Setiap kamis SDN 1 Tunggul memprogramkan “kamis dhuha berjamaah”, pagi
ini Fida lupa tidak membawa mukena kemudian bu Dwi meminta Fida untuk menemui bu Dwi. Bu Dwi : “Selamat pagi mbak Fida, kamu ingat ini hari apa? Dan ada program apa di sekolah kita?” Fida : “Selamat pagi bu, iya. Fida ingat ini hari kamis bu, dan tadi sudah menyiapkan mukena dan saya taruh di meja ruang tamu. Tapi ketika berangkat malah lupa tidak saya bawa bu. Maafkan Fida ya bu.” Bu Dwi :” Anak sholihah, lupa itu hal yang wajar. Bu Dwi juga kadang lupa sama seperti mbak Fida jadi sudah bu Dwi maafkan. Anak sholihah sudah berani mengakui kesalahan, itu hebat lho. Tapi mbak Fida tahu kan kalau program ini sudah kita sepakati, kira-kira apa rencana mbak Fida untuk memperbaiki hari ini apa?” Fida : “Mmmmm…. Saya mau mengganti sholat dhuha sendiri boleh bu? Saya pinjam mukena Nay ya Bu.” Bu Dwi : “Baik, setelah ini mbak Fida sholat dhuha munfarid ya, tapi mau berapa rakaat? Lalu kira-kira tadi teman-teman kan tahu kalau mbak Fida tidak ikut berjamaah dhuha lalu bagaimana ya kita bisa menjelaskan kepada teman- teman, padahal sholat dhuha ini termasuk disiplin yang sesuai keyakinan kelas kita. Benar Kan?” Fida : “Saya mau sholat dhuha 4 rakaat bu, jadi dua rakaat lebih banyak dari teman-teman tadi. Saya juga ingat keyakinan kelas yang dulu kita buat tentang disiplin dan perbuatan saya tidak sesuai dengan keyakinan kelas. Bagaimana kalau di jam istirahat nanti saya ajak teman-teman untuk berdiskusi tentang pendalaman keyakinan kelas kita bu? Nanti saya juga mau minta maaf sama teman-teman karena sudah melanggar keyakinan kelas kita.” Bu Dwi : “Oke anak hebat, silahkan pinjam mukena lalu sholat dhuha ya. Terimakasih mbak Fida sudah berani bertanggungjawab. Tos dulu yuk.” Kasus 2 : Hari ini pembelajaran PAI sampai di materi “kisah nabi yusuf” dan kelas 3 melaksanakan pendalaman materi melalui snowball throwing berupa tanya jawab kisah keteladanan Yusuf. Ketika bermain sampailah bola di Adit kemudian bu Dwi memberi pertanyaan kepada Adit namun dia tidak bisa menjawab. Kemudian Fida mengejek Adit sampai dia menangis. Menyikapi hal tersebut, bu Dwi memanggil Fida ke kantor. Fida : “Assalamualaikum” Bu Dwi : “Waalaikumussalam, silahkan masuk mbak Fida. Sini duduk sini Nak. Nay… tahukah alasan kenapa bu Dwi panggil Fida? Fida : “Mmmmm… Iya bu karena saya tadi mengejek Adit sampai menangis. Maaf ya bu, saya salah habis gemes masak soal mudah saja dia tidak bisa menjawab.” Bu Dwi : Anak sholihah, kira-kira perbuatan Fida tadi menyakiti Adit tidak? Lalu bagaimana perasaan Fida jika ada di posisi Adit? Sesuaikah tindakan Fida tadi dengan keyakinan kelas kita? Fida : “Pasti adit malu ya bu, tadi bu Dwi juga sudah menjelaskan kalau tidak apa-apa jika belum bisa menjawab nanti bisa belajar lagi. Keyakinan kelas kita “bersikap menyenangkan” tadi saya sudah buat Adit menangis jadi saya salah ya bu. Saya berbuat tidak sesuai keyakinan kelas.” Bu Dwi : “ Bagus nak, Kamu sadar kalau sudah berbuat salah. Berbuat salah itu wajar kan kita manusia biasa. Mbak Fida lalu mau berbuat apa untuk memperbaiki perbuatan tadi? Ada rencana?” Fida : “ Saya mau minta maaf sama Adit bu, lalu saya mau belajar bersama Adit supaya minggu depan ketika ulangan PAI dia dapat nilai yang bagus.” Bu Dwi : “Alhamdulillah, mbak Fida mau minta maaf dan membantu Adit. Lalu kapan dilaksanakan?” Fida : “Setelah dari kantor saya langsung minta maaf, dan ajak Adit belajar bu.” Bu Dwi :”Oke sholihahnya bu Dwi, boleh Kembali ke kelas. Yuk tos dulu”