You are on page 1of 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Sejarah berdirinya kerajaan Banjar.............................................................................3

2.2 Sejarah Peradaban Islam di kesultanan Banjar............................................................5

2.3 Masa Kejayaan Kesultanan Banjar..............................................................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9

3.2 Saran............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat bermacam jenis teori mengenai masuknya agama islam ke
nusantara, yang mana teori tersebut telah di kemukakan oleh para ahli. Secara
umum, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut terbagi menjadi
empat teori besar, yakni Teori Gujarat atau Teori India (abad ke-13 M), Teori
Mekkah atau Teori Arab (abad ke-7 M), Teori Persia atau Teori Baghdad (ke-10
M), serta Teori China (ke-9 M). Dari beberapa teori mengenai masuknya islam
ke nusantara, teori yang paling relevan adalah teori Arab. Teori Arab didukung
oleh argumentasi dari Buya Hamka dan Syed Hussein Naquib al-Attas. Menurut
teori Arab, islam masuk ke nusanatara pada abad ke-7 Masehi yang dibawa
langsung oleh pedagang dan ahli tasawuf dari Arab yang sengaja datang ke
nusantara untuk melakukan proses perdagangan sambil menyebarkan agama
islam di nusantara.1
Di wilayah nusantara, perkembangan agama islam diawali pada abad ke-
13 Masehi. Begitu juga pernyataan ini banyak para ahli yang mendukungnya
didasarkan pada kebenarankebenaran bersejarah. Pada 1292 Marco Polo yang
berasal dari Venesia tiba di Kerajaan Samudera Pasai, Pada saat melakukan
perjalanan kembali dari China bisa dijadikan salah satu rujukan yang
mendukung aturan ini. Menurut informasi dari Marco Polo, saat ia sampai di
Sumatera dan ai juga mengatakan bahwasannya Kesultanan Peurelak di Aceh
diketahui telah berdiri menjadi sebangun perkotaan bercorak islam. Sejumlah
ahli mengemukakan sebuah kerajaan bercorak islam pertama di dalam negeri ini
pada abad ke-13 akhir adalah kerajaan Samudera Pasai. Banyaknya bukti
peninggalan yang ditemukan pada kuburan milik Sultan Malikussaleh seperti
batu nisan yang memiliki angka 1297 M menjadi bukti untuk memperkuat
1
E Eliza and H Hudaidah, “Proses Islamisasi Dan Perkembangan Islam Di Kesultanan Banjarmasin,”
HEURISTIK: Jurnal Pendidikan Sejarah 1, no. 2 (2021).Pg 54

1
pernyataan ini. Selain bukti arkeologis seperti batu nisan tersebut, berita Ibnu
Bathuthah dalam catatan perjalannya yang berjudul Ar-Rihla yang berlabuh di
Kerajaan Samudera Pasai pada 1345 Masehi juga bisa menjadi referensi
mengenai perkembangan agama islam di abad ke-13 ini. 2 Dengan masuk dan
berkembangnya agama islam ke nusantara tentunya juga berdampak pada
penyebaran agama islam diseluruh wilayah yang ada di nusantara termasuk
wilayah Banjarmasin.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik membuat makalah
mengenai sejarah peradaban islam di kesultanan banjar

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah berdirinya kesultanan Banjar?
2. Bagaimana sejarah peradaban islam di kesultanan Banjar?
3. Bagaimana masa kejayaan kerajaan Banjar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kesultanan Banjar
2. Untuk mengetahui sejarah peradaban islam di kesultanan Banjar
3. Unutk mengetahui masa kejayaan kesultanan Banjar

2
Ibid.Pg. 55

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah berdirinya kerajaan Banjar
Kesultanan Banjarmasin berdiri pada awal abad ke-16 M dengan dengan
ibukota dengan nama yang sama dan terletak di muara sungai Barito. Menurut
Hikayat Banjar, Banjarmasin merupakan ibu kota kerajaan ketiga di Kalimantan,
setelah Tanjungpura sebagai ibu kota Kerajaan Negara Dipa dan Muara Bahan
(Marabahan) sebagai ibu kota Kerajaan Negara Daha.3

Letak Banjarmasin yang sangat strategis di muara Sungai Barito (sungai


terbesar di Kalimantan Selatan) memungkinkan kapal-kapal besar dapat
berlabuh di pelabuhan Banjarmasin. Perpindahan bandar (pelabuhan) dari Muara
Bahan ke Banjarmasin membawa dampak pada meningkatnya perdagangan pada
waktu itu karena ia ramai dikunjungi kapal-kapal para pedagang dari berbagai
negara. Jarak antara Muara Bahan dan Banjarmasin sebetulnya hanya lebih
kurang 50 km, tetapi perjalanan ke Muara Bahan sangat sulit ditempuh, karena
sungainya berlika-liku. Perpindahan ini juga mencerminkan perubahan aktivitas
ekonomi utama dua kerajaan. Kalau Kerajaan Negara Daha menitik beratkan
kegiatan ekonominya pada hasil pertanian, Kesultanan Banjarmasin bertumpu
pada perdagangan.4

Peristiwa kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari konflik yang ada


didalam Istana Daha. Konflik terjadi antara Pangeran Samudera sebagai pewaris
sah Kerajaan Daha,dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Seperti
dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir
tiba ajalnya, ia berwasiat, agar yang menggantikannya nanti adalah cucunya
Raden Samudera. Tentu saja keempat anaknya tidak setuju dengan sikap

3
Kamrani Buseri, “Kesultanan Banjar Dan Kepentingan Dakwah Islam,” Journal Al-Banjari 11, no. 2
(2012).Pg.222
4
Ibid.Pg. 222

3
ayahnya itu,terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi. Setelah
Sukarama wafat, jabatan dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran
Mangkubumi. Waktu itu, Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun.Pangeran
Mangkubumi tak terlalu lama berkuasa, karena ia dibunuh oleh pengawalnya
yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumenggung.5

Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi, maka Pangeran


Tumenggung naik tahta. Pada saat itu, Pangeran Samudera menjadi musuh besar
Pangeran Tumenggung. Oleh karena itu iamemilih meninggalkan istana dan
menyamar menjadi nelayan di Pelabuhan Banjar. Namun,keberadaanya
diketahui oleh Patih Masih yang menguasai Bandar. Karena tidak mau
daerahnya (Patih Masih) terus menerus mengantar upeti ke Daha kepada
Pangeran Tumenggung, maka Patih Masihmengangkatnya sebagai Raja.6

Dalam sejarah Daha, tersebutlah seorang perdana menteri yang cakap,


bernama Patih Masih. Walau tak sebesar Patih Gajah Mada, ia mampu
mengendalikan pemerintahan dengan teratur dan maju. Patih ini banyak bergaul
dengan pendatang-pendatang di Pelabuhan Bandar. Disanalah ia bergaul dengan
Muballigh Islam yang datang dari Tuban dan Gresik. Dari para Muballigh ini ia
mendengar kisah tentang Wali Songo dalam mengemban Kerajaan Demak dan
dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Bagi Patih Masih, kisah
tersebut sangat fantastik, mengagumkan. 7

Seiring berjalannya waktu, dari pergaulannya ini, ia akhirnya memeluk


Islam. Atas bantuan Patih Masih, Pangeran Samudera dapat menghimpun
kekuatan dan memulai menyerang Pangeran Tumenggung. Tetapi peperangan
terus berlangsung secara seimbang. Patih mengusulkan untuk meminta bantuan
Demak. Sultan Demak bersedia membantu Pangeran Samuderaasal nanti masuk
Islam. Lalu sultan Demak mengirimkan bantuan seribu orang tentaranya[6]

5
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2015).Pg.3
6
Ibid.Pg. 3
7
Ibid.Pg. 3

4
(sumber lain mengatakan berjumlah 40.000 tentara, dengan jumlah 1.000 kapal,
masing-masing kapal memuat 400 prajurit). Atas bantuan itu, kemenangan ada
di pihak Pangeran Samudera. Sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat
keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam. Setelah masuk
Islam, ia diberi nama Sultan Suryanullah atau Suriansyah, yang dinobatkan
sebagai raja pertama Kerajaan Banjar. 8

2.2 Sejarah Peradaban Islam di kesultanan Banjar


Pada awalnya orang Melayu (Banjar Oloh) masih berkembang menjadi
sebuah kota istana, kota pelabuhan/ perdagangan, dan kota sebagai pusat
penyebaran agama Islam. Pembentukan kota ini sesuai menurut teori Cooly,
yaitu salah satu syarat menjadi kota adalah masalah transportasi. Kampung
Banjarmasin pada awalnya tempat orang Melayu yang dipimpin oleh Patih
Masih (sebagai kepala kampung), yang terletak antara pertemuan Sungai Barito
dan Sungai Martapura, juga merupakan tempat pertukaran barang antara
komunitas Melayu dengan Dayak Ngaju, dan menjadi tempat kegiatan
perdagangan. Kemudahan transportasi antar daerah hulu sungai dan muara
sungai berdampak pada berkumpulnya para pedagang dari berbagai daerah
untuk melakukan transaksi perdagangan. Lama-kelamaan, sekitar pasar muncul
bangunan-bangunan tempat penyimpanan barang-barang komoditas
perdagangan dan rumah-rumah para pedagang mulai bermunculan, dan pada
akhirnya di kampung Banjarmasin lahirlah masyarakat pedagang dan merupakan
kota dagang.9
Agama Islam menjadi agama resmi kerajaan dan penerapan hukum Islam
di daerah kesultanan Banjarmasin adalah sejalan dengan terbentuknya
kesultanan dan dinobatkannya Sultan Suriansyah sebagai raja pertama yang
beragama Islam. Terbentuknya kesultanan Banjarmasin menggantikan kerajaan
Negara Daha, yang beragama Hindu, telah mengubah menjadi kerajaan yang
bercorak Islam. Islam terus berkembang di Banjarmasin. Gerak awal dari upaya
8
Ibid.Pg.3
9
I. S Ahyat, “Perkembangan Islam Di Kesultanan Banjarmasin,” Sosiohumanika 8, no. 1 (2015).Pg.5

5
Pangeran Suriansyah menyebarkan dan mengembangkan Islam secara luas
kepada masyarakat ialah dengan mendirikan sebuah mesjid. Namanya mesjid
“Sultan Suriansyah”, yang merupakan mesjid pertama di kesultanan
Banjarmasin pada abad ke-16. Mesjid ini berdiri sebagai hasil musyawarah
antara Sultan dan para pembesar kesultanan, dan masih ada hingga kini di
Kampung Kuin, sudah beberapa kali dipugar. 10
Dalam hal ini, Sultan tidak bertindak atas kemauan sendiri, tetapi
dibatasi oleh para petinggi kesultanan dan diatur dengan ketentuan kesultanan,3
tidak seperti pada masa Hindu, dimana Raja merupakan titisan dari Dewa,
sehingga melahirkan konsep Dewa-Raja. Hal yang penting dalam menyebarkan
Islam adalah peran dari para Sultan Banjarmasin, yang selalu menjadi tauladan
bagi rakyatnya, yaitu antar lain dengan senantiasa memakai nama-nama Islam
dan bertindak sesuai dengan cara-cara Islam. Tersebarnya agama Islam di daerah
Banjarmasin ini juga tidak dengan paksaan maupun kekerasan. Ditunjang oleh
ajaran Islam yang tidak membeda-bedakan golongan atau kasta, seperti yang ada
pada agama Hindu. Faktor lain ialah bahwa peng-Islam-an banyak ditunjang
oleh peran dari golongan atas, yaitu pemegang tahta kesultanan Banjarmasin
beserta keluarganya. Segala sesuatu yang dilakukan oleh Raja merupakan contoh
yang harus diikuti oleh rakyatnya. 11
Hasil dari penyebaran Islam itu bukan saja tampak dalam bidang politik,
sosial, dan keagamaan, tetapi juga dalam bidang budaya. Misalnya huruf Arab,
yang digunakan dalam pelajaran membaca Al-Qur’an dan menghafal bacaan
sholat, juga perjanjian yang dibuat antara Sultan Banjarmasin dengan VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Perusahaan Dagang Hindia
Belanda) dan Inggris pada abad ke-17, ditulis dengan huruf ArabMelayu.
Demikian pula dengan historiografi tradisional berupa Hikayat Lembu

10
Ibid.Pg.5
11
Ibid.Pg.6

6
Mangkurat, Hikayat Raja-raja Banjar dan Kotawaringin, dan Hikayat Banjar,
semuanya ditulis dalam huruf Arab-Melayu. 12

2.3 Masa Kejayaan Kesultanan Banjar


Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama
abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya,
tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan
Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada
Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus Kesultanan
Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa. Supremasi Jawa
terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban pada tahun 1615 untuk
menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya,
tetapi gagal karena mendapat perlawanan yang sengit. 13
Sultan Agung dari Mataram (1613–1646), mengembangkan
kekuasaannya atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhanpelabuhan pantai
utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura (1924) dan
Surabaya (1625). Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program
penjajahannya terhadap kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau
Kalimantan, dan Sultan Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan
Sukadana tahun 1622.14
Seiring dengan hal itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang
cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan
lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin,
Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir,
Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari
kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636.15
Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap menghadapi serangan
Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana serangan
12
Ibid.Pg.7
13
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar. Pg.3
14
Ibid.Pg.3
15
Ibid.Pg.4

7
dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi
migrasi dari pulau Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi
politik Sultan Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang
sangat besar sehingga pelabuhan-pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat
difusi kebudayaan Jawa. Di samping menghadapi rencana serbuan-serbuan dari
Mataram, kesultanan Banjarmasin juga harus menghadapi kekuatan Belanda.
Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan perdamaian setelah
hubungan yang tegang selama bertahun-tahun. Perang Makassar (1660- 1669)
menyebabkan banyak pedagang pindah dari Somba Opu, pelabuhan kesultanan
Gowa ke Banjarmasin. Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebut
duit.16
Sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah asal
Kesultanan Banjar meliputi provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura pada lokasi
Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan Kesultanan
Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya
bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar
Sultan. Kesultanankesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar,
termasuk Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda.
Kesultanan Banjarmasin merupakan kerajaan terkuat di pulau Kalimantan.
Sultan Banjar menggunakan perkakas kerajaan yang bergaya Hindu (Lembaga
Kebudajaan Indonesia (1814).17

16
Putuhena Shaleh, Historiografi Haji Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2007).
17
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar.Pg.5

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banjarmasin, yang semula merupakan suatu perkampungan orang Melayu,
menjadi pelabuhan yang disinggahi oleh para pedagang Muslim, menjadi kota
Muslim, dan berlanjut menjadi kota kerajaan. Sultan dan masyarakatnya
mengembangkan agama Islam, sehingga Islam di kesultanan Banjarmasin
mengalami perkembangan yang cukup menyeluruh di segala bidang, baik dalam
bidang politik, ekonomi, dan sosial maupun budaya. Semuanya itu telah melahirkan
suatu peradaban Islam yang khas di kesultanan Banjarmasin, dimana agama Islam
cukup berkembang pesat di Kalimantan khususnya dan di wilayah Nusantara
umumnya.

3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Banjar di wilayah nusantara pada masa yang
lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hatiyang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita.
Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut
mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita Bersama-sama
menjaga danmemelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita
semua.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ahyat, I. S. “Perkembangan Islam Di Kesultanan Banjarmasin.” Sosiohumanika 8, no. 1
(2015).

Buseri, Kamrani. “Kesultanan Banjar Dan Kepentingan Dakwah Islam.” Journal Al-
Banjari 11, no. 2 (2012).

Eliza, E, and H Hudaidah. “Proses Islamisasi Dan Perkembangan Islam Di Kesultanan


Banjarmasin.” HEURISTIK: Jurnal Pendidikan Sejarah 1, no. 2 (2021).

Sahriansyah. Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar. Banjarmasin: IAIN Antasari


Press, 2015.

Shaleh, Putuhena. Historiografi Haji Indonesia. Yogyakarta: LKiS, 2007.

10

You might also like