You are on page 1of 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

TERAPI PADA IBU MENYUSUI

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


dr. Fauzul Husna

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Nurlaila Ramadhan S
2. Hafizah

3. Yusniar

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik.
Makalah “Terapi Pada Ibu Menyusui” ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk memenuhi
persyaratan dalam mata kuliah Farmakologi.
Makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna baik dari segi materi maupun
dari teknik penulisan. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca khususnya mengenai Terapi Pada Ibu Menyusui.Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

Hormat kami

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Farmakokinetika Pada Ibu Menyusui...........................................................................3
2.2 Farmakodinamika Pada Ibu Menyusui.........................................................................4
2.3 Eksresi Obat Ke Dalam ASI.........................................................................................4
2.4 Proses Farmakokinetik Pada Bayi................................................................................5
2.5 Pemberian Obat Dalam Masa Laktasi..........................................................................5
2.6 Obat yang Boleh Digunakan Selama Menyusui...........................................................6
2.7 Obat yang Tidak Boleh Digunakan Selama Menyusui.................................................6
2.8 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui.......................................................7
2.8.1Mastitis......................................................................................................................7
2.8.2 Kandida/Sariawan.....................................................................................................8
2.8.3 Cacar Air (Virus Varisela Zoster)............................................................................9
2.8.4 Cytomegalovirus (CMV)..........................................................................................9
2.8.5 Hepatitis B (HBV)..................................................................................................10
2.8.6 HIV/AIDS...............................................................................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................12
3.2 Saran............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat yang diberikan pada penderita masitis 8


Tabel 2.2 Obat yang diberikan pada ibu yang menderita kandida/sariawan 9

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi SelamaMenyusui


Lampiran 2. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui
Lampiran 3. Pedoman Untuk Pengobatan Dan Pemberian Asi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan
kesehatan yang membutuhkan obat. Padahal obat tersebut dapat memberikan efek yang
tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Pada proses menyusui, pemberian beberapa
obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang baru
lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat
menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen.
Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa
menyusui. Selama menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau
gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu yang sedang menyusui
menggunakan obat-obatan yang dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi
yang disusui.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI
secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya
iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat
menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui bayi
(misalnya phenobarbital). Obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan
hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam konsentrasi yang sangat kecil pada efek
farmakologi.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif
tidak aman sehingga harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan bayinya.

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana proses farmakokinetik dan farmakodinamik obat pada ibu menyusui
- Bagaimana obat tereksresi melalui ASI
- Obat-obat apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui
- Masalah apa saja yang sering timbul pada ibu menyusui

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


- Untuk mengetahui proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada ibu menyesui
- Untuk mengetahui proses eksresi obat melalui asi.

1
2

- Untuk mengetahui daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama menyusui


dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui.
- Untuk mengetahui masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui.

1.4 Manfaat Makalah


- Sebagai tambahan informasi dan pembelajaran mata kuliah farmakoterapi sub bab
terapi obat pada ibu menyusui
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Farmakokinetika Pada Ibu Menyusui


Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam ASI ,
akan tetapi konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu
adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI selain dari faktor-
faktor fisiko-kimia obat. Volume darah/cairan tubuh dan curah jantung yang meningkat
pada kehamilan akan kembali normal setelah 1 bulan melahirkan. Karena itu pemberian
obat secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis.
Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton)
akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma
tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa lemah
di plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus
membran alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut
akan mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali ke plasma.
Fenomena tersebut dikenal sebagai iontrapping.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu.
Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI , sebaliknya rasio
M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI. Pada umumnya kadar puncak
obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat
membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu
menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk
sementara ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali
setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali
waktu paruh obat. Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat
dinilai dengan mempertimbangkan :
1. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
2. Adanya metabolit aktif
3. Multi obat : adisi efek samping
4. Dosis dan lamanya terapi
5. Umur bayi.
4

6. Pengalaman/bukti klinik
7. Farmakoepidemiologi data.

2.2 Farmakodinamika Pada Ibu Menyusui


Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.
Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari. Kemungkinan
sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari hasil penelitian bahwa
sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.
Obat Yang Digunakan Pada Wanita Menyusui
- Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan memang
diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun
bayinya.
- Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
- Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar
terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati
yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi penimbunan obat
- Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah kadar
obat terkecil yang sampai pada bayi
- Hindari atau hentikan sementara menyusui
- Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat
terhadap efek samping yang mungkin terjadi
- Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

2.3 Ekskresi Obat Ke Dalam ASI


Ada 4 mekanisme penting obat dapat sampai (permeasi) ke dalam ASI, yaitu :
a. Difusi Pasif
Berlangsung berdasarkan perbedaan konsentrasi pada kedua sisi barier, berupa
cairan atau lemak. Difusi terjadi melalui pori-pori kecil pada membran sel,
menyebabkan hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul kecil saja, seperti metanol.
Kecuali pada pembuluh darah kapiler dan limfe yang memiliki pori-pori cukup
besar sehingga dapat dilalui oleh molekul yang cukup besar. Obat larut dalam air
melewati barier cairan, sedangkan obat larut lemak melewati membran yang terdiri
dari lipid.
b. Difusi dengan bantuan karier khusus
5

Yang bertindak sebagai pembawa adalah enzim – enzim atau protein tertentu.
Terjadi melalui perbedaan konsentrasi atau konsentrasi yang sama pada kedua sisi
barier. Lebih menentukan perbedaan aktifitas kimia suatu bahan pada kedua sisi
barier. Bahan yang berdifusi dengan cairan ini umumnya mudah larut dalam air,
tetapi terlalu besar untuk melalui pori – pori dari membran.
c. Difusi aktif
Memerlukan energi untuk transpor, karena menuju daerah dengan konsentrasi
tinggi. Menggunakan energi untuk pasasi dari glukosa, asam amino, kalsium,
magnesium, dan natrium.
d. Pinositosis atau kebalikannya
Pada pinositosis, obat melekat pada dinding sel, kemudian mengalami invaginasi
atau evaginasi. Dinding sel & obat memisahkan diri, sehingga obat dapat masuk
atau keluar sel. Pinositosis menggunakan molekul yang sangat besar & protein
tidak berdifusi secara pasif, aktif, atau dengan bantuan karier. pH lingkungan &
derajat ionisasi obat, sifat obat basa atau lemah, tingkat kelarutan, menentukan
kesanggupan difusi yang berbeda.

2.4 Proses Farmakokinetik Pada Bayi


Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan
orang dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah, misalnya absorpsi
fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan distribusi obat juga akan berbeda karena
rendahnya protein plasma, volume cairan tubuh yang lebih besar dari orang dewasa.
Metabolisme obat juga rendah karena aktivitas enzim yang rendah . Ekskresi lewat renal
pada awal kehidupan masih rendah dan akan meningkat dalam beberapa bulan. Selain
banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga kinetika obat pada bayi
menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu diperhatikan adalah bila efek
yang tidak diinginkan tidak bergantung dari banyaknya obat yang diminum, misalnya
reaksi alergi, maka sedikit atau banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak penting,
tetapi apakah si bayi meminum atau tidak meminum ASI menjadi lebih penting.

2.5 Pemberian Obat Dalam Masa Laktasi


Secara umum, sebagian besar obat dapat disekresikan melalui air susu ibu, tetapi
dalam jumlah kecil hingga jumlah yang diterima bayi dalam sehari umumnya masih lebih
rendah dosis terapeutiknya. Walaupun demikian, obat yang diberikan kepada ibu
6

hendaknya dipilih yang relatif aman, serta diberikan paling lambat 30-60 menit setelah
menyusui atau 3-4 jam sebelum ibu menyusui yang berikutnya, agar diperoleh ekskresi
dalam air susu yang terendah.

2.6 Obat yang Boleh DigunakanSelama Menyusui


Berikut adalah obat-obat yang boleh digunakan selama masa menyusui, yakni:
- Antikoagulan – warfarin
- Sulfonamide, kecuali pada bayi dengan defisiensi G-6-PADA.
- Antimalaria ; pirimetamin, dapson, sulfadoksin.
- Metronidazol
- Antiinflamasi
- Aspirin dosis rendah
- Antikonvulsan ; natrium valproat, karbamazepin, etosuksimid.
- Labelatol, verapamil, hidralazin.
- Antibiotika.

2.7Obat yang Tidak Boleh Digunakan Selama Menyusui


Berikut adalah obat-obat yang tidak boleh digunakan selama masa menyusui, yakni:
- Antikoagulan ; fenindion & etilbiskumasetat, menyebabkan kekurangan
protrombin pada bayi.
- Tetrasiklin & aminoglikosida, menyebabkan pewarnaan gigi, gangguan
pertumbuhan tulang, flora usus bayi.
- Kloramfenikol, toksisitas pada bayi.
- Penisilin, menyebabkan anafilaksis.
- Ampisilin, menyebabkan diare & kandidiasis pada bayi.
- Antituberkulosis ; INH, menyebabkan defisiensi piridoksin pada bayi.
- Siklofosfamid, metotreksat, & obat antineoplastik/imunosupresif, kontraindikasi
dalam masa menyusui.
- Aspirin dosis tinggi, mempengaruhi trombosit bayi.
- Barbiturat, diazepam, antihistaminika menimbulkan gejala depresi pada bayi.
- Primidon, menimbulkan depresi susunan saraf pusat pada bayi.
- Heroin dosis tinggi, menyebabkan koma pada bayi.
- Petidin, mengganggu susunan saraf pusat.
- Amitriptilin & nortriptilin, efek farmakologik pada bayi.
7

- Klorpromazin, menyebabkan pusing & letargi pada bayi.


- Alkohol, menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
- Teofilin, menyebabkan iritabilitas pada bayi.
- Estrogen dosis tinggi, menyebabkan penurunan produksi air susu, poliferasi dan
epitel vagina pada bayi perempuan & ginekomastia pada bayi laki-laki.
- Antiaritmia & amiodaron, menyebabkan brakardia pada bayi.
- Alkaloid ergot, menimbulkan gejala intoksikasi ergot.
- Derivat antrakinon & fenoltalein, menyebabkan diare pada bayi.

2.8Masalah Yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui


2.8.1 Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau
mastitis puerperalis. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI
dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah Staphilokokus aureus. Pada
mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan
merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-
penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Gejala mastitis non – infeksius
- Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut
- Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
- Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
Gejala mastitis infeksius
- Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
- Ibu dapat mengeluh sakit kepala
- Ibu demam dengan suhu diatas 34oC
- Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
- Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir)
- Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan”
Pengobatan :
- Lanjutkan menyusui
- Berikan kompres panas pada area yang sakit
- Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
8

- Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik (Ibuprofen,


asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
- Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (<39 oC), periksa
kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
- Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan
gejala berkurang.

Tabel 2.1 Obat yang diberikan pada penderita masitis

2.8.2 Kandida/Sariawan
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar
dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan
yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman,
khususnya selama dan segera setelah menyusui Bayi dapat menderita ruam popok, dengan
pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang
kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin
terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
- Obati ibu dan bayinya
- Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali
sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
- Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk
mengurangi nyeri
9

Tabel 2.2 Obat yang diberikan pada ibu yang menderita kandida/sariawan

2.8.3 Cacar Air (Virus Varisela Zoster)


Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi bermula dari
leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala, membran mukosa dan
akstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan tidak
berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi
menjadi berisiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum
mempunyai kesempatan untuk berkembang.
Perawatan :
- Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada
bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
- Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin
varisela jika mereka sudah terpapar
- Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
o Ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi.
Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit
o Keluarkan asi jika bayi ditempatkan pada tempat lain
o Jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.

2.8.4 Cytomegalovirus (CMV)


CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di dalam
darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI. Janin mungkin
sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang paling serius terjadi pada
10

bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama kehamilan Menyusui
merupakan alat yang penting untuk memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak
yang disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi
nantinya dan dari infeksi primer selama kehamilan.
Perawatan :
- Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif selama
kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada infeksi CMV
dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
- Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang
terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke
neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan

2.8.5 Hepatitis B (HBV)


HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan ditularkan
melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau transfusi darah. Bayi yang
lahir dari ibu dengan HBV + langsung tertular, kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.
Perawatan :
- Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu, bayi
harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
- Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV

2.8.6 HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipunsecara umum prevalensi HIV di
Indonesia tergolong rendah (kurangdari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000 Indonesia telah
dikategorikansebagai negara dengan tingkat epidemi terkonsentrasi karena
terdapatkantung-kantung dengan prevalensi HIV lebih dari 5% padabeberapa populasi
tertentu (pada pengguna narkoba suntikan, PSK,waria, dan narapidana).
Karena mayoritas pengguna narkoba suntukan yang terinfeksi HIVberusia
reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka diperkirakan jumlahkehamilan dengan HIV positif
akan meningkat.Dengan intervensi yang tepat maka risiko penularan HIV dari ibu kebayi
sebesar 25-45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%. Menurutestimasi Depkes, setiap
11

tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positifyang melahirkan di Indonesia. Berarti, jika
tidak ada intervensisekitar 3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV positif setiaptahunnya
di Indonesia.
Perawatan :
- Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risikoterinfeksi HIV,
segera melakukan VCT (Voluntary Counseling &Testing) untuk mengetahui status
serologis secepatnya.
- Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untukmempertahankannya dengan
menghindari paparan menggunakankondom setiap sanggama, melakukan perilaku
hidup sehat, danmelakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran (memastikanhasil
pemeriksaan di luar “masa jendela”).
- Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakanprofilaksis
Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin denganseksio sesarea, dan tidak
menyusui/menghentikan menyusuisedini mungkin/menggunakan susu formula
(Exclusive FormulaFeeding)
- Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dariWHO : Affordable
(Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable(Dapat diterima), Safe (Aman), dan
Sustainable (Berkelanjutan).Apabila kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi,
maka ASItetap diberikan setelah melalui proses konseling mengenaikemungkinan
penularan infeksi.
- Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkanmelanjutkan pengobatan ARV
(ARV Terapi) sesuai PedomanNasional Pengobatan ARV
- Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan denganpemberian nutrisi yang sesuai,
dan diperikasa status serologisnyapada usia 18 bulan
- Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untukmelakukan VCT dan anjuran
yang sesuai.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Selama menyusui, seorang ibu dapat mengalami
berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Padahal obat tersebut
dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Konsentrasi obat
dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI
selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat.Pertimbangan mengenai daftar pemilihan obat
yang kontraindikasi selama menyusui juga perlu diketahui.Masalah-masalah yang sering
terjadi pada masa menyusui misalnya mastitis, kandida/sariawan, CMV, dan lain
sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut tentunya memerlukan penanganan (pengobatan)
yang harus aman bagi ibu maupun bayinya. Oleh karena itu hanya obat yang sangat
diperlukan saja yang boleh diberikan pada ibu menyusui.

3.2 Saran
Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu
menyusui, diperlukan pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak
aman sehingga harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 2016, Buku Saku Menyusui & Laktasi, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Anonim. 2011. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui.
Departemen Kesehatan R I.

Anonim, 2008, Daftar Obat Indonesia, Jakarta

Rubin, Peter, 2009, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta

Katzung B.G., Basic & Clinical Pharmacology, 6th ed. 2010, Prentice-HallInternational
Ltd.

D.C.Knoppert, Safety of drug in pregnancy and lactation in Pharmacotherapy Self-


Assessment Programm, 3rd ed, module Women’s health, American College of Clinical
Pharmacy: Kansas 1999:1-24.

Milsap RL., W J. Jusko. 2016. Pharmacokinetics in the infants, Environ Health Perspect
102(Suppl 11):000-000.

Anonim, 2005, Indek Keamanan Obat Pada Kehamilan dan Petunjuk Penggunaan Obat
dengan atau tanpa Makanan, Tugas KhususPelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker
diRumah Sakit Fatmawati,Jakarta

Anonim, 2010, Modul Manajemen Laktasi, Ditjen Pelayanan Medik, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2006, Mastitis Penyebab & Penatalaksanaan, World Health Organization,


Penerbit Widya Medika, Jakarta
Lampiran 1. Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama
Menyusui

Obat / Golongan Obat Efek Pada Bayi


Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan pola
tiduryang jelek
Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada bayi
belumdiketahui
Bromokriptin Menekan laktasi
Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS stimulan
danintoksikasi
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah
dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada ibu
dapatmenyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis, deep
sleep,lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan abnormal.
Paparanyang kronik juga menimbulkan keterlambatan
perkembanganpsikomotor. Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan
risiko yang potensialhipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo
cushing sindrome. AAPmengklasifikasikan compatible (dapat
diterima), tapi harusdipertimbangkan kontraindikasinya. Satu
review menyarankan untukmenunggu 1-2 hari setelah minum
sebelum menyusui
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi
Imunosupresan Potensial menekan sistem imun
Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari
konsentrasiserum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik yang
potensial,kontraindikasi
Asam Lisergat Kemungkinan diereksikan dalam ASI
Dietilamida (LSD)
Mariyuana Diekskresikan dalam ASI
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena
potensialterjadi diare berat pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui perokok
pasiflebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara umum
tidakdirekomendasikan selama menyusui, menurunkan produksi
ASI
Penisiklidin Potensial bersifat halusinogenik
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi
Lampiran 2. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui

Obat / Golongan Obat Efek Pada Bayi


Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas dan wajah
padabayi telah dilaporkan
Acyclovir Compatible, terkonsentrasi dalam ASI
Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI.
Penggunaanobat lain yang termasuk golongan ini selama
menyusuidipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan karena waktu
paruheliminasi panjang
Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP
mempertimbangkanpenggunaannya
Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi
Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati pada bayi
denganfenilketonuria
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis
metabolik),potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan rash,
AAPmerekomendasikan penggunaannya dengan perhatian.
Beta – bloker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti hipotensi,
bradikardi,asebutolol, atenolol dan nadolol terkonsentrasi dalam
ASI
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur. Compatible
Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-hati
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat,
compatibledalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan tidur
Carbamezepin Compatible
Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered compatible
Chloramfenicol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum tulang.
AAPmerekomendasikan penggunaannya dengan hati-hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada bayi.
AAPmempertimbnagkan penggunaannya karena efek dan
potensialgalaktore
Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam
lambung,menghambat metabolisme obat, dan CNS stimulan.
Compatible
Clindamisin Considered compatible
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati akumulasi
padabayi, pertimbangkan penggunaannya
Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible
Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan
Lampiran 3. Pedoman Untuk Pengobatan Dan Pemberian Asi

Kategori
Pengobatan Catatan
A B C D
Asetamonifen  Analgesik non-narkotika. Digunakan postpartum
(Tylenol)
Asiklovir (Zovirax)  Digunakan untuk herpes. Konsentrasi rendah di
dalamASI
Albuterol (Proventil)  Pencegahan terhadap bronkospasme
Alprazolam (Xanax)  Gunakan obat pengganti. Risiko akumulasi
Aminofillin  Observasi adanya iritabilitas dan insomnia pada
bayi
Amoksisilin  Masuk ke dalam ASI secara lambat
Ampisillin  Konsentrasi dalam ASI rendah
Amitriptilin (Elavil)  Tidak terdeteksi dalam urin bayi
Antimetabolit  Aktivitas anti DNA
Aspirin  Dosis analgesik biasa (300-600 mg) biasanya aman.
Obatpilihan untuk diagnosa. Artritis jangka panjang
Atenolol  Dilaporkan adanya bayi yang mengalami sianosis
danbradikardi pada terapi maternal
Azitromisin  Cocok untuk laktasi
Bromokriptin  Tidak digunakan untuk menekan produksi ASI
(Parlodel)
Butorfanol (Stadol)  Aman dalam dosis tunggal
Kafein  Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi peka dan lemah
Kaptopril (Captoem)  Antihipertensi jumlahnya sedikit dalam ASI
Karbamazepin  Antikonvulsan, akumulasi tidak terlihat
(Tegretol)
Sefalosporin  Masuk ke dalam ASI dengan konsentrasi rendah.
(Cefaclor) Umumnya dianggap aman
Kloramfenikol  Risiko kecil terhadap supresi sumsum tulang
(Chloromycetin) terdapat efek merugikan
Klorpromazin  Antimalaria, Obat penenang, observasi sedasi pada
(Thorazine) bayi
Simetidin (Tagamet)  Antagonis H-2, menurunkan produksi asam
Siprofloksasin (Cipro)  Quinolone, terjadinya artopati dan kartilago pada
hewan yang imatur
Klindamisin (Cleocin)  Berbentuk krim vagina, oral dan dapat diinjeksi
Kodein  Aman untuk kesehatan, pada bayi untuk pemakaian
yangsingkat
Kontrasepsi, hanya  Tunggu sampai laktasi telah terbentuk dengan baik
progestin oral 4-6minggu
Kontrasepsi, oral  Biasanya akan menurunkan pasokan ASI
(dengan estrogen)
Kortikosteroid  Gunakan hanya untuk waktu yang singkat dan
dengandosis yang rendah
Krotamiton 10 %  Digunakan untuk skabies. Aman dan efektif untuk
wanitayang menyusui
Desipramin  Tidak ada obat yang terdeteksi di dalam urin
(Norpramin) bayi.Pilihan antidepresan untuk wanita manyusui
Diazepam (Valium)  Gunakan obat pengganti, risiko akumulasi
Dikloksasilin  Resisten – penisilin, antistafilokokus
(Dynapem)
Digoksin (lanoxin)  Obat antiaritmia. Paparan terhadap bayi
kemungkinantidak bermakna
Efedrin  Komponen yang biasa digunakan dalam campuran
obatbatuk dan obat demam yang dijual bebas
Ergonovin  Menekan produksi ASI. Masa postpartum singkat
dapatmenjadi aman
Ergotamin  Digunakan untuk migren. Menekan suplai ASI.
Dapatmenyebabkan muntah, diare, konvulsi
Eritromisin  Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 1
bulan jikaberisiko ikterik
Etosuksimid  Antikonvulsan. Masuk dengan bebas ke dalam ASI.
(zarontin) Pertimbangkan penggunaan obat pengganti
Fentanil (Sublimaze)  Terdapat dalam ASI dengan jumlah kecil. Tidak
dapatdideteksi setelah 10 jam
Flukonazol (Diflucan)  Digunakan untuk mengobati kandidiasis.
Amandigunakan untuk anak-anak
Fluoksetin (Prozac)  Dapat menyebabkan gejala kolik
Furosemid (Lasix)  Antibiotik aminoglikosida. Dapat diberikan pada
bayi
Gentamisin  Perpindahan minimal
(Garamycin)
Haloperidol (Haldol)  Obat penenang
Heparin  Tidak diekskresi ke dalam ASI
Ibuprofen (Motrin)  Biasanya digunakan untuk nyeri postpartum.
Perpindahan minimal
Imipramin (Tofranil)  Antidepresan
Vaksin influenza  Vaksinasi maternal dianggap tidak menyebabkan
risiko terhadap bayi yang disusui
Insulin  Tidak diekskresikan ke dalam ASI dengan berat
molekul yang besar
Yodium  Mudah diabsorpsi dan terkonsentrasi dalam ASI;
dapat menyebabkan supresi tiroid; dosis 15 % dapat
masuk ke dalam ASI dalam 3 hari
Zat besi  Suplemen tidak mengubah kadar zat besi pada ASI
dalam jumlah besar
Isoniazid (INH)  Antituberkular. Sampai saai ini tidak dilaporkan
adanya efek merugikan pada bayi. Mungkin baik
untuk memantau tanda-tanda keracunan pada bayi
Ketokonazol  Digunakan untuk mengobati kanddiasis yang berat
(Nizoral)
Levonogestrel  Kontrasepsi yang efektif. Efek pada suplai ASI
(NORPLANT) tidak meyakinkan
Lindan (Kwell)  Secara klinis jumlahnya tidak bermakna (30 g/ml)
dalam ASI. Membutuhkan informasi lebih
Litium (Eskalith)  Pantau kadar serum bayi. Pilih obat alternatif jika
mungkin
Asam mandelik  Terdeteksi di dalam urin semua bayi yang diteliti.
Efeknya belum diketahui
Magnesium sulfat  Dapat menghambat masuknya ASI
Medroksiprogesteron  Didapat pada ASI dalam jumlah yang tidak
(Depo-Provera) bermakna. Akumulasi tidak merupakan masalah
Meperidin (Demerol)  Dapat menyebabkan depresi neurobehavioral pada
neonatus. Anjurkan untuk digunakan pada periode
awal postpartum
Mesoridazin  Fenotiazin digunakan sebagai antipsikotik
(Serentil)
Metaproterenol  Digunakan untuk asma bronkhial
(Alupent)
Metformin  Antidiabetik baru. Efeknya belum diuji
(Glucophage)
Metenamin  Antiinfeksi urinarius. Tidak ada efek merugikan
(Mandelamin) yang dilaporkan
Metadon (Dolophine)  Digunakan untuk mengobati adiksi heroin.
Kadarnya minimal dalam ASI
Metimazol (Tapazol)  Untuk hipertiroid. Rasio S.P lebih tinggi dari
propiltiourasil
Metildopa (Aldomet)  Antihipertensi
Metoklopramid  Digunakan untuk meningkatkan ASI; dosis 10 mg 3
(Reglan) x sehari
Metoprolol  Mengacu pada tindakan menghambat, pantau bayi
(Lopressor) jika digunakan dalam jangka lama
Morfin  Aman untuk digunakan dalam jangka waktu pendek
untuk mengendalikan nyeri. Bayi akan lebih
waspada dan orientasinya lebih baik daripada jika
ibu menerima meperidin
Nadolol (Corgard)  Hindari jika bayi masih muda dan/atau dibutuhkan
dosis yang tinggi
Nalbufin (Nubain)  Analgesik non narkotik. Aman dalam dosis tunggal
Naproksen  Masuk ke dalam ASI dengan jumlah kecil (0,26%
dari dosis maternal. Rasio M/P kira-kira 0,10)
Nifedipin  Dosis rendah digunakan untuk engobati
vasospasme puting; dosis maternal <5 % yang
ditransfer ke bayi
Nitrofurantoin  Digunakan untuk mengobati infeksi traktus
urinarius
Nortriptilin (Pametor)  Tidak terdeteksi di dalam serum bayi
Nistatin (Mycostatin)  Aman digunakan untuk kandidiasis
Ofloksasin (Floxin)  Antibiotik fluorquinolone yang mirip dengan
siprofloksasin
Oksasilin  Antistafilokokus
(Prostaphlin)
Oksikodon (Percocet,  Aman untuk digunakan dalam waktu singkat
Percodan)
Paroksetin (Paxii)  Antidepresan; <1% dosis harian yan ditransfer ke
bayi yang mendapatkan ASI
Panisilin (Pen G, Pen  Diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi
V) rendah. Dapat terjadi modifikasi flora usus besar
dan kemungkinan repons alergenik
Fenazopiridin  Digunakan untuk mengendalikan gangguan kejang.
(Pyridium) Kadar dalam ASI <5% dosis terapeutik untuk bayi
Podofilin  Digunakan untuk terapi kulit genital, jangan
digunakan selama menyusui
Propoksifen (Darvon)  Aman bila digunakan dalam dosis tunggal
Propanolol (Inderal)  Pemaparan dalam waktu lama memerlukan
pemantauan
Propitiourasil  Untuk mengobati hipertiroidisme, pantu fungsi
tiroid bayi jika digunakan untuk waktu lama.
Piretrins  Digunakan untuk mengobati pedikulosis.
Penyerapan topikal buruk. Kecil kemungkinan
terjadi toksisitas; lebih disukai daripada Lindane 1
%
Quinidine  Obat antiaritmia
Ranitidin (Zantac)  Bayi memperoleh obat ini dalam jumlah sangat
kecil melalui ASI
Rifampin (Rimactane)  Antituberkular. Tidak dilaporkan adanya efek
merugikan
Sertralin (Zoloft)  Antidepresan. Tidak ditemukan dalam serum bayi
Sotalol (Betapace)  Masuk ke dalam ASI dalam jumlah relatif banyak
meskipun tidak dilaporkan adanya efek yang
merugikan. Pantau efek samping pada bayi
Streptomisin  Diberikan secara langsung pada bayi. Tidak lebih
dari dua minggu
Pencahar berbentuk  Efek lokal
laksatif
Sulindak (Clinoril)  Non-steroidal, anti-inflamasi
Sulfonamid  Hindari selama bulan pertama kehidupan.
Mengganti bilirubin
Terbutalin (Brethaire)  Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari dosis maternal.
Gejala dari rangsangan beta-adrenergik tidak
ditemukan dalam penelitian terhadap bayi.
Terkonazol (Terazol)  Digunakan untuk candidiasis. Berbentuk krim
vagina dan supositoria.
Terfenadin (seldane)  Antihistamin. Jumlah yang ditentukanuntuk
dikonsumsi oleh neonatus setelah ibu diberikan
dosis yang dianjurkan cenderung tidak berakibat
pada kadar plasma yang menghasilkan efek tidak
baik.
Teofillin (Tho-  Kurang dari 0,1 % muncul didalam ASI, kadang
Dur,Slo-Phyllin) kadang dapat mengakibatkan iritabilitas pada bayi
baru lahir.
Tioridazin (Mellari)  Fenotiazin digunakan sebagai anti-psikotik.
Tiroid dan tiroksin  Dapat meningkatkan volume ASI bila ibu
(synthoroid) hipotiroid.
Tranilsipromin  Inhibitor MAO digunakan sebagai anti-depresan
(parnate)
Verapamil (Isoptin)  Tidak ada obat yang ditemukan dalam plasma bayi.

Ket. Kategori :
A : Relatif Aman C : Tidak diketahui
B : Membutuhkan Perhatian D : Kontraindikasi

You might also like