Professional Documents
Culture Documents
available at http://ejournal.unp.ac.id/index.php/psikologi/
ELECTRONIC ISSN 2622-6626
Abstract: This study discusses juvenile delinquency studies in Pandeglang district and
the role of counselors in resolving the juvenile delinquency phenomenon, the research
method used is qualitative data collection techniques of interviews, observation, and
documentation studies, researchers act as key instruments, observations carried out for 1
year, interviews were conducted with 3 respondents, and documentation studies were
collected from various literature, the findings and discussion of the study illustrated that
juvenile delinquency consisted of criminal theft of motorbikes, high speed motorbikes
and modified exhausts, and did not care about the environmental conditions of the
residence , the conclusion of the study is that the role of the counselor is very important
in reducing the level of juvenile delinquency with the counselor's mental and
psychological readiness, namely the ability of the counselor to lead, understand
multiculturalism, provide reinforcement to students, and train themselves in order to
have good personality competencies, the implications of this research are very important
for school teachers and the community to measure the level of juvenile delinquency and
how to prevent future levels of juvenile delinquency in the future.
Keywords: juvenile delinquency, the role of counselor, pandeglang district
tingkat kenakalan remaja dengan kesiapan mental dan psikis konselor, yaitu kemampuan
konselor dalam memimpin, memahami multikulturalisme, memberikan penguatan
kepada siswa, dan melatih diri agar memiliki kompetensi kepribadian yang baik,
implikasi penelitian ini sangat penting bagi guru sekolah dan masyarakat untuk
mengukur tingkat kenakalan remaja dan bagaimana strategi dalam mencegah tingkat
kenakalan remaja di masa mendatang.
Kata kunci : Kenakalan Remaja, Peran Konselor, Kabupaten Pandeglang
PENDAHULUAN
Remaja adalah individu yang telah satu implikasinya adalah berujung pada
memasuki usia antara 12-20 tahun yang kenakalan-kenakalan remaja yang bukan
ditandai dengan perkembangan fisik yang saja merugikan remaja itu sendiri namun
signifikan seperti perubahan tinggi badan, juga merugikan bagi orang lain.
tumbuhnya kumis dan janggut bagi laki-laki Fenomena kenakalan remaja yang
dan tumbuhnya organ payudara serta mengarah pada perbuatan kriminal dan
menstruasi bagi perempuan, remaja adalah merugikan masyarakat terjadi di kabupaten
masa peralihan antara masa anak-anak dan Pandeglang provinsi Banten, berdasarkan
masa dewasa, yang ditandai dengan hasil kajian peneliti dengan studi
terjadinya kematangan organ seksual antara dokumentasi serta observasi atau
usia 11 atau 12 tahun sampai dengan usia 20 pengamatan yang dilaksanakan selama lebih
tahun yakni menjelang usia dewasa muda kurang 1 tahun, hasil observasi dan studi
(Soetjiningsih, 2004). dokumentasi telah membuktikan adanya
Perkembangan masa remaja yang fenomena perilaku negatif kenakalan remaja
ditandai dengan kematangan organ-organ di kabupaten Pandeglang.
reproduksi seksual, juga terjadi pada tahap Berdasarkan hasil observasi peneliti
perkembangan yang lainnya yaitu dari segi di lapangan ditemukan gejala-gejala
kematangan emosional, kemampuan perilaku negatif remaja di kabupaten
kognitif, serta pengambilan keputusan, Pandeglang, seperti penggunaan kendaraan
kemampuan para remaja dalam bermotor dengan modifikasi knalpot yang
menyeimbangkan kematangan emosional, dapat mengganggu organ pendengaran
kognitif, dan pengambilan keputusan seseorang, perilaku apatis atau acuh
dianggap masih rendah karena tahap terhadap kondisi lingkungan sekitar, tidak
perkembangan yang belum maksimal, salah mematuhi peraturan lalu lintas, melakukan
tindak kriminal seperti mencuri, bergadang eksternal, faktor internal berupa krisis
sampai tengah malam yang dapat identitas, sedangkan faktor eksternal
mengganggu kenyamanan lingkungan disebabkan oleh kurangnya perhatian dari
sekitar, keseluruhan perilaku tersebut orang tua, minimnya pengetahuan tentang
membentuk pola-pola yang disebut sebagai agama, serta pengaruh dari lingkungan
gejala kenakalan remaja. sekitar dan budaya (Oktawati, 2017).
Hasil penelitian terdahulu Hasil penelitian yang lain menyebut
menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab bahwa latar belakang ekonomi yang rendah
kenakalan remaja antara lain adalah dan pendidikan yang kurang memadai
kurangnya perhatian dari orang tua, faktor adalah salah satu dasar alasan untuk perilaku
lingkungan yang kurang mendukung, faktor negatif para remaja (Nisar dkk, 2015).
ekonomi, pengaruh film-film negatif yang Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat
ditonton, faktor pergaulan bebas, kurangnya dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
pendidikan agama, putus sekolah, kenakalan siswa yang meliputi perilaku
pengangguran, pengaruh game playstation, mengganggu dan kenakalan yang mencapai
obat-obatan terlarang, pencurian, miras, tahap serius (Widodo dkk, 2016).
berjudi, merokok, melakukan tawuran, Konselor adalah pendidik di sekolah
membuka situs atau website yang negatif, yang memiliki tugas untuk melaksanakan
dan cita-cita yang terbengkalai (Alimron, pelayanan bimbingan dan konseling kepada
2019). para siswa atau peserta didik, diantara tugas
Penelitian yang lain menyebutkan pokok tersebut adalah menangani peserta
bahwa diantara faktor yang mempengaruhi didik yang mengalami masalah, salah satu
kenakalan remaja adalah kontrol diri (Evi diantaranya adalah perilaku negatif
dan Farid, 2014). Kenakalan remaja juga kenakalan remaja peserta didik.
disebabkan oleh faktor-faktor dari remaja itu Kebaharuan penelitian ini apabila
sendiri sebagai akibat dari lemahnya dibandingkan dengan kajian penelitian
pertahanan diri sendiri karena terpengaruh terdahulu adalah bahwa penelitian ini lebih
oleh bujuk rayu teman yang tidak baik menekankan pada aspek kriminalitas
(Umuri dkk, 2014). sebagai dampak dari kenakalan remaja, pada
Hasil penelitian yang lain penelitian-penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang membahas tentang kenakalan remaja, aspek
melatarbelakangi terjadinya kenakalan kriminalitas sebagai dampak dari kenakalan
remaja disebabkan oleh faktor internal dan remaja masih belum dibahas secara ilmiah,
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
174 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182
maka kebaharuan penelitian ini adalah kasus kenakalan remaja serta mencegah
menawarkan kajian tentang tingkat bagaimana dampak dari kenakalan remaja
kenakalan remaja yang berimplikasi pada tidak menimbulkan dampak negatif yang
perbuatan kriminal yang bukan saja lebih besar terhadap lingkungan sekitar.
merugikan para remaja itu sendiri, namun METODE
juga merugikan masyarakat sekitar sebagai Metode yang digunakan adalah
akibat dari perbuatan kriminal para remaja pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif
di Pandeglang. adalah usaha peneliti dalam memahami
Pada penelitian-penelitian terdahulu bagaimana satu atau lebih individu
dampak mengenai kenakalan remaja yang mengalami fenomena-fenomena tertentu,
berimplikasi pada perbuatan kriminal belum menggunakan eksplorasi metode ilmiah
pernah dibahas secara komprehensif, hal untuk menghasilkan temuan sementara dan
inilah yang mendasari kebaharuan penelitian mengembangkan pemahaman tentang
ini. manusia, tempat, dan kelompok-kelompok
Tujuan penelitian ini adalah untuk tertentu (Johnson dan Larry, 2014).
menemukan perilaku negatif kenakalan Lokasi penelitian berada di
remaja di kabupaten Pandeglang, dengan kabupaten Pandeglang provinsi Banten
mengetahui motif-motif dan perilaku negatif dengan mengambil sampel lokasi kecamatan
tersebut maka dapat menjadi dasar atau Saketi, subjek penelitian adalah remaja di
pijakan bagi konselor untuk mengambil kabupaten Pandeglang dengan rentangan
tindakan agar perilaku negatif tersebut dapat usia 13-21 tahun dan tugas peneliti yaitu
dikendalikan dan dikontrol, penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci dalam
juga ditujukan bagi orang tua remaja, guru kajian penelitian ini.
sekolah, dan pihak kepolisian dalam Teknik Pengumpulan data yang
melakukan pencegahan perbuatan negatif digunakan adalah wawancara, observasi atau
dengan memberikan edukasi kepada para pengamatan, dan studi dokumentasi, para
remaja sebagai bagian dari tindakan peneliti kualitatif wajib mengumpulkan
preventif. berbagai data yaitu wawancara, observasi,
Penelitian ini berfokus untuk dokumen, dan informasi audio visual
membahas fenomena kenakalan remaja yang (Creswell, 2014) wawancara dilaksanakan
ada di kabupaten Pandeglang, serta strategi bersama Kapolsek wilayah Saketi
dan langkah-langkah yang harus dilakukan Pandeglang untuk melihat kasus kejahatan
oleh konselor sekolah dalam menangani kendaraan bermotor roda dua di kecamatan
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 175
suara knalpot yang kencang tentu sangat seseorang dalam kegiatan lingkungan
mengganggu pendengaran seseorang, sosialnya.
modifikasi knalpot yang dilakukan oleh Perilaku negatif remaja lainnya
remaja pada kendaraan bermotor roda dua adalah kecenderungan untuk melakukan
menimbulkan suara keras dan kencang yang tindak kriminal, mayoritas tindakan kriminal
dapat menimbulkan kegaduhan pada yang dilakukan adalah mencuri, khususnya
lingkungan sekitar, dalam hal ini dapat pencurian kendaraan bermotor roda dua atau
menimbulkan rasa ketidaknyamanan curanmor, dan sebagian pelaku tindak
khususnya bagi masyarakat yang berlokasi kriminal tersebut adalah remaja berdasar
di sekitar jalan raya yang dilalui oleh hasil wawancara saksi-saksi yang melihat
kendaraan bermotor modifikasi tersebut. kejadian tersebut, peneliti menyimpulkan
Perilaku negatif lainnya adalah sikap demikian dan hal ini diperkuat berdasarkan
apatis yang dialami oleh remaja, apatis hasil wawancara dengan Kapolsek wilayah
adalah ketidakpedulian seseorang terhadap Saketi kabupaten Pandeglang, bahwa
sesuatu, dalam hal ini ketidakpedulian wilayah Saketi tempat peneliti mengadakan
remaja terhadap lingkungan sosial, sikap lokasi penelitian memang sangat rawan
tidak peduli dan acuh terhadap keadaan kasus terhadap kejahatan pencurian
lingkungan sosial di sekitarnya, kendaraan bermotor roda dua.
menimbulkan nilai-nilai negatif yang Perilaku negatif lainnya adalah
berimplikasi pada menguatnya perilaku kecenderungan sebagian remaja yang
apatis remaja Pandeglang. melakukan kegiatan sampai larut malam,
Sikap apatis tersebut dapat dilihat kegiatan ini dikenal ini dengan istilah
dari kondisi lingkungan sekitar remaja, nongkrong, yang diisi dengan kegiatan tidak
seperti sampah yang berserakan di jalan- bermanfaat sambil membawa kendaraan
jalan tanpa kepedulian untuk membersihkan bermotor roda dua hasil modifikasi, kegiatan
sampah tersebut dari lingkungannya, nongkrong ini berlanjut sampai larut malam
pelaksanaan kerja bakti oleh masyarakat yang sebagian besar berlokasi tepat di
sekitar yang seringkali tidak dihadiri oleh pinggir lalu lintas jalan raya, hal ini sering
para remaja, hanya sebagian kecil dari total berimplikasi pada perbuatan negatif seperti
populasi remaja yang mengikuti menimbulkan kegaduhan pada lingkungan
pelaksanaan kerja bakti, padahal kerja bakti sekitar.
merupakan salah satu indikator penilaian Perilaku negatif yang dilakukan oleh
masyarakat dalam menilai keaktifan remaja cenderung berimplikasi pada
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
178 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182
kerugian yang dialami oleh masyarakat bagi para remaja untuk mengulangi tindakan
sekitar, bentuk kerugian tersebut diantaranya negatif mereka.
adalah suara knalpot yang kencang hasil Indikator yang dapat dilihat adalah
modifikasi yang dapat menimbulkan ada pada tindakan remaja yang
kegaduhan pada lingkungan sekitar, minimal menggunakan kendaraan bermotor roda dua
pada tingkatan perasaan tidak nyaman pada hasil modifikasi dengan bunyi knalpot yang
organ pendengaran masyarakat yang kencang, masyarakat tentunya sadar bahwa
mendengar suara knalpot modifikasi tindakan tersebut merugikan mereka
tersebut, hal ini jelas mengganggu ketertiban minimal pada tingkatan mengganggu
dan kenyamanan masyarakat sekitar. pendengaran atau bahkan menimbulkan
Kerugian yang dialami oleh kegaduhan, namun berdasarkan pengamatan
masyarakat lainnya sebagai akibat dari yang dilakukan, peneliti menyaksikan
perilaku negatif remaja adalah kasus bahwa sebagian besar masyarakat hanya
pencurian kendaraan bermotor roda dua membiarkan perilaku tersebut tanpa mau
yang marak terjadi di kabupaten Pandeglang untuk menegur tindakan negatif tersebut.
khususnya di wilayah Kecamatan Saketi, Hasil temuan peneliti juga
berdasarkan pengamatan peneliti, pelaku menemukan fakta bahwa aparat penegak
tindak pencurian ini sebagian besar hukum kurang masif dalam mereduksi
didominasi oleh usia-usia Remaja, atau usia- tindakan kriminal yang dilakukan oleh para
usia dibawah 25 tahun, peneliti jarang remaja khususnya tindakan pencurian yang
menemukan fakta bahwa pelaku pencurian merugikan masyarakat sekitar, hal ini
dilakukan oleh usia-usia dewasa yaitu 40 berdasarkan temuan peneliti pada kasus
tahun keatas, kecenderungan yang terjadi pencurian di asrama pondok pesantren putri
adalah pelaku berada pada rentang usia-usia di wilayah Saketi, dimana para korban
remaja, minimal pada tingkatan usia remaja pencurian melaporkan tindakan pencurian
akhir. tersebut namun tidak ada tindakan
Hasil temuan peneliti di lapangan investigasi dan penyelidikan dari aparat
menemukan gejala bahwa perilaku negatif penegak hukum tersebut.
remaja terjadi salah satunya adalah karena PEMBAHASAN
adanya pembiaran dan ketidakpedulian Peran konselor sekolah dalam
masyarakat sekitar terhadap perilaku negatif mereduksi perilaku negatif kenakalan
tersebut, masyarakat acuh dan tidak peduli remaja sangat dibutuhkan dalam hal ini,
yang mengakibatkan tidak adanya efek jera diperlukan langkah-langkah dan strategi
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 179
khusus untuk menanganinya agar perilaku Strategi yang ketiga adalah konselor
negatif tersebut dapat ditanggulangi dan membimbing semua peserta didik atau
diantisipasi di kemudian hari. Konselor remaja yang bermasalah. Konselor dapat
harus memiliki identitas diri (Riswanto, memberikan penguatan nilai-nilai pancasila
2019). Identitas diri yang dapat membentuk dan kebangsaan kepada para remaja untuk
mentalitas dan psikis seorang konselor. mencegah tindakan-tindakan yang dapat
Kesiapan mental dan psikis konselor merugikan remaja itu sendiri (Riswanto,
sangat dibutuhkan dalam hal ini, konselor 2019).
harus memiliki kepribadian yang kuat dan Strategi yang keempat adalah dengan
melatih diri sendiri agar dapat melaksanakan melatih konselor untuk memahami serta
tugas sebaik mungkin, kesiapan mental dan menerapkan perilaku sesuai dengan
psikis inilah yang menjadi faktor utama peraturan Permendiknas nomor 27 tahun
penentu kesuksesan seorang konselor dalam 2008 tentang standar kualifikasi akademik
menangani perilaku peserta didik yang dan kompetensi konselor, memuat secara
menyimpang. jelas aturan etis nilai-nilai kepribadian
Strategi yang pertama adalah melatih konselor yang ideal (Riswanto dkk, 2016).
diri sendiri agar konselor memiliki suatu Strategi yang kelima adalah melatih
kompetensi khusus. Konselor wajib untuk konselor untuk mengadopsi nilai-nilai
memiliki kompetensi-kompetensi tertentu kepribadian yang baik seperti sifat
agar dapat melaksanakan tugasnya dengan kebersamaan, kejujuran, kesetaraan, dan
baik, salah satunya adalah kompetensi toleransi kepada para siswa atau para remaja
multikultural, yaitu konselor yang paham di sekolah (Riswanto, 2017).
mengenai keanekaragaman suatu budaya Peran konselor dalam mereduksi
(Riswanto dkk, 2017). kenakalan-kenakalan remaja adalah dengan
Strategi yang kedua adalah kesiapan mengimplementasikan kelima strategi
konselor dalam me-manajerial para remaja, tersebut kepada para siswa atau remaja,
konselor harus memiliki keterampilan dalam peran konselor lebih bertitik tolak pada
me-manajerial kelompok yang dalam hal ini kesiapan mental dan psikis konselor itu
adalah remaja bermasalah, dengan cara sendiri, yang diiringi dengan lima strategi
mengatur, memimpin, mengarahkan, dan pembentuk kepribadian yang kokoh dan
mengorganisasikan seluruh anggota-anggota solid.
kelompok atau remaja (Riswanto, 2019). Peran konselor yang menuntut
kesiapan psikis dan mental konselor itu
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
180 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182
sendiri dalam menghadapi perilaku konselor berbaur secara budaya kepada para
kenakalan remaja berlandaskan pada remaja dan terlibat secara emosional
kenyataan kasus yang terjadi di lapangan, mengenai perilaku menyimpang mereka,
bahwa ketidaksiapan mental dan psikis konselor melakukan pendekatan berdasarkan
konselor menyebabkan para remaja yang pemahaman budaya yang dianut oleh para
terlibat permasalahan tidak tertangani secara remaja, maka dari itu konselor harus
baik, konselor seringkali mengambil memiliki pemahaman multikultural yang
langkah dan strategi yang salah untuk baik agar dapat berbaur dengan para remaja.
menyelesaikan konflik kenakalan remaja, Peran konselor selanjutnya dalam
hal itulah yang mendasari peran psikis dan menangani kenakalan remaja yang apatis
mental konselor sebagai faktor utama dalam dan acuh terhadap kondisi lingkungan
menentukan penyelesaian konflik para sekitar mereka adalah dengan memberikan
remaja. penguatan nilai-nilai pancasila dan
Peran konselor dalam menangani kebangsaan kepada para remaja, dengan
kenakalan remaja seperti pencurian memberikan penguatan nilai-nilai pancasila
kendaraan bermotor adalah dengan me- dan kebangsaan para remaja sadar untuk
manajerial atau memimpin para remaja ikut dalam kerja bakti membersihkan
dalam menyelesaikan konflik tersebut, lingkungan, sadar terhadap kondisi
karena jenis kenakalan remaja ini sudah keamanan dan kenyamanan lingkungan,
masuk dalam tahap kriminal, maka konselor sadar untuk menjaga ketertiban lingkungan,
ikut mendampingi, mengatur, memimpin, dan sadar terhadap kondisi sosial
mengarahkan, dan mengorganisasikan para kemasyarakatan yang terjadi di lingkungan
remaja yang terlibat pencurian tersebut di para remaja.
kantor kepolisian, posisi konselor adalah Peran konselor dalam mereduksi
sebagai mentor bagi para remaja, bukan perilaku kenakalan remaja adalah dengan
memarahi atau membentak mereka secara membimbing, mengatur, mengarahkan,
terus menerus. memimpin, serta mengorganisasikan para
Peran konselor selanjutnya dalam remaja, konselor dilarang keras memukul,
menangani kenakalan remaja yang sering membentak, ataupun menyudutkan para
memacu kendaraan bermotor roda dua remaja secara berlebihan, karena itu
dengan cepat dan kencang disertai knalpot kesiapan mental dan psikis konselor dalam
modifikasi yang mengganggu pendengaran hal ini sangat dibutuhkan, konselor harus
adalah melalui pendekatan multikultural, membekali diri dengan kompetensi
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 181
kepribadian yang mumpuni agar dapat 27 tahun 2008 mengenai standar kualifikasi
membantu para remaja menangani masalah akademik dan kompetensi konselor.
mereka dengan baik. SARAN
SIMPULAN Kajian penelitian ini ditujukan pada
Perilaku kenakalan remaja di peneliti selanjutnya khususnya yang
kabupaten Pandeglang adalah sebuah memiliki perhatian pada fenomena
fenomena negatif yang dapat menimbulkan kenakalan remaja dan segala dinamika di
kerugian baik dari diri sendiri maupun dalamnya, penelitian ini juga dapat
berdampak pada lingkungan sosial, diantara memberikan masukan dan saran kepada
bentuk perilaku negatif tersebut adalah konselor mengenai penanganan perilaku
penggunaan kendaraan bermotor roda dua negatif kenakalan remaja di sekolah.
dengan knalpot modifikasi berbunyi keras
yang dapat mengganggu pendengaran serta DAFTAR RUJUKAN
kenyamanan masyarakat sekitar, selanjutnya Andrianto., & Alimron. (2019). Faktor
Penyebab Kenakalan Remaja di Lebak
tindak kriminal pencurian kendaraan
Mulyo Kecamatan Kemuning kota
bermotor roda dua yang sebagian pelakunya Palembang. Jurnal PAI Raden
Fatah, 1(1), 82-104.
adalah para remaja, serta sikap acuh dan
apatis pada diri remaja terhadap lingkungan Creswell, J.W. (2014). Research Design:
Qualitative, Quantitative and Mixed
sosial sekitar.
Methods Approaches Fourth Edition.
Berdasarkan fenomena kenakalan Los Angeles: Sage Publications, Inc.
remaja tersebut, peran konselor sekolah
Aviyah, E., & Farid, M. (2014). Religiusitas,
sangat penting agar dapat mereduksi Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja.
Persona: Jurnal Psikologi Indonesia,
perilaku negatif para remaja dengan
3(2), 126-129.
beberapa langkah dan tahapan, yaitu
Fatimah, S., & Umuri, MT. (2014). Faktor
kesiapan mental dan psikis konselor untuk
Penyebab Kenakalan Remaja, Desa
membentuk kepribadian yang solid pada diri Kemadang Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Gunung kidul. Jurnal
konselor, komposisi pembentuk kepribadian
Citizenship, 4(1), 87-95.
tersebut antara lain adalah pemahaman
Johnson, R.B., & Christensen, L. (2014).
multikultural, kemampuan manajerial
Educational Research: Quantitative,
konselor, paham nilai-nilai pancasila dan Qualitative, and Mixed Approaches
Fifth Edition, Los Angeles: Sage
kebangsaan, jujur, dan nilai-nilai yang
Publications, Inc.
sesuai dengan amanat permendiknas nomor