You are on page 1of 8

PENINGKATAN PEMAHAMAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Rayneldis Nesta Pare1) Yulianti2) Sukarno3)


PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta
e-mail : 1parenesta65@gmail.com
2
yulian_pgsd@yahoo.com
3
sukarno_pgsd_uns@yahoo.co.id

Abstract : The aim of research is to improve understanding the process of land formation by applying
cooperative learning model of type make a match at the fifth grade students of SD Negeri Kleco 2 No 242
Surakarta the academic year 2016/2017. The form of this research is classroom action research (CAR), that
conducted in two cycles. Each cycle consist of four phases, there are planning, implementation of action,
observation, and reflection. The subject of this research are the teacher and 30 students of class at the fifth grade
of SD Negeri Kleco 2 No 242 Surakarta, the academic year 2016/2017. The techniques of collecting data of this
research are observation, interview, test, and documentations. The techniques of analyzing data of this research
is the interactive analyzing model. The validity test of this research is using the triangulation technique of source
and triangulation techniques. The results showed the understanding the process of land formation at the fifth
grade students of SD Negeri Kleco 2 No 242 Surakarta the academic year 2016/2017. This is evidenced by the
average value of the understanding of the process of land formation of students before the action of 53.96 with
the percentage of 36,66% mastery, then increased in the first cycle to 73.96% with the percentage of classical
completeness of 76.66%, and more increased again in the second cycle of 87.5 with a percentage of classical
completeness of 90%. Based on the result of the research which is held in two cycle, it can be conclude that by
using cooperative learning model of type make a match can improve understanding the process of land formation
at the fifth grade student of SD Negeri Kleco 2 No 242 Surakarta the academic year 2016/2017.

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman proses pembentukan tanah melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas VA SD Negeri Kleco 2 No.242
Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan 30 siswa kelas VA SD Negeri Kleco 2 No.242 Surakarta.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukan tercapainya pemahaman proses
pembentukan tanah pada siswa kelas VA SD Negeri Kleco 2 No.242 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. hal ini
dibuktikan dengan nilai rata-rata pemahaman proses pembentukan tanah siswa sebelum tindakan sebesar 53,96
dengan persentase ketuntasan 36,66%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 73,96% dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 76,66%, dan lebih meningkat lagi pada siklus II yaitu 87,5 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 90%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatakan pemahaman proses
pembentukan tanah pada siswa kelas VA SD Negeri Kleco 2 No.242 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci : Make a Match, Pemahaman Proses Pembentukan Tanah

Undang-undang Nomor 20 pasal 1 Pendidikan nasional berfungsi menge-


ayat 1 pada tahun 2003 tentang Sistem Pen- mbangkan kemampuan dan membentuk wa-
didikan Nasional menyatakan bahwa Pen- tak serta peradaban bangsa yang bermartabat
didikan adalah usaha sadar dan terencana dalam rangka mencerdaskan kehidupan
untuk mewujudkan suasana belajar dan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya po-
proses pembelajaran agar peserta didik secara tensi peserta didik agar menjadi manusia
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, ber-
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
akhlak mulia, serta keterampilan yang warga negara yang demokratis serta ber-
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan tanggung jawab.
negara. (Undang-undang Republik Indonesia Susanto (2016:165) IPA merupakan sa-
No.20 Tahun 2003). lah satu mata pelajaran pokok dalam kuri-
1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS
Didaktika Dwija Indria
2,3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS
ISSN : 2337-8786
kulum pendidikan di Indonesia, termasuk da- belajaran yang dapat di terapkan oleh guru di
lam kurikulum pada jenjang Sekolah Dasar. dalam pembelajaran IPA yang akan membuat
Di dalam kurikulum, pelajaran IPA harus siswa aktif, kreatif dan dapat membangun
menekankan pada penguasaan kompetensi pengetahuannya sendiri. Isjoni (2010: 72)
melalui serangkaian proses ilmiah. Proses pe- menyatakan bahwa model pembelajaran per-
mbelajaran tersebut adalah yang dapat me- lu dipahami guru agar dapat melaksanakan
ngembangkan keterampilan proses, pema- pembelajaran secara efektif dalam me-
haman konsep, sikap ilmiah siswa, serta me- ningkatkan hasil pembelajaran. Pada pem-
ndasarkan pada kegiatan IPA yang ber- belajaran IPA seharusnya siswa dilibatkan
kembang di kehidupan sehari-hari. secara langsung melalui percobaan agar sis-
Trianto (2010:136) menyatakan bah- wa dapat mengamati, mengalami, dan me-
wa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pe- lakukan apa yang dipelajari dalam materi ter-
ngetahuan yang mempelajari alam semesta, sebut. Maka apabila guru dalam pembe-
benda-benda yang ada di permukaan bumi, di lajaran IPA selalu menggunakan metode ce-
dalam perut bumi dan diluar angkasa, baik ramah akan mengakibatkan hasil pembe-
yang dapat di amati indera maupun yang lajaran yang diinginkan tidak sesuai dengan
tidak dapat di amati dengan indera. dan per- apa yang diharapkan sehingga nilainya tidak
kembangannya tidak hanya ditandai oleh memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya Hal ini dibuktikan dari hasil pretest
metode ilmiah dan sikap ilmiah. IPA materi proses pembentukan tanah se-
Mata pelajaran IPA khususnya di- belum dilaksanakannya penelitian di kelas
kelas V terdapat materi proses pembentukan VA SDN.Kleco 2 No.242 Surakarta, masih
tanah yang harus dipelajari oleh siswa ter- banyak siswa yang nilainya berada di bawah
sebut. Materi proses pembentukan tanah ter- KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dari
masuk dalam ruang lingkup pemahaman hasil pretest materi proses pembentukan
konsep dan penerapan mata pelajaran IPA, tanah hasil belajar yang diperoleh siswa
dimana pada materi proses pembentukan tergolong rendah. Hal ini ditunjukan dari 30
tanah ini diharapkan siswa dapat memahami siswa yang nilainya di atas KKM yaitu 70
arti dari konsep, situasi, serta fakta yang di- hanya 11 siswa (36,66%) dan sebanyak 19
ketahui dengan benar. siswa harus me- siswa (63,33%) nilainya di bawah KKM.
mahami bahwa proses pembentukan tanah Dari hasil pretest ini dapat dikatakan bahwa
adalah proses pelapukan yang terjadi pada proses pembelajaran yang telah dilakukan
batuan. kurang berhasil, karena masih banyak siswa
Berdasarkan hasil observasi terhadap yang belum mencapai kriteria ketuntasan mi-
proses pembelajaran mata pelajaran IPA dan nimal (KKM). Maka dari itu, pembelajaran
hasil wawancara dengan guru kelas VA IPA materi proses pembentukan tanah harus
SDN.Kleco 2 No 242 Surakarta menyatakan di perbaiki.
bahwa pada pembelajaran IPA cenderung Permasalahan yang berkaitan dengan
menggunakan pembelajaran yang masih sa- pemahaman siswa perlu adanya peningkatan
ngat sederhana, metode ceramah yang rutin di dalam proses pembelajaran, sehingga pe-
digunakan pada pembelajaran sehingga ke- mahaman siswa terhadap proses pemben-
aktifan hanya berpusat pada guru. Hal ini tukan tanah akan meningkat. Hal ini ber-
mengakibatkan siswa pasif dan kurang mem- kaitan dengan media, metode atau model apa
perhatikan penjelasan guru pada saat pe- yang digunakan seorang guru dalam menya-
mbelajaran. Sebagian mengikuti pelajaran mpaikan materi ajar. Salah satu alternatif
dengan baik dan sebagian lagi kurang mem- yang dapat di tempuh untuk meningkatkan
perhatikan. Guru tidak menggunakan media hasil belajar IPA materi proses pembentukan
pembelajaran yang mendukung proses ke- tanah adalah melalui kreativitas yang dimiliki
giatan belajar mengajar (KBM), Sehingga oleh guru, dan dengan keinginan untuk selalu
siswa menjadi bosan dan tidak berkonsentrasi mencari model yang tepat agar menarik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Pa- minat dan secara tidak sadar menuntut siswa
dahal ada banyak sekali inovasi model pem- untuk belajar, maka tujuan yang diharapkan

Didaktika Dwija Indria


ISSN : 2337-8786
akan tercapai. Maka pilihlah model pem- patan kepada siswa untuk berinteraksi dan
belajaran kooperatif. Pembelajaran koo- bekerjasama dengan rekannya serta bisa un-
peratif (cooperative learning) adalah pe- tuk diterapkan kepada semua mata pelajaran
ndekatan pembelajaran yang berfokus pada dan tingkatannya.
penggunaan kelompok kecil siswa untuk be- Standar Kompetensi pada materi pro-
kerjasama dalam memaksimalkan kondisi be- ses pembentukan tanah yang digunakan
lajar untuk mencapai tujuan belajar. Su- dalam penelitian ini adalah memahami peru-
giyanto (2009:37). dengan salah satu teknik bahan yang terjadi di alam dan hubungannya
pembelajaran kooperatif adalah make a dengan penggunaan sumber daya alam. Ko-
match atau mencari pasangan, yaitu siswa di mpetensi dasar yang digunakan dalam
ajak untuk mencari pasangan dalam sebuah penelitian ini adalah Mendeskripsikan proses
permainan mencocokkan kartu yang berisi pembentukan tanah karena pelapukan. Materi
materi ajar. tersebut terdapat pada mata pelajaran IPA
Menurut Fathurrohman (2015:87) sa- kelas V semester 2 dalam kurikulum KTSP.
lah satu keunggulan tipe make a match ada- Tanah (pedosfer) yaitu suatu benda
lah siswa mencari pasangan sambil belajar alam yang menempati lapisan kulit bumi
mengenai suatu konsep atau topik dalam yang teratas dan terdiri atas butir, tanah, air,
suasana yang menyenangkan. Siswa belajar udara, sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan,
melalui kartu-kartu yang terdiri dari kartu yang merupakan tempat tumbuhnya tanaman.
yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu tanah merupakan salah satu penyusun ba-
lainnya berisi jawaban dari pertanyann ter- gian permukaan bumi. Secara umum bagian
sebut. permukaan bumi disebut kerak bumi.
Alasan memilih model pembelajaran Rintayati (2013: 185) Tanah berasal dari pe-
kooperatif tipe make a match karena siswa lapukan batuan dengan bantuan organisme,
diajak untuk aktif dalam proses pem- membentuk tubuh unik yang menutupi ba-
belajaran sehingga pembelajaran dapat tuan. Proses pembentukan tanah dikenal se-
berjalan menyenangkan. Dengan suasana bagai “pedogenesis”. Proses yang unik ini
yang menyenangkan, siswa lebih antusias membentuk tanah sebagai tubuh alam yang
dan termotivasi untuk belajar. teknik ini juga terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut se-
melatih kemampuan kognitif, afektif dan bagai horizon tanah. Setiap horizon men-
psikomotorik siswa. Dalam kemampuan kog- ceritakan mengenai asal dan proses fisika,
nitif siswa harus menyelesaikan dan mema- kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh
hami materi yang terkandung dalam per- tanah tersebut.
mainan. Kemampuan afektif juga akan ber- Azam (2015:175) beranggapan bahwa
kembang karena siswa dituntut untuk bekerja tanah merupakan salah satu penyusun bagian
sama dengan teman, sehingga secara tidak la- permukaan bumi. Tanah berasal dari batuan.
ngsung siswa dilatih bersosialisasi dengan Batuan akan mengalami pelapukan menjadi
sesama. Kemampuan motorik siswa dapat butiran-butiran yang sangat halus. Lama-
berlatih gerakan dan penglihatan yang tepat kelamaan butiran halus ini bertambah banyak
sesuai dengan tata cara yang ada dalam pe- dan terbentuklah tanah. Darmodjo, dkk
nerapan teknik tersebut. (1993):43) memperkuat pendapat kedua ahli
Dengan demikian, teknik make a di atas bahwa proses pembentukan tanah ber-
match atau mencari pasangan dirancang un- wal dari batuan dan sisa-sisa organisme yang
tuk menciptakan suasana pembelajaran yang mengalami pelapukan.
menyenangkan namun tetap kondusif. De- Dari pendapat ahli di atas dapat di-
ngan suasana yang menyenangkan tersebut, simpulkan bahwa proses pembentukan tanah
siswa diharapkan akan lebih memahami ja- adalah proses penghancuran atau pelapukan
lannya proses pembelajaran, sehingga diha- batuan dan sisa-sisa organisme menjadi bu-
rapkan tujuan pembelajarannya dapat ter- tiran-butiran yang sangat halus yang lama ke-
capai terlebih khusus pada mata pelajaran lamaan butiran halus tersebut akan ber-
IPA materi Proses pembentukan tanah. Se- tambah banyak dan terbentuklah tanah.
lain itu teknik ini juga memberikan kesem-

Didaktika Dwija Indria


ISSN : 2337-8786
Dengan demikian pendidikan IPA di- yang menggunakan model analisis interaktif.
harapkan menjadi wahana bagi siswa untuk Menurut Miles and Huberman dalam Su-
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, giyono, (2015:337-345) mengemukakan
serta pengembangan lebih lanjut dan me- bahwa model analisis interaktif mempunyai
nerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. tiga komponen, yaitu data reduction (reduksi
Maka ilmu pengetahuan alam harus dimo- data), data display (penyajian data), dan
difikasi agar anak-anak dapat mempela- conclusion dra-wing/veriification (penarikan
jarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus di- kesimpulan).
sederhanakan agar sesuai dengan kemam-
puan anak untuk memahami. HASIL
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu Berdasarkan hasil observasi dan wa-
untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas wancara peneliti yang dilaksanakan di SD
dengan judul “peningkatan pemahaman pro- Negeri Kleco 2 No.242 Surakarta tahun
ses pembentukan tanah melalui model pem- ajaran 2016/2017 pada tanggal 7 januari
belajaran kooperatif tipe make a match pada 2016. Peneliti menemukan bahwa dalam pe-
siswa Kelas VA SDN.Kleco 2 No 242 Su- mbelajaran IPA materi proses pembentukan
rakarta tahun ajaran 2016/2017. tanah pada siswa kelas VA masih rendah.
Hal tersebut dikarenakan beberapa fakta, di
METODE antaranya yaitu : 1) pada pembelajaran IPA
Penelitian Tindakan Kelas ini dilak- cenderung menggunakan pembelajaran yang
sanakan di SD Negeri Kleco 2 No. 242 Su- masih sangat sederhana, metode ceramah
rakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada se- yang rutin digunakan pada pembelajaran
mester genap tahun pelajaran 2016/2017. sehingga keaktifan hanya berpusat pada guru.
penelitian ini dilaksanakan dalam kurung Hal ini mengakibatkan siswa pasif dan ku-
waktu 6 bulan (Januari-Juni 2017). Subjek rang memperhatikan penjelasan guru pada
dari penelitian ini adalah guru dan siswa ke- saat pembelajaran. Sebagian mengikuti pe-
las lima (V) A SD Negeri Kleco 2 No.242 lajaran dengan baik dan sebagian lagi kurang
Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan memperhatikan. 2) Guru tidak menggunakan
jumlah siswa 30 siswa dengan rincian laki- media pembelajaran yang mendukung proses
laki 14 dan perempuan 16 siswa. Penelitian kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga
tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siswa menjadi bosan dan tidak berkonsentrasi
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari em- dalam mengikuti proses; 3) siswa pasif dan
pat tindakan yaitu : perencanaan, pelak- kurang memperhatikan penjelasan guru pada
sanaan tindakan, observasi dan refleksi. Su- saat pembelajaran. Proses pembelajaran yang
mber data yang digunakan dalam penelitian multi arah juga belum banyak terjadi karena
ini terdiri dari sumber data primer dan data masih banyak siswa yang enggan bertanya
sekunder. atau menyatakan pendapat.
Teknik pengumpulan data yang di- Untuk memperkuat hasil observasi dan
gunakan dalam penelitian ini adalah obser- wawancara yang telah dilakukan, peneliti
vasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Seda- mengadakan pretest pada tanggal 9 januari
ngkan uji validitas data yang digunakan ada- 2016 untuk mengetahui kemampuan kognitif
lah triangulasi. Moleong (2010:330) ber- siswa pada materi pembentukan tanah. hasil
pendapat, “Triangulasi adalah teknik peme- pretest pada tanggal 9 januari menunjukan
riksaan keabsahan data yang memanfaatkan bahwa pemahaman konsep siswa mengenai
sesuatu yang lain. di luar data itu untuk ke- pembentukan tanah masih rendah. Hal ini di-
perluan pengecekan atau sebagai pemba- buktikan dengan hanya 36,66% (11 orang
nding terhadap data itu”. Penelitian ini me- dari 30 siswa) yang mencapai KKM. Se-
nggunakan uji validitas data dengan me- mentara sisanya 63,33% (19 orang dari 30
nggunakan triangulasi sumber dan triangulasi siswa) masih belum mencapai KKM. Padahal
teknik. KKM yang digunakan pada saat pretest
Teknik analisis data yang digunakan adalah 70, sesuai dengan KKM yang telah di-
dalam penelitian ini adalah teknik analisis tetapkan sekolah.

Didaktika Dwija Indria


ISSN : 2337-8786
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Nilai Pe- mbelajaran kooperatif tipe make a match per-
mahaman Proses Pembentukan lu diperbaiki lagi, sehingga hasil belajar IPA
Tanah Pada Pratindakan tentang proses pembentukan tanah dilan-
Interval Frekuensi Persentase (%) jutkan ke siklus II.
Nilai Dalam penelitian ini pada siklus I dite-
20-30 2 6,66%
mukan beberapa kekurangan yang perlu di-
31-41 9 30%
42-52 2 6,66% perbaiki pada siklus II, antara lain : siswa be-
53-63 6 20% lum paham permainan make a match, siswa
64-74 7 23,33% malu bertanya dan menyampaikan penda-
75-85 4 13,33% patnya, guru belum mengelola waktu secara
Jumlah 30 100% efisien, menyajikan materi kurang menarik
sehingga siswa kurang memperhatikan pe-
Berdasarkan nilai pra tindakan pema- njelasan guru, dan masih ada siswa yang me-
haman proses pembentukan tanah pada tabel ngobrol dengan teman pada saat pembe-
1 menunjukan rata-rata nilai kelas mencapai lajaran.
53,96 dengan ketuntasan klasikal mencapai Refleksi yang dilakukan pada siklus I
36,66%, artinya 11 siswa mencapai nilai ≥70 dapat meningkatkan pemahaman siswa ter-
(KKM) dari 30 siswa sedangkan siswa yang hadap materi proses pembentukan tanah. hal
tidak tuntas sebanyak 19 siswa atau 63,33%. ini terbukti dari meningkatnya nilai pema-
Nilai tertinggi mencapai 80 dan nilai te- haman IPA tentang proses pembentukan ta-
rendah sebesar 20. nah dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II
Berdasarkan data dan fakta tersebut, nilai yang tertinggi 100, dan nilai terendah
dapat diketahui ketuntasan klasikal nilai pe- 56. Distribusi frekuensi nilai pemahaman sis-
mahaman proses pembentukan tanah pada wa tentang proses pembentukan tanah siklus
siswa kelas VA SD Negeri Kleco 2 No.242 II dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Surakarta tahun ajaran 2016/2017 kurang da- Tabel 3.Distribusi Frekuensi Nilai Pe-
ri ketuntasan ideal, yaitu 86%. Oleh karena mahaman Proses Pembentukan
itu, dilakukan perbaikan pembelajaran pema- Tanah Pada Siklus II
haman proses pembentukan tanah yang dila- Interval Frekuensi Persentase (%)
kukan secara kolaborasi dengan guru kelas Nilai
melalui penerapan model pembelajaran koo- 56-63 2 6,66%
peratif tipe make a match. 64-71 2 6,66%
72-79 3 10%
Tabel 2.Distribusi Frekuensi Nilai Pe-
80-87 7 23,33%
mahaman Proses Pembentukan 88-95 4 13,33%
Tanah Pada Siklus I 96-103 12 40%
Interval Frekuensi Persentase (%) Jumlah 30 100
Nilai
40-50 1 3,33%
Berdasarkan pada tabel di atas nilai
51-61 5 16,66%
62-72 6 20% rata-rata dari hasil evaluasi siswa pada per-
73-83 10 33,33% temuan I dan pertemuan 2 siklus II adalah
84-94 8 26,66% 87,5%. Siswa yang mendapat nilai di atas
Jumlah 30 100 KKM adalah 27 siswa atau sebesar 90%. Se-
dangkan siswa yang mendapat nilai di bawah
Berdasarkan data tabel 2, menunjukan KKM ada 3 siswa atau sebesar 10%. Hasil
perolehan nilai rata-rata pemahaman proses pada siklus II ini menunjukan bahwa model
pembentukan tanah pada siswa kelas VA me- pembelajaran kooperatif tipe make a match
ncapai 73,96 dengan persentase ketuntasan berhasil meningkatkan pemahaman siswa
klasikal siswa sebesar 76,66% atau sekitar 23 tentang proses pembentukan tanah pada mata
siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Se- pelajaran IPA karena sudah mencapai indi-
dangkan 23,33% atau sekitar 7 siswa belum kator yang ditargetkan, yaitu 86% siswa me-
tuntas KKM. mperoleh nilai di atas KKM (≥70). Oleh ka-
Kegiatan pembelajaran IPA materi rena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan ke
proses pembentukan tanah dengan model pe- siklus selanjutnya.
Didaktika Dwija Indria
ISSN : 2337-8786
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa setelah Kondisi awal pembelajaran IPA di
diadakan tindakan diketahui bahwa proses Kelas VA SDN Kleco 2 No.242 Surakarta
pembelajaran dengan model pembelajaran masih rendah, pembelajaran di dominasi oleh
kooperatif tipe make a match dapat mening- guru. Pada saat pembelajaran guru tidak me-
katkan pemahaman proses pembentukan nggunakan model pembelajaran yang ino-
tanah siswa kelas VA SDN Kleco 2 No.242 vatif dan tidak menggunakan media pembe-
Surakarta. lajaran, selain itu, siswa tidak aktif dalam
Hasil analisa tersebut sejalan dengan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan hasil
pendapat Sugiyanto (2009: 49) bahwa model pembelajaran pemahaman proses pemben-
pembelajaran make a match merupakan salah tukan tanah pada pra siklus ketuntasan klasi-
satu jenis dari teknik dalam pembelajaran kal baru mencapai 36,66% atau sekitar 11
kooperatif. Teknik belajar mencari pasangan siswa yang tuntas KKM.
ini dikembangkan oleh Larana Curran Berdasarkan hasil penelitian kelas
(1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini yang dilaksanakan pada siklus I dengan me-
adalah siswa mencari pasangan sambil bela- nggunakan model pembelajaran make a
jar mengenai suatu konsep atau topik dalam match, hasil tersebut belum menunjukan ke-
suasana yang menyenangkan. pendapat terse- berhasilan dalam mencapai indikator kinerja
but sejalan dengan Huda (2013:135) yang yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu se-
mengatakan bahwa siswa mencari pasangan besar 86% hal ini dibuktikan dari perolehan
sambil mempelajari suatu konsep atau topik persentase ketuntasan klasikal pada siklus I
tertentu dalam suasana yang menyenangkan. sebesar 76,66% atau sebanyak 23 siswa tun-
teknik ini bisa digunakan dalam semua mata tas KKM. Sedangkan 23,33% siswa atau se-
pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak banyak 7 siswa belum mencapai KKM. Be-
didik. lum tercapainya indikator kinerja yang telah
Kurniasih dan Sani (2015:56) juga ditetapkan sebelumnya disebabkan karena
mengemukakan bahwa model pembelajaran masih ada kelemahan-kelemahan dalam kegi-
kooperatif tipe make a match memiliki bebe- atan pembelajaran, baik dari aktivitas pem-
rapa kelebihan yaitu sebagai berikut : 1) ma- belajaran siswa maupun dari kinerja guru.
mpu menciptakan suasana belajar aktif dan Dari kelemahan-kelemahan tersebut maka
menyenangkan, 2) materi pembelajaran yang peneliti memutuskan untuk melanjutkan pe-
disampaikan lebih menarik perhatian siswa, nelitian dan melakukan upaya perbaikan pada
3) mampu meningkatkan hasil belajar siswa siklus ke II.
mencapai taraf ketuntasan belajar secara kla- Setelah dilakukan upaya perbaikan pa-
sikal, 4) suasana kegembiraan akan tumbuh da siklus II, maka diperoleh hasil ketuntasan
dalam proses pembelajaran, kerjasama antar klasikal sebesar 90% perolehan hasil mena-
sesama siswa terwujud dengan dinamis, dan ndakan sudah tercapainya indikator kinerja
5) munculnya dinamika gotong royong yang yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 86%
merata di seluruh siswa. selain itu ciri utama dan melebihi indikator kinerja sekitar 4%.
dari model pembelajaran make a match ada- Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak
lah siswa diminta mencari pasangan kartu 3 siswa atau 10%. Ketidaktuntasan dari ke-
yang merupakan kartu jawaban atau kartu tiga siswa tersebut karena memiliki masalah
pertanyaan materi tertentu dalam pembe- masing-masing dalam dalam menerima ma-
lajaran. Shoimin (2016:98). teri pembelajaran yang disampaikan oleh
Dari beberapa pendapat di atas dapat guru. Siswa cenderung ramai sendiri dan ku-
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif rang berpartisipasi dalam kerja kelompok.
tipe make a match adalah pembelajaran di- oleh karena itu, tindakan yang dilakukan oleh
mana siswa belajar dalam kelompok dan me- guru bagi siswa yang tidak mencapai nilai
libatkan permainan mencari pasangan dengan KKM akan diberi tindakan lebih lanjut de-
suasana yang menyenangkan sehingga dapat ngan memberikan layanan dan bimbingan
mempunyai pengalaman belajar yang ber- kepada siswa sesuai dengan potensi siswa
makna. masing-masing, baik itu bimbingan di dalam

Didaktika Dwija Indria


ISSN : 2337-8786
proses pembelajaran maupun bimbingan se- make a match dapat meningkatkan pema-
cara khusus. haman siswa. hal ini dibuktikan dari hasil
Berdasarkan hasil penelitian tindakan evaluasi tentang pemahaman proses pem-
kelas yang dilakukan menunjukan bahwa pe- bentukan tanah dari setiap siklusnya, pada
nerapan model make a match dapat dijadikan prasiklus memperoleh nilai rata-rata sebesar
salah satu alternatif untuk mengatasi re- 53,96 dengan ketuntasan klasikal 36,66%
ndahnya pemahaman proses pembentukan atau sekitar 11 siswa yang tuntas KKM. Ke-
tanah pada siswa kelas VA SDN Kleco 2 mudian pada siklus I meningkat dengan nilai
No.242 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. rata-rata sebesar 73,96 dengan ketuntasan
klasikal 76,66% atau sekitar 23 siswa tuntas
SIMPULAN KKM. Pada siklus II kembali mengalami
Berdasarkan hasil penelitian tindakan peningkatan yaitu memperoleh nilai rata-rata
kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus 87,5 dengan ketuntasan klasikal 90% atau
dengan menerapkan model pembelajaran ko- sekitar 27 siswa tuntas KKM. Hasil tersebut
operatif tipe make a match dalam pem- menunjukan bahwa penerapan model pem-
belajaran IPA materi proses pembentukan belajaran make a match dapat meningkatkan
tanah pada siswa kelas VA SDN Kleco 2 pemahaman proses pembentukan tanah pada
No.242 Surakarta tahun ajaran 2016/2017 siswa kelas VA SDN Kleco 2 No.242 Sura-
menunjukan bahwa model pembelajaran karta tahun ajaran 2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Azam. (2015). Akrab dengan dunia IPA untuk kelas V SD dan MI PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Darmodjo, dkk. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan Naional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Fathurroman, M. (2015). Model- Model Pembelajaran Inovatif: Pengembangan Yang
Menyenangkan. Jogjakarta : Ar Ruzz Media.
Huda. (2013). Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, Dan Model
Terapan.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta; Pustaka Belajar.
Kurniasih dan Sani. (2016). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena
Rintayati. (2013). Peristiwa Kimi Fisik Bumi Dan Batuan. Surakarta: UPT UNS Presss
Sugiyanto. (2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 FKIP UNS Surakarta
Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Susanto. (2016). Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:Prenada Media.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, Dan Implementasi Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Didaktika Dwija Indria


ISSN: 2337-8786

You might also like