Professional Documents
Culture Documents
PKN Kel 3
PKN Kel 3
Disusun oleh :
Nawfal Rifqi Syahlan (11230110000004)
Ahmad Algifari (11230110000015)
Dwi Tuhfatus Sania (11230110000017)
Nabila Ariyani Najmuddin (11230110000020)
Rahma Adzkia (11230110000024)
Salsa Maulida Handayani (11230110000025)
Fathia Kharisma Nurfayza (11230110000030)
Arief Rahman (0602521007)
Kami sadar, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna penulisan makalah yang lebih
baik lagi dimasa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
BAB I .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 5
PENUTUP ................................................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Negara adalah insititusi yang dibentuk oleh kumpulan orang-orang yang hidup dalam
wilayah tertentu dengan tujuan sama yang terikat dan taat terhadap perundang-undangan serta
memiliki pemerintahan sendiri”. Negara dibentuk atas dasar kesepakatan bersama yang
bertujuan untuk mengatur kehidupan anggotanya dalam memperoleh hidup dan memenuhi
kebutuhan mereka. Untuk mengatur bagaimana anggota masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya sebagai warga negara, negara memberikan batasan-batasan dalam wujud aturan
dan hukum. Dan setiap negara memiliki bentuk-bentuk tersendiri. (Gabriel, 2020)
Negara memiliki tujuan utama yaitu memajukan kesusilaan manusia baik sebagai
individu maupun kelompok. Hal ini untuk membentuk manusia yang beradab, beretika, dan
bermoral. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara harus menegakkan seperangkat nilai yang
wajib dipatuhi oleh seluruh warganya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
• Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu.
• Wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada negara tanpa
batas-batas teritorial yang jelas. Umumnya, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup
daratan, perairan (samudra, laut, dan sungai), dan udara.
• Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk
mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara
Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya negara. Hal ini
hanya bersifat deklaratif, bukan konstutif, sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam pengakuan
suatu negara, yakni pengakuan de facto dan pengakuan de jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan
atas fakta adanya negara. Pengakuan ini didasarkan adanya fakta bahwa suatu masyarakat politik telah
memenuhi tiga unsur utama negara (wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berdaulat). Adapun
pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas dasar pertimbangan yuridis
menurut hukum. Dengan memperoleh pengakuan de jure, maka suatu negara mendapat hak-haknya
di samping kewajiban sebagai anggota keluarga bangsa sedunia. (Bloom & Reenen, 2013)
5
2. Teori Terbentuknya Negara
a. Teori Kontrak Sosial
Pemikiran atau teori kontrak sosial dimulai dengan asumsi mengenai kondisi
alami manusia dan masyarakatnya yang dikenal dengan konsep State of nature. Di
dalam kondisi alami kehidupan bersama, pada saatnya manusia akan terjebak oleh
situasi konflik (perang). Kontrak sosial merupakan konsepsi tentang hubungan
kekuasaan baru di antara penguasa dengan rakyat, yang dirumuskan untuk menjawab
tuntutan pembaharuan politik yang memerlukan keberlanjutan, bukan kemandekan
apalagi kemunduran. Itulah sebabnya maka para pemikir tersebut, m engetengahkan
kontrak sosial guna menegaskan bahwa bukan raja, akan tetapi rakyat yang merupakan
pemilik kedaulatan. Bahwa penguasa harus memperoleh kepercayaan rakyat supaya
bisa memerintah secara sah. Bahwa untuk itu, baik penguasa maupun rakyat harus
mempunyai tanggung jawab masing-masing, atas keterkaitan mereka satu sama lain di
dalam negara. (Sanit, 2016)
c. Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena
adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah negara. Melalui proses
penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu
dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu
negara karena pertarungan kekuatan di mana sang pemenang memiliki kekuatan untuk
membentuk sebuah negara.
6
3. Bentuk-bentuk Negara
a. Negara Kesatuan (Unitarianisme)
Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal. Tidak ada negara dalam
negara. Pemerintah pusat mempunyai wewenang tertinggi dalam pemerintahan atau mengatur
seluruh daerah. Merupakan suatu bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya,
negara kesatuan ini terbagi dalam dua macam sistem pemerintahan yaitu pemerintahan sentral
dan otonomi.
1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang langsung
dipimpin oleh pemerintahan pusat, dan pemerintahan dibawahnya melaksanakan
kebijakan pemerintahan pusat. (Pemerintahan Orde Baru)
a. Paradigma Integrafistik
Paradigma Terintegrasi adalah cara memandang yang menempatkan agama dan negara
dalam satu kesatuan dan tidak terpisahkan. Paradigma ini didasarkan pada gagasan bahwa
Islam adalah agama yang komprehensif dan universal yang mengatur semua aspek kehidupan,
7
sehingga negara, dalam memperoleh legitimasi politiknya, harus berdasarkan pada aturan
agama. Melalui Nabi Muhammad, Tuhan menyampaikan seperangkat aturan guna mengatur
kehidupan manusia di dunia. Aturan agama itu pasti benar dan adil, maka manusia
sebagaipengganti Allah (khalifah) di bumi, berkewajiban untuk mengelola kehidupan ini
sesuai dengan aturan yang telah Allah tetapkan.
b. Paradigma Simbiotik
Menurut paradigma simbiotik, hubungan agama berada pada posisi saling
membutuhkan dan bersifat timbal balik (simbiosis mutualita). Dalam pandangan ini, agama
membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan mengembangkan agama.
Begitu juga sebaliknya, negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral, etika, dan
spiritualitas warga negaranya. Menurut paradigma ini, Islam hanya menetapkan prinsip-
prinsip peradaban manusia, termasuk prinsip dalam bernegara. Jadi, Islam tidak mempunyai
sistem pemerintahan. Dengan kata lain umat Islam bisa membuat sistem pemerintah yang
sesuai dengan prinsip-prinsip universal yang ditetapkan oleh Islam. (Khalwani, 2019)
c. Paradigma Sekularistik
Paradigma sekularistik beranggapan bahwa ada pemisahan yang jelas antara agama
dan negara. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain
memiliki garapan masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh
satu sama lain melakukan intervensi. Negara adalah urusan publik, sementara agama
merupakan wilayah pribadi masing-masing warga negara.
8
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama. Dalam hal ini, negara
memberikan jaminan kebebasan bagi setiap warga negara untuk memeluk suatu agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya itu.
Setiap agama memiliki keyakinan dan ajaran yang berbeda satu sama lain, namun pada
dasarnya setiap agama mengajarkan sikap saling menghormati, menghargai, serta hidup
berdampingan secara damai dengan pemeluk agama yang lain. Maka, negara dan
masyarakat berkewajiban mengembangkan kehidupan beragama yang penuh dengan
toleransi dan saling menghargai.
Tidak akan ada negara tanpa warga negara. Warga negara merupakan unsur terpenting
dalam hal terbentuknya negara. Warga negara dan negara merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban masing-
masing yang berupa hubungan timbal balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara mempunyai kewajiban
untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga negaranya.
Dapat dipahami bahwa pemikiran Islam tentang hubungan agama dan negara saling
berkaitan antara satu dengan lainnya, khususnya dalam aspek ketatanegaraan, demokrasi
dan hak asasi manusia, dengan kesimpulan sebagai berikut: (Gunawan et al., 2014)
1) Relasi antara agama dan negara dalam pemikiran Islam yaitu, Islam memberi prinsip-
prinsip terbentuknya suatu negara dengan adanya konsep khalīfah, dawlah, atau
hukūmah. Dengan prinsip-prinsip ini, maka terdapat tiga paradigma tentang pandangan
agama Islam dan negara, yakni; paradigma integratif, paradigma simbiotik, dan
paradigma sekularistik;
2) Relasi antara agama dan demokrasi, dalam hal ini Islam menekankan pada nilai
demokrasi itu sendiri, yakni kebenaran dan keadilan. Dengan demokrasi ini pula, maka
aturan permainan politik yang baik dapat terwujud. Karena itu konsep demokrasi
seperti ini, sangat sesuai dengan Islam, karena Islam adalah agama yang selalu
mengedepankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10