You are on page 1of 16

DEFINISI KONFLIK, PENYEBAB KONFLIK, TEORI atau

PENDEKATAN MENGENAI KONFLIK

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Konflik

Dosen Pembimbing :

Dr. Lukman Hakim, MA

Disusun Oleh :

1. Lailatusolihah (2093244029)
2. Anis Nur Azizah (2093244038)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2023

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi Allah tuhan semesta


alam yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga
kita masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani dan kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam tetap tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari zaman kebiadaban menuju zaman yang penuh
peradaban yakni Addinul Islam Wal Iman.

Dalam tugas makalah Manajemen Konflik ini kami akan membahas


mengenai “Definisi Konflik, Penyebab Konflik, Teori atau Pendekatan
mengenai Konflik”. Makalah ini kami buat bukan tanpa sebab, melainkan
kami ingin mengetahui apa saja yang membahas tentang konflik dari mulai
definisi, penyebab dan teori atau pendekatan. Kami menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam menyusun
makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam
memperbaikinya demi kesempurnaan tugas makalah yang selanjutnya.

Terima kasih kita ajukan khususnya kepada bapak Dr. Lukman


Hakim, MA selaku dosen yang mengampu dalam mata kuliah ini. Semoga
makalah yang sudah kami susun menjadi pengetahuan serta dapat dipahami
oleh semua orang.

Jombang, 03 September 2023

Penulis

2
DAFTRAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

A. Definisi Konflik.................................................................................. 6
B. Penyebab Konflik............................................................................... 7
C. Teori Konflik...................................................................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik merupakan suatu fenomena sosial yang sering terjadi dalam
masyarakat. Pada dasarnya,manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda perbedaan itulah
adakalanya memunculkan suatu pertentangan atau konflik. Sebagaimana
konflik didefinisikan sebagai kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan
yang saling bertentangan.1 Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang
melekat didalam kehidupan masyarakat dan oleh karenanya tidak mungkin
dilenyapkan.
Konflik adalah suatu pertentangan secara langsung dan sadar antar
individu maupun kelompok untuk mencapai cita-cita bersama. Dalam situasi
konflik, karena adanya perasaan permusuhan yang kuat kerap kali peniadaan
lawan lebih penting dari pada pencapaian cita-cita. 2 Menurut sebagian
sosiolog teori konflik, konflik tidak semestinya memusnahkan sebaliknya
dalam keadaan tertentu namun konflik berfungsi untuk membangun. Menurut
Coser konflik bisa berarti perjuangan yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat untuk memperjuangkan nilai serta tuntutan status, kekuasaan dan
sumber daya yang bersifat langka pada kelompok lain. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara mencederai atau melenyapkan lawan akibatnya lawan
akan memberikan balasan yang serupa.3
Perbedaan kepentingan adalah salah satu faktor utama yang dapat
menimbulkan konflik sosial. Konflik sosial berarti persepsi mengenai
perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi-aspirasi pihak-
pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan.4

1
Niniek Sri Wahyuni, Yusniati. Manusia dan Masyarakat Pelajaran Sosiologi untuk SMA.
(Jakarta : Ganeca Exact), 30
2
Abd. Rahman, Fuad. “Pengembangan Profesionalitas Guru”dalam Modul A
Pengembangan Profesionalisme Guru. (Unsri Palembang : 2011), 57
3
Niniek Sri Wahyuni, Yusniati. Manusia dan Masyarakat Pelajaran Sosiologi untuk SMA.
(Jakarta : Ganeca Exact), 30
4
Pruitt, D.G., .Teori Konflik Sosial. (Yogyakarta : Pustaka Belajar,2011), 10

2
Konflik tidak semestinya memecah belah sistem sosial, tetapi ia
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Coser nampaknya lebih memberikan
perhatian kepada fungsi konflik sosial yang positif dan integrative, tetapi
dalam masyarakat adakalanya konflik dapat mengancam kestabilan suatu
sistem sosial oleh karena hubungan segmental.
Konflik bisa terjadi dalam jenis masyarakat atau struktur sosial manapun.
Demikian itu disebabkan adanya tuntutan individu atau kelompok yang
bertentangan dari waktu ke waktu. Konflik tentang cita-cita, nilai atau
kepentingan adalah berfungsi kalau konflik itu tidak berlawanan dengan
anggapan dasar tentang hubungan sosial. Konflik seperti ini dapat
menyesuaikan Kembali norma-norma atau hubungan sosial menurut kepeluan
individu dalam kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari konflik?
2. Apa penyebab konflik ?
3. Bagaimana teori atau pendekatan mengenai konflik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari konflik.
2. Untuk mengetahui penyebab konflik.
3. Untuk mengetahui teori atau pendekatan mengenai konflik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Konflik
Konflik adalah salah satu gejala sosial yang bersifat inheren dalam
masyarakat. Dimana masyarakatlah arena dari pertentangan dan integrasi
yang senantiasa terjadi. Secara etimologis, konflik berasal dari bahasa latin
“Con” yang berarti benturan atau tabrakan. Dalam pengertian Sosiologis,
konflik dapat dipahami sebagai suatu “proses social” dimana dua orang atau
kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuat tidak berdaya.5 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) istilah konflik berarti percekcokan, perselisihan dan
pertentangan.6 Seringkali konflik dimulai dengan hubungan pertentang antar
dua atau lebih etnik (individu atau kelompok) yang merasa memiliki sasaran
tertentu namun diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak
sejalan.7
Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan
antara dua atau lebih pihak, konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara
dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang
timbul karena adanya kenyataan, karena mereka harus membagi sumber
daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai, atau
presepsi.
1. Menurut Stoner dan Wankel
Konflik organisasi adalah suatu perbedaan pendapat diantara dua
atau lebih anggota atau kelompok dalam suatu organisasi yang muncul
dari kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang langka
atau aktivitas kerja atau dari kenyataan bahwa mereka mempunyai status,
tujuan, nilai, atau pandangan yang berbeda. Para anggota organisasi atau

5
Paisol Burlian, Patologi Sosial. (Jakarta : PT Bumi Aksara,2016), 242.
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka, 2007), 2345
7
Alo Liliweri, Perasangka dan Konflik Lintas Budaya Masyarakat Multikultur,
(Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang, 2009),146.

2
sub unit yang berbeda pendapat berupaya untuk memenangkan
kepentingan atau pandangannya masing-masing.8
2. Menurut Ranupandoyo dan Hasnan (1990)
Konflik adalah ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena
mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-
sama, atau menjalankan kegiatan bersama-sama, atau mempunyai status,
tujuan, nilai, dan persepsi yang berbeda.9
3. Menurut Kilman dan Thomas (1978),
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai
atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu
maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah
dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat
tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.10
4. Menurut Reksohadiprojo (1986)
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan antara dua
atau lebih pihak.
B. Penyebab Konflik
Munculnya konflik di masyarakat dapat menimbulkan dampak yang
signifikan dalam hubungan sosial. Konflik yang timbul dari hubungan yang
tidak dialogis antar individu, kelompok maupun golongan. Faktor penyebab
timbulnya konflik antara lain :
a) Perbedaan individu
Konflik yang terjadi bermula dari kepentingan pribadi masing-
masing. Sumber dari konflik itu sendiri dapat berupa perbedaan pendapat
maupun perasaan. Bahkan setiap orangpun memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda antara satu dengan yang lainya, maka tidak heran
jika manusia disebut makhluk yang unik.

8
Akdon H, Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi. (Bandung:Alfabeta, Anggota
Ikatan Penerbit Indonesia, 2006), 17
9
Heidjrachman Ranupandojo, Suad Husnan. Manajemen Personalia. (Yogyakarta: PT.
BPFE, 1990)
10
Wijono. Konflik dalam Organisasi. (Semarang:Satya, 1993)

2
b) Perbedan latar belakang kebudayaan
Lingkungan kebudayaan yang ada di masyarakat secara turun
temurun, dapat mempengaruhi sifat dari seseorang. Perbedaan latar
belakangpun terkadang dapat menjadi permasalahan dalam berinteraksi di
masyarakat. Sehingga banyak sedikit masyarakat akan terpengaruh
dengan pola-pola yang ada entah dari pemikiranya maupun dalam
pendirian di kelompok sosialnya. Dari perbedaan pendirian yang berbeda
itulah yang nantinya akan memicu sebuah konflik dalam masyarakat.
c) Perbedaan Kepentingan antar individu atau kelompok
Setiap manusia pasti terlahir dengan perbedaan antara satu dengan
yang lain. Entah perbedaan itu berasal dari perasaan, pendirian maupun
latar belakang kebudayaan. Terkadang dari perbedaan itu dapat membuat
seseorang dapat melakukan hal yang sama seperti orang lain, namun
dalam sebuah pencapaian tujuannya itu berbeda.
d) Perubahan yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan dalam masyarakat adalah salah satu bentuk yang wajar
dalam hidup bersosial, tetapi jika perubahan yang terjadi itu berlangsung
secara cepat atau bahkan mendadak akan dapat memicu terjadinya
konflik.11
Menurut Yadiman & Rycko Amelza penyebab terjadinya konflik sosial
antara lain yaitu :
a. Perbedaan kepentingan antar kelompok antar kelompok sosial, seperti
perbedaan kepentingan politik, ekonomi, sosial, buudaya, agama dan
sejenisnya merupakan faktor penyebab timbulnya konflik.
b. Perbedaan pola kebudayaan seperti perbedaan adat istiadat, suku bangsa,
agama, paham politik, pandangan hidup, dan budaya darah sehingga
mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan, bahkan bentrokan di
antara anggota kelompok sosial tersebut.
c. Adanya perbedaan antar kelompok sosial, baik secara fisik maupun
mental, atau perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga
menimbulkan pertikaian atau bentrokan di antara mereka.
11
Sofyan, M. Sholeh, Konflik dan Integrasi Pada Masyarakat Majemuk. (Yogyakarta :
Lintang Pustaka Utama, 2009), 63.

2
d. Perbedaan individu Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi
faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang
menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan.
e. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.12
Konflik yang terjadi didalam organisasi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor berikut:
a) Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatik dan sikap otoriter.
b) Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi
3. Interdependensi Tugas
4. Perbedaan nilai dan persepsi
5. Kekaburan yurisdiksional
6. Masalah status
7. Hambatan komunikasi13
C. Teori Konflik
1. Teori Konflik menurut Karl Marx
Sejatinya, Karl Marx selalu mengecam atas keadaan ekonomi dan
ketimpangan sosial yang berada di sekelilingnya dan ia berpendapat
bahwa masyarakat tidak mungkin dapat diperbaiki secara tidak
menyeluruh. Menurutnya, masyarakat harus diubah secara radikal melalui
pendobrakan secara menyeluruh dan total dalam segala sendi-sendinya.
Untuk keperluan itu, ia kemudian menyusun teori sosial yang menurut dia

12
Dahniel Rycko Amelza, Yadiman. Konflik Sosial dan Anarkisme. (Yogyakarta:CV Andi
Offset, 2013), 3-4.
13
Sudarmanto Eko dkk,. Manajemen Konflik. (Makassar: Yayasan Kita Menulis, 2021), 4.

2
didasari oleh hukum ilmiah dan karena itu pasti akan terlaksana. Untuk
membedakan dengan ajaran sosialis utopis, ia menamakan teorinya
dengan istilah sosialisme ilmiah.14 Teori Konflik yang dikemukakan oleh
Karl Marx menegaskan, bahwa teori ini dipicu dalam hubungan
pertentangan antar kelas borjuis yang melawan kelas proletariat dalam
merebut hak-hak ekonomi (alat produksi).
Karl Marx menegaskan bahwa terdapat dua kelas yang saling
bertentangan ini di dalam masyarakat pada abad ke – 19 yaitu:
a. Borjuis
Kelas borjuis ialah nama dari pemilik modal perseorangan (kapitalis),
para kapitalis ini memiliki alat – alat produksi dan mempekerjakan
para buruh dengan diberi upah. Konflik antar kelas proletar dan
borjuis adalah realitas dari kontradiksi matrealisme yang
sesungguhnya. Kontradiksi ini semakin lama semakin berkembang
yang menjadi kontradiksi konflik kapitalisme dengan pekerja.
b. Proletar
Proletariat (buruh) adalah istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi kelas sosial yang rendah. Mereka adalah orang –
orang yang tidak memiliki alat produksi dan modal sendiri. Sehingga
proletariat menggunakan jasanya untuk bekerja kepada kaum borjuis.
Namun dalam sistem produksi kapitalis, kedua kelas ini berada dalam
suatu struktur sosial yang hierarki, pada dasarnya kepentingan antara
kedua kelas itu secara objektif berlawanan dengan satu sama lain. Di
dalam setiap kelas sosial, setiap kelasnya memiliki suatu kepentingan
sendiri, dan kepentingan tersebut ditentukan oleh situasi yang objektif.15
Maka dari itu, buruh tidak bisa hidup jika tidak bekerja, dan sebaliknya,
para pemilik pabrik tetap bertahan lama bila mereka tidak memiliki
pendapatan hidup. Ia dapat hidup dari modal yang ia miliki selama alat
produksi masih bekerja, ataupun ia dapat menjual pabrik dan alat

14
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama,2008), 78.
15
Suseno, Franz Magnis.Tokoh Etika Abad ke-20. (Yogyakarta:Kanisius, 2000), 116.

2
produksinya. Sistem produksi kapitalis ini keduanya saling bergantung
satu sama lain namun tidak seimbang.
Dalam kelas borjuis, kepentingannya adalah mengumpulkan laba
sebanyak-banyaknya, bukan dikarenakan rakus melainkan ingin
tercapainya target laba dari persaingan pasar bebas. Maka dari itu para
pemilik modal dengan sengaja menekan biaya produksi dengan cara
mengeksploitasi tenaga kerja buruh (proletariat) yang dibelinya dengan
diberi serendah mungkin. Dan sebaliknya, kelas buruh berkepentingan
untuk mendapatkan upah sebanyak-banyaknya untuk mengurangi jam
kerja, dan menguasai kondisi pekerjaan mereka. Dengan demikiran untuk
mengambil alih pabrik tempat kerja mereka dari tangan kelas pemilik.
Secara objektif kepentingan antara kedua kelas ini sangat bertentangan.
Ciri masyarakat kapitalis ialah adanya pembagian dalam kelas-kelas
sosial, yaitu kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas adalah para pemilik
alat produksi, sedangkan kelas bawah adalah kaum buruh. Hubungan
antara kelas atas dan kelas bawah merupakan hubungan kekuasaan.
Kekuasaan itu yang pada hakikatnya berdasarkan kemampuan majikan
untuk meniadakan kesempatan buruh untuk bekerja dan memperoleh
nafkah yang dipakai untuk menindas keinginan kaum buruh untuk
menguasai pekerjaan mereka sendiri, untuk tidak dihisap, agar kaum
buruh bekerja seluruhnya demi mereka.
2. Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf
Teori yang dia bangun merupakan hasil teori dengan dasar untuk
menentang secara objektif terhadap teori fungsional struktural yang
dimana teori tersebut kurang memperhatikan fenomena konflik dalam
suatu masyarakat.
Walaupun demikian, teori konflik Dahrendorlf melibatkan suatu
pandangan kritis terhadap pemikiran marxisme, ia membangun teori ini
dengan separuh penolakan dan separuh penerimaan dengan memodifikasi
teori sosial menurut Marx. Berbicara mengenai masyarakat yang
kompleks, Dahrendorf menganalisis tentang konflik antar kelompok yang
terkoordinasi (imperaticelu coordinate assosiation), dan tidak

2
menganalisis tentang perjuangan kelas lalu elit dominan seperti yang
dilakukan oleh Marx.16
Bagi Dahrendorf konflik muncul melalui relasi-relasi sosial dalam
suatu sistem. Setiap individu maupun kelompok yang tak terhubung
dalam suatu sistem tak akan mungkin terlibat dalam konflik. Dahrendorf
menyimpulkan sebagai “integrated into a common frame of reference”.
Ia menyebutkan bahwa unit analisis dalam sosiologi konflik adalah
keterpaksaan yang menciptakan kelompok-kelompok sosial bisa bersama
sebagai suatu sistem sosial. Dahrendorf memahami relasi-relasi dalam
struktur sosial ditentukan oleh kekuasaan.
Dahrendorf menyebut teori konflik dirinya sebagai sosiologi konflik
dialektis yang menjelaskan proses terus-menerus distribusi kekuasaan dan
wewenang dalam kelompok-kelompok terkoordinasi. Sehingga dalam
realitas sosial, dahrendorf menuturkan bahwa siklus tak berakhir dari
adanya konflik wewenang dalam bermacam-macam tipe kelompok
terkoordinasi dari sistem sosial.17
3. Teori Konflik menurut Lewis A Coser
Konflik tidak hanya berwajah negatif, konflik memiliki fungsi positif
terhadap masyarakat melalui perubahan – perubahan sosial yang
diakibatkannya. Sehingga Coser dalam Wallace & Wolf, 1995 bersikukuh
pada fungsi konflik sosial dalam sistem sosial, yakni dalam hubungan
kelembahaan yang kaku, perkembangan teknis, dan produktivitas, lalu
memperhatikan hubungan antara konflik dan perubahan sosial. 18
Sejatinya, Coser menolak adanya paham bahwa hanya konsensus dan
kerja samalah yang memiliki fungsi terhadap integrasi sosial.
Lewis A. Coser membagi konflik menjadi dua tipe, yakni konflik
realistik dan nonrealistik.19
a. Konflik realistik mempunyai sifat materi, contohnya perebutan
sumber ekonomi atau wilayah. Bila diperoleh tanpa perkelahian,

16
Susan, Novri. Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. (Jakarta:Kencana,
2009), 38
17
….., Ibid 42
18
…….,43
19
….,Ibid. 43-44.

2
maka konflik segera diatasi dengan mudah. Sedangkan konflik
nonrealistik dipicu oleh keinginan yang tidak rasional atau bersifat
ideologis, seperti konflik antar agama, antar etnis, antar kepercayaan,
dan lain sebagainya.
b. Konflik nonrealistik merupakan suatu cara menurunkan ketegangan
atau mempertegas identitas suatu kelompok, dengan cara tersebut
dapat mewujudkan bentuk kekejian yang turun dari sumber lain.
Konflik nonrealistik cenderung lebih sulit untuk menemukan
perdamaian dan tidak akan mudah untuk mendapatkannya.
Melalui buku The Fucntion of Social Conflict (1957), Lewis A. Coser
memberikan perhatian kepada konflik eksternal dan internal. 20 Konflik
eksternal menimbulkan manifest identitas kelompok. “Menurutnya,
konlfik membuat batasan antar-kelompok dalam sistem sosial dengan
memperkuat kesadaran, dan kesadaran kembali atas keterpisahan
sehingga menciptakan kesadaran identitas dalam sistem”. Sedangkan
kelompok eksternal menjadi sebuah proses refleksi kelompok identitas
mengenai kelompok di luar mereka, maka akan meningkatkan partisipasi
setiap anggota terhadap pengorganisasian kelompok.

20
….., Ibid.

2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konflik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami


ketidakcocokan dengan apa yang seseorang inginkan atau butuhkan sehingga
membutuhkan suatu pemecahan masalah tersebut melalui perjuangan baik
yang bersifat perorangan, kelompok maupun Negara. Penyebab konflik
diantaranya (a) perbedaan individu (b) perbedaan latar belakang kebudayaan
(c) perbedaan kepentingan antar individu (d) perbedaan antar kelompok sosial
(e) perbedaan an kepribadian antar individu (f) perubahan-perubahan nilai
yang cepat dalam masyarakat

Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-
anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya
kenyataan, karena mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang
terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena kenyataan bahwa mereka
mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai, atau presepsi.

2
B. Saran
Dari penjelasan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam sebuah organisasi harus mempunyai sebuah manajer yang
kompeten dalam menyelesaikan konflik yang terjadi sehingga konflik
tidak menimbulkan disfungsi yang berlebihan atau berlangsung lama.
2. Seorang manager harus mempunyai keahlian dalam menentukan strategi-
strategi yang harus dilakukan dalam menyelesaikan sebuah konflik.
3. Semua anggota organisasi harus memiliki rasa solidaritas antara anggota
satu dengan anggota yang tinggi sehingga jika terjadi sebuah konflik,
konflik tersebut dapat dipecahkan secara damai dan juga dapat
diselesaikan dalam waktu yang tidak lama sehingga tidak menimbulkan
kerugian baik bagi individu maupun bagi kelompok (organisasi).

2
DAFTAR RUJUKAN

Abd. Rahman, Fuad. “Pengembangan Profesionalitas Guru”dalam Modul A


Pengembangan Profesionalisme Guru. Unsri Palembang: 2011.
Alo Liliweri, Perasangka dan Konflik Lintas Budaya Masyarakat Multikultur,
Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka, 2007), 2345
Heidjrachman Ranupandojo, Suad Husnan. Manajemen Personalia. Yogyakarta:
PT. BPFE, 1990.
Pruitt, D.G.,Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar,2011.
Sudarmanto Eko dkk,. Manajemen Konflik. Makassar: Yayasan Kita Menulis,
2021.
Wijono. Konflik dalam Organisasi. Semarang:Satya, 1993.
Akdon H, Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung:Alfabeta,
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia, 2006.
Dahniel Rycko Amelza, Yadiman. Konflik Sosial dan Anarkisme. Yogyakarta:CV
Andi Offset, 2013.
Niniek Sri Wahyuni, Yusniati. Manusia dan Masyarakat Pelajaran Sosiologi
untuk SMA. Jakarta : Ganeca Exact.
Paisol Burlian, Patologi Sosial. Jakarta : PT Bumi Aksara,2016.
Sofyan, M. Sholeh, Konflik dan Integrasi Pada Masyarakat Majemuk.
Yogyakarta : Lintang Pustaka Utama, 2009
Susan, Novri. Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer.
Jakarta:Kencana, 2009.

You might also like