You are on page 1of 7

ZAMAN NEOLITIKUM

(Zaman Batu Muda)

Zaman Neolitikum atau zaman batu muda adalah periode pada masa prasejarah ketika
manusianya menggunakan alat-alat dari batu yang telah dihaluskan. Pada zaman ini dikatakan
terjadi revolusi kebudayaan yang sangat besar dalam peradaban manusia. Sebab, pada Zaman
Neolitikum terjadi perubahan yang cukup mendasar dari meramu atau food gathering menjadi
food producing alias membuat makanan sendiri. Masyarakatnya diduga telah mengenal tradisi
pertukaran barang atau dagang, beternak, dan mengembangkan kebudayaan agraris walaupun
dalam tingkatan yang masih sangat sederhana. Selain itu, manusia purba yang hidup pada zaman
ini telah membangun tempat tinggal permanen seperti rumah sederhana, membuat kerajinan.
Sementara kehidupan sosial Zaman Neolitikum ditandai dengan masyarakatnya yang telah
mengembangkan gotong-royong, membuat aturan hidup bersama, dan memiliki kepercayaan
terhadap arwah. Manusia yang sudah mulai hidup menetap terdapat pada masa Neolitikum. Pada
zaman ini telah hidup manusia purba jenis Homo Sapiens yang mendukung terjadinya revolusi
kebudayaan. Manusia pendukung kebudayaan Neolitikum adalah manusia Proto Melayu yang
hidup pada 2000 SM, seperti Suku Nias, Toraja, Dayak, dan Sasak.

Ciri-ciri zaman Neolitikum


1. Alat-alat sudah diasah atau dihias.
2. Tempat tinggal manusianya sudah menetap.
3. Perubahan dari berburu makanan (Food gathering) dan dapat memproduksi makananya
sendiri (Food producing).
4. Masyarakatnya mengenal bercocok tanam dan beternak.
5. Masyarakatnya telah mengenal kepercayaan.

Peninggalan zaman Neolitikum


Zaman batu Muda atau Neolitikum ini adalah salah satu zaman yang memang mengalami
banyak tranformasi, mulai dari cara ber perilaku manusia zaman purba tersebut, pekerjaan yang
baru dan manusia tersebut sudah mulai banyak yang menetap pada satu tempat. Ada pengenalan
bahasa dan aksara baru. Mulai di kenalnya bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain yang
pertama. Lalu di susul dengan perubahan pekerjaan dan mata pencaharian menjadi berkebun,
berternak, ber cocok tanam, membuat tembikar, dan banyak lainnya. Banyak juga candi candi di
berbagai tempat sebagai bentuk Peninggalan Kerajaan Singasari dan Peninggalan Kerajaan Islam
di Indonesia. Peninggalan yang di temukan yang di percaya ini merupakan peninggalan dari
zaman Neolitikum, Peninggalan itu antara lain :
1. Kapak Persegi

Peninggalan Zaman Neolitikum yang pertama adalah kapak persegi. Kapak persegi
ini sendiri terbentuk dari bahan dasar batu yang berbentuk persegi. Berbeda dengan jenis
kapak yang berada pada zaman Mesolithikum dan Paleothikum, Kapak ini berfungsi sebagai
alat cangkul dan pacul dalam bercocok tanam dan alat untuk memahat kayu. Bercocok tanam
sendiri adalah salah satu cara mereka untuk bertahan hidup setiap hari. Kayu yang di pahat
dan dipukul tersebut di gunakan untuk membuat baju, di ketahui jika pakaian pada zaman
tersebut terbentuk dan terbuat dari serat kayu yang dipukul dan di pahat menggunakan kapak
persegi ini. Kapak persegi banyak di temukan di wilayah Sumatera, Bali, Nusa tenggara, Jawa
dan sekitarnya.
2. Kapak Lonjong

Kapak satu ini adalah kapak yang terbuat dari batuan nefrit yang di haluskan. Kapak
ini tergolong dan menjadi salah satu ikon Zaman Neolitikum. Dari kehalusan dan tekstur dari
kapak lonjong ini menunjukan kemajuan yang pesat zaman batu berada di zaman neolitikum.
Kapak lonjong menjadi sangat modern pada masa itu dari pada kapak lainnya, Kapak
genggam, dan lainnya. Kapak ini di sebut kapak lonjong sebab, bentuk dari kapak ini sendiri
lonjong hampir ke arah oval. Walaupun kapak lonjong memiliki kemiripan dengan kapak
persegi, namun tetap memiliki perbedaan. Perbedaannya adalah pada kapak lonjong ada salah
satu sisi bagian yang lebih meruncing dan tajam. Ketajaman ini membuat perbedaan pada
kapak persegi gimana kapak persegi memiliki semua sisi yang sama rata, tidak ada bagian
yang lebih lonjong. Kapak lonjong tidak hanya ditemukan di wilayah Indonesia saja, namun
ada di temukan di luar negeri, antara lain; Filipina, Cina, Vietnam, dan negara asia lainnya.
3. Gerabah

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah gerabah. Gerabah adalah salah


satu hasil kerajinan tangan dimana berbahan dasar tanah liat, pasir dan di bentuk
menggunakan tangan. Tanah liat ini di tumbuk dan di aduk hingga memiliki teksur yang
padat. Kemudian hasil tersebut akan di haluskan menggunakan batu lainnya agar berbentuk
lebih rapi. Hasil gerabah menyerupai sebuah wadah dalam bentuk kecil, biasanya hasil dari
gerabah ini di gunakan untuk alat makan dan minum sehari – hari, walaupun hasilnya masih
lebih kasar, namun ini juga menunjukan kreativitas yang semakin berkembang pada manusia
zaman batu tersebut. Selain kegunaan untuk makan dan minum sehar – hari banyak penemuan
gerabah zaman neolitikum ini sendiri dijadikan celengan, dan berbentuk mainan. Penemuan
gerabah di Indonesia sendiri di temukan di Sulawesi, Bayuwangi, Tangerang, Bogor dan
beberapa titik lainnya.
4. Pakaian

Pada masa Batu muda (Neolitikum) ini telah di kenalnya pakaian. Pakaian yang
manusia purba tersebut gunakan adalah berbahan dasar serat kayu. Mereka mulai mengenal
pakaian ini sebab mereka akan merasa dingin ketika malam telah tiba. Mereka menggunakan
kapak persegi dan kapak lonjong untuk memotong dan menghaluskan serat kayu tersebut
sehingga layak di pakai.
5. Perhiasan

Arkeolog yang meneliti, sering kali menemukan perhiasan ini yang di percaya muncul pada
zaman Neolitikum. Dari model pembuatannya, bisa di perkirakan bagaimana mereka
membuat perhiasan tersebut. Dalam membuat Gelang, pertama – tama bahan dasar yang
berasal dari batu tersebut di tipiskan dengan cara di pukul – pukul. Bentuk yang di inginkan
adalah bulat dan gepeng. Mereka banyak menggunakan teknik menggosok dan mengasah.
Mereka akan berusaha membuat perhiasan tersebut mengkilap dengan cara menggosok
tersebut. Gelang dan temuan tahapan ini dapat di temukan ketika arkeolog melakukan
penelitian di daerah Tasikmalaya. Terdapat banyak sekali sisa – sisa peninggalan perhiasan
ini. Perhiasan yang berasal dari Tasikmalaya ini terdiri dari beberapa macam batuan, antara
lain; Batu Agate, Kalsedon, Jaspis dengan aneka warna (Hitam, Kuning, Putih, Coklat,
Merah, Hijau).
6. Pembuatan Perahu

Pada zaman Neolitikum, mereka membuat perahu dengan sangat sederhana, batang
pohon di gunakan untuk membuat badan perahu dan tiang untuk layar perahu. Namun, karena
mereka masih menganut faham Animisme dan Dinamisme, maka, untuk pohon yang akan di
gunakan untuk menjadi bahan dasar perahu tersebut di doakan dan melakukan sebuah ibadah
sebelum pemotongannya. Pembuatan perahu di percaya di buat dengan cara membangun sisi
luar dari perahu tersebut, lalu mengerjakan sisi dalamnya. Agar perahu tidak terbalik, mereka
memasang katik sebagai penyeimbangnya. Mereka membuat layar dengan teknik membuat
pakaian. Layar di buat dengan sebutan layar sudu (Dalam Bahasa Jawa).
7. Anyaman-anyaman

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah anyam-anyaman. Pada masa ini,


mereka tidak memiliki teknologi yang memadai seperti hari ini. Anyaman yang di buat ber
bahan dasar Bambu, Rumput dan Rotan. Hasil dari anyaman tersebut adalah wadah untuk
menyimpan dan meletakan makanan. Mereka menggunakan teknik anyaman. Di ketahui pada
zaman ini sudah mengenal istilah barter. Barter ini sendiri di lakukan dengan menukar ikan,
anyaman, perhiasan, garam, hasil cocok tanam, kerang yang indah, dan banyak lain
sebagainya. Anyaman ini sendiri selain di jadikan bahan barter, bisa di gunakan sehari – hari.
8. Kapak Bahu

Kapak yang satu ini tidak jauh berbeda model dengan kapak persegi. Yang
membedakan kapak persegi dan kapak bahu sendiri adalah bagian yang akan di ikatkan pada
tangkainya. Kapak Bahu tidak di temukan di Indonesia. Persebarannya sendiri adalah dari
Jepang, ke Philipina hingga sampai ke Malaysia. Itu adalah batas akhir dari persebaran Kapak
bahu ini. Di Indonesia ada penemuan beberapa buah kapak Bahu pada daerah Minahasa.
9. Tembikar

Tembikar ini sendiri di buat oleh masyarakat Neolitikum untuk meletakan segala
macam hasil panen. Walaupun tidak jarang di temui tembikar dengan isi tulang. Namun
kemungkinan terbesar adalah Tembikar di gunakan untuk mengambil hasil untuk
pengkonsumsian setiap hari, entah itu hasil buruan, hasil panen, hasil laut, dan lain
sebagainya. Penemuan tembikar pertama kali berada di daerah Perbukitan Sumatera. Tetapi
arkeolong menemukan hanyalah beberapa bagian kecil dari tembikar tersebut. Tidak ada
bagian penuh dari sebuah tembikar. Namun, penemuan ini di perkirakan kemungkinan
terbesar adalah tembikar pada masa Neolitikum, di dalamnya terdapat banyak gambar dan
hiasan – hiasan di mana Zaman yang sudah mulai maju dengan kreativitas tersebut berada
pada masa Neolitikum.
10. Penguburan Mayat

Dalam kebudayaan zaman Neolitikum ada 2 jenis penguburan yang terkenal adalah
Penguburan Langsung dan Penguburan Tidak Langsung. Penguburan Langsung sendiri adalah
cara yang sering kita gunakan sekarang, di mana mayat langsung sekali kubur dengan di letakan
pada sebuah wadah dan mayat tersebut ada 2 cara dapat di lipat atau dalam posisi merungkuk.
Pada kebudayaan penguburan langsung ini sendiri ada upacara penguburan sebelum orang yang
telah meninggal ini di letakan ke dalam tanah. Pada kebudayaannya, mereka meletakan mayat
mengarah ke tempat arwah para leluhur yang mereka percaya, menghadap pegunungan. Mereka
akan membekali dalam perjalanan ke kekalan dengan memberikan ayam, manik – manik dan
banyak lain sebagainy sebagai bekal dan transportasi. Kedua ada Penguburan Tidak Langsung di
lakukan dengan cara pertama mayat di kuburkan biasa lalu diperkirakan mayat sudah mengering
akan di gali lagi. Mereka percaya di alam Roh arwah orang mati akan mendapatkan tempat
sesuai dengan perbuatan selama masa hidupnya dan sebesarnya upacara adat yang di lakukan.
Penggalian kubur ini sendiri dilakukan untuk memberihkan sisa tulang – tulang dan diberikan
pengawet pada tempat persendian lalu di letakan pada suatu tempayan.

Nama : Fajarina Balqis


Kelas : VII B (7B)
Absen : 09 (Sembilan)

You might also like