You are on page 1of 13

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

71
Penentuan Tipologi Akifer Berdasarkan Metoda Geolistrik dan Hidrokimia, Kota Tangerang
(M. Safari Dwi Hadian)

PENENTUAN TIPOLOGI AKIFER BERDASARKAN METODA


GEOLISTRIK DAN HIDROKIMIA, KOTA TANGERANG

M. Sapari Dwi Hadian


Lab. Geologi Lingkungan, Jurusan Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Electrical sounding expectation is used to estimate the early model from a groundwater system in the
field, which can be used as a comparison of field results. The comparison enhances to entrust the process
of field activities and provide the opportunity to modify the programs in the field and to ensure that we have
enough information received efficiently - in a point of view of geological framework. A Usefulness of a
mapping hydrogeology is to show the under surface geometry (structure) and the hydraulic property from
earth materials which is used to investigate the hydrodynamic property appeared from the underground
water on natural shares ( Basin) or a part of its filler.
The exploration using the method of the electrical sounding is conducted on land surface by injecting a
directional current (DC) with a low frequency into a deeper ground passing through two current electrodes.
A different potential capacity is measured on the surface by two potential electrodes. The result of the
measurement capacity which is injected and the potential difference occurred in every different electrode
distance will give a value variation of a typical resistance. The value variation shows the existence of an
underground rock coat variation, while the method of hydrochemistry explains the genesis of the
groundwater based on a physical characteristic and chemistry substances on the field.
Both methods are expected to reconstruct the aquifer condition and its system through surface and
underground surveys. The combination results of both surveys must be depicted in a form of a
hydrogeology map (and its differential map), a block diagram depicting the aquifer, and aquifer system in
a form of two dimensions. The other surface hydrogeology surveys use geological method. In contrast, the
underground hydrogeology survey use the electrical sounding method.
Keywords: Electrical sounding, characteristic, groundwater

ABSTRAK
Pendugaan geolistrik digunakan untuk memperkirakan model awal dari sistem air tanah pada daerah
studi yang dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap hasil lapangan. Perbandingan tersebut
menambahkan rasa percaya pada pelaksanaan kegiatan lapangan dan menyediakan kesempatan untuk
memodifikasi program lapangan untuk memastikan bahwa informasi yang didapat telah mencukupi secara
efisien – dalam kerangka kerja geologi. Kegunaan pemetaan hidrogeologi adalah untuk menunjukkan
geometri bawah permukaan (struktur) dan properti hidrolik dari material bumi yang berguna untuk
menginvestigasi properti hidrodinamik air tanah pada bagian alamiah (cekungan) atau bagian pengisinya.
Eksplorasi dengan metode geolistrik dilakukan di atas permukaan tanah dengan menginjeksi aliran
searah (DC) dengan frekuensi rendah ke dalam tanah melalui dua elektroda arus. Besaran beda potensial
yang terjadi diukur di permukaan dengan dua elektroda potensial. Hasil pengukuran besaran yang
diinjeksikan dan beda potensial yang terjadi untuk setiap jarak elektroda yang berbeda akan memberikan
variasi harga tahanan jenis. Variasi nilai tersebut menunjukkan adanya variasi lapisan batuan di bawah
permukaan, sedangkan metoda hidrokimia menerangkan genesa air tanah berdasarkan pada karakteristik
sifat fisik dan kimia yang ada dilapangan.
Dari kedua metoda tersebut diharapkan dapat merekokstruksikan kondisi akifer dan sistemnya melalui
survey permukaan dan bawah permukaan. Hasil kombinasi kedua survey tersebut selanjutnya harus
digambarkan dalam bentuk peta hidrogeologi (dan peta turunannya), diagram blok yang menggambarkan
akifer, dan sistem akifer dalam bentuk dua dimensi. Survey hidrogeologi permukaan lainnya menggunakan
metoda geologi. Sementara itu, survey hidrogeologi bawah menggunakan metoda sounding.
Kata kunci : Geolistrik, karakteristik, air tanah

PENDAHULUAN terdapat di bawah tanah (di ba-wah


permukaan) dan air yang terda-pat di
Air merupakan kebutuhan vital bagi permukaan (di atas permuka-an). Air
semua makhluk hidup yang ter-dapat bawah tanah terdiri dari dua sistem
di bumi ini. Air yang terdapat di bumi yaitu sistem air tidak jenuh (vadous
ini dapat dibedakan menjadi air yang zone) dan air yang terdapat pada

72
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

lapisan pembawa air (aquifer) bersifat cekungan Jawa Barat Utara di bagian
jenuh dan dalam terminologi disebut Barat dengan cekugan Sunda di
sebagai airtanah yang berada pada bagi-an timur. Tinggian ini dicirikan
suatu cekungan airtanah terten-tu, oleh kelurusan bawah permukaan
cekungan ini dipengaruhi oleh kondisi berupa lipatan dan patahan nomal
geologi, hidrogeologi, dan ga-ya yang ber-arah Utara-Selatan. Di
tektonik serta struktur bumi yang bagian Timur patahan normal tersebut
membentuk cekungan airtanah. terbentuk cekungan pengendapan
Dengan memformulasikan enam yang disebut dengan Jakarta Sub
parameter fisik/alam biotik dan Basin. Cekungan Jakarta tersebut
abio-tik yang mempengaruhi mempunyai ciri ada-nya endapan
kehidupan manusia di dalam suatu aluvial yang tebal, se-dang cekungan
lingkungan binaan, yaitu sudut lereng, di Barat Tangerang High memiliki ciri
batuan /tanah, air, vegetasi, bahan endapan pantai dan delta.
galian, bencana alam geologi, dan Struktur-struktur tersebut pada saat
sekaligus membuat urutan dan ini sulit dijumpai di permukaan karena
pembobotan da-ri setiap parameter pada saaat ini endapan Kuar-ter yang
yang diperlukan. Landasan utamanya berumur lebih muda telah menutupi
yaitu dengan ca-ra mengenali sebaik lapisan batuan tersebut.
mungkin potensi alam di suatu daerah Berdasarkan Pta Geologi Lembar
sebelum mela-kukan program Serang (Rusmana, dkk., 1982),
pengembangan di suatu lingkungan batu-an Tersier yang tersingkap di
binaan di daerah tersebut. permu-kaan hanya dapat dijumpai di
Kajian sistem pengelolaan air bagian Selatan Wilayah Tangerang
ba-wah tanah ini dimaksudkan untuk yaitu di daerah Balaraja hingga
memperoleh data mengenai kondisi Serpong, berupa lapisan batulempung
kuantitas dan kualitas air bawah Formasi Genteng. Endapan Kuarter
ta-nah di Kota Tangerang yang dapat yang me-nutupi batuan tersebut
digunakan dalam menganalisis serta berupa batuan Volkanik yang berasal
mengevaluasi pengelolaan air bawah dari G. Gede-Pangrango dan G. Salak.
tanah. Sedangkan tujuan Pembahasan kondisi Geologi
dilaksana-kannya kegiatan ini adalah maupun kondisi Morfologi, sebaran
untuk : batuan serta struktur-struktur yang
1. mengetahui tipologi akifer di Kota terdapat di wilayah Tangerang.
Tangerang, Des-kripsi singkat mengenai
2. mengetahui karakteristik zona satuan-satu-an batuan yang terdapat
akifer yang airtanahnya di wilayah Tangerang adalah sebagai
berdasarkan geolistrik berikut :
3. mengetahui genesa airtanah
berdasarkan pada hidrokimia Formasi Bojongmanik
airtanah Terdapat di bagian Selatan Kota
dan berumur Miosen (12 -5 juta tahun
BAHAN DAN METODE PENELITIAN yang lalu). Satuan batuan ini terdiri
dari lapisan batulempung, batupasir
Tatanan Regional
kuarsaan, dan batupasir tufan. Di
Pada bagian ini dijelaskan secara ba-gian atas satuan ini dicirikan oleh
singkat mengenai kondisi struktur la-pisan batupasir tufan dengan sisipan
geo-logi dan stratigrafi batuan yang lensa-lensa batugamping, dan
membentuk Wilayah Tangerang. Kota me-nunjukkan adanya lignit.
Tangerang berada pada suatu
tinggi-an struktur yang dikenal dengan Formasi Genteng
se-butan Tangerang High (Suyitno dan Terdapat di bagian Tenggara
Yahya, 1974). Tinggian ini terbentuk Kota dan berumur Pliosen (5 – 2 juta
oleh batuan Trsier yang memisahkan tahun yang lalu). Satuan ini batuan

73
Penentuan Tipologi Akifer Berdasarkan Metoda Geolistrik dan Hidrokimia, Kota Tangerang
(M. Safari Dwi Hadian)

terdiri dari lapisan batupasir hasil tufan menyebar dan membentuk bentuk
dan batulempung dengan sisip-an kipas aluvial.
batuapung. Satuan ini dicirikan oleh Endapan Dataran Pantai
banyaknya fosil kayu yang Endapan batuan ini berasal dari
ter-silifikasi. material batuan yang terbawa oleh
aliran sungai dan berumur antara
Formasi Serpong 20.000 tahun yang lalu hingga saat ini.
Terdapat di bagian Tenggara Kota Endapan tersebut tersusun oleh
dan berumur Pliosen (5 – 2 juta tahun material lempung, pasir, dan
yang lalu). Satuan ini batuan terdiri konglo-merat. Endapan aluvial
dari perselingan konglomerat, tersebut dapat membentuk endapan
batu-pasir, dan batulempung delta, endapan rawa, endapan gosong
(Turkandi,T., dkk.:1992). pasir pantai, dan endapan sungai
dengan bentuk meander atau sungai
Satuan Batuan Tuf Banten Atas / teranyam.
Tuf Banten
Berada di bagian Baratdaya Stratigrafi
ber-umur pilo – Pleistosen atau 2 juta
Berdasarkan Peta Geologi Lembar
ta-hun yang lalu. Satuan ini terdiri dari
Serang (Rusmana, dkk., 1982),
lapisan tuf asal dari letuan G. Rawa
batu-an Tersier yang tersingkap di
Danau. Tuf tersebut menunjukkan
permu-kaan hanya dapat dijumpai di
ke-adaan yang lebih asam (pumice)
bagian Selatan Kota Tangerang yaitu di
di-bandingkan dengan batuan volkanik
dae-rah Balaraja hingga Serpong,
yang diendapkan sesudahnya. Pada
berupa lapisan
bagian atas satuan tersebut
batulempung-batupasir-tuf dari
menun-jukkan adanya perubahan
Formasi Bojongmanik dan lapisan
kondisi pengendapan dari di atas
batupasir tufan dan batulempung
permukaan air menjadi di bawah
For-masi Genteng. Endapan Kuarter
permukaan air.
yang menutupi batuan tersebut berupa
ba-tuan volkanik yang berasal dari G.
Endapan Kipas Aluvial Volkanik
Gede-Pangrango dan G. Salak.
Muda
Satuan yang tersebar di bagian
Struktur Geologi
Tenggara Kota Tangerang ini terdiri
dari material batupasir dan batu Kota Tangerang berada pada
lem-pung tufan, endapan lahar, dan sua-tu tinggian struktur yang dikenal
kong-lomerat. Ukuran butiran pada de-ngan sebuatan Tangerang High
endap-an kipas aluvial ini semakin (Su-yitno &n Yahya, 1974). Tinggian
halus ke arah Utara. Satuan ini ini terbentuk oleh batuan Tersier yang
terbentuk oleh material endapan memisahkan cekungan Jawa Barat
volkanik yang ber-asal dari gunungapi Utara di bagian Barat dengan
di sebelah Selatan Kota Tangerang ce-kungan Sunda di bagian Timur.
seperti G. Slak dan G. Gede/ Ting-gian ini dicirikan oleh kelurusan
Pangrango. Batuan ini diendap-kan struk-tur bawah permukaan berupa
pada umur Pleistosen (2 juta – 20.000 lipatan dan patahan normal yang
tahun yang lalu). Kipas aluvial volkanik berarah Utara-Selatan. Di bagian
tersebut terbentuk pada saat Timur pa-tahan normal tersebut
gunungapi menghasilkan material terbentuk ce-kungan pengendapan
vol-kanik dengan jumlah besar. yang disebut dengan Jakarta Sub
Kemudian ketika menjadi jenuh oleh Basin. Cekungan Jakarta tersebut
air, tum-pukan material tersebut mempunyai ciri ada-nya endapan
bergerak ke bawah dan membentuk aluvial yang tebal, se-dangkan
aliran sungai. Ketika mencapai tempat cekungan di Barat Tange-rang high
yang datar material tersebut akan memiliki ciri endapan pantai dan delta.

74
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

Struktur-struktur tersebut pada saat Bala-raja, akifer tersebut berada pada


ini sulit dijumpai di permu-kaan karena singkapan batuan Formasi Genteng.
pada saaat ini endapan Kuarter yang Akifer tersebut merupakan akifer
berumur lebih muda te-lah menutupi bebas dan berubah menjadi
lapisan batuan tersebut. semi-tertekan pada tempat yang lebih
Hidroklimat da-lam. Permeabilitas batuan berkisar
antara rendah pada daerah
Studi airtanah (hidrogeologi) tidak
pantai-delta hingga sedang pada
dapat terlepas dari studi tata air
endapan kipas aluvial volkanik. Juga
seca-ra utuh. Hal ini dikarenakan
pada beberapa lokasi mempunyai
hubungan yang erat antara sis-tem
permea-bilitas tinggi khususnya pada
airtanah dan sistem air lainnya. Sistem
daerah akumulasi endapan sungai
air lainnya meliputi sistem air hujan
dengan butiran pasir kasar hingga
(Curah Hu-jan & Klimatologi) dan air
kerakal.
permukaan (sebaran badan air).
Kedalaman muka airtanah relatif
Temperatur udara rata-rata
dangkal di dekat pantai hingga dalam
bulan-an selama periode 1998 – 2000
di daerah perbukitan di Selatan Kota.
ada-lah antara 26,0 – 27,8 oC dengan
Ketinggian muka airtanah dari muka
temperatur maksimum sebesar 30,3 –
air laut antara 1 – 5 di daerah pantai
36,4 oC terjadi pada bulan Oktober,
dan 10 – 40 ke arah perbukitan. Debit
sedangkan temperatur udara
aliran pada sumur-sumur gali
mini-mum bulanan antara 21,3 – 23,2
o bervari-asi yaitu pada Endapan Aluvial
C.
Pantai-Delta berkisar antara 0 – 3
Kelembaban udara di Kota
liter/detik, pada Kipas Aluvial Volkanik
Tange-rang berkisar antara 73,3% –
antara 0 – 5 liter/detik, dan pada Tuf
85,4% atau rata-rata 79.3% dengan
Banten Atas antara 3 -4 liter/detik.
kelem-baban tertinggi pada bulan
Pada dae-rah-daerah di dekat aliran
Januari dan terendah bulan
sungai de-ngan endapan aluvial yang
September.
belum kom-pak dapat dijumpai sumur
Penyinaran matahari pada tahun
de-ngan debit 5 – 10 liter/detik
2000 berkisar antara 33,7% sampai
(IWACO, 1989). Airtanah segar yang
dengan 88,9% per bulan atau rata-rata
mengalir dari bagian Selatan sedikit
per bulan sekitar 57,4% dengan
demi sedi-kit berubah menjadi air
penyinaran matahari tertinggi terjadi
payau ketika semakin mendekati
pada bulan september dan terendah
daerah pantai dan kemudian menjadi
terjadi pada bulan November.
air asin ketika ber-ada di daerah pantai
Angin umumnya bertiup dari utara
khususnya pada akifer endapan aluvial
ke selatan dengan kecepatan rata-rata
pantai. Airta-nah asin dapat dijumpai
berkisar antara 1547 mm – 3000 mm/
di daerah Kronjo, Baratlaut Kota
tahun (Prawoto, 2003) dan ter-tinggi
Tangerang. Di daerah-daerah sekitar
terjadi pada bulan Februari, yaitu
pantai tersebut air tawar masih dapat
886,9 mm. Berdasarkan klasi-fikasi
dijumpai secara lokal pada lensa-lensa
iklim Mohr, maka daerah pene-litian ini
batupasir hasil endapan sungai purba.
digolongkan sebagai daerah bulan
basah.
Sistem Akifer Batuan Sedimen
Hidrogeologi Indonesia yang karena letaknya di
Sistem Airtanah Bebas/Tertekan wilayah dengan kondisi tektonik yang
kuat, menyebabkan terjadinya
Kelompok ini dijumpai pada
pro-ses-proses yang mengubah
keda-laman antara 0 – 20 meter.
bentuk batuan di dalam cekungan
Batuan penyusun akifer berada pada
sedimen yang ada. Proses ini
satuan Tuf Banten Atas, endapan kipas
menyebabkan batuan tersebut terlipat
alu-vial volkanik, dan endapan pantai –
dan atau ter-patahkan. Umumnya
delta. Di Selatan Tangerang dan

75
Penentuan Tipologi Akifer Berdasarkan Metoda Geolistrik dan Hidrokimia, Kota Tangerang
(M. Safari Dwi Hadian)

potensi airtanah di daerah ini kecil terpilih dan yang memenuhi


karena batuan pe-nyusunnya berupa syarat untuk dapat melakukan
serpih, napal atau lempung yang pengukuran, yaitu sejumlah 20
kedap air. Batupasir, breksi ssedimen, titik yang ter-sebar di seluruh
dan batugamping, umumnya sudah Wilayah Tange-rang. Pengukuran
sangat kompak, se-hingga sedikit dilakukan de-ngan menggunakan
kemungkinan lapisan batupasir tua ini metode Schlumberger atau
dapat bertindak se-bagai akifer yang metode Wen-ner yang akan
baik. ditentukan ber-dasarkan kondisi
Sebaran sistem akifer ini berada di lapangan.
bagian selatan Kota Tangerang, yaitu  Analisis ; Pada tahap ini telah
pada daerah-daerah yang terbentuk di-lakukan kegiatan laboratorium
oleh endapan sedimen Formasi dan analisis yang dapat
Bo-jongmanik, Formasi Genteng, dan dipisah-kan menjadi :
Formasi Serpong. Daerah-daerah a. Laboratorium
tersebut antara lain di Kecamatan Data contoh airtanah dan
Ci-soka, Tigaraksa, Cikupa, Curug, batuan dimasukkan ke
Le-gok, dan Serpong. Akifernya berupa laboratorium sesuai dengan
lapisan batuan tuf, batupasir, dan parameter yang ingin diuji.
konglomerat. Data geolistrik dikalibrasi
dengan data log sumur yang
Inventarisasi Data (sekunder) lengkap dan diketahui dengan
pasti batuannya.
Data sekunder yang telah
b. Analisis
dikum-pulkan antara lain : Peta
Data lapangan berupa angka,
topografi Ta-ngerang dan sekitarnya,
grafik, dan peta, dilakukan
Peta Geologi Lembar Jakarta dan
analisis sesuai dengan datanya
sekitarnya, Peta Geologi Lembar
dan akan diperoleh gambaran
Serang dan sekitar-nya, Peta Geologi
sebaran data.
Lembar Leuwidamar dan sekitarnya,
Peta Geologi Lembar Cianjur dan
sekitarnya, Peta admi-nistratif Kota
PEMBAHASAN
dan Wilayah Tangerang, Laporan dari
Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Hidroklimat
Laporan dari IWACO dan WASECO.
Studi airtanah (hidrogeologi) tidak
dapat terlepas dari studi tata air
Pengamatan dan Pengukuran
seca-ra utuh (hidrologi). Hal ini
Lapangan
dikarena-kan hubungan yang erat
Kegiatan pengamatan dan antara sis-tem airtanah dan sistem air
pengu-kuran lapangan terdiri dari lainnya. Sistem air lainnya meliputi
beberapa kegiatan, yaitu : sistem air hujan (curah hujan &
 pemetaan geologi dan klimatologi) dan air permukaan
hidrogeo-logi ; pemetaan (sebaran badan air).
penyebaran ba-tuan, pemantauan Secara klimatologi, daerah kajian
sumur gali untuk airtanah bebas memiliki tingkat curah hujan selama
dan pe-mantauan sumur periode 1994 – 2003 antara 1157 mm
obeservasi un-tuk sumur dalam, – 2577 mm per tahun. Bulan basah
pemantauan kualitas airtanah. jatuh pada Februari dengan rata-rata
 Geolistrik ; Pengukuran geolistrik curah hujan 354 mm dan bulan kering
dilakukan untuk mengenali model jatuh bulan Agustus dengan rata-rata
geometri akifer di daerah curah hujan 38 mm.
Tange-rang. Pada penelitian ini Temperatur udara rata-rata
peng-ukuran geolistrik telah tahun-an selama periode 1994 – 2004
dilakukan pada lokasi-lokasi ada-lah antara 26,9 – 27,6 oC dengan

76
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

temperatur udara rata-rata bulanan endap-an kipas aluvial volkanik, dan


adalah antara 26,5 – 27,7 oC. endap-an pantai – delta. Akifer
Tem-peratur udara maksimum sebesar tersebut me-rupakan akifer bebas dan
27,7 oC terjadi pada bulan Oktober, berubah menjadi semi-tertekan pada
sedangkan temperatur udara tempat yang lebih dalam.
mini-mum terjadi pada bulan Februari Permeabilitas batu-an rendah pada
se-besar 26,5 oC. endapan pantai dan delta hingga
Kelembaban udara daerah kajian sedang pada endapan kipas aluvial
berkisar antara 73,3% – 85,4% atau volkanik. Juga pada be-berapa lokasi
rata-rata 79.3% dengan kelembaban mempunyai permea-bilitas tinggi
tertinggi pada bulan Januari dan khususnya pada daerah akumulasi
terendah pada bulan September. endapan sungai dengan butiran pasir
Penyinaran matahari pada daerah kasar hingga kerakal.
kajian berkisar antara 33,7% sampai Kedalaman muka airtanah antara 2
dengan 88,9% per bulan atau rata-rata – 10 m bmt. Debit aliran pada
per bulan sekitar 57,4% dengan su-mur-sumur gali bervariasi yaitu
penyinaran matahari tertinggi terjadi pada Endapan Aluvial Pantai dan Delta
pada bulan september dan terendah ber-kisar antara 0 – 3 liter/detik, pada
terjadi pada bulan November. Ki-pas Aluvial Volkanik antara 0 – 5
li-ter/detik, dan pada Tuf Banten Atas
Pendugaann Geologi Listrik antara 0 - 4 liter/detik.
Airtanah segar yang mengalir dari
Secara pendugaan geolistrik, pada
bagian selatan setempat berubah
daerah kajian terdapat dua jenis
menjadi air payau sampai asin ke arah
aki-fer, yaitu akifer dangkal yang
utara. Di daerah-daerah yang memiliki
berada di atas kedalaman 50 m bmt (di
airtanah payau sampai asin tersebut
ba-wah muka tanah) dan akifer dalam
masih bisa dijumpai air tawar secara
yang berada di bawah kedalaman 50 m
lokal pada lensa-lensa batu-pasir hasil
bmt.
endapan sungai purba.
Setelah dilakukan interpretasi,
di-peroleh bahwa akifer yang
Geologi dan Hidrogeologi
berkem-bang pada daerah kajian
memiliki lito-logi pasir tufaan. Adapun Berdasarkan kondisi geologi dan
ketebalan dari akifer tersebut hidrogeologi, pada daerah kajian
beragam, yaitu akifer dangkal ter-dapat 2 (dua) jenis tipologi akifer,
(kedalaman kurang dari 50 m bmt) yaitu tipologi akifer endapan
memiliki ketebalan mulai dari 5 m – 25 gunung-api & tipologi akifer endapan
m dan akifer dalam (kedalaman lebih aluvial.
dari 50 m bmt) memiliki ketebalan 4 m Keberadaan airtanah pada
– 80 m. tipo-logi akifer endapan gunungapi
Akifer dangkal (kedalaman kurang umum-nya pada batuan yang sangat
50 m bmt) adalah akifer bebas (tak berpori dan tidak kompak. Sebaran
tertekan) dan pada tempat yang sistem akifer ini terdapat pada
se-makin dalam berubah menjadi daerah-dae-rah yang terbentuk oleh
akifer semi tertekan. Sedangkan endapan Tuf Banten dan Endapan
akifer da-lam (kedalaman lebih 50 m Gunungapi Mu-da. Akifer pada sistem
bmt) me-rupakan akifer tertekan yang ini tersusun oleh lapisan tuf
dibatasi oleh dua lapisan kedap air batuapung, batupasir tufan,
(imperme-able) di bagian atas dan konglomerat, & endapan lahar.
bawahnya. Secara geologi batuan penyusun
Sistem airtanah bebas dijumpai tipologi akifer endapan aluvial
pada kedalaman antara 2 – 10 meter umum-nya berupa lempung, pasir dan
bmt. Batuan penyusun akifer berada kerikil hasil dari erosi, dan transportasi
pada satuan Tuf Banten Atas, dari batuan di bagian hulunya. Dengan

77
Penentuan Tipologi Akifer Berdasarkan Metoda Geolistrik dan Hidrokimia, Kota Tangerang
(M. Safari Dwi Hadian)

me-lihat keadaan ini umumnya Pada daerah kajian sistem akifer


batu-an di endapan aluvial bersifat seperti ini terdapat di bagian utara.
tidak kompak sehingga potensi Akifer pada sistem ini tersusun oleh
airtanahnya cukup baik. endapan pasir halus yang belum
Sistem akifer ini secara umum ter-kompaksi dan setempat terdapat
dapat di bagi ke dalam tiga kelompok airtanah segar.
besar, yaitu :
Sistem akifer endapan aluvial
1. Sistem akifer endapan fluvial pantai
2. Sistem akifer endapan aluvial pantai
Akifer pantai mempunyai potensi
3. Sistem akifer endapan delta atau
airtanah cukup baik dan ditambah
rawa
dengan garis pantai yang panjang.
Sistem akifer endapan Fluvial
Morfologi di daerah aluvial pantai
Sistem akifer endapan fluvial umumnya datar sampai sedikit
ter-bentuk akibat proses transportasi ber-gelombang, memanjang sejajar
dan sedimentasi yang terjadi di dengan garis pantai. Dari segi
sepanjang aliran sungai. Umumnya kuan-titas, airtanah di daerah akifer
berkembang pada sungai besar yang pantai dapat menjadi sumber airtanah
bermeander dan sungai teranyam yang baik terutama pada daerah
(braided stream). pematang pantai/gosong pantai atau
Pada daerah kajian sistem akifer ini pada lensa-lensa batupasir lepas.
terdapat di bagian barat wilayah Namun demi-kian, dari segi kualitas
de-ngan ciri adanya endapan Aluvium airtanah pada akifer aluvial pantai
Sungai. Akifer pada sistem ini tergolong buruk, ditandai dengan bau,
ter-susun oleh endapan pasir dan warna kuning, keruh tingginya
kong-lomerat yang belum kandungan garam, dan kandungan
terkompaksi. besi (Fe dan Mn) yang untuk daerah
Sistem akifer endapan aluvial pantai rawa (pantai pa-sang surut).
pan-tai mempunyai potensi airtanah Akan tetapi kualitas air-tanah yang
cukup baik. Morfologi di daerah aluvial baik umumnya dapat di akifer aluvial
pan-tai umumnya datar sampai sedikit pantai berupa akifer ter-tekan. Kondisi
bergelombang. Dari segi kuantitas, airtanah di dataran pantai banyak
airtanah di daerah akifer endapan ditentukan kondisi geo-logi di hulunya.
pantai dapat menjadi sumber airtanah Endapan aluvial ini dapat menjadi tebal
yang baik terutama pada lensa-lensa jika cekungan yang membatasi terus
batupasir lepas. menurun kare-na beban endapannya,
Namun demikian, dari segi misalnya diba-tasi oleh sesar/patahan
kuali-tas airtanah pada akifer aluvial turun.
pantai tergolong buruk, ditandai Di Kabupaten Tangerang sistem
dengan bau, warna kuning, keruh akifer seperti ini terdapat di bagian
tingginya kan-dungan garam, dan utara kabupaten pada daerah
kandungan besi dan mangan (Fe dan peng-endapan Endapan Pematang
Mn). Akan tetapi pada akifer aluvial Pantai dan Aluvium pantai.
pantai kualitas air-tanah yang baik Daerah-daerah tersebut antara lain di
umumnya didapat pada akifer Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mauk,
tertekan. Kondisi airtanah di endapan Kecamatan Sepatan, dan Kecamatan
pantai banyak ditentukan kondisi Teluknaga. Akifer pada sistem ini
geologi di hulunya. Endapan aluvial ini tersusun oleh endapan pasir halus
dapat menjadi tebal jika cekungan yang belum ter-kompaksi dan
yang membatasi terus me-nurun setempat terdapat air-tanah segar.
karena beban endapannya, mi-salnya
dibatasi sesar/patahan turun.

78
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

Sistem akifer endapan rawa - Kesadahan antara 42.7–918 mg/L


- Kalsium antara 2.60–490.38 mg/L
Sistem akifer endapan rawa atau
- Magnesium 22.25–673.13 mg/L
delta memiliki potensi airtanah
- Besi antara 0.05 – 40 mg/L
dang-kal yang relatif rendah/kecil,
- Mangan antara 0.03 – 0.6 mg/L
dengan kualitas buruk yang dicirikan
- Ammonium antara 0.05 – 25 mg/L
dengan warna keruh, berbau serta
- Nitrit antara 0.01 – 0.095 mg/L
rasa ma-sam atau payau dan tingginya
- Angka Permanganat antara 0.7 –
kadar garam, Fe, dan Mn. Lapisan
37.05 mg/L
pelapuk-an umumnya tebal dan
- Klorida antara 3.70 – 629.90 mg/L
bersifat im-permeabel (kedap air).
- Sulfat antara 240 – 505 mg/L
Karakteristik akifer di daerah ini adalah
media pori dengan ketebalan akifer
Sumur Bor :
yang relatif tipis pada lapisan yang
- Temperatur 29.2 0C
berukuran butir pasir.
- Kekeruhan antara 0.45 – 20.8 NTU
Berdasarkan pengukuran muka
- Warna antara 0 – 90 PtCo
airtanah pada sumur pantek dan
- Daya hantar listrik antara 61 –
su-mur bor di daerah kajian, diperoleh
3170 µS
bahwa pada akifer dangkal
- pH antara 6.7 – 8.4
(ke-dalaman kurang 50 m bmt)
- Jumlah zat padat antara 11 – 1933
memiliki muka airtanah antara 2–10
mg/L
m, se-dangkan pada akifer dalam
- Alkalinitas total antara 16.10 –
(kedalam-an lebih 50 m bmt) diperoleh
619.75 mg/L
muka airtanah antara 40 m – 60 m
- Bikarbonat antara 16.10 – 619.75
bmt.
mg/L
Berdasarkan pengukuran sifat fisik
- Kesadahan antara 28.4 – 761.95
airtanah pada daerah kajian diperoleh
mg/L
data sebagai berikut, nilai daya hantar
- Kalsium antara 6.75 – 143.8 mg/L
listrik pada akifer dangkal (kedalaman
- Magnesium antara 18.39 – 618.15
kurang 50 m bmt) memiliki nilai
mg/L
anta-ra 270 – 6250 µS, sedangkan
- Besi antara 0.03 – 1.45 mg/L
pada akifer dalam (kedalaman lebih 50
- Mangan antara 0.05 – 1.85 mg/L
m bmt) memiliki nilai daya hantar
- Ammonium antara 0.25 – 0.95
listrik antara 750 – 2600 µS.
mg/L
- Nitrit antara 0.01 – 0.09 mg/L
Hidrokimia
- Angka Permanganat antara 0.1 –
Sedangkan berdasarkan hasil 14.5 mg/L
pengujian kimia airtanah dari sampel - Klorida antara 2.9 – 348.1mg/L
yang diambil di lapangan, diperoleh - Sulfat antara 0.4 – 370.15 mg/L
data sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian di
Sumur Pantek : lapangan, diperoleh bahwa kualitas
- Temperatur 29.2 0C airtanah daerah kajian berbeda-beda.
- Kekeruhan antara 1.75–8.95 NTU Hal tersebut terlihat pada hasil
- Warna antara 5 – 90 PtCo peng-ukuran sifat fisik dan hasil
- Daya hantar listrik antara 7.03 – pengujian kimia airtanah pada sumur
6195 µS pantek dan sumur bor. Pengukuran
- pH antara 6.6–7.9 fisik yang dilakukan adalah
- Jumlah zat padat antara 93 – 3903 pengukuran DHL (daya hantar listrik)
mg/L dan indera pengecap rasa. Nilai DHL
- Alkalinitas total antara 101.5 – yang ter-deteksi adalah antara 270 –
10831.1 mg/L 6250 µS. Sedangkan rasa yang
- Bikarbonat antara 101.5 – 10831.1 terdeteksi ada-lah tawar, payau
mg/L sampai asin.

79
Penentuan Tipologi Akifer Berdasarkan Metoda Geolistrik dan Hidrokimia, Kota Tangerang
(M. Safari Dwi Hadian)

(Simon 1946 dalam Hadian, 1996) kurang 50 m bmt) tidak ada intrusi dari
berpendapat bahwa terdapat air laut.
bebera-pa parameter yang bisa Genesa airtanah yang memiliki rasa
dijadikan se-bagai acuan/dasar di payau sampai asin yang terdapat pada
dalam penen-tuan genesa airtanah daerah kajian adalah berasal dari air
yang berasal dari intrusi air laut. formasi. Air formasi adalah airtanah
Parameter ter-sebut adalah Cl - , HCO3- yang terbentuk bersamaan dengan
, CO32- , dan DHL. Hubungan antara terbentuknya lapisan batuan itu sendiri
parameter-parameter tersebut adalah (terjebak pada saat pembentukan
sebagai berikut : batuan).
Berdasarkan data yang diperoleh
a. R = ( Cl - )/( HCO3- + CO32- ) dari hasil pengujian kimia airtanah
apabila harga R : yang berasal dari sumur bor diperoleh
<0.5 Tidak ada intrusi bahwa :
0.5 – 1.3 Sudah ada intrusi - Nilai rata-rata Cl– adalah 82.76
1.3 – 2.8 Intrusi sedang mg/L.
2.8 – 6.6 Intrusi besar - Nilai rata-rata HCO3- adalah 0
6.6 – 15.5 Intrusi sangat besar mg/L.
15.5 – 200 Air laut - Nilai rata-rata CO32- adalah 267.80
b. Nilai DHL : mg/L.
0 – 1500 µS Air tawar Berdasarkan perhitungan diatas
1500 – 5000 µS Air payau sedikit diperoleh nilai R adalah 0.31,
5000 – 15000 µS Air payau sekali sehing-ga diperoleh kesimpulan bahwa
15000 – 50000 µS Air asin pada akifer dalam (kedalaman lebih 50
>50000 µS Air sangat asin m bmt) tidak ada intrusi dari air laut
Genesa airtanah yang memiliki rasa
c. Nilai Cl - : payau – asin yang terdapat pada
Untuk air tawar nilai Cl – lebih kecil daerah kajian adalah berasal dari air
atau sama dengan 500 mg/L. formasi. Air formasi adalah airtanah
Pengambilan sampel airtanah yang yang terbentuk bersamaan dengan
dilakukan sebanyak 150 buah, dengan terbentuknya lapisan batuan itu sendiri
rincian 122 sampel air sumur pantek (terjebak pada saat pembentukan
dan 28 sampel air sumur bor. batuan).
Untuk mengetahui genesa dari Akifer dangkal (kedalaman kurang
air-tanah yang terdapat pada daerah 50 m bmt) yang berkembang pada
ka-jian, maka dilakukan pengolahan daerah kajian adalah akifer produktif
data lapangan berdasarkan teori yang dengan aliran melalui ruang antar
ada dan diperoleh hasil sebagai berikut butir. Akifer dangkal yang merupakan
: akifer bebas ini memiliki daerah
Berdasarkan data yang diperoleh resapan (recharge area) di atas akifer
dari hasil pengujian kimia airtanah itu sendiri. Untuk mendukung
yang berasal dari sumur pantek kesinambungan dari akifer ini maka
diperoleh bahwa : sebaiknya pada daerah kajian terdapat
1. Nilai rata-rata Cl – adalah 106.56 seluas mungkin lahan hijau. Penutupan
mg/L. lahan dengan beton supaya dibatasi
2. Nilai rata-rata HCO3- adalah 0 dan sebanyak mungkin dibuat sumur
mg/L. serta parit resapan.
3. Nilai rata-rata CO32- adalah 442.71 Akifer dalam (kedalaman lebih 50
mg/L. m bmt) yang berkembang pada daerah
kajian adalah akifer produktif dengan
Berdasarkan perhitungan diatas aliran melalui ruang antar butir. Akifer
diperoleh nilai R adalah 0.24, dalam yang merupakan akifer tertekan
sehing-ga diperoleh kesimpulan bahwa ini memiliki daerah resapan (rercharge
pada akifer dangkal (kedalaman area) di luar wilayah daerah kajian.

80
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

Modeling in Hydrogeology and


Geotechnic, Bandung, ,27-46
KESIMPULAN DAN SARAN
Rusmana dkk, 1991, Peta Geologi
 Tipologi airtanah yang berkembang Regional Lembar Peta Serang, skala
pada daerah kajian adalah sistem 1 : 100.000, P3G Bandung
endapan gunungapi, sistem Tuhardi, 1992, Peta Geologi Regional
endap-an aluvial dan sistem akifer Lembar Peta Jakarta, skala 1 :
endap-an pantai 100.000, P3G Bandung
 Pada daerah kajian terdapat dua
jenis akifer, yaitu akifer yang
ber-ada di atas kedalaman 50 m
(dangkal) dengan ketebalan mulai
dari 5 m – 25 m dan akifer yang
berada di bawah kedalaman 50 m
(dalam) dengan ketebalan 4 m – 80
m
 Genesa airtanah dangkal dan
da-lam yang memiliki rasa payau –
asin yang terdapat pada daerah
kajian diduga adalah berasal dari air
formasi. Air formasi adalah
air-tanah yang terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya
lapisan batu-an itu sendiri (terjebak
pada saat pembentukan batuan).

DAFTAR PUSTAKA
Hadian M. Sapari Dwi, 2004 Optimisasi
Potensi Airtanah Pulau Sangiang Di
Selat Sunda, Buletin of Scientific
Contribution, vol 2, No. 1 Januari
2004, Jur. Geologi FMIPA Unpad
Iwaco dan Waseco, 1984 . West Java
provincial water sources master
plan for water supply, Kabupaten
Tangerang, vol. A: Groundwater
resources,.
Prawoto, 2003 Pemakaian Model
Numerik dalam Hidrogeologi dan
Geoteknik, Pr. Sem. Numerical

81
Penentuan Tipologi Akifer Berdasarkan Metoda Geolistrik dan Hidrokimia, Kota Tangerang
(M. Safari Dwi Hadian)

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Tangerang

BATUAN KUARTER
ALUVIAL
Aluvial Pantai : lempung, setempat mengandung material organik, mudah
digali, pemeabilitas rendah, jenuh air
Aluvial Sungai : lempung, pasir, kerikil, kerakal, dengan komposisi
andesitik – basaltik, lepas-lepas, mudah digali, permabilitas tinggi
Aluvial Lembah : lempung tufan, pasir, lepas-lepas, mudah digali/
permeabilitas sedang-tinggi, muka air tanah dangkal
ENDAPAN PEMATANG PANTAI
Pasir halus dengan komposisi andesitik, mengandung fragmen cangkang,
lepas-lepas, mudah digali, airtanah dangkal, setempat terdapat airtanah
segar
ENDAPAN DELTA
Pasir dan kerikl berkomposisi andesitik – basaltik, terpilah baik,
lepas-lepas di bagian atas, kompak di bagian bawah, mudah digali,
permeabilitas tinggi berkurang ke arah bawah, muka airtanah dangkal
ENDAPAN GUNUNG API MUDA
Lempung tufan, pasir tufan, konglomerat, endapan lahar, butiran
mengkasar ke arah Selatan, pelapukan dalam, permeabilitas meningkat ke
arah Selatan, muka airtanah dalam
BATUAN TERSIER

TUF BANTEN ATAS


Tuf, batuapung, breksi, dan batupasir tufan

FORMASI SERPONG
Perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, dan batulempung dengan
sisipan batugamping
FORMASI GENTENG
Batupasir tufan berukuran halus, selang-seling dengan lapisan yang
berukuran lebih kasar, juga lempung tufan, mengandung fragmen
batuapung, mudah digali, permeabilitas rendah-sedang
FORMASI BOJONGMANIK
Tuf berlapis-lapis, batupasir, batulempung mengandung ligni, batupasir
konglomeratan, lensa batugamping, fosil moluska, susah digali,
permeabilitas rendah

82
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2005: 72-82

Sumber : Rusmana., dkk, 1991, Peta Geologi Lembar Serang, PPPG, Bandung
Turkandi., dkk, 1992, Peta Geologi Lembar Jakarta, PPPG, Bandung
Peta Geologi Teknik Daerah Jakarta – Bogor, 1969, PPPG, Bandung

83

You might also like