You are on page 1of 14

MAKALAH KIMIA ANALISIS II

FLUOROMETRI

KELOMPOK III

KELAS/SEMESTER: FARMASI B/III

NAMA ANGGOTA:

1. APRILIA FUNAN MAUK(204111058)


2. DIONISIUS N. NARU(204111045)
3. FITRIAH TURRAHMAN (204111055)
4. MARIA CAROLINDA POSO(204111050)
5. PATRISIA PUTRIANA ONA(204111054)
6. ROFELITA FHIKA NAIBOAS(2041110
7. VALDA MAHARANI DJUBIRE(204111050)

PRODI FARMASI

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Kimia Analisis II dengan baik. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas tentang FLUOROMETRI.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen matakuliah kimia analisis II yang
telah memberikan Tugas, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu, sangatlah
diharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak
terutama Dosen Mata Kuliah Kimia analisis II, agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna bagi pembaca.

Kupang, 29 september 2021


DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................................................

Kata pengantar.....................................................................................................................

Daftar isi..............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................

1.3 Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN MATERI..................................................................................

2.1 Pengertian Teori Fluoresensi dan Fosforesensi.............................................................

2.2 Proses Deaktivasi...........................................................................................................

2.3 Variable-variabel yang mempengaruhi Fluoresensi dan Fosforesensi..........................

2.4 Analisis Kuantitatif dengan Fluorosensi........................................................................

2.5 Penggunaan fluoresensi dan fosforesensi......................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A . Kesimpulan...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak senyawa kimia yang mempunyai sifat fotoluminesensi, yakni senyawa kimia
tersebut dapat di eksitasi kan oleh cahaya dan kemudian memancarkan kembali sinar
yang panjang gelombangnya sama atau berbeda dengan panjang gelombang
semula(panjang gelombang eksitasi).

Ada dua peristiwa foto luminesensi, yaitu fluorosensi dan fosforesensi. pada
fluoresensi, pemancaran kembali Sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar
terjadi dalam waktu yang sangat singkat setelah penyerapan detik(10 -8detik). jika
penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga
berhenti. Fluoresensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energy elektronik singlet
dalam suatu molekul.

Pada fosforesensi, akan terjadi pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah
menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama (10 -4). Jika penyinaran
kemudian dihentikan, pemancaran kembali masih dapat berlangsung. Fosforesensi
berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energi elektronik triplet ke singlet dalam suatu
molekul (biasanya didahului oleh lintasan antar system).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori Fluoresensi dan Fosforesensi?
2. Bagaimana proses Deaktivasi?
3. Variable-variabel apa saja yang termasuk dalam Fluoresensi dan Fosforesensi?
4. Apa yang dimaksud dengan Analisis Kuatitatif dengan Fluorosensi?
5. Bagaimana penggunaan Fluorosensi dan Fosforesensi di bidang kefarmasian dan
bidang kimia?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui apa itu teori Fluoresensi dan Fosforesensi.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses Deaktivasi.
3. Untuk mengetahui variable-variabel apa saja yang termasuk dalam Fluoresensi dan
Fosforesensi.
4. Untuk mengetahui apa itu analisis kuantitatif dengan Fluoresensi.
5. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan fluoresensi dan fosforesensi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Fluoresensi dan Fosforesensi


Fosforesendi adalah proses pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah
menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama (10 -4 detik). Jika penyinaran
kemudian dihentikan, pemancaran kembali masih dapat berlangsung (after glow).
Fosforesensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energi elektronik triplet ke singlet
dalam suatu molekul.
Fluoresensi adalah pemedaran sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya berhenti
memancar jika rangsangan itu dihilangkan,hanya radiasi sinar – X yang dapat
menghasilkan fluoresens.
Memahami sifat-sifat khas Fluoresensi dan Fosforesensi perlu diketahui pengertian
orbital molekul. Bila dua buah atom saling mengikat menjadi suatu molekul maka
pasangan elektron yang membentuk ikatan antara kedua atom dianggap menempati suatu
orbital molekul yang terbentuk sebagai hasil tumpang tindih (overlapping) dua buah
orbital atom pembentuk molekul. Dari hasil kombinasi ini akan terbentuk dua macam
orbital molekul, yaitu orbital ikatan dan orbital anti ikatan. Orbital ikatan yang mempu
nyai energi lebih rendah akan ditempati elektron-elektron ikatan dalam keadaan azas
(ground state). Perlu diketahui pula bahwa pada orbital ikatan dan anti ikatan
disuperposisikan juga tingkat tingkat energi vibrasi, akibatnya jika molekul menyerap
energi sinar maka akan terjadi transisi dari tingkat energi ikatan dan anti ikatan yang
diikuti oleh transisi energi vibrasi.
Kebanyakan molekul mempunyai jumlah elektron genap. Bila molekul dalam
keadaan azas, maka elektron-elektron tersebut akan menempati berbagai orbital. Menurut
Pauli, elektron yang ber pasangan harus mempunyai spin yang berlawanan (11). Akibat
dari spin yang berpasangan tadi, maka molekul tidak mempunyai sisa spin elektron.
Molekul-molekul yang mempunyai sifat demikian dikatakan bersifat diamagnetik.
Tingkat energi di dalam molekul yang spin elektronnya ber pasangan disebut tingkat
energi elektron singlet. Jika molekul ditem patkan dalam medan magnet, maka tingkat
energi elektron sin glet tidak akan pecah menjadi dua tingkat energi. Sebaliknya suatu
radikal bebas yang mempunyai elektron ganjil bila ditempatkan dalam medan magnet,
maka elektronnya akan mengambil dua orientasi dan akan terjadi pemecahan tingkat
energi yang disebut dengan splitting. Keadaan seperti ini disebut dengan keadaan dou
blet. Bila salah satu elektron keadaan singlet azas menyerap energi cahaya (tereksitasi)
maka ada dua kemungkinan:
a. Transisi ke tingkat energi elektron tereksitasi singlet (S) yang mana spin elektron
yang tereksitasi masih dalam arah yang berlawanan,
b. Transisi ke tingkat energi elektron tereksitasi triplet (T) yang mana spin elektron
berubah dari semula berlawanan menjadi searah.

a. Keadaan singlet dasar b. Keadaan tereksitasi singlet

c. Keadaan tereksitasi triplet

Sifat-sifat molekul dalam keadan singlet tidak sama dengan sifat sifat molekul
dalam keadaan triplet. Berikut adalah sifat-sifatnya:
 Molekul dalam keadaan singlet bersifat diamagnetik, sedangkan pada keadaan
triplet bersifat paramagnetik.

 Kebolehjadian transisi singlet → triplet lebih kecil daripada transisi singlet →


singlet, karena untuk transisi singlet → trip let harus disertai perubahan
tingkat energi elektron. Akibatnya usia rata-rata (life time) eksitasi triplet
lebih lama di banding usia rata-rata eksitasi singlet.

 Dalam keadaan tertentu, keadaan tereksitasi triplet dapat diisi dari keadaan
eksitasi singlet. Peristiwa ini disebut dengan lintasan antar sistem (Inter
System Crossing). Proses inilah yang mendasari fosforisensi.

Kejadian molekular yang menimbulkan fluoresensi dan fosforisensi dapat dilihat pada
Gambar 11.1. Pada gambar 11.1. ada 4 macam cahaya dengan 4 macam panjang gelombang,
yakni:
 Untuk mengeksitasi molekul dari keadaan dasar (S.) ke keadaan tereksitasi singlet (S, dan
S₂) dibutuhkan sinar dengan panjang gelombang , dan λ. Perhatikan bahwa molekul
dapat dieksitasikan ke berbagai tingkat energi vibrasi ke keadaan S, dan S₂.

 Sinar yang dipancarkan kembali dari S, dan T, sebenarnya adalah sinar dengan banyak
panjang gelombang, tidak hanya satu panjang gelombang.

Keterangan

S : menyatakan singlet

o : menyatakan asas

1 dan 2 : menyatakan tereksitasi pertama dan kedua.

T : menyatakan triplet.

Tingkat energi asas (ground state=So) dan tingkat tereksitasi pertama dan kedua dinyatakan
dengan garis mendatar. Perhatikan bahwa tingkat tereksitasi triplet (T 1) lebih rendah daripada
keadaan singlet S1 dan S2.

Pada diagram tingkat energi ini (gambar 11.1), S menyatakan keadaan singlet yaitu suatu
keadaan yang mana semua elektron dalam suatu molekul berpasangan, sedangkan T menyatakan
keadaan triplet yaitu suatu keadaan yang mana dua elektron dengan spin yang tidak berpasangan.
Tingkat dasar merupakan tingkat singlet. Keadaan triplet mempunyai tingkat energi yang lebih
rendah dibanding keadaan singlet. Perhatikan suatu transisi elektron dari keadaan dasar (So) ke
tingkat singlet secara eksitasi vibrasi (S.) Setelah molekul mengalami transisi, molekul akan
mengemisikan energinya yang telah diabsorpsi selama transisi dari tingkat (So) ke tingkat singlet
(S.). Penghamburan (emisi) tersebut akan terjadi dengan meradiasikan foton yang energinya
sesuai dengan selisih tingkat eksitasi (S₂) dan tingkat dasar (So). Proses kompetisi relaksasi juga
akan terjadi secara vibrasi yang meliputi perpindahan energi vibrasi ke molekul terdekat dan
merupakan suatu proses cepat yang umumnya terjadi pada zat padat dan cair.

Suatu proses disebut fluoresensi apabila emisi suatu fótinn n sama nilainya dengan energi
yang diserap oleh suatu molekul. Bila suatu molekul tereksi tasi di dalam larutan, maka dengan
cepat akan relaksasi ke tingkat vibrasi elektronik terendah, S, Konversi internal (internal
convertion. IC) antara S, ke S, meliputi perbedaan energi yang kecil Vibrasi relaksasi ke tingkat
vibrasi terendah S, segera mendeaktivasikan molekul. Setelah mencapai tingkat ini, molekul
dapat kembali ke tingkat dasar, misalkan dengan radiasi emisi. Pelepasan energi dengan radiasi
ini dikenal sebagai fluoresensi (yaitu dari S, ke S.). Panjang gelombang fluoresensi lebih besar
daripada panjang gelombang absorbsinya.

Selain melakukan konversi ke dalam (konversi internal) dan fluoresensi, suatu molekul
pada keadaan singlet (5) dapat melaku kan penyilangan (konversi) antar sistem yang meliputi
pembalikan spin elektron; sehingga menempatkan molekul pada keadaan triplet (T). Setiap
transisi dari tingkat triplet (T₁) ke keadaan dasar (So) merupakan fenomena pembalikan spin
yang terlarang sehingga waktu hidup tingkat triplet lebih lama daripada relaksasi vibrasi yaitu
sekitar 10+ detik. Keseluruhan proses ini disebut dengan fos forisensi. Suatu proses fosforisensi
adalah suatu proses yang mana suatu molekul melangsungkan suatu transisi dari tingkat triplet ke
tingkat dasar.

B. Proses Deaktivasi

Merupakan suatu proses kembalinya molekul yang tereksitasi ke keadaan asas (dari S, atau T,
ke So). Pada dasarnya, proses deaktivasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: tanpa pemancaran
sinar dan dengan pemancaran sinar. Deaktivasi yang tanpa melalui pemancaran sinar dapat
berupa pengendoran vibrasi (relaksasi vibrasi); konversi ke dalam (konversi internal); konversi
keluar (eksternal); dan lintasan antar sistem.

1. Pengendaran vibrasi

Pengendaran vibrasi merupakan perpindahan energi vibrasi dari molekul yang tereksitasi. Hal
ini dapat terjadi sebagai akibat kelebihan energi vibrasi vang dimiliki akan segera dilepaskan
sebagai akibat tabrakan-tabrakan antara molekul-molekul tersebut dengan molekul-molekul
pelarut. Akibat dari tabrakan tersebut akan terjadi pepindahan energi vibrasi pada molekul
pelarut sehing ga suhu pelarut menjadi naik. Proses pengendoran vibrasi ini ber jalan sangat
cepat (10 detik), akibatnya fluoresensi molekul dalam larutan selalu disebabkan oleh
perpindahan energi dari tingkat energi vibrasi terendah suatu tingkat energi elektron tereksitasi
(5) ke keadaan dasar (So) Meskipun demikian, sinar fluoresensi yang terjadi tidak hanya terdiri
atas satu panjang gelombang saja karena elektron yang kembali ke azas akan jatuh terlebih
dahulu ke berbagai tingkat energi elektronik azas (So).

2 Konversi ke dalam (internal conversion)

Konversi ke dalam ini merupakan suatu perpindahan tingkat energi, yang mana suatu molekul
akan pindah dari tingkat energi elektronik lebih tinggi ke tingkat energi elektronik yang lebih
rendah tanpa pemancaran sinar (dari 5, ke S,, atau S, ke So; atau dari T, ke I). Proses ini
berlangsung secara efisien apabila di dalam molekul ada 2 buah tingkat energi yang berdekatan
satu sama lain. sehingga terjadi tumpang tindih (overlapping) antar energi vibrasi nya. Akibat
dari ini semua, maka panjang gelombang eksitasi pada fluoresensi lebih besar daripada panjang
gelombang absorbsinya.

Pada peristiwa konversi ke dalam, dihasilkan suatu peristiwa pra-disosiasi yakni peristiwa
pindahnya elektron dari tingkat energi elektronik yang lebih tinggi ke tingkat vibrasi di atasnya
dari suatu tingkat energi elektronik yang lebih rendah. Sementara itu, disosiasi merupakan
putusnya ikatan suatu molekul karena menyerap energi sinar tanpa didahului oleh peristiwa
konversi ke dalam.

3. Konversi ke luar (external conversion)

Konversi ke luar merupakan perpindahan energi dari proses interaksi molekul-molekul lain.
Pada peristiwa ini, energi yang di pindahkan adalah energi/elektronik bukan energi vibrasional
(bandingkan dengan peristiwa pengendoran vibasi).

4 Lintasan antar sistem (intersystem crossing)

Lintasan antar sistem merupakan pembalikan arah spin elek tren yang tereksitasi, misalnya
berubah dari singlet ke triplet atau sebaliknya. Proses ini dapat terjadi jika tingkat-tingkat energi
vibrasi dari molekul yang tereksitasi singlet atau triplet saling tumpang tindih.

Lintasan antar sistem ini terjadi pada atom dengan berat mo lekul tinggi, sebab interaksi antara
gerakan spin dan gerakan or bital elektron menjadi besar sehingga pembalikan spin lebih mudah.
Deaktivasi juga dapat melalui pemancaran sinar melalui fluoresensi dan fosforisensi yang sudah
dijelaskan di atas.

C. Variabel-Variabel Yang mempengaruhi Fluoresensi Dan Fosforesensi


Ada beberapa variabel yang berpengaruh pada fluoresensi dan fosforesensi, yaitu:
1. Hasil kuantum (efisiensi kuantum, quantum yield). Efisiensi kuantum merupakan
bilangan yang menyatakan perbandingan antara jumlah molekul yang
berfluoresensi terhadap jumlah total molekul yang tereksitasi. Besarnya efisiensi
kuantum (ᵩ), adalah:

Nilai yang diharapkan adalah mendekati 1, yang berarti efisiensi fluoresensi sangat
tinggi.
Selain fluoresensi, molekul-molekul yang tereksitasi juga meng alami beberapa
proses deaktivasi. Dengan demikian maka efisiensi fluoresensi ditentukan oleh tetapan
laju (rate constant). Proses fluo resensi dibandingkan dengan tetapan laju proses-proses
deaktivasi yang lain.
Efisiensi fluoresensi dapat dinyatakan dengan besaran hasil kuantum fluoresensi
(Efisiensi fluoresensi dapat dinyatakan dengan besaran hasil kuantum fluoresensi (ᵩ),
yang mana; Efisiensi fluoresensi dapat dinyatakan dengan besaran hasil kuantum
fluoresensi (ᵩ), yang mana:

Persamaan 11-1. di atas menunjukkan interpretasi secara kuan-titatif dari berbagai faktor
yang menyangkut struktur molekul dan lingkungan kimia yang mempengaruhi
kemampuan suatu molekul untuk berfluoresensi. Faktor struktur dan lingkungan yang
menye-babkan nilai Kf yang tinggi dan nilai konstanta deaktivasi lain yang rendah akan
membantu terjadinya fluoresensi.
 Hasil Kuantum dan Transisi Elektron.
Menurut pengamatan empiris, peristiwa fluoresensi lebihbanyak terjadi pada senyawa-
senyawa yang mana tingkat energy elektron tereksitasi yang paling rendah adalah
keadaan tereksitasi n → π* dari pada senyawa-senyawa yang mana tingkat
tereksitasipaling rendah adalah n → π* ; dengan kata lain efisiensi kuantum n → π* lebih
besar daripada efisiensi kuantum n → π*; Ada 3 hal yang menyebabkannya, yaitu:
a. Absorptivitas molar transisi n → π* lebih besar 100-1000 kalidibanding trasisi n
→ π*.
Absorptivitas molar merupakan ukuran kebolehjadian adanya transisi, baik dari
tingkat energi yang rendah ke tingkat energiyang lebih tinggi atau sebaliknya.
Dengan demikian keboleh-b.jadian transisi n → π*lebih besar dibanding transisi n
→ π*
b. Umur hidup (lifetime) keadaan tereksitasi n → π* lebih pendek (10 -9 detik)
daripada n → π* (10-7 detik), karenanya tetapan laju fluoresensi (Kf) transisi n →
π* lebih besar daripada n* sehingga efisiensi kuantum menjadi lebih
tinggi.Tetapan laju lintasan antar sistem (K 1,AS )transisi lebihkecil daripada n →
π*. Hal ini disebabkan energi antara sin-glet-singlet pada transisi n → π* jauh
lebih besar daripadaenergi antara singlet-triplet pada transisi n → π* sehingga
untukmembalikkan arah spin juga diperlukan energi yang besarpada n pi^ prime ;
dengan demikian nilai K LAS transisi n → π*menjadi kecil, akibatnya nilai
menjadi lebih besar (efisiensikuantumnya tinggi).

2. Pengaruh kekakuan struktur


Fluoresensi dapat terjadi dengan baik jika molekul-molekulmemiliki struktur
yang kaku (rigid). Contoh fluoren memilikiefisiensi kuantum (D) yang besar
(mendekati 1) karena adanyagugus metilen, dibandingkan dengan bifenil yang
memiliki efisiensikuantum yang lebih kecil (sekitar 0,2). Kalau kita perhatikan
antarafluoren dan bifenil hanya berbeda pada adanya gugus metilen(pada fluoren)
yang menghubungkan 2 gugus fenil.bifenilGambar 11.2.CH₂ fluorenmeblen3.
Pengaruh suhuStruktur bifenil dan fluoren.Bila suhu makin tinggi maka efisiensi
kuantum fluoresensimakin berkurang. Hal ini disebabkan pada suhu yang lebih
tinggi,tabrakan-tabrakan antar molekul atau tabrakan molekul denganpelarut
menjadi lebih sering; yang mana pada peristiwa
tabrakan,kelebihanenergimolekulpelarut. Jadi semakin tinggi suhu maka
terjadinya konversi ke luaryang tereksitasi dilepaskan ke molekulbesar (sehingga
K x 1 juga besar), akibatnya efisiensi kuantumfluoresensi (0) berkurang.

D. Analisis Kuantitatif Dengan Fluoresensi

Suatu proses disebut fluoresensi apabila emisi suatu foton sama nilainya dengan
energi yang diserap oleh suatu molekul. Bila suatu molekul tereksi tasi di dalam larutan,
maka dengan cepat akan relaksasi ke tingkat vibrasi elektronik terendah, S,. Konversi
internal (internal convertion, IC) antara S, ke S, meliputi perbedaan energi yang kecil
Vibrasi relaksasi ke tingkat vibrasi terendah S, segera mendeaktivasikan molekul. Setelah
mencapai tingkat ini, molekul dapat kembali ke tingkat dasar, misalkan dengan radiasi
emisi. Pelepasan energi dengan radiasi ini dikenal sebagai fluoresensi (yaitu dari S, ke 5).
Panjang gelombang fluoresensi lebih besar daripada panjang gelombang absorbsinya..
Selain melakukan konversi ke dalam (konversi internal) dan fluoresensi, suatu
molekul pada keadaan singlet (S,) dapat melaku kan penyilangan (konversi) antar sistem
yang meliputi pembalikan spin elektron; sehingga menempatkan molekul pada keadaan
triplet (T). Setiap transisi dari tingkat triplet (T) ke keadaan dasar (So). merupakan
fenomena pembalikan spin yang terlarang sehingga waktu hidup tingkat triplet lebih lama
daripada relaksasi vibrasi yaitu sekitar 10 detik. Keseluruhan proses ini disebut dengan
fos forisensi. Suatu proses fosforisensi adalah suatu proses yang mana suatu molekul
melangsungkan suatu transisi dari tingkat triplet ke tingkat dasar.

E. Penggunaan Fluorensensi dan Fosforesensi dalam bidang farmasi dan kimia

1. kesehatan dan farmasi


Dalam bidang kesehatan prinsip fluoresensi digunakan dalam alat laser-excitation
fluorometry sedangkan farmasi, fluorometri digunakan untuk deteksi dan analisis sel,
ion atau senyawa yang menghasikan fluoresense, Penentuan vitamin B1 dan B2,
Analisis organik seperti polutan,asap bahan bakar,rokok,dll.

2. Bidang Kimia
Untuk kromatografi cair, prinsip fluorometri digunakan untuk fasa diamnya yang
berupa padatan fluorokarbon. Seperti yang dijlaskan pada jurnal Separation of
proteins on a polymeric fluorocarbon high-performance liquid chromatography
column packing. Selain itu senyawa berfluoresensi banyak digunakan sebagai
indikator titrasi asam-basa seperti eosin dan flouresein dengan perubahan warna
daritak berwarna ke hijau, quinin sulfat dari biru-ungu,dan acridin hijau-violet.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fosforesensi adalah proses pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah
menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama (10-4 detik). Fluoresensi
adalah pemedaran sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya berhenti memancar jika
rangsangan itu dihilangkan,hanya radiasi sinar – X yang dapat menghasilkan fluoresens.
Proses Deaktivasi Merupakan suatu proses kembalinya molekul yang tereksitasi ke
keadaan asas (dari S, atau T, ke So). Proses deaktivasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
tanpa pemancaran sinar dan dengan pemancaran sinar. Deaktivasi yang tanpa melalui
pemancaran sinar dapat berupa pengendoran vibrasi (relaksasi vibrasi); konversi ke
dalam (konversi internal); konversi keluar (eksternal); dan lintasan antar sistem.
Ada beberapa variabel yang berpengaruh pada fluoresensi dan fosforesensi, yaitu: 1.
Hasil kuantum (efisiensi kuantum, quantum yield).

DAFTAR PUSTAKA
ADAM WIRYAWAN. KIMIA ANALITIK. DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN.2008.

You might also like