You are on page 1of 12

PRINTED ISSN 2087-8699

available at http://ejournal.unp.ac.id/index.php/psikologi/
ELECTRONIC ISSN 2622-6626

Published by Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi) Vol. 10 No. 2, 2019


Universitas Negeri Padang, Indonesia
Page 171-181

PERAN KONSELOR DALAM MEREDUKSI TINGKAT KENAKALAN


REMAJA DI KABUPATEN PANDEGLANG
Dody Riswanto
Universitas Mathla’ul Anwar Banten
Ronaldody32@gmail.com

Submitted: 2019-09-07 Published: 2019-09-30 DOI: 10.24036/rapun.v10i2.106065


Accepted: 2019-09-24

Abstract: This study discusses juvenile delinquency studies in Pandeglang district and
the role of counselors in resolving the juvenile delinquency phenomenon, the research
method used is qualitative data collection techniques of interviews, observation, and
documentation studies, researchers act as key instruments, observations carried out for 1
year, interviews were conducted with 3 respondents, and documentation studies were
collected from various literature, the findings and discussion of the study illustrated that
juvenile delinquency consisted of criminal theft of motorbikes, high speed motorbikes
and modified exhausts, and did not care about the environmental conditions of the
residence , the conclusion of the study is that the role of the counselor is very important
in reducing the level of juvenile delinquency with the counselor's mental and
psychological readiness, namely the ability of the counselor to lead, understand
multiculturalism, provide reinforcement to students, and train themselves in order to
have good personality competencies, the implications of this research are very important
for school teachers and the community to measure the level of juvenile delinquency and
how to prevent future levels of juvenile delinquency in the future.
Keywords: juvenile delinquency, the role of counselor, pandeglang district

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang studi kenakalan remaja di kabupaten


Pandeglang dan peran konselor dalam menyelesaikan fenomena kenakalan remaja
tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan
data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, peneliti berperan sebagai instrumen
kunci, observasi dilaksanakan selama 1 tahun, wawancara dilakukan bersama 3 orang
responden, dan studi dokumentasi dikumpulkan dari berbagai literature, hasil temuan dan
pembahasan penelitian menjabarkan bahwa kenakalan remaja terdiri dari tindakan
kriminal pencurian sepeda motor, memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan
knalpot modifikasi, serta tidak peduli terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal,
kesimpulan penelitian adalah bahwa peran konselor sangat penting dalam mereduksi
©Universitas Negeri Padang
172 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182

tingkat kenakalan remaja dengan kesiapan mental dan psikis konselor, yaitu kemampuan
konselor dalam memimpin, memahami multikulturalisme, memberikan penguatan
kepada siswa, dan melatih diri agar memiliki kompetensi kepribadian yang baik,
implikasi penelitian ini sangat penting bagi guru sekolah dan masyarakat untuk
mengukur tingkat kenakalan remaja dan bagaimana strategi dalam mencegah tingkat
kenakalan remaja di masa mendatang.
Kata kunci : Kenakalan Remaja, Peran Konselor, Kabupaten Pandeglang

PENDAHULUAN
Remaja adalah individu yang telah satu implikasinya adalah berujung pada
memasuki usia antara 12-20 tahun yang kenakalan-kenakalan remaja yang bukan
ditandai dengan perkembangan fisik yang saja merugikan remaja itu sendiri namun
signifikan seperti perubahan tinggi badan, juga merugikan bagi orang lain.
tumbuhnya kumis dan janggut bagi laki-laki Fenomena kenakalan remaja yang
dan tumbuhnya organ payudara serta mengarah pada perbuatan kriminal dan
menstruasi bagi perempuan, remaja adalah merugikan masyarakat terjadi di kabupaten
masa peralihan antara masa anak-anak dan Pandeglang provinsi Banten, berdasarkan
masa dewasa, yang ditandai dengan hasil kajian peneliti dengan studi
terjadinya kematangan organ seksual antara dokumentasi serta observasi atau
usia 11 atau 12 tahun sampai dengan usia 20 pengamatan yang dilaksanakan selama lebih
tahun yakni menjelang usia dewasa muda kurang 1 tahun, hasil observasi dan studi
(Soetjiningsih, 2004). dokumentasi telah membuktikan adanya
Perkembangan masa remaja yang fenomena perilaku negatif kenakalan remaja
ditandai dengan kematangan organ-organ di kabupaten Pandeglang.
reproduksi seksual, juga terjadi pada tahap Berdasarkan hasil observasi peneliti
perkembangan yang lainnya yaitu dari segi di lapangan ditemukan gejala-gejala
kematangan emosional, kemampuan perilaku negatif remaja di kabupaten
kognitif, serta pengambilan keputusan, Pandeglang, seperti penggunaan kendaraan
kemampuan para remaja dalam bermotor dengan modifikasi knalpot yang
menyeimbangkan kematangan emosional, dapat mengganggu organ pendengaran
kognitif, dan pengambilan keputusan seseorang, perilaku apatis atau acuh
dianggap masih rendah karena tahap terhadap kondisi lingkungan sekitar, tidak
perkembangan yang belum maksimal, salah mematuhi peraturan lalu lintas, melakukan

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 173

tindak kriminal seperti mencuri, bergadang eksternal, faktor internal berupa krisis
sampai tengah malam yang dapat identitas, sedangkan faktor eksternal
mengganggu kenyamanan lingkungan disebabkan oleh kurangnya perhatian dari
sekitar, keseluruhan perilaku tersebut orang tua, minimnya pengetahuan tentang
membentuk pola-pola yang disebut sebagai agama, serta pengaruh dari lingkungan
gejala kenakalan remaja. sekitar dan budaya (Oktawati, 2017).
Hasil penelitian terdahulu Hasil penelitian yang lain menyebut
menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab bahwa latar belakang ekonomi yang rendah
kenakalan remaja antara lain adalah dan pendidikan yang kurang memadai
kurangnya perhatian dari orang tua, faktor adalah salah satu dasar alasan untuk perilaku
lingkungan yang kurang mendukung, faktor negatif para remaja (Nisar dkk, 2015).
ekonomi, pengaruh film-film negatif yang Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat
ditonton, faktor pergaulan bebas, kurangnya dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
pendidikan agama, putus sekolah, kenakalan siswa yang meliputi perilaku
pengangguran, pengaruh game playstation, mengganggu dan kenakalan yang mencapai
obat-obatan terlarang, pencurian, miras, tahap serius (Widodo dkk, 2016).
berjudi, merokok, melakukan tawuran, Konselor adalah pendidik di sekolah
membuka situs atau website yang negatif, yang memiliki tugas untuk melaksanakan
dan cita-cita yang terbengkalai (Alimron, pelayanan bimbingan dan konseling kepada
2019). para siswa atau peserta didik, diantara tugas
Penelitian yang lain menyebutkan pokok tersebut adalah menangani peserta
bahwa diantara faktor yang mempengaruhi didik yang mengalami masalah, salah satu
kenakalan remaja adalah kontrol diri (Evi diantaranya adalah perilaku negatif
dan Farid, 2014). Kenakalan remaja juga kenakalan remaja peserta didik.
disebabkan oleh faktor-faktor dari remaja itu Kebaharuan penelitian ini apabila
sendiri sebagai akibat dari lemahnya dibandingkan dengan kajian penelitian
pertahanan diri sendiri karena terpengaruh terdahulu adalah bahwa penelitian ini lebih
oleh bujuk rayu teman yang tidak baik menekankan pada aspek kriminalitas
(Umuri dkk, 2014). sebagai dampak dari kenakalan remaja, pada
Hasil penelitian yang lain penelitian-penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang membahas tentang kenakalan remaja, aspek
melatarbelakangi terjadinya kenakalan kriminalitas sebagai dampak dari kenakalan
remaja disebabkan oleh faktor internal dan remaja masih belum dibahas secara ilmiah,
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
174 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182

maka kebaharuan penelitian ini adalah kasus kenakalan remaja serta mencegah
menawarkan kajian tentang tingkat bagaimana dampak dari kenakalan remaja
kenakalan remaja yang berimplikasi pada tidak menimbulkan dampak negatif yang
perbuatan kriminal yang bukan saja lebih besar terhadap lingkungan sekitar.
merugikan para remaja itu sendiri, namun METODE
juga merugikan masyarakat sekitar sebagai Metode yang digunakan adalah
akibat dari perbuatan kriminal para remaja pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif
di Pandeglang. adalah usaha peneliti dalam memahami
Pada penelitian-penelitian terdahulu bagaimana satu atau lebih individu
dampak mengenai kenakalan remaja yang mengalami fenomena-fenomena tertentu,
berimplikasi pada perbuatan kriminal belum menggunakan eksplorasi metode ilmiah
pernah dibahas secara komprehensif, hal untuk menghasilkan temuan sementara dan
inilah yang mendasari kebaharuan penelitian mengembangkan pemahaman tentang
ini. manusia, tempat, dan kelompok-kelompok
Tujuan penelitian ini adalah untuk tertentu (Johnson dan Larry, 2014).
menemukan perilaku negatif kenakalan Lokasi penelitian berada di
remaja di kabupaten Pandeglang, dengan kabupaten Pandeglang provinsi Banten
mengetahui motif-motif dan perilaku negatif dengan mengambil sampel lokasi kecamatan
tersebut maka dapat menjadi dasar atau Saketi, subjek penelitian adalah remaja di
pijakan bagi konselor untuk mengambil kabupaten Pandeglang dengan rentangan
tindakan agar perilaku negatif tersebut dapat usia 13-21 tahun dan tugas peneliti yaitu
dikendalikan dan dikontrol, penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci dalam
juga ditujukan bagi orang tua remaja, guru kajian penelitian ini.
sekolah, dan pihak kepolisian dalam Teknik Pengumpulan data yang
melakukan pencegahan perbuatan negatif digunakan adalah wawancara, observasi atau
dengan memberikan edukasi kepada para pengamatan, dan studi dokumentasi, para
remaja sebagai bagian dari tindakan peneliti kualitatif wajib mengumpulkan
preventif. berbagai data yaitu wawancara, observasi,
Penelitian ini berfokus untuk dokumen, dan informasi audio visual
membahas fenomena kenakalan remaja yang (Creswell, 2014) wawancara dilaksanakan
ada di kabupaten Pandeglang, serta strategi bersama Kapolsek wilayah Saketi
dan langkah-langkah yang harus dilakukan Pandeglang untuk melihat kasus kejahatan
oleh konselor sekolah dalam menangani kendaraan bermotor roda dua di kecamatan
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 175

Saketi, yang berdasarkan pengamatan paraprashing pada hasil wawancara akhir,


peneliti sebagian pelaku adalah para remaja, wawancara dilaksanakan bersama tiga
observasi dilaksanakan selama lebih kurang infroman yang berasal dari tiga profesi
1 tahun dengan pengamatan subyek para berbeda yaitu Kapolsek, Pegawai Kampus,
remaja yang memakai kendaraan bermotor dan Mahasiswa.
roda dua modifikasi dengan intensitas Hasil wawancara dengan Kapolsek
rentangan pengamatan pada waktu pagi, Saketi berinisial Ka dengan perkiraan usia
sore dan malam hari, sedangkan studi 45 tahun, mengatakan bahwa kasus kriminal
dokumentasi dikumpulkan dari berbagai di wilayah Saketi didominasi oleh pencurian
macam sumber, seperti jurnal, buku, artikel kendaraan bermotor roda dua, “ya
elektronik dan lain-lain. masyarakat tentu harus berhati-hati, karena
Analisis data yang dilakukan yaitu maling menggunakan metode canggih untuk
terdiri dari 2 macam, yang pertama adalah membobol motor utamanya motor yang
penarikan kesimpulan dari hasil semua tidak digembok atau kunci setang, kasus
sumber data yang diperoleh, untuk pencurian sudah cukup sering di wilayah
selanjutnya menghasilkan makna-makna Saketi ini”.
sebagai hasil temuan deskripsi akhir, Hasil wawancara dengan pihak
Analisis data dalam kualitatif melibatkan kepolisian Saketi, memberikan kesimpulan
pemeriksaan, pemilahan, kategorisasi, bahwa pelaku pencurian bukanlah berasal
evaluasi, membandingkan, men-sintesis, dan dari orang yang berusia tua, melainkan usia-
menafsirkan kode dan data serta meninjau usia muda atau remaja, hal ini menandakan
data mentah yang telah direkam (Neuman, bahwa pencurian kendaraan bermotor
2014). Karakterisasi dari hasil akhir merupakan salah satu tingkat kenakalan
penelitian kualitatif adalah menghasilkan remaja yang mengarah pada perbuatan
koherensi yang bermakna (Sarah Tracy, kriminal.
2013). Hasil wawancara dengan As (31
Tabel 1 Daftar Informan Penelitian tahun) seorang pegawai kampus di sebuah
No Informan Jabatan perguruan tinggi, yang mengalami kasus
1 Ka (45 Tahun) Kapolsek Saketi
2 Im (18 Tahun) Mahasiswa pencurian kendaraan bermotor, berdasarkan
3 As (31 tahun) Pegawai Kampus
keterangan para saksi bahwa para pelaku

HASIL kemungkinan besar adalah anak muda dan

Wawancara dilakukan bersama tiga bukan orang yang berusia tua.

orang informan dengan penggunaan teknik


UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
176 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182

Hasil wawancara dengan Im (31 marak dilakukan oleh remaja Pandeglang,


tahun) seorang mahasiswa yang mengalami indikatornya dapat dilihat dari lalu lintas
kasus pencurian yang dilakukan oleh jalan raya yang dilalui oleh kendaraan
sekelompok remaja di asrama mahasiswa, bermotor khususnya roda dua, mayoritas
memberikan keterangan sebagai berikut, kendaraan bermotor roda dua dengan suara
”iya pak kalau dilihat pelakunya masih usia knalpot yang kencang didominasi oleh
remaja, mereka berkomplot dan saling remaja.
bekerja sama, memakai penutup wajah, Perilaku-perilaku negatif tentunya
barang yang hilang mulai dari duit, laptop, berimplikasi pada pelanggaran norma-norma
handphone, sampai sepeda motor pak, tertentu, khususnya norma hukum dan
keliatannya para pelaku masih usia muda norma sosial, pelanggaran norma hukum
pak”. yang dilakukan tentu adalah modifikasi
Berdasarkan keterangan dari ketiga kendaraan bermotor yang tidak sesuai
informan, pelaku pencurian adalah para dengan peraturan lalu lintas, mayoritas
remaja, perilaku-perilaku negatif kenakalan remaja juga tidak menggunakan helm, tidak
remaja tersebut tidak dapat dianggap ringan, memiliki surat-surat kendaraan seperti surat
karena telah masuk pada ranah kriminal dan izin mengemudi karena usia remaja yang
juga pelanggaran terhadap norma-norma dibawah umur dan pajak surat tanda nomor
yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, kendaraan yang telah habis masa pajaknya.
selain pencurian kendaraan bermotor, Indikator yang dapat diukur adalah
terdapat jenis-jenis kenakalan remaja mayoritas usia remaja yang menggunakan
lainnya seperti modifikasi sepeda motor kendaraan bermotor roda dua yang dibawah
yang menyalahi aturan, tidak memakai ketetapan peraturan lalu lintas, yaitu
helm, kebut-kebutan di jalan raya, tidak dibawah 17 tahun, sehingga tidak
adanya surat-surat kelengkapan bermotor, memungkinkan untuk kepemilikan surat izin
penggunaan knalpot modifikasi dengan mengemudi atau SIM, serta dapat dilihat
suara kencang yang dapat mengganggu dari nomor polisi atau nopol yang sudah
pendengaran seseorang. habis masa berlaku tahunnya, menandakan
Hasil temuan di lapangan yang surat tanda nomor kendaraan atau STNK
dilakukan oleh peneliti, perilaku negatif yang juga telah habis masa berlaku
remaja dengan penggunaan kendaraan pajaknya.
bermotor roda dua disertai modifikasi Gejala negatif lainnya adalah adalah
knalpot dengan suara yang kencang sangat pelanggaran terhadap norma sosial, bunyi
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 177

suara knalpot yang kencang tentu sangat seseorang dalam kegiatan lingkungan
mengganggu pendengaran seseorang, sosialnya.
modifikasi knalpot yang dilakukan oleh Perilaku negatif remaja lainnya
remaja pada kendaraan bermotor roda dua adalah kecenderungan untuk melakukan
menimbulkan suara keras dan kencang yang tindak kriminal, mayoritas tindakan kriminal
dapat menimbulkan kegaduhan pada yang dilakukan adalah mencuri, khususnya
lingkungan sekitar, dalam hal ini dapat pencurian kendaraan bermotor roda dua atau
menimbulkan rasa ketidaknyamanan curanmor, dan sebagian pelaku tindak
khususnya bagi masyarakat yang berlokasi kriminal tersebut adalah remaja berdasar
di sekitar jalan raya yang dilalui oleh hasil wawancara saksi-saksi yang melihat
kendaraan bermotor modifikasi tersebut. kejadian tersebut, peneliti menyimpulkan
Perilaku negatif lainnya adalah sikap demikian dan hal ini diperkuat berdasarkan
apatis yang dialami oleh remaja, apatis hasil wawancara dengan Kapolsek wilayah
adalah ketidakpedulian seseorang terhadap Saketi kabupaten Pandeglang, bahwa
sesuatu, dalam hal ini ketidakpedulian wilayah Saketi tempat peneliti mengadakan
remaja terhadap lingkungan sosial, sikap lokasi penelitian memang sangat rawan
tidak peduli dan acuh terhadap keadaan kasus terhadap kejahatan pencurian
lingkungan sosial di sekitarnya, kendaraan bermotor roda dua.
menimbulkan nilai-nilai negatif yang Perilaku negatif lainnya adalah
berimplikasi pada menguatnya perilaku kecenderungan sebagian remaja yang
apatis remaja Pandeglang. melakukan kegiatan sampai larut malam,
Sikap apatis tersebut dapat dilihat kegiatan ini dikenal ini dengan istilah
dari kondisi lingkungan sekitar remaja, nongkrong, yang diisi dengan kegiatan tidak
seperti sampah yang berserakan di jalan- bermanfaat sambil membawa kendaraan
jalan tanpa kepedulian untuk membersihkan bermotor roda dua hasil modifikasi, kegiatan
sampah tersebut dari lingkungannya, nongkrong ini berlanjut sampai larut malam
pelaksanaan kerja bakti oleh masyarakat yang sebagian besar berlokasi tepat di
sekitar yang seringkali tidak dihadiri oleh pinggir lalu lintas jalan raya, hal ini sering
para remaja, hanya sebagian kecil dari total berimplikasi pada perbuatan negatif seperti
populasi remaja yang mengikuti menimbulkan kegaduhan pada lingkungan
pelaksanaan kerja bakti, padahal kerja bakti sekitar.
merupakan salah satu indikator penilaian Perilaku negatif yang dilakukan oleh
masyarakat dalam menilai keaktifan remaja cenderung berimplikasi pada
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
178 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182

kerugian yang dialami oleh masyarakat bagi para remaja untuk mengulangi tindakan
sekitar, bentuk kerugian tersebut diantaranya negatif mereka.
adalah suara knalpot yang kencang hasil Indikator yang dapat dilihat adalah
modifikasi yang dapat menimbulkan ada pada tindakan remaja yang
kegaduhan pada lingkungan sekitar, minimal menggunakan kendaraan bermotor roda dua
pada tingkatan perasaan tidak nyaman pada hasil modifikasi dengan bunyi knalpot yang
organ pendengaran masyarakat yang kencang, masyarakat tentunya sadar bahwa
mendengar suara knalpot modifikasi tindakan tersebut merugikan mereka
tersebut, hal ini jelas mengganggu ketertiban minimal pada tingkatan mengganggu
dan kenyamanan masyarakat sekitar. pendengaran atau bahkan menimbulkan
Kerugian yang dialami oleh kegaduhan, namun berdasarkan pengamatan
masyarakat lainnya sebagai akibat dari yang dilakukan, peneliti menyaksikan
perilaku negatif remaja adalah kasus bahwa sebagian besar masyarakat hanya
pencurian kendaraan bermotor roda dua membiarkan perilaku tersebut tanpa mau
yang marak terjadi di kabupaten Pandeglang untuk menegur tindakan negatif tersebut.
khususnya di wilayah Kecamatan Saketi, Hasil temuan peneliti juga
berdasarkan pengamatan peneliti, pelaku menemukan fakta bahwa aparat penegak
tindak pencurian ini sebagian besar hukum kurang masif dalam mereduksi
didominasi oleh usia-usia Remaja, atau usia- tindakan kriminal yang dilakukan oleh para
usia dibawah 25 tahun, peneliti jarang remaja khususnya tindakan pencurian yang
menemukan fakta bahwa pelaku pencurian merugikan masyarakat sekitar, hal ini
dilakukan oleh usia-usia dewasa yaitu 40 berdasarkan temuan peneliti pada kasus
tahun keatas, kecenderungan yang terjadi pencurian di asrama pondok pesantren putri
adalah pelaku berada pada rentang usia-usia di wilayah Saketi, dimana para korban
remaja, minimal pada tingkatan usia remaja pencurian melaporkan tindakan pencurian
akhir. tersebut namun tidak ada tindakan
Hasil temuan peneliti di lapangan investigasi dan penyelidikan dari aparat
menemukan gejala bahwa perilaku negatif penegak hukum tersebut.
remaja terjadi salah satunya adalah karena PEMBAHASAN
adanya pembiaran dan ketidakpedulian Peran konselor sekolah dalam
masyarakat sekitar terhadap perilaku negatif mereduksi perilaku negatif kenakalan
tersebut, masyarakat acuh dan tidak peduli remaja sangat dibutuhkan dalam hal ini,
yang mengakibatkan tidak adanya efek jera diperlukan langkah-langkah dan strategi
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 179

khusus untuk menanganinya agar perilaku Strategi yang ketiga adalah konselor
negatif tersebut dapat ditanggulangi dan membimbing semua peserta didik atau
diantisipasi di kemudian hari. Konselor remaja yang bermasalah. Konselor dapat
harus memiliki identitas diri (Riswanto, memberikan penguatan nilai-nilai pancasila
2019). Identitas diri yang dapat membentuk dan kebangsaan kepada para remaja untuk
mentalitas dan psikis seorang konselor. mencegah tindakan-tindakan yang dapat
Kesiapan mental dan psikis konselor merugikan remaja itu sendiri (Riswanto,
sangat dibutuhkan dalam hal ini, konselor 2019).
harus memiliki kepribadian yang kuat dan Strategi yang keempat adalah dengan
melatih diri sendiri agar dapat melaksanakan melatih konselor untuk memahami serta
tugas sebaik mungkin, kesiapan mental dan menerapkan perilaku sesuai dengan
psikis inilah yang menjadi faktor utama peraturan Permendiknas nomor 27 tahun
penentu kesuksesan seorang konselor dalam 2008 tentang standar kualifikasi akademik
menangani perilaku peserta didik yang dan kompetensi konselor, memuat secara
menyimpang. jelas aturan etis nilai-nilai kepribadian
Strategi yang pertama adalah melatih konselor yang ideal (Riswanto dkk, 2016).
diri sendiri agar konselor memiliki suatu Strategi yang kelima adalah melatih
kompetensi khusus. Konselor wajib untuk konselor untuk mengadopsi nilai-nilai
memiliki kompetensi-kompetensi tertentu kepribadian yang baik seperti sifat
agar dapat melaksanakan tugasnya dengan kebersamaan, kejujuran, kesetaraan, dan
baik, salah satunya adalah kompetensi toleransi kepada para siswa atau para remaja
multikultural, yaitu konselor yang paham di sekolah (Riswanto, 2017).
mengenai keanekaragaman suatu budaya Peran konselor dalam mereduksi
(Riswanto dkk, 2017). kenakalan-kenakalan remaja adalah dengan
Strategi yang kedua adalah kesiapan mengimplementasikan kelima strategi
konselor dalam me-manajerial para remaja, tersebut kepada para siswa atau remaja,
konselor harus memiliki keterampilan dalam peran konselor lebih bertitik tolak pada
me-manajerial kelompok yang dalam hal ini kesiapan mental dan psikis konselor itu
adalah remaja bermasalah, dengan cara sendiri, yang diiringi dengan lima strategi
mengatur, memimpin, mengarahkan, dan pembentuk kepribadian yang kokoh dan
mengorganisasikan seluruh anggota-anggota solid.
kelompok atau remaja (Riswanto, 2019). Peran konselor yang menuntut
kesiapan psikis dan mental konselor itu
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
180 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182

sendiri dalam menghadapi perilaku konselor berbaur secara budaya kepada para
kenakalan remaja berlandaskan pada remaja dan terlibat secara emosional
kenyataan kasus yang terjadi di lapangan, mengenai perilaku menyimpang mereka,
bahwa ketidaksiapan mental dan psikis konselor melakukan pendekatan berdasarkan
konselor menyebabkan para remaja yang pemahaman budaya yang dianut oleh para
terlibat permasalahan tidak tertangani secara remaja, maka dari itu konselor harus
baik, konselor seringkali mengambil memiliki pemahaman multikultural yang
langkah dan strategi yang salah untuk baik agar dapat berbaur dengan para remaja.
menyelesaikan konflik kenakalan remaja, Peran konselor selanjutnya dalam
hal itulah yang mendasari peran psikis dan menangani kenakalan remaja yang apatis
mental konselor sebagai faktor utama dalam dan acuh terhadap kondisi lingkungan
menentukan penyelesaian konflik para sekitar mereka adalah dengan memberikan
remaja. penguatan nilai-nilai pancasila dan
Peran konselor dalam menangani kebangsaan kepada para remaja, dengan
kenakalan remaja seperti pencurian memberikan penguatan nilai-nilai pancasila
kendaraan bermotor adalah dengan me- dan kebangsaan para remaja sadar untuk
manajerial atau memimpin para remaja ikut dalam kerja bakti membersihkan
dalam menyelesaikan konflik tersebut, lingkungan, sadar terhadap kondisi
karena jenis kenakalan remaja ini sudah keamanan dan kenyamanan lingkungan,
masuk dalam tahap kriminal, maka konselor sadar untuk menjaga ketertiban lingkungan,
ikut mendampingi, mengatur, memimpin, dan sadar terhadap kondisi sosial
mengarahkan, dan mengorganisasikan para kemasyarakatan yang terjadi di lingkungan
remaja yang terlibat pencurian tersebut di para remaja.
kantor kepolisian, posisi konselor adalah Peran konselor dalam mereduksi
sebagai mentor bagi para remaja, bukan perilaku kenakalan remaja adalah dengan
memarahi atau membentak mereka secara membimbing, mengatur, mengarahkan,
terus menerus. memimpin, serta mengorganisasikan para
Peran konselor selanjutnya dalam remaja, konselor dilarang keras memukul,
menangani kenakalan remaja yang sering membentak, ataupun menyudutkan para
memacu kendaraan bermotor roda dua remaja secara berlebihan, karena itu
dengan cepat dan kencang disertai knalpot kesiapan mental dan psikis konselor dalam
modifikasi yang mengganggu pendengaran hal ini sangat dibutuhkan, konselor harus
adalah melalui pendekatan multikultural, membekali diri dengan kompetensi
ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS
[Riswanto. D. Konselor dalam Mereduksi.] 181

kepribadian yang mumpuni agar dapat 27 tahun 2008 mengenai standar kualifikasi
membantu para remaja menangani masalah akademik dan kompetensi konselor.
mereka dengan baik. SARAN
SIMPULAN Kajian penelitian ini ditujukan pada
Perilaku kenakalan remaja di peneliti selanjutnya khususnya yang
kabupaten Pandeglang adalah sebuah memiliki perhatian pada fenomena
fenomena negatif yang dapat menimbulkan kenakalan remaja dan segala dinamika di
kerugian baik dari diri sendiri maupun dalamnya, penelitian ini juga dapat
berdampak pada lingkungan sosial, diantara memberikan masukan dan saran kepada
bentuk perilaku negatif tersebut adalah konselor mengenai penanganan perilaku
penggunaan kendaraan bermotor roda dua negatif kenakalan remaja di sekolah.
dengan knalpot modifikasi berbunyi keras
yang dapat mengganggu pendengaran serta DAFTAR RUJUKAN
kenyamanan masyarakat sekitar, selanjutnya Andrianto., & Alimron. (2019). Faktor
Penyebab Kenakalan Remaja di Lebak
tindak kriminal pencurian kendaraan
Mulyo Kecamatan Kemuning kota
bermotor roda dua yang sebagian pelakunya Palembang. Jurnal PAI Raden
Fatah, 1(1), 82-104.
adalah para remaja, serta sikap acuh dan
apatis pada diri remaja terhadap lingkungan Creswell, J.W. (2014). Research Design:
Qualitative, Quantitative and Mixed
sosial sekitar.
Methods Approaches Fourth Edition.
Berdasarkan fenomena kenakalan Los Angeles: Sage Publications, Inc.
remaja tersebut, peran konselor sekolah
Aviyah, E., & Farid, M. (2014). Religiusitas,
sangat penting agar dapat mereduksi Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja.
Persona: Jurnal Psikologi Indonesia,
perilaku negatif para remaja dengan
3(2), 126-129.
beberapa langkah dan tahapan, yaitu
Fatimah, S., & Umuri, MT. (2014). Faktor
kesiapan mental dan psikis konselor untuk
Penyebab Kenakalan Remaja, Desa
membentuk kepribadian yang solid pada diri Kemadang Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Gunung kidul. Jurnal
konselor, komposisi pembentuk kepribadian
Citizenship, 4(1), 87-95.
tersebut antara lain adalah pemahaman
Johnson, R.B., & Christensen, L. (2014).
multikultural, kemampuan manajerial
Educational Research: Quantitative,
konselor, paham nilai-nilai pancasila dan Qualitative, and Mixed Approaches
Fifth Edition, Los Angeles: Sage
kebangsaan, jujur, dan nilai-nilai yang
Publications, Inc.
sesuai dengan amanat permendiknas nomor

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699


182 Jurnal RAP UNP, Vol. 10, No. 2, November 2019, hal. 171-182

Neuman, W.L. (2014). Social Research Program Studi Bimbingan dan


Methods: Qualitative and Quantitative Konseling. Universitas Negeri Malang.
Approaches, Seventh Edition. London:
Pearson Education Limited. Riswanto, D. (2019). Penguatan Nilai-nilai
Pancasila dan Kebangsaan Kepada
Nisar, M., Ullah, S., Ali, M., & Alam, S Peserta Didik Pada Layanan Bimbingan
(2015). Juvenile Delinquency: The dan Konseling di Sekolah. Jurnal Civic
Influence of Family, Peer and Education, 3(1), 13-19.
Economic Factors on Juvenile
Delinquents. Journal of App. Sci. Riswanto, D. (2019). Kompetensi
Report, 9(1), 37-48. Manajerial Konselor Pada Layanan
Konseling Kelompok. Al-Tanzim:
Oktawati, W. (2017). Kenakalan Remaja di Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
Desa Sungai Paku (Studi kasus SMP 4 3(1), 156-168.
Kampar Kiri Kabupaten Kampar).
Jurnal Jom FISIP, 4(2), 1-15. Riswanto, D. (2019). Falsafah Huma Betang
di Kalimantan Tengah: Sebuah
Riswanto, D., Mappiare-AT, A., & Irtadji, Pergulatan Identitas Konselor Dayak
M. (2016). Karakteristik Kepribadian Muslim. Jurnal Ilmiah Syiar, 19(1),
Ideal Konselor (Studi Hermeneutika 68-76.
Gadamerian). Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang
1(11), 2113-2117. Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
CV Sagung Seto.
Riswanto, D. Mappiare-AT, A. & Irtadji, M.
(2017). Kompetensi Multikultural Tracy, S.J. (2013). Qualitative Research
Konselor Pada Kebudayaan Suku Methods: Collecting Evidence, Crafting
Dayak Kalimantan Tengah. JOMSIGN: Analysis, Communica ting Impact.
Journal of Multicultural Studies in Chichester: Wiley-Blackwell A John
Guidance and Counseling, 1(2), 215- Wiley & Sons, Ltd, Publications.
226.
Widodo, G.S., & Hariyono, H. (2016).
Riswanto, D. (2017). Karakteristik Pribadi Persepsi Guru tentangKenakalan Siswa:
Ideal Calon Konselor berdasarkan Teks Studi Kasus di Sekolah Dasar Raja
Huma Betang Suku Dayak: Kajian Agung. Jurnal Pendidikan dan
Hermeneutika Gadamerian. Tesis. Pembelajaran, 23(2), 142-153.

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS

You might also like