Nim : 210605501072 Kelas : C- Ilmu Administrasi Negara
RANGKUMAN UPAYA PENGEMBANGAN ETIKA LINGKUNGAN
A. Penguatan Misi untuk Mempertahankan Keseimbangan Ekosistem
Misi mulia untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem di tengah-tengah tuntutan dan kebutuhan pelaksanaan pembangunan adalah masalah yang sangat sulit. Upaya ini tidak cukup dengan penyuluhan-penyuluhan untuk menumbuhkan kesadaran. Pada tahap awal perlu adanya landasan yang kuat dalam upaya menjaga lingkungan. Landasan ini harus memiliki kekuatan yang memaksa dalam pelaksanaannya. Berkaitan dengan masalah ini, bangsa Indonesia sebenarnya sudah cukup tanggap untuk mengantisipasinya.
B. Penetapan Sikap untuk memerhatikan Lingkungan
Pemerintah melalui programnya menetapkan sikap dasar yang sangat memerhatikan lingkungan dalam melaksanakan pembangunan. Hal ini dapat ditemukan dengan dimasukkannya program pembangunan lingkungan dalam wujud Bab 4 dalam REPELITA II berdasarkan butir 10 Pendahuluan BAB III GBHN 1973- 1978. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden No. 27 Tahun 1975 dibentuk Panitia Inventarisasi dan Evaluasi Kekayaan Alam. Tugas panitia ini adalah menelaah secara nasional pola-pola permintaan dan persediaan serta perkembangan teknologi, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Hal ini dilakukan dengan tujuan menilai implikasi sosial, ekonomis, ekologis dan politis dari pola-pola tersebut untuk dijadikan dasar penentuan kebijaksanaan, pemanfaatan serta pengamanannya sebagai salah satu sumber daya pembangunan nasional.
C. Pemantapan Kesadaran Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kesadaran dan kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang sedemikian rupa sehingga UU No. 4 Tahun 1982 (UULH) perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Undang-undang baru ini diundangkan pada tanggal 19 September 1997, yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 yang disingkat Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).14 Masih banyak peraturan lain yang ditetapkan sebagai aturan operasional, baik dalam bentuk Keputusan Presiden maupun Peraturan Menteri.
D. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Berkaitan dengan alam, manusia mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri. Manusia dikaruniai akal budi yang dititahkan untuk menguasai dan memerintah sub-subsistem lain dalam keseluruhan ekosistem sehingga sering bertindak sewenang-wenang. Manusia pada akhirnya menjadi agresor dan predator yang sangat mengerikan. Ia menganggap alam sebagai lawan yang harus ditundukkan dan diperbudak untuk memuaskan segala keinginan dan nafsunya.15 Untuk itu, sudah seharusnya dikembangkan sikap baru dalam memperlakukan lingkungan. Dengan kekuasaannya terhadap lingkungan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterikan yang lebih kuat dengan cara menjaga keutuhan lingkungan hidup. E. Membangun Etika Lingkungan Baru Beberapa rumusan yang memuat sikap dan tanggung jawab terhadap lingkungan, yaitu sebagai berikut. 1) Manusia harus menghormati alam. Manusia tidak hanya melihat alam sebagai sesuatu yang berguna baginya, tetapi juga memiliki nilainya sendiri. Jika terpaksa mencampuri proses-proses alam, ia hanya melakukan seperlunya dengan tetap menjaga keutuhannya. 2) Manusia harus menanamkan kesadaran akan tanggung jawab khusus terhadap lingkungan lokal sendiri agar lingkungan bersih, sehat, dan alamiah. 3) Manusia harus merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian biosfer. Ia harus mengembangkan kesadaran mendalam bahwa kita, termasuk biosfer, merupakan bagian dari ekosistem yang tidak boleh terganggu keseimbangannya. 4) Solidaritas dengan generasi-generasi yang akan datang harus menjadi acuan dalam pengelolaan lingkungan. Manusia bertanggung jawab untuk meninggalkan ekosistem bumi ini secara utuh dan baik kepada generasi yang akan datang. 5) Etika lingkungan hidup baru memuat larangan keras untuk merusak, mengotori, dan meracuni, mematikan, menghabiskan, menyia-nyiakan, dan melumpuhkan alam sebagian atau keseluruhan. 6) Perlu dikembangkan prinsip proporsionalitas. Pembangunan pasti akan mengubah atau merusak lingkungan, baik sedikit maupun banyak. Untuk itu, urgensi suatu program dan akibat kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya perlu diperhatikan. 7) Prinsip pembebanan biaya pada penyebab. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pihak tertentu akan menyebabkan kerugian bagi seluruh masyarakat. Tidak adil jika seluruh masyarakat harus menanggung akibatnya. Pihak penyebab kerusakan lingkungan harus bertanggung jawab sehingga kerusakan lingkungan dapat diatasi.