Professional Documents
Culture Documents
Enung Nurhayati
Program Akuntansi,Universitas Kuningan
enung.nurhayati@uniku.ac.id
Abstract
This study aims to produce empirical evidence regarding the effect of the effectiveness of
internal control, compensation suitability, compliance with accounting rules and unethical
behavior on the tendency of accounting fraud in retail companies in Kuningan Regency.
The method used is descriptive quantitative method. The population in this study as many
as 168 employees with a stratified random sampling, sampling technique so as to produce
119 respondents at retail companies in Kuningan Regency. The data collection method in
this study was a questionnaire. The results show that: 1) The effectiveness of internal
control, compensation suitability, compliance with accounting rules and unethical
behavior affect the tendency of accounting fraud, 2) The effectiveness of internal control
has a negative and significant effect on the tendency of accounting fraud, 3) Compatibility
of compensation has no significant effect on the tendency of accounting fraud. accounting
fraud, 4) compliance with accounting rules has no significant effect on the tendency of
accounting fraud, and 5) unethical behavior has a positive and significant effect on the
tendency of accounting fraud.
Keywords: Effectiveness of Internal Control, Compensation Suitability, Compliance
with Rules Accounting, Unethical Behavior, Trends in Accounting Fraud
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bukti empiris mengenai pengaruh efektivitas
pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, kepatuhan terhadap peraturan akuntansi,
dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi di perusahaan-
perusahaan ritel di Kabupaten Kuningan. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 168 karyawan dengan teknik
pengambilan sampel acak berstrata, sehingga menghasilkan 119 responden di perusahaan-
perusahaan ritel di Kabupaten Kuningan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Efektivitas pengendalian
internal, kesesuaian kompensasi, kepatuhan terhadap peraturan akuntansi, dan perilaku
tidak etis mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi, 2) Efektivitas
pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi, 3) Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi, 4) Kepatuhan terhadap peraturan akuntansi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, dan 5) Perilaku
70
Efektivitas Pengendalian …. ( Enung, Rohmah & Oktaviani )
PENDAHULUAN
Kecurangan akuntansi telah berkembang membelanjakan harta tersebut. Pelaku
di berbagai negara, termasuk di Indonesia, kecurangan dapat berasal dari dalam atau
berkembang secara luas dan menimbulkan dari luar organisasi.
kerugian yang sangat besar hampir diseluruh Menurut Radhiah (2016:6)
sektor. Kasus kecurangan akuntansi di “Kecenderungan kecurangan akuntansi
Indonesia terjadi secara berulang-ulang dan adalah tindakan yang terjadi karena adanya
mendapatkan banyak perhatian publik peluang untuk melakukan salah saji dalam
sebagai dinamika yang menjadi pusat laporan keuangan dan salah saji yang timbul
perhatian para pelaku bisnis di dunia. dari perlakuan tidak semestinya dalam
Bahkan di Indonesia, kecurangan akuntansi asset”. Dapat disimpulkan kecenderungan
sudah menjadi kebiasan dari tahun ke tahun. kecurangan akuntansi adalah keinginan
Di zaman yang sekarang ini kejahatan untuk melakukan segala sesuatu untuk
dan pelanggaran adalah sesuatu hal yang memperoleh keuntungan dengan cara yang
sudah wajar yang sering dilakukan oleh tidak jujur seperti menutupi kebenaran,
masyarakat. Di Indonesia sendiri penipuan, manipulasi, kelicikan atau
perkembangannya sampai saat ini semakin mengelabui yang dapat berupa salah saji atas
meningkat. Meskipun banyak hukum atau laporan keuangan, korupsi dan
peraturan yang sudah di tegakkan, tetapi penyalahgunaan aset.
masyarakat di Indonesia masih ada yang Menurut Indeks Persepsi Korupsi
melanggar dan tidak menaati hukum dan (Corruption Perception Index-CPI) skor CPI
peraturan yang berlaku. Kecurangan bisa Indonesia naik dua poin dari tahun
diartikan seperti sikap seseorang yang tidak sebelumnya menjadi 40 dan berada di posisi
mau berusaha untuk mendapatkan apa yang 85 dari 180 negara. Secara global, rata-rata
diinginkan dengan cara bekerja keras skor CPI dunia berada pada 43 poin.
melainkan untuk mendapatkan apa yang Sebanyak 60% atau 120 dari 180 negara
diinginkan itu seseorang akan menggunakan yang diukur CPI memiliki skor di bawah 50
jalur jalan pintas. Pada dasarnya kecurangan termasuk Indonesia. Selain Indonesia,
merupakan tindakan yang dilakukan secara terdapat lima negara lain yang memiliki skor
sengaja untuk memperoleh keuntungan, sama seperti Indonesia, yaitu Burkina Faso,
bukan karena kekeliruan yang terjadi karena Guyana, Lesotho, Trinidad and Tobago, serta
ketidaksengajaan. Kuwait. Indonesia berada di peringkat ke-4
Dalam akuntansi, terdapat tindakan yang di antara negara ASEAN, setelah Singapura,
merupakan penyimpangan dari prosedur Brunei Darussalam, dan Malaysia. Di tahun
akuntansi dan dilakukan dengan sengaja 2019, Denmark dan New Zealand berada di
yang disebut dengan kecurangan (fraud). tingkat pertama dengan perolehan skor 87,
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi disusul dengan Finlandia di peringkat kedua
merupakan ancaman bagi perusahaan karena yang berhasil memperoleh skor 86.
terus berkembang dari waktu kewaktu. Sementara itu, Somalia masih berada di
Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat posisi terendah dengan perolehan skor 9.
berasal dari internal perusahaan maupun Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
eksternal perusahaan. Kecurangan atau fraud oleh Association of Certified Fraud
merupakan tindakan melawan hukum yang Examiners (ACFE) Indonesia tahun 2019
merugikan entitas/organisasi dan menunjukkan bahwa fraud yang paling
menguntungkan pelakunya. Tindakan banyak dan merugikan terjadi di Indonesia
kecurangan dapat berupa pengambilan atau adalah Korupsi dengan persentase 64.4%,
pencurian harta atau aset milik organisasi, jenis fraud selanjutnya yaitu Penyalahgunaan
menyembunyikan dan mengalihkan atau Aset/Kekayaan Negara dan Perusahaan
71
JRKA Volume 8 Isue 1, Agustus 2022: 70 - 84
dengan persentasi 28.9%, dan fraud Laporan daya yang dimiliki sangat tergantung dari
Keuangan sebesar 6.7% (Survei Fraud kemampuan karyawan untuk menggunakan
Indonesia, 2019:14) sumber daya yang dimiliki sesuai tujuan
Latar belakang pelaku fraud yang diharapkan. Karyawan adalah
menunjukkan bahwa 55.2% menilai pelaku penggerak bagi sumber daya lainnya yang
fraud tidak pernah di hukum. Hasil ini dimiliki oleh peritel.
selaras dengan Survei Fraud Indonesia 2016 Perusahaan ritel merupakan perusahaan
maupun Report to The Nation 2018 yang yang kegiatan utamanya menjual barang atau
menjelaskan bahwa sebagian besar pelaku jasa pada konsumen akhir untuk konsumsi
fraud tidak pernah dihukum. Hasil ini pribadi atau rumah tangga. Peningkatan
memberikan informasi bahwa setiap individu bisnis ritel di Indonesia meningkat pesat,
bahkan yang tidak pernah di hukum bisnis ritel ini mulai banyak dilirik kalangan
memiliki potensi yang besar untuk menjadi pengusaha, sebab memiliki pengaruh positif
pelaku fraud yang perlu diwaspadai. (Survei terhadap jumlah lapangan pekerjaan dan
Fraud Indonesia, 2019:58) keuntungannya yang menjanjikan.
Pelaku fraud terbesar ada di kalangan Masyarakat juga dapat berbelanja dengan
karyawan yaitu sebesar 31.8%, selanjutnya fasilitas dan kenyaman serta pelayanan yang
dilakukan oleh atasan direksi/pemilik yaitu baik, selain itu harga dari setiap produk yang
sebesar 29.4%, dan manajer sebesar 23.7% cukup terjangkau. Untuk memenuhi kualitas
dan Lain-lain sebesar 15.1%. Terdapat pelayanan tersebut perusahaan ritel
pergeseran tren dari Survei Fraud Indonesia memerlukan biaya yang cukup besar baik
2016 yang menunjukkan bahwa pelaku untuk fasilitas maupun biaya gaji untuk
fraud, secara berurutan, dilakukan oleh pengadaan sumber daya manusia yang lebih
manajer, atasan direksi/pemilik, dan baik.
karyawan. Namun, hasil ini sejalan dengan Dalam pengelolaan dan peningkatan
survei dalam Report to The Nations 2018 mutu dan juga kualitas perusahaan maka
yang menunjukkan bahwa pelaku fraud manajemen keuangan harus dapat mengelola
kebanyakan adalah karyawan (Survei Fraud dengan efektif pendapatan penjualan yang
Indonesia, 2019:39). didapat. Perusahaan ritel memiliki banyak
Bisnis ritel saat ini berkembang dengan transaksi keuangan maka diperlukan struktur
pesat dan memberikan peluang bagi dalam pemisahan tugas dan fungsi.
pengelola untuk mendapatkan profit yang Pemisahan tugas dan fungsi tersebut
besar. Perusahaan ritel dalam upaya diharapkan dapat mengurangi terjadinya
mengembangkan bisnis yang dimiliki resiko kesalahan serta kecurangan seperti
hendaknya berupaya secara terus menerus kesalahan pencatatan penjualan harian,
untuk meningkatkan kemampuan yang keterlambatan pembayaran kepada supplier,
dimiliki dalam rangka meminimalisasi risiko kesalahan pencatatan penerimaan dan
yang dihadapi. Risiko yang berasal dari pengeluaran kas serta kesalahan pembelian
dalam usaha umumnya disebabkan oleh kebutuhan perusahaan.
tantangan bagi perusahaan ritel dalam Berdasarkan hasil wawancara dengan
melakukan pengambilan keputusan untuk beberapa karyawan pada bagian MD
memajukan usaha yang dimiliki, khususnya (Merchandiser Display), Pramuniaga,
upaya untuk mengelola karyawan. Service Crew, SPG (Sales Promotion Girl),
Pengelolaan yang baik terhadap karyawan Audio Visual, Kasir, dan Manajer pada
diharapkan mampu menekan risiko dari beberapa perusahaan ritel ditemukan
dalam usaha ritel yang dimiliki, karena beberapa indikasi kecurangan yang sering
karyawan adalah inti dari bisnis ritel. terjadi, berikut tabelnya:
Keberhasilan pengelolaan terhadap sumber
72
Efektivitas Pengendalian …. ( Enung, Rohmah & Oktaviani )
Tabel 1
Tendensi Fraud Pada Perusahaan Ritel di Kabupaten Kuningan
No. Tendensi Fraud Fenomena Kasus
1. Pencurian Aset Pencurian persediaan barang dagang
Perusahaan
2. Manipulasi Bukti Manipulasi bukti pembayaran konsumsi dan transportasi
Transaksi karyawan
3. Manipulasi Transaksi Manipulasi transaksi penjualan oleh kasir, yakni: Jika
customer berbelanja dalam jumlah banyak, biasanya pada
item ke-3 atau item seterusnya dimanipulasi oleh bagian kasir,
misalnya item ke-3 dibeli oleh customer 4 pcs, oleh kasir
diinput menjadi 5 pcs atau lebih. Dari kelebihan tersebut
uangnya mereka ambil untuk kepentingan pribadi (misalnya
membeli produk tersebut tanpa harus membayar lagi atau
mengambil uang tersebut secara tunai)
4. Telat melakukan Pembayaran kepada supplier melebihi batas waktu yang telah
pembayaran kepada ditentukan berpengaruh terhadap pengiriman barang dagang
supplier selanjutnya dimana supplier melakukan pending pengiriman
barang kepada perusahaan.
5. Manipulasi harga Ada harga promo dari supplier, oleh karyawan harga promo
produk tersebut tidak diadakan. Ada promo barang dagang beli 2
gratis 1, oleh karyawan barang dagang tersebut dijual dengan
harga normal. Keuntungan penjualan tersebut digunakan
untuk kepentingan pribadi karyawan.
6. Manipulasi Penjualan Manipulasi laporan sell out, melebihkan data penjualan
sesungguhnya
Sumber: Data Primer 2021
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh konsistensi tinggi (jarang) maka
Haerunisa et al. (2021) menunjukkan bahwa penyebabnya adalah eksternal,
perilaku tidak etis tidak berpengaruh sebaliknya jika konsistensi rendah
terhadap kecenderungan kecurangan (lambat laun) maka penyebabnya
akuntansi. adalah internal.
akuntansi guna tercapainya tujuan dan 2. Salah saji yang timbul dari perlakuan
sasaran perusahaan. yang tidak semestinya, hal ini sering
kali disebut dengan penyalahgunaan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi atau penggelapan berkaitan dengan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pencurian aktiva entitas yang berakibat
(IAI), 2001 dalam Rizky & Fitri (2017:11) laporan keuangan tidak disajikan sesuai
menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: dengan prinsip akuntansi yang berlaku
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan umum di Indonesia.
dalam pelaporan keuangan yaitu salah 3. Menurut the Association of Certified
saji atau penghilangan secara sengaja Fraud Examiners (ACFE) fraud
jumlah atau pengungkapan dalam diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu:
laporan keuangan untuk mengelabuhi
pemakai laporan keuangan,
76
Efektivitas Pengendalian …. ( Enung, Rohmah & Oktaviani )
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dibandingkan dari r tabel. Sehingga dapat
hasil uji validitas untuk seluruh variabel disimpulkan bahwa item pernyataan untuk
menunjukan bahwa r hitung lebih besar seluruh variabel adalah valid.
Tabel 3
Uji reliabilitas
Variabel Cronbach's N of Items Keterangan
Alpha
Efektivitas Pengendalian Internal 0.666 24 Reliabel
Kesesuaian Kompensasi 0.602 11 Reliabel
Ketaatan Aturan Akuntansi 0.641 13 Reliabel
Perilaku Tidak Etis 0.699 10 Reliabel
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi 0.608 15 Reliabel
77
JRKA Volume 8 Isue 1, Agustus 2022: 70 - 84
Tabel 4
Analisis Regresi Berganda
Model
Koefisien t hitung Sig.
(Constant) 27,221 5.579 0.000
Efektivitas Pengendalian Internal -0.136 -2.276 0.025
Kesesuaian Kompensasi -0.07 -0.080 0.937
Ketaatan Aturan Akuntansi -0.034 -0.306 0.760
Perilaku Tidak Etis 0.353 5.015 0.000
Koefisien Determinasi
Adjusted R Square (Adj.R2) 0.581
Uji F 12.542 0.000
Sumber : data diolah 2021
78
Efektivitas Pengendalian …. ( Enung, Rohmah & Oktaviani )
didukung oleh penelitian yang dilakukan perilaku tidak etis di perusahaan maka
oleh Ahriati et al. (2015), Fauwzi (2011), semakin menurun pula tingkat
dan Rahmawati (2012) menunjukkan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi.
kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat
terhadap kecenderungan kecurangan disebabkan oleh perilaku manajemen
akuntansi. perusahaan yang tidak sesuai dengan aturan
maupun norma perilaku yang berlaku dalam
Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi perusahaan, biasanya hal tersebut salah
terhadap Kecenderungan Kecurangan satunya disebabkan oleh standar norma yang
Akuntansi berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian didapat Hal ini sejalan dengan teori atribusi dan
bahwa ketaatan aturan akuntansi tidak teori agensi, dimana dalam teori atribusi
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi
kecenderungan kecurangan akuntansi. disebabkan oleh atribut penyebab salah
Ketaatan aturan akuntansi merupakan satunya oleh perilaku manajemen yang tidak
perilaku patuh terhadap standar akuntansi etis. Sedangkan dalam teori agensi,
yang telah ditetapakan dalam penyusunan hubungan antara prinsipal dan agen
dan penyajian laporan keuangan sehingga didasarkan pada kesepakatan norma maupun
laporan keuangan yang disajikan handal, konsep kontrak, apabila manajemen
efektif, dan informasinya akurat. Dalam berperilaku tidak sesuai dengan norma yang
penelitian ini, manajemen perusahaan telah berlaku maka melanggar hubungan prinsipal
mematuhi aturan akuntansi yang berlaku, dan agen.Hasil penelitian ini didukung oleh
sehingga ketaatan aturan akuntansi dalam penelitian yang dilakukan Ahriati et al.
perusahaan ritel tidak mempengaruhi tingkat (2015), Shintadevi (2015), dan Dewi (2017)
kecenderungan kecurangan akuntansi. menunjukkan bahwa perilaku tidak etis
Kecenderungan kecurangan akuntansi di berpengaruh positif terhadap kecenderungan
perusahaan ritel terjadi bukan karena kecurangan akuntansi.
ketaatan aturan akuntansi yang menurun,
melainkan terjadi karena kondisi tertentu SIMPULAN
yang tidak di uji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian dan
Wolk and Tearney (1997:93-95) dalam pembahasan, maka dapat diperoleh
Indriastuti et. Al. (2016:128) menjelaskan kesimpulan sebagai berikut :Efektivitas
bahwa kegagalan penyusunan laporan pengendalian internal, kesesuaian
keuangan yang disebabkan karena kompensasi, ketaatan aturan akuntansi dan
ketidaktaatan pada aturan akuntansi akan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap
menimbulkan kecurangan perusahaan yang kecenderungan kecurangan akuntansi.
tidak dapat dideteksi oleh para auditor. Artinya, tingkat efektivitas pengendalian
Karena tidak dapat dideteksi inilah ketaatan internal, tingkat kesesuaian kompensasi,
aturan tidak berpengaruh terhadap tingkat keataatan aturan akuntansi dan
kecurangan akuntansi. tingkat perilaku tidak etis dapat
Hasil penelitian ini didukung oleh mempengaruhi tingkat kecenderungan
penelitian dilakukan oleh Kusumastuti kecurangan akuntansi. Efektivitas
(2012), Indriastuti et al. (2016), dan Azmi pengendalian internal berpengaruh negatif
(2017) yang menunjukkan ketaatan aturan dan signifikan terhadap kecenderungan
akuntansi tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi. artinya semakin
kecenderungan kecurangan akuntansi. efektif pengendalian internal perusahaan,
maka tingkat kecenderungan kecurangan
Pengaruh Perilaku Tidak Etis terhadap akuntansi akan semakin kecil. Sebaliknya,
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. jika pengendalian internal perusahaan tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang efektif maka tingkat terjadinya
didapat bahwa perilaku tidak etis kecenderungan kecurangan akuntansi akan
iberpengaruh positif dan signifikan terhadap semakin besar. Kesesuaian kompensasi
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal tidak berpengaruh signifikan terhadap
ini menunjukkan semakin menurunnya kecenderungan kecurangan akuntansi.
80
Efektivitas Pengendalian …. ( Enung, Rohmah & Oktaviani )
84