You are on page 1of 10

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018

Published by Universitas Airlangga


doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

PENDEKATAN PDSA UNTUK PERBAIKAN PROSES PADA


INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT
PDSA Method for Process Improvement on Indicators of
Patient Safety Goals at the Hospital
Elly Nu’ma Zahroti1, Djazully Chalidyanto2
1IAKMI Jawa Timur, Indonesia
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Indonesia

E-mail: elly.numa.zahroti-2015@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT

Background: Patient safety is an indicator of hospital service quality. A hospital in Surabaya identified six
indicators of patient safety goals. There are two indicators which can not achieve the standard, namely effective
communication and infection risk reduction.
Aim: This study aims to identify the process improvement that can be done to increase indicator performance by
using PDSA cycle.
Method: A descriptive observational design was used in this study with a case study and participatory approach.
There were 5 subjects selected by purposive sampling. Interview and observation were used to collect data that
then were analyzed descriptively. The validity of data was done by triangulation of method, source, and theory.
Results: The PDSA results indicated that the cause of the poor indicators performance of both patient safety
goals is the poor compliance of the health staffs in carrying out read-back procedure and hand hygiene as written
in SOP. It was caused by the lack of knowledge and motivation of the health staffs in implementing the SOP.
Conclusion: In conclusion, process improvement can be done by socializing read-back SOP and hand hygiene
as well as supervision conducted periodically by managers. Plan stage is one step which should be improved.
Commitment in implementing the improvement planning is necessary. In addition, further research on factors that
influence compliance should be conducted.

Keywords: patient safety, PDSA method, process improvement, quality of hospital

ABSTRAK

Latar Belakang: Keselamatan pasien merupakan salah satu indikator mutu pelayanan di Rumah Sakit. Rumah
Sakit X Surabaya menetapkan enam indikator sasaran keselamatan pasien. Terdapat dua indikator yang tidak
mampu mencapai ketetapan standar, yaitu indikator komunikasi efektif dan indikator pengurangan risiko infeksi.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbaikan proses yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil capaian indikator bermasalah dengan menggunakan siklus PDSA.
Metode: Rancang bangun observasional deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan studi
kasus dan partisipatif. Subjek penelitian dipilih secara purposive. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi metode, sumber, dan teori.
Hasil: Hasil PDSA menunjukkan bahwa penyebab tidak tercapainya kedua indikator sasaran keselamatan pasien
adalah rendahnya kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur read back dan cuci tangan sesuai dengan
SPO. Masalah kepatuhan petugas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan motivasi petugas dalam
melaksanakan SPO.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa upaya perbaikan proses yang dapat dillakukan adalah dengan
melakukan sosialisasi SPO read back dan cuci tangan serta supervisi secara periodik oleh manajer. Diperlukan
penekanan perbaikan pada tahap Plan. Komitmen dalam implementasi rencana perbaikan dibutuhkan. Selain itu,
penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan juga diperlukan.

Kata Kunci: keselamatan pasien, mutu rumah sakit, pendekatan PDSA, perbaikan proses

Received: 9 January 2018 Accepted: 17 May 2018 Published: 1 December 2018

PENDAHULUAN Keselamatan pasien merupakan sistem yang


membuat asuhan pasien lebih aman, dapat
Keselamatan pasien merupakan salah satu meminimalkan risiko, serta dapat mencegah cidera
indikator mutu pelayanan di Rumah Sakit (RS). yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan

Pendekatan PDSA Untuk… 111 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

yang tidak seharusnya (Rahayu, 2017). Upaya rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien di bermutu dan berorientasi pada keselamatan pasien.
rumah sakit didorong dengan adanya Peraturan Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 11 tahun mengidentifikasi perbaikan prosesdalam
2017 tentang keselamatan pasien. meningkatkan capaian indikator mutu sasaran
Terdapat enam sasaran keselamatan pasien keselamatan pasien di Rumah Sakit X Surabaya
(SKP) yang menjadi panduan untuk meningkatkan dengan menggunakan pendekatan PDSA (plan-do-
keselamatan pasien di rumah sakit. SKP terdiri dari: study-act). Penelitian ini bermanfaatbagi rumah
1) Ketepatan identifikasi pasien, 2) Peningkatan sakit dalam mengidentifikasi penyebab masalah
komunikasi yangefektif, 3) Peningkatan keamanan capaian indikator mutu dan menganalisis
obat yangperlu diwaspadai, 4) Kepastian tepat perencanaan, evaluasi, serta implementasi
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, 5) perencanaan yang diperlukan untuk mengatasi
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan masalah tersebut.
kesehatan, dan 6) Pengurangan risiko pasien jatuh.
Keenam SKP tersebut merupakan indikator standar
dasaryang utama dalam penilaian Akreditasi Rumah METODE
Sakit versi 2012 (Setiyani, et al., 2016).
Insiden keselamatan pasien di Indonesia Penelitian ini menggunakan desain
pada tahun 2009 hingga 2011adalah sebanyak 114, penelitian observasional deskriptif dengan metode
103, dan 34 laporan secara berturutan. Insiden studi kasus dan partisipatif. Penelitian dilakukan
keselamatan pasien terdiri dari Kejadian Tidak selama sebulan pada September hingga Oktober
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan
Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian wawancara, observasi, dan telusur dokumen.
Potensial Cedera(Syurandhari, 2016). Kejadian Instrumen penelitian berupa panduan wawancara,
yang tidak diharapkan dan kesalahan pengobatan lembar observasi dan laporan peningkatan mutu
dapat mengakibatkan 3-17% pasien yang dirawat di setiap unit pelayanan di Rumah Sakit X Surabaya.
rumah sakitmengalami komplikasi. Terdapat 30- Terdapat 5 informan pada penelitian ini yaitu
70% kejadian tersebut yang dapat dicegah dan anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
diperkirakan (Babamohamadi, et al., 2016). (KMKP) RS, penanggung jawab (PJ) tim
Rumah Sakit X Surabaya selalu berupaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RS,
memantau dan meningkatkan mutu pelayanan serta penanggung jawab Keselamatan Pasien RS
keselamatan pasien di rumah sakit. Indikator (KPRS), perawat, dan penanggung jawab Komite
sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit X Medik. Pemilihan informan dilakukan secara
Surabaya mengacu pada standar Quality purposive berdasarkan prinsip kesesuaian
Improvement dan Patient Safety (QPS) dalam (appropriatness) dan kecukupan (adequency).
akreditasi Joint Commission International (JCI). Triangulasi metode melalui telusur dokumen, telusur
Indikator tersebut terdiri dari: 1) Ketepatan petugas, serta teori yang berkaitan dengan sasaran
identifikasi pasien melalui kepatuhan pemasangan keselamatan pasien dilakukan untuk uji validitas
gelang identitas pasien sesuai dengan standar, 2) dan reliabilitas pada penelitian ini. Hasil tersebut
Komunikasi efektif padapelaksanaan konfirmasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara
komunikasi antara perawat dan dokter per telepon yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
(read back), 3) Peningkatan keamanan obat sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
yangperlu diwaspadai melalui kepatuhan Jalannya penelitian diawali dengan
melaksanakan penempatan obat high alert, 4) pengumpulan data capaian 6 indikator mutu
Kepastian tepat lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien sasaran keselamatan pasien di RS yang didapat
operasi dengan pelaksanaansurgical safety check dari sistem Peningkatan Mutu dan Keselamatan
list., 5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan Pasien (PMKP) RS. Hasil kemudian divalidasi
kesehatan dengan kepatuhan cuci tangan, dan, 6) dengan telusur dokumen yang berada pada
Pengurangan risiko pasien jatuh dengan tidak penanggung jawab pengumpul data KPRS dan Tim
adanya kejadian pasien jatuh. PPI. Observasi dilakukan pada ketersediaan
Laporan peningkatan mutu tribulan I dan II fasilitas cuci tangan, Standar Prosedur Operasional
Tahun 2017 Rumah Sakit X Surabaya menunjukkan (SPO) dan daftar tilik komunikasi efektif dan cuci
adanya masalah capaian indikator sasaran tangan di sekitar area kerja. Kemudian untuk
keselamatan pasien (Tabel 1). Terdapat 2 dari 6 mengetahui penyebab dan tindak lanjut hasil
indikator yang tidak dapat memenuhi standar, yaitu capaian indikator sasaran keselamatan pasien,
indikator komunikasi efektif dan pengurangan risiko peneliti melakukan wawancara kepada informan
infeksi. Capaian angka dilaksanakannya konfirmasi yang telah ditentukan.
komunikasi antara perawat dan dokter pada saat
komunikasi per telepon (read back) selama bulan HASIL DAN PEMBAHASAN
Januari hingga Juni 2017 adalah 32,86%; 85,50%;
87,31%; 88,50%; 68,70%; dan 50,90%.Sedangkan Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
capaian angka kepatuhan cuci tangan yang diukur merupakan suatu proses pengukuran derajat
setiap tribulan adalah 61% pada tribulan I dan 78% kesempurnaan pelayanan kesehatan. Derajat
pada tribulan II 2017. kesempurnaan pelayanan kesehatan dapat
Capaian indikator sasaran keselamatan dibandingkan dengan standar. Peningkatan mutu
pasien yang tidak sesuai dengan standar meliputi berbagai tindakan perbaikan sistematik dan
merupakan ketidakmampuan proses pelayanan berkesinambungan untuk mencapai mutu

Pendekatan PDSA Untuk… 2 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

pelayanan yang optimum, sesuai dengan standar perawat dan dokter pada saat komunikasi per
dan sumber daya yang ada. Peningkatan mutu telepon (read back) dan angka kepatuhan cuci
layanan kesehatan difokuskan pada efektivitas dan tangan.
proses perbaikan yang berkelanjutan (Dewi, et al., Pertama, angka dilaksanakannya
2013). komunikasi antara perawat dan dokter pada saat
Rumah Sakit X Surabaya adalah rumah sakit komunikasi per telepon (read back) menunjukkan
khusus kelas B yang mengedepankan pelayanan jumlah komunikasi per telepon yang dilakukan
bermutu dan keselamatan pasien. Monitoring dan konfirmasi oleh dokter. Konfirmasi dilakukan
evaluasi terhadap indikator mutu kunci yang denganmemberi paraf pada stempel read back
ditetapkan oleh rumah sakit menjadi salah satu dalam waktu 1x24 jam. Perawat yang lupa untuk
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien memintakan paraf dokter dan dokter yang sibuk
rumah sakit. Salah satu indikator mutu kunci sehingga terlambat visite merupakan penyebab
pelayan Rumah Sakit X Surabaya adalah indikator rendahnya capaian indikator tersebut.
sasaran keselamatan pasien. Indikator sasaran “Capaian read back ini rendah karena
keselamatan pasien merupakan variabel yang perawat suka lupa memintakan paraf
diukur untuk bisa melihat perubahan dari kegiatan dokter. Hanya terdapat satu dokter
dalam mencapai sasaran keselamatan pasien yang selalu berinisiatif untuk segera
(Tabel 1). Pengukuran indikator mutu sasaran menandatangani hasil komunikasi per
keselamatan pasien di rumah sakit dilakukan setiap telepon. Selain itu ada dokter yang
bulan terkecuali pada indikator angka kepatuhan terlalu sibuk. Visite bentar, atau
cuci tangan yang diukur setiap tribulan.Pengukuran terlambat visite, jadi melewati batas
dilakukan oleh unit kerja PPI dan tim KPRS.Data 1x24 jam,” papar informan 1.
laporan kemudian dianalisis dan dievaluasi oleh unit
kerja tersebut. Rendahnya capaian read back menunjukkan
Penanggung jawab tim PPI dan KPRS bahwa terdapat masalah komunikasi efektif di
memasukkan data capaian ke dalam sistem PMKP Rumah Sakit X Surabaya. Masalah komunikasi dan
RS untuk kemudian dilaporkan ke Komite Mutu dan pemahamam dalam tim pelayanan kesehatan dapat
Keselamatan Pasien (KMKP). Pelaporan dilakukan menyebabkan 70-80% kesalahan (error) pemberian
setiap tiga bulan ke KMKP. Selanjutnya, KMKP pelayanan kesehatan yang berisiko pada
akan melakukan analisis dan evaluasi capaian serta keselamatan pasien. Peningkatan kualitas
validasi terhadap data yang dilaporkan dilaporkan perawatan dan keselamatan pasien dapat dilakukan
untuk diteruskan kepada Direktur. Validasi dengan memperbaiki unsur komunikasi antar
dilakukan dengan melakukan pengecekan data petugas di rumah sakit (Rokhmah & Anggorowati,
yang dilaporkan ke sistem dengan data dasar yang 2017).
dimiliki oleh unit kerja. Pertama, angka dilaksanakannya
Hasil capaian indikator mutu sasaran komunikasi antara perawat dan dokter pada saat
keselamatan pasien di Rumah Sakit X Surabaya komunikasi per telepon (read back) menunjukkan
pada tribulan I dan II tahun 2017 ditunjukkan pada jumlah komunikasi per telepon yang dilakukan
Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa dari konfirmasi oleh dokter. Konfirmasi dilakukan dengan
keenam indikator sasaran keselamatan pasien, memberi paraf pada stempel read back dalam
terdapat dua indikator yang tidak mencapai standar. waktu 1x24 jam.
Kedua indikator tersebut adalah angka
dilaksanakannya konfirmasi komunikasi antara

Tabel 1. Rekapitulasi Capaian Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien Tribulan I dan II tahun 2017

Bulan
No Indikator Standar
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Angka kepatuhan pemasangan
gelang identitas pasien sesuai =100 98,80 100 100 100 100 100
dengan standar
2 Angka dilaksanakannya
konfirmasi komunikasi antara
perawat dan dokter pada saat =100 32,86 85,50 87,31 88,50 68,70 50,90
komunikasi per telepon (read
back)
3 Angka kepatuhan
melaksanakan penempatan =100 100 100 100 100 100 100
obat high alert
4 Angka dilaksanakannya
=100 100 100 100 100 100 100
surgical safety check list
5 Angka kepatuhan cuci tangan =100 61 78
6 Angka tidak adanya kejadian
=100 100 100 100 100 100 100
pasien jatuh
* Satuan angka adalah prosentase
Sumber: Laporan Peningkatan Mutu Tribulan I dan II tahun 2017 Rumah Sakit X Surabaya

Pendekatan PDSA Untuk… 3 Zahroti; Chalidyanto


Perawat yang lupa untuk memintakan paraf pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah
dokter dan dokter yang sibuk sehingga terlambat sakit (Abdella, et al., 2014)
visite merupakan penyebab rendahnya capaian
indikator tersebut. Perbaikan Proses
“Capaian read back ini rendah karena Perbaikan proses merupakan suatu upaya
perawat suka lupa memintakan paraf yang dilakukan untuk memperbaiki dan
dokter. Hanya terdapat satu dokter meningkatan mutu (Pinney, et al., 2016).
yang selalu berinisiatif untuk segera Ketidakmampuan proses pelayanan dalam
menandatangani hasil komunikasi per mencapai standar mutu yang ditetapkan merupakan
telepon. Selain itu ada dokter yang masalah yang perlu diperbaiki. Perbaikan proses
terlalu sibuk. Visite bentar, atau dapat dilakukan dengan pendekatan “plan-do-study-
terlambat visite, jadi melewati batas act” atau PDSA. PDSA merupakan sebuah siklus
1x24 jam,” papar Informan 1. yang dikembangkan untuk menerapkan perbaikan
Rendahnya capaian read back menunjukkan secara terus-menerus dan meningkatkan kerja
bahwa terdapat masalah komunikasi efektif di sama tim dalam implementasi proses perubahan
Rumah Sakit X Surabaya. Masalah komunikasi dan (Laverentz & Kumm, 2017).
pemahamam dalam tim pelayanan kesehatan dapat Sasaran keselamatan pasien Rumah Sakit X
menyebabkan 70-80% kesalahan (error) pemberian Surabaya memiliki 6 indikator yang dimonitoring dan
pelayanan kesehatan yang berisiko pada dievaluasi secara periodik. Prioritas perbaikan
keselamatan pasien. Peningkatan kualitas proses dapat ditentukan dengan membuat matriks
perawatan dan keselamatan pasien dapat dilakukan tren dan capaian Indikator Sasaran Keselamatan
dengan memperbaiki unsur komunikasi antar Pasien (ISKP). Gambar 2 menunjukkan bahwa
petugas di rumah sakit (Rokhmah & Anggorowati, terdapat empat kuadran pada matriks tersebut.
2017). Kuadran I merupakan area bagi indikator
Unit yang memiliki tren positif (meningkat) serta memiliki
Kerja hasil capaian yang memenuhi standar. Indikator
yang terdapat pada kuadran I akan dievaluasi untuk
dipertahankan atau diganti dengan indikator lain
yang dapat dinilai sebagai ukutan mutu
Data keselamatan pasien di Rumah Sakit X Surabaya.
Laporan Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 1,
Analisis beberapa indikator yang terdapat pada kuadran I
dan adalah angka kepatuhan pemasangan gelang
Evaluasi identitas pasien, angka kepatuhan melaksanakan
penempatan obat high alert, angka dilaksanakannya
Komite mutu dan surgical safety checklist, dan angka tidak adanya
keselamatan pasien kejadian pasien cedera akibat jatuh.
Kuadran II adalah area bagi indikator yang
Validasi Analisis memiliki tren positif (meningkat) namun nilai
dan capaian tidak memenuhi standar atau fluktuatif.
Evaluasi Sedangkan indikator yang berada pada kuadran III
Direktur
adalah indikator yang memiliki tren negatif
Gambar 1. Alur Pencatatan dan Pelaporan Mutu (menurun) atau fluktuatif, namun memiliki hasil
Rumah Sakit X Surabaya capaian yang memenuhi standar. Indikator yang
terdapat pada kuadran II dan III perlu dievaluai
Kedua, capaian angka kepatuhan cuci sehingga dapat memenuhi tujuan yang diinginkan.
tangan di Rumah Sakit X Surabaya juga belum Hasil pengukuran ISKP Rumah Sakit X Surabaya
memenuhi standar. Kepatuhan cuci tangan adalah tribulan I dan II tahun 2017 tidak menunjukkan
ketaatan petugas dalam melakukan prosedur cuci adanya indikator yang terdapat pada kuadran II dan
tangan dengan menggunakan metode 6 langkah III. Indikator yang terdapat pada kuadran IV
dan lima momen. Hal tersebut disebabkan oleh merupakan indikator yang memerlukan tindakan
kurangnya pengetahuan petugas tentang cuci segera karena memiliki tren yang menurun atau
tangan. Petugas biasanya lupa mencuci tangan fluktuatif dan capaian tidak sesuai standar. Indikator
sebelum kontak dengan pasien sesuai dengan pada kuadran IV merupakan prioritas area untuk
pernyataan Informan 2. dilakukan perbaikan. Angka dilaksanakannya
“Petugas itu karena terbiasa menangani konfirmasi antar perawat dan dokter pada saat
pasien dengan segera justru malah lupa komunikasi per telepon (read back) dan angka
momen cuci tangan sebelum dan kepatuhan cuci tangan di Rumah Sakit X Surabaya
setelah kontak dengan pasien,” papar berada pada kuadran IV. Tren capaian kedua
Informan 2. indikator tersebut terlihat pada Gambar 2 dan 3.

Rendahnya capaian kepatuhan cuci tangan PDSA Capaian Indikator Angka Dilaksanakannya
di Rumah Sakit X Surabaya menunjukkan bahwa Konfirmasi antar Perawat dan Dokter pada saat
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Komunikasi per Telepon (read back)
rumah sakit belum optimal. Sementara itu, Gambar 3 menunjukkan bahwa capaian
kepatuhan cuci tangan yang baik adalah metode setiap bulan dari indikatorAngka Read Back di
yang paling sederhana dan berarti dalam
Pendekatan PDSA Untuk… 1 Zahroti; Chalidyanto
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

Rumah Sakit X Surabaya adalah fluktuatif dan tidak ini perlu dimulai dengan melakukan identifikasi
memenuhi standar, sehingga perlu dilakukan terhadap input terlebih dahulu, dilanjutkan dengan
analisis PDSA. Analisis PDSA pada pelayanan identifikasi proses dan output sehingga kemudian
kesehatan dilakukan dengan paradigma struktur dapat diketahui secara spesifik perbaikan proses
(input), proses, dan output (Varkey, 2010). yang diperlukan pada setiap unsur.
Dengan demikian, identifikasi variasi atau
kesenjangan proses yang sedang berlangsung saat

I II
CAPAIAN
+ -

1. Angka kepatuhan pemasangan


gelang identitas pasien
2. Angka kepatuhan melaksanakan
penempatan obat high alert
+
3. Angka dilaksanakannya surgical
T safety checklist
R 4. Angka tidak adanya kejadian
E pasien cedera akibat jatuh
N

1. Angka dilaksanakannya konfirmasi


antar perawat dan dokter pada saat
-
komunikasi per telepon (read back)
2. Angka kepatuhan cuci tangan

III IV

Gambar 2. Matriks Tren dan Capaian ISKP Rumah Sakit X Surabaya

Berdasarkan hasil wawancara, rendahnya


capaian angka dilaksanakannya konfirmasi antar
Tabel 2 menunjukkan hasil analisis PDSA perawat dan dokter pada saat komunikasi per
pada indikator angka dilaksanakannya konfirmasi telepon (read back) disebabkan oleh beberapa hal
antar perawat dan dokter pada saat komunikasi per berikut: 1) Perawat yang lupa memintakan tanda
telepon (read back). Plan merupakan tahap pertama tangan saat dokter visite, 2) Dokter tidak melakukan
siklus dimana identifikasi dan pengukuran proses visite atau terlambat visite dalam waktu 1x24 jam, 3)
pelayanan dilakukan, sehingga didapat pernyataan Kepatuhan petugas melaksanakan SPO read back.
masalah, penyebab masalah, prioritas masalah dan Selain wawancara, observasi yang dilakukan
rencana perbaikan, begitupun dengan rencana terhadap ketersediaan SPO read back, daftar tilik
monitoring dan evaluasi dari tahap plan (Morelli, read back, serta lembar konfirmasi menghasilkan
2016). bahwa tidak terdapat SPO dan daftar tilik read back
di sekitar area telepon di unit rawat inap. Analisis
STANDAR CAPAIAN akar penyebab masalah dan solusi kemudian
dilakukan dengan menggunakan teknik why-why
analysis.
100%100%100%100%100%100%100%100% Perawat yang lupa memintakan tanda
tangan saat dokter visite dan dokter yang tidak
melakukan atau terlambat visite dalam 1x24 jam
88,5% disebabkan oleh petugas tersebut tidak mematuhi
85,5%87,31% SPO read back. Penyebab masalah kepatuhan
68,7% tersebut adalah petugas tidak mengingat prosedur
read back secara sistematis. Perawat mengaku
50,9% 54,3% bahwa komunikasi efektif sesuai SPO sulit
diterapkan karena membutuhkan proses, tidak
32,86% ringkas, dimulai dari memberikan salam di telepon
27,5%
hingga memintakan paraf saat dokter visite.
Dokter yang tidak melaksanakan visite atau
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU terlambat visite dalam waktu 1x24 jam biasa
dikarenakan adanya operasi atau jadwal praktik di
Gambar 3. Tren Capaian Angka Read Back di tempat lain. Hal tersebut tidak akan menjadi alasan
Rumah Sakit X Surabaya jika dokter mematuhi SPO read back dengan
mempertimbangkan keselamatan pasien.

Pendekatan PDSA Untuk… 2 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

Kepatuhan dokter dalam menerapkan SPO read Hasil tersebut menunjukkan bahwa petugas
back akan memunculkan inisiatif dokter untuk visite tidak memahami dan menggunakan SPO read
tepat waktu dan dapat memberikan paraf. backsebagai panduan komunikasi efektif.
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Sedangkan pemberian setiap pelayanan harus
informan, belum terdapat kebijakan yang mengacu pada SPO. Implementasi SPO dapat
menyatakan bahwa proses konfirmasi oleh dokter menghindari kesalahan proses pelaksanaan suatu
dapat didelegasikan kepada petugas lain.
kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu bertanggung jawab, kapan, dimana, dan bagaimana
pelayanan dan keselamatan pasien sesuai standar hal tersebut dapat dilakukan. Dengan demikian,
(Wulandari, 2017). dapat diketahui rencana perbaikan yang sudah dan
Selain itu, perawat kurang termotivasi untuk belum dilakukan. Rekomendasi tahap Do adalah
melaksanakan prosedur read back sesuai SPO pelaksanaan perbaikan sesuai dengan
karena belum ada insiden keselamatan pasien. perencanaan.
Motivasi menjadi salah satu faktor yang Progres yang dihasilkan pada tahap Do,
mempengaruhi kepatuhan petugas dalam kemudian dievaluasi. Evaluasi progres tersebut
pelaksanaan SPO (Natasia, et al., 2014). Semakin merupakan tahap Study pada PDSA capaian angka
tinggi motivasi yang ada di dalam diri, maka konfirmasi read back. Jika sosialisasi SPO read
semakin tinggi tingkat kepatuhannya. Terdapat back berhasil dilaksanakan pada bulan Oktober
hubungan antara motivasi dan kepatuhan perawat 2017, maka penilaian hasil capaian bulan
dalam melakukan pelayanan sesuai dengan SPO. November dan Desember 2017 serta Januari
Maka kepatuhan dapat ditingkatkan dengan 2018akan diperlukan sebagai input pada tahan
meningkatkan motivasi melalui pemberian insentif Study. Proses evaluasi capaian indikator angka
atau penghargaan dan pendalaman pengetahuan konfirmasi read back dapat dilakukan dengan
seperti sosialisasi, pendidikan serta pelatihan membandingkan hasil dan standar indikator. Output
(Putriana, et al., 2015). yang dihasilkan pada tahap Study adalah laporan
Rencana perbaikan yang dibutuhkan adalah hasil evaluasi capaian read back dan rekomendasi
sosialisasi SPO read back. Hal tersebut bertujuan tindakan terhadap hasil evaluasi. Apabila terjadi
untuk meningkatkan kesadaran dan memotivasi peningkatan, proses pelayanan dapat
petugas betapa pentingnya prosedur read back dipertahankan. Sementara jika masih menjadi
dilaksanakan sesuai dengan SPO. Pelaksanaan masalah, maka perlu dilakukan tahap Plan dan Do
prosedur read back dapat menjamin kebenaran kembali.
informasi dan pemahaman petugas dalam Rumah Sakit X Surabaya telah melakukan
melakukan pelayanan kesehatan. Sosialisasi SPO study dengan pendekatan input-proses-output,
read back dapat dilakukan oleh manajer unit rawat namun hasil study tidak menunjukkan kajian
inap di Rumah Sakit X Surabaya. terhadap pelaksanaan perencanaan yang telah dan
Selain itu, pengadaan SPO dan daftar tilik belum dapat menyelesaikan masalah capaian.
prosedur read back di sekitar telepon dapat Sehingga sebaiknya terdapat informasi mengenai
dilakukan. Tujuan pengadaan tersebut adalah pelaksanaan plan yang telah disusun.
sebagai pedoman, pengingat dan bahan self- Tahap terakhir pada siklus PDSA adalah Act.
evaluation petugas di unit rawat inap dalam Act merupakan tahap dimana petugas melakukan
melakukan prosedur read bac rekomendasi hasil evaluasi. Rekomendasi tindakan
Tahap siklus PDSA yang kedua adalah Do, yang perlu dilakukan dalam mengatasi hasil
implementasi rencana perbaikan mulai dilakukan di evaluasi capaian indikator angka konfirmasi read
tahap ini. Input yang diperlukan dalam tahap ini back merupakan input pada tahap ini. Jika capaian
adalah rencana sosialisasi SPO read back. masih fluktuatif tidak mencapai standar, maka
Sosialisasi SPO read back dilaksanakan pada pelatihan komunikasi efektif mungkin diperlukan.
minggu ke dua bulan Oktober 2017 saat pertemuan Unsur proses pada tahap Act adalah penyusunan
rutin bulanan oleh Manajer Unit Rawat Inap bekerja pelaksanaan rekomendasi. Sementara itu, output
sama dengan Komite Medik dan KMKP. Sosialisasi dari tahap Act adalah rencana operasional pelatihan
dilakukan di Meeting Hall lantai 2 Rumah Sakit X komunikasi.
Surabaya. Target sasaran sosialisasi adalah PDSA Capaian Indikator Angka Kepatuhan Cuci
petugas di unit rawat inap yang terdiri dari perawat Tangan
dan dokter. Rumah Sakit X Surabaya menetapkan lima
Implementasi sosialisasi sebagai elemen momen dimana cuci tangan harus dilakukan yaitu:
proses perlu dibuat bukti pelaksanaannya, sehingga 1) Saat sebelum kontak dengan pasien, 2) Saat
dapat menghasilkan output pada tahap Do, yaitu sebelum melakukan tindangan bersih/aseptik, 3)
berita acara sosialisasi. Tidak berhenti pada hal Saat setelah terpapar dengan darah/cairan tubuh
tersebut, monitoring dan evaluasi implementasi pasien, 4) Saat setelah kontak dengan pasien, dan
rencana perbaikan dilakukan juga di tahap Do. Hal 5) Saat setelah kontak lingkungan sekitar
tersebut bertujuan untuk memantau perubahan dan pasien.Cuci tangan atau hand hygiene merupakan
progres capaian indikator. suatu tindakan membersihkan tangan,baik dengan
Rumah sakit biasanya tidak memperhatikan menggunakan sabun antiseptik di bawah air
bahwa tahap Do bergantung pada output yang mengalir atau dengan menggunakan handrub
dihasilkan pada tahap Plan, sehingga tidak terdapat beralkohol. Cuci tangan dapat mengurangi jumlah
detail rencana perbaikan yang dapat dilakukan. bakteri yang berada pada tangan sehingga dapat
Sementara monitoring dan evaluasi membutuhkan mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Fauzi &
perencanaan yang baik meliputi siapa yang harus Azzuhri, 2015).

Pendekatan PDSA Untuk… 117 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

Hasil analisis PDSA pada capaian indikator cuci tangan terutama saat sebelum kontak dengan
angka kepatuhan cuci tangan ditunjukkan oleh tabel pasien. Sementara berdasarkan hasil observasi,
3. Rendahnya angka kepatuhan cuci tangan ketersediaan fasilitas cuci tangan di Rumah Sakit X
petugas kesehatan di semua area layanan medis Surabaya sudah terpenuhi dengan baik. Selain itu,
Rumah Sakit X Surabaya disebabkan oleh ketersediaan SPO cuci tangan di tempat cuci
kurangnya pengetahuan petugas terkait prosedur tangan juga telah terpenuhi.
cuci tangan. Petugas mengaku sering melupakan

Tabel 2. Analisis PDSA pada indikator angka dilaksanakannya konfirmasi antar perawat dan dokter pada saat
komunikasi per telepon (read back) di Rumah Sakit X Surabaya
Plan
Rencana
Prioritas Rencana
Masalah Penyebab Penyebab Monitoring dan
Masalah Perbaikan
Evaluasi
Rendahnya 1. Perawat yang Kepatuha 1. Petugas tidak 1. Sosialisasi 1. Monitoring
capaian lupa memintakan n mengingat prosedur SPO read back dan evaluasi
angka read tanda tangan saat petugas read back oleh manajer pelaksanaan
back dokter visite dalam (pengetahuan) unit rawat inap sosialisai
2. Dokter tidak melaksan 2. Kurangnya 2. Pengadaan sesuai rencana
melakukan visite akan motivasi SPO dan daftar 2. Monitoring
atau terlambat SPO menerapkan SPO tilik prosedur capaian angka
visite dalam waktu read karena belum ada read back di read back
1x24 jam back kasus yang tidak sekitar telepon setiap bulan
3. Kepatuhan diinginkan unit rawat inap oleh PJ KPRS
petugas dalam dan dievaluasi
melaksanakan SPO setiap tiga
read back bulan
Do
Input: rencana sosialisasi read back Proses: implementasi sosialiasi Output: bukti pelaksanaan berupa
berita acara dan rencana tindak
Sosialisasi akan dilaksanakan pada lanjut dalam melakukan monitoring
minggu ke 2 bulan Oktober saat dan evaluasi
pertemuan rutin bulanan oleh
manajer unit rawat inap bekerja Monitoring dilakukan setiap bulan
sama dengan komite medik dan sejak bulan Oktober dan
KMKP dievaluasi pada bulan Januari
Target sasaran sosialisasi adalah 2018
perawat dan dokter di unit rawat
inap
Study
Evaluasi progress terhadap hasil Proses: study dilakukan dengan Output: laporan hasil capaian read
monitoring dan evaluasi sejak bulan mengevaluasi hasil capaian back dan rekomendasi upaya
Oktober hingga beberapa bulan hingga bulan Januari 2018 perbaikan.
berikutnya dengan membandingkan hasil
dan standar indikator. Apabila
Input: data capaian angka read terjadi peningkatan, proses
back bulan November, Desember pelayanan dapat dipertahankan.
2017, dan Januari 2018 Sementara jika masih menjadi
masalah, maka perlu dilakukan
tahap Plan dan Do kembali
Act
Input: laporan hasil capaian read Proses: penyusunan Output: rencana operasional
back dan rekomendasi upaya pelaksanaan rekomendasi pelatihan komunikasi efektif
perbaikan. perbaikan dari hasil study
Jika capaian masih fluktuatif tidak
mencapai standar, maka pelatihan
komunikasi efektif mungkin
diperlukan
efektif untuk mencegah terjadinya infeksi
Beberapa studi menunjukkan hasil yang nosokomial (Fauzia, et al., 2014).
signifikan bahwa mencuci tangan sebelum dan Kurangnya pengetahuan tentang cuci tangan
setelah kontak dengan pasien dapat menurunkan dapat menyebabkan rendahnya kepatuhan petugas
angka infeksi (Pittet, et al., 2017). Tidak hanya di dalam melakukan cuci tangan sesuai dengan
momen satu, mencuci tangan selama pelaksanaan standar. Pengetahuan tentang cuci tangan dapat
tindakan keperawatan merupakan cara yang paling meningkatkan kesadaran dan pemahaman petugas
akan manfaat cuci tangan serta konsekuensi yang

Pendekatan PDSA Untuk… 2 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

ditimbulkan bila prosedur cuci tangan tidak Surabaya. Menurut informan, sekalipun terdapat
dilakukan dengan benar. Berdasarkan hal tersebut, supervisi, biasanya dilakukan secara tidak sengaja
maka pelatihan tentang cuci tangan diperlukan. dan tidak terdokumentasi. Oleh karena itu, tidak
Monitoring pelaksanaan cuci tangan di terdapat pelaporan di luar pengukuran indikator
Rumah Sakit X Surabaya hanya dilakukan setiap angka kepatuhan cuci tangan yang dilakukan oleh
tiga bulan oleh tim PPI. Penanggung jawab tim PPI tim PPI. Sedangkan supervisi secara periodik
mengatakan bahwa tidak terdapat supervisi yang terbukti dapat meningkatkan kepatuhan petugas
dilakukan secara rutin oleh kepala ruangan atau dalam mencuci tangan (Abdella, et al., 2014).
manajer unit pelayanan di Rumah Sakit X

Tabel 3. Analisis PDSA pada indikator angka kepatuhan cuci tangan di Rumah Sakit X Surabaya

Plan
Rencana
Prioritas Rencana
Masalah Penyebab Penyebab Monitoring dan
Masalah Perbaikan
Evaluasi
Rendahnya Petugas tidak Kepatuhan 1. Petugas tidak 1. Pelatihan PPI 1. Monitoring
capaian patuhdalam petugas mengingat dengan cuci dan evaluasi
angka melaksanakan dalam seluruh momen tangan oleh tim pelaksanaan
kepatuhan SPO cuci tangan melaksanak wajib cuci PPI pelatihan dan
cuci tangan an SPO tangan 2. Pengadaan supervisi sesuai
2. Tidak supervisi rutin rencana
terdapat oleh kepala 2. Monitoring
supervisi rutin ruangan atau capaian angka
oleh kepala manajer unit kepatuhan
ruangan dan setiap bulan
manajer unit oleh tim PPI dan
dievaluasi setiap
tiga bulan
Do
Input: rencana pelatihandan Proses: implementasi pelatihan Output: bukti pelaksanaan berupa
supervisi dan supervisi berita acara, daftar hadir dan hasil
test peserta pelatihan serta rencana
Pelatihan akan dilaksanakan pada Pelatihan telah terlaksana, supervisisebagai upaya monitoring
tanggal 25-27 September 2017 dibuktikan dengan berita acara dan evaluasi
oleh Tim PPI di Hall RS dengan dan daftar hadir serta hasil
target sasaran sosialisasi adalah pretest dan posttest Supervisi akan dilakukan setiap
seluruh petugas di RS X Supervisi belum terlaksana bulan oleh kepala ruangan dan
manajer unit sejak bulan Oktober
dan dievaluasi pada bulan Januari
2018
Study
Evaluasi progress terhadap hasil Proses: study dilakukan dengan Output: laporan hasil test pelatihan
pelatihan dan hasil monitoring- mengevaluasi hasil test serta dan capaian angka kepatuhan serta
evaluasi sejak bulan Oktober capaian angka kepatuhan rekomendasi upaya perbaikan.
hingga beberapa bulan berikutnya hingga bulan Januari 2018
dengan membandingkan hasil Hasil posttest menunjukkan bahwa
Input: data hasil test dan capaian dan standar indikator. Apabila terdapat peningkatan pengetahuan
angka kepatuhan bulan terjadi peningkatan, proses tentang cuci tangan. Sehingga
November, Desember 2017, dan pelayanan dapat dipertahankan. rencana berikutnya adalah
Januari 2018 Sementara jika masih menjadi melakukan monev
masalah, maka perlu dilakukan
tahap Plan dan Do kembali
Act
Input: laporan hasil capaian angka Proses: penyusunan Output: rencana operasional dari
kepatuhan dan rekomendasi pelaksanaan rekomendasi rekomendasi perbaikan hasil tahap
upaya perbaikan. perbaikan dari hasil study study

Berdasarkan hal tersebut, rencana perbaikan kepatuhan petugas untuk cuci tangan (Kasim, et al.,
proses untuk meningkatkan angka kepatuhan cuci 2017).Pengetahuan petugas tentang cuci tangan
tangan di Rumah Sakit X Surabaya adalah dengan dapat ditingkatkan melalui sosialisasi cuci tangan
meningkatkan pengetahuan petugas tentang cuci sesuai dengan standar dan SPO yang telah
tangan serta membuat rencana supervisi. Adanya ditetapkan. Sedangkan supervisi dimaksudkan
hubungan antara supervisi dan kepatuhan perawat sebagai upaya monitoring dan evaluasi cuci tangan
dalam melaksanakan asuhan mendasari rencana oleh petugas. Supervisi adalah kegiatan mengamati
intervensi tersebut agar dapat meningkatkan kegiatan orang lain dari sudut pandang seseorang

Pendekatan PDSA Untuk… 119 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

yang posisi atau kedudukannya lebih tinggi. telepon (read back) adalah karena petugas tidak
Supervisi cuci tangan pada petugas di setiap patuh dalam mengikuti seluruh prosedur dalam
pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan oleh SPO read back. Sementara penyebab dari
setiap manajer atau kepala unit pelayanan di rendahnya angka kepatuhan cuci tangan di Rumah
Rumah Sakit X Surabaya. Rencana supervisi akan Sakit X Surabaya adalah rendahnya pengetahuan
mulai diimplementasikan setelah sosialisasi cuci petugas tentang cuci tangan yang baik dan benar
tangan. serta manfaat cuci tangan dan konsekuensi yang
Sosialisasi cuci tangan telah diakibatkan apabila tidak melakukan cuci tangan.
diimplementasikan oleh Tim PPI pada pelatihan Rumah Sakit X Surabaya memerlukan penekanan
pengendalian dan pencegahan infeksi di RS. perbaikan pada tahap Plan dalam melakukan
Pelatihan dilakukan pada tanggal 25-27 September PDSA.
2017. Terdapat peningkatan pengetahuan pada Hasil analisis menunjukkan bahwa upaya
petugas berdasarkan hasil pretest dan posttest perbaikan proses yang dapat dilakukan adalah: 1)
pelatihan. Melakukan sosialisasi kembali SPO read back dan
Tahap Do pada perbaikan proses SPO cuci tangan untuk meningkatkan pengetahuan,
peningkatan angka kepatuhan cuci tangan tidak kesadaran, dan motivasi akan pentingnya
berakhir pada implementasi sosialisasi cuci tangan melakukan tindakan pelayanan sesuai standar pada
tersebut. Tim PPI masih harus melaksanakan SPO, 2) Monitoring implementasi pelaksanaan SPO
rencana supervisi yang telah dibuat di tahap Plan. cuci tangan dengan supervisi secara periodik, 3)
Selama tahap Do, monitoring capaian indikator Pengadaan daftar tilik prosedur read back dan cuci
angka kepatuhan cuci tangan dilakukan pada bulan tangan di area kerja. Perbaikan tersebut merupakan
Oktober, November, dan Desember 2017. intervensi pada tahap Plan sehingga akan
Capaian indikator angka kepatuhan di ketiga berdampak pada proses perbaikan berikutnya.
bulan tersebut akan menjadi bahan evaluasi di Manajer ruang rawat inap merupakan aktor yang
tahap Study. Apabila capaian masih belum sesuai memiliki peran besar dalam implementasi perbaikan
standar, Rumah Sakit X Surabaya dapat tersebut.
memutuskan untuk mempertahankan atau Kesuksesan perbaikan proses menggunakan
meningkatkan kinerja petugas berdasarkan standar analisis PDSA bergantung pada komitmen petugas
tersebut. Selain itu, peninjauan terhadap standar untuk bekerja secara tim dalam
indikator dapat dilakukan. Rumah Sakit X Surabaya mengimplementasikan setiap tahapnya. Hal
dapat mempertimbangkan untuk mengubah standar tersebut mempertimbangkan bahwa PDSA
indikator angka kepatuhan cuci tangan dari 100% merupakan sebuah siklus yang perlu dilakukan
menjadi 80% atau tergantung kesepakatan. Kajian secara berkelanjutan hingga hasil yang diharapkan
terkait faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat tercapai. Terakhir, penelitian lebih lanjut
petugas dalam melaksanakan SPO cuci tangan terkait faktor yang mempengaruhi kepatuhan
perlu dilakukan agar dapat menjadi dasar petugas dalam melaksanakan SPO di Rumah Sakit
pertimbangan tersebut. X Surabaya diperlukan.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Terdapat dua indikator sasaran keselamatan Abdella, N. M. et al. (2014) ‘Hand hygiene
pasien di Rumah Sakit X Surabaya yang tidak compliance and associated factors among
sesuai standar, yaitu angka dilaksanakannya health care providers in Gondar University
konfirmasi antar perawat dan dokter pada saat Hospital, Gondar, North West Ethiopia’, BMC
komunikasi per telepon (read back) dan angka Public Health, 14(96), pp. 1–7. doi:
kepatuhan cuci tangan. Variasi proses tersebut 10.1186/1471-2458-14-96.
dapat menyebabkan masalah mutu pelayanan Babamohamadi, H. et al. (2016) ‘Evaluation of
kesehatan yang terkait dengan upaya keselamatan Patient Safety Indicators in Semnan City
pasien. Rendahnya capaian read backakan berisiko Hospitals by Using the Patient Safety
pada kesalahan tindakan akibat komunikasi tidak Friendly Hospital Initiative (PSFHI)’, Global
efektif. Sementara infeksi nosokomial dapat terjadi Journal of Health Science. Canada:
bila upaya pencegahan melalui cuci tangan tidak Canadian Center of Science and Education,
dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan 8(8), pp. 1–7. doi: 10.5539/gjhs.v8n8p1.
dalam meningkatkan capaian kedua indikator Dewi, A. P. (2013) ‘Analisis Pengendalian Kualitas
tersebut. Dengan Pendekatan P.D.C.A (Plan-Do-
PDSA merupakan salah satu metode yang Check-Act) Berdasarkan Standar Minimal
digunakan dalam perbaikan proses. PDSA Pelayanan Rumah Sakit Pada RSUD DR.
menekankan bahwa upaya perbaikan proses Adhyatma Semarang (Studi Kasus Pada
harusdilakukan secara berkesinambungan dan Instalasi Pradiologi)’, Diponegoro Journal of
terus-menerus. Analisis menggunakan PDSA dapat Social and Politic, 3(1), pp. 1–12. Available
mengendalikan variasi proses sehingga tujuan at:
pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=
pada keselamatan pasien dapat tercapai. viewarticle&article=142769.
Analisis PDSA pada indikator komunikasi Fauzi, N. and Azzuhri, M. (2015) ‘Pengaruh Faktor
efektif menghasilkan bahwa penyebab tidak Individu , Organisasi dan Perilaku terhadap
tercapainya angka dilaksanakannya konfirmasi Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan
antar perawat dan dokter pada saat komunikasi per Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap Rumah

Pendekatan PDSA Untuk… 120 Zahroti; Chalidyanto


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.111-121

Sakit Tk . II Dr . Soepraoen Malang’, Jurnal ‘Hubungan Motivasi Perawat dengan


Aplikasi Manajemen, 13(4), pp. 566–574. Kepatuhan Pelaksanaan Pemberian Obat
Available at: Oral’, Jurnal Online Mahasiswa Program
http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau •,
/view/807/756. 2(1), pp. 802–811. Available at:
Fauzia, N., Ansyori, A. and Hariyanto, T. (2014) https://www.neliti.com/id/publications/187282
‘Kepatuhan Standar Prosedur Operasional /none.
Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rahayu, S. B. (2017) ‘Pengaruh Dimensi Staffing
Rawat Inap Rumah Sakit’, Jurnal Kedokteran Terhadap Insiden Keselamatan Pasien
Brawijaya, 28(1), pp. 95–98. Available at: Berdasarkan Agency For Healtcare
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/5 Research And Quality (AHRQ) Di RSU Haji
26. Surabaya’, Jurnal Administrasi Kesehatan
Kasim, Y., Mulyadi and Kallo, V. (2017) ‘Hubungan Indonesia Volume, 5(1), pp. 41–51. Available
Motivasi & Supervisi Dengan Kepatuhan at: https://e-
Perawat Dalam Penggunan Alat Pelindung journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/7049/423
Diri (APD) Pada Penanganan Pasien 4.
Gangguan Muskuloskeletal Di IGD RSUP Rokhmah, N. A. and Anggorowati (2017)
Prof. DR. R. D. Kandou Manado’, e-journal ‘Komunikasi Efektif Dalam Praktek
Keperawatan, 5(1), pp. 1–10. Available at: Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/arti Meningkatkan Kualitas Pelayanan’, Journal
cle/view/14898. of Health Studies, 1(1), pp. 65–71. Available
Laverentz, D. and Kumm, S. (2017) ‘Concept at: https://ejournal.unisayogya.ac.id.
Evaluation Using the PDSA Cycle for Setiyani, M. D., Zuhrotunida and Syahridal (2016)
Continuous Quality Improvement’, NCBI, ‘Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien
38(5), pp. 288–290. doi: Di Ruang Rawat Inap Rsu Kabupaten
10.1097/01.NEP.0000000000000161. Tangerang’, Jurnal Kesehatan Fikes
Morelli, M. S. (2016) ‘Using the Plan, Do, Study, Act Tangerang, 2(2), pp. 59–69. Available at:
Model to Implement a Quality Improvement https://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkft/article/vi
Program in Your Practice’, American Journal ew/63.
of Gastroenterology. Nature Publishing Sollecito, W. A. and Johnson, J. K. (2013)
Group, 111, pp. 1220–1222. doi: McLaughlin and Kaluzny’s Continuous
10.1038/ajg.2016.321. Quality Improvement in Health Care. 4th
Natasia, N., Loekqijana, A. and Kurniawati, J. edn. Burlington: Jones & Bartlett Learning.
(2014) ‘Faktor yang Mempengaruhi Syurandhari, D. H. (2016) ‘Hubungan Patient Safety
Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan dengan Mutu Pelayanan di Ruang Rawat
Keperawatan di ICU-ICCU RSUD Gambiran Inap RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Kota Kediri’, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Mojokerto’, Hospital Majapahit, 8(2), pp. 87–
28(1), pp. 21–25. Available at: 99. Available at:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/5 http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/in
13/393. dex.php/HM/article/view/138/177.
Nazri, F., Juhariah, S. and Arif, M. (2015) Varkey, P. (2010) Medical Quality Management
‘Implementasi Komunikasi Efektif Perawat- Theory and Practice. 2nd edn. Sudbury:
Dokter dengan Telepon di Ruang ICU Jones & Bartlett Publisher.
Rumah Sakit Wava Husada Implementation Wulandari, T. and Fidiana (2017) ‘Peranan Audit
of Nurse-Physician Effective Communication Internal Terhadap Kepatuhan Standar
via Telephone in ICU Room of Wava Husada Operasional Prosedur ( Sop ) Pada PT X’,
Hospital’, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 6(7), pp. 1–
28(2), pp. 174–180. Available at: 15. Available at:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1 https://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article/view/3
009/483. 313.
Ningsih et al. (2013) Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Dengan
Perilaku Pencegahan Infeksi Nosokomial Di
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
Skripsi thesis, . Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/27524/.
Pinney, S. et al. (2015) ‘Current concept review:
quality and process improvement in
orthopedics’, Orthopedic Research and
Reviews, 8, pp. 1–11. doi:
10.2147/ORR.S92216.
Pittet, D., Boyce, J. M. and Allegranzi, B. (2017)
Hand hygiene : a handbook for medical
professionals. West Sussex: John Wiley &
Sons, Inc.
Putriana, N., Nurchayati, S. and Utami, S. (2015)

Pendekatan PDSA Untuk… 121 Zahroti; Chalidyanto

You might also like