You are on page 1of 8

Jurnal Kesehatan

Volume 12, Nomor 1, Tahun 2021


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang “Isi Piringku” dengan Kejadian


Stunting Anak Balita Usia 12-59 Bulan

Relationship Of Mother Knowledge About Isi Piringku” with The Incidence


Stunting Of Children Age 12-59 Months

Ade Devriany1, Diah Ayu Wulandari2


Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinang, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT/ ABSTRAK

Article history A toddler is an age group that is prone to nutrition and disease. The handling of stunting
in the Bangka Belitung Islands Province is a priority in Bangka Regency. Mendo Village
Received date has the highest percentage of stunting, which is 17,7%. The purpose of this study is to
08 Feb 2021 analyze the relationship mother's knowledge about Isi Piringku with the nutritional status
of children aged 12-59 months in Mendo Village, Mendo Barat Subdistrict. The design of
Revised date this study was a cross-sectional study which was conducted in Mendo Village, Mendo
19 Mar 2021 Barat Subdistrict. The number of samples used was 96 mothers and toddlers aged 12-59
months Data analysis used univariate and bivariate analysis with chi-square statistical
Accepted date tests. The results of this study are More toddler mothers have good knowledge about Isi
06 Apr 2021 Piringku is 64,6% (62 people), while the nutritional status of stunting toddlers is 6% (6
people). There is no correlation between mother's knowledge about Isi Piringku with the
nutritional status of children age 12-59 months in Mendo Village, Mendo Barat
Keywords: Subdistrict with a p-value=0,125 (p-value>0,05). This happens because the respondent
has toddlers with normal nutritional status but the respondent has less knowledge about
Isi Piringku; Isi Piringku, and vice versa being influenced by economic factors/work, education, age,
Knowledge; and environment.
Stunting;
Toddler.

Kata kunci: Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Penanganan
stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi prioritas salah satunya
Isi Piringku; adalah Kabupaten Bangka. Desa Mendo merupakan lokasi khusus penanganan stunting
Pengetahuan; dengan persentase sebesar 17,7 %. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis
Stunting; hubungan pengetahuan ibu tentang Isi Piringku dengan status gizi anak balita usia 12-59
Balita. bulan di Desa Mendo Kecamatan Mendo Barat. Rancangan penelitian yang digunakan
cross sectional study dengan jumlah sampel yaitu 96 ibu dan balita berusia 12-59 bulan.
Analisis data yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi
square. Hasil dari penelitian ini yaitu ibu balita lebih banyak yang memiliki pengetahuan
baik tentang Isi Piringku yaitu sebesar 64,6% (62 orang), sedangkan status gizi balita
yang stunting sebesar 6% (6 orang). Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang isi
piringku dengan status gizi anak balita usia 12-59 bulan di Desa Mendo Kecamatan
Mendo Barat dengan nilai p-value=0,125 (p-value>0,05). Hal ini terjadi karena
responden memiliki balita dengan status gizi normal tetapi responden memiliki
pengetahuan kurang tentang Isi Piringku, begitupun sebaliknya yang dipengaruhi oleh
faktor ekonomi atau pekerjaan, pendidikan, umur dan lingkungan.

Corresponding Author:

Ade Devriany
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinang, Indonesia
Email: adevriany@yahoo.com

PENDAHULUAN kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan


fisik dan perkembangan psikomotorik, mental
Masa balita merupakan masa kehidupan dan sosial (Almatsier, 2012). Pada saat ini, balita
yang sangat penting dan perlu perhatian yang (bawah lima tahun) sebagai generasi penerus
serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh bangsa yang diharapkan menjadi sumber daya

17
18 Jurnal Kesehatan, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2021, hlm 17-24

manusia yang berkualitas di masa depan Cengkong Abang, dan Desa Air Duren. Dari
memerlukan perhatian khusus. Usia di bawah ketiga lokasi utama tersebut, Desa Mendo
lima tahun merupakan “usia emas” dalam memiliki persentase angka stunting tertinggi
pembentukan sumberdaya manusia baik dari segi yaitu 17,7%.
pertumbuhan fisik maupun kecerdasan, dimana Status gizi pada masyarakat dipengaruhi
hal ini harus didukung oleh status gizi yang baik oleh banyak faktor. Kondisi sosial ekonomi
karena status gizi berperan dalam menentukan merupakan salah satu faktor penting yang
sukses tidaknya upaya peningkatan sumber daya memengaruhi status gizi. Bila kondisi sosial
manusia. ekonomi baik maka status gizi diharapkan
Menurut Rahmawati (2018), masa balita semakin baik. Status gizi anak balita khususnya
sering dinyatakan sebagai masa kritis untuk kejadian stunting akan berkaitan erat dengan
optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan kondisi sosial ekonomi keluarga (orang tua),
otak yang sangat dipengaruhi oleh pola asuh antara lain pendidikan orang tua, pekerjaan orang
orang tua, salah satunya dalam pola pemberian tua, jumlah anak orang tua, pengetahuan dan pola
makan sebagai pintu masuk pemenuhan berbagai asuh ibu serta kondisi ekonomi orang tua secara
kebutuhan unsur zat gizi. Akan tetapi, ada keseluruhan (Supariasa, 2012).
kalanya pola pemberian makan yang kurang baik Hasil penelitian Yabanci, dkk (2014),
dapat memengaruhi status gizi balita tersebut. menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengetahuan gizi lebih tinggi memiliki anak
hubungan antara pengetahuan pola pemberian dengan status gizi nornal, sehingga tingkat
makan dengan status gizi balita (Rahmawati, pengetahuan ibu memengaruhi kebiasaan makan
2018). Masalah gizi dapat terjadi pada semua anak. Penelitian tersebut sejalan dengan
kelompok umur. Anak balita merupakan penelitian dari Al-Shookri (2011) yang
kelompok umur yang rawan gizi dan rawan menunjukkan bahwa, ibu dengan tingkat
penyakit. Hal ini disebabkan karena anak balita pengetahuan gizi yang rendah memiliki anak
sedang berada dalam masa transisi dari makanan dengan kecukupan asupan makanan yang rendah,
bayi ke makanan dewasa. Banyaknya masalah sehingga pengetahuan ibu terkait gizi mendukung
gizi terjadi di Indonesia menurut UNICEF (2012) status gizi anak.
sebanyak 40% anak balita di pedesaan terhambat Ibu memiliki peranan dan pengaruh yang
pertumbuhannya. Berdasarkan Global Nutrition besar terhadap keadaan gizi balita.
Report (2014), Indonesia termasuk ke dalam 17 Perkembangan kejiwaan setiap anak pada awal
negara di antara 117 negara yang memiliki ketiga kehidupannya sangat tergantung pada orang tua
masalah gizi, yaitu stunting, wasting dan terutama ibu, yang melahirkan dan yang pertama
overweight. membantu segala keperluannya. Pengaruh
Prevalensi balita stunting di Provinsi pertama yang mempunyai kesan kuat adalah apa
Kepualauan Bangka Belitung mengalami yang diperoleh pada awal kehidupan sampai anak
peningkatan dari 21,9% tahun 2016 menjadi berusia lima tahun. Jika pada usia awal, yang
27,3% tahun 2017. Berdasarkan data Tim diterima dan dilihat adalah suasana kotor dan
Nasional Percepatan Penanggulangan tidak sehat, serta tidak menunjukkan perilaku
Kemiskinan pada tahun 2018, terdapat 160 yang sadar akan pentingnya gizi tentunya awal
Kabupaten/Kota menjadi prioritas dengan kehidupannya akan terisi dengan kesan yang
masing-masing 10 Desa untuk penanganan kurang mendukung perkembangan dirinya secara
stunting (kerdil) (Direktorat Jenderal Bina Gizi positif, sehingga dapat menurunkan kesehatannya
Masyarakat, 2018). Adapun untuk penanganan (Mulyono, 2000).
stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pemerintah mengeluarkan sebuah
yang menjadi prioritas salah satunya adalah Pedoman Gizi Seimbang dalam upaya
Kabupaten Bangka. Berdasarkan data hasil menurunkan dan menjaga status gizi masyarakat.
Pemantauan Status Gizi tahun 2015-2017 Tanggal 27 Januari 2014 Pedoman Gizi
menunjukkan jumlah balita yang mengalami Seimbang mengalami pembaharuan dengan
stunting di Kabupaten Bangka terus meningkat penambahan media promosi “Tumpeng” dan “Isi
(Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung, Piringku” (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2017). Upaya promosi kesehatan melalui pendekatan
Puskesmas Petaling adalah Puskesmas pendidikan dengan media promosi. Media
yang memiliki wilayah kerja yang tersebar di promosi kesehatan adalah alat bantu untuk
Kecamatan Mendo Barat. Kecamatan Mendo menampilkan pesan atau informasi dan
Barat memiliki 3 desa yang menjadi lokasi utama mengunakan alat-alat pendukung. Media
penanganan stunting yaitu Desa Mendo, Desa dijadikan sebagai alat bantu untuk mengatasi
Devriany, Hubungan Pengetahuan Ibu tentang “Isi Piringku” dengan Kejadian Stunting Anak Balita … 19

keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para


masyarakat dan menjadi pedoman bagi
masyarakat dalam merubah perilaku ke arah gizi HASIL
seimbang. Penggunaan media dapat dikatakan
efektif ketika komunikasi dengan media juga Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
dapat mengubah atau memengaruhi perilaku Responden Penelitian
seseorang. Jadi efektivitas media promosi juga Variabel n %
dapat diukur dengan peningkatan dari Kelompok Umur
pengetahuan, sikap, dan praktik dari komunikan. 18-21 12 12,5
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk 22-25 19 19,8
menganalisis hubungan pengetahuan ibu terhadap 26-29 22 22,9
30-34 18 18,8
“isi piringku” dengan kejadian stunting pada
35-38 11 11,4
anak balita usia 12-59 bulan di Desa Mendo 39-42 11 11,4
Kecamatan Mendo Barat. 43-46 3 3,2
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah 4 4,2
METODE SD 59 61,5
SMP 22 22,8
Penelitian ini menggunakan rancangan SMA 9 9,4
penelitian dengan cross sectional study. Diploma/Sarjana 2 2,1
Penelitian dilakukan di Desa Mendo Kecamatan Pekerjaan Ibu
IRT 85 88,5
Mendo Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Wiraswasta 4 4,2
dilakukan berdasarkan fokus penanganan Petani 5 5,2
stunting di Kecamatan Mendo Barat yang PNS/TNI/POLRI 2 2,1
dilaksanakan dari bulan Januari-Juni Tahun 2020. Jenis Kelamin Balita
Besar sampel dihitung dengan Laki-laki 51 53,1
menggunakan rumus perhitungan yang Perempuan 45 46,9
dikembangkan oleh Lameshow, S. (1997) yang
berjumlah 96 responden yang diambil secara Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok
acak menggunakan teknik simple random umur ibu terbanyak yaitu umur 26-29 tahun
sampling. Instrumen yang digunakan dalam sebesar 22,9% (22 orang) dengan pendidikan
penelitian ini adalah kuesioner digunakan untuk terbanyak adalah SD sebesar 61,5% (59 orang).
mengukur pengetahuan ibu tentang isi piringku Paling banyak ibu balita merupakan ibu rumah
yang telah diuiji validitas dan reabilitasnya. tangga sebesar 88,5% (85 orang) dan terendah
Pengumpulan data dilakukan secara langsung adalah PNS/TNI/POLRI sebesar 2,1 % (2 orang).
melalui kader-kader balita menggunakan Balita dengan jenis kelamin laki-laki sebesar
instrumen yang digunakan. Analisis data 53,1% (51 orang) dan jenis kelamin perempuan
dilakukan dengan menggunakan teknik sebesar 46,9% (45 orang)
komputerisasi menggunakan uji chi-square.
Penelitian ini telah memperoleh Tabel 2. Distribusi Usia dan Tinggi Badan
Keterangan kelaikan etik dari Komisi Etik Balita 12-59 Bulan
Penelitian Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang Variabel Mean SD Min-Maks
dengan Nomor. 3/EC/KEPK/-PKP/IV/2020. Usia Balita
40,69 13.83 12-59
(bulan)
Tinggi Badan
94,1 9.1 47.4 – 106
(cm)

Berdasarkan tabel 2 bahwa dari 96 balita


rata-rata usia balita adalah 40,69 bulan dan rata-
rata tinggi badan balita adalah 94,1 cm.

Tabel 3. Distribusi Z-Score Berdasarkan


Indeks TB/U Balita 12-59 Bulan
Variabel Mean SD Min-Max
-0,83 1,559 (-2,87) –
Z-Score
SD SD (2,75) SD
20 Jurnal Kesehatan, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2021, hlm 17-24

Pada tabel 3 menunjukkan rata-rata nilai z- Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Balita
score balita adalah -0,83 SD dengan nilai 12-59 Bulan tentang Isi Piringku
minimum -2,87 SD dan maksimum 2,75 SD. Pengetahuan Ibu
n %
Hasil penilaian z-score kemudian Tentang Isi Piringku
mengidentifikasi kejadian stunting balita menurut Baik 62 64,6
indikator TB/U. Cukup 25 26,0
Kurang 9 9,4
Tabel 4. Distribusi Kejadian Stunting pada
Balita 12-59 Bulan Berdasarkan tabel 5 bahwa lebih banyak
Status Gizi n % ibu balita yang memiliki pengetahuan baik
Pendek 6 6,2 tentang Isi Piringku yaitu sebesar 64,6% (62
Normal 86 89,7 orang).
Tinggi 4 4,1 Analisis bivariat dilakukan dengan
menghubungkan variabel independen dengan
Tabel 4 menunjukkan bahwa status gizi variabel dependen dengan menggunakan uji
balita tertinggi adalah status gizi normal yaitu fisher exact sebagai berikut.
sebesar 89,7% (86 orang) dan terendah memiliki
status gizi tinggi yaitu 4,1% (4 orang).

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Isi Piringku dengan Kejadian Stunting pada
Balita 12-59 Bulan
Pengetahuan Kejadian Stunting
Jumlah p-value
Pendek Normal
n % n % n %
Baik 3 4,5 63 95,5 66 100 0,373
Kurang 3 10 27 90 30 100

Tabel 6 menunjukkan hasil analisis memilih makanan yang akan dikonsumsi oleh
statistik antara pengetahuan ibu tentang isi balita serta pola makan terkait jumlah, jenis dan
piringku dengan kejadian stunting balita usia 12- frekuensi yang akan memengaruhi asupan makan
59 bulan yaitu ada sebesar 4,5% (3 orang) ibu pada bayi tersebut.
dengan pengetahuan kurang dan memiliki balita Pengetahuan gizi ibu dapat dipegaruhi oleh
stunting. Selain itu, ada sebesar 95,5% (63 orang) usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan
ibu memiliki pengetahuan baik tentang isi pendapatan. Selain itu, asupan makan pada balita
piringku memiliki balita dengan status gizi juga dipengaruhi oleh budaya setempat yang juga
normal. Berdasarkan hasil uji fisher exact, dapat memengaruhi pemilihan makanan oleh ibu
diketahui bahwa tidak ada hubungan (Notoadmojo, 2008). Oleh karena itu, jika
penegtahuan ibu tentang isi piringku dengan seorang ibu memiliki pengetahuan gizi yang
status gizi balita usia 12-59 bulan di Desa Mendo kurang maka asupan makanan yang akan
Kecamatan Mendo Barat dengan nilai p- diberikan kepada balita juga kurang tepat dan
value=0,373 (p-value>0,05). dapat memengaruhi status balita tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian
besar tingkat pendidikan ibu balita adalah
PEMBAHASAN tamatan SD. Hal ini berarti kesadaran masyarakat
akan pentingnya pendidikan bagi wanita masih
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kurang. Menurut Soetjiningsih (2014),
asupan makan seseorang adalah pengetahuan gizi pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor
yang akan berpengaruh terhadap status gizi yang penting dalam status gizi. Orang tua dapat
seseorang. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan menerima segala informasi dari luar tentang cara
terkait makanan dan zat gizi. Sikap dan perilaku pengasuhan anak yang baik terutama bagai mana
ibu dalam memilih makanan yang akan ibu memberikan makanan kepada anak,
dikonsumsi oleh balita dipengaruhi oleh berbagai bagaimana menjaga kesehatan anak,
faktor, diantaranya adalah tingkat pengetahuan pendidikannya, dan sebagainya. Makin banyak
seseorang tentang gizi sehingga dapat pengetahuan yang dimiliki dan perilaku yang
memengaruhi status gizi seseorang tersebut. diharapkan akan muncul pola asuh yang baik.
Pengetahuan gizi ibu yang kurang dapat menjadi Menurut Nyoman (2013), tingkat
salah satu penentu status gizi balita karena pendidikan memiliki peranan penting untuk
menentukan sikap atau perilaku ibu dalam mendapatkan pekerjaan. Semakin tinggi
Devriany, Hubungan Pengetahuan Ibu tentang “Isi Piringku” dengan Kejadian Stunting Anak Balita … 21

pendidikan memiliki seseorang maka pekerjaan melahirkan mereka membantu suaminya mencari
dan pendapatannya akan semakin meningkat. nafkah sehingga bayi dititipkan ke keluarga
Jika dikaitkan dengan umur dan pendidikan terdekat.
memiliki pengaruh yang berkaitan. Berdasarkan pengamatan terhadap
Dalam penelitian ini kurangnya responden, ibu tersebut sebenarnya sudah
pengetahuan ibu tentang isi piringku dipengaruhi menerapkan frekuensi makan yang baik untuk
oleh pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu akan anaknya, namun ibu tersebut tidak paham dengan
memengaruhi sikap dan pola pikir ibu dalam apa yang dilakukannya. Hal ini dilatarbelakangi
memperhatikan asupan makanan balita mulai dari oleh tingkat pengetahuan, pendidikan, dan
mencari, memperoleh dan menerima berbagai tingkat ekonomi yang baik. Semakin tinggi
informasi mengenai pengetahuan tentang asupan tingkat pendidikan orang tua maka semakin
makanan gizi balita sehingga akan memengaruhi tinggi pula pengetahuan dan pengalamanya
pemilihan makanan yang akan menentukan status dalam merawat anaknya khususnya dalam pola
gizi balitanya (Nur, 2016). Hal ini didukung oleh pemberian makannya. Hal ini diperkuat oleh
sebuah penelitian Burhani, dkk (2016), yang pernyataan Santoso (2010), apabila ibu rumah
mengatakan bahwa orang tua yang memiliki tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik
pendidikan tinggi lebih berorientasi pada maka ibu akan mampu untuk memilih makanan-
tindakan preventif, lebih banyak mengetahui makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.
tentang masalah kesehatan yang lebih baik. Pola makan pada balita sangat berperan
Semakin tinggi pendidikan ibu, diharapkan ibu penting dalam proses pertumbuhan pada balita,
memiliki pengetahuan lebih baik dalam karena dalam makanan banyak mengandung gizi.
mengasuh anak. Penelitian Wahyuni (2009) juga Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam
menyebutkan bahwa terdapat hubungan pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi keterkaitan yang sangat erat hubungannya
balita. dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila
Perilaku ibu tentang kesehatan dipengaruhi terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar
oleh beberapa faktor antara lain umur, sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini
pendidikan, status sosial, budaya, dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika
(Notoadmojo, 2008). Perilaku ibu dalam pola makan tidak tercapai dengan baik pada
pemberian gizi kepada balita juga dipengaruhi balita maka pertumbuhan balita akan terganggu,
oleh status pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi
berdampak pada rendahnya waktu kebersamaan buruk pada balita (Purwani dan Mariyam, 2013).
ibu dengan balita sehingga perhatian ibu terhadap Pola makan yang terbentuk sangat erat
perkembangan balita menjadi berkurang. kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang.
Dampak dari ibu bekerja juga tergantung dari Secara umum faktor yang memengaruhi
jenis pekerjaan yang dilakukan ibu. Ibu yang terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi,
memiliki jenis pekerjaan berat maka akan faktor sosio budaya, agama, pendidikan dan
mengalami kelelahan fisik sehingga ibu akan lingkungan. Hasil penelitian Purwani dan
cenderung memilih untuk beristirahat daripada Mariyam (2013) tentang pola pemberian makan
mengurus balitanya (Anggraini, 2008). Hal ini dengan status gizi anak usia 1-5 tahun di
sejalan dengan penelitian Putri (2002) yang Kabunan Taman Pemalang menemukan 45,5%
menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja dalam dari 33 anak balita pola makannya tidak baik
keluarga cenderung akan lebih banyak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
mempunyai waktu untuk memperhatikan antara pola pemberian makan dengan status gizi
makanan yang dikonsumsi keluarga dan anak usia 1-5 tahun di Kabunan Taman
mengasuh serta merawat anaknya. Ibu yang tidak Pemalang.
bekerja akan memengaruhi asupan makanan anak Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
karena peran ibu sebagai pengasuh dan pengatur dari Damaiyanti, dkk (2016) tentang hubungan
konsumsi keluarga. antara pola makan dengan status gizi pada balita
Menurut Lin (2008) tidak adanya di posyandu di Desa Manungga wilayah kerja
hubungan antara pengetahuan ibu dengan Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang
perilaku ibu dikarenakan faktor kekerabatan Bintang, 26,3% dari 80 anak balita dengan pola
sosial dan gotong royong di dalam budaya makan tidak baik, maka dapat di ambil
masyarakat yang mana pengaruh orang lain atau kesimpulan bahwa ada hubungan antara pola
keluarga yang merawat bayi sangat kuat. Hal ini makan dengan status gizi pada balita di posyandu
menyebabkan ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh di Kecamatan Karang Bintang. Hal ini juga
tani pada satu sampai dua minggu setelah sejalan dengan penelitian dari Nasution, dkk
22 Jurnal Kesehatan, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2021, hlm 17-24

(2018) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan mencakup protein, karbohidrat, vitamin, dan
antara pola makan dengan status gizi sampel di mineral seimbang. Keberagaman penting karena
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. tidak ada satupun jenis makanan yang
Status gizi merupakan gambaran kondisi mengandung semua jenis zat gizi yang
fisik seseorang sebagai refleksi dari dibutuhkan tubuh. Dalam satu porsi sajian, sayur-
keseimbangan energi yang masuk dan yang sayuran dan buah-buahan disarankan porsinya
dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013). Status adalah separuh bagian piring. Separuh bagian
gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan piring lainnya dapat diisi dengan karbohidrat dan
antara makanan yang masuk (nutrient input) protein (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan Menurut penelitian Renata dan Dewajanti
zat gizi tersebut (Supariasa, 2012). Klasifikasi (2017), bahwa pengetahuan dan sikap akan
status gizi menurut Kementerian Kesehatan RI memengaruhi perilaku anak terhadap gizi
Tahun 2010 untuk indikator TB/U yaitu sangat seimbang. Dengan perilaku yang baik, anak akan
pendek, pendek, normal dan tinggi. mendapatkan asupan gizi yang seimbang
Menurut Supariasa, dkk (2012), kelebihan sehingga status gizi anak tersebut akan baik.
dari indeks (TB/U) atau (PB/U) yaitu baik untuk Salah satu cara untuk membantu terjadinya
menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang perubahan masyarakat sesuai dengan
dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. menggunakan bantuan media massa atau sumber
Status gizi dipengaruhi oleh penyebab langsung informasi lain (Kementerian Kesehatan RI,
(asupan makanan dan penyakit infeksi) dan 2014).
penyebab tidak langsung (ketersedian pangan, Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada
pola asuh, pelayanan dan kesehatan lingkungan) hubungan pengetahuan ibu tentang isi piringku
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut dengan status gizi balita usia 12-59 bulan Di
Mulyana (2013), faktor-faktor yang Desa Mendo Kecamatan Mendo Barat. Hal ini
memengaruhi status gizi balita yaitu pendidikan terjadi karena beberapa responden memiliki
ibu, pekerjaan orang tua, sosial ekonomi, akses balita dengan status gizi normal tetapi responden
kesehatan, hygiene sanitasi lingkungan, pola memiliki pengetahuan yang kurang tentang isi
asuh, perilaku dan pengetahuan ibu. piringku, begitupun sebaliknya responden
Masalah gizi khususnya balita stunting memiliki balita dengan status gizi pendek
dapat menghambat proses tumbuh kembang (stunting) tetapi responden memiliki pengetahuan
balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang baik tentang isi piringku. Hal ini
yang akan berlangsung dalam kehidupan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor
selanjutnya (UNICEF, 2012). Hasil penelitian ekonomi atau pekerjaan, pendidikan, umur dan
diketahui bahwa balita yang mengalami masalah lingkungan.
gizi stunting ada sebesar 6% (6 orang). Faktor Dalam penelitian ini, ibu balita yang
yang berhubungan dengan kejadian stunting pada memiliki pengetahuan cukup baik tentang isi
balita adalah panjang lahir balita, riwayat ASI piringku namun tidak menerapkannya dalam
ekslusif, pendapatan keluarga, pendidikan ibu kehidupan sehari-hari ternyata dipengaruhi oleh
dan pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian pekerjaan dan pendapatan keluarga. Menurut
stunting pada balita (Ni’mah dan Nadhiroh, Mulyana (2013), ada pengaruh yang signifikan
2015). antara pendapatan orang tua dengan status gizi.
Menurut Munawaroh (2015) kejadian Keluarga yang mempunyai pendapatan yang
stunting dipengaruhi oleh pola asuh ibu dalam rendah sulit memenuhi kebutuhan makanan
pemberian makan anak. Maka dapat dikatakan apalagi berbagai jenis makanan yang beragam.
ibu yang memberikan perhatian lebih terhadap Kemampuan keluarga untuk mencukupi
anaknya dalam hal pemberian makanan akan kebutuhan makanan juga tergantung dari harga
berpengaruh positif kepada keadaan status gizi bahan makanan. Bahan makanan yang berharga
anak. Pola asuh dalam memberikan makanan mahal biasanya jarang terbeli dan bahkan tidak
sehari-hari penting untuk menunjang terbeli.
pertumbuhan balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Isi piringku adalah suatu metode panduan dilakukan oleh Mahardika mengenai hubungan
makan sehat yang dikenalkan oleh Kementerian anatara pendapatan keluarga dan pengetahuan
Kesehatan yang dapat menjadi acuan sajian gizi ibu dengan status gizi balita di Desa
sekali makan. Sebab makan bukan hanya sekedar Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
kenyang, namun juga harus memenuhi kebutuhan yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu
nutrisi tubuh. Keragaman makanan dalam satu dengan status gizi balita mempunyai nilai p-
piring merupakan hal yang tak bisa ditawar, value= 0,110 sehingga tidak ada hubungan antara
Devriany, Hubungan Pengetahuan Ibu tentang “Isi Piringku” dengan Kejadian Stunting Anak Balita … 23

pengetahuan ibu dengan status gizi balita ini lebih banyak yang memiliki pengetahuan
(Mahardika, 2012). yang baik tentang isi piringku dan masih terdapat
balita yang mengalami masalah gizi stunting
(pendek). Hasil analisis menunjukkan bahwa
SIMPULAN tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang isi
piringku dengan status gizi balita usia 12-59
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat bulan di Desa Mendo Kecamatan Mendo Barat.
disimpulkan bahwa ibu balita dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2012). Prinsip Dasar Ilmu Kementerian Kesehatan RI. (2010). Rencana
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
Al-Shookri, Layla Al-Shukaily, Fouad Hassan, 2010-2014. Jakarta.
Sadeq Al-Sheraji, Saif Al-Tobi. (2011). Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman
Effect of Mothers Nutritional Knowledge Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat
and Attitudes on Omani Children’s Dietary Jenderal Bina Gizi dan KIA.
Intake. Oman Medical Journal, 26(4), 253- Lameshow, S. (1997). Besar Sampel dalam
257. Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Anggraini, S. D. (2008). Hubungan Antara Universitas Gadjah Mada.
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Lin D.Y. (2008). Hubungan Pengetahuan dan
Makanan Bergizi Dengan Status Gizi Sikap Ibu Dengan Pemberian Asi Ekslusif.
Balita Usia 1-3 Tahun di Desa Lencoh [Tesis]. Surakarta: Program Studi
Wilayah Kerja Puskesmas Selo Boyolali. Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas
[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Maret.
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Mahardika, A. (2012). Hubungan antara
Surakarta. Pendapatan Keluarga dan Pengetahuan
Burhani PA, Oenzil F, Revilla G. (2016). Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita Di Desa
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten
Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan Boyolali. [Skripsi]. Surakarta: Universitas
dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Muhammadiyah Surakarta.
Tawar Kota Padang. Jurnal Kesehatan Marmi. (2013). Gizi Dalam Kesehatan
Andalas. 5 (3), 515-521. Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Damaiyanti, A., Widia, L., Ningsih, R., & Mulyana, D. W. (2013). Pengaruh Tingkat
Bumbu, K. K. B. K. T. (2016). Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Pendapatan, dan
Antara Pola Makan Dengan Status Gizi Perilaku Ibu Terhadap Status Balita Gizi
Pada Balita Di Posyandu Desa Manunggal Buruk di Kecamatan Tegalsari dan di
Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Tandes Kota Surabaya. Swara
Kecamatan Karang Bintang. Jurnal Darul Bhumi, 2(2), 1-10.
Azhar, 1(1), 63-68. Mulyono, S. (2000). Perilaku Kebersihan
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Lingkungan Siswa Sekolah Dasar
Belitung. (2017). Profil Kesehatan Dihubungkan dengan Pengetahuan
Provinsi Kepulauan Bangka Balitung Kebersihan Lingkungan dan Persepsi
Tahun 2017. Bangka Belitung: Dinas tentang Pengawasan Guru. Majalah
Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Kesehatan Masyarakat, 6(2), 10-13.
Belitung. Munawaroh, S. (2015). Pola Asuh
Direktorat Jenderal Bina Gizi Masyarakat. Mempengaruhi Status Gizi Balita. Jurnal
(2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Keperawatan. 6 (1), 44-50.
dan Indikator Kinerja Gizi Tahun 2017. Nasution, Henna Sultana, dkk. (2018). Hubungan
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2018. Pola Makan dengan Status Gizi pada Anak
Global Nutrition Report. (2014). Action and Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Accountability to Accelerate The World’s Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat dan
on Nutrition. Washington, DC: Lingkungan Hidup. 1 (1), 15-21.
International Food Policy Research Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor
Institutet. yang berhubungan dengan kejadian
24 Jurnal Kesehatan, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2021, hlm 17-24

stunting pada balita. Media Gizi Renata P, Dewajanti A.M. (2017). Hubungan
Indonesia, 10(1), 13-19. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang
Notoatmodjo, S. (2008). Pendidikan dan Gizi Hubungan Pengetahuan, sikap,
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Perilaku Tentang Gizi Seimbang dengan
Nur. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Siswa Kelas IV dan V di
Pemberian Nutrisi Terhadap Status Gizi Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong.
Anak Toodler di Desa Gonilan. [Skripsi]. Jurnal Kedokteran Medik. 23(1), 60-68.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Santoso. (2010). Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
Surakarta. Rineka Cipta.
Nyoman, Arya. (2013). Hubungan Tingkat Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak.
Pendidikan dan Umur Terhadap Pekerjaan. Jakarta: EGC.
[Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Supariasa. (2012). Pendidikan dan Konsultasi
Yogyakarta. Gizi. Jakarta: EGC.
Purwani, E., & Mariyam. (2013). Pola Pemberian Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, I. (2012).
Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1 Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Sampai 5 Tahun Di Kabunan Taman UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian Gizi.
Pemalang. Jurnal Keperawatan Anak. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan,
1(1), 30-36. Kementerian Kesehatan RI.
Putri. (2002). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Wahyuni, I. (2009). Hubungan Tingkat
Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan
dengan Status Gizi Balita Di Desa Pauh Status Gizi Anak Balita Di Desa Ngemplak
Barat Kabupaten Padang Pariaman. Kecamatan Karangpandan Kabupaten
[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas. Karanganyer. [Skripsi]. Surakarta:
Rahmawati I, Sudargo T, Paramastri I. (2018). Universitas Sebelas Maret.
Pengaruh Penyuluhan dengan Media Yabanci N., Kisac I., Karakus S. (2014). The
Audio Visual Terhadap Peningkatan effects of mother’s nutritional knowledge
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Balita on attitudes and behaviors of children
Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten about nutrition. Procedia - Social and
Kotowaringin Barat Provinsi Kalimantan Behavioral Sciences.116 (2), 4477-4481.
Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 4(2),
69-77.

You might also like