi kepada
yang menyudahi pekerjaan dan ingin bergegas rekan kerja, memperbaiki kesesuaian individu
untuk segera pulang meskipun waktu belum dengan tugas dan pekerjaannya. Terdapat
tepat menunjukkan waktu pulang. Hal ini empat dimensi job crafting menurut Tims et al.,
memberikan gambaran bahwa karyawan tidak (2012) yaitu meningkatkan sumber daya kerja
memiliki keterlarutan kerja yang baik struktural (increasing structural job resources),
(absorption). menurunkan tuntutan kerja yang menghambat
Dari uraian permasalahan di atas, (decreasing hindering job demands),
menunjukkan bahwa keterikatan kerja yang meningkatkan sumber daya kerja sosial
rendah pada karyawan perusahaan PT. X. (incresing social job resources), dan
Keterikatan kerja dapat diartikan sebagai meningkatkan tuntutan kerja yang menantang
kualitas hubungan antara individu dengan (increasing challenging job demands). Bakker et
pekerjaannya. Karyawan yang memiliki al., (2012) serta Petrou et al., (2015)
keterikatan kerja yang tinggi maka akan menyatakan bahwa job crafting berhubungan
menunjukkan tingkah laku yang berorientasi secara positif dengan keterikatan kerja.
pada tujuan, tekun dalam mencapai sesuatu Karyawan yang memiliki job crafting tinggi, di
dengan penuh semangat, serta antusias, saat bekerja cenderung akan mudah mengatasi
bermakna dan bangga terhadap apa yang telah permasalahan dalam pekerjaannya. Karyawan
dilakukan Schaufeli et al., (2017) Sebaliknya, yang melakukan job crafting berarti juga
bagi karyawan yang memiliki keterikatan kerja beradaptasi cepat terhadap perubahan di
rendah maka akan menunjukkan sikap kurang tempat kerja, dan dianggap membantu
peduli terhadap pekerjaan, sulit kesuksesan dalam strategi untuk
berkonsentrasi, kurang antusias, dan pengembangan organisasi (Lee & Lee, 2018).
cenderung menggunakan waktu kerja dengan Job crafting dapat ditingkatkan melalui
melakukan hal-hal yang kurang produktif. pelatihan (Van et al., 2015). Pelatihan job
Bakker & Demerouti, (2008) crafting merupakan suatu pembelajaran yang
mengungkapkan bahwa faktor yang digunakan untuk memberikan pengetahuan,
mempengaruhi keterikatan kerja adalah job keahlian atau perilaku bagi karyawan untuk
resources dan personal resources. Pada meningkatkan suatu keterikatan kerja. Job
penelitian ini, salah satu faktor utama yang crafting menyediakan cara bagi karyawan
mempengaruhi keterikatan kerja yaitu personal untuk meningkatkan motivasi dan keterikatan
resources. Bentuk personal resources adalah kerja (Wrzesniewsk & Dutton, 2001). Penelitian
perilaku proaktif. Prilaku proaktif yaitu adanya yang dilakukan oleh Hakanen dkk dalam Bakker
inisiatif diri, tindakan antisipatif yang bertujuan et al., (2012) menunjukkan bahwa perpaduan
untuk mengubah dan memperbaiki situasi atau antara tingginya tuntutan pekerjaan dan
diri sendiri. Dalam situasi ini, hal yang dapat sumber daya dapat memfasilitasi keterikatan
dilakukan karyawan adalah dapat secara bebas kerja, dalam hal ini job crafting merupakan cara
mengubah pekerjaannya dengan memilih agar karyawan dapat mengubah pekerjaannya
tugas, bernegosiasi mengenai konten dalam berbagai situasi. Manfaat yang
pekerjaan dan menetapkan makna terhadap didapatkan ketika karyawan mendapatkan
pekerjaan mereka. pelatihan job crafting yaitu karyawan
Tims et al., (2015) mengemukakan bahwa termotivasi untuk merancang pekerjaannya
job crafting adalah perubahan yang dilakukan dengan berbagai perspektif, dapat
dengan cara memodifikasi tugas untuk dapat mengidentifikasi peluang yang tersedia dan
menyelesaikan tuntutan pekerjaan memberlakukan satu atau lebih cara untuk

502 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi


Pelatihan Job Crafting Sebagai Solusi Meningkatkan Keterikatan Kerja Karyawan Perusahaan Finansial Teknologi
(Lia Aprilinda, Alimatus Sahrah)

menyusun pekerjaan mereka, serta teknik yang METODE PENELITIAN


dilakukan dapat berpengaruh pada hasil Metode penelitian yang digunakan dalam
pekerjaan yang baik (Berg et al., 2013). penelitian ini adalah metode Kuantitatif
Saat ini sudah banyak yang melakukan Eksperimen. Variabel penelitian terdiri dari
penelitian mengenai job crafting dan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel
keterikatan kerja karyawan yang telah terikat dalam penelitian ini dalah keterikatan
dipublikasikan. Hanya saja pada penelitian kerja dan variabel bebasnya adalah pelatihan
sebelumnya dengan melakukan uji korelasi. job crafting.
Penelitian yang dilakukan oleh Azizah &
Ratnaningsih, (2018) dengan menguji korelasi Subjek Penelitian
antara job crafting dengan keterikatan kerja Subjek penelitian ini adalah karyawan
pada karyawan, didapatkan hasil bahwa pada PT. STI yang telah bekerja minimal 1 tahun,
adanya hubungan signifikan antara job crafting pendidikan minimal SMA, memiliki tingkat
dengan keterikatan kerja. Selain penelitian di keterikatan kerja dan job crafting pada level
atas, terdapat pula penelitian yang dilakuakan sedang dan rendah berdasarkan hasil pretest.
oleh Petrou et al., (2015) yang dilakukan kepada Jumlah subjek penelitian adalah 20 karyawan
580 polisi yang mengalami perubahan yang dibagi pada 10 karyawan pada kelompok
organisasi. Hasil penelitian menunjukkan eksperimen dan 10 karyawan pada kelompok
bahwa job crafting dapat menjadi strategi bagi kontrol. Pembagian kelompok dilakukan secara
karyawan untuk menghadapi perubahan random.
organisasi. Karyawan dapat mengurangi
tuntutan pekerjaan dengan merubah strategi Desain Penelitian
kerja dan mencari sumber tantangan baru. Desain penelitian ini menggunakan jenis
Penelitian lain yang dilakukan oleh Chen quasi eksperimen dengan meneliti ada atau
et al., (2014) mengenai adanya pengaruh job tidaknya hubungan sebab akibat. Desain yang
crafting terhadap keterikatan kerja. Penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah pretest –
dilakukan pada karyawan yang ada pada 25 posttest control group design. Desain
hotel internasional di Taiwan dengan subjek eksperimen ini digunakan untuk mengukur
penelitian sebanyak 246 karyawan. Job crafing sebelum perlakukan diberikan dan setelah
sercara positif terkait dengan keterikatan kerja. perlakuan diberikan pada kelompok
Pada penelitian ini peneliti melakukan eksperimen dan kelompok kontrol (Latipun,
dengan studi eksperimen dengan 2017).
menggunakan keterikatan kerja sebagai
variabel terikat dan pelatihan job crafting Instrumen Penelitian
sebagai variabel bebas. Pelatihan job crafting Instrumen penelitian yang digunakan
digunakan untuk meningkatkan keterikatan adalah skala keterikatan kerja dari Utrecht
kerja. Harju et al., (2016) sebelumnya telah
Work Engagement Scale (W. Schaufeli & Bakker,
melakukan studi longitudinal untuk meneliti 2004) berisi 17 aitem, digunakan untuk
apakah job crafting yang berupa peningkatan merefleksikan tiga aspek, yaitu semangat yang
sumber daya pekerjaan struktural, sosial dan terdiri dari 6 aitem, dedikasi 5 aitem dan
tantangan, dapat meningkatnya keterikatan keterlarutan kerja 6 aitem. Peneliti melakukan
kerja karyawan. Hasilnya menunjukkan bahwa uji coba kembali pada skala, didapati 16 aitem
mencari tantangan baru di tempat kerja dapat yang valid dengan koefisien cronbach’s aplha
meningkatkan keterikatan kerja karyawan. sebesar 0,907 dan Job crafting Scale (JCS) dari
Tims et al., (2012) yang berisi 20 aitem dengan
dimensi increasing structural job resources,
decreasing hindering job demands, increasing
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i3.8345 503
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 3 | September 2022: 500-508

social job resources, dan challenging job dan sesudah diberi perlakuan. Data penelitian
demands. Peneliti melakukan uji coba kembali ini dianalisis menggunakan tes parametrik jika
pada skala, didapati 20 aitem yang valid dengan data terdistribusi normal dan homogen. Uji
koefisien cronbach’s aplha sebesar 0,884. normalitas pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan saphiro-wilk dengan p >
Analisis Data 0,05.
Peneliti menggunakan teknik analisis
independent sample t-test dan paired sample t- HASIL PENELITIAN
test. Teknik independent sample t-test Uji normalitas pada penelitian ini
digunakan untuk mengetahui perbedaan mean menggunakan teknik Shapiro Wilk dari
antara kedua kelompok dan membandingkan program SPSS. Kriteria pengujian yang
tingkat keterikatan kerja sebelum dan sesudah digunakan adalah jika p > 0,05 maka sebaran
diberikan perlakuan antar dua kelompok. data dikatakan normal, sedangkan jika p < 0,05
Sedangkan teknik paired sample t-test, dengan maka sebaran data dikatakan tidak normal.
tujuan untuk membandingkan data keterikatan
kerja masing-masing kelompok saat sebelum

Table 1 Uji Normalitas


Shapiro Wilk
Keterangan
Statistik dF Signifikansi
Posttest KE dan Posttest KK 0.967 20 0.700 Normal
Pretest - Posttest KE 0.972 20 0.803 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas pada sample t test yang membandingkan hasil
independent sample t test diperoleh skor 0,700. pretest dan posttest kelompok eksperimen
Kaidah yang digunakan dalam analisis ini adalah diperoleh hasil p = 0,803 menunjukkan bahwa
data dikatakan normal apabila Sig.>0,05, p > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka data
artinya sampel yang digunakan mampu pada uji normalitas terdistribusi dengan
mewakili populasi. Untuk uji normalitas paired normal.

Table 2 Uji Homogenitas


Levene's Test for Equality of Variances
Pengukuran Keterangan
F Sig
Posttest KE dan Posttest KK 1.622 0.219 Homogen
Pretest - Posttest KE 0.675 0.422 Homogen

Pengambilan keputusan dalam uji nilai Sig. 0,219 > 0,05. Nilai signifikansi (Sig.)
homogenitas ini menggunakan kaidah uji jika p pada pretest dan posttest KE sebesar 0,422 >
> 0,05 artinya variasi nilai dalam suatu 0,05. Maka berdasarkan kaidah uji
kelompok dapat dikatakan homogen. Tabel di homogenitas, dapat disimpulkan bahwa variasi
atas menunjukkan nilai signifikansi (Sig.) pada posttest KE dan KK serta variasi pretest-
posttest KE dan KK sebesar 0,219 yang mana posttest KE adalah homogen.

504 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi


Pelatihan Job Crafting Sebagai Solusi Meningkatkan Keterikatan Kerja Karyawan Perusahaan Finansial Teknologi
(Lia Aprilinda, Alimatus Sahrah)

Table 3 Hasil Uji Hipotesis


Pengukuran t dF Sig. Mean Difference Std. Error Difference Ket
Posttest KE dan Posttest KK -3.227 18 0.005 -9.30000 2.88155 Signifikan
Pretest - Posttest KE -7.271 9 0.000 -11.00000 1.51291 Signifikan

Pengambilan keputusan dalam uji pelatihan job crafting. Ditunjukan dengan hasil
independent sampe t test adalah dengan analisis independent sample t test diperoleh
(p<0,05), maka dapat diasumsikan ada nilai t sebesar 3,227 (p<0,05). Selanjutnya dari
perbedaan nilai antara kelompok ekseperimen hipotesis kedua hasil pengujian paired sample t
dan kelompok kontrol. Uji independent sampe t test untuk mengetahui pretest dan posttest
test menunjukan nilai t sebesar -3,227 dengan keterikatan kerja kelompok eksperimen
taraf signifikasni sebesar 0,005<0,05 artinya diperoleh hasil signifikansi sebelum dan
terdapat perbedaan antara kelompok sesudah pelatihan job crafting dengan nilai t
eksperimen dan kelompok kontrol. Sementara sebesar 7,271 (p<0,05). Dapat disimpulkan
itu uji paired sample t test menunjukan nilai t bahwa ada perubahan pada kelompok
sebesar -7,271 dengan taraf signifikansi eksperimen antara sebelum dan sesudah
0,000<0,05 artinya terdapat perbedaan nilai pelatihan job crafting dimana tingkat
sebelum dan seduah diberikan pelatihan pada keterikatan kerja lebih tinggi setelah diberikan
kelompok eksperimen. pelatihan job crafting.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dua Tims et al., (2012) mengemukakan bahwa
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini job crafting adalah perubahan yang dilakukan
diterima. Sebagai kesimpulannya pertama dengan cara memodifikasi tugas untuk dapat
terdapat perbedaan tingkat keterikatan kerja menyelesaikan tuntutan pekerjaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok berdasarkan kemampuan dan kebutuhan
kontrol. Tingkat keterikatan kerja pada pribadi. Perubahan yang dapat dilakukan
kelompok eksperimen yang teleh diberikan antara lain adalah cara berinteraksi kepada
pelatihan job crafting lebih tinggi dari pada rekan kerja, memperbaiki kesesuaian individu
kelompok kontrol yang tidak diberikan dengan tugas dan pekerjaannya. Job crafting
perlakuan. Kedua terdapat perbedaan dapat dilakukan dengan baik jika adanya
keterikatan kerja pada kelompok eksperimen keinginan kuat dalam diri karyawan untuk
sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan job menemukan makna positif yang berarti dalam
crafting. Tingkat keterikatan kerja pada pekerjaan yang dilakukannya, serta
kelompok eksperimen sesudah mengikuti membangun identitas yang positif dalam
pelatihan lebih tinggi dari pada sebelum organisasi dimana dirinya bekerja. Job crafting
mengikuti pelatihan.Dari hasil penjelasan berhubungan secara positif dengan
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keterikatan kerja. Karyawan yang mampu
pelatihan job crafting efektif untuk melakukan job crafting, akan memiliki
meningkatkan keterikatan kerja karyawan. keterikatan kerja yang baik. Karyawan sangat
antusias dengan pekerjaan yang ada dan
PEMBAHASAN merasa bersemangat saat mengerjakan tugas
(Arnold B. Bakker et al., 2016).
Berdasarkan hasil data diketahui bahwa
Peran organisasi dalam membantu
hipotesis pertama yang diajukan dalam
karyawan mengubah pekerjaan sesuai dengan
penelitian diterima, yaitu tingkat keterikatan
diri karyawan dapat menjadi alternatif yang
kerja karyawan setelah diberikan pelatihan job
berharga bagi karyawan untuk menjalankan
crafting lebih tinggi pada kelompok
pekerjaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
eksperimen dari pada tingkat keterikatan kerja
aktivitas job crafting yang dilakukan karyawan
kelompok kontrol yang tidak diberikan
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i3.8345 505
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 3 | September 2022: 500-508

untuk mengubah karakteristik pekerjaan. menunjukkan bahwa job crafting dapat menjadi
Aktivitas job crafting ini dapat membantu strategi bagi karyawan untuk menghadapi
karyawan untuk membentuk tugas, lingkungan perubahan organisasi. Karyawan dapat
atau pola pikir karyawan agar terciptanya mengurangi tuntutan pekerjaan dengan
kondisi kerja yang lebih berarti bagi diri merubah strategi kerja dan mencari sumber
karyawan sendiri. tantangan baru.
Karyawan yang melakukan job crafting Hasil penelitian ini didukung juga dengan
berarti juga beradaptasi cepat terhadap hasil evaluasi perilaku yang dilakukan satu
perubahan di tempat kerja, dan dianggap minggu setelah pelatihan selesai dilaksanakan.
membantu kesuksesan dalam strategi untuk Evaluasi perilaku ini dilakukan dengan metode
pengembangan organisasi (Lee & Lee, 2018) observasi yang dilakukan oleh atasan secara
Penyebab meningkat atau menurunnya job langsung dan wawancara yang dilakukan
crafting terhadap keterikatan kerja ini peneliti dengan atasan langsung mengenai
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dampak dari pelatihan job crafting pada
perilaku job crafting yang dilakukan oleh rekan karyawan yang mengikuti pelatihan tersebut.
kerjanya. Karyawan akan meniru job crafting Dari hasil observasi yang dilakukan oleh atasan
yang dilakukan oleh karyawan lain dan secara menunjukkan bahwa terdapat perubahan
tidak langsung memengaruhi keterikatan kerja perilaku ke arah yang lebih positif pada para
satu sama lain (Arnold B. Bakker et al., 2016). karyawan yang mengikuti pelatihan.
Ketika karyawan membuat lingkungan kerja Hal tesebut ditunjukkan dengan kinerja
mereka dengan meminta dukungan, umpan karyawan yang semakin bersemangat dalam
balik, atau dengan mencoba mempelajari hal- bekerja, lebih antusias dalam menyelesaikan
hal baru di tempat kerja, rekan kerja mereka pekerjaan, hal yang terlihat jelas itu saat
cenderung membuat lingkungan mereka karyawan diberikan pekerjaan tambahan tidak
dengan cara yang sama. mengeluh dan bahkan adan beberapa
Hasil penelitian yang dilakukan Umaya et karyawan justru meminta adanya tambahan
al., (2020) pelatihan job crafting merupakan pekerjaan lain diluar pekerjaan yang biasa
alternatif penting dalam mengatasi kebosanan dilakukan. Pelatihan yang telah dilakukan
kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dirasa bermanfaat oleh perusahaan. Namun
yang dilakukan oleh Singh & Singh (2018) yang penelitian ini memiliki keterbatasan, dimana
menjelaskan bahwa job crafting merupakan dalam penentuan subjek penelitian tidak
perubahan proaktif di dalam pekerjaan dispesifikasikan pada divisi tertentu, sehingga
seseorang melalui penyeimbangan antara sesi-sesi dalam penelitian ini lebih umum dan
tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang ada, dapat mengurangi efektivitas dari pelatihan
karyawan yang memiliki sikap proaktif yang telah dilakukan. Selain itu dengan adanya
cenderung menghindari atau mengurangi hal- keterbatasan waktu dalam melakukan
hal dapat menghindari terjadinya penurunan penelitian, peneliti tidak melakukan
kinerjanya. Karyawan yang terlibat dalam pengukuran lanjutan (follow up) setelah
pelatihan job crafting mampu meningkatkan dilakukannya pelatihan, sehingga penelitian ini
dan mengembangkan sumber daya yang tidak dilakukan evaluasi hasil yang membuat
dimiliki serta memanfaatkan sumber daya yang penelitian ini tidak dapat dijelaskan efek jangka
ada dalam organisasi (Hobfoll, 1989; Dalam panjang dari pelatihan ini.
Cheng & Yang (2018). Penelitian yang dilakukan
oleh Salim et al., (2020) bahwa Pelatihan job KESIMPULAN
crafting efektif digunakan untuk menurunkan Berdasarkan hasil penelitian yang
burnout pada karyawan. Dari hasil penelitian dilakukan pada karyawan PT. STI, pelatihan job
yang dilakukan oleh Petrou et al., (2015) crafting efektif untuk meningkatkan
506 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi
Pelatihan Job Crafting Sebagai Solusi Meningkatkan Keterikatan Kerja Karyawan Perusahaan Finansial Teknologi
(Lia Aprilinda, Alimatus Sahrah)

keterikatan kerja. Disimpulkan bahwa adanya Bakker, A B, & Demerouti, E. (2008). Towards a
perbedaan tingkat keterikatan kerja antara Model of Work Engagement. Career
kelompok eksperimen yang diberikan pelatihan Development Internasional, 13(3), 209–
job crafting dengan kelompok kontrol yang 223.
tidak diberikan pelatihan job crafting, dimana https://doi.org/10.1108/136204308108704
keterikatan kerja kelompok eksperimen yang 76
diberikan pelatihan job crafting lebih tinggi Bakker, A. B, Tims, M., & Derks, D. (2012).
daripada keterikatan kerja kalompok kontrol Proactive Personality and Job
yang tidak diberikan pelatihan job crafting. Performance: The Role of Job Crafting
Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan and Work Engagement. Human Relations,
terdapat perbedaan tingkat keterikatan kerja 65(10), 1359–1378.
pada kelompok eksperimen antara sebelum https://doi.org/10.1177/0018726712453471
dan setelah diberikannya pelatihan job crafting Bakker, Arnold B., Rodríguez-Muñoz, A., &
yaitu tingkat keterikatan kerja pada kelompok Vergel, A. I. S. (2016). Modelling Job
eksperimen lebih tinggi setelah diberikan Crafting Behaviours: Implications for
pelatihan job crafting. Work Engagement. Human Relations,
Adapun saran bagi peneliti selanjutnya 69(1), 169–189.
yang akan meneliti mengenai keterikatan kerja https://doi.org/10.1177/0018726715581690
pada suatu perusahaan, sebaiknya dapat Berg, J. M., Dutton, J. E., & Wrzesniewski, A.
mengambil subjek penelitian dari divisi yang (2013). Job Crafting and Meaningful
sama dan dapat melakukan evaluasi pelatihan Work. Purpose and Meaning in The
dan pengukuran lanjutan terhadap peserta Workplace, 81–104.
pelatihan agar dapat memberikan gambaran Chen, C. Y., Yen, C. H., & Tsai, F. C. (2014). Job
evektivitas dari pelatihan yang diberikan dapat Crafting and Job Engagement: The
terlihat jelas. Peneliti selanjutnya dapat Mediating Role of Person-Job Fit.
melakukan pengukuran lanjutan (follow up) International Journal of Hospitality
setelah dilakukannya pelatihan, sehingga Management, 37, 21–28.
penelitian ini tidak dilakukan evaluasi hasil yang https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2013.10.006
membuat penelitian ini tidak dapat dijelaskan Cheng, J., C., & Yang, Y., O. (2018). Hotel
efek jangka panjang dari pelatihan ini. Employee Job Crafting, Burnout, and
Satisfaction: The Moderating Role of
DAFTAR PUSTAKA Perceived Organizational Support.
International Journal Of Hospital
Agusta, R., & Sahrah, A. (2020). Pengaruh
Management, 72, 78–85.
Sistem Reward Terhadap Work
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2018.01.005
Engagement di PT. X dengan Keadilan
Hafiz, M., & Kurniawan, I. N. (2018). Peran
Prosedural Sebagai Variabel Kontrol.
Kebersyukuran Terhadap Work
Psikostudia Jurnal Psikologi, 9(2), 134–142.
Engagement Pada Pegawai Aparatur Sipil
https://doi.org/10.30872/psikostudia.v9i2.
Negara Kabupaten Sintang Provinsi
3911
Kalimantan Barat. Khazanah: Jurnal
Azizah, R., & Ratnaningsih, I. Z. (2018).
Mahasiswa, 11(2), 1–9.
Hubungan Antara Job Crafting Dengan
https://journal.uii.ac.id/khazanah/article/v
Keterikatan Kerja Pada Karyawan
iew/16685
Generasi Y di Kantor Pusat PT. Bank
Harju, L. K., Hakanen, J. J., & Schaufeli, W. B.
Bukopin, Tbk Jakarta. Jurnal Empati, 7(2),
(2016). Can Job Crafting Reduce Job
167–173.
Boredom And Increase Work
https://doi.org/10.14710/empati.2018.2167
Engagement? A Three-Year Cross-Lagged
9
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia.v11i3.8345 507
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi | Volume 11 No. 3 | September 2022: 500-508

Panel Study. Journal of Vocational Schaufeli, W., & Bakker, A. (2004). UWES,
Behavior, 95–96(July), 11–20. Utrecht Work Engagement Scale
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2016.07.001 Preliminary Manual Version 1.1.
Latipun. (2017). Psikologi Eksperimen (Edisi 3). Occupational Health Psychology Unit
UMM Press. Utrecht University.
Lee, J. Y., & Lee, Y. (2018). Job Crafting and Tims, M., Bakker, A. B., & Derks, D. (2012).
Performance: Literature Review and Development and Validation of The Job
Implications For Human Resource Crafting Scale. Journal of Vocational
Development. Human Resource Behavior, 80(1), 173–186.
Development Review, 17, 277–313. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2011.05.009
Mewengkang, M., & Panggabean, H. (2016). Tims, M., Bakker, A. B., & Derks, D. (2015). Job
Work Engagement Karyawan MRN Crafting and Job Performance: A
Terhadap Implementasi Aplikasi Data Longitudinal Study. European Journal of
Analisis SDM. Jurnal Ilmiah Psikologi Work and Organizational Psychology,
Manasa, 5(1), 1–14. 24(6), 914–928.
Petrou, P., Demerouti, E., & Schaufeli, W. B. https://doi.org/10.1080/1359432X.2014.96
(2015). Job Crafting in Changing 9245
Organizations: Antecedents and Umaya, F., Maulina, R., & Budiharto, S. (2020).
Implications for Exhaustion and Job Crafting dan Kebosanan Kerja
Performance. Journal of Occupational Karyawan. Gadjah Mada Journal of
Health Psychology, 21(3), 283–283. Professional Psychology, 6(2), 165–176.
https://doi.org/10.1037/ocp0000032 https://doi.org/10.22146/gamajpp.57576
Rahman, U. U., Rechman, C. A., Imran, M. K., & Van, D. H., Demerouti, E., & Peeters, M. C. W.
Aslam, U. (2017). Does Team Orientation (2015). The Job Crafting Intervention:
Metter? Linking Work Engagement and Effects on Job Resources, Self-Efficacy
Relational Psyhcologcal Contract with and Affective Well-Being. Journal of
Performance. Journal of Managerial Occupational and Organizational
Pschology, 36(9), 1102–1113. Psychology, 88, 511–532.
Salim, A., Prihartanti, N., & Dwityanto, A. Wrzesniewsk, A., & Dutton. (2001). Crafting a
(2020). Pelatihan Job Crafting sebagai job: Revisioning Employees as Active
Solusi Burnout pada Karyawan. Jurnal Crafters of Their Work. Academy of
Ilmiah Psikologi Terapan, 8(2), 177–199. Management Review, 26(2), 179–201.
https://doi.org/10.22219/jipt.v8i2.13557 https://doi.org/10.5465/AMR.2001.437801
Schaufeli, W. B., Shimazu, A., Hakanen, J., 1
Salanova, M., & Witte, H. D. (2017). An Yuwanto, L. (2014). Self leadership dan work
Ultra-Short Measure for Work engagement. Ubaya.Ac.Id.
Engagement; The UWES-3 Validation http://www.ubaya.ac.id/2014/archi
Across Five Countries. Europian Journal of ve/articles/index.html
Psychological Assesment.

508 PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi

You might also like