You are on page 1of 8

NILAI-NILAI EKONOMI KERAKYATAN YANG BERSUMBER DARI

PANCASILA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

Kelompok 8

Zusniar Sapira Gultom: 230101040


Putri Raihanum: 230101052
Widya Rantika Putri: 230101055

Dosen Pengampu: Siti Aisyah

PRODI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH 1445 H/ 2023 M

i
A. Pengertian Ekonomi Kerakyatan
Menurut Mubaryo, dalam bukunya yang berjudul Reformasi Sistem
Ekonomi (dari Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan), menyatakan bahwa
ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang demokratis yang ditujukan untuk
kemakmuran rakyat kecil.1
Sedangkan ekonomi kerakyatan menurut Zulkarnain, di dalam bukunya
yang berjudul: Kewirausahaan (Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah
dan penduduk Miskin), ekonomi kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang
harus di anut sesuai dengan falsafah negara kita yang menyangkut dua aspek.
yakni keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan kepada ekonomi
rakyat.2
A. Simarmata menyebutkan bahwa istilah demokrasi ekonomi yang
secara tegas terdapat pasal penjelasan, dapat ditafsirkan sebagai setara dengan
ekonomi kerakyatan. Penjelasan pasal 33 UUD 45 menyatakan bahwa ekonomi
kerakyatan yakni sistem ekonomi dimana produksi dikerjakan oleh semua, untuk
semua, serta dibawah pemilikan anggota-anggota masyarakat. Dengan demikian
salah satu pilar dari demokrasi ekonomi itu adalah keikutsertaan semua orang
dalam kegiatan produksi.
Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua pendekatan
yaitu: pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil,
yang disebut perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini. pemberdayaan
ekonomi rakyat dimaksudkan adalah pemberdayaan pelaku ekonomi skala kecil.
Kedua, pendekatan sistem ekonomi, yaitu demokrasi ekonomi atau sistem
pembangunan yang demokratis, disebut pembangunan partisipatif (participatory
development).
Berdasarkan pendekatan yang kedua ini, maka pemberdayaan ekonomi
rakyat dimaksudkan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam
pembangunan. Hal ini bermakna bahwa ekonomi rakyat adalah sistem ekonomi

1
Mubaryo. Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitulis Menuju Ekonomi Kerakyatan.
(Yogyakarta: Aditya Media, 1999), Cet.Ke-1, h.83
2
Zulkarnain. Kewirausahaan (Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dan
Penduduk Miskin), (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2006), Cet Ke-1, h.98

1
yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan
dimana seluruh lapisan tersebut tanpa terkecuali sebagai penggerak pembangunan.
Dan pendekatan kedua ini juga sering disebut sebagai ekonomi kerakyatan atau
sistem ekonomi kerakyatan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
ekonomi kerakyatan adalah perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang
mengikut sertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan yang
berkaitan erat dengan aspek keadilan, demokrasi ekonomi, keberpihakan pada
ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar yang adil dan
mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan, serta
berperilaku adil bagi seluruh masyarakat, dengan tujuan untuk peningkatan
kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan atau mayoritas masyarakat.

B. Konsep Ekonomi Kerakyatan


Konsep ekonomi kerakyatan adalah salah satu konsep ekonomi yang
berbasis pada kekeluargaan atau kerakyatan. Dengan sistem kekeluargaan akan
lebih mudah dalam mewujudkan kesejahraraaan ekonomi. Sistem ekonomi rakyat
disebut dengan perekonomian rakyat atau ekonomi kerakyatan. Makna yang lebih
luas ekonomi kerakyatan mencerminkan suatu bagian dan sistem ekonomi.
Ekonomi kerakyatan dapat dikatakan sebagai subsistem dari sistem
ekonomi pancasila. Secara makna harfiah, kata rakyat tertuju pada seluruh
masyarakat atau orang yang berada dalam suatu wilayah atau negara tertentu.
Secara terminologi, ekonomi rakyat adalah ekonomi seluruh rakyat Indonesia.
Secara umum para pakar ekonomi belum ada yang menyebutkan suatu prinsip
utuh tentang ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi. Hanya saja di antara
prinsip yang tertuang dalam UUD 1945 terutama pasal 33 adalah:
a. Prinsip kekeluargaan. Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersam berdasarkan atas azas
kekeluargaan. Prinsip ini merupakan acuan semua badan usaha baik
BUMN dan BUMS, BUMD.

2
b. Prinsip keadilan. Pelaksanaan ekonomi kerakyatan harus bisa mewujudkan
keadilan dalam masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat memberikan
peluang yang sama kepada semua anak bangsa, apakah ia sebagai
konsumen, pengusaha maupun sebagai tenaga kerja. Tidak ada perbedaan
suku, agama dan gender, semuanya sama dalam lapangan ekonomi.
c. Prinsip pemerataan pendapatan. Masyarakat sebagai konsumen dan pelaku
ekonomi harus merasakan pemerataan pendapatan. Kalau selam ini
pemerintah terlalu mementingkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
teryata itu hanya semu belaka. Pertumbuhan yang tinggi tidak membawa
pada pemerataan pendapatan. Pertumbuhan itu hanya dirasakan segelintir
masyarakat yang disebut pengusaha besar, sementara mayoritas
masyarakat berbeda pada posisi miskin dan melarat.
d. Prinsip keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat. Kegiatan ekonomi harus mampu mewujudkan adanya sinergi
antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat. Pada pasal
27 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
e. Prinsip kerja sama atau saling membangun relasi. Prinsip ini lebih
mengarah pada kegiatan perekonomian yang didasarkan pada kerja sama
atau saling membantu untuk memenuhi kegiatan ekonomi. Dengan kerja
sama serta saling membantu satu sama lain tentu berbagai kegiatan usaha
kecil atau bahkan usaha besarpun akan mudah terkendalikan.
Tujuan utama ekonomi kerakyatan tidak lain untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengelola perekonomian mereka sendiri. Sistem
ekonomi kerakyatan bertitik tumpu pada satu kekuatan dan kekuasaan rakyat.
Ekonomi rakyat dapat terwujud dengan adanya bentuk kegiatan perekonomian
yang dilakukan dengan cara swadaya dan gotong royong dalam mengelola sumber
daya alam yang ada. Poin penting dari ekonomi kerakyatan yaitu berangkat dari
ide-ide kreatif rakyat dalam mengembangkan perekonomian yang didukung oleh
negara. Ekonomi kerakyatan tidak akan lepas dari keadilan dan demokrasi
ekonomi yang selalu berpihak pada kesejahteraan atau welfare ekonomi rakyat.

3
C. Nilai-Nilai Ekonomi Kerakyatan yang Bersumber dari Pancasila
Sistem ekonomi Pancasila adalah systemekonomi pasar yang terkelola dan
kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila. Atas dasar itu, maka ekonomi
Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena berlandaskan pada
keimanan dan ketaqwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dengan demikian sistem ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-
kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional bangsa Indosesia adalah
pembangunan yang berakhlak.
Jika dilihat dari sila Pancasila, sila tiga dan empat maka dapat diketahui
bahwa:
1) Sila persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai
penjabaran wawasan nusantara di bidang ekonomi. Ekonomi Pancasila
dengan demikian berwawasan kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap
patriotik meskipun kegiatannya sudah mengglobal.
2) Sila keempat pada Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia
mengenai kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di
Indonesia.
3) Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan
betapa seluruh upaya pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
pada asas kekeluargaan.

Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:


1) Ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar)
2) Nasionalisme ekonomi dan demokrasi ekonomi (cara/metode
operasionalisasi)
3) ekonomi berkeadilan sosial (tujuan)

4
D. Nilai-Nilai Ekonomi Kerakyatan dalam Perspektif Islam
Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada
ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu
dari Al-Qur’an, Sunnah , ijma dan qiyas. Nilai nilai sistem ekonomi Islam ini
merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan
telah dinyatakan Allah SWT, sebagai ajaran yang sempurna.
Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu
saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada ajaran
kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang didasarkan
pada sosialisme. Memang, dalam beberapa hal, sistem ekonomi Islam merupakan
kompromi antara kedua sistem tersebut, namun dalam banyak hal sistem ekonomi
Islam berbeda sama sekali dengan kedua sistem tersebut. Sistem ekonomi Islam
memiliki sifat-sifat dari kapitalisme dan sosialisme, namun terlepas dari sifat
buruknya.3
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani.
Disebut Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiah. Lalu ekonomi
Islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani karena sistem ekonomi ini
dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. Nilai-nilai keimanan ini
yang kemudian menjadi aturan yang mengikat. Dengan mengacu kepada aturan
Ilahiah, setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan ibadah. Setiap
tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksikan
moral yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan
makhluk lainnya.
Karakteristik ekonomi Islam meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara
asasi dan bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak
dan asas hukum (muamalah). Nilai - nilai dasar ekonomi islam terdiri dari
1. Nilai dasar kepemilikan,
2. Nilai dasar keadilan
3. Nilai dasar keseimbangan

3
Yusuf Qardhawi. Nilai dan Peran Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta: Robbani
Press, 1997.

5
4. Nilai dasar kebebasan
5. Nilai kebersamaan
Konsep kepemilikan dalam Islam tidak sama konsep kepemilikan dalam
faham liberalisme-kapitalisme maupun sosialisme. Dalam faham
liberalisme kapitalisme, seperti yang dikemukakan Jhon Lock ”Setiap manusia
adalah tuan serta penguasa penuh atas kepribadiannya, atas tubuhnya dan atas
tenaga keja yang berasal dari tubuhnya”. Jadi dengan demikian konsep
kepemilikan dalam faham liberalisme kapitalisme adalah konsep bersifat absolut.
Nilai dasar keadilan bahwasanya Islam sangat menekankan arti pentingnya
kita mem perhatikan dan menegakkan keadilan. Tidak saja keadilan untuk orang
lain tetapi juga untuk diri kita sendiri. Islam juga menuntut manusia untuk
menegakkan keadilan dalam semua bidang kehidupan umat manusia termasuk
dalam bidang ekonomi.
Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi berbagai aspek
tingkah laku ekonomi seorang Muslim. Keseim bangan adalah tidak berat
sebelah, baik itu usaha-usaha kita sebagai individu yang terkait dengan keduniaan
dan keakhiratan, maupun yang terkait dengan kepentingan diri dan orang lain,
tentang hak dan kewajiban.
Di dalam sistem ekonomi Islam. Dalam Islam masalah kebebasan ekonomi
adalah tiang pertama dalam dalam strruktur pasar Islam.Kebebasan di dasarkan
atas ajaran- ajaran fundamental Islam atau dengan kata lain nilai dasar kebebasan
ini merupakan konsekuensi logis, dari ajaran tauhid dimana dengan pernyataan
tidak ada tuhan selain Allah, artinya manusia terlepas dari ikatan perbudakan baik
oleh alam maupun oleh manusia sendiri.
Dalam sistem ekonomi Islam adalah perinsip tauhid yang di bawa Islam
yang mengajarkan tiada tuhan selain Allah. Memiliki persamaan antara manusia
bahwa setiap manusia adalah bersumber dari satu yaitu Allah Swt. Dengan kata
lain di dalam Islam tidak ada perbedaan sosial atas warna kulit, dan keadaan fisik,
mereka adalah sama semua milik Allah Swt. Jadi dengan konsep kebersamaan
yang di bawa islam telah menciptakan konsep baru dalam sistem demokrasi
dimana di dalam islam manusia sama di depan tuhan.

6
DAFTAR PUSTAKA
A.Z. Fachri Yasin, dkk. 2002. Petani, Usaha Kecil Dan Koperasi Berwawasan
Ekonomi Kerakyatan, Pekanbaru: Uni Press.
Mubaryo. 1999. eformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitulis Menuju Ekonomi
Kerakyatan.Yogyakarta: Aditya Media.
Mannan, M. Abdul. 1997. Teori dan Praktik Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT.
Dana Bakti Wakaf.
Setyanto, Budi. 2010. Ekonomi Islam. Jakarta: Predana Media Group.
Yusuf Qardhawi. 1997. Nilai dan Peran Moral Dalam Perekonomian Islam,
Jakarta:, Robbani Press.
Zulkarnain. 2006. Kewirausahaan (Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah
Dan Penduduk Miskin). Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

You might also like