You are on page 1of 14

Journal on Education

Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, pp. 13953-13966


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi


Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping

Zulnia Putri1, Wira Solina2, Yasrial Chandra3


1, 2 ,3
Universitas PGRI Sumatera Barat, Jl. Gn. Pangilun, Gn. Pangilun, Kec. Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat
zulniaputri13@gmail.com

Abstract
This research is motivated by a problem, namely students do not do homework or assignments, are less active
in learning in class, do not understand learning material. The purpose of this research is to describe: 1)
Learning difficulties of students. 2) Guidance and Counseling Service Program Design to Overcome Learning
Difficulties in Class IX Students of SMPN 4 Lubuk Attitude. This research was conducted using a quantitative
descriptive method. The study population consisted of 111 students selected by proportional random sampling
technique with 53 participants. The instrument used is a questionnaire. As for data analysis using interval
scores and percentages. Based on the results of research on the Design of Guidance and Counseling Service
Programs to Overcome Learning Difficulties in Class IX Students of SMPN 4 Lubuk Attitude: 1) Shows the
results of students' learning difficulties are in the category of no learning difficulties. 2) Service program
design to overcome students' learning difficulties, namely basic services with classical guidance service
strategies, with the theme of learning strategies based on learning styles, using the Cooperative Learning
approach. And individual planning and specialization services, with the theme of overcoming learning
difficulties, with a discussion approach. The results of this study are recommended to guidance and counseling
teachers so that the programs that have been packaged by researchers can be considered as input in
implementing guidance and counseling programs.
Keywords: Program, Guidance and Counseling, Learning Difficulties.

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah yaitu peserta didik tidak membuat pekerjaan rumah atau
tugas, kurang aktif dalam pembelajaran di kelas, tidak memahami materi pembelajaran. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan : 1) Kesulitan belajar peserta didik. 2) Rancangan Program Layanan Bimbingan
dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Peserta Didik Kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah 111
orang peserta didik yang dipilih dengan teknik propotional random sampling dengan 53 partisipan. Instrumen
yang digunakan yaitu angket. Sedangkan untuk analisis data menggunakan skor interval dan persentase.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi
Kesulitan Belajar Pada Peserta Didik Kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping: 1) Menunjukkan hasil kesulitan
belajar peserta didik berada pada kategori tidak berkesulitan belajar. 2) Rancangan program layanan untuk
mengatasi kesulitan belajar peserta didik yaitu layanan dasar dengan strategi layanan bimbingan klasikal,
dengan tema strategi belajar berdasarkan gaya belajar, menggunakan pendekatan Cooperative Learning. Dan
layanan perencanaan dan peminatan individual, dengan tema mengatasi kesulitan belajar, dengan pendekatan
diskusi. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada guru bimbingan dan konseling agar program yang telah
dikemas oleh peneliti dapat dipertimbangkan sebagai masukan dalam melaksanakan program bimbingan dan
konseling.
Kata Kunci: Program, Bimbingan dan Konseling, Kesulitan Belajar.

Copyright (c) 2023 Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra


Corresponding author: Zulnia Putri
Email Address: zulniaputri13@gmail.com (Jl. Gn. Pangilun, Kec. Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat)
Received 22 March 2023, Accepted 28 March 2023, Published 28 March 2023

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan
formal, non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup
yang bertujuan optimalisasi. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dari kehidupan
13954 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

seseorang, dan memegang peranan yang sangat penting di dalam meningkatkan sumber daya manusia
yang handal.
Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kepribadian manusia, pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting. Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam
pembangunan negara. Upaya memajukan pendidikan, negara Indonesia memiliki tujuan nasional
pada Pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan fungsi pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Agar tujuan dan fungsi pendidikan tersebut dapat terwujud, maka dibentuk suatu wadah,
yaitu sekolah. Menurut Sunarto dalam buku yang ditulis oleh Abdullah (2010: 142) bahwa sekolah
telah berubah artinya menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk
memberi dan menerima pelajaran.
Sekolah merupakan lembaga formal yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
proses pembelajaran yang didalamnya terdapat interaksi antar komponen-komponen pendidikan yang
saling berkaitan yang memungkinkan individu dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan untuk mengembangkan potensi diri, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Salah satu lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia yaitu Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan lembaga pendidikan formal setelah
Sekolah Dasar (SD) dan sebelum memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA). Terjadinya kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Hakim (2000: 1) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantintas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan. Selanjutnya, Slameto (2003: 2) mengatakan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh
pemahaman, pengetahuan, wawasan, keterampilan yang berpengaruh kepada peningkatan atau
perubahan pada cara pikir dan tingkah laku.
Pada kegiatan belajar, hasil yang diperoleh tidak senantiasa berhasil sesuai dengan yang
diharapkan, disebabkan peserta didik memiliki karakter yang berbeda, begitu juga dalam hal
kemampuan akademis yang sering disebut intelektual atau kecerdasan.
Keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi
Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas
IX SMPN 4 Lubuk Sikaping , Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra 13955

belajar yang dicapainya. Jika prestasi belajar peserta didik tinggi maka proses pembelajaran dikatakan
berhasil. Namun, jika prestasi belajar peserta didik rendah dan tidak sesuai dengan kriteria kelulusan
yang telah ditentukan, maka proses pembelajaran dapat dikatakan belum berhasil. Kenyataan yang
ditemukan di lapangan banyak peserta didik mengalami hambatan. Hambatan peserta didik untuk
mencapai hasil yang optimal dalam belajar itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.
Djamarah (2011: 235) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana
anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun
gangguan dalam belajar. Seseorang dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan
tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan kriteria dalam tujuan
instruksional atau ukuran kapasitas belajarnya) dalam batas waktu tertentu (Mulyadi, 2010: 6).
Dalam keadaan di mana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan kesulitan belajar (Ahmadi, 2013: 74). Prestasi belajar seseorang yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih rendah daripada teman lain atau lebih rendah dari hasil belajar
sebelumnya.
Kesulitan belajar merupakan gejala yang nampak pada peserta didik. Berbagai perilaku yang
ditunjukkan dapat menjadi indikator adanya kesulitan belajar. Perilaku tersebut dapat berupa
ketidakmerataan respon atau tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran. Peserta didik yang
memiliki kesulitan belajar akan menunjukkan ciri-ciri atau gejala yang dapat terlihat. Mulyadi (2010:
7) menjelaskan beberapa gejala atau ciri-ciri yang dapat diketahui untuk melihat apakah peserta didik
mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut: 1) Hasil belajar yang rendah, 2) Hasil tidak
seimbang dengan usaha, 3) Lambat melakukan tugas, 4) Sikap kurang wajar, 5) Tingkah laku yang
kurang wajar, 6) Emosional kurang wajar.
Kesulitan belajar jika tidak diatasi akan berdampak buruk pada perkembangan dan masa
depan seseorang. Maka sangat penting memahami kesulitan belajar serta melakukan upaya untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik yang dapat dilakukan melaui program
layanan yang akan diberikan.
Program yang disusun oleh seorang guru BK/Konselor adalah dalam upaya memfasilitasi
pengembangan diri peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan berdasarkan rumusan tugas-tugas perkembangan yakni Standar
Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007) yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar
dan karir.
Hasil wawancara dengan peserta didik kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping ditemukan adanya masalah
yaitu peserta didik tidak membuat pekerjaan rumah atau tugas, kurang aktif dalam pembelajaran di
kelas, tidak memahami materi pembelajaran, mencontoh tugas teman, membuat PR di sekolah
sebelum jam pelajaran, melamun dan mengobrol di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan 1) kesulitan belajar pada peserta didik. 2)
13956 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

Membuat rancangan program layanan dasar format klasikal dan layanan perencanaan dan peminatan
individual untuk mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis deskriptif. Menurut Sugiyono (2011:8)
menyatakan bahwa metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Populasi
penelitian berjumlah 111 orang peserta didik dengan sampel 53 orang peserta didik yang diambil
menggunakan teknik propotional random sampling. Menurut Yusuf (2007:180) “populasi adalah
salah satu hal yang esensial dan perlu mendapat perhatian dengan seksama apabila penelitian ingin
menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk daerah (area) atau objek
penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013:81) propotional random sampling yaitu cara pengambilan
sampel dari anggota populasi dengan menggunakan cara acak tanpa memperhatikan strata dalam
populasi tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dengan menggunakan
skor interval dan persentase.

HASIL DAN DISKUSI


Pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan berdasarkan analisis, penafsiran, temuan
penelitian mengenai rancangan program layanan bimbingan dan konseling untuk mengatasi kesulitan
belajar pada peserta didik kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping adalah segabai berikut :
Kesulitan Belajar Peserta Didik
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian mengenai kesulitan belajar pada peserta
didik kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping menunjukan bahwa kesulitan belajar peserta didik di kelas IX
SMPN 4 Lubuk Sikaping terdapat terdapat 12 orang peserta didik yang memiliki kesulitan belajar
berada pada kategori berkesulitan belajar dengan persentase 22,64% dan 41 orang peserta didik
berada pada kategori tidak berkesulitan belajar dengan persentase 77,36%. Jadi, kesulitan belajar
peserta didik di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada kategori tidak berkesulitan belajar
dengan persentase 77,36%. Artinya sebagian besar peserta didik tidak memiliki kesulitan belajar..
Menurut Darminto (Ristyani, 2016:23) kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang
dialami siswa yang ditandai dengan adanya hambatanhambatan tertentu yang menyebabkan tidak
tercapainya tujuan belajar. menurut Utami (2020:94) kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana
peserta didik kurang mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Kesulitan belajar ini dimana kondisi
peserta didik mengalami hambatan atau gangguan dalam proses pembelajaran, penyebab bisa berasal
dari faktor internal siswa maupun faktor eksternal siswa, dan ada berbagai jenis kesulitan belajar itu
sendiri.
Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas
IX SMPN 4 Lubuk Sikaping , Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra 13957

Selanjutnya kesulitan belajar yang di alami peserta didik akan dibahas berdasarkan indikator
dalam penelitian ini :
Kesulitan Belajar Peserta Didik dilihat dari Hasil Belajar Peserta Didik yang Rendah
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian menunjukan bahwa kesulitan belajar
dilihat dari hasil belajar peserta didik yang rendah di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada
kategori tidak berkesulitan belajar dengan persentase 79,25%. Artinya sebagian besar sedikit peserta
didik memiliki hasil belajar yang rendah.
Sugihartono (Anzar & Mardhatillah, 2018:54) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai suatu
gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya hasil belajar yang rendah atau di
bawah norma yang telah ditetapkan. Lebih lanjut Sugihartono (Anzar & Mardhatillah, 2018:54)
menjelaskan bahwa hasil belajar peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, hasil belajarnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan teman-temannya. Siswa yang mendapat nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dapat disebut juga mengalami kesulitan belajar. McQuillan
(Marlina, 2019:37) menyatakan seorang anak dinyatakan mengalami kesulitan betajar (lecrning
disabilities) jika pencapaian peserta didik tidak sepadan antara tingkat kemampuan dengan usia pada
satu atau lebih bidang akademik.
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan penejalasan di atas dapat disimpulkan ciri-ciri
peserta didik yang memiliki kesulitan belajar adalah peserta didik memiliki hasil belajar yang rendah.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tidak memiliki target nilai yang akan dicapai, adanya
nilai yang rendah dibidang hafalan dan terjadinya penurunan rata-rata nilai disetiap semester. Peserta
didik memiliki intelgensi, minat, keahlian dan cara belajar yang berbeda-beda oleh sebab itu perlu
bagi guru untuk memperhatikan cara belajar peserta didik dan memvariasikan metode belajar
sehingga bisa mengurangi kesulitan belajar yang di alami peserta didik.
Kesulitan Belajar Peserta Didik dilihat dari Hasil Tidak Seimbang dengan Usaha
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian kesulitan belajar dilihat dari hasil tidak
seimbang dengan usaha di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada kategori sangat sedikit
dengan persentase 77,36%. Artinya sebagian besar peserta didik tidak memiliki hasil tidak seimbang
dengan usaha.
Menurut Suryani (2010:36) peserta didik berkesulitan belajar memiliki potensi
kecerdasan/inteligensi normal, bahkan beberapa diantaranya di atas rata-rata. Namun
demikian, pada kenyataannya mereka memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan demikian,
mereka memiliki kesenjangan yang nyata antara potensi dan prestasi yang ditampilkannya.
Menurut Syah (Ristyani, 2016:24) Pada dasarnya setiap orang itu memiliki perbedaan dalam
hal intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan atau pendekatan dalam belajar
yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menerima pelajaran. Ada orang yang merasa
bahwa belajar adalah hal yang mudah, ada yang biasa saja bahkan ada yang merasa sulit. Hal itu
dapat kita lihat dari nilai atau prestasi yang mereka peroleh. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
13958 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

belajar akan memperoleh nilai yang kurang memuaskan dibandingkan dengan siswa lainnya.
Berdasarkan temuan penelitian dan pejelasan diatas dapat disimpulkan peserta salah satu
kesulitan belajar yang dialami peserta didik adalah hasil tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan oleh peserta didik. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan peserta didik yang tidak
menjadwalkan atau meluangkan waktu untuk belajar dirumah. Peserta didik tidak berusaha untuk
melengkapi tugas-tugas ketika diberikan kesempatah oleh guru dan peserta didik membuat catatan
terburu-buru tanpa melihat benar atau salah. Kebiasan-kebiasn yang tidak baik ini mengakibatkan
peserta didik mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan Belajar Peserta Didik dilihat dari Lambat melakukan tugas
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian kesulitan belajar dilihat dari lambat
melakukan tugas di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada kategori sangat sedikit dengan
persentase 64,15%. Artinya sebagian besar peserta didik tidak memiliki lambat melakukan tugas.
Menurut Surya (Utami, 2020:97) salah satu ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar adalah lambat dalam melakukan tugas yang diberikan guru, ia selalu tertinggal dari kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas. Menurut Lilik Sriyanti (2011:126) kesulitan belajar adalah
masalah belajar yang dialami siswa dan menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar.
Hambatan tersebut bisa datang di lingkungan dapat juga di dalam sendiri. Pada tingkat tertentu anak
didik dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Pada kasus-kasus
tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru, dan
orang lain sangat diperlukan.
Berdasarkan temuan penelitian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan salah satu kesulitan
belajar yang dialami peserta didik adalah lambat melakukan atau menyelasaikan tugas disbanding
dengan temannya. Keterlambatan yang dialami peserta didik adalah sulit memahami materi yang
disampaikan guru, mengerjakan tugas menunggu teman yang selesai setelah itu mencontoh tugas
tersebut. Selain itu peserta didik tidak aktif dalam diskusi kelompok dan peserta didik lebih memilih
tidak mengerjakan tugas ketika tidak mengerti dengan tugas yang dikerjakan. Oleh sebab itu guru
perlu memotivasi peserta didik dan memperhatikan kesulitan dalam proses belajar ketika mengalami
keterlambatan dalam proses belajarnya sehingga peserta didik berusaha mengejar ketertinggalannya.
Kesulitan Belajar Peserta Didik dilihat dari Sikap Kurang Wajar
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian kesulitan belajar dilihat dari sikap kurang
wajar di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada kategori sangat sedikit dengan persentase
73,58%. Artinya sebagian besar peserta didik tidak memiliki sikap kurang wajar.
Menurut Nathan (Ghufron, 2015:289) istilah kesulitan belajar (learning disability) diberikan
kepada anak yang mengalami kegagalan dalam situasi pembelajaran tertentu. Dalam hal ini belajar
didefinisikan sebagai ”perubahan perilaku yang terjadi secara terus menerus yang tidak diakibatkan
oleh kelelahan atau penyakit.
Menurut Surya (Utami, 2020:97) salah satu ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan
Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas
IX SMPN 4 Lubuk Sikaping , Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra 13959

belajar adalah Menujukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,berpura-
pura,dan dusta. Menurut Marlina (2019:37) karakteristik sikap kurang ajar adalah suka berkelahi,
pemarah, tidak sopan, kurang ajar,tidak suka bekerjasama, penentang, pemarah, suka mencari
perhatian, menolak mengakui kesalahan dan suka menyalahkan orang lain.
Berdasarkan temuan penelitian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar mengalami sikap kurang wajar. Sikap kurang wajar yang dimiliki peserta
didik selama proses belajar adalah peserta didik datang terlambat kesekolah, peserta didik
mendongkol ketika menerima sanksi terhadap kesalahannya. Selain itu peserta didik tidak berpakaian
tidak sesuai dengan aturan sekolah dan peserta didik sering menertawakan teman yang melakukankan
kesalahan. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian guru terhadap sikap peserta didik selama proses
belajar.
Kesulitan Belajar Peserta Didik dilihat dari Tingkah Laku Kurang Wajar
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian kesulitan belajar dilihat dari tingkah laku
kurang wajar di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada kategori tidak berkesulitan belajar
dengan persentase 62,26%. Artinya sebagian besar peserta didik tidak memiliki tingkah laku kurang
wajar.
Menurut Surya (Utami, 2020:97) salah satu ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar adalah Menujukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran,
mengasingkan diri, tersisih, dan tidak maubekerjasama.
Menurut Suryani (2010:36) perilaku peserta didik berubah-ubah dalam arti tidak konsisten
dan tidak terduga membuat Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak
konstan. Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan
karena, naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran Ketidakstabilan dan perubahan
yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan penjelasan di atas peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar memiliki perikalu yang kurang wajar di sekolah. Perilaku kurang wajar yang
ditunjukan peserta didik adalah ketika malas mengikuti pembelajaran peserta didik lebih memilih
untuk bolos sekolah, peserta didik kurang pedulu dengan pelajaran sehingga tidak mau mengerjakan
tugas dan peserta didik sulit untuk diam dan melakukan aktivitas lain yang mengganggu proses
belajar peserta didik.
Kesulitan Belajar Peserta Didik dilihat dari Emosional Kurang Wajar
Berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian kesulitan belajar dilihat dari emosional
kurang wajar di kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping berada pada kategori tidak berkesulitan belajar
dengan persentase 86,79%. Artinya sebagian besar peserta didik tidak memiliki emosional kurang
wajar.
Menurut Surya (Utami, 2020:97) salah satu ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan
13960 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

belajar adalah Menujukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Menurut Marlina (2019:37) peserta didik dengan gannguan emosi sering mengalami konfljk
baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Mereka mengalami kesulitan untuk bermain atau
belajar bersama peserta didik lainnya. Peserta didik dengan gangguan emosional mengalami kesulitan
beradaptasi dengan kehidupan masyarakat, sering berkelahi, dan tidak disukai oleh peserta didik lain
pada umumnya. Karena ketidak mampuannya menjalin hubungan persahabatan, maka anak dengan
gangguan emosi oleh awam sering disebut iuga anak nakal.
Berdasarkan temuan hasil penelitian dan penjelasan diatas dapat disimpulkan peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar memiliki emosional yang kurang wajar seperti peserta didik takut
dipanggil guru ke depan untuk menyimpulkan materi atau mengerjakan soal karna merasa gugup,
gemetaran, tangan dingin. Peserta didik melamun dalam proses belajar dan sering dipanggil guru
karna bermasalah dengan teman. Selain itu ketika marah peserta didik sulit mengendalikan diri
sehingga sering mengeluarkan kata-kata yang tak pantas dikatakan. Oleh sebab itu sangat penting
peran guru dalam mengarahkan peserta didik untuk mengandalikan dan melampiaskan emosi peserta
didik dengan baik.
Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta
Didik Kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping
Dari hasil kesulitan belajar peserta didik dirancang program layanan bimbingan dan
konseling yaitu layanan dasar, strategi bimbingan klasikal dengan tema strategi belajar berdasarkan
gaya belajar, menggunakan pendekatan Cooperative Learning. Dan layanan perencanaan dan
peminatan individual dengan tema mengatasi kesulitan belajar, dan menggunakan pendekatan
diskusi.
Rancangan program bimbingan dan konseling untuk mengatasi kesulitan belajar pada peserta
didik kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping disusun secara deskriptif dengan mengacu pada Pedoman
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (POP BK) yang dikeluarkan oleh
Kemdikbud tahun 2016 Program bimbingan dan konseling untuk mengatasi kesulitan belajar peserta
didik berdasarkan hasil penelitian dilaporkan dengan sistematika sebagai berikut: 1) Rasional, 2)
Dasar Hukum, 3) Visi dan Misi, 4) Deskripsi Kebutuhan, 5) Tujuan, 6) Komponen Program, 7)
Bidang Layanan 8) Rencana Operasional (action plan), 9) Pengembangan tema/topik, 10) Evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut, 11) Sarana dan Prasarana, 12) Anggaran Biaya 13) Penutup. Adapun
uraiannya sebagai berikut:
Rasional
Program yang disusun oleh seorang guru BK/Konselor adalah dalam upaya memfasilitasi
pengembangan diri peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan berdasarkan rumusan tugas-tugas perkembangan yakni Standar
Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas
IX SMPN 4 Lubuk Sikaping , Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra 13961

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007) yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar
dan karir. Program yang disusun oleh seorang guru BK/Konselor adalah dalam upaya memfasilitasi
pengembangan diri peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan berdasarkan rumusan tugastugas perkembangan yakni Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik (Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, 2007) yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Penyusunan program ini berdasarkan temuan hasil penelitian yang menunjukan bahwa masih
terdapat peserta didik yang masih mengalami kesulitan belajar. Aktivitas belajar setiap siswa tidak
selamanya dapat berlangsung dengan baik tanpa masalah. Siswa kadang bisa belajar dengan lancar,
kadang tidak. Termasuk dalam hal konsentrasi menghadapi pelajaran, kadang belajar dengan penuh
semangat, namun seringkali siswa malas belajar.
Menurut Utami (2020:94) kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana peserta didik kurang
mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga
proses dan hasilnya kurang memuaskan. Kesulitan belajar ini dimana kondisi peserta didik mengalami
hambatan atau gangguan dalam proses pembelajaran.
Menurut Usman (Utami, 2020:94) peran guru merupakan terciptanya serangkaian tingkah
laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya. Guru harus
memberikan penanganan khusus dan perhatian yang lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar dibandingkan siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satu guru
yang berperan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik adalah guru BK. Oleh sebab itu guru
BK membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui penyusunan program yang
ditetapkan berdasarkan kebutuhan peserta didik.
Rancangan program BK yang direncanakan memuat layanan dasar dengan strategi bimbingan
klasikal dan peminatan dan perencanaan individual dengan strategi layanan bimbingan kelompok.
layanan dasar merupakan layanan bantuan bagi peserta didik (siswa) baik di kelas maupun di luar
kelas yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya
secara optimal. rancangan layanan dasar dengan strategi layanan bimbingan klasikal yang
direncanakan ditetapkan berdasarkan berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Extrikna dan
Hartanto pada tahun 2020 dengan judul “Efektifitas layanan bimbingan klasikal teknik problem baset
learning untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada siswa kelas VIII FU SMP
Muhammadiyah 1 Moyudan.” Hasil penelitian tersebut adalah kelas eksperimen menunjukkan bahwa
layanan bimbingan klasikal efektif dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti
menetapkan salah satu layanan BK untuk mengatasi kesulitan belajar adalah melalui layanan dasar.
Selanjutnya layanan kedua yang direncanakan dalam rancangan program BK adalah layanan
peminatan dan perencanaan individual dengan strategi layanan bimbingan kelompok. Layanan
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan antara pemimpin kelompok
13962 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

(konselor) dengan anggota kelompok (konseli/peserta didik) yang memanfaatkan dinamika kelompok.
Penetapan layanan bimbingan kelompok untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh siregar pada tahun 2018 dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan
Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Kelas IX SMP” dengan
hasil penelitian pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu layanan bimbingan dan
konseling dapat mengatasi kesulitan belajar dalam diri siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disumpulkan rancangan program BK untuk mengtasai
kesulitan belajar peserta didik menggunakan dua layanan yaitu layanan penguasaan konten dan
layanan bimbingan kelompok.
Dasar Hukum
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling didasarkan pada dasar hokum sebagai berikut: 1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301); 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen; 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas 4) Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 71, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5410); 5) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941)
Visi dan Misi
Visi “Mengentaskan permasalahan kesulitan belajar yang di alami peserta didik kelas IX
SMPN 4 Lubuk Sikaping”
Misi “a) Memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengenal beragam karakteristik kesulitan
belajar. b) Membantu peserta didik untuk dapat terhindar dari permasalahan belajar. c) Membantu
peserta didik untuk dapat menyelesaikan permasalahan belajar yang dimiliki.
Deskripsi Kebutuhan
Penyusunan program bimbingan dan konseling pada SMPN 4 Lubuk Sikaping didasarkan dari
hasil penelitian yang berjudul “Rancangan program bimbingan dan konseling untuk mengatasi
kesulitan belajar pada peserta didik”. Artinya keseluruhan program pelayanan memang merupakan
suatu pelayanan yang benar-benar menjadi kebutuhan siswa itu sendiri sehingga relevan untuk
dilaksanakan. Data penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai kesulitan belajar, diketahui
secara umum bahwasanya masih terdapat 11 peserta didik mengalami kesulitan belajar.
Selanjutnya hasil penelitian berdasarkan ciri-ciri kesulitan belajar:1) Menunjukkan hasil belajar yang
rendah terdapat 11 orang peserta didik berada pada kategori berkesulitan belajar dengan persentase
Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas
IX SMPN 4 Lubuk Sikaping , Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra 13963

20,75%. 2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan terdapat 12 orang
peserta didik berada pada kategori berkesulitan belajar dengan persentase 22,64%. 3) Lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajar terdapat 19 orang peserta didik berada pada kategori
berkesulitan belajar dengan persentase 35,85%. 4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar terdapat 14
orang peserta didik berada pada kategori berkesulitan belajar dengan persentase 26,42%. 5)
Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar terdapat 20 orang peserta didik berada pada kategori
berkesulitan belajar dengan persentase 37,74%. 6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar
terdapat 7 orang peserta didik berada pada kategori berkesulitan belajar dengan persentase 13,21%.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan program sebagai berikut. 1) Program ini diharapkan dapat
membantu konselor meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling. 2) Program yang disusun, dapat dijadikan bagi konselor saat memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada siswa secara khusus untuk mengatasi kesulitan belajar yang di alami
peserta didik .
Komponen Program
Program Komponen dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik mengenai kesulitan
belajar yang dialaminya, tentunya berdasarkan hasil analisis kebutuhan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian bantuan (tepat sasaran). Komponen dan strategi tersebut antara lain
berupa layanan penguasaan konten dan layanan bimbingan kelompok. Pendekatan dengan jenis
layanan yang diberikan disesuaikan dengan kategori rakteristik kesulitan belajar peserta didik sebagai
berikut: Peserta didik dengan kesulitan belajar dengan kategori tidak bermasalah hingga kurang
bermasalah, meliputi aspek: 1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah. 2) Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. 3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan
belajar. 4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar. 5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.
Bidang Layanan
Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat bidang layanan, yaitu
bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pada hakikatnya
perkembangan tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap diri
individu peserta didik/konseli. Pada penelitian ini materi layanan bimbingan klasikan yang disajikan
secara proporsional sesuai dengan hasil assesmen kebutuhan bidang bimbingan belajar.
Bidang layanan yang perlu dikembangan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik
adalah bidang layanan pribadi dan belajar. Menurut Kamaludin (2011:452) layanan pribadi, yaitu
bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan
potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan
kebutuhan dirinya secara realistik. Bidang tersebut adalah bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat
13964 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar
secara mandiri.
Menurut Wardati & Jauhari (2011:44) bidang belajar merupakan bimbingan yang
diperuntukkan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah serta
menemukan cara belajar yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajar. Tujuan bidang belajar ini agar
siswa tidak terhambat atau terganggu dalam belajarnya. Proses pemberian bantuan guru bimbingan
dan konseling atau konselor kepada peserta didik/ konseli dalam mengenali potensi diri untuk belajar,
memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan
menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal.
sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupannya.
Rencana Operasional (Action plan)
Dalam membantu guru bimbingan dan konseling atau konselor mencapai tujuan BK selama
satu tahun diperlukan rencana operasional yang memberikan panduan untuk penyusunan program
tahunan dan semesteran. Rencana kegiatan (action plan) bimbingan dan konseling merupakan rencana
detail yang menguraikan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang didapat dari
hasil asesmen terhadap kondisi peserta didik serta standar kompetensi kemandirian siswa.
Pengembangan Tema/topic
Tema/topik merupakan rincian lanjut dari identifikasi deskripsi kebutuhan peserta
didik/konseli dalam aspek perkembangan khususnya pada bidang belajar yang dituangkan dalam
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPL bimbingan dan konseling). Setelah
tema atau topik dikembangkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun RPL bimbingan dan konseling.
Materi yang dituangkan dalam RPL disajikan dengan menggunakan beragam metode, teknik dan
media bimbingan. Materi dapat bersifat informatif dan orientatif yang membuat peserta didik
mengetahui dan memahami bagaimana cara berperilaku, mengembangkan pemikiran positif, membuat
pilihan dan mengambil keputusan.
Layanan yang dirancang dalam program ini yaitu layanan penguasaan konten dan layanan
bimbingan kelompok. Layanan penguasaan konten dengan tema “Strategi Belajar Berdasarkan Gaya
Belajar. Subtema layanan pengusaan konten ini adalah 1) Strategi belajar berdasarkan gaya belajar
audiotori. 2) Strategi belajar berdasarkan gaya belajar kinestetik. 3) Strategi belajar berdasarkan gaya
belajar visual.
Layanan bimbingan kelompok dengan topic tugas dengan tema “Cara Mengatasi Kesulitan
Belajar”. Subteman yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok adalah 1) Kiat-kiat mengatasi
perilaku kurang wajar. 2) Kiat mengatasi sikap kurang wajar. 3) Kiat-kiat mengatasi emosi kurang
wajar . 4) Cara memaksimal usaha dalam belajar agar mendapatkan hasil belajar secara maksimal.
Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut
Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Kesulitan Belajar pada Peserta Didik Kelas
IX SMPN 4 Lubuk Sikaping , Zulnia Putri, Wira Solina, Yasrial Chandra 13965

Evaluasi program didasarkan pada rumusan tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu, perlu
dilakukan evaluasi keterlaksanaan program. Hasil evaluasi dapat dijadikan salah satu bentuk
akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling. Hasil evaluasi dan diakhiri dengan rekomendasi
tentang tindak lanjut pengembangan program selanjutnya.
Pada saat program yang dirancang telah dilaksanakan perlu adanya evaluasi yang dilakukan
oleh guru BK. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Setelah
evaluasi telah dilakukan lalu dilakukan analisis bagaimana keberhasilan layanan tersebut. Salanjutnya
hasil analisis tersebut perlu dilakukan tindak lanjut seperti apakah masih membutuhkan layanan
penujang untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik atau membutuh bantuan dari pihak lain.
Sarana dan Prasarana
Selain rumusan dalam bentuk perilaku, hasil analisis asesmen kebutuhan juga digunakan
untuk mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur program Bimbingan dan konseling. Standar
infrastruktur mengacu pada lampiran Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Rancangan kebutuhan sarana dan
prasarana disesuaikan dengan dukungan kebijakan dan dana serta kemanfaatannya.
Kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang agar terlaksanannya layanan penguasaan
konten dan layanan bimbingan kelompok secara maksimal adalah, ruang kelas atau ruangan
bimbingan kelompok, laptop dan alat proyektor.
Anggaran Biaya
Pada perencanaan program Layanan Bimbingan dan konseling perlu direncanakan anggaran
biaya yang diperlukan selama program tersebut dijalankan. Usulan dana yang dibutuhkan selama
Layanan Bimbingan dan konseling agar terlihat rinciannya secara jelas dapat dilakukan sejalan
dengan program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Anggaran biaya yang dibutuhkan
dalam rancangan program ini disesuaikan dengan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah. Apabila
terdapat kekurangan sarana dan prasrana yang telah dirancang guru Bk dapat mengusulkan anggaran
biaya sesusai kebutuhan.
Penutup
Program bimbingan dan konseling harus pula disusun dalam rencana yang jelas, baik rincian
dari setiap kegiatan yang akan dilakukan, jangka waktunya, maupun siapa yang akan melakukannya.
Agar program bimbingan dan konseling itu selalu menjadi perhatian bagi pelaksana pelayanan
bimbingan dan konseling, maka program tersebut hendaknya terbuka dan mudah dipahami bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Program bimbingan dan konseling akan mudah dilaksanakan
apabila ada kerjasama diantara semua pihak yang berkepentingan dalam kesuksesan pelayanan
bimbingan dan konseling. Kerjasama antara kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran, pembina
ekskul, pegawai sekolah dengan guru pembimbing/konselor terjalin sesuai dengan tugas dan peranan
masing-masing dalam pelayanannya. Tanpa kerjasama antar personil itu, kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling akan banyak mengalami hambatan.
13966 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13953-13966

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Rancangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling
untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Peserta Didik Kelas IX SMPN 4 Lubuk Sikaping: 1)
Menunjukkan hasil kesulitan belajar peserta didik berada pada kategori tidak berkesulitan belajar. 2)
Rancangan program layanan untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik yaitu layanan dasar
dengan strategi layanan bimbingan klasikal, dengan tema strategi belajar berdasarkan gaya belajar,
menggunakan pendekatan Cooperative Learning. Dan layanan perencanaan dan peminatan individual,
dengan tema mengatasi kesulitan belajar, dengan pendekatan diskusi.

REFERENSI
Ahmadi, A dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Anzar, S. F., & Mardhatillah, M. (2018). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas V SD Negeri 20 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran
2015/2016. Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(1).
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif, Jakarta : Puspa Swara.
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan konseling sekolah. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 17(4),
447-454.
Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Nuha Litera. Pembukaan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 2002. Jakarta: Diperbanyak oleh Jaringan Data dan
Informas
Ristiyani, E., & Bahriah, E. S. (2016). Analisis kesulitan belajar kimia siswa di SMAN X Kota
Tangerang Selatan. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2(1), 18-29.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
Bandung : Alfabeta.
Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis .Integrasi). Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Utami, F. N. (2020). Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SD. Edukatif: Jurnal
Ilmu Pendidikan Volume, 2(1), 93-101.
Wardati dan Mohammad Jauhar. (2011) Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta;
Prestasi Pustakaraya

You might also like