You are on page 1of 9

PERANAN VEGETASI DALAM MENCIPTAKAN LERENG

JALAN YANG BERKELANJUTAN


Asep Sunandar Sri Yeni Mulyani
Balai Geoteknik, Terowongan dan Struktur Balai Geoteknik, Terowongan dan Struktur
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian PUPR Kementerian PUPR
Jl. A.H. Nasution 264 Bandung Jl. A.H. Nasution 264 Bandung
asep.sunandar@pu.go.id

Abstract
Erosion control efforts on road slopes have been carried out by combining 2 different methods: mechanical and
vegetative. The use of the combination method has many advantages, however, the performance of the combination
of mechanical and vegetative methods has not been widely studied, both in terms of layout design, material quality,
and ability to support vegetation growth and reduce erosion.
This study aims to create a sustainable road slope through an erosion control approach using a combination of
mechanical and vegetative methods planted in taplok. The study method in this paper is a full-scale application on the
slopes of the Gentong Ring Road, Tasikmalaya Regency, with the observed parameters including (i) vegetation cover
(ii) visual soil erosion, and (iii) visual rainfall intensity.
The results of the study showed that the combination of mechanical methods (mats and geo-modular bags) and
vegetative methods (taplok methods/techniques) had a good performance, namely, at a minimum vegetation cover of
65%, erosion could be reduced to close to 100%. In addition, from the aesthetic and local ecological aspects, the
slopes of the Gentong Ring Road, which is the object of applying a combination of mechanical and vegetative methods,
have changed for the better.
Keywords: mechanical method, vegetative method, erosion, taplok, mattress and geo modular bag

Abstrak
Upaya pengendalian erosi pada lereng jalan sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan mengkombinasikan
2 metode berbeda, yaitu metode mekanik dan vegetatif. Penggunaan metode kombinasi memiliki banyak keunggulan,
namun demikian kinerja kombinasi metode mekanik dan vegetatif belum banyak dikaji, baik dari segi desain tata
letak, kualitas bahan, kemampuan dalam mendukung pertumbuhan vegetasi serta dalam menurunkan erosi.
Tujuan kajian ini adalah menciptakan lereng jalan yang berkelanjutan melalui pendekatan pengendalian erosi dengan
menggunakan kombinasi metode mekanik dengan metode vegetatif yang ditanam secara taplok. Metode kajian
dalam makalah ini adalah penerapan skala penuh pada lereng Jalan Lingkar Gentong, Kabupaten Tasikmalaya.
Parameter yang diamati meliputi: (i) penutupan vegetasi (ii) besarnya erosi tanah secara visual dan (iii) intensitas
curah hujan secara visual
Hasil kajian penerapan kombinasi metode mekanik (matras dan geo modular bag) dan vegetatif (metode taplok)
menunjukkan kinerja yang baik, yaitu pada penutupan vegetasi minimal 65%, erosi dapat diturunkan hingga
mendekati 100%. Selain itu, dari aspek estetika dan ekologis lokal, lereng jalan Lingkar Gentong yang menjadi objek
penerapan kombinasi metode mekanik dan vegetatif telah mengalami perubahan yang lebih baik
Kata Kunci: metode mekanik, metode vegetatif, erosi, taplok, matras dan geo modular bag

PENDAHULUAN
Di Indonesia, program pembangunan jalan berkelanjutan yang tertuang dalam Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2020-2024 ditujukan pada upaya
menciptakan jalan yang aman terhindar dari bencana, nyaman dan ramah lingkungan. Pada
umumnya, bencana yang terjadi pada jalan diawali dengan terbentuknya erosi permukaan lereng
jalan, yang apabila dibiarkan terus menerus akan menimbulkan longsoran. Bencana ini pada
akhirnya dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar, baik itu pada infrastruktur jalan,
gangguan lalu lintas serta keselamatan manusia.
Upaya pengendalian erosi pada lereng jalan sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan
mengkombinasikan 2 metode berbeda, yaitu metode mekanik dan vegetatif. Penggunaan metode
kombinasi ini dipandang memiliki banyak keunggulan. Dalam periode waktu singkat,
pengendalian secara mekanik dapat dengan cepat menurunkan erosi, sementara itu vegetasi yang
telah ditanam dan menjadi bagian dalam material mekanik masih membutuhkan waktu untuk
tumbuh dan berkembang. Seiring dengan waktu, vegetasi yang sudah tumbuh dan berkembang
akan menambah kinerja material mekanik dalam pengendalian erosi, bahkan pada periode waktu
tertentu dimana material mekanik sudah mengalami pelapukan perananan tersebut akan
sepenuhnya diambil alih oleh vegetasi.
Kinerja kombinasi metode mekanik dan metode vegetatif belum banyak dikaji, baik dari segi
desain tata letak, kualitas bahan, kemampuan dalam mendukung pertumbuhan vegetasi serta dalam
menurunkan erosi. Kombinasi ke dua metode yang berpotensi banyak digunakan adalah
penggunaan matras/selimut pengendali erosi dan geo modular bag dengan vegetasi jenis
rerumputan dan Legume Cover Crops (LCC) yang ditanam secara taplok. Dalam skala
laboratorium, kinerja kombinasi antara matras atau geo modular bag dengan vegetasi dalam
menurunkan erosi menunjukkan hasil yang sangat baik, namun demikian uji coba ini belum
terukur dan tervalidasi pada skala lapangan.
Tujuan dari kajian ini adalah menciptakan lereng jalan yang berkelanjutan melalui pendekatan
pengendalain erosi dengan menggunakan kombinasi dua metode yaitu matras atau geo modular
bag (metode mekanik) dengan vegetasi (metode vegetatif) yang ditanam secara taplok.

TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan Penanaman Vegetasi pada Lereng Jalan
Pada prinsipnya, tujuan dari desain penanaman vegetasi pada lereng jalan adalah untuk
menciptakan tutupan vegetasi yang lestari, dengan biaya pemeliharaan yang rendah, yang dapat
mendorong pengembangan habitat ekologis di daerah tersebut. Penanaman vegetasi dapat dicapai
dengan sangat mudah melalui penanaman spesies asli, serta spesies naturalisasi yang memiliki
nilai ekologis. Kemudahan penanaman, biasanya melibatkan spesies tanaman asli dan eksotis yang
dapat diterapkan pada areal yang terisolasi dari vegetasi alami yang bersifat invasi. Penggunaan
tanaman hias dapat diterapkan di areal perkotaan yang mensyaratkan visibilitas tinggi. Oleh
karena itu dibutuhkan komitmen yang tinggi dalam melakukan pemeliharaan rutin, sehingga
konsep keindahan dari lanskap jalan dapat dipertahankan (Geotechnical Engineering Office, 2011)

Konsep Pengendalian Erosi dengan Metode Mekanik


Konservasi tanah mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah,
dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta
meningkatkan kelas kemampuan tanah. Teknik konservasi tanah ini dikenal pula dengan sebutan
metode sipil teknis. Teknik konservasi mekanik juga perlu dipertimbangkan bila masalah erosi
sangat serius (Agus dan Widianto, 2004), dan/atau teknik konservasi vegetatif dinilai sudah tidak
efektif lagi untuk menanggulangi erosi yang terjadi. Penerapan teknik konservasi tanah secara
mekanik juga akan lebih efektif dan efisien apabila dikombinasikan dengan teknik konservasi
tanah vegetatif, seperti penggunaan rumput atau legume sebagai tanaman penguat teras.
Salah satu metode konservasi tanah yang tergolong sebagai tindakan sipil teknis (mekanis) adalah
pemasangan matras/selimut pengendali erosi dan geo modular bag. Matras atau selimut pengendali
erosi adalah material yang terbuat dari bahan alami (organik) atau bahan sintetis yang diolah
menjadi suatu jaring atau selimut menerus yang berbentuk 2 atau 3 dimensi. Kedua jenis matras
ini tetap memiliki batas umur layanan, sehingga untuk mempertahankan fungsi dari matras ini
dapat dikombinasikan dengan vegetasi. Geo modular bag adalah karung-karung modular yang
diisi tanah disusun pada bagian bawah lereng yang berfungsi sebagai penahan tanah dikunci
dengan pelat interlock. Sistem ini menciptakan perkuatan massa tanah untuk melindungi dari erosi
permukaan serta media tanam vegetasi. Pelat yang saling mengunci akan meningkatkan kekuatan
struktur karung yang telah dipasang. Pelat berfungsi sebagai koneksi mekanis yang sangat efektif
pada lereng yang curam. Geo modular bag selain berfungsi sebagai penahan lereng, dapat
dipadukan dengan tanaman yang akan menambah nilai estetis. Sistem geo modular bag dirancang
dengan dimensi yang relatif pendek sehingga mempermudah dalam pemasangan di lapangan. Geo
modular bag merupakan kantung mini ramah lingkungan di mana air hujan akan terserap ke dalam
karung dan biji dapat berkecambah serta tumbuh subur pada sebuah permukaannya. Selain itu,
akar tanaman dapat menembus bagian dalam Geo Modular Bag sehingga dapat memperkuat tanah
lereng yang ditangani (Deltalok Indonesia, 2016). Pengkajian kombinasi antara matras atau geo
modular bag dan vegetasi sudah dilakukan pada tahun 2019. Erosi yang terjadi pada lereng buatan
dapat direduksi hingga 100% pada saat penutupan vegetasi mencapai minimal 70% (Pusjatan,
2019).

Konsep Pengendalian Erosi secara Metode Vegetatif


Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu vegetasi
penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan
pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 2010). Bagian vegetasi yang ada di atas
permukaan tanah, seperti daun dan batang menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi
dampak terhadap tanah. Bagian vegetasi yang ada di dalam tanah yang terdiri atas sistem
perakaran, meningkatkan kekuatan mekanik tanah (Styczen dan Morgan, 1995).
Jenis vegetasi yang banyak digunakan sebagai tanaman penutup lahan, tanaman pencegah erosi
dan tanaman pupuk hijau adalah jenis LCC, seperti Centrosema pubescens (Cp) dan Pueraria
javanica (Pj). Centrosema pubescens (Cp) dan Pueraria javanica (Pj) berguna (Purwanto 2007).
Tanaman Pj dan Cp dapat tumbuh menjalar dengan baik pada tanah asam dengan drainase yang
buruk, toleran pada tanah dengan kandungan Al dan Mn yang tinggi. mempunyai batang yang
kuat, mempunyai perakaran yang dalam dan bercabang-cabang. Setiap buku batang yang
bersinggungan dengan tanah akan mengeluarkan akar, sehingga mampu mengikat tanah dan cocok
sebagai tanaman pencegah erosi. Tanaman ini dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai
dengan 1000 meter dpl (Sumarni 1987).
Mulsa dalam campuran media vegetasi yang digunakan adalah mulsa organik yang berfungsi
menekan pertumbuhan gulma yang mengganggu tanaman utama, mempertahankan agregat tanah
dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air dan
melindungi tanah dari terpaan sinar matahari, membantu memecah dormansi suatu benih dengan
memberikan energi panas dari hasil dekomposisi yang akan memecah dormansi benih (Riyanto,
dkk., 2010). Pemberian mulsa berupa serutan kayu berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman
muda dengan memberikan fasilitas perkembangan akar tanaman sehingga dapat secara nyata
meningkatkan hasil tanaman (Mashayekhan dan Hojjati, 2013). Mulsa memiliki sifat menahan dan
menyimpan air yang baik sehingga akan sangat dibutuhkan oleh tanaman selama proses
pertumbuhan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap bobot segar tanaman yang akan dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian Yulianda (2009) menunjukkan bahwa pemberian serbuk gergaji
sebagai mulsa organik dapat berpengaruh pada peningkatan tinggi tanaman.
Pemberian bahan pemantap tanah seperti Polyacrilamide (PAM) dalam campuran media vegetasi
dapat meningkatkan berat segar, berat kering tanaman dan kapasitas lapang dalam menahan air
Masduqi, dkk. (2012). PAM adalah polymer non-hidrophobik yang mempunyai bagian aktif amide
yang mengikat bagian-bagian – OH pada butir liat melalui ikatan hidrogen (Arsyad, 2010). Namun
demikian, penggunaan PAM dalam campuran hydroseeding masih memiliki kekurangan yaitu
ikatan antar agregat tanahnya kurang stabil setelah disemprotkan pada permukaan lereng, sehingga
perlu dicari bahan perekat lain yang memiliki daya rekat lebih baik dari PAM (Sunandar, 2015).

METODE
Penerapan skala penuh penanam vegetasi yang dikombinasikan dengan matras/selimut pengendali
erosi dan geo modular bag dilakukan pada lereng Jalan Nasional Lingkar Gentong – Kab.
Tasikmalaya, seluas 2000 m2, dengan dasar pemikiran bahwa vegetasi dapat mendukung kinerja
dari matras/geo modular bag dalam mereduksi erosi permukaan.
Data primer yang dibutuhkan meliputi: (i) pertumbuhan vegetasi, (ii) besarnya tanah tererosi, (iii)
intensitas curah hujan dan (iv) perubahan ekologi lokal dan nilai estetika, sedangkan data sekunder
meliputi karakteristik vegetasi, matras dan geo modular bag.
Rancangan penerapan difokuskan pada evaluasi kemampuan vegetasi untuk tumbuh dan
beradaptasi pada lereng yang sudah dipasang matras atau geo modular bag. Jenis vegetasi yang
digunakan: jenis rumput (Odot atau Vetiver) dan LCC (Cm, Cp, Pj, dan Mb). Vegetasi tersebut
ditanaman di atas hamparan matras atau geo modular bag dengan kemiringan maksimum 60
derajat (ekstrem), tinggi 6 - 9 meter dan panjang 100 - 110 meter. Petak perlakuan dirancang
sebanyak 7 variasi yaitu: (i) coirblanket + LCC (taplok pola catur), (ii) coirblanket + LCC (taplok
pola strip), (iii) coirblanket + LCC (taplok menyeluruh), (iv) geogrid + LCC (taplok menyeluruh),
(v) geogrid + geo modular bag + LCC (taplok menyeluruh) , (vi) Coirblanket + rumput odot dan
(vii) kontrol. Untuk penanaman LCC, metode yang digunakan secara taplok dengan desain tata
letak seperti terlihat pada Gambar1 dan Tabel 1.
60 cm

40 cm

vegetasi secara taplok

Pola Strip Pola Catur


Gambar 1. Tampak Atas Tata Letak Penanaman Vegetasi Secara Taplok Pola Catur dan Strip (50 – 60%)

Tabel 1. Rancangan Jarak dan Tata Letak Penanaman Vegetasi secara Taplok

Tipe Luas Jarak antar Pola Material Media Vegetasi yang digunakan
Taplokan Taplok Penanaman
1 50% - 60% 50 cm Catur dan Strip Mulsa, Pupuk, Biji LCC, Millet, Perekat, Air
2 100% - - Mulsa, Pupuk, Biji LCC, Millet, Perekat, Air

Sumber: Sunandar, 2021

Pengamatan dilakukan selama 3 bulan setelah pekerjaan pelaksanaan penerapan selesai. Parameter
yang diamati meliputi: (i) Pertumbuhan (daya kecambah, persen penutupan, warna daun/kematian,
hama penyakit tanaman), (ii) Besarnya erosi tanah secara visual, (iii) Intensitas curah hujan secara
visual, dan (iv) perubahan nilai estetika dan ekologis lokal. Semua parameter diamati setiap
minggu dan diolah dalam bentuk tabel, gambar dan didokumentasikan dalam bentuk foto.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang menggambarkan bagaimana
perkembangan penutupan vegetasi pada lereng yang sudah diselimuti oleh matras dan geo modular
bag, mampu menurunkan potensi erosi yang terjadi pada lereng dengan intensitas hujan yang
bervariasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertumbuhan Vegetasi
Vegetasi yang ditanaman melalui teknik taplok sebagian (bentuk catur dan strips) dan taplok
menyeluruh memiliki kelebihan dari segi kualitas pertumbuhan, khususnya persentase penutupan
lereng oleh vegetasi secara taplok sebagian pada permukaan lereng yang sudah dipasang matras
coirblanket, geogrid, dan geo modular bag dapat mencapai minimal 50% pada bulan ke-1 disertai
dengan kondisi vegetasi yang baik (perkecambahan sesuai dengan waktunya, berwarna hijau
muda, dan tumbuh menjalar dengan cepat) lihat Gambar 3. Sementara itu, persentase penutupan
lereng oleh vegetasi secara taplok menyeluruh pada semua petak perlakuan mencapai minimal
80% pada bulan ke-1. Kualitas pertumbuhan ini akan semakin meningkat pada bulan ke-2 di mana
minimal penutupannya mencapai 65% (sistem taplok sebagian), 90% (taplok menyeluruh), dan
60% sistem stek. Kualitas ini tentunya didukung oleh waktu kecambah dan pertumbuhan tinggi
vegetasi yang masih sesuai dengan sifat morfologis masing-masing vegetasinya.

Asli (sebelum) Tahap Pekerjaan

Pengamatan Ke 1 ( Bulan Oktober) Pengamatan Ke 2 ( Bulan November)


Gambar 3. Proses Penutupan Vegetasi pada Lokasi Penerapan, Jalan Lingkar Gentong – Tasikmalaya
Sumber: Sunandar, 2021

Intensitas Curah Hujan Intensitas Curah Hujan


Secara visual, selama penerapan dilaksanakan (September – November) tahun 2021 curah hujan
yang terjadi relatif tidak merata (hujan setempat) dengan periode yang relatif singkat. Curah hujan
mulai meningkat memasuki akhir Oktober dengan intensitas hujannya ringan – berat. Pengamatan
visual curah hujan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Curah Hujan Bulan September – November Tahun 2021 di Lereng Ruas Jalan Nasional
Lingkar Gentong – Kabupaten Tasikmalaya
NO Bulan Pengamatan Sesaat Katagori (BMKG)
Visual Durasi (menit) mm/jam
1 September Kering - -
2 Oktober Ringan 30 – 60 Ringan (1 – 5)
Sedang 30 – 60 Sedang (5 – 10)
Lebat - Lebat (10 – 20)
3 November Ringan 30 - 60 Ringan (1 – 5)
Sedang 60 - 120 Sedang (5 – 10)
Lebat 30 – 60 Lebat (10 – 20)
4 Desember Sedang 60 – 120 Sedang (5 – 10)
Lebat 30 – 60 Lebat (10 – 20)
Sumber: Sunandar, 2021

Berdasarkan data sekunder curah hujan 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa pada bulan
September rentang curah hujan kumulatif berkisar antara 89 mm – 390 mm (rendah – tinggi), bulan
Oktober 1 mm – 249 mm (rendah – menengah) dan Bulan November 248 – 400 mm (menengah –
tinggi). Dari data tersebut terlihat bahwa adanya pergeseran musim hujan yang pada 5 tahun
terakhir musim hujan masih terjadi pada bulan September, sedangkan pada tahun 2020 pada bulan
tersebut masih masuk dalam musim kemarau. Memasuki bulan Oktober 2020, curah hujan hujan
mulai terjadi akan tetapi masih relatif rendah.

Pengaruh Vegetasi, Intensitas Curah Hujan terhadap Kejadian Erosi Permukaan secara
Visual
Hubungan intensitas curah huan, penutupan vegetasi LCC (system taplok sebagian dan
menyeluruh) dengan erosi dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5. Selama pengamatan
(Oktober – Desember), pada lokasi penerapan tidak terlihat adanya kejadian erosi
permukaan (0%), meskipun intesitas curah meningkat dari ringan – sedang ke sedang –
berat. Begitu juga dengan lereng yang ditanamani vegetasi system stek, erosi permukaan
tidak terjadi (0%) meskipun penutupan masih rendah (minimal 40%). Hal ini terjadi karena
lereng sudah ditutup dengan matras/geo modular bag dan penutupan vegetasi yang semakin
meningkat seiring dengan waktu. Kondisi tersebut sesuai dengan hasil kajian Susilawati (2016),
dengan mengombinasikan antara bahan geotextile dan vegetasi (rumput vetiver), maka akan
dicapai hasil penanganan lereng yang lebih baik dan berkelanjutan. Pada saat vegetasi masih
memerlukan pemeliharaan yang intensif, sehingga belum dapat berfungsi sebagai penahan
lereng, maka bahan geotextile akan menahan lereng longsor dengan baik. Saat bahan geotextile
mulai mengalami kerapuhan, maka vegetasi sudah siap untuk menggantikan peran sebagai
penahan lereng yang kokoh dan berkelanjutan karena sedikit membutuhkan pemeliharaan.
Berbeda halnya dengan lereng kontrol (tanpa matras dan vegetasi), erosi permukaan masih
terjadi ketika butiran air hujan membentur permukaan tanah. Menurut Sitepu dkk (2017),
intensitas curah hujan memiliki pengaruh yang berbanding lurus dengan erosi. Intensitas hujan
yang tinggi akan menambah besarnya laju erosi tanah yaitu I23, I34 dan I51 masing-masing
sebesar 23,04 g/m2/jam, 59,52 g/m2/jam dan 61,68 g/m2/jam. Begitu juga Fachry, 2014
menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas hujan yang didapat maka semakin besar pula erosi
percikan yang dihasilkan.
Tabel 3. Hubungan Intensitas Hujan, Penutupan LCC dan Erosi Permukaan pada Bulan Oktober 2021
No Perlakuan Pengamatan Bulan Ke 1 Erosi Permukaan
Penutupan (%) Curah Hujan Secara visual
1 Coirblanket + LCC (taplok pola catur) 50 – 55 ringan - sedang Tidak terjadi (0%)
2 Coirblanket + LCC (taplok pola strip) 50 – 55 ringan - sedang Tidak terjadi (0%)
3 Coirblanket + LCC (taplok menyeluruh) 80 – 90 ringan – sedang Tidak terjadi (0%)
4 Geogrid + LCC (taplok menyeluruh) 80 – 90 ringan – sedang Tidak terjadi (0%)
5 Geo Modular Bag + LCC (taplok menyeluruh) 80 – 90 ringan –sedang Tidak terjadi (0%)
6 Coirblanket+ Rumput Odot (stek) 40 – 50 ringan - sedang Tidak terjadi (0%)
7 Control - ringan - sedang Terjadi (6.82 kg)
Sumber: Sunandar, 2021
Tabel 4. Hubungan Intensitas Hujan, Penutupan LCC dan Erosi Permukaan pada Bulan November 2021
No. Jenis matras Pengamatan Bulan Ke 2 Erosi Permukaan
Penutupan (%) Curah Hujan Secara visual
1 Coirblanket + LCC (taplok pola catur) 65 – 75 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
2 Coirblanket + LCC (taplok pola strip) 65 - 75 sedang – lebat Tidak terjadi (0%)
3 Coirblanket + LCC (taplok menyeluruh) 90 – 100 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
4 Geogrid + LCC (taplok menyeluruh) 90 – 100 sedang - berat Tidak terjadi (0%)
5 Geo Modular Bag + LCC (taplok menyeluruh) 90 – 100 sedang – lebat Tidak terjadi (0%)
6 Coirblanket+ Rumput Odot (stek) 60 – 70 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
7 Control - sedang - lebat Terjadi (8.47 kg)
Sumber: Sunandar, 2021
Tabel 5. Hubungan Intensitas Hujan, Penutupan LCC dan Erosi Permukaan pada Bulan Desember 2021
No. Jenis matras Pengamatan Bulan Ke 3 Erosi Permukaan
Penutupan (%) Curah Hujan Secara visual
1 Coirblanket LCC (taplok pola catur) 90 – 95 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
2 Coirblanket + LCC (taplok pola strip) 90 – 95 sedang – lebat Tidak terjadi (0%)
3 Coirblanket + LCC (taplok menyeluruh) 95 – 100 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
4 Geogrid + LCC (taplok menyeluruh) 95 – 100 sedang - berat Tidak terjadi (0%)
5 Geo Modular Bag LCC (taplok menyeluruh) 95 – 100 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
6 Coirblanket+ Rumput Odot (stek) 85 – 90 sedang - lebat Tidak terjadi (0%)
7 Control - sedang - lebat Terjadi (8.61 kg)
Sumber: Sunandar, 2021

Pengaruh Vegetasi terhadap Ekologi Lokal dan Nilai Estetika


Dari aspek ekologi lokal, pada lokasi penerapan telah terjadi perubahan yang cukup significant,
baik dari keragaman vegetasi (flora) yang ada dan sisi keragaman burung (fauna) yang muncul
atau datang pada lokasi tersebut (lihat Tabel 6). Kondisi ini sependapat dengan Soendjoto et al.
(2018) bahwa adanya revegetasi, dapat meningkatkan jumlah spesies burung ditemukan. Secara
estetika, dengan adanya penanaman vegetasi jenis LCC yang ditanam secara taplok sebagian (pola
catur/strip) dan menyeluruh telah memberi nilah keindahan yang lebih. Dari aspek kesuburan
tanah, revegetasi menggunakan tanaman pionir, cepat tumbuh dan adaptif seperti Legume
Cover Crop (LCC) pada lereng (seperti bekas tambang batubara) memberikan pengaruh
yang nyata terhadap peningkatan kandungan C-organik, N-total dan pH tanah (Cahyono, 2014)
Tabel 6. Perangaruh Vegetasi terhadap Ekologi Lokal dan Nilai Estetika
Komponen Sebelum Sesudah
Flora Lereng jalan hanya Selain jenis LCC yang sengaja ditanam, setelah 1 tahun pengamatan
ditumbuhi oleh Sebagian ditemukan beberapa jenis vegetasi lain yang tumbuh, seperti tanaman
kecil rumput liar Saliara, tanaman Insulin, Kersen, dan jenis tanaman liar lainnya
Fauna - Pada saat tanaman millet dan LCC berbuah/berbiji, beberapa jenis
burung (seperti: Kutilang, Gereja, Pipit, dan Puyuh) muncul untuk
memakan biji-bijian yang lepas
Beberapa jenis serangga dan hewan mengerat juga ditemukan pada
lokasi penerapan
Estetika Gersang dan berantakan Pada saaat vegetasi berkecambah, pola zig zag/strip yang berwarna
hijau muda telah merubah visualisasi lereng menjadi lebih indah dan
nyaman dipandang

Sumber: Sunandar, 2021

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pengendalian erosi permukaan lereng jalan dengan menggunakan kombinasi metode mekanik
(matras dan geo modular bag) dan vegetatif (metode/teknik taplok) menunjukkan kinerja yang
baik, yaitu pada penutupan vegetasi minimal 65% kejadian erosi dapat diturunkan hingga
mendekati 100%. Kondisi ini sudah dapat menyamai penutupan vegetasi yang ditanaman secara
taplok menyeluruh.
Dari aspek estetika dan ekologis lokal, lereng jalan Lingkar Gentong yang menjadi objek
penerapan kombinasi metode mekanik dan vegetatif telah mengalami perubahan yang lebih baik.

Saran
Metode penanaman taplok pola sebagian (catur atau strip) dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti penanaman secara semprot dengan menggunakan alat hydroseeder. Namun demikian,
metode taplok ini hanya cocok untuk lereng dengan luasannya kecil – sedang.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan Kering. World
Agoforestry Centre. ICRAF Southeast Asia
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB Press.
Cahyono, Agus, dkk, 2014. Peran Revegetasi terhadap Restorasi Tanah pada Lahan Rehabilitasi
Tambang Batubara di Daerah Tropika. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Pusat Studi
Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada.
Deltalok indonesia. 2016. https://www.deltalok.id/upaya-upaya-penanganan-longsoran-di-area-
tanah-expansive. 12 July. Diakses Agustus 15 , 2019. https://www.deltalok.id.
Masduqi, A.F. M.Izzati dan E. Saptiningsih. 2012. Pengaruh Penambahan Pembenah Tanah Dari
Stratiotes L. Dan Ceratophyllum demersum L., Pada Tanah Pasir dan LIat Terhadap
kapasitas Lapang dan Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiate L.,): Jurnal Anatomi
Fisiologi Vol 12, No 1 (2012). Melalui http://ejournal.undip.ac.id.(diakses 15 September
2017)
Mashayekhan dan Hojjati, 2013. Effect of wood chip application on root growth of oak seedling
and weed control in northern IranJournal of Forestry Research (2013) 24: 607.
Ramadhan, Fachry, et al. 2014. Hubungan antara Intensitas Curah Hujan terhadap Terjadinya
Percikan Erosi dengan Menggunakan Rainfall Simulator. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa Tahun 2014. Diakses Oktober 10, 2022.
Https://123dok.com/document/ozlee03y-hubungan-intesitas-curah-hujan-terjadinya-
percikan-erosi.html
Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Yogyakarta: Kanisius.
Riyanto, Heru, Pahlana D, dan U Waluya. 2014. “Efisiensi Dan Efektivitas Formulasi Bahan
Hydroseeding Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Hutan.” Jakarta: Hutan Press.
Sitepu, Farid, Mary Selintung, dan Tri Harianto. 2017. “Pengaruh Intensitas Curah Hujan dan
Kemiringan Lereng Terhadap Erosi yang Berpotensi Longsor.” Jurnal Penelitian
Enjiniring 23-27.
Soendjoto, M.A., Riefani, M.K., Triwibowo, D. & Metasari, D. 2018. Birds were observed during
the monitoring period of 2013-2017 in the revegetation area of ex-coal mining sites in
South Kalimantan, Indonesia. Biodiversitas, 19(1):323‒329
Styczen dan Morgan.1995 dalam Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB
(IPB Press) : Bogor.
Sumarni. 1987. Tanaman Penutup Tanah Pelindung yang Menguntungkan. Depok: Trubus.
Sunandar, Asep. 2015. Penanganan Erosi Permukaan Lereng Jalan secara Vegetatif melalui
Teknologi Hydroseeding. Bandung: Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.
Sunandar, Asep, 2020. Penerapan Teknologi Hydroseeding dikombinasikan dengan Matras
Organik di Lereng Jalan Bebas Hambatan Manado-Bitung. Jurnal HPJI. Vol.6 No.2020
Susilawati, 2016. Kajian Rumput Vetiver sebagai Pengaman Lereng Secara Berkelanjutan. Media
Komunikasi Teknik Sipil. Jurnal Jurnal Ilmu dan Terapan Teknik Sipil. Program Studi
Teknik Sipil, Universitas Flores. Diakses Oktober 10, 2022.
https://www.researchgate.net/publication/317610604_Kajian_Rumput_Vetiver_Sebagai_
Pengaman_Lereng_Secara_Berkelanjutan
Yulianda. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica juncea L) Berdasarkan Variasi
Mulsa dan Jarak Tanam. Online kim. urg. ac. Id/index. php. /article/download/2445/2424.
(Diakses 22 Sepetember 2017)
- 2011. Technical Guidelines on Landscape Treatment for Slopes. Geotechnical Engineering
Office Publication No. 1/2011
Sunandar, Asep, 2021. Pengembangan Penanganan Erosi Lereng Jalan dengan Kombinasi Metode
Mekanik dan Vegetatif Sistem Taplok. Bandung: Balai Geoteknik, Terowongan, dan
Struktur (BGTS).
Sunandar, Asep, 2019. Teknologi Ramah Lingkungan. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan (Pusjatan).

You might also like