You are on page 1of 8

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/264790273

Cahaya dan Optik: Pemantulan-Cermin dan


Pembiasan-Lensa

Article · August 2014


DOI: 10.13140/2.1.1383.1047

CITATION READS

1 31,105

2 authors:

Sparisoma Viridi Novitrian N.


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
169 PUBLICATIONS 168 CITATIONS 35 PUBLICATIONS 59 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Small Modular Reactors and Co-generation View project

Compaction in 2-d granular materials View project

All content following this page was uploaded by Sparisoma Viridi on 18 August 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

Cahaya dan Optik: Pemantulan-Cermin dan Pembiasan-Lensa


Sparisoma Viridi1 dan Novitrian2

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
1
dudung@fi.itb.ac.id, 2novit@fi.itb.ac.id

Abstrak
Sekilas konsep cahaya dalam bidang fisika yang diajarkan pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) disajikan dalam
tulisan ini. Dijelaskan pula kaitan antara berbagai konsep sehingga pengajar dapat lebih mudah memahami bahwa satu
konsep disusun atas konsep lainnya dan tidak saling terpisahkan. Topik yang diulas dibatasi hanya meliputi fenomena
pemantulan dan pembiasan yang mendasari cara kerja alat optik cermin dan lensa.
Kata kunci: cahaya, optik, pemantulan, pembiasan, cermin, lensa, pembelajaran fisika.

Pendahuluan Dalam tulisan ini diberikan pula konsep-konsep


cahaya dan optik di luar tingkat SMP, dengan tujuan
Ringkasan mengenai konsep cahaya dalam fisika sebagai motivasi agar pembaca tertarik untuk terus
dan aplikasinya dalam optik geometri untuk tingkat mendalami bidang ini, walaupun hanya untuk
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP), dewasa mengajarkannya pada tingkat SMP.
ini mudah diperoleh, yang telah dilengkapi dengan
contoh-contoh soalnya, di mana dalam berbagai
sumber tersebut contoh-contoh soal yang disajikan
Partikel dan Gelombang
merupakan arsip dari ajang olimpiade nasional Dalam fisika terdapat dua hal yang amat berbeda
maupun internasional [1, 2]. Sayangnya topik ini dan seakan-akan terpisah, yaitu partikel dan
menjadi jarang dibahas dalam kompetisi pada gelombang. Partikel adalah sesuatu yang
jenjang selanjutnya, seperti pada tingkat Sekolah terlokalisasi dalam ruang dan berinteraksi antar
Menengah Tingkat Atas (SMA) [3] ataupun sesamanya melalui tumbukan, sedangkan gelombang
perguruan tinggi [4]. adalah sesuatu yang merambat, tersebar dalam
ruang, dan berinteraksi antar sesamanya melalui
Dalam tulisan ini akan disajikan lebih dahulu
interferensi. Elektron, partikel koloid, bola, orang,
konsep-konsep yang mendasari cahaya dan optik,
mobil, asteroid, dan planet merupakan contoh
lalu kemudian kaitan antar berbagai konsep tersebut
partikel, sedangkan elektron, cahaya, suara, dan
sehingga diharapkan dapat lebih mudah dipahami.
ombak merupakan contoh gelombang. Perbedaan
keduanya akan menjadi kabur dan dapat saling
Konsep-konsep Cahaya dan Optik dipertukarkan pada skala atomik di mana partikel
Pada tingkat SMP, baik untuk pembelajaran maupun dapat bersifat sebagai gelombang dan gelombang
dalam ajang perlombaan sains, konsep cahaya dan dapat pula bersifat sebagai partikel, yang dikenal
optik dibatasi pada sebagai dualisme partikel-gelombang. Untuk saat ini
kaitan keduanya cukup sampai di sini dan tidak akan
 cahaya: spektrum cahaya, rambatan lurus dibahas lebih lanjut. Hal tersebut disinggung adalah
cahaya, hanya sebagai motivasi bahwa terdapat hal-hal
 pemantulan: hukum pemantulan cahaya, menarik lain yang dapat dipelajari sehingga akan
pemantulan cahaya oleh berbagai jenis cermin membuat orang terus bersemangat untuk belajar.
(datar, cekung, dan cembung), pembentukan
bayangan karena pemantulan, Telah disebutkan bahwa gelombang adalah sesuatu
 pembiasan: hukum pembiasan cahaya, yang merambat dan tersebar dalam ruang. Kedua
pembiasan cahaya oleh pembias datar (prisma sifat inilah yang menyebabkan kita dapat melihat
dan keping kaca sejajar/plan paralel) dan saat lampu dinyalakan atau suatu halaman buku
pembias lengkung, pembiasan cahaya oleh dapat dibaca. Saat lampu dinyalakan cahaya cahaya
lensa tipis, pembentukan bayangan karena merambat dari lampu menuju mata kita. Terkecuali
pembiasan, kita berada di balik suatu benda yang menghalangi,
 interferensi, difraksi, dan dispersi: konsep dan di mana pun kita berada dalam ruangan yang sama
contoh-contohnya, dengan lampu tersebut kita dapat melihat cemerlang
 alat-alat optik: mata, kaca mata, lup, kamera, cahayanya dikarenanya cahaya lampu tersebar di
periskop, mikroskop, teropong. dalam ruang. Saat kita membaca buku hamburan
cahaya pada halaman suatu buku, yang permuka-
annya berbeda koefisien hamburannya (ada yang

4-1
Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

memberikan sensasi gelap dan terang, dan Konsep adanya gelombang ultra dan infra adalah
membentuk pola-pola yang kita kenal sebagai huruf analogi dalam gelombang bunyi (mekanik) dan
dan gambar), menuju mata kita. Di sini juga berlaku gelombang cahaya (elektromagnetik): infrasonik
yang hal yang sama sama, di mana orang yang beada dengan infrared, ultrasonik dengan ultraviolet. Pada
di sebelah kita juga dapat membaca halaman yang gelombang bunyi daerah 20 Hz - 20 kHz adalah
sama karena cahaya dihamburkan oleh halaman frekuensi audio (yang terdengar), sedangkan pada
tersebut ke segala arah. gelombang cahaya kisaran 4.29-7.69 × 1014 Hz
adalah frekuensi visible (yang terlihat). Kedua
Gelombang Elektromagnetik rentang tersebut menggambarkan daerah di mana
dua dari panca indera kita dapat mendeteksi
Cahaya termasuk ke dalam jenis gelombang keberadaan masing-masing jenis gelombang
elektromagnetik (EM), yaitu gelombang yang tersebut.
merambat tanpa perlu perantaraan medium,
r
melainkan melalui osilasi medan listrik E dan Bahan Optik
r
medan magnetik B . Di dalam vakum dan umumnya
Pembahasan yang diberikan dalam tulisan ini
juga di udara, serta jauh dari sumbernya, cahaya
dibatasi hanya pada sifat cahaya dalam bahan optik
merupakan gelombang transversal.
linier, yang memberikan sifat-sifat yang telah
r
E dikenal [9], yaitu
x
r  sifat optik seperti indeks bias dan koefisien
z k absorbsi tidak bergantung pada intensitas
cahaya,
y  prinsip superposisi berlaku,
r
B  frekuensi cahaya tidak dapat berubah saat
Gambar 1. Ilustrasi suatu gelombang EM yang merambat melewati medium, dan
ke arah sumbu z positif.  suatu cahaya tidak dapat berinteraksi dengan
cahaya lainnya (suatu cahaya tidak dapat
Gelombang transversal merupakan gelombang yang mengendalikan cahaya lainnya).
memiliki arah rambat tegak lurus dengan arah
osilasinya, di mana untuk gelombang EM arah Dalam bahan optik nonlinier semua hal di atas tidak
r berlaku.
rambat gelombang k tegak lurus dengan arah
r r
osilasi E dan B , serta kedua medan tersebut f1 f1 f1 f2
berosilasi secara sinusoidal dengan frekuensi dan
fasa yang sama [5].
L NL
Spektrum gelombang EM Gambar 3. Ilustrasi interaksi antar cahaya setelah melewati
bahan optik linier L (kiri) dan nonlinier NL (kanan).
Gelombang EM membentang dari frekuensi rendah
(105 Hz) sampai frekuensi tinggi (1018 Hz). Di mana Investigasi mengenai sifat bahan optik nonlinier
secara umum mata manusia dapat melihat cahaya yang terkait dengan pengaruh intensitas dan
dalam rentang panjang gelombang 390-700 nm [6]. frekuensi cahaya yang digunakan menjadi semakin
mendalam dan marak setelah dikembangkannya
berkas laser pada tahun 1960-an.

Beberapa Parameter Fisis


Terdapat beberapa parameter fisis yang dapat
mendeskripsikan cahaya sebagai gelombang EM,
antara lain adalah
 periode T: waktu terpendek yang dibutuhkan
medan listrik (dan juga medan magnetik)
gelombang EM untuk berosilasi dari satu fasa
Gambar 2. Spektrum gelombang EM (atas) [7] dan cahaya kembali ke fasa tersebut,
tampak (bawah) [8].  frekuensi f: jumlah osilasi fasa medan listrik
Gelombang EM dengan panjang gelombang sedikit (dan juga medan magnetik) dalam satu detik,
di atas rentang cahaya tampak (visible light) dikenal  frekuensi sudut ω: jumlah osilasi fasa medan
sebagai gelombang infrared dan dengan panjang listrik (dan juga medan magnetik) dalam
gelombang sedikit di bawahnya dikenal dengan radian tiap satuan waktu,
gelombang ultraviolet.  panjang gelombang λ: jarak yang dilampaui
gelombang dalam waktu satu periode,

4-2
Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

 bilangan gelombang k: jumlah panjang oleh satu bidang pantul diberikan dalam Gambar 4
gelombang dalam radian tiap satuan panjang, berikut ini.
 kecepatan rambat v: jarak yang dilampaui
gelombang tiap satuan waktu,
θd θp
 indeks bias n: perbandingan kecepatan rambat
cahaya dalam vakum c dengan kecepatan
rambat cahaya dalam suatu medium v (cahaya
bergerak lebih lambat dalam medium
dibandingkan dalam vakum),
 intensitas I: energi tiap satuan waktu tiap Gambar 4. Berkas cahaya datang dengan sudut terhadap
satuan luas dari cahaya. garis normal θd (berkas berwarna merah) dipantulkan oleh
Dengan melihat parameter-parameter tersebut, dapat bidang pantul dengan sudut terhadap garis normal θp
(bekas berwarna biru).
dituliskan persamaan-persamaan berikut ini
Selalu berlaku pada setiap pemantulan pemantulan
λ = vT , (1)
bahwa sudut datang θd sama dengan sudut pantul θp
1
f = , (2) θd = θ p . (6)
T
2π Segala jenis cermin, baik datar, cekung, maupun
ω= , (3) cembung, dibuat berdasarkan keberlakukan aturan
T dalam Persamaan (6) tersebut.

k= , (4)
λ Hamburan
c Bidang pantul yang diberikan dalam Gambar 4 tidak
n= . (5) selalu berukuran besar, kadang amat kecil dan antara
v
satu bidang dengan bidang lain memiliki arah garis
normal yang berbeda sehingga secara makroskopik
Prinsip Fermat efek pemantulan tidak lagi teramati, melainkan efek
Prinsip Fermat menyatakan bahwa cahaya merambat lain yang dikenal sebagai hamburan.
dengan mengambil lintasan dengan waktu tempuh Pada hamburan berkas-berkas sinar datang tetap
terpendek, di mana prinsip ini mendasari hukum memenuhi Persamaan (6) akan tetapi berkas-berkas
tentang pemantulan dan hukum Snell tentang cahaya datang yang awalnya sejajar, dihamburkan
pembiasan [10]. Mata kita mengamati bahwa cahaya ke berbagai arah sehingga tidak lagi teramati adanya
merambat lurus dalam ruang dan otak kita juga pemantulan. Ilustrasi bagaimana berkas-berkas
mengintepretasikannya demikian. Apabila tertarik cahaya dihamburkan, atau secara mikroskopik
untuk mendalami lebih jauh, secara umum cahaya dipantulkan, diberikan dalam Gambar 5.
merambat secara melengkung (curvilinearly) dalam
pengaruh medan gravitasi, sebagaimana bukti
eksperimennya ditunjukkan oleh tampaknya
beberapa bintang saat gerhana matahari, yang
seharusnya tertutup oleh posisi matahari [11]. Hal
ini merupakan satu hal sebagai akibat konsekuensi
dari Teori Relativitas Umum.
Gambar 5. Pada hamburan fenomena pemantulan tetap
Untuk tingkat SMP cukup dipahami bahwa cahaya
terjadi akan tetapi hanya secara makroskopik, di mana
merambat lurus. Akan tetapi sebagai pengajarnya secara makroskopik berkas-berkas sejajar sinar datang
perlu pengetahuan bahwa ini merupakan hal khusus dihamburkan pada arah-arah yang berbeda.
sehingga tidak kaget saat melanjutkan studi dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam Cermin menggambarkan fenomena pemantulan
bahwa dalam ruang tertentu lintasan terpendek sedangkan lembar aluminium (aluminium foil) dan
antara dua titik adalah garis melengkung dan bukan kertas menggambar fenomena hamburan.
garis lurus.
Pembiasan
Pemantulan Saat menemui bidang batas cahaya dapat pula
Cahaya saat menemui bidang batas antara dua buah sebagiannya diteruskan akan tetapi kecepatan rambat
medium akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. berbeda dengan kecepatan rambat pada medium
Bila sebagian maka sebagian lain akan dibiaskan sebelumnya sebagaimana telah diberikan dalam
atau diserap. Ilustrasi bagaimana cahaya dipantulkan Persamaan (5). Mirip dengan penjelasana dalam
peristiwa pemantulan, dalam pembiasan terdapat

4-3
Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

pula sudut datang θd dan sudut bias θb, yang menjadi berkas-berkas cahaya pantul yang sejajar
ilustrasinya diberikan dalam Gambar 6. satu sama lain seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.

θd

nd

nb
θb

Gambar 6. Berkas cahaya datang dengan sudut terhadap


garis normal θd (berkas berwarna merah) dibiaskan oleh
Gambar 7. Cermin datar memantulkan berkas-berkas yang
bidang batas dengan sudut terhadap garis normal θb (bekas
datang sejajar menjadi kembali sejajar.
berwarna biru).
Terdapat hubungan antara sudut datang θd, sudut Cermin cekung (concave mirror)
bias θb, indeks bias medium datang nd, dan indeks Cermin cekung dibentuk dari permukaan dalam
bias medium bias nb dalam bentuk suatu silinder (atau bola), di mana berkas-berkas
nd sin θ d = nb sin θ b , (7) sejajar cahaya yang datang tidak lagi dipantulkan
sejajar sebagaimana dalam Gambar 7, melainkan
yang dikenal sebagai hukum pembiasan Snell. dipantulkan mendekati suatu titik yang dikenal
Ungkapan yang menyatakan bahwa berkas cahaya sebagai titik fokus cermin. Ilustrasi mengenai hal ini
yang datang dari medium yang kurang rapat ke diberikan dalam Gambar 8.
medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis
normal, sedangkan yang berasal dari medium yang
lebih rapat ke medium yang kurang rapat dibiaskan
menjauhi garis normal, tak lain hanya merupakan
konsekuensi dari Persamaan (7).

Cermin 1 2
Devais optik paling sederhana salah satunya adalah
cermin. Terdapat tiga jenis cermin yaitu cermin 0
datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
Terdapat aturan-aturan yang mengaitkan sifat-sifat
berkas yang datang dan dipantulkan oleh cermin,
yang tak lain merupakan konsekuensi dari
Persamaan (6), yaitu
 berkas yang datang sejajar dengan sumbu Gambar 8. Berkas-berkas yang datang sejajar pada cermin
utama dipantulkan melalui titik fokus (atau cekung dipantulkan melewati suatu titik 0 yang dekat
seakan-akan dari titik fokus), dengan titik fokus 1.
 berkas yang datang melalui titik fokus (atau
seakan-akan melalui titik fokus) dipantulkan Bila berkas-berkas sejajar yang datang juga sejajar
sejajar dengan sumbu utama, dan dengan sumbu utama (garis yang menghubungkan
 berkas yang melalui pusat lingkaran lensa akan titik 1 dan 2 dalam Gambar 8) maka titik pertemuan
dipantulkan kembali melalui titik tersebut. berkas-berkas pantul yang semula titik 0 akan
menjadi titik 1, yang dikenal pula sebagai titik fokus
Aturan-aturan di atas dikenal juga sebagai aturan cermin (cekung).
sinar-sinar istimewa pada cermin.
Cermin cembung (convex mirror)
Cermin datar (plane mirror)
Pada cermin cembung berkas-berkas sejajar yang
Cermin datar dibentuk dari permukaan datar atau datang akan dipantulkan saing menjauh satu sama
dapat juga dikatakan sebagai bagian luar (atau lain, seakan-akan berkas-berkas pantul bersumber
dalam) dari suatu permukaan silinder (atau bola) dekat dari suatu titik yang disebut sebagai titik
dengan jari-jari tak hingga. Cermin datar akan fokus. Cermin cembung dapat dibentuk dari suatu
memantulkan berkas-berkas sejajar cahaya datang permukaan luar suatu silinder (atau bola).

4-4
Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

(a)

0 0

(b)
1 2
+

(c)

+
Gambar 9. Berkas-berkas yang datang sejajar pada cermin
cembung dipantulkan seakan-akan bersumber dari suatu
titik 0 yang dekat dengan titik fokus 1.
(d)
Bila berkas-berkas sejajar yang datang juga sejajar
dengan sumbu utama (garis yang menghubungkan
+
titik 1 dan 2 dalam Gambar 9) maka titik pertemuan
perpanjangan berkas-berkas pantul yang semula
adalah titik 0 akan menjadi titik 1, yang dikenal pula
sebagai titik fokus cermin (cembung). (e)

Pembentukan bayangan oleh cermin



Pada cermin bayangan yang terbentuk dapat
diperkirakan dengan menggunakan sinar-sinar
istimewa pada cermin. Setiap titik pada benda dapat (f)
dipetakan menjadi setiap titik pada bayangan dengan
menggunakan minimal dua berkas cahaya. Sifat
cermin secara umum adalah memantulkan, oleh –
karena itu bayangan yang terletak pada ruang yang
sama dengan benda terhadap sisi cermin disebut
bayangan nyata, sedangkan pada ruang yang lain (g)
terhadap sisi cermin disebut bayangan maya. Untuk
menyederhanakan ilustrasi cermin pada bagian ini –
dan seterusnya cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung digambarkan dengan suatu simbol Gambar 11. Pembentukan bayangan oleh ketiga jenis
dan juga menggunakan tanda kekuatannya untuk cermin: cermin datar (a), cermin cekung dengan benda
memusatkan cahaya, yaitu 0, +, dan –, seperti terletak pada ruang I (b), II (c), III (d), dan cermin
cembung dengan benda terletak pada ruang I (e), II (f),
diberikan dalam Gambar 10.
dan III (g).
Dalam Gambar 11 untuk jenis cermin datar cukup
digambarkan satu kondisi karena pada kondisi yang
lain (benda berada di ruang I, II, maupun III) akan
memberikan hasil yang sama. Untuk jenis cermin
+ 0 – cekung terdapat hasil yang berbeda apabila benda
diletakkan dalam ruang I, II, atau III. Akan tetapi
Gambar 10. Simbol ilustrasi ketiga jenis cermin: cermin untuk cermin cembung ketiga ilustrasi diberikan
cekung (+), cermin datar (0), dan cermin cembung (–).
hanya untuk meyakinkan bahwa pada ketiga ruang
Gambar 10 kanan merupakan penyederhanaan dari tersebut (I, II, atau III) akan memiliki sifat bayangan
ilustrasi sebenarnya seperti dalam Gambar 8 dan yang sama.
Gambar 10 kiri merupakan penyederhanaan dari
Dalam membentuk bayangan suatu obyek, apabila
Gambar 9. Ilustrasi pembentukan bayangan oleh
cahaya yang datang dari obyek membentuk sudut
ketiga jenis cermin akan menggunakan notasi dalam
yang relatif kecil terhadap sumbu utama maka
Gambar 10 yang lebih sederhana, di mana sebagai
berlaku hubungan [12]
obyeknya akan digunakan sebuah panah tegak yang
telah umum digunakan.

4-5
Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

1 1 1 Untuk lensa tipis di udara, apabila diketahui jari-jari


+ = , (8) kedua permukaannya R1 dan R2, fokusnya dapat
s s' f c
ditentukan melalui [14]
di mana s adalah posisi benda dan s' adalah posisi
1  1 1 
bayangan, keduanya diukur terhadap permukaan = (n − 1) −  , (12)
cermin. Fokus cermin dilambangkan dengan fc. fl  R1 R2 
Penggunaan indeks c disebabkan telah digunakan
sebelumnya simbol f untuk frekuensi dalam yang dikenal pula sebagai persamaan pembuat lensa
Persamaan (2). (lens maker's equation), di mana n adalah indeks
bias bahan lensa. Apabila lensa tidak berada dalam
Tabel 1. Kemungkinan rentang nilai s dan s' untuk cermin
udara maka n dalam Persamaan (12) harus
serta deskripsinya.
dimodifikasi mengikuti hukum pembiasan Snell
Jenis cermin Variabel Deskripsi dalam Persamaan (7) yang mendasarinya. Tanda
semua s>0 benda nyata
untuk R1 dan R2 mengikuti aturan tanda sumbu
kartesian [15], di mana menuju sebelah kanan adalah
datar s' < 0 bayangan maya positif dan menuju sebelah kiri adalah negatif.
cembung s' < 0 bayangan maya
cekung s' < 0 bayangan maya
s' > 0 bayangan nyata

Kemungkinan rentang nilai s dan s' diberikan dalam


Tabel 1, di mana untuk ketiga jenis cermin tersebut
berlaku bahwa f = ∞, f < 0, dan f > 0, berturut-turut
untuk cermin datar, cembung, dan cekung.
Perbesaran atau perbandingan tinggi bayangan
dengan tinggi benda diberikan oleh
h'
m = (9)
h
atau
s'
m=− , (10)
s
di mana tanda + atau – selalu disertakan saat
menyatakan perbesaran. Tanda – menyatakan bahwa
bayangan yang terbentuk terbalik dibandingkan
dengan bendanya. Gambar 12. Ilustrasi berbagai jenis lensa yang termasuk
ke dalam lensa konvergen (atas) dan lensa divergen
(bawah) [16].
Lensa dan Jenis-jenisnya
Lensa double convex akan memberikan nilai R1 > 0,
Bila cermin adalah devais optik yang prinsip R2 < 0, planoconvex R1 > 0, R2 = ∞, convex menis-
kerjanya berdasarkan fenomena pemantulan, maka cus R1 > 0, R2 > 0, double concave R1 < 0, R2 < 0,
lensa adalah devais optik yang prinsip kerjanya planoconcave R1 < 0, R2 = ∞, dan concave meniscus
berdasarkan fenomena pembiasan. Terdapat tiga R1 < 0, R2 < 0. Apakah perbedaan dari convex
jenis lensa apabila dianalogikan dengan jenis-jenis meniscus dan concave meniscus hanya karena
cermin yang baru saja dibahas, yaitu kaca sejajar, dilihat dari sisi yang berbeda? Pertanyaan ini wajib
lenca cembung (convergen), dan lensa cekung dapat dijawab oleh seorang pengajar fisika.
(divergen). Dalam tingkat SMP lensa yang dimaksud
dibatasi hanya untuk lensa tipis, yang memiliki
persamaan [13] Penutup
1 1 1 Telah diberikan konsep-konsep yang mendasari
+ = , (11) fenomena pemantulan dan pembiasan, yang
s s' f l kemudian juga diaplikasikan pada prinsip kerja
di mana fl adalah fokus lensa. Persamaan (11) tak cermin dan lensa sehingga muncul persamaan yang
lain merupakan konsekuensi dari Persamaan (7) mengaitkan antara jarak benda, jarak bayangan, dan
yang dibentuk dengan konsep pembentukan fokus cermin dan lensa. Pemanfaatan lebih jauh dari
bayangan mirip seperti dalam bagian pembentukan materi dalam tulisan ini dapat dilakukan dengan
bayangan oleh cermin. mengulas penerapan persamaan cermin dan lensa

4-6
Pelatihan Penguatan Kompetensi Guru OSN Tingkat SMP & SMA se-Aceh Batch III
Bandung, 12 Agustus - 1 September 2014

dalam alat-alat optik seperti periskop, kaca 8. Wikipedia contributors, "Visible Spectrum",
pembesar, teleskop, dan mikroskop. Wikipedia, The Free Encyclopedia, 25 July
2014, 00:28 UTC, URL http://en.wikipedia.org
Referensi /w/index.php?title=Visible_spectrum&oldid=6
18348149 [20140804]
1. S. Lestari dan E. Rosella, "Tutor Senior 9. B. E. A. Saleh and M. C. Teich,
Olimpiade Fisika Lima Benua Tingkat SMP", "Fundamentals of Photonics", John Wiley &
Penerbit Jalur Mas Media, Yogyakarta, Sons, Toronto, 1991, First Edition, p. 738.
Cetakan Pertama, 2012, pp. 86-90. 10. J. R. Meyer-Arendt, "Introduction to Classical
2. Forum Fisikawan Filosofis dan Fundamental, and Modern Optics", Prentice-Hall, Engle-
"Strategi Meraih Medali Emas Olimpiade wood Cliffs, Third Edition, 1989, pp. 14-16.
Fisika SMP", Penerbit Pustaka Widayatama, 11. A. Enstein, "Relativity", Fifteenth Edition,
Cetakan Pertama, 2011, pp. 88-107. First Published, Routledge Great Minds, 2014,
3. Tim SSCIntersolusi, "Olimpiade Fisika SMA", pp. 76-77.
Penerbit Erlangga, Ciracas, 2010. 12. "Fundamentals Physics", op. cit., p. 391.
4. J. J. Molitoris, "The Best Test Preparation for 13. Ibid, p. 936.
the Graduate Record Examination (GRE) in 14. "Fundamentals Physics", loc. cit.
Physics", Research & Education Association, 15. C. R. Nave, "Cartesian Sign Convention" in
Piscataway, 1994. HyperPhysics, Department of Physics and
5. D. Halliday, R. Resnick, and J. Walker, Astronomy, Georgia State University, 2012,
"Fundamentals Physics", of John Wiley & URL http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu
Sons (Asia), Hoboken, Eighth Extended /hbase/geoopt/lenseq.html#c3 [20140818].
Edition, 2008, pp. 892. 16. J. D. Cutnell and K. W. Johnson, “Introduction
6. C. Starr, C. A. Evers, and L. Starr, "Biology: to Physics”, John Wiley & Sons, Singapore, 9
Concepts and Applications", Brooks/Cole Edition, International Student Version, 2013,
biology series, Thomson Brooks/Cole, First p. 805.
Edition, 2006.
7. C. R. Nave, "The Electromagnetic Spectrum"
in HyperPhysics, Department of Physics and
Astronomy, Georgia State University, 2012,
URL http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu
/hbase/ems1.html [20140804].

4-7

View publication stats

You might also like