You are on page 1of 9

PANIC BUYING DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Ahlam Musaidah 1
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekononomi dan Bisnis Islam, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq, Indonesia
Email: ahlammusaidah@gmail.com

David Rosyidi 2
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekononomi dan Bisnis Islam, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq, Indonesia
Email: davidrosyidi22@gmail.com

Siti Masrohatin 3
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekononomi dan Bisnis Islam, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq, Indonesia
Email: sitimasrohatin12@gmail.com

Abstract:
The behavior of panic buying causes many harms, including the uneven distribution of essential goods
and the inability of people to access necessary health products during the pandemic that occurred last
year. The research method used in this study employs a literature review approach, which involves
reading literature such as books, magazines, journals, written news, and other data sources. Therefore,
data collection is conducted in libraries or other places where books and other data sources are stored.
Various books, whether on fiqh (Islamic jurisprudence) or tafsir (Quranic exegesis), mostly consider
the prohibition of hoarding wealth as one of the evidences of the obligation to pay zakat (obligatory
alms-giving). The Quran provides warnings for those who neglect zakat. These warnings serve to
awaken us as readers to the nature of material possessions. One must understand that they cannot
acquire wealth without assistance from others. Therefore, they should help others to the best of their
abilities. Thus, panic buying is prohibited in Islam because it involves hoarding goods caused by fear and
worry about the threat of scarcity.
Keywords: Panic Buying, Perspektif Islam

Abstrak:
Perilaku panic buying menyebabkan banyak kemudhratan diantaranya barang-barang pokok tidak
terdistribusi secara merata, produk kesehatan yang dibutuhkan pada masa pandemi yang terjadi tahun
lalu tidak dapat dikonsumsi oleh seluruh orang. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini
menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan yaitu riset yang dilakukan dengan jalan membaca
literatur, berupa buku-buku atau majalah, jurnal, berita tertulis, dan sumber data lainnya. Jadi
pengumpulan data dilakukan di perpustakaan atau di tempat lainnya yang tersimpan buku-buku serta
sumber-sumber data lainnya. Berbagai kitab baik fikih atau tafsir kebanyakan menganggap larangan
untuk menimbun harta sebagai salah satu dalil kewajiban zakat. Jadi Al-Qur’an memberikan ancaman
bagi orang yang meninggalkan zakat. Ancaman ini berfungsi menyadarkan kita sebagai pembaca
terhadap harta benda. Seseorang perlu memahami bahwa hakikatnya dia tidak bisa memperoleh harta
tanpa adanya bantuan dari orang lain. Maka dari itu, ia harus membantu sesama semampunya. Jadi
perilaku panic buying dilarang dalam Islam sebab termasuk penimbunan barang yang diakibatkan oleh
rasa takut dan khawatir atas ancaman ketersediaan barang.
Kata Kunci: Panic Buying, Perspektif Islam

http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/iqtishadia
DOI: 10.1905/iqtishadia.v6i1.xxxx
Ahlam Musaidah, David Rosyidi, Siti Masrohatin

PENDAHULUAN
Kegiatan pembelian barang yang berlebihan mempunyai pengaruh pada
perekonomian Indonesia. Perilaku panic buying akan menjadi penyebab kelangkaan suatu
produk dan berpengaruh pada kenaikan harga yang menimbulkan inflasi meningkat dan
mengganggu kestabilan ekonomi Indonesia dan menjadi penyebab nilai mata uang rendah.
Pengusaha retail mengalami pengaruh juga pada suplai barang yang terus didesak dan pada
akhirnya produk lain akan sulit berputar sehingga produk tersebut menjadi kadaluarsa. Hal
ini dirasakan oleh karyawan retail yang mana permintaan produk tertentu yang meningkat
dapat mengganggu target penjualan produk lain yang sedikit permintaannya.
Perilaku panic buying memicu terjadinya inflasi. Perilaku ini menyebabkan banyak
kemudhratan diantaranya barang-barang pokok tidak terdistribusi secara merata, produk
kesehatan yang dibutuhkan pada masa pandemi yang terjadi tahun lalu tidak dapat
dikonsumsi oleh seluruh orang. Pada saat itu yang merasakan keuntungan mengkonsumsi
produk kebutuhan di masa covid-19 sebagian besar hanya panic buyer yakni konsumen
dengan pendapatan menengah ke atas.1
Berdasarkan ekonomi, perilaku panic buying akan mempengaruhi sisi permintaan
sebab barang langka. Sebagaimana berlakunya hukum penawaran dan permintaan. Apabila
terjadi permintaan tinggi sebab jumlah barang yang sedikit, maka berpotensi harga barang
tersebut dapat melonjak tinggi.
Pembelian barang berlebihan secara bersamaan menjadikan stok barang cepat
menipis sehingga terjadinya kelangkaan barang pada peiode tertentu. Hal ini pastinya
berpengaruh buruk bagi masyarakat lain. Situasi seperti ini akan dimanfaatkan oleh orang
yang tidak bertanggungjawab demi keuntungan pribadi.2
Dipandang dalam segi Islam bahwa Rasulullah melarang praktik penimbunan barang
dengan tujuan untuk menaikkan harga di masa mendatang. Para ulama juga menjelaskan
bahwa penimbunan barang adalah haram sebab menjadikan ketidakstabilan harga pasar.
Imam Hanafi, Sufyan ats-Tsauri, dan Imam Malik mengjelaskan bahwa larangan penimbunan
barang meliputi seluruh produk yang diperlukan oleh masyarakat karena pelarangan
penimbunan bersifat umum. Sementara Imam Syafi’i dan Imam Ahmad menjelaskan bahwa
penimbunan barang dilarang yaitu penimbunan mengenai bahan makanan pokok saja.
Menurut Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa selain bahan makanan pokok dan tidak
termasuk pengganti bahan makanan pokok. Sementara menurut Yusuf al-Qardhawi
menjelaskan bahwa penimbunan barang diharamkan pada semua jenis barang yang menjadi
keperluan masyarakat seperti makanan, obat-obatan, peralatan sekolah, atau perabotan
rumah.3
Perilaku panic buying ini akan menimbulkan penimbunan barang. Indonesia telah
mengatur larangan penimbunan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 mengenai

1
Baiq Yusri Rahmi Kharismaputri et al., “Perilaku Panic Buying dalam Perspektif Konsumensi
Islam (Studi Fenomenologi pada Konsumen Retail Jembatan Baru Se-kota Mataram)”, Schemata:
Jurnal Pascasarjana UIN Mataram, Vol. 10, No. 2, (2021): 130-131.
2
Siti Khayisatuzahro Nur, “Panic Buying di Masa Pandemi dan Relevansinya dengan Ikhtikar
dalam Pandangan Islam”, At-Tasharruf: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Syariah, Vol. 1, No. 2,
(2019):79.
3
Wardatul Jannah, “Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan Barang Darurat
Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran Yusuf Qardhawi).”, (Skripsi, Makassar: UIN Alauddin
Makassar, 2020), 6-7.
2 Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah
Vol.X No.Y Bulan Tahun
Panic Buying Dalam Perspektif Islam
Perdagangan pasal 29 ayat 1 dan pasal 107 yang mana mengatur tentang ancaman pidana
yang akan diberikan kepada subjek hukum yang melanggar tentang penimbunan tersebut.4
Berkaitan dalam hal ini sudah banyak sekali terjadi perilaku panic buying di Indonesia
salah satunya pada masa pandemi covid-19 mengenai pembelian makanan pokok, masker,
dan obat-obatan, kemudian kelangkaan minyak goreng, kelangkaan BBM, dan kelangkaan gas
elpiji yang terjadi di Bali akhir-akhir ini. Untuk itu penulis ingin meninjau hal ini dalam
pandangan Islam yang akan dituangkan dalam jurnal yang berjudul “Panic buying dalam
Perspektif Islam”
Kajian Teori
Pengertian Panic Buying
Panic buying merupakan suatu perilaku yang ditandai dengan percepatan tingkat
jumlah pembelian yang pada umumnya menimbulkan harga suatu barang atau keamanan
menjadi meningkat. Ditinjau dari makro, panic buying dapat menyebabkan berkurangnya
sistem penawaran dalam pembelian dan menimbulkan permintaan yang lebih tinggi yang
mengarah ke inflasi harga yang lebih tinggi. Panic buying sering dihubungkan dengan emosi
dan kerakusan dapat dikontraskan dengan panic selling yang dihubungkan dengan
ketakutan.
Menurut Shou dkk yang dikutip oleh Kharismaputri et al. dalam jurnalnya
menjelaskan bahwa, panic buying diartikan sebagai perilaku konsumen tentang suatu
tindakan orang dalam membeli barang dalam jumlah besar guna untuk menghindari
kekurangan yang terjadi di masa mendatang. Hal ini berarti bahwa konsumen membeli
produk dalam jumlah yang banyak bukan untuk membandingkan harga yang terjadi saat ini
dan yang akan datang, melainkan hal ini bertujuan untuk menghindari kekurangan stok yang
mungkin terjadi.5
Jadi, panic buying adalah perilaku konsumen dalam berbelanja yang disebabkan oleh
rasa khawatir dan takut akan cadangan atau stok barang di masa mendatang dengan tetap
mencari manfaat fungsional dari proses belanja dengan jumlah yang berlebihan atau di luar
dari kebutuhan normal konsumen. Karakteristik ini bisa diidentifikasi dengan perilaku yang
secara refleks, tidak terkontrol, dilakukan oleh orang banyak, berlebihan, dan didasari atas
rasa khawatir dan takut mengenai hal yang akan terjadi di masa mendatang.
Faktor Timbulnya Perilaku Panic Buying
Adapun panic buying ini timbul dari faktor perilaku konsumen yakni anggapan
kelangkaan barang yang berarti bahwa panic buying dapat terjadi sebab anggapan orang
mengenai adanya kelangkaan barang disebabkan oleh kejadian yang akan datang. Anggapan
ini berhubungan dengan rasa tidak aman dan ketidakstabilan terhadap situasi dan kondisi.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi sebab timbulnya perilaku panic buying menurut
Shadiqi dalam Kharismaputri yakni:
1. Ketakutan dan kekhawatiran
Ketakutan adalah emosi dasar seseorang yang disebabkan seseorang merasa akan
mengalami suatu bahaya. Kekhawatiran ini sudah terjadi pada saat terjadinya wabah covid-
19 yang mana pada masyarakat luas mengalami panic buying. Perilaku ini terjadi sebab
banyak orang yang mengalami konflik psikologi antara keinginan untuk tetap aman dan

4
Olivia Fellichasary Arimbi Putri, “Analisis Praktik Penimbunan Minyak Goreng di Indonesia
pada Tahun 2022 Perspektif Hukum Ekonomi Islam”, (Skripsi, Jember: UIN Khas Jember, 2023), 2-3.
5
Kharismaputri et al., “Perilaku Panic Buying ...” 132.
Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 3
Vol. 6 No. 1 Juni 2019
Ahlam Musaidah, David Rosyidi, Siti Masrohatin

hidup secara normal dan tenang. Perasaan tidak aman ini sangat berhubungan dengan faktor
takut dan khawatir.
2. Stres
Stres diartikan sebagai suatu respon mengenai jumlah stimulus yang dinamakan
dengan stressor yang mana merupakan suatu kondisi eksternal yang secara potensial
berbahaya. Seseorang mempunyai cara yang berbeda dalam mengatasi masalah yang
terjadi. Tidak sedikit orang mengalami perkembangan saat situasi yang penuh dengan
tekanan, dan beberapa lainnya banyak yang merasa pasrah. Peningkatan stres terjadi saat
adanya ancaman dengan kesehatan fisik dan mental dari waktu ke waktu.
3. Ketidakpastian
Ketidakpastian informasi sebab kurangnya keefektifan dalam berkomunikasi
menimbulkan timbulnya ambiguitas yang bisa menimbulkan penilaian terhadap suatu
ancaman yang meningkat dan rasa panik yang tiba-tiba ada ketika krisis kesehatan.
Ketidakpastian ketersediaan barang menjadi pemicu rasa khawatir sehingga terjadilah
perilaku panic buying.
4. Peran paparan media
Seseorang tidak akan mengalami kepanikan apabila mempunyai informasi yang
akurat mengenai kejadian yang sedang marak. Kurangnya informasi dan isu sekitar
menyebabkan kepanikan masyarakat. Kepanikan ini biasanya diakibatkan oleh stimulus
media massa dan komunikasi antar tetangga di sosial media. Biasanya komunikasi antar
tetangga malah mengakibatkan pendapat yang bersifat mengkhawatirkan daripada
menenangkan.

Perilaku panic buying dalam parktiknya menurut Shadiqi dalam Kharismaputri


menjelaskan bahwa, perilaku ini dikaitkan dengan segi interpersonal seseorang dalam
sebuah kekhawatiran, stres, tidak senang, dan ketakutan. Dari segi lingkungan bersumber
dari media massa memiliki peran mendorong perilaku seseorang apalagi saat pandemi
menjadi ancaman nyata yang berperan penting dalam menimbulkan pola perilaku kognitif
seseorang yang bisa berubah.6

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau
pendekatan kepustakaan yaitu riset yang dilakukan dengan jalan membaca literatur, berupa
buku-buku atau majalah, jurnal, berita tertulis, dan sumber data lainnya. Jadi pengumpulan
data dilakukan di perpustakaan atau di tempat lainnya yang tersimpan buku-buku serta
sumber-sumber data lainnya. Dalam penelitian studi pustaka terdapat setidaknya empat ciri-
ciri utam yang harus diperhatikan oleh penulis yaitu:
1. Penulis berhadapan langsung dengan teks atau data angka, jadi bukan terjun langsung ke
lapangan.

6
Kharismaputri et al., “Perilaku Panic Buying...”, 132-135
4 Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah
Vol.X No.Y Bulan Tahun
Panic Buying Dalam Perspektif Islam
2. Data pustaka bersifat siap pakai yang berarti bahwa peneliti tidak terjun secara langsung
ke lapangan karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber data yang ada di
perpustakaan.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang berarti peneliti memperoleh
bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari data pertama di
lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.7
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan yaitu kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian
yang berasal dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, literatur-literatur, dan penulis. Studi
kepustakaan dilakukan untuk memperoleh informasi yang bersifat teoritis sehingga peneliti
memiliki landasan teori yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah. Data dalam penelitian ini
berdasarkan buku dan jurnal yang signifikan untuk diteliti penulis.8 Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kualitatif yang berarti dalam penelitian ini
berupa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai panic buying dalam perspektif
Islam. Data-data tersebut digunakan sebagai dasar untuk memperkuat argumen penulis
dalam menganalisis tentang panic buying dalam perspektif Islam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peristiwa panic buying kini marak terjadi di Indonesia. Seperti saat menjelang Idul
Fitri, kerjasama antara McD dan BTS, saat virus Covid-19 merebak, insiden minyak goreng,
kelangkaan BBM, samapi saat ini juga terjadi kelangkaan gas elpiji di wilayah Bali. Rasulullah
melarang praktik penimbunan barang dengan tujuan untuk menaikkan harga di masa
mendatang. Para ulama juga menjelaskan bahwa penimbunan barang adalah haram sebab
menjadikan ketidakstabilan harga pasar. Imam Hanafi, Sufyan ats-Tsauri, dan Imam Malik
mengjelaskan bahwa larangan penimbunan barang meliputi seluruh produk yang diperlukan
oleh masyarakat karena pelarangan penimbunan bersifat umum. Sementara Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad menjelaskan bahwa penimbunan barang dilarang yaitu penimbunan mengenai
bahan makanan pokok saja. Menurut Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa selain bahan
makanan pokok dan tidak termasuk pengganti bahan makanan pokok. Sementara menurut
Yusuf al-Qardhawi menjelaskan bahwa penimbunan barang diharamkan pada semua jenis
barang yang menjadi keperluan masyarakat seperti makanan, obat-obatan, peralatan sekolah,
atau perabotan rumah.
Membahas mengenai panic buying dalam perspektif Islam terkandung dalam firman
Allah dalam potongan ayar Al-Qur’an Surat at-Taubah ayat 34-35 yang berbunyi:
0َ‫ّللاَِفَبَش ِْر ُه َْمَبِعَذَابََأَلِيم‬
ََّ َ‫سبِي َِل‬َ َ‫َبَ َوا ْل ِفض ََّةََ َو ََلَيُ ْن ِفقُونَهَاَفِي‬ ََ ‫َوالَّذِينَََيَ ْكنِ ُزونَََالذَّه‬
ِ ُ‫ور ُه َْمَ َهذَاَ َماَ َكنَ ْزت ُ َْمَ ِِل ََْنف‬
َ0‫س ُك َْمَفَذُوقُواَ َماَ ُك ْنت ُ َْمَت َ ْك ِنزُ ون‬ ُ ‫ارَ َج َهنَّ ََمَفَتُك َْوىَ ِبهَاَ ِج َباهُ ُه َْمَ َو ُجنُوبُ ُه َْمَ َو‬
ُ ‫ظ ُه‬ َِ َ‫علَ ْيهَاَفِيَن‬
َ َ‫َي ْو ََمَيُحْ َمى‬
Artinya: “... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka bahwa

7
Supriyadi, “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan,” Juenal Lentera Pustaka, Vol. 2, No. 2, (2016), 85
8
Maklonia Meling Moto, “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dalam Dunia
Pendidikan,” Indonesian Journal of Primary Education, Vol. 3, No. 1, (2019), 24-25
Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 5
Vol. 6 No. 1 Juni 2019
Ahlam Musaidah, David Rosyidi, Siti Masrohatin

mereka akan mendapat azab yang pedih (34) Ingatlah pada hari saat emas dan perak
dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung
mereka seraya Berkata “Inilah harta bendamu yang kau simpan untuk dirimu sendrii, maka
rasakanlah balasan dari apa yang kau simpan itu”. (Q.S At-Taubah: 34-35).9
Dalam ayat ini terdapat kandungan yang berisi tentang memahami larangan dalam
menimbun harta. Berbagai kitab baik fikih atau tafsir kebanyakan menganggap ayat di atas
mengandung larangan untuk menimbun harta sebagai salah satu dalil kewajiban zakat. Jadi
Al-Qur’an memberikan ancaman bagi orang yang meninggalkan zakat. Ancaman ini berfungsi
menyadarkan kita sebagai pembaca terhadap harta benda. Seseorang perlu memahami
bahwa hakikatnya dia tidak bisa memperoleh harta tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Maka dari itu, ia harus membantu sesama semampunya.
Dari ayat yang telah dibahas di atas dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagaimana
terjadinya panic buying sehingga masyarakat dapat menghindarinya. Mengenai pandangan
Hamka dalam perspektif Islam menyikapi kejadian panic buying tidak disebutkan secara
jelas, namun tersirat adanya sikap ketika menghadapi peristiwa panic buying menurut
pandangan Hamka.
Salah satu bentuk panic buying adalah penimbunan. Menurut pandangan Hamka
dalam Q.S at-Taubah [10]: 34-35 yang sudah dijelaskan di atas bahwa, penimbunan harta
yang mendatangkan keburukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang berjiwa
imperialisme dan kapitalisme. Mereka jiwa imperialisme hanya menuruti hawa nafsunya,
sehingga mereka mau menimbun dengan berbagai cara tanpa melihat yang haram dan halal
dan enggan membelanjakan hartanya.
Hamka mengatakan bahwa tidak semua harta yang dikeluarkan terpuji dan tidak
semuanya tercela. Yang terpuji adalah kekayaan yang dibelanjakan secara adil dan menurut
aturan tertentu. Seperti bersedekah kepada yang membutuhkan atau menafkahi anak dan
istri serta melihat bahwa harta bukan untuk kebutuhannya sendiri, yaitu tetap untuk
kebutuhan sesama manusia.
Kemudian mereka yang melakukan panic buying akan mengalami ketakutan dan
kecemasan. Karena rasa ini, mereka tidak berpikir panjang, sehingga boros dan berlebihan
saat berbelanja barang. Pelaku panic buying membeli barang secara berlebihan, bukan
karena kekurangan barang. Tapi karena ingin tenang dengan memiliki banyak hal padahal
kebutuhannya masih tercukupi. Melihat penjelasan Hamka bahwa sebenarnya rasa takut,
lapar yang diderita seorang muslim adalah cobaan dan ujian. Maka dengan rasa takut dan
cemas yang mereka derita, mereka disuruh bersabar.
Lebih lanjut mengenai perilaku boros menurut pandangan Hamka menjelaskan
bahwa perilaku tersebut hanyalah perilaku tercela dan merugikan. Pada dasarnya itu sia-sia
untuk hanya mengikuti hasrat mereka. Itu hanya akan membahayakan nyawanya sendiri.
Dimana sebenarnya kelebihan yang berlebihan merupakan sifat yang tercela dan
kelebihan yang kurang juga merupakan sifat yang tercela. Orang yang membelanjakan secara

9
Fauzi Fadilah, Al-Qur’an Dn Terjemah Dilengkapi Panduan Waqaf dan Ibtida’ Qur’an Suara
Agung, (Jakarta: PT Suara Agung, 2018), 192.
6 Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah
Vol.X No.Y Bulan Tahun
Panic Buying Dalam Perspektif Islam
berlebihan, melebihi penghasilannya sehingga tidak sepadan dengan dirinya, sedangkan
orang yang seperti itu hanya menuruti hawa nafsunya. Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka
direduksi sedemikian rupa sehingga mereka tidak ingin membelanjakan kekayaan mereka.
Maka Hamka menjelaskan tentang betapa sederhananya dalam kebutuhan hidup. Manusia itu
sama dan tidak berbeda. Hanya keinginan mereka yang banyak. Jika kita mengikuti nafsu kita,
tidak akan ada akhirnya. Kita harus menerima yang ada dengan menahan diri dan bersabar
agar nafsu menerimanya apa adanya.

PENUTUP
Berbagai kitab baik fikih atau tafsir kebanyakan menganggap larangan untuk
menimbun harta sebagai salah satu dalil kewajiban zakat. Jadi Al-Qur’an memberikan
ancaman bagi orang yang meninggalkan zakat. Ancaman ini berfungsi menyadarkan kita
sebagai pembaca terhadap harta benda. Seseorang perlu memahami bahwa hakikatnya dia
tidak bisa memperoleh harta tanpa adanya bantuan dari orang lain. Maka dari itu, ia harus
membantu sesama semampunya. Jadi perilaku panic buying dilarang dalam Islam sebab
termasuk penimbunan barang yang diakibatkan oleh rasa takut dan khawatir atas ancaman
ketersediaan barang.

DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Fauzi. Al-Qur’an Dn Terjemah Dilengkapi Panduan Waqaf dan Ibtida’
Qur’an Suara Agung. Jakarta: PT Suara Agung. 2018.
Jannah, Wardatul. “Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan Barang
Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran Yusuf Qardhawi).”
Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar. 2020.
Kharismaputri, Baiq Yusri Rahmi, et al., “Perilaku Panic Buying dalam Perspektif
Konsumensi Islam (Studi Fenomenologi pada Konsumen Retail Jembatan Baru
Se-kota Mataram)”, Schemata: Jurnal Pascasarjana UIN Mataram. 10(2). 2021:
130-131.
Moto, Maklonia Meling “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dalam Dunia
Pendidikan,” Indonesian Journal of Primary Education. 3(1). 2019: 24-25
Nur, Siti Khayisatuzahro. “Panic Buying di Masa Pandemi dan Relevansinya dengan
Ikhtikar dalam Pandangan Islam”, At-Tasharruf: Jurnal Kajian Ekonomi dan
Bisnis Syariah. 1(2). 2019:79.
Putri, Olivia Fellichasary Arimbi. “Analisis Praktik Penimbunan Minyak Goreng di
Indonesia pada Tahun 2022 Perspektif Hukum Ekonomi Islam”. Skripsi.
Jember: UIN Khas Jember. 2023.
Supriyadi. “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan,” Jurnal Lentera Pustaka. 2(2). 2016: 85.

Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 7


Vol. 6 No. 1 Juni 2019
Ahlam Musaidah, David Rosyidi, Siti Masrohatin

8 Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah


Vol.X No.Y Bulan Tahun
Bukti Submit

http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/iqtishadia
DOI: 10.1905/iqtishadia.v6i1.xxxx

You might also like