You are on page 1of 28

LK. 2.

2 Menentukan Solusi

Eksplorasi
Solusi yang
No. alternatif Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
relevan
solusi
1 Rendahnya Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) adalah Hasil Kajian Literatur
tingkat literasi model model pembelajaran yang menyajikan masalah Ade Sriwahyuni dkk (2019) menyatakan bahwa 1)
matematika Problem konstektual yang dapat merangsang siswa kemampuan literasi matematika siswa yang
siswa Based untuk menemukan konsep dan memecahkan pembelajarannya menggunakan model PBL lebih baik
1. Menerapkan Learning masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain daripada siswa yang pembelajarannya secara
model (PBL) pada itu, tahapan-tahapan pada Problem Based konvensional. Hal ini didasarkan pada hasil uji
Problem materi Learning (PBL) yang meliputi mengidentifikasi perbedaan nilai rerata posttestmenggunakan Independent
Based sistem masalah, belajar secara mandiri, penyelidikan, Sample tTest menghasilkan nilai sig. 0,000 < 0,05
Learning persamaan bertukar pengetahuan, dan penilaian sehingga H0 ditolak. 2) Peningkatan kemampuan literasi
(PBL) linear dua dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan
2. Menerapkan variabel kemampuan literasi matematisnya. model PBL lebih baik daripada siswa yang
model pembelajarannya secara konvensional. Hal tersebut
Blended Mega Puspita Sari (2017) Literasi matematika didasarkan pada hasil uji perbedaan nilai rerata N-Gain
Learning dapat diartikan sebagai kemampuan setiap menggunakan Independent Sample tTest menghasilkan
3. Menerapkan individu untuk merumuskan, menafsirkan, nilai sig. yaitu 0,0005< 0,05 sehingga H0 ditolak.
model menalar, menginterpretasikan, https://core.ac.uk/download/pdf/228885413.pdf
pembelajaran mengkomunikasikan, dan menjelaskan
Means Ends pemecahan masalah dalam kehidupan sehari- MD. Pamungkas (2019) Hasil penelitian menunjukkan
Anlysis hari secara efektif dan efisien. Salah satu upaya bahwa terjadi peningkatan kemampuan literasi
(MEA) yang dapat diterapkan untuk meningkatkan matematis siswa setelah melakukan proses pembelajaran
kemampuan literasi matematika siswa ialah menggunakan problem based learning. Hasil capaian
melalui model problem based learning. Tujuan kemampuan literasi matematis siswa dapat dilihat pada
dari literature review pada artikel ini adalah skor rata-rata pretest sebesar 3,25 dan skor rata-rata
untuk menganalisis dan mendeskripsikan posttest sebesar 7,45
kemampuan literasi matematika dan model pada pembelajaran menggunakan problem based
problem based learning serta keterkaitan antara learning. Sedangkan pada pembelajaran konvesional
keduanya. Berdasarkan literature review yang didapatkan skor rataan prestest 3,13 dan skor rataan
dilakukan diperoleh hasil bahwa model problem posttest sebesar 6,95.
based learning mampu meningkatkan
kemampuan-kemampuan yang masuk ke https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jp3m/article/view/
dalam komponen kemampuan literasi MEG52/653
matematka. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat keterkaitan antara model problem Kenedy A.K. (2018) Pembelajaran berbasis masalah
based learning dengan kemampuan literasi merupakan salah satu model pembelajaran yang
matematika. menyajikan masalah kontekstual yang dapat merangsang
http://seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/fi kreativitas siswa untuk menemukan konsep dan
les/full/M-65.pdf memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
sebab itu adanya kaitan yang erat literasi matematis
Dwi Oktalidiasari (2018) Penelitian ini dalam pembelajaran berbasis masalah.
merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan https://osf.io/538q2
untuk mengetahui aktivitas siswa dan
keterlaksanaan dengan model Problem Based Dinata OI (2022) Hasil meta analisis membuktikan bahwa
Learning (PBL) serta hasil belajar siswa setelah penerapan model PBL dalam proses pembelajaran mampu
penerapan model PBL pada materi Sistem meningkatkan kemampuan literasi matematika yang
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) di kelas semula terendah 7,65% sampai tertinggi 48,27% sehingga
VIII SMP Negeri 42 Palembang. Berdasarkan terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 29,0138%.
hasil penelitian ini menunjukkan 1) Rata-rata https://ejurnal.teknokrat.ac.id/index.php/jurnalmathem
keterlaksanaan pembelajaran dengan a/article/view/2018
menggunakan model PBL sebesar 74,57%
dengan dikategorikan baik dan persentase Heka M. Tabun dkk (2020) Hasil analisis menunjukkan
aktivitas siswa pada proses pembelajaran bahwa kemampuan literasi matematis siswa pada kelas
dengan penerapan PBL dengan kategori sangat yang mendapat pembelajaran model PBL lebih baik dari
baik dan baik sebesar 89,53%. 2) Rata-rata kelas yang tidak mendapat pembelajaran model PBL.
hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Peningkatan kemampuan literasi matematis siswa dengan
PBL sebesar 80,53% dengan kategori baik. pembelajaran model PBL berada pada kategori tinggi
https://repository.unsri.ac.id/12952/1/RAMA_ dengan rata-rata skor gain 0,8.
84202_06081181419019_01_font_ref.%20pdf.p https://online-
df journal.unja.ac.id/edumatica/article/view/8796

Faradilla Ngesti Habibah dkk (2022) Problem Kelebihan:


Based Learning merupakan model 1. Siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil
pembelajaran yang melibatkan masalah dalam dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
belajar. Berpikir kritis dapat dicapai melalui 2. Bisa memicu peningkatan aktivitas siswa di kelas.
pembelajaran yang ada kaitannya dengan 3. Siswa terbiasa untuk belajar dari sumber yang
teknologi. Blended learning memungkinkan relevan.
siswa dapat berdiskusi dan bertukar informasi 4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan
yang didapat dari berbagai sumber. Kondisi efektif karena siswa dituntut untuk aktif.
kecakapan berpikir kritis siswa menjadi
dasar penerapan Blended-PBL. Hasil analisis Kekurangan:
data menunjukkan bahwa ada pengaruh model 1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan
PBL berbasis blended learning terhadap model ini.
kemampuan berpikir kritis siswa. Dapat 2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi
disimpulkan bahwa penerapan model PBL pembelajaran lebih lama.
berbasis blended learning lebih baik daripada 3. Bagi siswa yang belum terbiasa menganalisis suatu
metode konvensional permasalahan, biasanya enggan untuk
https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/articl mengerjakannya.
e/download/603/368/2396 4. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak,
guru akan kesulitan untuk mengondisikan
Mahlidi (2019) Meskipun pembelajaran bisa penugasan.
dilakukan dengan media online tetapi
pembelajaran tatap muka masih sangat penting Hasil analisis kajian literatur dan wawancara
untuk dilakukan. Menggabungkan menunjukkan bahwa model Problem Based Learning
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
online disebut blended learning. Dalam hal dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika
untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran siswa karena model ini dapat merangsang kreativitas
saat ini siswa lebih dituntut berperan aktif saat siswa untuk menemukan konsep dan memecahkan
pembelajaran dan tugas guru sebagai fasilitator masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
yang mendukung bagi pembelajaran siswa, oleh erat dengan literasi matematika
karena itu sangat penting bagi guru untuk
melakukan inovasi bagi pembelajaran salah Hasil Kajian Literatur
satu dengan menggunakan model pembelajaran Indah Aritonang (2021) menyatakan bahwa besar
Problem Based Learning untuk siswa. pengaruh metode Blended learning terhadap literasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil matematika siswa sebesar 30%, sedangkan metode
belajar siswa setelah penerapan blended belajar konvensional hanya berpengaruh sebesar 2.44%
learning menggunakan model problem based serta dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar
learning dan mengetahui tanggapan siswa siswa terhadap metode belajar Blended Learning dan
setelah penerapan blended learning dengan konvensional dengan perbedaan sebesar 24.76%
model Problem Based Learning. Teknik https://www.j-
pengumpulan data dalam penelitian ini cup.org/index.php/cendekia/article/view/555/295
menggunakan tes dan angket. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa Hanif Naufal (2022) menyatakan bahwa model blended
berada pada kategori baik, dan tanggapan learning di era merdeka belajar menjadi cara yang tepat
siswa terhadap penerapan blended learning untuk meningkatkan kemampuan literasi matematika
menggunakan model problem based learning yang dimiliki siswa sebagai pemenuhan komponen
berada pada kategori sangat setuju. tantangan zaman dan dapat bersaing dengan negara-
http://digilib.ulm.ac.id/archive/digital/detailed negara lain.
.php?code=5568 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/sandika/articl
e/view/885
Hasil penelitian Faradilla Ngesti Habibah dkk
(2019) dan Mahlidi (2019) menunjukkan bahwa Mohammad Mustakim dkk (2019) Efektivitas model
model PBL dapat diterapkan dengan blended pembelajaran blended learning ditinjau dari adanya
learning. peningkatan hasil belajar siswa diperoleh skor n-gain
0,76 dengan kriteria tinggi dan respon siswa terhadap
NW Ashari (2017) Berdasarkan dari hasil uji pembelajaran diperoleh 68% dengan kriteria baik.
statitik terhadap gain ternormalisasi, diperoleh http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/jumlahku/article/vi
kesimpulan adanya perbedaaan antara PBL ew/585
dengan Model Means Ends Analysis, namun Kelebihan:
jika kita melihat dari rata-rata maka model PBL 1. Siswa dapat lebih leluasa untuk mempelajari materi
berada pada kategori peningkatan sedang pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan
sedangkan model Means Ends Analysis berada materi-materi yang tersedia secara online
pada kategori rendah. Secara teori kedua model 2. Siswa dapat berkomunikasi/berdiskusi dengan guru
ini dapat meningkatkan hasil belajar, namun atau siswa lain yang tidak harus dilakukan saat di
dengan melihat pebandingan dan hasil uji kelas (tatap muka)
statistic dapat dikatakan bahwa Model 3. Guru dapat menambahkan materi melalui fasilitas
PBL memiliki keunggulan dibandingkan Model internet
Means Ends Analysis. 4. Guru dapat meminta peserta didik membaca materi
https://journal.uncp.ac.id/index.php/Pedagogy atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum
/article/view/712/605 pembelajaran
5. Guru dapat menyelenggarakan kuis, memberikan
Sehingga berdasarkan hasil analisis kajian balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif
literatur di atas, maka solusi terbaik adalah
menerapkan model Problem Based Learning Kekurangan:
(PBL) untuk meningkatkan kemampuan literasi 1. Sulit diterapkan jika sarana dan prasana tidak
matematika siswa pada materi sistem mendukung
persamaan linear dua variabel 2. Tidak meratanya fasilitas belajar yang dimiliki peserta
didik
3. Akses internet yang tidak lancar akan menghambat
proses pembelajaran
4. Guru harus selau mendesain pembelajaran yang
menarik untuk diikuti secara online

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model Blended Learning adalah
salah satu model pembalajaran inovatif yang dapat
meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa
karena siswa dapat lebih leluasa untuk mempelajari
materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan
materi-materi yang tersedia secara online dan dapat
berkomunikasi dengan guru dan siswa lainnya di luar
jam tatap muka.

Hasil Kajian Literatur


I Made Surat (2019) Penerapan model pembelajaran
Means Ends Anlysis (MEA) berorientasi kepada penilaian
proses yang akan meningkatkan proses belajar mengajar.
Dari adanya masalah yang diberikan mendorong
semangat dan menumbuh kembangkan apresiasi
matematika peserta didik, sehingga literasi matematika
juga menjadi optimal.
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/emasains/article/
view/265

Dominikus Tasakeb dkk (2019) menyatakan bahwa hasil


kajian diperoleh bahwa pembelajara Means Ends Analysis
pendekatan saintifik dengan ditinjau dari kemandirian
belajar merupakan pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan literasi matematika.
https://proceeding.unnes.ac.id/index.
php/snpasca/article/view/339

Kelebihan:
1. Siswa dapat terbiasa untuk
memecahkan/menyelesaikan soal-soal pemecahan
masalah.
2. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran
dan sering mengekspresikan idenya.
3. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan
matematika.
4. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat
merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk
menemukan sesuatu dalam menjawab pertanyaan
dalam diskusi kelompok.

Kekurangan:
1. Membuat soal pemecahan masalah yang bermakna
bagi siswa bukan merupakan soal yang mudah.
2. Mengemukakan masalah yang berlangsung dapat
dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa
mengalami kesulitan bagaimana merespon masalah
yang diberikan.
3. Lebih dominan soal pemecahan masalah terutama
soal yang terlalu sulit untuk dikerjakan, terkadang
membuat siswa jenuh.
4. Sebagian siswa merasa bahwa kegiatan belajar
mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang
mereka hadapi.
Hasil analisis kajian literatur dan wawancara
menunjukkan bahwa model Means Ends Analysis adalah
salah satu model pembalajaran inovatif yang dapat
meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa
karena siswa dapat terbiasa untuk
memecahkan/menyelesaikan soal-soal pemecahan
masalah dan masalah yang diberikan akan mendorong
semangat dan menumbuhkembangkan apresiasi
matematika peserta didik, sehingga literasi matematika
juga menjadi optimal.

Hasil Wawancara:
Berdasarkan hasil wawancara dengan rekan sejawat,
alternatif solusi untuk meningkatkan literasi matematika
siswa adalah:
1. Menerapkan model pembelajaran yang inovatif
2. Membuat media pembelajaran yang menarik
3. Memperbaiki LKPD yang bisa meningkatkan
kemampuan literasi matematika siswa
2 Rendahnya Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) Hasil Kajian Literatur
pemahaman model merupakan suatu model pembelajaran yang A. Martiasari dan JB Kelana (2022) Hasil pada penelitian
konsep Problem melibatkan siswa untuk memecahkan suatu ini menunjukkan bahwa skenario dan implementasi
matematika Based masalah sehingga siswa dapat mempelajari pembelajaran berlangsung dengan baik. Ini terlihat dari
siswa Learning pengetahuan yang berhubungan dengan respon siswa terhadap pemahaman konsep jaring-jaring
1. Menerapkan (PBL) untuk masalah tersebut dan sekaligus memiliki bangun ruang menggunakan media manipulatif melalui
model materi keterampilan untuk memecahkan masalah. model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Problem sistem Pemahaman terhadap konsep merupakan adalah positif sebesar 77,45% . Hal ini menjadi bukti
Based persamaan bagian yang sangat penting dalam proses dengan rata-rata siswa 89,0 (baik sekali) yang berarti
Learning linear dua belajar dan memecahkan masalah, baik di adanya peningkatan pemahaman konsep matematis
(PBL) variabel dalam proses belajar itu sendiri maupun dalam dengan ruang menggunakan media manipulatif melalui
2. Menerapkan kehidupan nyata. Kemampuan memahami model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
model konsep menjadi landasan untuk berpikir dalam Dengan demikian solusi agar siswa dapat memahami
pembelajaran menyelesaikan persoalan. konsep pembelajaran matematika materi jaring-jaring
kooperatif bangun ruang yaitu dengan media manipulatif dan model
tipe Think Nisa Napiah (2019) Model pembelajaran pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah tepat.
Pair Share Problem Based Learning (PBL) merupakan https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/jpp/article/
(TPS) alternatif model pembelajaran yang dapat view/10356
3. Menerapkan meningkatkan pemahaman konsep matematika
model siswa karena sintaks/langkah-langkah Imas Tresnawati (2019) Hasil penelitian menunjukkan
pembelajaran pembelajarannya menitikberatkan pada proses bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahaman
Somatic, pemahaman konsep matematika. Pada konsep siswa yang signifikan antara kelompok
Auditory, penerapan model pembelajaran Problem Based eksperimen dan kelompok kontrol yang terlihat pada
Visual, and Learning (PBL), guru berperan dalam hasil uji t N-gain yaitu 0,00 dengan rata-rata N-gain
Intellectual memfasilitasi dan mengontrol kegiatan kelompok eksperiman yaitu 0,6. Jadi dapat disimpulkan
(SAVI) pembelajaran. Sedangkan pada saat kegiatan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model problem
pembelajaran siswa dituntut untuk berperan based learning memberikan pengaruh terhadap
aktif dalam mempelajari materi maupun diskusi peningkatan pemahaman konsep yang lebih tinggi
kelompok untuk mengerjakan Lembar Kerja dibandingkan pembelajaran dengan menerapkan model
Siswa (LKS) yang berisi masalah. Dengan konvensional.
adanya diskusi kelompok siswa dapat https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/collase/arti
menemukan dan membangun sendiri konsep cle/download/3154/1039
materi yang dipelajarinya. Sehingga diharapkan
melalui model pembelajaran PBL ini, siswa Tri Wahyuni dkk (2020) menyatakan bahwa solusi untuk
lebih mudah untuk memahami konsep meningkatkan hasil
matematika sehingga dapat meningkatkan belajar matematika siswa agar siswa dapat memahami
pemahaman konsep matematika siswa. konsep matematika
https://jurnal.uns.ac.id/JMMS/article/view/3 dengan baik ialah dengan menerapkan model
8725/25640 pembelajaran Problem Based Learning.
http://jurnal.um-
EP Latifah (2019) Berdasarkan hasil penelitian tapsel.ac.id/index.php/ptk/article/view/3060
menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berdasarkan hasil analisis NGain Mariana Marta Towe (2021) menyatakan bahwa terdapat
menunjukkan peningkatan nilai setelah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa
diberikan perlakuan PBL sebesar 0,64, kelas VIII setelah mengikuti pembelajaran berbasis
sedangkan peningkatan nilai setelah diberikan pendekatan PBL, yaitu (a) untuk soal nomor 1 terdapat
perlakuan TPS sebesar 0,53. Berdasarkan dari 14 siswa yang dapat mencapai indikator 1 sampai 4
semua hasil analsis dapat disimpulkan adanya dalam pemahaman konsep, dan ( b) untuk soal nomor 2,
perbedaan efektivitas yang signifikan dalam ada 11 dari 14 siswa yang dapat mencapai indikator 1
penelitian ini. Terbukti penerapan model sampai 4 dalam pemahaman konsep
pembelajaran PBL memiliki tingkat efektivitas https://www.journal.unwira.ac.id/index.php/ASIMTOT/a
lebih tinggi jika dibandingkan dengan model rticle/view/1364
pembelajaran TPS.
https://ojs.unm.ac.id/JDM/article/viewFile/98 Ayu Sulistiani (2022) menyatakan bahwa hasil tindakan
13/5668 siklus I dan siklus II adalah: 1) hasil tes pemahaman
konsep matematika siklus I nilai rata-rata adalah 54,4
Andri Setiawan (2018) Ketuntasan hasil belajar dan secara klasikal kategori “baik” 45,7%. pada siklus II
siswa kelas VII SMP Islam Gurah mengalami nilai rata-rata adalah 71,14 dan secara klasikal kategori
peningkatan yang cukup signifikan yang “baik” 82,87%; 2) hasil evaluasi tes komunikasi
ditunjukkan oleh hasil pre-test yang masuk matematik siklus I nilai rata-rata adalah 45,4 secara
dalam kriteria kurang dan meningkat pada klasikal siswa kategori “baik” 40%, pada siklus II nilai
post-test yang masuk dalam kriteria baik. Hal rata-rata adalah 62,7 secara klasikal kategori “baik”
ini ditunjukkan oleh ketuntasan hasil belajar 82,84%. Kesimpulan penelitian: 1) penerapan model
post-test siswa dimana 96,67 % siswa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
mendapatkan kriteria ≥ B (Baik). Sehingga pemahaman konsep matematika siswa, 2) penerapan
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari model pembelajaran berbasis masalah dapat
penerapan model Problem based learning meningkatakan komunikasi matematik siswa
dengan pendekatan Somatis, auditory, visual, http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimedu/a
dan intelectual terhadap hasil belajar siswa rticle/view/1091
Kelas VII SMP Islam Gurah
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_ar Kelebihan:
tikel/2018/13.1.01.05.0160.pdf 1. Siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Penelitian yang dilakukan Andri Setiawan 2. Bisa memicu peningkatan aktivitas siswa di kelas.
(2018) menunjukkan bahwa penerapan model 3. Siswa terbiasa untuk belajar dari sumber yang
PBL bisa dilakukan dengan pendekatan SAVI relevan.
4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan
Sehingga berdasarkan hasil analisis kajian efektif karena siswanya dituntut untuk aktif.
literatur di atas, maka solusi terbaik adalah
menerapkan model Problem Based Learning Kekurangan:
(PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep 1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan
model ini.
matematika siswa pada materi sistem 2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi
persamaan linear dua variabel. pembelajaran lebih lama.
3. Bagi siswa yang belum terbiasa menganalisis suatu
permasalahan, biasanya enggan untuk
mengerjakannya.
4. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak,
guru akan kesulitan untuk mengondisikan
penugasan.

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL)
adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa karena model ini dapat melatih siswa
untuk berpikir kritis untuk memahami sebuah konsep
dari permasalahan yang diberi.

Hasil Kajian Literatur


Dewi N. K. T. Y dkk (2021) penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematika dan
mendeskripsikan tanggapan siswa kelas VIII E SMP
terhadap implementasi model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share berbantuan alat peraga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase banyaknya
siswa yang memperoleh skor rata-rata pemahaman
konsep meningkat dari siklus ke siklus berturut-turut
12,5%, 56,25% dan 75%. Efektifitas peningkatan
pemahaman konsep sebelum dan sesudah pelaksanaan
tindakan diuji menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung
sebesar 6,15 dan t tabel sebesar 2,09 dengan taraf
signifikansi. Oleh karena itu, ini berarti ada perbedaan
yang signifikan pemahaman konsep matematika siswa
sebelum dan sesudah tindakan.
https://ejournal.undiksha.ac.id
/index.php/JEAR/article/view/31789

Nindita Martaliana dkk (2019) Dari penelitian yang


dilakukan diperoleh hasil bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pokok bahasan
bangun ruang dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika dan minat belajar. Berdasarkan hasil tes
siklus II, jika dibandingkan dengan pemahaman konsep
matematika sebelum tindakan diperoleh bahwa
persentase siswa yang telah mendapatkan skor 2 pada
indikator menyatakan ulang sebuah konsep meningkat
sebesar 62,5% menjadi 100%. Untuk indikator
mengklasifikasikan obyek menurut sifat-sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya meningkat 5,515% menjadi
61,765%. Untuk indikator memberi contoh dan bukan
contoh dari sebuah konsep meningkat 44,419% menjadi
85,294%. Untuk indikator menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi matematis meningkat
51,103% menjadi 82,353%. Untuk indikator
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu
konsep meningkat 30,515% menjadi 61,765%. Dan pada
indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah meningkat 26,287% menjadi
79,412% siswa. Sedangkan hasil observasi diperoleh
bahwa sebelum dilakukan tindakan persentase siswa
dengan minat belajar pada kategori tinggi yaitu sebesar
48,88%. Pada siklus I meningkat sebesar 7% menjadi
55,88%. Pada siklus II meningkat sebesar 5,88% menjadi
61,76%.
https://jurnal.uns.ac.id/JMMS/article/view/38735

Eris Rismayanti dkk (2020) menyatakan bahwa


persentase ketuntasan kemampuan pemahaman
matematika siswa pada siklus I berada pada kriteria
sedang, pada siklus kedua mengalami peningkatan
meskipun masih tetap pada kriteria sedang, dan pada
siklus ketigapun mengalami peningkatan dengan kriteria
tinggi. Sehingga penerapan model pembelajaran TPS
(Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman matematika siswa.
https://jurnal.ugj.ac.id/index.php/JNPM/article/view/2
930

Kelebihan:
1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
2. Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana.
3. Memberikan lebih banyak kesempatan untuk
kontribusi masing-masing anggota kelompok.

Kekurangan:
1. Lebih banyak kelompok yang perlu dimonitor.
2. Lebih sedikit ide yang muncul.

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model Think Pair Share (TPS) adalah
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa karena partisipasi siswa dalam
pembelajaran dapat membantu dalam pemahaman
konsep matematika siswa

Hasil Kajian Literatur


Herliana, T dkk (2019) menyatakan bahwa model
pembelajaran SAVI akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang ada dalam materi
pembelajaran sehingga siswa dapat memecahkan
masalah pembelajaran dengan baik
https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/indiktika/article/view/3437

(Ivana M: 2019)
Ivana M (2019) Hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan pemahaman konsep belajar matematika
menggunakan model pembelajaran somatic, auditory,
visualization and intellectually (SAVI) pada materi pola
bilangan pada siswa kelas VIII-3 SMP Muhammadiyah 47
Sunggal T.P 2019/2020. Peningkatan yang terjadi yaitu,
(1) Pada tahap awal rata-rata 43,5 dengan persentase
ketuntasan klasikalnya 5,6%. (2) Pada siklus I rata-rata
observasi pemahaman konsep sebesar 1,8 dan persentase
pemahaman konsep matematika siswa 30,6%, (3) Pada
siklus II rata-rata observasi pemahaman konsep sebesar
2,5 dan persentase pemahaman konsep matematatika
sebesar 55,6%. (4) Pada siklus III rata-rata observasi
pemahaman konsep 3,1 dan persentase pemahaman
konsep matematika sebesar 86,1%.
http://repository.umsu.ac.id/bitstream
/handle/123456789/10246

Kelebihan:
1. Didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan
dan menarik sehingga siswa tidak mudah lupa karena
semua proses pembelajaran tersebut melekat pada diri
mereka
2. Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan
kemampuan psikomotor siswa
3. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa
Kekurangan:
1. Memerlukan sarana prasarana pembelajaran yang
menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan
terutama untuk media pembelajaran.
2. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa
yang lemah.

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model SAVI (Somatic, Auditory,
Visual, and Intellectual) adalah salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
karena model ini didesain agar suasana belajar menjadi
menyenangkan dan menarik sehingga siswa tidak mudah
lupa karena semua proses pembelajaran termasuk
pemahaman konsep sebuah materi melekat pada diri
mereka

Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan rekan sejawat,
alternatif solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa adalah:
1. Menerapkan model pembelajaran yang menarik
2. Mendesain LKPD yang menarik dan bisa membantu
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa
3. Menggunakan media yang menarik
3 Rendahnya Menerapkan Pada penerapan model Problem Based Learning Hasil Kajian Literatur
kemampuan model (PBL) siswa lebih memahami masalah, Setiawan Madya (2021 Hasil analisis deskriptif
siswa dalam Problem merencanakan masalah, menyelesaikan menunjukkan bahwa: (1) kemampuan pemecahan
pemecahan Based masalah sesuai rencana, serta melakukan masalah siswa setelah diajar menggunakan Model
masalah Learning pengecekan kembali atau menafsirkan solusi. Problem Based Learning berada pada kategori sangat
matematika (PBL) untuk Siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis dan baik, yaitu 84,56 dari skor ideal 100, (2) kemampuan
1. Menerapkan materi terampil dalam menyelesaikan suatu pemecahan masalah siswa setelah diajar menggunakan
model sistem permasalahan dalam kehidupan sehari-sehari. pembelajaran konvensional berada pada kategori baik,
Problem persamaan
Based linear dua Segarino Putra Nababan (2019) Dalam yaitu 75,39 dari skor ideal 100. Dari hasil penelitian ini
Learning variabel pembelajaran berbasis masalah, siswa perlu dapat disimpulkan bahwa terdapat
(PBL) untuk memecahkan masalah yang disajikan pengaruh Model Problem Based Learning terhadap
2. Menerapkan dengan menggali informasi sebanyak- kemampuan pemecahan
model Project banyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan masalah siswa.
Based dalam kehidupan sehari-hari di mana https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/14192-
Learning perkembangan pemikiran dan kerja seseorang Full_Text.pdf
(PjBL) tergantung pada bagaimana ia belajar sendiri.
3. Menerapkan Pada intinya, pembelajaran berbasis masalah Yusri A.Y. (2018) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh
model adalah pembelajaran yang menggunakan setelah diterapkan
pembelajaran masalah dunia nyata disajikan dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Creative pembelajaran awal. Kemudian masalah ini terhadap kemampuan
Problem diselidiki untuk mengetahui solusi pemecahan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini terjadi
Solving (CPS) masalah. karena dalam penerapan model pembelajaran Problem
https://www.researchgate.net/publication/337 Based Learning (PBL) siswa lebih memahami masalah,
757289 merencanakan masalah, menyelesaikan masalah sesuai
rencana, serta melakukan pengecekan kembali atau
Andi Hasriyani (2022) Apabila dibandingkan, menafsirkan solusi.
rata-rata kemampuan pemecahan masalah https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosh
siswa pada kelas eksperimen 1 yang diajar arafa/article/view/mv7n1_6
menggunakan model PBL dengan pendekatan
saintifik lebih tinggi dibandingkan dengan Oktafrianto dkk (2020) Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan pemecahan masalah siswa pada peningkatan persentase keterampilan pemecahan
kelas eksperimen 2 yang diajar menggunakan masalah siswa yang mencapai KKM pada siklus I
model PJBL dengan pendekatan saintifik. Model meningkat dari 9 menjadi 15 peserta didik dengan rata-
PBL dan PJBL memang sama-sama berorientasi rata 74,21. Pada siklus II siswa yang mencapai KKM
pada pengembangan kemampuan pemecahan mencapai 15 orang dengan rata-rata 82.86. Aktivitas
masalah namun terdapat perbedaan dari segi siswa juga mengalami peningkatan dari 80 % disiklus I
karakteristiknya. Model PBL lebih memberikan meningkat menjadi 100% pada siklus II. begitu juga
arahan yang jelas kepada siswa dalam dengan aktivitas guru. Pada siklus I menunjukkan
memecahkan masalah sementara pada model presentase 75% meningkat menjadi 100% pada siklus II.
PJBL siswa lebih diberikan keleluasaan untuk Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai memahami
membuat keputusan dalam mengerjakan. konsep pemecahan masalah Matematika.
Adanya arahan yang lebih jelas bagi siswa
dalam proses pemecahan masalah dalam https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php
penerapan model PBL menjadikan siswa lebih /MI/article/view/16438
optimal dalam mengerjakan soal sesuai
langkah-langkah pemecahan masalah sehingga Kelebihan:
kemampuan pemecahan masalahnya juga 1. Siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil
menjadi lebih baik dibandingkan dengan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
yangdiajar menggunakan model PJBL. 2. Bisa memicu peningkatan aktivitas siswa di kelas.
https://journal.umtas.ac.id/index.php/naturali 3. Siswa terbiasa untuk belajar dari sumber yang
stic/article/view/1707/1112 relevan.
4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan
Febrintina S (2016) Hasil Penelitian efektif karena siswanya dituntut untuk aktif.
menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan Kekurangan:
kemampuan pemecahan masalah siswa yang 1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan
diajar menggunakan model pembelajaran CPS model ini.
dengan siswa yang diajarkan menggunakan 2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi
model pembelajaran PBL, (2) kemampuan pembelajaran lebih lama.
pemecahan masalah pada siswa yang 3. Bagi siswa yang belum terbiasa menganalisis suatu
menggunakan model pembelajaran CPS lebih permasalahan, biasanya enggan untuk
rendah dibandingkan yang pembelajarannya mengerjakannya.
menggunakan model pembelajaran PBL bagi 4. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak,
siswa yang tergolong minat belajar rendah guru akan kesulitan untuk mengondisikan
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JSS/a penugasan.
rticle/view/12091
Hasil analisis kajian literatur dan wawancara
Sehingga berdasarkan hasil analisis kajian menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL)
literatur di atas, maka solusi terbaik adalah adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
(PBL) untuk meningkatkan kemampuan siswa matematika siswa karena pada model ini siswa dilatih
pada pemecahan masalah matematika pada untuk selalu berpikir kritis dan terampil dalam
materi sistem persamaan linear dua variabel menyelesaikan suatu permasalahan.

Hasil Kajian Literatur


S.D. Lubis (2020) Adapun upaya yang dilakukan adalah
menerapkan model Project Based Learning yang
bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa (2) meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa (3) mengetahui kadar aktivitas
aktif siswa.
https://ejurnal.univalabuhanbatu.ac.id/index.php/al-
khawarizmi/article/view/145

Rekho Juniawan dkk (2019) Berdasarkan hasil


pengolahan data dengan menggunakan uji t, bahwa t
hitung sebesar 2,003 dan t tabel sebesar 1,682 dengan t
hitung lebih besar dari t tabel ( 2,003>1,168), maka dapat
dikatakan bahwa H0 diterima atau Ha ditolak. Hal
tersebut membuktikan adanya pengaruh positif dari
penerapan model Project Based Learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah pada materi bangun
datar
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php
/pgsd/article/view/6922

Nanang Priatna (2022) menyatakan bahwa terdapat


perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Project
Based Learning berbasis STEM (PjBL-STEM) dengan
pembelajaran konvensional, dimana pembelajaran Project
Based Learning berbasis STEM (PjBL-STEM) memiliki
rata-rata skor N-gain 0,53 lebih tinggi dari pembelajaran
Konvensional dengan rata-rata N-Gain 0,31
https://journal.unsika.ac.id/index.php
/supremum/article/view/6588

Kelebihan:
1. Memotivasi siswa dengan melibatkannya di dalam
pembelajarannya, membiarkan sesuai minatnya,
menjawab pertanyaan dan untuk membuat
keputusan dalam proses belajar.
2. Membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
4. Memberikan pengalaman pada siswa pembelajaran
dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kekurangan:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyaknya peralatan yang harus disediakan
4. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan
5. Ketika topik yang diberikan pada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model Project Based Learning (PjBL)
adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa karena model ini dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

Hasil Kajian Literatur


Novia Eka Putri dkk (2019) Dari hasil penelitian yang
dilakukan post-test nilai rata-rata untuk kelas
Eksperimen adalah 63 dengan simpangan baku 21,71
dan kelas kontrol rata-ratanya adalah 53,66 dengan
simpangan baku 22,01 Serta dari hasil uji Hipotesisnya
diperoleh thitung sebesar 1,801 dan ttabel sebesar 1,67
pada taraf nyata 0,05. Dari hasil perhitungan itu terlihat
bahwa thitung lebih besar dari ttabel maka H1 diterima.
Berdasarkan hasil akhir dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
menggunakan Model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) lebih baik dari pada siswa yang
menggunakan Model pembelajaran Langsung
http://phi.unbari.ac.id/index.php/phi/article/view/72

Wayan P (2020) Hasil penelitian menunjukan bahwa


kemampuan pemecahan masalah metematika siswa yang
mengikuti model CPS berbantuan video pembelajaran
lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Selanjutnya, untuk siswa yang memiliki minat belajar
lebih tinggi maupun yang lebih rendah, penerapan model
CPS berbantuan video pembelajaran lebih baik dari pada
pembelajaran konvensional. Sehingga, model CPS
berbantuan video pembelajaran berkontribusi positif
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa.
https://jurnal.ugj.ac.id/index.php/JNPM/article/view/2
644

Kelebihan:
1. Pendekatan CPS ini lebih memberi kesempatan
kepada siswa untuk memahami konsep-konsep
dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan.
2. Pendekatan CPS dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajaran.
3. Dapat lebih mengembangkan kemampuan berfikir
siswa karena disajikan masalah pada awal
pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada siswa
untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri.
4. Dapat lebih mengembangkan kemampuan siswa
untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data,
menganalisis data, membangun hipotesis, dan
percobaan untuk memecahkan suatu masalah.
5. Pendekatan CPS dapat membuat siswa lebih dapat
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya kedalam
situasi baru.

Kekurangan:
1. Adanya perbedaan level pemahaman dan kecerdasan
siswa dalam menghadapi masalah merupakan
tantangan bagi guru.
2. Siswa mungkin mengalami ketidaksiapan untuk
menghadapi masalah baru yang dijumpai di
lapangan.
3. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk
mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap dalam
CPS.

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model Creative Problem Solving
(CPS) adalah salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa karena dapat lebih
mengembangkan kemampuan berpikir siswa karena
disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberi
keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah
penyelesaiannya sendiri.

Hasil Wawancara:
Berdasarkan hasil wawancara dengan rekan sejawat,
alternatif solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah adalah:
1. Menerapkan model pembelajaran inovatif yang sesuai
dengan kebutuhan siswa
2. Menyiapkan LKPD yang bisa meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika
3. Memanfaatkan sarana dan prasana di sekolah untuk
menunjang proses pembelajaran
4. Membuat media pembelajaran yang menarik
4 Rendahnya Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) HASIL KAJIAN LITERATUR
kemampuan model merupakan model pembelajaran yang Sri Wardani (2020) menyatakan bahwa hasil uji One
siswa dalam Problem mendukung siswa untuk berpikir kritis dan Sample t Test menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang
materi berbasis Based mengembangkan keterampilan pemecahan mendapat pembelajaran model problem based learning
HOTS Learning masalah. Sedangkan Higher Order Thinking telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
1. Menerapkan (PBL) untuk Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat yaitu sebesar 77,11 untuk kemampuan berfikir tingkat
model materi tinggi yang perlu dimiliki siswa dalam tinggi. Sementara pada hasil uji Independent Sample t
Problem Sistem pembelajaran matematika adalah kemampuan Test juga diperoleh nilai signifikansi 0,025 untuk
Based Persamaan berpikir kritis dan kreatif. PBL mempunyai kemampuan berfikir tingkat tinggi. Selain itu pada rata-
Learning Linear Dua tujuan untuk meningkatkan kemampuan rata skor N-Gain kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa
(PBL) Variabel dalam menerapkan konsep-konsep pada kelas eksperimen sebesar 0,40 lebih dari rata-rata siswa
2. Menerapkan permasalahan baru atau nyata, pengintegrasian kelas kontrol sebesar 0,28. Dengan demikian dapat
model Project konsep HOTS, keinginan dalam belajar, disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based
Based mengarahkan diri sendiri dan keterampilan. learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berfikir
Learning tingkat tinggi (HOTS) siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga
(PjBL) S. Bahri dan Supriadi (2017) Pembelajaran tahun pelajaran 2019/2020 pada materi bilangan bulat
3. Menerapkan berbasis masalah merupakan suatu strategi dan pecahan.
model pembelajaran yang mendorong siswa untuk http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8704/
pembelajaran mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Creative dan dapat menyelesaikan masalah yang dapat Ully Fauziah dkk (2020) Hasil penelitian menunjukkan
Problem digunakan mereka sepanjang hidupnya. Hal bahwa skor rata-rata kemampuan awal siswa yaitu 45.00
Solving (CPS) senada juga mengatakan bahwa PBL dengan persentase ketuntasan 35%, pada siklus 1
merupakan salah satu model pembelajaran mendapatkan skor rata-rata yaitu 58.00 dengan
yang memfasilitasi siswa untuk persentase ketuntasan 70% dan pada siklus 2
mengembangkan kemampuan pemecahan mendapatkan skor rata-rata 75.00 dengan persentase
masalah, kemampuan berpikir kritis, dan ketuntasan 80%. Hasil penelitian menunjukkan adanya
kemampuan komunikasi. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
secara teori bahwa Problem-Based Learning menggunakan problem based learning.
(PBL) berpengaruh terhadap kemampuan https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Selain itu, php/JPFKIP/article/view/7881/pdf
berdasarkan hasil penelitian yang relevan juga
mengatakan bahwa model PBL berpengaruh Inayati (2020) menyatakan bahwa PBL mempunyai
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa serta tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam
dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa PBL atau nyata, pengintegrasian konsep HOTS, keinginan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dalam belajar, mengarahkan diri sendiri dan
kemampuan pemecahan masalah terutama keterampilan.
terkait dengan HOTS. Sehingga dalam http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/auladuna/article
meningkatkan HOTS siswa pada pembelajaran /view/410
matematika, perlu adanya suatu pendekatan
atau strategi yang sesuai dan cocok. Problem- Esti Untari dkk (2018) Problem Based Learning adalah
based learning menjadi salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah autentik tidak
pembelajaran yang bisa meningkatkan Higher terstruktur dan bersifat terbuka bagi peserta didik untuk
Order Thinking Skills (HOTS) siswa. mengembangkan keterampilan, menyelesaikan masalah
http://seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/fi dan berpikir kritis. Adapun sintaks dari PBL meliputi: 1)
les/full/M-104.pdf Orientation, 2) Organization, 3) Individual and Group
Guiding, 4) Development dan 5) Analisis and Evaluation.
Febry Royantoro dkk (2018) Model Model pembelajaran PBL ini sangat sesuai digunakan
pembelajaran PBL berpengaruh terhadap HOTS untuk mengembangkan HOTS, karena tujuan utama dari
peserta didik.Berdasarkan hasil uji N- PBL untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
gain,terlihat perbedaan HOTS pada kelas tinggi siswa.
eksperimen 0,62 sedangkan kelas kontrol 0,43. https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/do
Selain itu, perbedaan efektifitas modeldapat wnload/12529/8817
terlihat dari hasil effect size pada
kelaseksperimen yaitu 3,02 dan kelaskontrol Kelebihan:
1,87.Hasil ujihipotesis post-test menunjukkan 1. Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan
bahwa nilai sig. adalah 0,000, dimana nilai terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
signifikan lebih kecil dari nilai α = 0,05. Karena
nilai sig < 0,05, maka Ho ditolak atau dapat 2. Bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik di
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kelas.
signifikan HOTS peserta didik yang diajar 3. Peserta didik terbiasa untuk belajar dari sumber yang
menggunakan model PBL dengan yang diajar relevan.
menggunakan model konvensional 4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/bipf efektif karena peserta didiknya dituntut untuk aktif.
/article/view/5436/pdf
Kekurangan:
RetnoTriningsih (2020) Walaupun terdapat 1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan
perbedaan keefektifan antara model Problem model ini.
Based Learning dan Project Based Learning, 2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi
keduanya efektif dalam pembelajaran pembelajaran lebih lama.
matematika. Efektif yang dimaksudkan adalah 3. Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis
efektif ditinjau dari keterampilan berpikir kritis. suatu permasalahan, biasanya enggan untuk
Dengan demikian baik model Problem Based mengerjakannya.
Learning dan model Project Based Learning 4. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu
sebagai model pembelajaran yang dapat banyak, guru akan kesulitan untuk mengondisikan
meningkatkan prestasi belajar, akan tetapi penugasan.
lebih efektif model Problem Based Learning dari
pada Project Based Learning yang ditinjau dari Hasil analisis kajian literatur dan wawancara
keterampilan berpikir kritis. menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL)
https://www.researchgate.net/publication/340 adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
330093 dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam materi
HOTS karena model ini dapat meningkatkan kemampuan
Andy S. K. Dahoklory (2022) Terdapat dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
perbedaan kemampuan berpikir tingkat baru atau nyata, pengintegrasian konsep HOTS,
tinggi siswa yang diajarkan dengan keinginan dalam belajar, mengarahkan diri sendiri dan
menggunakan model pembelajaran CPS, keterampilan.
PBL, dan konvensional. Dari ketiga model
pembelajaran tersebut, model pembelajaran HASIL KAJIAN LITERATUR
PBL adalah model pembelajaran yang Abdul Hadi dkk (2022) menyatakan bahwa hasil belajar
sangat baik digunakan untuk kemampuan siswa mengalami peningkatan
berpikir tingkat tinggi siswa daripada dengan dari pretest ke posttest dengan nilai gain sebesar 0,70
berada pada kategori tinggi. Dengan menggunakan uji-
model pembelajaran CPS dan t dan taraf signifikansi 5% diperoleh thitung 13,53 dan
konvensional. ttabel 2,01505; thitung > ttabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/sora/artic penerapan model pembelajaran berbasis proyek efektif
le/view/5864/4507 terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi.
http://ejournals.umma.ac.id/index.php/equals/article/vi
Sehingga berdasarkan hasil analisis kajian ew/1228
literatur di atas, maka solusi terbaik adalah
menerapkan model Problem Based Learning Enggar Wilujeng dkk (2022) Hasil penelitian
(PBL) untuk meningkatkan kemampuan siswa menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus
dalam materi HOTS pada materi sistem II. Persentase High Order Thinking Skills siswa juga
persamaan linear dua variabel meningkat pada siklus I dan II melalui tiga penilaian
yaitu pada kemampuan berpikir kritis sebesar (75% -
80%), kemampuan pemecah masalah sebesar (75% -
85%) sedangkan pada kemampuan berpikir kreatif (75% –
85%).
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENASSDRA/a
rticle/view/2730

K. Londa dan I. Domu (2020) menyatakan bahwa hasil


dari sampel kelas yang diberikan treatment model
terindikasi adanya pengaruh positif dalam pembelajaran
matematika dimana penggunaan model pembelajaran ini
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis serta
mampu menyelesaikan soal HOTS yang didalamnya
mengaitkan kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
https://ejurnal.unima.ac.id/index.php/marisekola/articl
e/view/1029

Ajeng Setiasih (2019) Hasil penelitian menunjukkan


bahwa: (1) kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order
Thinking) siswa yang pembelajarannya menggunakan
model Project Based Learning (PjBL) lebih baik daripada
siswa yang pembelajarannya secara konvensional; (2)
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi (High
Order Thinking) siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Project Based Learning (PjBL) lebih
baik daripada siswa yang pembelajarannya secara
konvensional
https://ojs3.umc.ac.id/index.php/JNR/article/view/113
0

Kelebihan:
1. Memotivasi siswa dengan melibatkannya di dalam
pembelajarannya, membiarkan sesuai minatnya,
menjawab pertanyaan dan untuk membuat keputusan
dalam proses belajar.
2. Membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
4. Memberikan pengalaman pada siswa pembelajaran
dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kekurangan:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyaknya peralatan yang harus disediakan
4. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan
5. Ketika topik yang diberikan pada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan
Hasil analisis kajian literatur dan wawancara
menunjukkan bahwa model Project Based Learning (PjBL)
adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam materi
HOTS karena model pembelajaran ini berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis sehingga siswa
mampu menyelesaikan soal HOTS yang didalamnya
mengaitkan kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil Kajian Literatur


MA Sasmi (2022) Hasil penelitian diuji dengan
menggunakan uji perbedaan atau uji-t. Hasil analisis uji-t
diperoleh ttabel=2,00172<thitung=8,737. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan RME dan model CPS berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa atau HOTS.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?arti
cle=1617125&val=10433

WP Ariandari (2018) Pembelajaran Creative Problem


Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang
memusatkan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan
kreatifitas sehingga dengan kata lain CPS merupakan
model pembelajaran untuk mengembangkan HOTS siswa.
http://seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/banne
r/PM-71.pdf

Isti Qoma (2021) Berdasarkan data dan pengujian


hipotesis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa (1) terdapat pengaruh model pembelajaran CPS
(Creative Problem Solving) terhadap kemampuan berpikir
matematis tingkat tinggi
http://repository.radenintan.ac.id/16631/

Kelebihan:
1. Dapat lebih mengembangkan kemampuan berfikir
siswa karena disajikan masalah pada awal
pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada siswa
untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri.
2. Dapat lebih mengembangkan kemampuan siswa
untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data,
menganalisis data, membangun hipotesis, dan
percobaan untuk memecahkan suatu masalah.
3. Pendekatan CPS dapat membuat siswa lebih dapat
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam
situasi baru.

Kekurangan:
1. Adanya perbedaan level pemahaman dan kecerdasan
siswa dalam menghadapi masalah merupakan
tantangan bagi guru.
2. Siswa mungkin mengalami ketidaksiapan untuk
menghadapi masalah baru yang dijumpai di
lapangan.
3. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk
mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap dalam
CPS.

Hasil analisis kajian literatur dan wawancara


menunjukkan bahwa model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS)adalah salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam materi HOTS karena model ini
dapat lebih mengembangkan kemampuan siswa untuk
mendefinisikan masalah, mengumpulkan data,
menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan
untuk memecahkan suatu masalah.

Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan rekan sejawat,
alternatif solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam materi HOTS adalah:
1. Melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS
2. Membiasakan siswa untuk mengerjakan soal-soal
berbasis HOTS
3. Menggunakan model pembelajaran yang akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam materi HOTS
4. Menyiapkan LKPD berbasis HOTS

You might also like