You are on page 1of 16

Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam,

Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

Perspektif Islam Tentang Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu

Zanzabil Adwa Fitrian, Ahmad Nasrulloh, Sigit Nugroho

Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia


Email: zanzabiladwa.2021@student.uny.ac.id

Abstract: This article will investigate the relation between philosophy and science. Seeking
the truth is a trait carried out by humans in their life. The ultimate truth can be proven by
thinking or the human method itself. The methods used by humans in seeking the truth are
philosophy and science. The researchers employed a literature review or library research
methodology for this study. Philosophy is a method of obtaining truth by thinking
continuously to find the essential truth. The truth that philosophy produces is deeply
reflective. At the same time, science is part of knowledge that aims to find the truth through
scientific procedures. The fact produced by science consists of developmental values from
the inside, which, over time, can change. Philosophy and science are closely related. This is
seen from the similarity of using reflective thinking to find the truth even though it has its
way. But it also has differences from its formal object, where philosophy seeks the most
profound explanation while science seeks the most profound causes. And also, from the
perspective of the Islamic religion, philosophy is a way of conveying Allah SWT to provide
explanations and knowledge about truth and can be understood rationally. Therefore,
science makes convincing statements about the fact and does not contradict philosophical
principles. Therefore philosophy is a science that does not contradict religious dogmas, so
the knowledge obtained from philosophy is the science of truth. Thus philosophy and science
are closely related to discovering deep things about the fact.

Keywords: Phylosophy, Religious Dogmas, Science of Truth

Abstrak: Mencari kebenaran merupakan sifat yang dilakukan oleh manusia didalam
hidupnya. Kebenaran yang hakiki dapat dibuktikan pada cara berpikir atau metode manusia
itu sendiri. Metode yang digunakan manusia dalam mencari kebenaran yaitu filsafat dan
ilmu. Artikel ini bertujuan untuk membahas hubungan antara filsafat dan ilmu. Metode yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan tinjauan pustaka atau
library research. Filsafat merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran dengan cara berpikir terus menerus sehingga menemukan kebenaran yang hakiki.
Kebenaran yang dihasilkan filsafat bersifat reflektif yang sangat mendalam. Sedangkan ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang bertujuan untuk menemukan kebenaran melalui
prosedur ilmiah. Kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu terdiri dari nilai-nilai pekembangan
dari pengetahuan yang dimana seiring perkembangannya waktu dapat berubah. Filsafat dan
ilmu itu sendiri berkaitan erat. Hal tersebut dilihat dari kesamaan menggunakan pemikiran
reflektif guna menemukan suatu kebenaran meskipun memiliki cara tersendiri. Namun juga

247
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

memiliki perbedaan yang dilihat dari objek formalnya. Yang dimana filsafat mencari
keterangan sedalam-dalamnya sedangkan ilmu mencari sebab sedalam-dalamnya. Dan juga
dari perspektif agama Islam, filsafat merupakan cara penyampaian Allah SWT untuk
memberikan penjelasan maupun ilmu tentang kebenaran serta dapat dipahami secara
rasional. Oleh karena itu ilmu yang memberi tahu pernyataan-pernyatan yang meyakinkan
tentang kebenaran dan tidak bertolak belakang dengan prinsip filsafat. Maka dari itu filsafat
merupakan ilmu yang tidak bertolak belakang dengan dogma agama sehingga ilmu yang
diperoleh dari filsafat merupakan ilmu kebenaran. Dengan demikian filsafat dengan ilmu
sangat erat berkaitan untuk menemukan hal-hal yang mendalam tentang kebenaran.

Kata Kunci: Filsafat, Ilmu Kebenaran, Dogma Agama.

Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang memiiki akal maka dari itu manusia merupakan
1
makhluk pencari kebenaran . Dalam hal mencari kebenaran manusia tidak akan pernah
merasa puas, oleh karena itu manusia selalu mencari suatu jawaban yang sesungguhnya
dengan bertanya-tanya dan berpikir untuk mendapatkan jawaban. Manusia dalam
menemukan suatu jawaban ialah menguji suatu permasalahan dengan metode tertentu untuk
menjadikan parameter apakah jawaban yang ditemukan merupakan kebenaran yang
sesungguhnya. Dalam hal ini, kebenaran ilmiah atau kebenaran yang dapat diukur secara
ilmiah adalah kebenaran.
Manusia terus mencari kebenaran meskipun perkembangan zaman sangat pesat di
masa sekarang. Sebaliknya, manusia lebih aktif mengejar kebenaran dari teori-teori saat ini
untuk menguji teori-teori baru atau membatalkan teori-teori lama. Oleh karena itu, manusia
lebih banyak melakukan penelitian ilmiah untuk menemukan solusi dari setiap kesulitan yang
ditemuinya. Oleh karena itu, ia bersifat statis, tidak kaku, yang tidak akan pernah berhenti
memuaskan keingintahuan manusia tentang dunia, tetapi akan terus berlanjut sepanjang
waktu.
Manusia dalam mencari suatu kebenaran dimulai dari satu hal pertanyaan yang
kemudian manusia berpikir. Berpikir merupakan kegiatan menemukan suatu hal yang

1
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, ed. Nia Januarini, I. (Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016)

248
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

dianggap benar. Kegiatan berpikir merupakan upaya untuk menentukan pengetahuan yang
2
benar atau prinsip kebenaran . Maka dari itu manusia harus memiliki cara berpikir filosofis
dalam menghadapi permasalahan dalam hidup untuk menemukan jawaban yang menjadikan
filsafat sebagai hal yang perlu dipelajari. Salah satu ciri filsafat adalah pengejaran kebenaran
untuk dirinya sendiri, dan kebenaran yang dicari adalah kebenaran intrinsik yang persuasif
dan lebih pasti.
Filsafat itu sendiri merupakan induk dari semua ilmu. Filsafat merupakan ilmu yang
paling tua dikarenakan filsafat merupakan dasar dari segala berpikir yang membutuhkan
pemecahan dari pertanyaan dan persoalan hidup didalam pemikiran manusia. Berdasarkan
sejarah perkembangannya ilmu merupakan suatu permasalahan yang ada didalam filsafat.
Oleh karena itu dari penjelasan diatas maka dalam hal ini akan dibahas mengenai
hubungan filsafat dan ilmu.
Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan induk dari ilmu yang ada didunia. Filsafat adalah ilmu tertua
karena merupakan dasar dari semua pemikiran mendasar yang menuntut penyelesaian
masalah dan masalah hidup dalam pikiran manusia. Berdasarkan sejarah perkembangannya
ilmu merupakan suatu permasalahan didalam filsafat. Ilmu merupakan bagian dari filsafat,
seiring berjalannya waktu ilmu terpisah dengan filsafat namun filsafat dan ilmu bersifat
menjalin dan tidak dapat dipisahkan. ilmu semakin terspesifikasi dan mandiri. Filsafat dan
ilmu berusaha untuk meneliti dan mencari unsur-unsur dasar dari alam semesta. Munculnya
filsafat disebabkan pada zaman dahulu manusia merasa takjub dan heran. Rasa takjub
maupun heran diawali dari manusia dahulu terarah pada gejala-gejala alam yang terjadi.
Dalam perkembangan lebih lanjut, permasalahan dalam kehidupan manusia menjadi semakin
kompleks. Pada hal ini permasalahan yang terjadi dalam kehidupan yang tidak mampu
dijawab ilmu, oleh karena itu filsafat menjadi titik bantu untuk memberi keterangan jawaban.
Pada dasarnya filsafat memberikan keterangan secara menyeluruh dan radikal atas
permasalahan yang terjadi, sedangkan ilmu terus berkembang dalam batas-batasnya,

2
Jujun S Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakikat, 19th ed.
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015),

249
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

sementara pada saat yang sama dipahami secara menyeluruh dan detail. Prosedur yang
dilakukan pada dasarnya merupakan bidang studi Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu
dapat dipahami sebagai penghubung antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak
menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu
pemahaman atas alam secara dangkal.
Pada hakikatnya filsafat ilmu merupakan tinjauan filosofis yang memiliki objek
material atau pokok pembahasan yang berhubungan dengan ilmu itu sendiri, dengan kata lain
filsafat ilmu merupakan upaya pemahaman dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu
pengetahuan), baik itu ciri intisarinya, cara mendapatkannya, maupun kegunaan ilmu itu
sendiri bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu tidak bisa jauh dari sejarah perkembangan ilmu
karena dasar utamanya ialah filsafat yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi
dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli. Ilmu itu
sendiri memiliki dasar ontologi masing-masing seperti metafisika merupakan dasar dari ilmu
teologi, eskatologi dan kosmologi. Matematika merupakan dasar dari ilmu yang membahas
pada tataran ide-ide imajinatif seperti aritmatika, aljabar, maupun geometri. Serta fisika yang
merupakan dasar dari ilmu yang membahas pada tataran fisik seperti Geofisika, astrofisika,
dan elektronika.
Semua penelitian ilmiah harus disesuaikan dengan metodologi penelitian agar valid.
Peneliti harus mampu memahami metode penelitian yang merupakan poin penting yang akan
dijadikan acuan penelitian. Pendekatan penelitian yang sudah populer adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan
pendekatan tinjauan pustaka atau library research.
Filsafat dalam bahasa Arab adalah falsafah atau dari bahasa Yunani yaitu Philosophia
(Phillen) yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, dan kata
Shophia berarti kebijaksanaan, kebenaran, dan kebaikan. Dengan demikian berfilsafat atau
filsafat berarti mencintai kebijaksanaan atau kebenaran. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, filsafat adalah ilmu dan penyelidikan batin tentang arti segala sesuatu, sebab-
sebabnya, asal-usulnya, dan hukum-hukumnya. Para filosof mendefinisikan filsafat sebagai
berikut. Menurut Plato, filsafat adalah pengejaran kebenaran mutlak melalui pengetahuan.
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki kebenaran yang melekat pada

250
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika, dan menurut Ismal, itu
adalah studi tentang estetika. Filsafat adalah pandangan manusia dengan pikiran dan budinya
secara serius, khususnya secara metodis, universal, integratif, dan radikal untuk mencapai
3
dan menemukan kebenaran hakiki (pengetahuan, dan kebijaksanaan atau kebenaran sejati) .
Filsafat, falsafah atau Philosophia secara harfiah memiliki makna cinta kebijaksanaan
maupun kebenaran. Maka dari itu setiap orang yang berfilsafat merupakan orang yang
bijaksana. Orang yang berfilsafat disebut juga dengan filsuf atau filosof. Filsafat secara
sederhana adalah cara untuk memahami sesuatu dengan cara berpikir, artinya berfilsafat
sama dengan berpikir. Akan tetapi tidak semua berpikir adalah hal yang dapat dikatakan
berfilsafat. Filsafat adalah kegiatan berpikir secara mendalam mengenai pertanyaan yang
besar untuk menemukan kebenaran dan mencoba menjawabnya secara masuk akal, umum
dan sistematis. Filsafat adalah proses pencarian jawaban dengan cara berpikir radikal yang
bersifat general untuk menjelaskan suatu kajian atau objek filsafat. Dengan demikian filsafat
adalah ilmu yang dipelajari secara ilmiah untuk menggali kebenaran suatu objek dengan
modal berpikir radikal.
Filsafat adalah disiplin ilmu. Sebagai ilmu filsafat, pasti bermanfaat bagi orang yang
menerapkannya. Manfaat dari ilmu sangat banyak dikarenakan filsafat merupkan induk dari
segala ilmu yang ada didunia. Menurut plato, Filsafat adalah disiplin yang bertujuan untuk
mencapai kebenaran otentik dan murni. Dengan keyakinan bahwa filsafat merupakan
induknya ilmu pengetahuan, maka dari itu filsafat akan memberikan kontribusi. Namun
seiring dengan kemajuan masyarakat dan permasalahan yang ada dalam kehidupan filsafat
pada umumnya semakin kompleks, tidak akan mampu memberikan solusi; akibatnya,
cabang-cabang filsafat akan muncul. Kajian utama filsafat meliputi tentang, dunia, manusia
dan Tuhan, maka dari itu cabang filsafat ada empat disiplin utama yaitu filsafat pengetahuan,
filsafat semua realitas, filsafat tindakan, dan filsafat sejarah. Cabang filsafat juga berupa
ontologis, epistemologis dan aksiologis.

3
Adi Hidayat, Filsafat Ilmu : Sejarah, Konsep, Dan Strategi Pengembangan Ipteks, 2019.

251
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

Sebagaimana makna umum dari filsafat merupakan berpikir, maka kegunaan umum
filsafat adalah menambah ilmu pengetahuan, alat pencari kebenaran, memberikan wawasan
tentang gaya hidup, pandangan hidup, dan pandangan dunia, dan sebagai alternative
pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi.
Berpikir merupakan bagian karakteristik dari manusia. Dengan berpikir manusia akan
memahami tentang kehidupan. Ada 4 jenis berpikir yang dilakukan manusia yaitu berpikir
4
Awam, berpikir Ilmiah, berpikir filosofis, dan berpikir religi . Berpikir awam merupakan
berpikir tanpa berdasarkan teori atau ilmu tertentu, kebenaran dari berpikir awam belum bisa
disebut kebenaran ilmiah karena kebenaran ilmiah lebih dari sekedar pengalaman hidup dan
berpikir pribadi yang bersifat ilmiah. Berpikir ilmiah merupakan berpikir secara keilmuan,
kebenaran dari berpikir ilmiah didapatkan dari berpikir awam yang kemudian dilakukan
penelitian untuk mendapatkan jawaban mengenai informasi-informasi melalui yang
kemudian disimpulkan sebagai kajian ilmiah. Berpikir Filosofis adalah tentang sifat realitas
untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya. Dalam pemikiran filosofis, hasil penelitian
bukanlah acuan, meskipun kesimpulan penelitian ilmiah dapat dibuktikan secara
5
eksperimental, tetapi bersifat holistik, radikal, dan spekulatif . Berpikir religius adalah suatu
bentuk pemikiran yang dianggap sebagian besar didasarkan pada kebenaran hakiki.
Berdasarkan penjelasan diatas untuk menjawab seperti apa acara berpikir filsafat,
6
karakteristik berpikir filsafat sebagai berikut :
1. Bersifat menyeluruh mengandung arti bahwa seorang akademisi tidak akan
pernah merasa puas jika ia hanya memahami pengetahuan dari perspektif ilmu.
Dia ingin memahami sifat pengetahuan dari perspektif yang berbeda,
hubungannya dengan moralitas, dan untuk memastikan bahwa pemahaman ini
akan memberinya kebahagiaan. Ini akan mencegah para ilmuwan menjadi

4
Anselmus JE Toenlioe, Teori Dan Filsafat Pendidikan (PENERBIT GUNUNG SAMUDERA [GRUP
PENERBIT PT BOOK MART INDONESIA]., 2014).
5
Ibid.
6
Mukhtar Latif, Orientasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu (Jakarta: Pernadamedia Group, 2014).

252
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

sombong dan percaya bahwa mereka adalah yang terbaik, seperti yang diakui
Socrates bahwa dia tidak tahu apa-apa.
2. Bersifat mendasar, maksudnya ialah pemikiran yang detail sampai pada hasil
yang sebenar-benarnya, sehingga dapat dijadikan acuan bagi suatu keilmuan.
3. Bersifat spekulatif, maksudnya pemikiran yang abstrak untuk menelusuri
pengetahuan baru sehingga dapat dipisahkan mana yang logis dan tidak.
Sedangakan karakteristik berpikir filsafat dikemukakan oleh Nasution yaitu sebagai
7
berikut :
1. Radikal, artinya mendalami suatu masalah jelas hingga ke sumbernya.
2. Universal, yaitu pemikiran umum yang mencakup semua komponen konkret,
abstrak, fisik, dan metafisik, sebagai lawan dari membatasi makna tunggal
menjadi sebagian.
3. Konseptual, adalah hasil dari generalisasi yang berasal dari pengalaman manusia
4. Koheren dan konsisten, Koheren artinya menunjukkan kesesuaian dengan aturan
pemikiran rasional. Ketika konsisten, tidak ada perbedaan.
5. Sistematik, yaitu berpikir logis, yang berurutan, sadar, dan bertanggung jawab,
serta bergerak selangkah demi selangkah.
6. Komprehensif. Mencakup atau menyeluruh
7. Bebas. Pemikiran filosofis adalah produk pemikiran bebas yang tidak terpengaruh
oleh otoritas, budaya, dogma, dan agama.
8. Bertanggung jawab. Maksudnya ialah orang yang berpikir dan dapat
mempertanggunga jawabkan hasil pemikirannya8.
Maka dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir filsafat tidak
sama dengan dengan berpikir secara umum. Berpikir filsafat memiliki karakteristik tersendiri
untuk menemukan kebenaran jawaban. Berdasarkan kedua expert diatas bahwa karakteristik
berpikir filsafat yaitu sistematik, menyeluruh, radikal, logis, bebas dan bertanggung jawab.

7
Ahmad Taufik Nasution, Filsafat Ilmu : Hakikat Mencari Pengetahuan, 1st ed. (Yogyakarta:
Deepublish, 2016)
8
Ibid.

253
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

Berikut pengertian filsafat menurut filsuf besar :


1. Socrates, menurutnya jiwa manusia adalah prinsip hidup yang paling mendasar;
oleh karena itu, jiwa adalah kodrat manusia yang memiliki makna sebagai
penentu kehidupan manusia. Menurut Socrates, filsafat adalah disiplin ilmu yang
memungkinkan kita memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan
akal.
2. Plato, berpendapat bahwa realitas fundamental adalah konsep. Dia merasa bahwa
dunia yang kita amati atau dunia empiris yang dapat berubah bukanlah alam
semesta yang sebenarnya. Dunia penglihatan atau dunia persepsi, yaitu dunia
material, seluruhnya terdiri dari bayangan dan konsep yang kekal dan tidak
berwujud. Dengan demikian, Filsafat adalah pengetahuan yang dipelajari untuk
mencapai kebenaran hakiki, karena kebenaran ini hanya milik Tuhan, atau, lebih
umum, pengetahuan tentang semua yang ada.
3. Aristoteles, menurutnya, filsafat adalah cabang ilmu (knowledge) yang meliputi
metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.Fuad Hasan, berpendapat filsafat
adalah suatu usaha dengan sungguh-sungguh untuk berpikir sedalam-dalamnya
dari suatu hal yang dipermasalahkan
4. Imanuel kant, Seorang filosof barat bergelar pemikir raksasa Eropa yang
menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu utama dan segala pengetahuan, yang
mencakup empat hal yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang dapat
dilakukan manusia (etika), apa artinya menjadi manusia (antropologi), dan sejauh
mana harapan manusia (agama).
5. Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah suatu ilmu (pengetahuan) yang
menjelaskan tentang makna mendalam bagaimana alam yang nyata.
6. Al-Faraabi merupakan seorang pemikir muslim yang mengartikan filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat sebenarnya.
7. Al-Kindi adalah filosof muslim pertama, dan menurutnya Filsafat adalah
penyelidikan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas kemampuan manusia,
yang meliputi ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan
(fadhilah), dan beberapa kajian lain yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

254
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

Berdasarkan penjelasan teori dan para filsuf diatas, maka dapat ditarik kesimpulaan
bahwa filsafat merupakan metode yang digunkan untuk memperoleh kebenaran atau makna
alam semesta melalui pemikiran terus-menerus secara mendasar dan radikal dengan tujuan
untuk mendapatkan jawaban yang bersifat radikal, universal, dan logis. Maka dari itu dapat
dinyatakan bahwa para filsuf senantiasa berpikir logis, sistematis dan kritis. Filsafat itu
sendiri menujukkan bahwa manusia memiliki upaya dan pemikiran yang kritis pada suatu
fenomena. Filsafat yang paling tinggi dan paling mulia adalah filsafat awal (Tuhan), yang
menjadi sebab ('illah) dari setiap realitas/kebenaran. Dan juga filsafat memberi bantuan pada
manusia untuk mengembangkan pengetahuan yang tidak terbatas. Dengan demikian, filosof
yang paling sempurna dan terkemuka harus mampu mencapai tingkat pengetahuan yang
tinggi. Semakin dekat kemanusiaan dengan kebenaran, semakin dekat mereka dengan
kesempurnaan menurut Al-Kindi.
Dalam kombinasi agama dan filsafat yang dilakukan oleh Al-Kindi dalam
memperoleh suatu kebajikan didasari pada keimanan terhadap Al-Qur’an yang dimana telah
memberi tahu pernyataan-pernyatan yang meyakinkan tentang kebenaran dan tidak bertolak
belakang dengan prinsip filsafat. Namun, tahapan kombinasi ini tidak dapat dilakukan
kecuali jika agama dan filsafat memiliki instrumen kerja yang sama. Menurut Al-Kindi
sendiri, kenyataan dari filsafat tetap bersandar pada akal (rasionalitas) hal tersebut juga tidak
berbeda dengan kenyataan bahwa dogma agama pula memerlukan kemampuan akal untuk
memahami suatu ajaran.

Pengertian Ilmu
Istilah ilmu berasal dari bahasa Arab alima, yang berarti mengetahui. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Ilmu adalah informasi yang tersusun secara sistematis tentang suatu
wilayah yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena tertentu di dalam bidang
tersebut. Ilmu adalah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan pengetahuan ilmiah
9
secara keseluruhan. Dengan demikian, ilmu adalah sumber pengetahuan umum .

9
Supardi, “Filsafat, Ilmu, Dan Ilmu Sosial” (2009): 1–70.

255
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

Ilmu adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan, sedangakan pengetahuan


merupakan semua informasi yang diketahui manusia. Filsafat adalah pengetahuan berupa
informasi yang digali, sedangkan ilmu adalah penguasaan informasi tersebut. Dengan
demikian itulah perbedaan filsafat dan ilmu. Ilmu pengetahuan adalah kaitan susunan kata
yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang erat. Oleh karena itu, ilmu dan pengetahuan
sulit dibedakan dari mayoritas umat manusia, karena maknanya saling terkait dan sangat
saling bergantung.
Tidak segala hal pengetahuan disebut sebagai ilmu, karena apabila segala
pengetahuan disebut ilmu maka hampir semua bisa dikatakan sebagai ilmu. Karena
pengetahuan memiliki sifat hanya sekedar tahu, namun berkebalikan bahwa ilmu merupakan
pengetahuan. Maka dari itu untuk memperoleh ilmu yaitu pengetahuan yang disusun secara
sistematis dan berdasarkan metodologi serta memiliki makna secara umum. Didalam
kehidupan manusia ilmu dipahami sebagai sumber pengetahuan untuk menjelaskan suatu
gejala tertentu dalam bidangnya. Ilmu juga dapat dikatakan sebagai kumpulan informasi yang
didapat dari pengalaman yang dilewati atau dialami.
Pemahaman tentang pengertian ilmu dalam kehidupan dapat dibagi menjadi 3 bagian
yaitu sebagai aktivitas, metode, dan pengetahuan sistematis. Pengertian ilmu merupakan
suatu aktivitas adalah sebagai proses aktivitas penelitian untuk mendapatkan suatu
pengetahuan yang bersifat rasional kognitif dan bertujuan yang mencapai suatu kebenaran,
memperoleh pemahaman,serta memberikan penjelasan. Ilmu juga merupakan metode, yang
memiliki makna suatu prosedur yang melibatkan berbagai hal yang berkaitan dengan pikiran,
aturan kerja, tata cara, dan cara teknis untuk menghasilkan pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Selain sebagai aktivitas maupun metode ilmu
juga dapat dikatakan sebagai pengetahuan atau ilmu sebagai hasil dari pengetahuan,
maksudnya ialah suatu hasil yang diperoleh dari aktivitas penelitian melalui proses prosedur
yang dikembangkan dari pengetahuan yang ada. Pengetahuan pada dasarnya menunjuk pada
suatu yang diketahui, maka dari itu ilmu berangkat dari suatu pokok permasalahan. Pokok
permasalahan tersebut dapat berupa ide abstrak. Ide tersebut diteliti atau diselidiki secara
berulang-ulang dan dilaksanakan sesuai prosedur, sehingga kesimpulan yang didapat
menjadikan hasil berupa pengetahuan baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ilmu

256
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

adalah urutan aktivitas manusia yang logis dan kognitif yang dilakukan sesuai dengan
protokol untuk mengembangkan tubuh pengetahuan yang sistematis tentang peristiwa alam,
sosial, atau individu sehingga kita dapat memahami, menjelaskan, dan memahami dengan
lebih baik serta menerapkannya.
Ilmu pengetahuan memiliki berbagai ciri salah satunya yaitu bersifat empiris, maka
sifat ilmu pengetahuan yang empiris menunjukkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan
pengamatan atau percobaan (percobaan). Karakteristik sistematis menyiratkan bahwa banyak
penjelasan dan fakta yang disusun sebagai kumpulan pengetahuan saling terkait, bergantung,
10
dan terorganisir . Melainkan bersifat empiris dan metodis, ilmu memiliki tiga karakteristik
utama: objektivitas, analisis, dan dapat diverifikasi (dapat dibuktikan). Sesuai dengan sifat
objektif ilmu, pengetahuan yang diperoleh bebas dari bias manusia. Ilmu pula bersifat
analitis. Dapat dipahami bahwa Pengetahuan ilmiah berusaha untuk memisahkan objek
menjadi bagian-bagian rinci untuk memahami sifat-sifat yang berbeda, hubungan, dan peran
bagian-bagian. Ciri utama ilmu adalah selalu mengarah pada penemuan kebenaran.
Berdasarkan penjelasan diatas maka sesuatu yang bersifat pengetahuan dapat
dijadikan ilmu pengetahuan dengan melalui organisasi sistematis pengalaman dan
pengetahuan manusia. Hal ini dilakukan melalui penggunaan metode berpikir yang jelas,
yang membuatnya hal baru dari disiplin ilmu yang lain.

Hubungan filsafat dan ilmu


Secara sejarah filsafat dan ilmu merupakan satu kesatuan, seiring perkembangannya
ilmu memiliki banyak ilmu-ilmu khusus sehingga menjadi mandiri dan melepaskan diri dari
filsafat. Hal tersebut juga diakibatkan karena ilmu lebih memepengaruhi pemikiran manusia.
Meskipun begitu filsafat dan ilmu masih memiliki hubungan yang sangat erat. Hal tersebut
juga dapat kita pahami bahwa filsafat sebagai ibu dari ilmu (ilmu anak dari filsafat) yang
dimana bahwa filsafat merupakan proses berpikir kritis untuk menemukan dalam

10
Ibid.

257
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

mengembangkan gagasan dari ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara sistematis, radikal
dan menyeluruh untuk menemukan kebenaran.
Kedudukan filsafat dalam Islam mengalami turun naik pemulian dan kecaman yang
menjadi kepentingan ketika menjadi bahan pembicaraan. Beberapa akademisi dan ilmuwan
berpendapat bahwa Islam dan filsafat bertentangan secara diametris, dengan alasan bahwa
disiplin masing-masing tidak dapat disatukan. Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
Rusyd termasuk di antara mereka yang berusaha mengintegrasikan dan memadukan
keduanya. Al-Kindi percaya bahwa tujuan filsafat adalah untuk mengungkapkan esensi
sebenarnya dari segala sesuatu melalui penjelasan tentang sebab-sebabnya. Al-Kindi
menyatukan filsafat dan agama (Islam) dengan menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu
kebenaran dan agama adalah ilmu kebenaran. Al-Farabi, sementara itu, mampu mengaitkan
filsafat politik Yunani klasik dengan Islam, yang ditafsir dalam perspektif agama-agama
wahyu. Avicenna berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta menggunakan
emanasi. Berdasarkan pemikiran para filosof tersebut menunjukkan bahwa filsafat dan
11
agama (Islam) memiliki hubungan yang erat dan kompatibel secara ilmiah .
Sulit untuk menggambarkan hubungan antara ilmu dan filsafat secara jelas dan
ringkas karena ada persamaan dan perbedaan antara keduanya, serta poin tentang sifat dan
batasan ilmu, dan karena para filsuf memiliki perspektif yang berbeda tentang makna dan
12
tugas filsafat . Menurut Sidi Gazalba, ada dua aktivitas filosofis yang tidak ada dalam ilmu:
(1) Refleksi tentang seluruh dunia, terutama tentang makna, tujuan, dan nilai; dan (2)
13
Pemeriksaan kritis terhadap ide-ide yang diadopsi oleh ilmu atau pemikiran kritis .
Filsafat dan ilmu serupa karena keduanya menggunakan pemikiran reflektif untuk
menjawab suatu masalah dan memahami realitas dunia dan aktivitas manusia. Filsafat dan

11
Azis Masang, “Kedudukan Filsafat Dalam Islam,” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer
11, no. 1 (2020): 30–55, https://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/view/4910.
12
Setya Widyawati, “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan,” Jurnal Seni
Budaya 11, no. 1 (2013): 87–96, https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/gelar/article/view/1441/1415.
13
Ibid.

258
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

ilmu bersifat kritis, memiliki perspektif yang luas, dan sangat terfokus pada kebenaran dalam
situasi ini, tetapi mereka juga memperhatikan pengetahuan yang terorganisir dan koheren.
Kemudian perbedaan dari filsafat dan ilmu pada focus objeknya, dimana filsafat memiliki
objek yang lebih luas sedangkan ilmu objeknya tertentu. Ilmu lebih analitis dan deskriptif
dalam pendekatannya, menggunakan observasi, eksperimen, dan klasifikasi data untuk
mencapai suatu kesimpulan, sedangkan Filsafat berusaha mengkaji pengalaman secara luas
agar lebih komprehensif dan mencakup persoalan-persoalan mendasar dalam berbagai
bidang pengalaman manusia. Filsafat lebih sintetik dan meskipun bersifat analitis,
analisisnya mencakup kehidupan universal dan umum. Filsafat lebih mementingkan
pertanyaan mengapa dan bagaimana. Filsafat menyelidiki dan memahami hubungan antara
temuan ilmiah dan klaim agama, moral, dan artistik ketika memeriksa suatu masalah. Dengan
memperhatikan hal tersebut maka filsafat memiliki objek yang lebih besar dan lebih lengkap
dari ilmu, yang berarti suatu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu, sehingga filsafat
mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri dapat dimanfaatkan sebagai objek pembahasan
filsafat (Filsafat Ilmu). Meskipun demikian, filsafat dan ilmu memiliki tujuan kajian yang
sama, yaitu pemikiran introspektif dan metodis, meskipun dengan penekanan pendekatan
14
yang berbeda . Dalam perspektif Islam, filsafat ialah metode untuk mendekripsikan
bagaimana cara Allah memberikan informasi terkait kebenaran atau yang haq dengan cara
dan pemikiran yang rasional maupun masuk akal. Sebagaimana filsafat menurut pandangan
agama yang diutarakan oleh al-kindi bahwa filsafat merupakan ilmu yang memberi tahu
pernyataan-pernyatan yang meyakinkan tentang kebenaran dan tidak bertolak belakang
dengan prinsip filsafat. Maka dari itu filsafat merupakan ilmu yang tidak bertolak belakang
dengan dogma agama sehingga ilmu yang diperoleh dari filsafat merupakan ilmu kebenaran.
Adapun Ilmu dari perspektif agama Islam adalah hal yang paling istimewa yang diberikan
oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengantarkan manusia menuju kebaikan yang
ditandai dengan tumbuh nya kebersamaan antara ilmu dan agama yang dibuktikan ketika

14
Abdul Wahid, “Korelasi Agama, Filsafat Dan Ilmu,” Jurnal Substantia 14, no. 2 (2012): 224–231.

259
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

Rasulullah mendapakan wahyu pertama yang mula-mula diperintahkan kepadanya adalah


15
“membaca” .
Dengan demikian filsafat dan keseluruhan ilmu bertemu pada satu tujuan, tujuan
tersebut merupakan segala yang ada atau yang mungkin ada, yang merupakan dengan objek
material. Namun filsafat dan ilmu tetap memiliki perbedaan jika dilihat dari objek formalnya.
Objek formal filsafat adalah mencari keterangan sedalam-dalamnya sedangkan ilmu mencari
sebab sedalam-dalamnya. Jadi filsafat membuktikan suatu kebenaran dengan cara berpikir
radikal, universal, sistematis, dan umum serta bebas, sedangkan ilmu mencari kebenaran
melalui prosedur berupa aktivitas (penyelidikan atau penelitian), pengalaman (empiris) dan
percobaan (eksperimen). Ilmu diperoleh dari pendapat maupun asumsi setiap individu yang
dipahami, diselidiki, dan dikaitkan dengan kebenaran yang ada di alam manusia, yang
dimana ilmu menjadi kepastian dengan batasan pandangannya dan diperoleh dari
16
keterlibatannya . Maka hal tersbut menjadi tanda pengetahuan yang akhirnya menimbulkan
sebuah pengetahuan mendalam (filsafat) bagi manusia. Selain itu, filsafat, ilmu, dan agama
adalah semua aspek kehidupan yang terkait dengan pemahaman. Maka dari itu filsuf yang
memiliki pemahaman yang mendalam akan ketiga hal tersebut maka akan menemukan
kesempurnaan jawaban dari hal yang dikaji. Meskipun terikat oleh keyakinan atau dogma
bahwa agama itu nyata, filsafat agama tidak terpengaruh oleh kebebasan berpikir dan
berfilsafat. Namun demikian, ruang lingkup, wilayah, dan tujuan masing-masing bidang ini
17
tetap berbeda .

Penutup

15
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007).
16
Abdul Mujib, “Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Persfektif Islam,” Riayah : Jurnal Sosial dan
Keagamaan 4, no. 1 (2019): 2548–6446.
17
Muhammad Alif, “Eksistensi Tuhan Dan Problem Epistemologi Dalam Filsafat Agama” 12, no. 2
(2021): 209–234.

260
Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam, Vol. 13 No. 2 (Juli-Desember) 2022, p. 247-262.

Filsafat adalah cara untuk mendapatkan kebenaran atau makna alam semesta melalui
proses intelektual yang fundamental dan radikal secara terus-menerus, dengan tujuan untuk
memperoleh jawaban logis yang radikal, universal, dan mendalam yang tidak kontradiktif.
berdasarkan keyakinan agama. Sedangkan ilmu adalah suatu aktivitas manusia yang
mengembangkan pengetahuan secara sistematis, dapat dibuktikan kebenarannya, dan
menghasilkan suatu produk pengetahuan yang baru. Serta ilmu diperoleh dari pendapat
maupun asumsi setiap individu yang diselidiki, dipahami dan dikaitkan dengan fakta agama
dan alam manusia yang dimana menimbulkan pengetahuan mendalam yang disebut dengan
filsafat bagi setiap manusia. Filsafat dan ilmu itu sendiri tidak dapat terpisahkan karena
filsafat dan ilmu suatu wawasan atau pengetahuan yang dimiliki manusia yang sifatnya
hampir sama. Dilihat dari tujuannya sama-sama mencari suatu kebenaran, tetapi memiliki
cara tersendiri untuk menemukan suatu kebenaran tersebut.

Daftar Pustaka

Alif, Muhammad. “Eksistensi Tuhan Dan Problem Epistemologi Dalam Filsafat Agama.”
Aqlania 12, no. 2 (December 31, 2021): 209.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/aqlania/article/view/2108.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007.
Eldes, Ivan. “Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama.” Al-Hikmah 9, no.
2 (2015).
Fadli, Muhammad Rijal. “Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan Dan Relevansinya
Di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0).” Jurnal Filsafat 31, no. 1 (April 24, 2021):
130. https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/42521.
Hidayat, Adi. “Filsafat Ilmu : Sejarah, Konsep, Dan Strategi Pengembangan Ipteks,” no.
November 2015 (2019): 288.
Kirom, Syahrul. “Filsafat Ilmu Dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya Dalam
Mengatasi Persoalan Kebangsaan.” Jurnal Filsafat 21, no. 2 (2011): 99–117.
Latif, Mukhtar. Orientasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu. Jakarta: Pernadamedia Group,
2014.
Madani, Abubakar. “PEMIKIRAN FILSAFAT AL-KINDI Abubakar Madani 1.” Pemikiran
Filsafat Al-Kindi IXX, no. 2 (2015): 106–117.

261
Zanzabil Adwa Fitrian, at.al.: Signifikansi Antara Filsafat dan Ilmu Perspektif Islam

Makbul, M. “Filsafat Ilmu: (Filsafat Ilmu, Kasifikasi Ilmu, Ciri- Ciri Ilmu, Dan Sistem Kerja
Keilmuan).” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–
1699.
Mariyah, Siti, Ahmad Syukri, Badarussyamsi Badarussyamsi, and Ahmad Fadhil Rizki.
“Filsafat Dan Sejarah Perkembangan Ilmu.” Jurnal Filsafat Indonesia 4, no. 3 (2021):
242.
Masang, Azis. “Kedudukan Filsafat Dalam Islam.” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer 11, no. 1 (2020): 30–55.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/view/4910.
Mujib, Abdul. “Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Persfektif Islam.” Riayah : Jurnal Sosial
dan Keagamaan 4, no. 1 (2019): 2548–6446.
Muliadi. Filsafat Umum. Edited by Busro. Pertama. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2020.
Nasution, Ahmad Taufik. Filsafat Ilmu : Hakikat Mencari Pengetahuan. 1st ed. Yogyakarta:
Deepublish, 2016.
https://books.google.co.id/books?id=tdiDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&
source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false.
Nurhayati, Nur Hayati. “Filsafat Ilmu Peranan Filsafat Ilmu Untuk Kemajuan Perkembangan
Ilmu Pengetahuan.” TASAMUH: Jurnal Studi Islam 13, no. 2 (October 17, 2021): 345–
358. https://e-jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/view/409.
Setiyawan, Hendrik Anandra. “Filsafat Sebagai Sumber Segala Ilmu.” Journal of Chemical
Information and Modeling 110, no. 9 (2017): 1689–1699.
Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. Edited by Nia Januarini. I. Bogor: PT Penerbit IPB Press,
2016. https://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf.
Supardi. “Filsafat, Ilmu, Dan Ilmu Sosial” (2009): 1–70.
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakikat. 19th ed. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.
Taufik, Muhammad. “FILSAFAT BARAT ERA SKOLASTIK Telaah Kritis Pemikiran
Thomas Aquinas.” Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 19, no. 2 (December 21, 2020): 81.
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/4444.
Toenlioe, Anselmus JE. Teori Dan Filsafat Pendidikan. I. Malang: Gunung Samudera, 2014.
Wahid, Abdul. “Korelasi Agama, Filsafat Dan Ilmu.” Jurnal Substantia 14, no. 2 (2012):
224–231.
Widyawati, Setya. “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan.” Jurnal
Seni Budaya 11, no. 1 (2013): 87–96. https://jurnal.isi-
ska.ac.id/index.php/gelar/article/view/1441/1415.

262

You might also like