You are on page 1of 9

FINAL EXAM

CHARACTER BUILDING PANCASILA

NAMA: CALISTA CHERRYL JIU


NIM: 2540122350
CLASS: LA66
LECTURER: HERU WIDOYO
1. Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak yang telah dimiliki dan tidak dapat
diambil secara paksa dari seorang manusia sejak mereka lahir. HAM sudah dimiliki oleh
manusia semenjak mereka berada di dalam rahim sang ibu. HAM tidak diberikan oleh
instansi mana pun termasuk negara atau otoritas pemerintahan. Hak-hak ini mencakup
hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, hak untuk makan, hak untuk mendapat pendidikan
dan tempat tinggal yang layak, dan seterusnya. (CBDC, 2021, pp. 95-96)

Indonesia memiliki sejarah HAM yang cukup panjang dan rumit. Semenjak menjadi
negara jajahan oleh Belanda, Indonesia mengalami sebuah kerja paksa yang disebut
sebagai ‘kerja rodi’. Salah satu contoh dari kerja rodi yakni ‘tanam paksa’ yang
dicetuskan oleh Johannes van den Bosch. Tanam paksa ini seharusnya dilakukan atas izin
dari warga setempat yang memiliki kepemilikan atas tanah dan kebun di pulau Jawa ini,
namun kenyataannya, mereka dipaksa bekerja bagai budak di tanah mereka sendiri
(Pramartha, 2014, p. 2).

Hubungan HAM dengan sejarahnya di Indonesia, yakni Indonesia memiliki sejarah


panjang dan berdarah untuk mencari apa itu HAM dan bagaimana cara kita
mengayominya. Tantangan yang diberikan untuk mempertahankan HAM sangat tidak
mudah dan masih memiliki jalan yang panjang. Sejarah yang dialami oleh Indonesia
selama ratusan tahun dapat memberikan kita sebagai generasi muda inspirasi untuk
mempertahankan dan turut memperjuangkan HAM bagi mereka yang belum
mendapatkannya.

T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building


Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.
Pramartha, I. N. B. (2014). Tanam Paksa Dalam Kajian Robert Van Niel. SOCIAL STUDIES
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 02, 2–3.
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/socialstudies/article/view/404/313

2. Korupsi di Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang telah terjadi berpuluh-puluh
tahun yang lalu dan kini korupsi. Secara hukum, korupsi adalah sebuah perbuatan yang
menguntungkan sebuah pihak yang tidak sesuai dengan hak dan pekerjaan resmi dari
pihak tersebut (Ka'bah, 2007, p. 78). Korupsi dapat kita temui di berbagai instansi dan di
berbagai lapisan masyarakat. Contoh yang paling dekat dengan kita adalah kasus korupsi
yang melibatkan organisasi sekolah maupun kampus yang merugikan korban serta nama
baik organisasi bahkan kampus itu sendiri. Bahkan dari organisasi yang lingkupnya
masih kecil saja dengan keuntungan yang tidak besar-besar amat, orang-orang tidak
bertanggung jawab ini berani melakukan tindakan tidak terpuji ini. Ini dikarenakan,
pendidikan dini yang kurang mengenai ideologi serta pedoman rakyat Indonesia terhadap
nilai-nilai Pancasila.

Maka dari itu, kita beranjak dewasa, oknum-oknum yang kemudian mendapat jabatan
dan wewenang lebih akan dengan mudah dan tanpa rasa bersalah karena sudah
dilakukannya sedari ia masih bukan siapa-siapa. Contohnya adalah beberapa pejabat di
Indonesia yang melakukan korupsi besar-besaran. Mereka tahu itu merupakan tindakan
tidak terpuji dan mereka sama sekali tidak peduli jika perbuatan yang mereka lakukan
merugikan rakyatnya, yang terpenting adalah mereka dapat hidup enak.

R.K.’. (2007). KORUPSI DI INDONESIA. Jurnal Hukum Dan Pembangunan Tahun Ke-37


No.1 Januari-Maret 2007.
http://www.jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/144/82
T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building
Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.
3. Demokrasi Pancasila adalah nilai kehidupan bernegara yang dianut oleh seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila sendiri telah dirumuskan sebelum Indonesia mendapatkan
kemerdekaannya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Demokrasi Pancasila
yang dianut oleh Indonesia ini dianggap berhasil oleh beberapa pihak yang
menguntungkan Indonesia dalam segi ekonominya. Ada juga yang mengatakan bahwa
Indonesia adalah negara yang terlalu besar dan beragam, akan sulit untuk dapat
menyatukan rakyatnya ke dalam suatu kesatuan . Jika dilihat dari letak geografis serta
penduduknya yang sangat banyak dan terdiri atas ratusan suku dan ras, Indonesia terlihat
sangat sudah diatur karena kepercayaan setiap suku dan adat akan sangat berbeda.
Namun, Indonesia dapat mengatasi perbedaan ini dengan menganut ideologi Pancasila
yang mengedepankan perbedaan serta keadilan rakyat-rakyatnya. Setidaknya, sebagian
besar dari rakyat Indonesia telah mengerti cara menjalankan demokrasi Pancasila.
(CBDC, 2021, p. 145)

Tetapi, tidak sedikit juga rakyat yang merasa jika Pancasila tidak penting atau tidak
benar-benar mengerti tentang asal-usul serta fungsi dari Pancasila itu sendiri. Maka dari
itu, pendidikan kewarganegaraan sudah ditanamkan dalam kurikulum sekolah sejak kita
masih duduk di bangku sekolah dasar, dengan begitu, pendidikan kewarganegaraan dan
demokrasi yang dianut oleh Indonesia sudah ditanamkan sejak masih belia oleh
pendidikan yang layak.

T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building


Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.

4. Keadilan adalah pemberian hak yang sudah seharusnya seorang manusia dapatkan
(CBDC, 2021, p. 151). Pertama-tama, keadilan sosial yang ideal dan sesuai dengan nilai
luhur Pancasila ialah pertanggungjawaban negara untuk mewujudkan keadilan serta hak
dari rakyat-rakyatnya. Namun, keadilan sosial tersebut masih menjadi angan-angan
karena nyatanya, keadilan sosial masih sangat perlu diperhatikan terutama di kota-kota
besar yang kesenjangan sosialnya masih sangat tinggi. Ini menyebabkan rakyat belum
mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan, seperti contohnya hak untuk
pendidikan, tempat tinggal yang layak, serta makanan yang layak. Keadilan sosial tidak
dapat diwujudkan jika praktik demokrasi di negara kita masih sangat minim. Rakyat-
rakyat yang belum mendapat keadilan sosial ini perlu menyuarakan harapan serta
pandangan mereka tentang kehidupan yang menjadi impian mereka agar didengar oleh
negara. Maka dari itu, agar suara mereka dapat terdengar, praktik demokrasi harus dapat
berjalan dengan baik terlebih dahulu agar suara rakyat-rakyat kecil ini dapat terdengar
dan masalah keadilan sosial dapat diatasi sesuai dengan nilai luhur Pancasila.

T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building


Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.

5. Analisa kasus “Konflik yang Dipicu Keberagaman Budaya Indonesia


a. Multikulturalisme sendiri dapat diartikan banyaknya ideologi budaya.
Multikulturalisme juga mengajarkan kita untuk dapat memandang keanekaragaman
budaya dengan lebih luas dan lebih terbuka akan budaya yang berbeda dari budaya
yang kita anut. Namun, tidak sedikit juga budaya yang terkesan sangat menutup diri
dan bersifat keras.

Kita dapat mengambil contoh dari kasus tragedi Sampit. Sampit sendiri adalah sebuah
kota yang terletak di Kalimantan Tengah dan dekat dengan pesisir laut. Suku Dayak
adalah penduduk asli kota Sampit, hingga kemudian para suku pendatang seperti
Suku Banjar, Bugis, Tionghoa, Jawa, dan kemudian Madura pada abad ke 13. Ini
menandakan bahwa Sampit telah menjadi kota dengan ragam suku yang berbeda dan
tentunya memiliki adat serta budaya yang beda dari Dayak. Apakah mereka harus
dipaksa untuk mengikuti adat dan budaya Suku Dayak sebagai penduduk lokal di
sana? Tidak. Namun, apakah mereka harus menghormati Suku Dayak sebagai
penduduk lokal di sana? Tentu saja, bahkan mereka harus saling menghormati antar
suku karena Pancasila serta semboyan Indonesia mengajarkan kita untuk saling
menghormati antar suku. Dari tragedi Sampit pada 2001, kita dapat melihat bahwa
peran dari polisi sebagai aparat negara sangatlah penting karena jika kasus ditangani
sendiri oleh para warga Dayak dan Madura, maka memanglah tragedi tersebut tidak
dapat dihindari. Walaupun terdengar kejam, namun kita tidak dapat mengelak bahwa
dari awal warga Madura sudah salah karena telah main hakim sendiri tanpa mengakui
keberadaan polisi yang dapat membantu mereka. Jika memang mereka merasa marah
terhadap satu individu tersebut, maka selesaikanlah dengan individu tersebut dan
tidak usah membawa orang lain ke dalam kasus ini. (Widyaningrum, Yumarnamto, &
Prijambodo, 2020, pp. 51-53)

Untuk kasus lainnya sepeti tragedi Maluku dan 1998, dari keseluruhan kasus
disebabkan oleh isu SARA yang masih sangat sering terjadi di negara yang terdiri
atas lebih dari seribu suku yang terbagi-bagi ke dalam 17000 pulau. Isu yang terjadi
di Maluku diakibatkan oleh datangnya suku-suku secara bersamaan yang
menyebabkan mereka tidak dapat beradaptasi dengan cepat dan juga masih dalam
pengaruh kolonialisme yang ditanamkan oleh Belanda (Safi, 2017). Tragedi 1998
juga disebabkan oleh konflik SARA yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung
jawab. Adanya multikulturalisme di Indonesia membawa banyak sekali dampak
positif, namun juga tidak jarang menimbulkan efek negatif. Efek negatif ini
ditimbulkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan ingin memecah belah
NKRI dengan memanfaatkan keberagaman suku serta cara pandang mereka untuk
menimbulkan sebuah konflik.

Konflik Komunal: Maluku 1999–2000. (2017). ISTORIA: Jurnal Pendidikan Dan Sejarah, 12.


https://doi.org/10.21831/istoria.v13i1
T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building
Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.
Widyaningrum, A. Y., Yumarnamto, M., & Prijambodo, V. L. (2020). ANALISIS RESEPSI
REMAJA KOTA SAMPIT MENGENAI KEBERAGAMAN DI MEDIA. WACANA:
Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 19, 51–53. https://doi.org/10.32509/wacana.v19i1.1002

b. Pada dasarnya, multikulturalisme terjadi akibat banyaknya perbedaan cara pandang


antar individu, namun dalam konteks ini adalah dalam segi budaya serta adat.
Indonesia sendiri terdiri dari ratusan suku adat serta ratusan bahasa yang kerap kali
menjadi hambatan komunikasi yang lebih baik lagi. Munculnya oknum-oknum yang
tidak bertanggungjawab dan berniat memecah belah NKRI dengan memanfaatkan
multikulturalisme di Indonesia ini menjadi salah satu tantangan terbesar masyarakat
kita. Banyak sekali orang awam yang belum mengetahui paham multikulturalsime
dan adat budaya suku lain yang kerap kali memicu sebuah perselisihan. Dengan
mengajarkan pendidikan kewarganegaraan yang baik serta mengayomi Pancasila
dengan benar, satu persatu dari mereka akan mengerti betapa pentingnya
multikulturalisme di Indonesia dan mengapa kita harus dapat menghindari ataupun
mengatasi permasalahan adat dengan baik dan benar, sesuai dengan hukum yang
berlaku dalam lingkup negara maupun adat.

T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building


Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.

6. Analisa kasus menurut konsep Interaksi Antar Budaya


a. Interaksi antar budaya sendiri berarti segala macam pertemuan budaya yang satu
dengan yang lainnya sudah termasuk ke dalam interaksi antar budaya. Bahkan ketika
kita menonton film barat di televisi saja sudah menjadi interaksi antar budaya. Dalam
ketiga kasus yang sudah disebutkan, interaksi antar budaya sangatlah rentan terhadap
konflik. Perbedaan pendapat serta pandangan sering kali dijadikan senjata untuk
memicu pertengkaran antar budaya. Kurangnya sosialisasi masyarakat dan juga
campur tangan aparat negara yang tidak tegas dapat menimbulkan konflik yang lebih
serius karena massa/masyarakat dari suku tersebut bisa saja main hakim sendiri
dengan menggunakan hukum dan adat mereka, seperti contohnya pada kasus Sampit.
Pada kasus Maluku, suku yang terlibat pada berdirinya Maluku itu sendiri sudah
sangat banyak dan itulah yang menyebabkan pecahnya tragedi Maluku yang bukan
hanya terjadi karena perselisihan agama, namun juga suku yang tinggal di sana.
Terakhir, pada kasus Mei 1998, tentu saja kita tidak dapat melupakan suku etnis
Tionghoa, terutama para perempuannya yang menjadi kasus kekerasan seksual,
pemerkosaan, serta pembunuhan yang kejam. Ini dikarenakan interaksi budaya yang
kental antara bangsa Indonesia dengan bangsa Tionghoa yang masih berhubungan
erat dengan Cina pada masa itu. Dikarenakan masyarakat masih sangat skeptis
dengan Cina, maka mereka hanya dapat meluapkannya pada suku etnis Tionghoa
yang tinggal di Indonesia karena menurut mereka, semua suku Tionghoa adalahnya
sama dengan Cina.

T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building


Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.
LAKSMANA, E. E. (2011). DIMENSIONS OF AMBIVALENCE IN INDONESIA-CHINA
RELATIONS. THE RISE OF CHINA INTERNATIONAL PERSPECTIVE, 13.

b. Interaksi antar budaya memang sangat rentan terhadap konflik dan perselisihan,
namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa interaksi antar budaya dapat
membawa sebuah interaksi ke jenjang yang berikutnya. Misalnya, yang dapat kita
ambil dalam tragedi Sampit adalah saling tertutupnya masyarakat Madura dan Dayak
terhadap satu sama lain sehingga stigma buruk masyarakat yang masih melekat kuat
di setiap sisi tidak dapat dihilangkan dari benak mereka. Interaksi antar budaya dapat
mengantarkan dua atau lebih suku untuk mempelajari budaya masing-masing dengan
lebih dalam lagi. Terkadang sebuah suku maupun adat terjadi takut jika adat yang
mereka miliki akan ditinggal begitu saja ketika kita mempelajari adat lain, namun jika
tidak dengan mempelajari adat tersebut, bagaimana kita tahu bahwa sebuah adat itu
baik dan buruk? Bagaimana cara kita menilai sebuah suku jika kita hanya mengetahui
mereka hanya dengan satu sisi? (Widyaningrum, Yumarnamto, & Prijambodo, 2020,
p. 57)

Mempelajari dan memperdalam sebuah budaya bukanlah hal yang buruk, dengan
begini, kita dapat menghilangkan atau mengubah stigma masyarakat terhadap suatu
hal dari sudut pandang kita dan menjadi sebuah sudut pandang yang berasal dari
mereka sendiri. Kita tidak perlu menganut sebuah adat maupun budaya untuk
mempelajari sesuatu yang baru, kita hanya perlu belajar untuk menghormati dan
tidak menilai sesuatu hanya dari sudut pandang kita saja.

T.I.M.C.B.D.C. (2021). CHARACTER BUILDING: PANCASILA [E-book]. Character Building

Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara Jakarta.

Widyaningrum, A. Y., Yumarnamto, M., & Prijambodo, V. L. (2020). ANALISIS RESEPSI

REMAJA KOTA SAMPIT MENGENAI KEBERAGAMAN DI MEDIA. WACANA:

Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 19, 51–53. https://doi.org/10.32509/wacana.v19i1.1002

You might also like