You are on page 1of 15

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS V SD PADA MATERI BANGUN RUANG

Ana Yunita Nuraini

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Malang, Jl. Ki Ageng
Gribig 45, Madyopuro, Kedungkandang, Malang.

e-mail : anayunitanuraini@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk


mendeskripsikan kesulitan-kesulitan siswa kelas V dalam menyelesaikan soal cerita
matematika pada bahasan materi bangun ruang. Subjek penelitian ini adalah 3 orang siswa
kelas V di salah satu sekolah dasar yang berada di Kota Malang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa kelas V mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika pada materi bangun ruang. Kesulitan-kesulitan yang dialami diantaranya siswa
kesulitan memahami redaksi soal sehingga membuat siswa juga kesulitan dalam
membayangkan jaring-jaring bangun ruang membayangkan bentuk dan jaring-jaring
bangun ruang, tidak hafal rumus volume bangun ruang, kesulitan mengoperasikan
bilangan bulat dan pecahan, kesulitan menghitung dan mengoperasikan pembagian dan
perkalian bersusun, kesulitan memahami redaksi cerita, kesulitan mengidentifikasi
informasi yang ada pada redaksi soal.

Kata kunci: Kesulitan Siswa, Sekolah Dasar, Bangun Ruang

Abstract

This research is a descriptive qualitative research that aims to describe the difficulties
of grade V students in solving math story problems on the subject of building space
material. The subjects of this research were 3 fifth grade students in one of the
elementary schools in Malang City. The results of this study indicate that fifth grade
students have difficulty in solving math story problems on the material of building
spaces. The difficulties experienced include difficulties in imagining the shape and
nets of building spaces, not memorizing the volume formula of building spaces
difficulty operating whole numbers and fractions, difficulty calculating and operating
division and stacked multiplication, difficulty understanding the story editor, difficulty
identifying information in the question editor.

Keywords: Student Difficulties, Elementary School, Building Spaces

PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dipelajari di seluruh jenjang
sekolah, salah satunya adalah sekolah dasar. Matematika menjadi ilmu yang sangat
penting bagi anak-anak karena matematika sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari. Lebih lanjut, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, secara rinci telah
dituangkan dalam Permendiknas No. 22 (Depdiknas, 2006) yang bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma; (2) menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau lainnya untuk menjelaskan keadaan atau
masalah; (5) memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-
hari. Uraian ini mengambarkan betapa pentingnya pelajaran matematika bagi seorang
siswa, khususnya dalam menyiapkan siswa tersebut untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi dan menjadi bekal serta alat dalam menghadapi masalah yang
dihadapi.

Matematika memiliki banyak cabang diantaranya aljabar, geometri, kalkulus, statistika,


dll.Bangun ruang sisi datar merupakan salah satu bagian dari geometri, (Walle, 2008)
menyatakan bahwa geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-
hari.Sehingga hal tersebut menuntut siswa untuk memahami konsep-konsep
geoometriUntuk bidang geometri salah satu yang menjadi kajian pada jenjang pendidikan
dasar khususnya untuk kelas V adalah mengenai bangun ruang. Bangun ruang adalah
bangun yang memiliki volume dan terdiri dari berbagai komponen misalnya seperti sisi,
rusuk, diagonal ruang, diagonal bidang, bidang diagonal, sudut dan sebagainya (Nugraha&
Muhtadi, 2015).

Kompetensi dasar untuk siswa Kelas V jenjang sekolah dasar pada bahasan materi
bangun ruang diantaranya yaitu siswa mampu membuat jaring-jaring suatu bangun serta
menghitung volume dari suatu bangun ruang. Kompetensi tersebut sangat erat
penerapannya dengan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karenanya
penting sekali bagi siswa untuk mencapai kompetensi tersebut. Pembelajaran matematika
di sekolah dasar ditujukkan pada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur
dengan berorientasi pada penerapan matematika dalam menyelesaikan masalah, karena
dalam matematika terdapat soal-soal dalam bentuk isi bacaan dan cerita atau dalam bentuk
wacana permasalahan yang harus dipecahkan melalui penalaran siswa (Laily, 2014;
Manguni, 2022).

Dalam topic bangun ruang ini, menurut Hadi & Radiyatul (2014) dan Nurianti, Halini, &
Ijudin (2015) bahwa siswa cenderung menghafal rumus tanpa memahami konsep dan
mengerjakan masalah matematika dengan ceroboh. Siswa lebih senang menggunakan cara
yang singkat tanpa memperhatikan proses penyelesaian dengan benar.

Lebih lanjut, dalam hal pembelajaran di kelas, salah satu penyebab siswa kurang
menguasai materi bangun ruang adalah metode pembelajaran yang tidak tepat, guru hanya
menekankan konsep yang mengacu pada hafalan, penggunaan rumus tanpa mengetahui
asal rumus tersebut seperti pembelajaran konvensional, sehingga berakibat siswa
cenderung mengesampingkan konsep dasar dan lebih mengutamakan pada hasil belajar
dengan menggunakan rumus yang telah dihafalkan. Padahal konsep dasar pada materi
bangun ruang sisi datar harus dikuasai oleh siswa.

Melihat beberapa permasalahan yang sudah dijabarkan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk untuk mendeskripsikan kesulitan yang dialami siswa kelas V dalam menyelesaikan
soal cerita matematika terutama pada bahasan materi bangun ruang yang menggunakan
soal cerita. Dengan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami maka diharapkan dapat
ditemukan solusi dan perbaikan agar kedepannya menjadi lebih baik.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2013) karena bertujuan
untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa Kelas V Sekolah Dasar
dalam menyelesaikan soal cerita pada materi bangun ruang. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 3 Maret 2023 dengan subjek penelitian adalah sebanyak 4 siswa kelas V di salah
satu
Sekolah Dasar yang berada di Kota Malang. Pengambilan data dilakukan dengan teknik
purpossive sampling (Arikunto, 2006) yaitu dengan memilih subjek yang telah menerima
materi mengenai bangun ruang.
Data diambil dengan membagikan instrumen tes berupa soal cerita matematika

dengan materi bangun ruang sebanyak 3 butir soal yang bersesuaian dengan kompetensi
dasarnya. Untuk butir soal pertama ditujukan untuk melihat bagaimana kesulitan siswa
dalam menentukan sisi yang berhadapan dengan alas yang sudah diketahui pada suatu
jaring-jaring bangun ruang. Butir soal kedua ditujukan utnuk melihat bagaimana kesulitan
siswa dalam memahami soal cerita bangun ruang. Dan butir soal ketiga ditujukan untuk
melihat kesulitan siswa dalam menghitung volume sebuah benda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Soal nomor 1

1. Siti memiliki kardus dengan luas setiap sisinya sama dengan jaring-jaring seperti
berikut

Siti ingin menandai bagian alas dengan huruf A dan sisi yang berhadapan dengan alas
ditandai dengan huruf B. Bantulah Siti untuk memberi tanda bagian mana
yang bertanda A dan B! dan tentukan termasuk kedalam jaring-jaring bangun apakah?
Gambar 2 Jawaban siswa (KS) terkait jaring-jaring

Berdasarkan coretan siswa diatas menunjukkan bahwa, siswa masih mengalami kesulitan
dalam menentukan alas dan sisi yang berhadapan. Berikut adalah hasil wawancara dengan
siswa (KS)

Peneliti : Kenapa bisa salah jawabannya?


Siswa : Bingung
Peneliti : Apa bingung maksud sisi yang berhadapan?
Siswa : Iya
Berdasarkan wawancara dan analisis pada coretan siswa diatas menunjukkan bahwa
siswa masih belum bisa memahami redaksi soal sehingga siswa juga kesulitan dalam
membayangkannya pada jaring-jaring pada soal.
Solusi yang dapat ditawarkan untuk meningkatkan pemahaman anak terkait materi
jaring-jaring kubus adalah dengan menggunakan benda konkret misalnya seperti
ilustrasi atau alat peraga yang dapat diperlihatkan saat kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung. Guru juga bisa menggunakan media alternatif sendiri. Alat peraga adalah
media pembelajaran yang mengandung atau membawa ciriciri dari konsep yang
dipelajari (Risqinawati, 2017). Pada dasarnya siswa dapat belajar melalui alat peraga atau
benda konkrit untuk memahami konsep keabstrakan matematika sebagai perantara visual
(Sagita & Kania, 2019). Dengan alat peraga, siswa dapat lebih mudah membayangkan
keabstrakan informasi yang disampaikan guru sehingga siswa dapat lebih memahami
konsep dari suatu pembahasan materi (Murdiyanto & Mahatama, 2014). Selama
pembelajaran menggunakan alat peraga, diyakini dapat memberikan pemahaman
mendetail dan memberikan pengalaman siswa secara langsung, karena siswa langsung
dapat membayangkan dan melihat informasi secara nyata dan langsung. Siswa juga bisa
menggunakan alat peraga tersebut secara langsung, seperti pada alat jaring-jaring bangun
ruang siswa bisa membolak-balikkan, bisa memegangnya siswa tidak hanya memahami
suatu konsep saja tetapi karena telah memiliki pengalaman berinteraksi langsung dengan
bentuk konkritnya maka siswa dapat membayangkan dan lebih mudah mengingat bentuk
suatu bangun beserta komponennya ketika suatu bangun hanya diilustrasikan melalui
kata-kata.

Soal nomor 2

1. Nenek membeli sebuah benda berbentuk kerucut. Ternyata setelah diukur benda
tersebut memiliki alas yang berjari-jari 7 cm dan tinggi 10 cm. Berapakah volume benda
tersebut? (𝜋 = 22/ 7 )
Gambar 2 Jawaban siswa (KZ) terkait volume kerucut

Hasil analisis kesulitan siswa dalam menjawab soal nomor 2 menunujukkan bahwa
ternyata semua siswa pada subjek penelitian ini tidak bisa memberikan jawaban akhir yang
tepat kecuali jika diberi arahan oleh peneliti . Pada gambar 2 adalah jawaban siswa (KZ)
terkait volume kerucut. Dalam proses pengerjaannya, terlihat siswa sangat kesulitan dalam
menyelesaikan soal nomor 2. Kesulitan yang paling mendasar dalam menyelesaikan soal
ini adalah siswa tidak hafal rumus volume kerucut. Siswa akan mudah cepat lupa jika
hanya menghafal rumus tanpa memahami konsep materi bangun ruang. Hal ini sejalan
dengan Rohmah (2014: 2) Salah satu penyebab siswa kurang menguasai materi bangun
ruang sisi datar adalah metode pembelajaran yang tidak tepat, guru hanya menekankan
konsep yang mengacu pada hafalan, penggunaan rumus tanpa mengetahui asal rumus
tersebut seperti pembelajaran konvensional, sehingga berakibat siswa cenderung
mengesampingkan konsep dasar dan lebih mengutamakan pada hasil belajar dengan
menggunakan rumus yang telah dihafalkan. Berikut adalah hasil wawancara kepada BF :
Peneliti : Dalam mengerjakan soal nomor 2, apa kesulitannya?
Siswa :Tidak tahu rumusnya kak.
Peneliti: Selain itu?
Siswa : Susah menghitungnya kak.

Berdasarkan wawancara dan observasi lembar jawaban siswa diatas,


menunjukkan bahwa selain siswa tidak mengetahui rumus kerucut, siswa juga kesulitan
mengoperasikan bilangan bulat dan pecahan sehingga siswa pun tidak dapat menemukan
jawabannya padahal siswa sudah dibantu peneliti mengenai rumus volume kerucut dan
tinggal memasukkan dan menghitung angkanya.
Gambar 3 Jawaban siswa (BF) terkait volume kerucut

Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 2 oleh siswa (BF) juga mengalami hal
yang sama, yaitu tidak hafal rumus volume kerucut. Selain itu,siswa juga mengalami
kesulitan dalam menghitung pembagian bersusun sehingga siswa tidak dapat menemukan
jawaban sendiri dan harus dibantu peneliti untuk menemukan jawaban. Ada banyak sekali
factor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mengoperasikan pembagian
bersusun, menurut Frikson (2021) salah satunya yaitu kurang pahamnya siswa terhadap
langkah-langkah dalam pengerjaannya pembagian tersebut, serta masih adanya siswa yang
belum mengahafal pembagian sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi
pembagian. Lebih lanjut, berikut adalah hasil wawancara kepada siswa (BF).
Peneliti : Dalam mengerjakan soal nomor 2, apa kesulitannya?
Siswa :Gak tahu rumusnya kak tadi.
Peneliti : Selain itu?

Siswa : Tidak bisa menghitung poro gapit kak apalagi angka pembagiannya
besar.
Gambar 4 Jawaban siswa (AB) terkait volume kerucut

Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 2 oleh siswa (AB) juga mengalami hal
yang sama , yaitu tidak hafal rumus volume kerucut. Siswa juga tidak memahami redaksi
cerita dan siswa juga masih belum bisa mengidentifikasi informasi yang ada pada redaksi
soal, hal ini terlihat siswa tidak menulis rumus volume kerucut dan saat memasukkan
angka kedalam rumus volume kerucut juga tidak lengkap. Selanjutnya, terlihat dalam
coretan siswa saat menghitung, pada saat mengoperasikan perkalian bilangan pecahan,
terlihat kesalahan siswa dalam mengoperasikannya. Angka penyebut dan pembilangnya
dibolak-balik oleh siswa. Tak hanya itu, terdapat juga kesalahan sejak awal
mengoperasikan perkalian bilangan bulat secara bersusun sehingga hasil yang didapatpun
juga salah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faradhilah dkk (2021) bahwa
kesalahan peserta didik dalam menghitung perkalian bersusun terletak pada saat
mengoperasikan pengerjaan hitungnya. Karena dari awal prosedur pengerjaannya salah
maka, hasil jawabannya pun tidak tepat.

Berdasarkan beberapa analisis diatas, dapat dismipulkan bahwa kesulitan siswa saat
menyelesaikan soal nomor 2 diantaranya; tidak hafal rumus volume kerucut, kesulitan
mengoperasikan bilangan bulat dan pecahan, kesulitan menghitung pembagian dan
perkalian bersusun, kesulitan memahami redaksi cerita, dan masih belum bisa
mengidentifikasi informasi yang ada pada redaksi soal.

Solusi yang dpat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa mengerjakan soal cerita ini
addalah guru harus mengajarkan konsep terlebih dahulu sebelum mengajarkan siswa untuk
menghafal rumus. Hal ini sejalan dengan Hadi & Radiyatul (2014) dan Nurianti, Halini, &
Ijudin (2015) bahwa siswa cenderung menghafal rumus tanpa memahami konsep dan
mengerjakan masalah matematika dengan ceroboh. Siswa lebih senang menggunakan cara
yang singkat tanpa memperhatikan proses penyelesaian dengan benar. Akibatnya, jika
siswa tidak hafal atau lupa dengan rumus, dia pun tidak bisa menyelesaikan soal. Adapun
cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu agar siswa cepat menghafal adalah
dengan menggunakan media visual yang menarik atau menggunakan lagu. Hasil penelitian
terdahulu berkaitan dengan musik dan lagu telah menunjukkan hal yang positif. Misalnya saja
hasil penelitian dari Miranti dkk (2015) dimana lagu memberikan dampak besar dalam
mengembangkan kemampuan kosakata bagi siswa di PAUD. Selanjutnya, lebih khusus pada
mata pelajaran matematika, menurut Susanti & Rohmah, 2011), dengan bantuan mendengarkan
musik secara efektif menurunkan kecemasan matematika siswa. Serta, media lagu rumus
matematika pada materi Bangun Ruang yang dikembangkan oleh Untari dkk (2017) juga
diterima dengan baik oleh siswa.

Selanjutnya, dari hasil penelitian Silfa (2022) untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
mengoperasikan perkalian dan pembagian bersusun adalah supaya guru membiasakan peserta
didik untuk menghafal perkalian secara rutin. Sebaiknya guru menjelaskan secara sederhana
konsep dasar perkalian dan pembagian dan materi nilai tempat yang mudah dipahami oleh
peserta didik, agar peserta didik dapat mengerjakan perkalian dan pembagian dengan cara
bersusun. Saran kepada peserta didik, sebaiknya peserta didik memahami konsep dasar
perkalian dan pembagian dan nilai tempat agar dapat mengikuti proses pembelajaran perkalian
dan pembagian yang lebih lanjut. Saran kepada orangtua supaya membimbing peserta didik
untuk berusaha mengerjakan tugas perkalian dan pembagian dengan berpikir sendiri dan
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Sebaiknya orangtua tetap mendampingi kegiatan belajar
perkalian dan pembagian peserta didik di rumah dan mengarahkan peserta didik untuk
mengerjakan soal dengan cara yang tepat, bukan langsung memberikan jawaban soal saja.

Soal nomor 3
Hitunglah volume bangun

berikut!

Gambar 5 Jawaban siswa (AD) terkait volume balok

Hasil analisis kesulitan siswa dalam menjawab soal nomor 3 saat peneliti mengamati
siswa (AD), terlihat kesalahan siswa saat menentukan mana panjang, lebar, dan tinggi dari
balok, hal ini berarti siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi informasi. Dengan
bantuan peneliti, akhirnya siswa bisa mengetahui berapa panjang, lebar, dan tinggi balok.

Selanjutnya, dilihat dari coretan siswa, terlihat masih terdapat kesulitan dalam
mengoperasikan perkalian bilangan bulat meskipun hasil akhirnya sudah benar, namun
dalam pengoperasian dan penulisannya masih terdapat kesalahan.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi siswa kesulitan mengidentifikasi informasi
adalah dengan melakukan gerakan perubahan yang sistemik, masif serta berkelanjutan
misalnya dengan mengadakan gerakan literasi sekolah dan membiasakan siswa untuk
berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah seperti penerapan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesulitan yang
dialami kelas V dalam menyelesaikan soal topic bangun ruang, diantaranya; Untuk butir
soal pertama ditujukan untuk melihat bagaimana kesulitan siswa dalam pada soal pertama
yaitu menentukan alas dan sisi yang berhadapan pada suatu jaring-jaring yang sudah
diketahui letak alas siswa kesulitan memahami redaksi soal sehingga kesulitan dalam
membayangkan jaring-jaring bangun ruang. Selanjutnya, pada butir soal kedua terdapat
kesulitan siswa saat menyelesaikan soal nomor 2 diantaranya; tidak hafal rumus volume
kerucut, kesulitan mengoperasikan bilangan bulat dan pecahan, kesulitan menghitung
pembagian dan perkalian bersusun, kesulitan memahami redaksi cerita, dan masih belum
bisa mengidentifikasi informasi yang ada pada redaksi soal. Dan pada butir soal ke tiga
siswa siswa kesulitan dalam mengidentifikasi informasi serta terdapat keasalahan dalam
mengoperasikan perkalian bilangan bulat bersusun.

SARAN
Saran peneliti untuk tindak lanjut berikutnya dalam hal kegiatan belaja adalah guru
sebaiknya lebih memperhatikan metode dan strategi mengajar matematika untuk siswa.
Terutama pada materi bangun ruang ini, kemampuan menghitung perkalian dan pembagian
siswa lebih diperhatikan kembali karena dalam materi ini lebih banyak menggunakan
operasi perkalian dan pembagian secara bersusun.
DAFTAR PUSTAKA

Farahdila dkk .2021. Analisis Kesalahan Siswa dalam Operasi Hitung Perkalian
Bersusundi SD Muhamadiyah 1 Paron berdasarkan Gende. Madiun: JPdK Volume 3
Nomor 2 Tahun 2021 Halaman 102-105

Hadi, S., & Radiyatul. (2014). Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya untuk
Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematis di Sekolah
Menengah Pertama. Edu-Mat Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 53-61.

Laily, I. F. (2014). Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Kemampuan


Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar. Eduma: Mathematics Education
Learning and Teaching, 3(1), 52-62.

Meiliana, Silfa. 2022. ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN


MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN SISWA KELAS V SD
NEGERI 06 KEDUNGWUNI KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN
PEKALONGAN. Semarang : Universitas PGRI Semarang

Miranti, dkk. (2015). Penggunaan Media Lagu Anak-Anak dalam Mengembangkan Kemampuan
Kosakata Bahasa Inggris Siswa di PAUD. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan , II (2), 167-172.

Murdiyanto, T., & Mahatama, Y. (2014). Pengembangan Alat Peraga Matematika Untuk
Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah
Dasar. Sarwahita, 11(1), 38-43.

Nurianti, E., Halini, & Ijudin, R. 2015. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Materi Pecahan Bentuk Aljabar di Kelas VIII SMP. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 4(9), 1-10

Nugraha, A. N. C., & Muhtadi, A. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran


Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Untuk Siswa SMP Kelas VIII.
JurnalInovasi Teknologi Pendidikan, 2(1), 16-31.

Nugroho, R. A. 2017. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada
Materi Pecahan Ditinjau dari Pemecahan Masalah Polya,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Purba, Frikson Jony. 2021. ANALISIS KESULITAN DALAM PEMECAHAN


MASALAH PEMBAGIAN. Medan:Universitas Quality.

Rizqinawati, R. (2017). Efektivitas Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction


Berbantuan Alat Peraga Materi Kubus Dan Balok Kelas VIII di SMP Salafiyah
Pekalongan. Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2(2), 26-34.

Sagita, M., & Kania, N. (2019). Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (1), 570-576

Susanti, & Rohmah. (2011). Efektivitas Musik Klasik dalam Menurunkankecemasan


Matematika (Math Anxiety) pada Siswa Kelas XI. Humanitas , III (2), 129-142. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Untari, dkk. (2017). Pengembangan Media Lagu Matematika dalam Pembelajaran di Kelas V
Sekolah Dasar. Mimbar Sekolah Dasar , 4 (1), 92

Rohmah, Iftida'ur. 2014. Meningkatkan Pemahaman Konsep Volume dan Luas


PermukaanBangun Ruang Sisi Datar Menggunakan Kotak Musium. Tulungagung,
Seminar Nasional yang diadakan oleh IAIN Tulungagung.

Walle, V. de. (2008). Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

You might also like