Professional Documents
Culture Documents
2. ISBN : 978-602-8165-33-4
3. Penerbit : MOMENTUM
"Kristus dan Kebudayaan" adalah salah satu buku yang mendalam yang berupaya
menjembatani antara teologi Kristen dan perubahan sosial-kultural yang terjadi. Meskipun
judulnya mirip dengan buku klasik H. Richard Niebuhr, buku karya D.A. Carson ini memberikan
Selama lebih dari setengah abad, penulis menemukan bahwa karya klasik H. Richard
Niebuhr yang berjudul "Christ and Culture" telah berdampak pada pemahaman gereja tentang
cara mengintegrasikan iman Kristen dengan budaya tempat kita hidup. Dalam buku terbaru DA
Carson, "Christ and Culture Revisited", penulis melihat bahwa karya Niebuhr tersebut dievaluasi
secara kritis. Carson menggambarkan isinya, memberikan kritik yang relevan untuk masa
sekarang, dan kemudian menggunakan buku tersebut sebagai landasan untuk membicarakan
masalah-masalah kontemporer.
Buku karya Carson mewakili suatu penyegaran dalam konsep "Kristus dan Kebudayaan"
serta merupakan evaluasi kritis terhadap karya Niebuhr. Dengan mengamati pengaruh budaya
dominan di era saat ini dan terlibat dalam perdebatan seputar "kebudayaan" dan
Dalam buku ini, Carson menyelidiki topik yang kontroversial mengenai hubungan antara
Kristus dan budaya. Ia memulai dengan mengevaluasi karya berpengaruh Richard Niebuhr secara
kritis. Carson juga menganalisis kerangka kerja lima tahap Niebuhr (Kristus melawan budaya,
Kristus dari budaya, Kristus di atas budaya, Kristus dan budaya dalam paradoks, dan Kristus yang
mengubah budaya), dan mengevaluasinya berdasarkan kesesuaian dengan teologi Alkitab. Hasil
analisis Carson adalah bahwa model-model Niebuhr tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan
kesatuan Alkitab dan prioritas teologis dalam kanon. Kemudian, Carson melihat pada situasi
kontemporer dan mempertimbangkan perkembangan budaya (terutama di dunia Barat) serta
memberikan saran mengenai cara orang Kristen dapat berinteraksi secara bijaksana dalam
masyarakat mereka, sambil tetap setia pada keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan atas setiap
aspek kehidupan. Buku ini membahas berbagai isu, tetapi diuraikan dengan analisis dan wawasan
yang bermanfaat.
C. RANGKUMAN SINGKAT
Dalam bab awal bukunya, D.A. Carson membahas secara rinci lima paradigma yang
diperkenalkan oleh H. Richard Niebuhr untuk memahami kompleksitas hubungan antara Kristus
dan kebudayaan. Paradigma pertama, yang dikenal sebagai "Kristus melawan Kebudayaan,"
atau kontradiktif dengan budaya sekitarnya. Paradigma kedua, "Kristus dalam Kebudayaan,"
mencerminkan gagasan bahwa iman Kristen dan budaya dapat berdampingan secara harmonis.
Paradigma ketiga, "Kristus di atas Kebudayaan," menunjukkan pandangan bahwa Kristus berada
di luar pengaruh budaya dan memiliki supremasi mutlak atasnya. Paradigma terakhir, yang terdiri
dari "Kristus dan Kebudayaan dalam Paradoks" serta "Kristus yang Transformator Kebudayaan,"
digabungkan dengan cara yang mengakui ketegangan antara kekristenan dan budaya sambil juga
memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana iman Kristen berinteraksi
membentuk dan memengaruhi budaya itu sendiri. Penelusuran Carson terhadap pandangan-
pandangan ini menciptakan dasar penting untuk diskusi yang lebih lanjut tentang hubungan antara
kebudayaan merupakan isu yang kompleks dan selalu berubah. Reinhold Niebuhr sendiri
mengidentifikasi berbagai sikap yang berbeda tentang cara kekristenan dapat berinteraksi dengan
1. Kristus Terhadap Kebudayaan: Menurut pandangan D.A. Carson dalam konteks "Kristus
kebudayaan sekitar. Carson, seperti yang disampaikan dalam bukunya, berpendapat bahwa
yang unik dan kesetiaan terhadap prinsip-prinsipnya dengan menolak sebagian besar pengaruh
budaya yang dapat mengikis integritas kekristenan. Dalam perspektif ini, Carson menekankan
pentingnya menjaga kekudusan dan kemurnian iman Kristen dari pengaruh-pengaruh negatif
budaya yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Dia mengamati bahwa
jarak dari elemen-elemen budaya yang tidak sejalan dengan keyakinan Kristen adalah esensial
untuk memelihara keaslian iman dan kepemimpinan Kristus dalam kehidupan orang percaya.
Dalam pandangan ini, Kristus dipandang sebagai tujuan tertinggi yang harus dipertahankan di
2. Kristus dan Kebudayaan: Menurut pemikiran D.A. Carson dalam perspektif "Kristus dan
Kebudayaan," kekristenan dan kebudayaan dianggap sebagai kekuatan yang dapat saling
melengkapi. Carson, seperti yang disampaikan dalam bukunya, mengungkapkan bahwa dalam
pandangan ini, kekristenan memiliki potensi untuk membentuk dan memengaruhi kebudayaan
perkembangan kekristenan.
Dalam perspektif ini, Carson menekankan pentingnya dialog dan interaksi yang bijak antara
kekristenan dan budaya. Ia berpendapat bahwa kekristenan dapat memberikan nilai-nilai etis
dan moral yang positif kepada kebudayaan, dan sebaliknya, kebudayaan dapat memengaruhi
hubungan ini harus dijaga dengan hati-hati untuk memastikan bahwa pengaruh kebudayaan
tidak mengarah pada penyimpangan dari prinsip-prinsip kekristenan yang mendasar. Dalam
pandangan ini, Kristus dianggap sebagai dasar yang kuat untuk membentuk kebudayaan yang
lebih baik dan memberikan pedoman moral dalam menghadapi dinamika sosial dan budaya.
Carson menyoroti pentingnya pemahaman yang tepat tentang peran Kristus dalam kebudayaan
sebagai landasan bagi interaksi yang seimbang dan bermanfaat antara kekristenan dan budaya.
3. Kristus Di Atas Kebudayaan: Menurut D.A. Carson, dalam perspektif "Kristus Di Atas
Kebudayaan," terdapat pandangan yang menegaskan bahwa kekristenan memiliki posisi yang
lebih tinggi dan memiliki otoritas moral atau spiritual yang mengatasi kebudayaan. Dalam
konteks ini, Carson berpendapat bahwa iman Kristen dan ajaran Kristus dilihat sebagai
landasan dan norma yang lebih tinggi dibandingkan dengan norma-norma budaya atau nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat. Dalam pandangan ini, Kristus dipandang sebagai sumber
otoritas mutlak dan pedoman moral yang memandu tindakan dan nilai-nilai dalam
kesetiaannya pada prinsip-prinsip ajaran Kristus tanpa kompromi dengan nilai-nilai budaya
yang bertentangan dengan iman Kristen. Ia juga menyoroti pentingnya memahami bahwa
Kristus memiliki supremasi mutlak dalam hal moral dan spiritual, dan itulah yang harus
menjadi pegangan utama dalam kehidupan orang percaya. Dalam pandangan "Kristus Di Atas
moral untuk memengaruhi dan membentuk kebudayaan sesuai dengan nilai-nilai Kristiani
yang mendasar, dan bukan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus adalah pusat dari
otoritas moral dan rohani dalam pandangan ini, dan iman Kristen harus berfungsi sebagai
4. Kristus dalam Kebudayaan: Menurut D.A. Carson, dalam perspektif "Kristus dalam
Kebudayaan," terdapat pandangan yang memandang kekristenan sebagai unsur yang tak
terpisahkan dari kebudayaan. Carson, seperti yang diajarkan dalam bukunya, mengungkapkan
bahwa dalam pandangan ini, kekristenan dianggap sebagai bagian integral dari identitas dan
nilai-nilai kebudayaan yang ada. Ia berpendapat bahwa agama Kristen dan keyakinan Kristiani
dianggap sebagai salah satu komponen yang membentuk dan mempengaruhi karakter serta
moralitas dalam budaya tersebut. Dalam perspektif ini, Carson menyoroti pemahaman bahwa
kekristenan memiliki kontribusi yang berharga dalam membentuk tatanan sosial, etika, dan
norma budaya yang ada. Ia juga menekankan pentingnya hubungan yang erat antara
kekristenan dan budaya, di mana iman Kristen tidak dapat dipisahkan secara tajam dari
kehidupan dan praktik budaya sehari-hari. Dalam hal ini, Kristus dilihat sebagai aspek yang
meresap dalam kebudayaan, membentuknya, dan memberikan fondasi moral bagi tindakan-
tindakan dalam masyarakat. Pandangan "Kristus dalam Kebudayaan" ini menunjukkan bahwa
kekristenan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam membentuk nilai-nilai dan
karakter budaya yang mendalam, dan ini menciptakan pandangan di mana Kristus diakui
peran aktif dalam upaya untuk mengubah dan meningkatkan kebudayaan agar sesuai dengan
prinsip-prinsip ajaran Kristus. Dalam konteks ini, Carson mengajukan bahwa iman Kristen
harus menjadi agen yang berkontribusi untuk memperbaiki nilai-nilai, etika, dan praktik-
pandangan ini, Carson menyoroti pentingnya aksi yang dilakukan oleh orang Kristen dalam
rangka mengubah budaya dan menciptakan dampak positif. Ia berpendapat bahwa Kristus
dilihat sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk terlibat dalam transformasi budaya.
Carson memandang bahwa iman Kristen harus mendorong orang-orang untuk bertindak dalam
kehidupan sehari-hari mereka untuk membentuk budaya yang lebih baik, yang mencerminkan
bahwa iman Kristen tidak hanya menjadi bagian dari budaya, tetapi juga memiliki peran aktif
dalam mengubah budaya itu sendiri agar lebih mencerminkan prinsip-prinsip kekristenan. Hal
ini menunjukkan bahwa Kristus dilihat sebagai pendorong perubahan positif dalam budaya
dan memotivasi orang Kristen untuk bertindak sebagai agent perubahan dalam
masyarakat.Niebuhr berpendapat bahwa tidak ada satu pun dari kategori-kategori ini yang
sepenuhnya memadai, dan mendorong orang Kristen untuk berpikir secara kritis dan reflektif
Dalam bab kedua bukunya, D.A. Carson menjalankan kritik mendalam terhadap argumen
yang diajukan oleh H. Richard Niebuhr, terutama dengan menyoroti bagaimana individu-individu
yang mengadopsi pandangan yang sejalan dengan paradigma "Kristus dalam Kebudayaan" seperti
Gnostik atau Liberal Klasik seringkali cenderung meninggalkan iman Kristen sama sekali. Carson
juga menyelidiki bagaimana Niebuhr berurusan dengan teks-teks Alkitab, khususnya dalam
keprihatinannya terhadap pandangan "satu ukuran cocok untuk semua," dan sebaliknya, ia
meyakini bahwa Alkitab mungkin mendukung berbagai pendekatan tergantung pada konteks dan
situasi yang berbeda. Namun, Carson tidak hanya berfokus pada kritik terhadap Niebuhr; ia juga
melakukan eksplorasi sejarah penting yang membentuk pemahaman Kristen terhadap dunia,
dengan keyakinan bahwa aspek-aspek ini tidak dapat dikompromikan dalam teologi yang
berlandaskan Alkitab.
Penyelidikan Carson yang mendalam terhadap paradigma-paradigma ini dan pemahaman
terhadap bagaimana Alkitab diterapkan dalam berbagai konteks menyediakan landasan yang kuat
untuk refleksi kritis dalam konteks hubungan antara iman Kristen dan budaya. Dia menunjukkan
bahwa pemahaman yang lebih dalam tentang keragaman situasi dan pemahaman yang tepat
tentang Kitab Suci sangat penting dalam membentuk pendekatan yang bijaksana terhadap dilema
yang kompleks ini. Dalam hal ini, Carson menawarkan wawasan yang memadai dalam
pembahasan mengenai bagaimana agama dan budaya dapat berinteraksi secara bermakna.
Dalam bab ketiga bukunya, D.A. Carson menguraikan definisi yang lebih jelas tentang
konsep "budaya" dan secara rinci mengembangkan pemahaman kita tentang "postmodernisme."
Terhadap akhir bab ini, Carson secara kritis meninjau beberapa pandangan yang ada. Dalam
konteks diskusi epistemologi, Carson secara tegas mempertimbangkan argumen yang diusung
oleh James Smith, yang saat itu sedang muncul dalam lingkaran Emerging Church.
Carson membantu membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang dimaksud
dengan "budaya" dan juga menguraikan pergeseran epistemologis yang terjadi dalam masyarakat
yang diajukan oleh James Smith, memberikan perspektif yang kritis terhadap pandangan yang
muncul di dalam gerakan Emerging Church. Hal ini mencerminkan upaya Carson untuk
membawa pembaca ke dalam diskusi yang lebih mendalam tentang bagaimana pandangan-
pandangan ini dapat memengaruhi pemahaman kita tentang kekristenan dan budaya dalam era
postmodern.
kekristenan bisa memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang dan berinteraksi dengan budaya
saat ini dalam konteks postmodern, serta bagaimana pandangan postmodernisme dapat dilihat
ulang atau dinilai ulang dalam perspektif kekristenan. Dalam judul ini, D.A. Carson ingin
menyoroti pentingnya mengembangkan hubungan yang berarti antara kekristenan dan budaya
Carson, dalam bab ini, mencoba membawa pemahaman tentang bagaimana kekristenan dapat
beradaptasi dengan budaya kontemporer yang dipengaruhi oleh pemikiran postmodern. Dia juga
dalam konteks nilai-nilai dan keyakinan kekristenan. Ini mencerminkan tekad Carson untuk
membantu orang Kristen memahami dinamika budaya yang ada dan merenungkan cara-cara di
1. Membesut Budaya:
Bab ini membahas bagaimana kekristenan dapat atau harus memahami dan berinteraksi
dengan budaya kontemporer, terutama dalam era postmodern yang sering ditandai dengan
relativisme, skeptisisme terhadap narasi besar, dan pluralisme budaya. Terdapat diskusi
tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh kekristenan dalam merespon atau
Dalam pemikiran D.A. Carson, sifat-sifat seperti relativisme, keraguan terhadap narasi
besar, dan keragaman budaya yang kaya mencerminkan beberapa karakteristik utama dari
era postmodern, yang dapat memiliki implikasi yang signifikan dalam konteks
kekristenan:
memiliki prinsip-prinsip moral yang jelas dan keyakinan akan kebenaran absolut,
seperti iman kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Bagi
Carson, perlu untuk memahami dan merespons tantangan ini dengan bijak, sambil
kekristenan adalah narasi besar yang mencakup cerita tentang penciptaan, dosa,
penebusan melalui Kristus, dan harapan akan kedatangan-Nya yang kedua. Dalam
konteks keraguan terhadap narasi besar ini, Carson mendorong refleksi tentang
c. Keragaman Budaya yang Kaya: Carson menyadari bahwa budaya dalam era
postmodern sangat beragam dan seringkali diwarnai oleh pluralisme agama dan
nilai-nilai yang berbeda. Ini menuntut bagi orang Kristen untuk berinteraksi
lain sambil tetap setia pada iman mereka sendiri. Carson mendorong refleksi
yang mendasar.
tetapi juga membuka peluang untuk merenungkan kembali dan mendalami iman Kristiani
dunia, dapat diartikan ulang atau dipahami dari perspektif kekristenan. Ia memberikan
kemungkinan bahwa adanya usaha untuk menilai kritik postmodern terhadap modernitas
dan bagaimana kekristenan dapat menanggapi atau berdialog dengan kritik ini. Berikut
adalah beberapa poin kunci dalam pengidentifikasian ulang postmodernisme menurut D.A.
Carson:
kebenaran mutlak.
sikap hormat.
Dalam Bab ini Carson juga dapat mengeksplorasi bagaimana kekristenan mungkin
memberikan jawaban atau alternatif terhadap beberapa masalah atau pertanyaan yang
diajukan oleh postmodernisme. D.A. Carson, dalam karyanya tentang Kristus dan
Kebudayaan, menyajikan sejumlah jawaban atau alternatif terhadap beberapa masalah atau
pertanyaan yang diajukan oleh postmodernisme. Berikut beberapa poin kunci yang dapat
Alkitab. Sebagai alternatif, Carson mendorong orang untuk mencari dan mengakui
Ia berpendapat bahwa orang Kristen harus siap untuk memberikan alasan yang
rasional dan mendalam mengenai keyakinan mereka kepada orang lain. Ini adalah
Carson menekankan bahwa Kristus harus tetap menjadi landasan dan panduan
utama bagi orang Kristen. Kristus dilihat sebagai kekuatan yang mendorong
perubahan positif dalam budaya, serta sebagai sumber kebenaran mutlak dan nilai-
untuk menjawab pertanyaan dan keraguan yang mungkin timbul dalam konteks
postmodern.
Dalam pandangan D.A. Carson, iman Kristen harus tetap kuat dan relevan dalam
mendalam tentang ajaran-ajaran Kristiani dan keterlibatan yang bijaksana dalam budaya
kontemporer.
3. Integrasi:
pengamatan budaya postmodern, mencari titik-titik temu dan perbedaan, dan menawarkan
jalan maju untuk kekristenan dalam dialog dengan budaya dan postmodernisme.
Dalam Bab 4 dan 5 dari bukunya, D.A. Carson mengangkat berbagai isu kontemporer
yang relevan dalam masyarakat saat ini. Carson berusaha untuk merespons beragam pertanyaan
dan perdebatan yang melibatkan pandangan orang Kristen terhadap perkembangan zaman. Dia
mengawali pembahasannya dengan menjelaskan pandangan orang Kristen terhadap sekularisasi,
yang sering kali menciptakan kekhawatiran tentang hilangnya nilai-nilai agama dalam
dan Kerajaan, mengingat bahwa kedua entitas ini memiliki ciri khas dan peran yang berbeda
Dalam bukunya, Carson juga mengajak kita untuk merenungkan dampak yang mungkin
timbul dari kebebasan. Ia menunjukkan bahwa kebebasan, jika tidak dijalankan dengan bijak,
dapat menjadi sebuah ancaman. Carson menyusun argumen yang mempertanyakan kesempurnaan
citra Barat tentang kebebasan dan kemakmuran, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip
Pada Bab 4 khususnya, D.A. Carson mengeksplorasi hubungan antara kekristenan dengan
beberapa konsep kunci dalam masyarakat modern, yaitu sekularisme, demokrasi, kebebasan, dan
kekuasaan.
1. Sekularisme:
rasional akan keyakinan Kristen. Ia memotivasi orang Kristen untuk memahami dasar-
dasar keyakinan mereka dengan lebih mendalam dan siap memberikan alasan mengapa
iman Kristen memiliki relevansi dan kebenaran dalam kehidupan yang semakin sekuler.
Bagi Carson, sekularisme merupakan tantangan serius bagi iman Kristen karena dapat
masyarakat. Nilai-nilai dan etika agama cenderung diabaikan atau dianggap tidak
penting dalam pengambilan keputusan publik, hukum, dan norma sosial. Carson melihat
sekularisme sebagai pemisahan antara agama dan kebudayaan. Ini berarti bahwa dalam
masyarakat yang semakin sekuler, agama dan nilai-nilai keagamaan sering dianggap
sebagai masalah pribadi yang tidak relevan dalam kehidupan publik dan budaya umum.
2. Demokrasi:
Carson menyoroti bahwa demokrasi seringkali memberikan tantangan etis yang serius
prinsip etis dan moral dalam proses demokratis, terutama dalam konteks kekristenan yang
memiliki pandangan moral yang jelas. Dalam bukunya, Carson membahas bagaimana
kekristenan. Ia mendorong orang Kristen untuk memahami implikasi moral dari keputusan
politik dan untuk tetap setia pada prinsip-prinsip Alkitabiah dalam partisipasi mereka
dan politik dalam konteks demokrasi. D.A. Carson tidak memberikan pandangan tunggal
atau definitif tentang demokrasi, tetapi ia menekankan perlunya refleksi etis dan
pandangannya, demokrasi adalah salah satu aspek dari budaya kontemporer yang harus
3. Kebebasan:
Analisis mengenai konsep kebebasan dalam kekristenan, seperti kebebasan dalam Kristus,
eksplorasi mengenai tantangan-tantangan etika yang muncul dari ide kebebasan dalam
baik dalam struktur gerejawi maupun dalam masyarakat umum. Mungkin ada refleksi
tentang bagaimana kekristenan harus berperan dalam isu-isu keadilan sosial, politik, dan
ekonomi.
Dalam bab terakhir, Carson mengulas berbagai model pemikiran yang berkaitan dengan isu-
isu Kristus dan kebudayaan. Ia tidak hanya menyajikan model-model ini sebagai "pilihan" yang
layak dipertimbangkan, tetapi juga memberikan apresiasi dan kritik terhadap masing-masing
model. Dengan demikian, Carson menghadirkan perspektif yang mendalam dan seimbang dalam
memahami kompleksitas hubungan antara iman Kristen dan budaya dalam konteks zaman kita
D. Tanggapan Kritis :
"Kristus dan Kebudayaan: Sebuah Kajian Baru" karya D.A. Carson adalah sebuah buku
yang memperkenalkan pandangan dan pemikiran Carson tentang hubungan antara iman Kristen
dan budaya. Meskipun buku ini telah mendapatkan banyak penghargaan dan pujian, seperti yang
dijelaskan dalam ulasan-ulasan positifnya, penulis memiliki beberapa tanggapan kritis yang dapat
pendekatan teologis yang terlalu konservatif dalam memahami dan merespons isu-isu budaya
kontemporer. Penulis berpendapat bahwa pandangan D.A. Carson cenderung melihat budaya
secara skeptis atau bahkan menolak beberapa aspek dari budaya modern, tanpa memberikan cukup
beberapa teologi dan kritikus dalam review google books buku ini, yang mengatakan bahwa buku
ini mungkin memiliki keterbatasan dalam mengatasi kekompleksan budaya kontemporer yang
semakin beragam dan dinamis. Penulis merasa bahwa Carson tidak memberikan solusi yang
cukup konkret atau relevan untuk tantangan-tantangan budaya yang spesifik di era postmodern.
mengharapkan buku ini untuk memberikan tinjauan yang lebih komprehensif terhadap pemikiran-
pemikiran lain tentang hubungan antara Kristus dan kebudayaan. Carson mungkin tidak
memberikan ruang yang cukup untuk membahas pandangan-pandangan yang berbeda, sehingga
4. Bahasa yang Rumit: Penulis menemukan fakta bahwa Carson dikenal dengan
bahasanya yang akademis dan seringkali kompleks. Menurut penulis, ini bisa menjadi tantangan
bagi beberapa pembaca dan bahkan penulis sendiri, khususnya yang tidak memiliki latar belakang
teologis atau filosofis yang kuat, karena dapat membuat buku ini sulit dipahami.