Professional Documents
Culture Documents
Wa0055.
Wa0055.
Diajukan oleh :
SUPONO
NPM : 13 05 11361
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Hukum Ekonomi
Bisnis
FAKULTAS HUKUM
2017
PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)
PERUM PERHUTANI
SEBAGAI IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(STUDI PADA PERUM PERHUTANI KPH KEDU SELATAN)
Supono
Abstract
Perum Perhutani is State Owned Enterprise (SOE), a company engaged in the field of forestry
management, utilization and conservation of natural forests have systems Collaborative Forest
Resource Management (CBFM). The company not only works to the advantages of the capital
owners, but also required to contribute for stakeholders known as Corporate Social Responsibility.
This research aims to determine whether the CBFM Perum Perhutani is an implementation of
Corporate Social Responsibility and what is the CBFM Perum Perhutani in accordance with the
provisions of Article 30 of Law No. 41 of 1999.To answer the problem, the writer uses the empiric
method, this research focusing at law in action. The results of this research, CBFM is a form of
Corporate Social Responsibility conducted by Perum Perhutani, and is based on Law No. 41 of
1999 but not only cooperate with cooperatives but expand with LMDH, and stakeholders. The
writer gives advice to Perum Perhutani in CBFM implementation can make the people in this
regard LMDH (Forest Village Community Institution) can enter the global market. In implementing
the policy can be done even if not / has not been set in concrete by legislation as long as it does not
conflict with law.
7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 9 Sri Rejeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Nomor 72
Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Indonesia, Bayu Media, Jakarta, hlm. 15. (Perum) Kehutanan
Negara, 10 Tri Budiyono, 2011, Hukum Perusahaa:
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloa Tinjauan Yuridis Terhadap Undang-Undang dfile/
lt50812cd79659b/parent/lt50812c2560759, Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan diakses 4 Oktober
2016 Terbatas, Griya Media, Salatiga, hlm. 108.
b) Undang-Undang Nomor 40 sekitar kawasan hutan dapat
Tahun 2007 tentang merasakan dan mendapatkan
Perseroan Terbatas pada Pasal manfaat hutan secara
1 butir 3 disebutkan bahwa langsung, sehingga dapat
tanggung jawab sosial dan meningkatkan kesejahteraan
lingkungan merupakan dan kualitas hidup mereka.
komitmen bagi perseroan
untuk berperan serta dalam 2. METODE
pembangunan ekonomi yang a. Jenis Penelitian
berkelanjutan guna Jenis penelitian yang penulis
meningkatkan kualitas pergunakan adalah penelitian
kehidupan dan lingkungan hukum empiris dengan objek kajian
yang bermanfaat baik bagi
mengenai perilaku masyarakat (law
perseroan sendiri,
masyarakat, maupun
in action). Penelitian ini juga dapat
komunitas setempat. dikatakan deskriptif analitis karena
c) Undang Nomor 25 Tahun taraf deskriptif memberi gambaran
2007 tentang Penanaman mengenai peristiwa yang ada
Modal dalam Pasal 15 huruf sedangkan dalam taraf analisis
b Undang- disebutkan bahwa selain memberikan gambaran
setiap penanam modal mengenai peristiwa penelitian yang
berkewajiban melaksanakan diteliti juga menganalisa serta
tanggung jawab sosial pengambilan kesimpulan terhadap
perusahaan.8 objek yang diteliti.
d) Pasal 30 UU Nomor 41 b. Sumber Data
Tahun 1999 tentang Dalam penelitian hukum
Kehutanan disebutkan bahwa
empiris ini, penulis menggunakan
setiap badan usaha milik
sumber data primer sebagai data
negara, badan usaha milik
daerah, dan badan usaha utama, dan didukung oleh data
milik swasta Indonesia yang sekunder yang terdiri atas bahan
memperoleh izin hukum primer dan bahan hukum
pemanfaatan jasa lingkungan, sekunder.
izin usaha pemanfataan hasil 1) Data primer diperoleh dari
hutan kayu dan bukan kayu penelitian yang dilakukan
wajib melakukan kerja sama langsung dalam masyarakat.
dengan koperasi masyarakat Teknik pengumpulan data
setempat dalam rangka melalui pengamatan dan
pemberdayaan ekonomi
observasi serta wawancara
masyarakat. Kerjasama
dengan koperasi masyarakat dengan responden dan
setempat dimaksudkan narasumber.
masyarakat yang bertempat 2) Data sekunder terdiri dari bahan
tinggal di dalam dan di hukum primer dan bahan hukum
8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
sekunder.
Penanaman Modal, http://www.bi.go.id a). Bahan hukum primer
/id/tentang-bi/uu- • Undang-Undang
bi/Documents/UU25Tahun2007PenanamanMod Dasar
al.pdf. diakses 17 Februari 2017.
Republik Indonesia Tahun • Keputusan Direksi Perum
1945; Perhutani Nomor
• Undang-Undang Republik 682/KPTS/DIR/2009
Indonesia Nomor 19 tentang Pedoman
tahun 2003 tentang Badan Pengelolaan Sumberdaya
Usaha Milik Negara; Hutan Bersama
• Undang-Undang Nomor Masyarakat.
41 Tahun 1999 tentang 3) Bahan hukum sekunder
Kehutanan; Bahan hukum sekunder yang
• Undang-Undang Nomor digunakan dalam penelitian ini adalah
25 Tahun 2007 tentang berupa pendapat hukum yang diperoleh
Penanaman Modal; dari buku-buku literatur, jurnal,
internet, surat kabar, fakta hukum,
• Peraturan Pemerintah
karya ilmiah, artikel hasil penelitian,
Nomor 13 Tahun 1998
dan bentuk karya ilmiah lainnya yang
tentang Perusahaan berkaitan dengan materi penelitian ini.
Umum (Perum); c. Metode Pengumpulan Data
• Peraturan Pemerintah Dalam melakukan pengumpulan data
Nomor 72 Tahun 2010 menggunakan Penelitian hukum normatif,
tentang Perusahaan maka dilakukan melalui Studi kepustakaan
Umum :
(Perum) Kehutanan 1) Wawancara
Negara; Melakukan tanya jawab secara
• Peraturan Menteri Negara langsung dengan narasumber
Usaha Milik Negara atau responden.
a) Narasumber dalam penelitian ini
Nomor Per-
adalah Ayurani Prasetyo, S.Hut.
09/MBU/12/2016 tentang
selaku Kepala Sub Seksi PHBM
Perubahan atas Peraturan
KPH Kedu
Menteri Negara Usaha
Selatan.
Milik Negara Nomor
b) Responden berasal dari anggota
Per09/MBU/07/2015
LMDH Sabdo
tentang
Pandito Ratu desa Argopeni,
Program Kemitraan dan
Kecamatan Ayah, Kabupaten
Program Bina Lingkungan
Kebumen.
Badan Usaha Milik 2) Studi kepustakaan
Negara; Studi kepustakaan adalah studi
• Keputusan Gubernur Jawa yang dilakukan terhadap bahan hukum
Tengah Nomor 24 Tahun primer dan sekunder yang berupa
2001 tentang Pengelolaan peraturan perundangundangan, buku-
Sumberdaya Hutan buku literatur, jurnal, internet, surat
Bersama Masyarakat di kabar, fakta hukum, karya ilmiah,
artikel hasil penelitian, dan bentuk
Propinsi Jawa Tengah,
karya ilmiah lainnya yang berkaitan
Lembaran Daerah dengan materi penelitian ini.
Propinsi Jawa Tengah 3) Observasi atau pengamatan
Tahun 2001 Nomor 43;
Observasi dilakukan dengan dilakukan adalah supaya nantinya
cara menangkap gajala atau program-program dalam PHBM dapat
peristiwa penting mengenai berjalan dengan baik. Adapun tahapan
objek penelitian. implementasi PHBM meliputi : 1)
Tahap pengenalan program
4) Lokasi penelitian
(sosialisasi), yaitu melakukan
Lokasi dalam penelitian ini sosialisasi tentang PHBM kepada pihak
adalah di Perum Perhutani KPH internal yakni pihak Perum Perhutani
Kedu Selatan, yang mempunyai sendiri dalam hal ini adalah petugas
wilayah kerja meliputi lima teknis PHBM seperti dari jajaran
kabupaten di propinsi Jawa asisten perhutani, mantra dan mandor.
Tengah yaitu Kabupaten Sedangkan sosialisasi eksternal yakni
Purworejo, Kabupaten sosialisasi di luar pihak Perum
Perhutani seperti pemerintah baik
Kebumen, Kabupaten
perangkat desa maupun kecamatan,
Banjarnegara, Kabupaten LMDH,dan investor, serta pihak lain
Wonosobo, dan Kabupaten yang berkepentingan di luar Perum
Banyumas. Perhutani. Sosialisasi bertujuan untuk
d. Metode analisis Data menguatkan pemahaman Pengelolaan
Penelitian ini menggunakan Hutan Bersama Masyarakat di
analisis secara deskriptif, yaitu lingkungan internal petugas dan
memaparkan dan menjelaskan data lingkungan eksternal.
yang ditemukan, baik dengan 2) Inventarisasi potensi desa,
menggunakan pendekatan kualitatif Pengumpulan data mengenai situasi,
kondisi, petak-petak KPH Kedu
berdasarkan karakteristik ilmiah
Selatan yang ada di desa serta
dari individu atau kelompok untuk
informasi desa mengenai potensi
memahami dan mengungkapkan desa dan permasalahnnya, kesiapan
fakta-fakta empiris secara masyarakat dan pertimbangan lain
sistematis. termasuk pertimbangan politis.
Proses berpikir yang digunakan Inventarisasi potensi desa
adalah induktif yaitu bertolak dari digunankan sebagai acuan
fakta-fakta yang bersifat khusus pembuatan penyusunan rencana dan
kemudian digeneralisasikan strategi dalam perihal pelaksanaan
menjadi ketentuan umum dalam pengelolaan sumber daya hutan. Di
pengambilan kesimpulan terhadap KPH kedu Selatan terdapat 267
desa yang diinventarisir.
objek yang diteliti.
3) Persiapan prakondisi sosial (dialog
3. HASIL DAN PEMBAHASAN multistakeholder, pembentukan
a. Pelaksanaan PHBM di KPH Kedu kelembagaan, forum komunikasi
Selatan. (desa, kecamatan dan kabupaten)).
Dalam melaksanakan PHBM Dialog multistakeholder yaitu
terdapat tahapan yang dilalui oleh KPH dialog yang diselenggarankan oleh
Kedu Selatan dan LMDH serta pihak Perum Perhutani dengan LMDH,
yang berkepentingan, dimana tahapan- Lembaga Swadaya Masyarakat dan
tahapan tersebut dimulai dari juga pemerintah daerah, dialog
pengenalan program hingga multistakeholder bertujuan untuk
pelaksanaan serta evaluasi. Maksud menciptakan persamaan
dari adanya tahapan-tahapan yang pemahaman mengenai pengelolaan
sumberdaya hutan. Pembentukan dilaksanakan oleh petugas Perum
kelembagaan yaitu pembentukan Perhutani bersama LMDH dengan
LMDH sebagai mitra Perum maksud untuk mengetahui
Perhutani dalam PHBM. Forum pencapaian PHBM yang telah
komunikasi dibentuk guna dilaksanakan dalam satu tahun.
mendorong proses optimalisasi dan Sementara pelaporan dimaksudkan
berkembangnya PHBM yang untuk mendokumentasikan dan
selaras dengan kepentingan merekomendasikan perkembangan
perusahaan, masyarakat desa hutan yang dilakukan dari hasil
dan pihak yang berkepentingan. pemantauan dan evaluasi.
4) Pembuatan perjanjian kerjasama KPH Kedu Selatan menyelenggarakan
dengan LMDH. Kerjasama yang PHBM dengan program-program sebagai
dilakukan oleh Perum Perhutani berikut:
dalam hal ini KPH Kedu Selatan 1) Sharing produksi kayu
dengan LMDH, dibuat dalam Sharing atau bagi hasil yaitu
bentuk perjanjian tertulis dengan pembagian hasil hutan yang berupa semua
akta notaris. Perjanjian kerjasama jenis kayu tebangan antara Perum
tersebut bertujuan untuk dapat Perhutani dan LMDH yang didasarkan
meningkatkan kesejahteraan pada nilai proporsi faktor produksi yang
masyarakat dan tetap menjaga dikontribusikan oleh masingmasing pihak
kelestarian hutan dalam melakukan melalui proses Pengelolaan Hutan
pengelolaan sumberdaya hutan. Bersama Masyarakat (PHBM). Kayu
5) Penyusunan Renstra (Rencana dan tebangan merupakan kayu yang berasal
Strategi) PHBM. Renstra disusun dari tebangan habis maupun penjarangan,
untuk memberikan arahan tebangan penjarangan adalah tebangan
pengelolaan secara bersama. sebagai tindakan untuk memberikan ruang
Didalam renstra dibuat berbagai tumbuh terhadap pohon tunggal.
kegiatan yang akan dilakukan Adapun faktor produksi dalam
dimsing-masing petak pangkuan, sharing produksi kayu meliputi lahan,
berikut peran dari masing-masing tenaga kerja, teknologi serta modal yang
pihak. Rencana kegiatan yang dapat digunakan untuk mendukung proses
disusun mencakup kegiatan didalam produksi sampai menghasilkan keluaran
dan diluar kawasan hutan. Renstra produksi dalam pengelolaan sumberdaya
merupakan rencana kegiatan selama hutan. Hasil hutan kayu yang menjadi
5 (lima) tahun. Penyusunannya obyek berbagi adalah kayu perkakas dan
dilakukan secara bersama antara kayu bakar dari kawasan hutan produksi
LMDH dengan Perhutani serta yang dikelola melalui proses Pengelolaan
pihak lain yang berkepentingan. Hutan Bersama Masyarakat. Kayu
Pemerintah Propinsi dan Kabupaten perkakas adalah kayu yang peruntukannya
berperan sebagai fasilitator. sebagai bahan industri dan atau bahan
6) Pemantauan, evaluasi pelaporan. bangunan lainya dengan ukuran panjang
Pemantauan dilaksanakan dalam dan diameter sesuai peraturan perusahaan
rangka pendampingan, pengawalan yang berlaku.
dan pengamatan atas pelaksanaan Sedangkan kayu bakar adalah kayu
PHBM. Pemantauan dilaksanakan yang tidak digunakan sebagai bahan
terus menerus oleh semua jajaran baku industri dan atau bahan
Perum Perhutani, LMDH, dan para bangunan lainnya dengan ukuran
pihak yang berkepentingan minimal 2/4 panjang 1 (satu) meter dan 5/8
3 (tiga) bulan sekali. Evaluasi panjang 0,5 meter.
Pelaksanaan sharing produksi kopal juga digunakan sebagai campuran lak
kayu antara Perum Perhutani KPH dan vernis.
Kedu Selatan dengan LMDH yang Kawasan yang diperuntukan untuk pinus
ada di kawasan KPH Kedu Selatan pada KPH Kedu
bertujuan untuk meningkatkan Selatan adalah seluas 25.941,11 ha dari total
pemberdayaan masyarakat desa luas kawasan 44.659,81 ha. Pada tahun 2015
hutan dapat mencapai produksi getah pinus sebesar 11.500.000 Kg
kesejahteraan. Dalam sharing yang terbagi dalam 6 wilayah BKPH di 5
produksi kayu, setiap tahun LMDH kabupaten yang meliputi BKPH Purworejo
memperoleh dana sharing produksi 3.549.285 Kg, BKPH Kebumen 2.409.314,
kayu yang berasal dari hasil penen BKPH Karanyanyar 1.838.572, BKPH
kayu tebangan.9 Gombong Utara 2.300.182 Kg, BKPH
Sebagaimana diatur dalam Ngadisono 819.252 Kg, dan BKPH
Keputusan Direksi Perum Perhutani Banjarnegara 583.393 Kg. Menurut Kepala
Nomor 436/KPTS/DIR/2011 Sub Seksi PHBM KPH Kedu Selatan Ayurani
tentang Pedoman Berbagi Hasil Prasetyo, dalam kegiatan penyadapan getah
Hutan Kayu, maka Perhutani KPH pinus di KPH Kedu Selatan dibantu oleh
Kedu Selatan mengalokasikan dana hampir 7000 orang penyadap dengan status
sharing produksi kayu untuk buruh lepas. Para penyadap tersebut
dimanfaatkan dalam kegiatan mendapat penghasilan berdasarkan
pengamanan hutan, pemberdayaan banyaknya getah yang dapat disetorkan
lembaga koperasi, pembangunan kepada KPH Kedu Selatan, dengan jadwal
insfrastuktur desa, kesehatan dan setor satu bulan sebanyak 2 (dua) kali.
pendidikan, bantuan sosial Penyadap tersebut merupakan warga yang
kemasyarakatan, pengembangan bertempat tinggal disekitar kawasan hutan
kelembagaan usaha produktif serta pinus KPH Kedu Selatan.
monitoring dan evaluasi. Tahun 2015 Perum Perhutani KPH Kedu
2) Sharing produksi non kayu Selatan menyerahkan dana bagi hasil dari
KPH Kedu Selatan mempunyai produksi kayu dan non kayu tahun 2014
usaha hasil hutan bukan kayu sebesar Rp 895 juta kepada LMDH di lima
berupa penyadapan getah pinus dan kabupaten wilayah pangkuan KPH Kedu
kopal. Getah pinus hasil sadapan Selatan yang meliputi wilayah Purworejo Rp
tersebut diolah menjadi 212.700.888, Kebumen Rp 292.361.874,
gondorukem dan terpentin. Banyumas Rp 32.124.768, Banjarnegara Rp
Gondorukem digunakan di bidang 78.608.859 dan Wonosobo Rp
farmasi dan industri kimia, sementara 279.804.843.13
terpentin adalah pelarut yang digunakan Dana sharing tersebut
sebagai bahan baku cat, bahan baku parfum, dialokasikan untuk pembangunan
desinfektan, dan campuran bahan kimia desa seperti sarana jalan, pembuatan
lainnya. Kopal sendiri merupakan hasil gardu siskamling, dan dimasukkan
olahan getah yang disadap dari pohon damar. dalam AD/ART LMDH yang
Kopal adalah bahan dasar bagi cairan pelapis bersangkutan.
kertas supaya tinta tidak menyebar, selain itu Perolehan untuk masing-masing
kabupaten tersebut berdasarkan
9 Nur Kholiq, 2014, Perhutani Kedu Selatan
pencapaian produksi kayu maupun
Serahkan Dana Sharing Rp 1 miliar,
getah pinus dan kopal.
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ 3) Penyerapan tenaga kerja Salah satu
news/2014/08/28/214772/Perhutani-KeduSelatan-
Serahkan-Dana-Sharing-Rp-1-Miliar. Diakses 23 kontribusi Perum Perhutani KPH
Januari 2017. Kedu Selatan bagi masyarakat yang
dilaksanakan berdasarkan PHBM tanaman pangan dapat memberikan
adalah adanya penyerapan tenaga keuntungan ganda. Di pihak petani dapat
kerja dari masayarakat sekitar memperoleh lahan untuk ditanami dan
perusahaan. Dalam setiap kegiatan digarap, sementara di sisi Perum Perhutani
yang dilaksanakan oleh perum juga diuntungkan karena tanaman pokok
perhutani KPH Kedu Selatan perusahaan dapat terhindar dari kerusakan.
senantiasa melibatkan masyarakat Pada tahun 2015 tercatat total hasil
untuk turut serta. Pelibatan pangan yang dapat dinikmati oleh
masyarakat sebagai tenaga kerja masyarakat sebesar 43,05 ton atau senilai
dalam pengelolaan hutan mulai dari Rp 47.238.000, terdiri dari padi 9,35 ton
kegiatan perencanaan, pembinaan, (Rp 28.050.000), jagung 6,15 ton (Rp
produksi, industri, pemasaran 12.300.000), dan ketela 27,55 ton (Rp
sampai perlindungan hutan. KPH 6.888.000).
Kedu Selatan berupaya semaksimal 5) Bantuan bibit
mungkin memberikan kontribusi KPH Kedu Selatan menyalurkan bibit
kepada masyarakat. Dengan kepada masyarakat secara cuma-cuma.
penyerapan lapangan kerja Bibit yang di salurkan berupa bibit
diharapkan pengangguran tanaman keras misalnya jati, sengon,
masyarakat menurun serta Perum mahoni selain itu juga disalurkan bibit
Perhutani KPH Kedu Selatan dapat tanaman buah seperti sukun, kluweh,
memberi peningkatan pendapatan nangka durian, jambu dan bibit rambutan.
kepada masyarakat. KPH Kedu KPH Kedu Selatan berupaya memberikan
Selatan pada tahun 2015 dapat manfaat bagi masyarakat setempat untuk
menyerap tenaga kerja sebanyak terciptanya iklim yang harmonis antara
masyarakat dan Perum Perhutani dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan melalui
13
KPH Kedu Selatan Serahkan Dana Sharing Rp pengelolaan hutan lestari. Bantuan bibit
185 juta, juga dimaksudkan mendukung upaya
http://perhutanikphkeduselatan.co.id/berita/keduse penghijauan dan pengkayaan lahan di
latan-serahkan-dana-sharing-rp-185-juta/ diakses dalam dan luar kawasan hutan.
23 Januari 2017. 6) Pembinaan usaha produktif
19.968 orang senilai Rp Usaha-usaha produktif sebagai
32.968.080.000. implementasi PHBM di KPH Kedu
4) Tanaman pangan Selatan dapat dikelompokan
Kontribusi Perum Perhutani KPH menjadi beberapa bidang yaitu
Kedu Selatan selain melalui sharing perikanan, pertanian dan
produksi kayu dan non kayu, penyerapan perkebunan. Dalam bidang
tenaga kerja juga memberi kesempatan perikanan terdapat perikanan lele
kepada masyarakat disekitar hutan dumbo dan nila, bidang pertanian
perusahaan untuk dapat memanfaatkan terdapat penanam rumput gajah
lahan disekitar tanaman pokok perusahaan. sebagai pakan ternak dan kapulogo,
Masyarakat dalam hal ini petani diberikan sementara pada bidang perkebunan
kesempatan luas untuk menggarap lahan terdapat perkebunan kopi, cengkeh,
perusahaan untuk ditanami tanaman salak, dan genitri. Jumlah
pangan sejauh itu tidak mengganggu pendapatan dari bidang-bidang
tanaman perusahaan. Kegiatan tersebut tersebut pada tahun 2015 mencapai
lazim dikenal dengan nama tumpangsari. Rp 22.348.500.000.10
Keterlibatan petani dengan memanfaatkan
10 Biro Perancangan SDH dan Perusahaan, 2016
ruang antar tanaman pokok untuk ditanami
Profil KPH Kedu Selatan Tahun 2015, Salatiga,
Masyarakat desa hutan merupakan tidak hanya bekerjasama dengan
pihak yang turut berkepentingan koperasi masyarakat setempat namun
terhadap perusahaan sehingga ada juga menjalin kerjasama dengan
suatu perhatian perhatian dari KPH LMDH dan pihak-pihak lain yang
Kedu Selatan terhadap hal tersebut. berkepentingan.
Program-program yang dijalankan
sebagai pelaksanakan Pengelolaan 4. KESIMPULAN
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Perum Perhutani KPH Kedu Selatan
KPH Kedu telah melaksanakan Pengelolaan Hutan
Selatan yang meliputi sharing produksi Bersama Masyarakat (PHBM). Bentuk
baik sharing produksi kayu dan non program yang dilaksanakan adalah
kayu, penyerapan tenaga kerja, sharing produksi kayu dan bukan kayu,
tanaman pangan dengan sistem pemanfaatan lahan dengan system
tumpang sari, serta pembagian bibit tumpang sari, pemberian bantuan bibit,
merupakan kontribusi yang telah pembentukan usaha produktif. Program
diberikan KPH Kedu Selatan kepada tersebut bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat dan juga pihak-pihak yang masyarakat sekitar kawasan hutan KPH
berkepentingan lain yang merupakan Kedu Selatan mandiri, sejahtera. Jadi
stakeholders KPH Kedu Selatan. dapat disimpulkan bahwa programprogram
b. PHBM ditinjau dari Pasal 30 UU 41 dalam PHBM tersebut merupakan
Tahun 1999 tentang Kehutanan implementasi tanggung jawab sosial
Perum Perhutani sebagai BUMN perusahaan ysang dilekasanakan Perum
yang bergerak dalam penyelenggara Perhutani.
perencanaan hutan, pengelolaan hutan, Pengelolaan Hutan Bersama
dan pemanfaatan hutan. Perum Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani
Perhutani merupakan salah satu yang aturan pelaksanaanya melalui
perusahaan yang mendapat izin untuk Keputusan Direksi Perum Perhutani
usaha pemanfaatan hutan. Landasan Nomor 682/KPTS/DIR/2009 merupakan
hukum dari Perum Perhutani adalah penjabaran dari Undang-Undang Nomor
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Namun
2010 tentang Perusahaan Umum Perum Perhutani tidak hanya mengadakan
Kehutanan Indonesia (Perum kerjasama dengan koperasi masyarakat
Perhutani). Sebagai Badan Usaha Milik tetapi juga diperluas dengan melakukan
Negara yang mendapat izin untuk kerjasama dengan Lembaga Masyarakat
usaha pemanfaatan hutan, maka Perum Desa Hutan (LMDH) dan pihak lain yang
perhutani wajib bekerjasama dengan berkepentingan.
koperasi masyarakat setempat
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 5. REFERENSI
30 Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999. Dalam melaksanakan kewajiban Buku
tersebut direksi Perum Perhutani Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum
mengeluarkan Keputusan Direksi Perusahaan Indonesia (Cetakan
Perum Perhutani Nomor Keempat Revisi), PT. Citra Aditya
682/KPTS/DIR/2009 tentang Pedoman Bakti, Bandung.
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Biro Perancangan SDH dan Perusahaan,
Bersama Masyarakat (PHBM). Dalam 2016 Profil KPH Kedu Selatan
pelaksanaan PHBM, Perum Perhutani Tahun 2015, Salatiga.
Joni Emirzon, dkk. 2007, Perspektif
hlm. 27.
Hukum Bisnis Indonesia pada Era 185 juta,
Globalisasi Ekonomi, Genta Press, http://perhutanikphkeduselatan.co.id/be
rita/kedu-selatan-serahkan-danasharing-
Yogyakarta.
rp-185-juta/ diakses 23 Januari 2017.
Rahmatullah dan Trianita Kurniati, 2011, Pengelolaan hutan Bersama
Panduan Praktis Pengelolaan Masyarakat (PHBM)
Corporate Social Responsibility, (Kolaborasi antara
Samudra Baru, Yogyakarta. Masyarakat Desa Hutan dengan Perum
Sri Rejeki Hartono, 2007, Hukum Perhutani dalam Pengelolaan
Ekonomi Indonesia, bayu media, Sumberdaya Hutan di Jawa),
http://www.cifor.org/lpf/docs/java/LPF
Jakarta.
_Flyer_PHBM.pdf, diakses 3 Oktober
Tri Budiyono, 2011, Hukum Perusahaa:
2016.
Tinjauan Yuridis Terhadap
UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Griya
Media,
Salatiga.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor
67. Sekretariat Negara. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Negara. Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70.
Sekretariat Negara. Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2010 tentang
Perusahaan Umum (Perum)
Kehutanan Negara. Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 124.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Internet
Nur Kholiq, 2014, Perhutani Kedu Selatan
Serahkan Dana Sharing Rp 1 miliar,
http://www.suaramerdeka.com/v1/inde
x.php/read/news/2014/08/28/214772/P
erhutani-Kedu-Selatan-Serahkan-
DanaSharing-Rp-1-Miliar. Diakses 23
Januari 2017.
KPH Kedu Selatan Serahkan Dana Sharing Rp