You are on page 1of 11

INTERFERENSI BAHASA BUGIS TERHADAP PENGGUNAAN

BAHASA INDONESIA DI PASAR TRADISIONAL DESA SIOYONG


KABUPATEN DONGGALA
Saharuddin
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
The title of this research “The Interference of Buginese to the using Indonesian Language In
the Sioyong Traditioal Market Donggala Regency”, the problem of this reearch is (1). How is the
Buginese Interference form to the using indonesian language in the sioyong traditional market of
Donggala regency, (2). What are the cause interference of buginese factors to the using indonesian
language in the sioyong traditional market donggala regency happen. The purpose of this research
are : (1) To describe the cause interference of buginese factors to the using indonesian language in
the Sioyong traditional market donggala regency happen. The data accumulation was done by
some of the techniques. There are: (1) Observation, (2) Interview, (3) Documentation, and (4)
Fieldwork notes. There are two sources data. They are primary and secondary data. The method
that used in this analysis data is descriptive qualitative method and the data analysis technique was
done by (1) Data Accumulation, (2) Data reduction, (3) Data presentation steps (4) concluding
step. According of this research could take the some of concludes: the interference happening at :
(1). Phonology Interference is the changes of phonem /o/ to be /u/, Phonemes /e/ be /i/, the missing
of Phoneme /e/, /h/ and /k/ (2). Morphology interference, (a) affixation interference; is the prefix
{pem-} be {pen-}, {pe-} be {pa-}, {ter-} be {ta-}, the using of enclitic {-pi}and {-kik}, and (b)
lexical Interference are verb interference, noun interference, adjective interference, question word
interference, and numeral word interference. (3) Syntactic interference is the changes of the
structure sentence pattern of indonesian language which interferenced by buginese. There are (a)
Phrase interference, and (b) Clause Interference.
Keywords: Buginese interference form to the using of indonesian language

Bahasa sejak dahulu hingga sekarang sehari-hari secara bersamaan, baik secara
telah memberikan andil besar bagi lisan maupun tulis.
perkembangan peradaban manusia, sehingga Sehubungan dengan hal tersebut
manusia dapat menyampaikan dan Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
mengembangkan pemikirannya dalam aneka Nasional dan bahasa negara Indonesia yang
wujud kebudayaan. Bahasa merupakan suatu sudah menjadi ciri khas Bangsa. Namun,
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sekarang ini bahasa Indonesia telah banyak
manusia karena dengan bahasa, manusia dipengaruhi oleh bahasa Daerah, terutama
dapat mengungkapkan segala hal yang ada dari segi pengucapan, hal ini terjadi karena
dalam pikirannya. Masyarakat Indonesia penutur lebih menguasai bahasa Daerah dari
merupakan masyarakat yang bilingual atau pada bahasa Indonesia sehingga
dwibahasa, yaitu masyarakat yang menyebabkan kesalahan berbahasa.
menggunakan dua bahasa dalam Menurut Halim (dalam Setyawati,
berkomunikasi. Dalam proses komunikasi 2010:1) sebagai bahasa nasional fungsi
masyarakat Indonesia menguasai bahasa bahasa adalah: (1) lambang kebanggaan
Indonesia sebagai bahasa nasional selain nasional; (2) lambang identitas nasional; (3)
bahasa daerah masing-masing. Kedua bahasa alat pemersatu berbagai masyarakat yang
tersebut kadang digunakan dalam kehidupan berbeda-beda latar belakang sosial, budaya,

68
69 e-Jurnal Bahasantodea, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 68-78 ISSN: 2302-2000

dan bahasa; (4) alat perhubungan kontak bahasa. Intergrasi adalah masuknya
antarbudaya dan daerah. Sedangkan sebagai unsur bahasa lain ke dalam suatu bahasa yang
bahasa Negara fungsi bahasa adalah : (1) dianggap sangat diperlukan untuk dituturkan
bahasa resmi Negara; (2) bahasa pengantar sehingga digunakan sebagai bagian dan
resmi di lembaga-lembaga pendidikan; (3) bahasa yang menerimanya atau dimasukinya.
bahasa resmi dalam perhubungan pada Alih kode, yaitu beralihnya penuturan ragam
tingkat nasional, baik untuk kepentingan bahasa tertentu ke dalam kode ragam bahasa
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan lain. Campur kode adalah peristiwa
maupun untuk kepentingan pemerintah; (4) beralihnya penggunaan suatu kode berbahasa.
bahasa resmi di dalam kebudayaan dan Dipilihnya interferensi sebagai pokok
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi penelitian, karena interferensi dianggap
modern. merupakan suatu penyimpangan dan
Selain itu, menurut wardhaugh (dalam kesalahan kaidah berbahasa sebagaimana
Chaer dan Agustuna, 2010:15) fungsi bahasa dikemukakan (Chair 2012 :66) bahwa
adalah alat komunikasi manusia, baik tertulis terjadinya proses interferensi merupakan
maupun lisan. Adapun menurut Chaer sumber kesalahan terbesar yang paling
(2006:2) fungsi bahasa yaitu : (1) alat untuk menonjol pada tataran fonologi, morfologi,
menjalangkan administrasi Negara. Ini dan sintaktis yang digolongkan ke dalam segi
berarti, segala kegiatan administrasi gramatikal.
kenegaraan, seperti surat menyurat dinas, Interferensi merupakan penggunaan
rapat-rapat dinas, pendidikan dan sebagainya unsur-unsur bahasa pertama kedalam bahasa
harus diselenggarakan dalam bahasa ke dua yang digunakan pada saat
indonesia; (2) alat pemersatu pelbagai suku berkomunikasi. Interferensi dianggap suatu
bangsa diindonesia; (3) media untuk kesalahan karena menyimpang dari kaidah
menampung kebudayaan nasional. atau aturan bahasa yang digunakan.
Kebudayaan daerah dapat ditampung dengan Penyebab terjadinya interferensi ini adalah
media bahasa daerah; tetapi kebudayaan bahasa yang lebih dulu dikuasainya yaitu
nasional indonesia dapat dan harus bahasa Ibu atau bahasa pertama terhadap
ditampung dengan media bahasa indonesia. bahasa kedua yang digunakan oleh penutur
Berdasarkan dari pendapat para ahli yang menguasai dua bahasa. Adanya
yang telah dikemukakan diatas, maka fungsi masyarakat yang menguasai dua bahasa akan
bahasa yaitu: (1) alat untuk berinteraksi menyebabkan pengaruh dalam menggunakan
sosial; (2) alat untuk berkomunikasi; (3) alat satu bahasa saat berinteraksi. Hal ini akan
untuk menjalangkan kegiatan; (4) alat untuk memungkinkan terjadinya kesalahan
menyesuaikan diri dengan norma-norma berbahasa dalam masyarakat.
sosial; (5) alat penghubung; (6) alat Dengan adanya kondisi masyarakat
pemersatu. seperti ini, yang mempengaruhi mereka
Chaer 2006;35) menyatakan bahwa dalam berbicara pada saat menggunakan
bilingualisme dan multilingualisme suatu bahasa. Sengaja atau tidak, sering
merupakan akibat dan kontak bahasa sebagai terjadi kesalahan di dalam menggunakan
kasus yang muncul dalam pemakaian bahasa bahasa tertentu karena kebiasaan
seperti; interferensi, intergrasi, alih kode, dan menggunakan dua bahasa atau lebih secara
campur kode. Interferensi pada hakikatnya bergantian dalam kehidupan sehari-hari.
adalah penyimpangan norma kebahasaan Namun, hal separti ini sulit untuk di hindari
yang terjadi dalam ujaran dwibahasawan bagi masyarakat, karena bahasa pertama yang
karena keakrabannya terhadap lebih dari satu lebih dikuasai oleh masyarakat pada
bahasa, yang disebabkan karena adanya umumnya yang telah dipelajari bahkan
Saharuddin, Interferensi Bahasa Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Pasar Tradisional ……………70

terwaris secara alamiah. Bahasa ibu dukuasai Dengan penggunaan instrumen ini,
bukan melalui proses belajar, melainkan diharapkan diperoleh data yang akurat yang
melalui prolehan bahasa secara bawah sadar. dapat mencukupi kebutuhan penelitian ini.
Lokasi penelitian interferensi bahasa
METODE Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia
di pasar Tradisional desa Sioyong, kabupaten
Penelitian ini mengkaji bentuk-bentuk Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
interferensi bahasa Bugis terhadap Adapun waktu penelitian telah dilakukan
penggunaan bahasa Indonesia di pasar sejak observasi atau pengamatan pada awal
Tradisional desa Sioyong kabupaten Juli 2015. Selanjutnya prosedur pengumpulan
Donggala. Sehubungan dengan penelitian ini, data, verifikasi serta analisis data, dan
maka jenis penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan (hasil temuan)
penelitian kualitatif dengan menggunakan direncanakan berlangsung pada awal
metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah September 2015.
penelitian yang berusaha menjelaskan secara Data penelitian merupakan hal yang
mendalam tentang semua apa yang terjadi sangat penting dan utama agar penelitian
yang berlangsung dalam aktivitas tertentu. dapat dilaporkan secara ilmiah, objektif, dan
Moleong (2012), menyatakan bahwa dapat dipercaya atau diakui. Jenis data yang
penelitian kualitatif adalah penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
bermaksud untuk memahami fenomena kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata
tentang apa yang dialami oleh subjek lisan dari sumber data. Data kualitatif yang
penelitian misalnya perilaku, persepsi, dimaksud dalam penelitian ini adalah data
motivasi, tindakan secara holistik, dengan lisan yang terinterferensi oleh bahasa Bugis
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan terhadap penggunaan bahasa Indonesia di
bahasa pada suatu konteks khusus yang pasar Tradisional desa Sioyong kabupaten
alamiah dengan memanfaatkan metode Donggala.
alamiah. Teknik pengumpulan data dalam
Instrumen dalam penelitian kualitatif penelitian ini dilakukan dengan tiga cara
adalah peneliti itu sendiri. Instrumen yang (teknik), yaitu (1) perekaman, catatan
digunakan dalam penelitian ini peneliti lapangan (2) observasi. Berikut ini akan
melakukan serangkaian kegiatan dari diuraikan secara rinci.
perencanaan pengumpulan data, dan analisis Data dalam penelitian ini berupa
data sampai pada tahap hasil penelitian. tuturan. Karena datanya berupa tuturan,
Dalam kegiatan observasi peneliti sehingga teknik perekaman sangat dominan
mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penggunaannya dalam tahapan pengumpulan
penelitian yaitu di pasar Tradisional desa data. Perekaman dalam penelitian ini
Sioyong kabupaten Donggala, dan kehadiran dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
peneliti tidak diketahui sepenuhnya oleh data yang sebenarnya. Perekaman dilakukan
subjek. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan dengan menggunakan perekam. Perekam
data yang natural tanpa disengaja atau dibuat- yang dipilih adalah perekam yang memiliki
buat. Dalam obserasi peneliti berperan tingkat kepekaan tinggi sehingga mampu
sebagai pengamat partisipan artinya peneliti merekam data secara maksimal. Setia data
dapat mengamati sekaligus berinteraksi yang telah direkam ditranskripkan dalam
dengan subjek. Selain peneliti sendiri sebagai bentuk ringkasan rekaman. Ringkasan
instrumen utama, dalam melakukan kegiatan rekaman tersebut dipadukan dengan konteks
tersebut peneliti juga menggunakan alat yang terjadi selama tuturan berlangsung.
perekam berupa handicam dan recorder.
71 e-Jurnal Bahasantodea, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 68-78 ISSN: 2302-2000

Catatan lapangan merupakan alat yang Dalam wawancara tidak terstruktur,


sangat penting dalam penelitian kualitatif. peneliti belum mengetahui secara pasti data
Catatan yang dibuat di lapangan sangat yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu banyak mendengarkan apa yang diceritakan
berupa coretan seperlunya yang sangat oleh responden. Teknik analisis data yang
dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, digunakan dalam penelitian ini adalah model
pokok-pokok isi pembicaraan atau alir atau interaktif, yang dikembangkan oleh
pengamatan, dan lain-lain. Catatan itu Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,
berguna hanya sebagai alat perantara yaitu 2010:28). Kegiatan analisis data dilakukan
antara apa yang dilihat, didengar, diamati, melalui empat tahap yaitu, pengumpulan
dan disimak dengan catatan sebenarnya data, reduksi data, penyajian data, dan
dalam bentuk catatan lapangan. Catatan itu penarikan simpulan.
baru diubah ke dalam catatan yang lengkap Berdasarkan model interaktif tersebut
dan dinamakan catatan lapangan setelah maka analisis data dalam penelitian ini dapat
peneliti tiba di rumah. diuraikan sebagai berikut:
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam 1). Tahap Pengumpulan Data
Moleong 2010:209) adalah catatan tertulis Pada tahap ini semua data yang telah
tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, terkumpul diklasifikasikan oleh peneliti
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan sendiri sebagai peneliti utama, untuk
data dan refleksi terhadap data dalam mengetahui kelengkapan dan keshahihan
penelitian kualitatif. data penuturan. Data rekaman
Untuk melengkapi dan mengantisipasi diklasifikasikan kemudian ditranskip ke
data yang tidak terekam pada saat proses dalam bentuk data tulis, untuk
perekaman, maka peneliti melakukan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
observasi. Adapun hal-hal yang diobservasi interferensi.
berkaitan dengan data yang berupa peristiwa 2). Tahap Reduksi Data
dan situasi tutur. Kegiatan obserasi yang Dari kegiatan reduksi data ini, data-data
dipilih adalah observasi nonpartisipan yaitu yang terpilih kemudian dipisahkan dengan
peneliti sebatas mengamati dan mencatat data yang tidak perlu. Namun dalam
peristiwa yang diperlukan pada lembar proses pemisahan data ini, data yang tidak
observasi. Dengan penggunaan teknik ini perlu tidak dihilangkan. Dengan tujuan
pula, diharapkan ketercukupan data baik data lain-lain yang terungkap melalui
catatan lapangan deskriptif maupun reflektif pengambilan data tetap dipertimbangkan
terutama yang berkaitan dengan bentuk- untuk mendukung data utama. Selanjutnya
bentuk interferensi ragam bahasa terhadap mengenai interferensi bahasa Bugis
penggunaan bahasa Indonesia di pasar terhadap penggunaan bahasa Indonesia di
Tradisional desa Sioyong kabupaten pasar Tradisional desa Sioyong
Donggala dapat diperoleh. Selain kegiatan dikelompokkan dengan menggunakan
perekaman, catatan lapangan dan observasi, poin angka untuk menggolongkan tuturan-
kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam tuturan masyarakat pada setiap aspek yang
teknik pengumpulan data adalah wawancara. diteliti.
Wawancara yang dilakukan adalah 3). Tahap Penyajian Data
wawancara tidak terstruktur yang digunakan Langkah berikut dalam kegiatan analisis
untuk menjaring data yang berkaitan dengan data adalah penyajian data. Data yang
subjek penelitian (tataran fonologi, disajikan adalah mengenai interferensi
morfologi, dan sintaksis) yang terinterferensi bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa
oleh bahasa daerah.
Saharuddin, Interferensi Bahasa Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Pasar Tradisional ……………72

Indonesia di pasar Tradisional desa interferensi mofologi (a) kurang memahami


Sioyong Kabupaten Donggala. struktur imbuhan bahasa Indonesia (b) faktor
4). Tahap Penarikan Kesimpulan keterbiasaan dalam pengucapan bahasa Bugis
Penarikan kesimpulan mengenai sehingga terbawa masuk ke dalam bahasa
interferensi bahasa Bugis terhadap Indonesia, (3) penyebab terjadinya
penggunaan bahasa Indonesia di pasar interferensi sintaksis (a) kurangnya
Tradisional desa Sioyong dilakukan penguasaan struktur kaidah bahasa Indonesia
setelah kegiatan reduksi data dan (b) kebiasaan dalam berkomunikasi memakai
penyajian data. Kesimpulan merupakan kaidah struktur bahasa Bugis.
hasil dari rangkaian kegiatan penelitian Berdasarkan data yang ditemukan,
berdasarkan data yang diperoleh di diketahui bahwa interferensi bahasa Bugis
lapangan.. terhadap penggunaan bahasa Indonesia di
Kegiatan ini diakhiri dengan pengecekan pasar Tradisional desa Sioyong kabupaten
kembali seluruh proses pengumpulan data Donggala meliputi (1) interferensi dalam
hingga pada penyimpulan dan verifikasi bidang fonologi, (2) interferensi dalam
untuk mendapatkan hasil analisis dan bidang morfologi, dan (3) interferensi dalam
kesimpulan yang akurat. bidang sintaksis.
Untuk memperoleh hasil yang memadai, Dalam kajian linguistik, fonologi
maka dilakukan pengecekan keabsahan merupakan subbagian yang mengkaji bunyi
data dan hasil temuan. Pengecekan data bahasa. Fonologi meneliti bunyi bahasa
dan hasil temuan ini berkaitan dengan tertentu yang meliputi fonetik dan fonemik.
rancangan penelitian kualitatif perlu Fonetik menyelidiki alat ucap dan cara kerja
dilakukan untuk memperoleh kesimpulan alat ucap tersebut menghasilkan bunyi,
yang meyakinkan. Adapun pengecekan sedangkan fonemik menyelidiki bunyi bahasa
keabsahan data ini dilakukan dengan cara tertentu secara fungsional. Interferensi bahasa
triangulasi berupa data, triangulasi Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia
peneliti, triangulasi metode dan triangulasi yang digunakan para pedagang dan pembeli
teori. di pasar Tradisional desa Sioyong kabupaten
Donggala dapat dilihat pada perubahan
HASIL DAN PEMBAHASAN fonem, dan penghilangan fonem. Salah satu
bentuk interferensi bahasa Bugis terhadap
Hasil penelitian tentang bentuk penggunaan bahasa Indonesia dalam bidang
interferensi dalam penggunaan bahasa fonologi adalah perubahan fonem, terjadi
Indonesia ditemukan oleh peneliti ada pada fonem; /o/ menjadi /u/, fonem /e/
beberapa faktor yang menyebabkan menjadi /i/. Penutur (Pn) dan mitra tutur (Mt)
interferensi bahasa Bugis terhadap secara tidak sadar mengubah fonem-fonem
penggunaan bahasa Indonesia di pasar tersebut ketika menggunakan bahasa
Tradisional desa Sioyong kabupaten Indonesia.
Donggala,. Sebagai berikut yaitu; (1) Hal ini dapat dilihat pada percakapan
penyebab terjadinya interferensi fonologi (a). antara pedagang dan pembeli di pasar
adanya faktor kesusahan dalam pengucapan Tradisional desa Sioyong kabupaten
fonem dalam bahasa Indonesia, akibat Donggala.
kebiasaan pelafalan dalam bahasa Bugis (b) (1) Pn : Tulungnga’e bawai barang
terbawa masuknya dialek bahasa Bugis ke belanjaangku!
dalam bahasa Indonesia, (c) keterbiasaan (2) Pn : cilaka, dimarah mamakku sudah
dalam ujaran-ujaran bahasa Bugis ke dalam saya ini!
bahasa Indonesia. (2) penyebab terjadinya Mt : apa kenapai?
73 e-Jurnal Bahasantodea, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 68-78 ISSN: 2302-2000

Pn : jatuh uangku. kelas utama sesuai dengan posisi yang


(3) Pn : Awas Dek, janganki duduk disitu, didudukinya dalam hubungan dengan
nanti picah morfem dasar, yaitu prefiks, infiks dan
Mt : oh iya, maaf bu! sufiks.
Data tersebut memperlihatkan bahwa Prefiks adalah sebuah afiks yang di
interferensi fonologi bahasa Bugis dalam bubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata
bahasa Indonesia yang terjadi pada “prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix”
perubahan vokal [u] dalam bahasa Indonesia yang terdiri dari kata dasar “fix” yang berarti
menajdi vokal [o] dalam bahasa Bugis. Pada “membubuhi”dan “Pre” yang berarti
kata//tolong// dari bahasa Indonesia, berubah “sebelum”. Contoh prefiks dalam Bahasa
pengucapan dalam bahasa bugis menjadi Indonesia : 1). Berlari: {Ber-} adalah prefiks
/tulung/. Perubahan kata tulung terjadi pada yang memiliki arti “melakukan”, 2). Seekor:
perubahan vokal [o] menjadi vokal [u]. Pada {Se-} adalah prefiks yang memiliki arti
kata //celaka// dari bahasa Indonesia, berubah “satu”, 3). Mahakuasa: Maha- adalah prefiks
pengucapan dalam bahasa Bugis menjadi serapan yang memiliki arti “paling”.
/cilaka/. Perubahan pada kata /cilaka/ terjadi Robin (dalam Putrayasa, 2008:7)
pada perubahan vokal [e] menjadi vokal [i]. mengemukakan macam-macam prefiks yaitu
Pada kata /picah. terjadi perubahan vokal [i] 1). Prefiks {di-} berfungsi membentuk kata
dengan vokal [e]. Perubahan ini disebut kerja dan menyatakan makna pasif, 2).
interferensi yang terjadi pada fonem dari Prefiks {Me-}, membentuk kata kerja atau
bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia verba, 3). Prefiks {ber-} berfungsi
sebab pola baku bahasa Indonesia adalah membentuk kata kerja (kata benda, kata sifat
//pecah// bukan /picah/. dan kata kerja sendiri), 4). Prefiks {pe-}
(4) Pn : Bli apa Bu? berfungsi membentuk kata benda dan kata
Mt : mau liat-liat celana untuk Wulan! kerja, kata sifat. Prefiks ini mendukung
Kata /bli/ yang seharusnya /beli/ makna gramatikal, 5). Prefiks {per-}
mengalami penghilangan fonem /e/ dan kata berfungsi membentuk kata kerja imperatif,
/liat/ yang seharusnya /lihat/ mengalami 6). Prefiks {ter-} berfungsi membentuk kata
penghilangan fonem /h/. Kata /beli/ di kerja (pasif) atau kata sifat, 7). Prefiks {ke-}
ucapkan menjadi /bli/ dan kata /lihat/ di berfungsi membentuk kata bilangan tingkat
ucapkan menjadi /liat/ disebabkan oleh dan kata bilangan kumpulan, kata benda dan
kebiasaan pengucapan sehingga kata /beli/ kata kerja.
mengalami penghilangan fonem /e/ dan kata Infiks atau sisipan adalah afiks yang
/lihat/ mengalamai penghilangan fonem /h/. dibubuhkan ditengah-tengah kata. Sufiks
Penghilangan itu terjadi karena terbawa atau akhiran adalah yang dibubuhkan pada
masuknya ujaran bahasa Bugis ke dalam akhir sebuah kata. Dalam bahasa Indonesia
pemakaian bahasa Indonesia. {–an}, {–i}, {–kan}, {–kah}, {–lah}, {–tah}
Interferensi kata berimbuhan dapat sebagai contoh sebuah sufiks.
terjadi apabila dalam pembentukan kata (5) Pn : Aduhh, kurang lagi pangelli pasar
Bahasa Indonesia menyerap unsur bahasa hari ini!
atau afiks lain, dalam hal ini terjadinya Mt : sepi memang lagi orang kepasar
penyerapan unsur bahasa Bugis ke dalam kalo habis lebaran!
pembentukan kata bahasa Indonesia. Dalam Kata /pangelli/ terinterferensi dari
istilah linguistik, dikenal bermacam-macam bahasa Bugis, yang seharusnya dalam
afiks dalam proses pembentukan kata. Robins penggunaan bahasa Indonesia baku
(dalam Putrayasa, 2008: 7) mengemukakan, //pembeli// juga mengalami perubahan
afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga prefiks {pem-} menjadi {pan-} dalam tuturan
Saharuddin, Interferensi Bahasa Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Pasar Tradisional ……………74

masyarakat antara pedagang dan pembeli di seharusnya dalam bahasa Indonesia baku
pasar Tradisional desa Sioyong kabupaten //belikan//.
Donggala. Dapat dilihat pada data berikut ini.
Salah satu jenis interferensi yang (9) Pn : kurang uang’ta Bu!
dikemukakan oleh Weinreich (dalam Mt : barapa?
Thamrin 2007:95) adalah interferensi Pn : Rp. 5.000.00-,!
leksikal. Pada bidang leksikal, interferensi (10) Pn : berapa pisang’nge satu sisir?
dapat terjadi pada kata dasar, kata majemuk, Mt : Rp. 7.000.00-,!
dan frasa. Interferensi pada kata dasar Pn : nda bisa kurang lagi!?
merupakan jenis yang paling umum, yakni (11) Pn : takena pece celana’ta!
pemindahan urutan fonemik sekaligus dari Mt : ditempat penjual ikan tadi!
satu bahasa ke bahasa yang lain. Akhiran-ta pada kata benda /uang-ta/
Interferensi kata kerja terjadi karena merupakan akhiran bahasa Bugis, pada saat
adanya penambahan unsur akhiran dalam menggunakan bahasa Indonesia orang Bugis
suatu bahasa ke bahasa lain yang dituturkan sering menambahkan akhiran-ta pada
saat berkomunikasi. Terkait dengan penggunaan kata /uang’ta/ yang seharusnya
penelitian ini penambahan unsur akhiran dalam bahasa Indonesia baku //uang//. Pada
bahasa Bugis yang dituturkan pada saat kata /pisang’nge/ merupakan akhiran bahasa
berkomunikasi oleh masyarakat di pasar Bugis, pada saat menggunakan bahasa
Tradisional desa Sioyong secara bebas Indonesia orang Bugis sering menambahkan
menggunakan bahasa Indonesia yang akhiran-nge pada kata /pisang’nge/ yang
terinterferensi oleh bahasa Bugis. seharunya dalam bahasa Indonesia baku
Dapat dilihat pada data berikut ini. //pisang//. Selanjutnya pada akhiran-ta pada
(6) Pn : singgalah Bu, liat-liat’i baju dan kata benda /celana’ta/ merupakan akhiran
celananya! bahasa Bugis pada saat menggunakan bahasa
(7) Pn : capek sudah saya bawa’i Indonesia, yang seharusnya dalam bahasa
belanjaanku! Indonesia baku //celana//.
Mt : buang jo dang! Dapat dilihat pada data berikut ini.
(8) Pn : Ima, belikanngi ikan mamamu. (12) Pn : malas’ku masuk ditempat penjual
Mt : Iya, belum mau pulang saya! ikan!
Pn : jangan ko lupai itu! Mt : apa kenapai?
Akhiran-i pada pengulangan kata kerja Pn : pece skali!
/liat-liat-i/ merupakan akhiran bahasa Bugis, (13) Pn : sakit’na hatiku bis babeli baju tadi!
pada saat menggunakan bahasa Indonesia Mt : kenapa memangngi?
orang Bugis sering menambahkan akhiran-i Pn : hmm, kekecilanngi!
pada pengulangan kata /liat-liat’i/ yang (14) Pn : singgahlah cewek, bajunya keren
seharusnya dalam bahasa Indonesia baku model sekarang.
//lihat-lihat//. Pada kata /bawa’i/ merupakan Akhiran-ku pada kata sifat /malas’ku/
akhiran bahasa Bugis, pada saat merupakan akhiran bahasa Bugis, pada saat
menggunakan bahasa Indonesia orang Bugis menggunakan bahasa Indonesia orang Bugis
sering menambahkan akhiran-i pada kata sering menambahkan akhiran-ku pada
/bawa’i/ yang seharunya dalam bahasa penggunaan kata /malas’ku/ yang seharusnya
Indonesia baku //bawa//. Selanjutnya pada dalam bahasa Indonesia baku //malas//. Pada
akhiran-ngi pada kata kerja /belikanngi/ kata /sakit’na/ merupakan akhiran bahasa
merupakan akhiran bahasa Bugis pada saat Bugis, pada saat menggunakan bahasa
menggunakan bahasa Indonesia, yang Indonesia orang Bugis sering menambahkan
akhiran-na pada kata /sakit’na/ yang
75 e-Jurnal Bahasantodea, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 68-78 ISSN: 2302-2000

seharunya dalam bahasa Indonesia baku (19) Pn : brapa ikannya?


//sakitnya//. Selanjutnya pada kata /keren/ Mt : sepuluhna muambilkan’i, trahir
pada kata sifat /keren/ merupakan kata-kata juga!
yang berasal dari bahasa prokem pada saat Akhiran -mi pada kata bilangan
menggunakan bahasa Indonesia, yang merupakan akhiran bahasa Bugis dari kata
seharusnya dalam bahasa Indonesia baku bilangan /empat puluhmi/, sehingga pada saat
//bagus//. menggunakan bahasa Indonesia, masyarakat
Dapat dilihat pada data berikut in. Bugis sering menambahkan akhiran -mi pada
(15) Pn : jangan lewat situ! kata /empat puluhmi/ yang seharusnya dalam
Mt : apa kenapai? bahasa Indonesia //empat puluh//.
Pt : diliat mamaku nanti saya! Selanjutnya pada kata /sepuluhna/, sehingga
(16) Pn : dimanaje ko ini? pada saat menggunakan bahasa Indonesia
Mt : sudah di depan pasar! masyarakat Bugis sering menambahkan
Pn : cepat jo masuk, saya tunggu di dekat akhiran -na pada kata /sepuluhna/ yang
penjual baju kau! seharusnya dalam bahasa Indonesia
(17) Pn : sudah ada mi pesananku!? //sepuluh//.
Mt : belum masuk barangnya! Istilah sintaksis secara langsung
Pn : kira-kira kapanpi? diambil dari bahasa belanda syintaxis. Dalam
Akhiran-i pada kata tanya /kenapa’i/ bahasa Inggris digunakan istilah syntax.
merupakan akhiran bahasa Bugis, pada saat Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola
menggunakan bahasa Indonesia orang Bugis yang dipergunakan sebagai sarana untuk
sering menambahkan akhiran-i pada menggabungkan kata menjadi kalimat ,
penggunaan kata /kenapa’i/ yang seharusnya Struker ( dalam Tarigan, 2009:4).
dalam bahasa Indonesia baku //kenapa//. Berdasarkan keterangan-keterangan
Pada kata /dimana’je/ merupakan akhiran dan batasan-batasan diatas dapat disimpulkan
bahasa Bugis, pada saat menggunakan bahasa bahwa “sintaksis adalah salah satu cabang
Indonesia orang Bugis sering menambahkan tata bahasa yang menelaah struktur-struktur
akhiran-je pada kata /dimana’je/ yang kalimat, klausa dan frase”. Interferensi
seharunya dalam bahasa Indonesia baku sintaksis cabang linguistik yang mempelajari
//dimana//. Selanjutnya pada akhiran-pi pada tentang struktur kalimat.
kata tanya /kapan’pi/ merupakan akhiran Interferensi frase yang terdapat pada
bahasa Bugis pada saat menggunakan bahasa penggunaan bahasa Indonesia para pedagang
Indonesia, yang seharusnya dalam bahasa dan pembeli di pasar Tradisional desa
Indonesia baku //kapan//. Sioyong berupa interferensi bahasa Bugis.
Interferensi kata bilangan terjadi karena Dapat dilihat pada data berikut ini.
adanya penambahan unsur akhiran dalam (20) Pn : cepat sudah pi blikan bakso papamu.
suatu bahasa kebahasa lain yang digunakan Mt : Iye ma!
saat berkomunikasi. Terkait dengan (21) Pn : brapa waju pangjang lengangnge
penelitian ini penambahan unsur akhiran pak?
bahasa Bugis yang dituturkan masyarakat di Mt : Rp. 55.000 de!
pasar Tradisional desa Sioyong pada saat Penggunaan frase /pi blikan/
berkomunikasi secara bebas menggunakan merupakan kalimat yang terinterferensi oleh
bahasa Indonesia yang terinterferensi oleh bahasa Bugis, yang merupakan bentuk
bahasa Bugis. struktur kalimat bahasa Bugis. Kalimat /pi
Dapat dilihat pada data berikut ini. blikan/ dalam kalimat bahasa Indonesia yang
(18) Pn : Empat puluhmi saja! baku //pergi belikan//, dan penggunaan frase
Mt : nda bisa dek!, nda ada untungku itu. /pangjang lengangnge/ merupakan kalimat
Saharuddin, Interferensi Bahasa Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Pasar Tradisional ……………76

yang terinterferensi oleh bahasa Bugis, yang mengharapkan adanya reaksi berupa tindakan
merupakan bentuk struktur kalimat bahasa atau perbuatan dari orang yang di ajak bicara
Bugis. Kalimat /pangjang lengangnge/ dalam (pendengar atau pembaca). Kalimat
kalimat bahasa Indonesia yang baku //lengan /tungguka kawan/ dalam kalimat bahasa
panjang//. Indonesia yang baku adalah //teman, tunggu
Interferensi pada bentuk klausa saya//.
(kalimat) yang terdapat pada penggunaan Terjadinya interferensi bahasa Bugis
bahasa Indonesia para pedagang dan pembeli terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang
di pasar Tradisional desa Sioyong kabupaten terjadi dalam komunikasi antara penjual dan
Donggala dalam bidang sintaksis pola pembeli di pasar Tradisional desa Sioyong
susunan klausa maupun kalimatnya terdiri kabupaten Donggala. Situasi penggunaan
dari (O)-(P)-(S) yang mana berbeda dengan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia secara
pola susunan bahasa Indonesia, yang terdiri bergantian, menyebabkan munculnya penutur
dari (S)-(P)-(O). Dapat dilihat pada tuturan dwibahawan Hal ini disebabkan bangsa
berikut ini. Indonesia terdiri dari berbagai kelmpok etnis
(22) Pn : sapa barang ini? yang banyak ragam dan jumlahnya.
Mt : om.. Celing! Kelompok etnis itu mempunyai kebudayaan
(23) Pn : massau banna motorona Bapakku! dan bahasa
Mt : kenapa bisa? yang berbeda masing-masing.
Pn : natusui paku! Keadaan ini memperlihatkan bahwa
(24) Pn : Tungguka kawan? interferensi terjadi bukan karena disengaja
Mt : Iyo, saya tunggu! oleh masyarakat dengan maksud untuk
Pn : Sama-sama ki pulang. mempermudah penyampaian buah
Kalimat /sapa barang ini/ merupakan pikirannya, tetapi terjadi karena penguasaan
kalimat yang terinterferensi dari bahasa sistem bahasa pertama (bahasa Bugis)
daerah Bugis, yang merupakan bentuk mereka yang lebih tinggi dari kemampuan
struktur kalimat bahasa Bugis. Kalimat /sapa mereka bertutur dengan bahasa Indonesia.
barang ini/ adalah kalimat tanya yang isisnya Penguasaan bahasa pertama yang lebih tinggi
mengharapkan reaksi atau tanggapan dari menyebabkan mereka terbiasa berbicara
orang yang diajak bicara. Kalimat /sapa dengan bahasa tersebut, dan hal ini agaknya
barang ini/ dalam kalimat bahasa Indonesia menjadi sebab mengapa bahasa Bugis banyak
yang baku adalah //siapa punya barang//. terbawa ke dalam kata bahasa Indonesia saat
Kalimat / massau banna motorona Bapakku/ mereka berkomunikasi anatara penutur dan
merupakan kalimat yang terinterferensi dari mitra tutur di pasar Tradisional desa Sioyong
bahasa daerah Bugis, yang merupakan bentuk kabupaten Donggala.
struktur kalimat bahasa Bugis. Kalimat Hal yang paling mendasar mengenai
/massau banna motorona Bapakku/ adalah faktor penyebab terjadinya interferensi
kalimat berita yang isisnya bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa
menginformasikan pendengar untuk Indonesia di pasar Tradisional desa Sioyong
diketahui. Kalimat /massau banna motorona adalah (1) penyebab terjadinya interferensi
Bapakku/ dalam bahasa Indonesia yang baku fonologi: a) adanya faktor kesusahan dalam
//ban motornya bapakku kempes//. pengucapan fonem dalam bahasa Indonesia
Kalimat/tungguka kawan/ merupakan kalimat akibat kebiasaan pelafalan dalam bahasa
yang terinterferensi dari bahasa daerah Bugis, Bugis. Hal ini dapat menyebabkan adanya
yang merupakan bentuk struktur kalimat perubahan dan penghilangan fonem dalam
bahasa Bugis. Kalimat /tungguka kawan/ ujaran masyarakat dalam pemakaian bahasa
adalah kalimat perintah yang isinya Indonesia, b) terbawa masuknya dialek
77 e-Jurnal Bahasantodea, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 68-78 ISSN: 2302-2000

bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Indonesia, c) keterbiasaan dalam ujaran-
ujaran bahasa Bugis sehingga ujaran tersebut Kesimpulan
masuk ke dalam bahasa Indonesia. (2) Berdasarkan analisis data dapat ditarik
penyebab terjadinya interferensi morfologi: simpulan bahwa pemakian bahasa Indonesia
a) kurang memahami struktur imbuhan para pedagang dan pembeli di pasar
bahasa Indonesia, b) faktor keterbiasaan Tradisional desa Sioyong kabupaten
dalam pengucapan bahasa Bugis sehingga Donggala pada umumnya diwarnai oleh
terbawa masuk ke dalam bahasa Indonesia. interferensi dari bahasa Bugis. Bentuk-bentuk
(3) penyebab terjadinya interferensi sintaksis: interferensi bahasa Bugis terhadap
a) kurangnya penguasaan struktur kaidah penggunaan bahasa Indonesia di pasar
bahasa Indonesia, b) kebiasaan dalam Tradisional desa Sioyong kabupaten
berkomunikasi memakai kaidah struktur Donggala meliputi; (1) interferensi fonologi,
bahasa Bugis. (2) interferensi morfologi, dan (3)
Berdasarkan pengamatan penulis interferensi sintaksis. Interferensi fonologi
selama penelitian, masih banyaknya berupa perubahan fonem dan penghilangan
penggunaan kata atau kalimat yang fonem dalam bahasa Indonesia mengikuti
terinterferensi oleh bahasa Bugis pelafalan dalam bahasa Bugis. Interferensi
membuktikkan bahwa penggunaan bahasa morfologi berupa interferensi kata
Bugis masih dominan dipakai di lingkungan berimbuhan dan interferensi leksikal, terdiri
masyarakat khususnya di pasar Tradisional atas; interferensi kata kerja, interferensi kata
desa Sioyong kabupaten Donggala. benda, interferensi kata sifat, interferensi kata
Masalah interferensi sangat tanya, dan interferensi kata bilangan yang
memprihatinkan, untuk mengatasi hal ini digunakan para pedagang dan pembeli di
diperlukan keterlibatan pihak pemerintah pasar Tradisional desa Siyong saat
sebagai penentu kebijaksanaan, khususnya berkomunikasi. Interferensi sintaksis berupa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masuknya struktur kalimat bahasa Bugis ke
dan Pusat Bahasa agar diberlakukan dalam struktur kalimat bahasa Indonesia yang
penyuluhan secara nasional terhadap diujarkan oleh para pedagang dan pembeli di
penggunaan dan pemakaian bahasa Indonesia pasar Tradisional desa Sioyong pada saat
yang baik dan benar. Selain itu, diperlukan berkomunikasi, berupa (1) interferensi frase,
pula kesadaran secara individu atau setiap dan (2) interferensi klausa (kalimat).
warga negara secara menyeluruh. Hal-hal yang menjadi faktor penyebab
Beberapa langkah dapat dilaksanakan interferensi bahasa Bugis terhadap
untuk mengatasi terjadinya interferensi; 1) penggunaan bahasa Indonesia di pasar
perlu adanya kesadaran pada masyarakat Tradisional desa Sioyong kabupaten
dalam pemakaian bahasa dan mem-posisikan Donggala meliputi : 1) interferensi fonologi
bahasa itu sesuai pada tempatnya, 2) perlu disebabkan oleh (a) kesusahan dalam
adanya peningkatan dalam pemakaian bahasa pengucapan fonem, (b) logat atau dialek dan
Indonesia sebagai media komunikasi (c) keterbiasaan pemakaian ujaran bahasa
ditengah-tengah masyarakat, dan 3) penutur Bugis. 2) interferensi morfologi disebabkan
suku Bugis maupun suku yang lainnya agar oleh: (a) kurang memahami struktur imbuhan
memperhatikan kaidah kebahasaan ketika bahasa Indonesia, (b) faktor kebiasaan dalam
berkomunikasi dengan mitra tutur untuk pengucapan bahasa Bugis. 3) interfrensi
mencegah terjadinya inteferensi. sintaksis disebabkan oleh : (a) kurangnya
penguasaan struktur kaidah bahasa Indonesia,
(b) Kebiasaan berkomunikasi memakai
Saharuddin, Interferensi Bahasa Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Pasar Tradisional ……………78

struktur kaidah bahasa Bugis, (c) filosofi terima kasih yang setulus-tulusnya. Ucapan
masyarakat yang masih memiliki kebanggaan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
(prestice) terhadap bahasa dan kebudayaan tingginya penulis haturkan kepada yang
Bugis yang cukup menarik, sehingga terhormat: Ali Karim, dan Moh. Tahit, yang
tertanam kecintaan terhadap bahasa dan telah banyak memberikan motivasi,
kebudayaan secara mandalam dan penuh dorongan, dan saran kepada penulis dalam
kekeluargaan. penyusunan tesis dan artikel ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan strata S2 di
Rekomendasi Program Studi Magister Pendidikan bahasa
Berdasarkan hasil temuan dalam Indonesia pada Program Pascasarjana
penelitian tentang interferensi bahasa Bugis Universitas Tadulako Palu.
terhadap penggunaan bahasa Indonesia di
pasar Tradisional desa Sioyong kabupaten DAFTAR RUJUKAN
Donggala, maka beberapa hal yang perlu
disarankan antara lain sebagai berikut: Chaer, Abdul dan Agustina, leonie. 2006.
Penulis mengharapkan kepada semua Sosiolinguistik Perkenalan Awal Edisi
pihak baik penutur suku Bugis maupun suku Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
yang lainnya agar memperhatikan kaidah Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum.
kebahasaan ketika berkomunikasi dengan Jakarta: Rineka Cipta.
mitra tutur untuk mencegah terjadinya Moleong, Lexi J. 2012. Metode Penelitian
inteferensi. Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Bahasa Bugis adalah salah satu dari Rosdakarya.
sekian bahasa Daerah yang terdapat di Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan
Sulawesi Tengah yang masih menyimpan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma
berbagai persoalan kebahasaan yang Pustaka.
menantang untuk dikaji. Salah satunya Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian
mengenai kesalahan berbahasa yang Kualitatif-Kuantitatf & RD. Bandung:
disebabkan terjadinya transfer (interferensi) Alfabeta.
bahasa bugis terhadap bahasa Indonesia. Tarigan, Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis.
Oleh karena itu, penelitian ini perlu Bandung. Angkasa.
dilakukan secara berkesinambungan sehingga Thamrin. 2007. Interferensi Penggunaan
masalah kebahasaan ini dapat diungkap Bahasa Indonesia di Pasar Tradisional
melalui karya tulis yang pada akhirnya Kota Palu. Palu: Jurnal Multilingual
memberikan kontribusi. vol.2 Tahun VI Desember 2007. Balai
Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah.
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, dengan berkat rahmat


Allah S.T.W., yang senantiasa diberikan
kepada penulis sehingga penulisan tesis yang
berjudul Interferensi bahasa Bugis terhadap
penggunaan bahasa Indonesia di pasar
Tradisional desa Sioyong kabupaten
Donggala dapat dirampungkan. Penyelesaian
tesis ini hanya dapat terlaksana berkat
keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan penghargaan dan

You might also like