You are on page 1of 17

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jalan KH. Ahmad Dahlan, Cireundeu-Ciputat Tangerang Selatan
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index
Edisi Oktober 2019
GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS) TAHAP PEMBIASAAN:
PERBEDAAN IMPLEMENTASI ANTARA SD NEGERI 3
PANGKALPINANG DENGAN SD STKIP MUHAMMADIYAH BANGKA
BELITUNG

Pung Purwadi 1)*, Maulina Hendrik2), Sasih Karnita Arafatun3)


1, 2, 3)
STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung

pungpurwadi1998@gmail.com
maulina.hendrik@stkipmbb.ac.id
sasih.karnitaarafatun@stkipmbb.ac.id

Diterima: DD MM YYYY Direvisi: DD MM YYYY Disetujui: DD MM YYYY

ABSTRACT

The background of this research is government regulations that schedule the implementation
of the school literacy action (GLS) in schools. The GLS is carried out with the stages of
habituation, development and learning. The habituation stage is the initial stage to reach the
next stage. This research needs to be discussed about GLS habituation stages based on the
conditions of different schools. The purpose of this research is to determine the differences in
the implementation of the GLS program at the habituation stage between SD Negeri 3
Pangkalpinang and SD STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung (SD STKIPMBB) which
have different school backgrounds. This research uses a type of qualitative descriptive
research. The data collection techniques are carried out by observation, questionnaire
(questionnaire), interview and documentation. The data analysis technique in this research
used qualitative analysis techniques. The activities in data analysis are reduction data,
display data and conclusion drawing / verification. The subjects of this research were
teachers, headmaster, students at SD Negeri 3 Pangkalpinang and SD STKIP MBB. The
results of this research indicate differences that occur between SD Negeri 3 Pangkalpinang
with SD STKIP MBB including 1) amount of books in the school library, 2) the versatile room
at SD Negeri 3 which is a hall with a capacity of approximately 100 people otherwise SD
STKIP MBB has GOR which can accommodate all students, 3) SD STKIP MBB does not yet
have a reading garden, 4) The activity of Morning reading at SD Negeri 3 Pangkalpinang
which is reading the opposite book otherwise at SD STKIP MBB is reading Al Quran 5) The
program supporters in SD Negeri 3 Pangkalpinang, namely the annual, monthly, weekly
library programs and literacy interests such as reading fairy tales, poetry, writing short
stories, poetry and verse. Instead, SD STKIP MBB does not have an annual, monthly, and
weekly library program. The literacy interest activities are also almost the same but schools
have religious literacy activities such as Murojaah Al Quran and Musabaqah Al Quran

280 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

Keywords: School Literacy Action (GLS), Habits, Facilities and Infrastructure, Habitual
Activity

PENDAHULUAN gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif


berbagai elemen. Upaya yang ditempuh
endidikan untuk zaman sekarang untuk mewujudkannya berupa pembiasaan
P adalah hal yang subtansional.
Pendidikan sendiri menjadi kewajiban
membaca peserta didik. Pembiasaan ini
dilakukan dengan kegiatan 15 menit
negara supaya warga negaranya memproleh membaca (guru membacakan buku dan
pelayanan pendidikan. Dewasa ini warga sekolah membaca dalam hati, yang
Indonesia terkhusus Bangka Belitung disesuaikan dengan konteks atau target
menghadapi isu pendidikan yakni minat sekolah). Ketika pembiasaan membaca
baca masyarakat yang rendah. Indikasi terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke
tersebut dapat dilihat dari PIRLS 2011 tahap pengembangan, dan pembelajaran
(International Results in Reading) dalam (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum
Pangesti Wiedarti, dkk (2016: i) Indonesia 2013). Variasi kegiatan dapat berupa
menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara perpaduan pengembangan keterampilan
peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata reseptif maupun produktif.
500 (IEA, 2012) . Dapat diartikan bahwa gerakan literasi
Berdasarkan permasalahan tersebut sekolah adalah gerakan sosial yang
menunjukkan sesuatu hal yang harus direncanakan dengan melibatkan seluruh
diselesaikan. Tatkala pemerintah sendiri komponen pendidikan itu sendiri sehingga
memandang isu demikian menjadi polemik terwujud kecintaan terhadap literasi dan
bersama yang harus dituntaskan secara membentuk karakter warga sekolah agar
serius. Pemerintah telah berupaya terbiasa terhadap budaya membaca. Untuk
mengatasi polemik itu menurut Dewi Utami mewujudkan itu semua tidak terlepas dari
Faizah, dkk (2016: ii) yakni dengan kolaborasi berbagai elemen baik sekolah,
peraturan Kementerian Pendidikan dan masyarakat dan pemerintah. Gerakan
Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 yang literasi sekolah sendiri membutuhkan
menggiatkan gerakan literasi sekolah. komitmen sekolah untuk mewujudkan
Pelaksanaan GLS mengacu pada buku gerakan literasi sekolah (GLS) supaya
panduan GLS yang dikeluarkan oleh mencapai tahap demi tahap sesuai dengan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan panduan yang telah ada.
pada tahun 2016. Dalam hal ini gerakan literasi diharuskan
Menurut Pangesti Wiedarti, dkk (2016: mampu menyentuh dimensi-dimensi
7-8) yang dikeluarkan Kemendikbud Literasi itu sendiri. Menurut Atmazaki, dkk
tentang desain induk gerakan literasi (2017: 6-7) pada buku panduan gerakan
sekolah mengemukakan bahwa GLS adalah literasi nasional yang dikeluarkan oleh
Edisi Oktober 2019 281 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan e. Literasi Finansial


memaparkan dimensi literasi itu sendiri Literasi finansial adalah aktivitas literasi
menjadi 6 hal sebagai berikut: yang menekankan pada konteks finansial
a. Literasi Baca dan Tulis untuk meningkatkan kesejahteraan
Literasi baca dan tulis merupakan literasi finansial, baik individu maupun sosial,
yang memproses pengetahuan dan dan dapat berpartisipasi dalam
kecakapan untuk membaca, menulis, lingkungan masyarakat.
mencari, menelusuri, mengolah, f. Literasi Budaya dan Kewargaan
memahami informasi untuk Literasi budaya dan kewargaan
menganalisis, menanggapi, dan merupakan aktivitas literasi yang
menggunakan teks tertulis. menekankan pengetahuan dan kecakapan
b. Literasi Numerasi dalam memahami cara bersikap sebagai
Literasi numerasi merupakan aktivitas warga negara yang baik dalam rangka
literasi yang menekankan pada kebudayaan Indonesia sebagai identitas
pengetahuan dan kecakapan untuk bangsa.
memperoleh, menginterpretasikan, Berdasarkan hasil observasi dan
penggunaan, dan mengomunikasikan wawancara dengan kepala sekolah masing-
berbagai macam angka dan masing sekolah tentang permasalahan yang
simbolmatematika untuk memecahkan berkaitan dengan program gerakan literasi
masalah praktis dalam berbagai macam sekolah di SD Negeri 3 Pangkalpinang dan
konteks kehidupan sehari-hari. Bentuk SD STKIP Muhammadiyah Bangka
kemampuan tersebut bisa menganalisis Belitung didapati permasalahan yang sama
informasi dalam bentuk (grafik, tabel, yakni: (1) Sejauh ini sekolah sudah
bagan, dsb.) untuk mengambil menerapkan program gerakan literasi
keputusan. sekolah yang dilaksanakan berdasarkan
c. Literasi Sains kemampuan otonomi sekolah dengan
Literasi sains merupakan aktivitas panduan yang sudah ada; (2) Masih
literasi yang menekankan pada perlunya formalisasi jam-jam tambahan
pengetahuan dan kecakapan ilmiah karena dengan minimnya waktu terkhusus
untuk memperoleh pengetahuan baru, gerakan literasi; (3) Tidak lebih dari itu
penjelaskan fenomena ilmiah, serta pemerintahan juga menuntut agar
pengambilan kesimpulan berdasarkan masyarakat mulai terbiasa dalam membaca
fakta sesuai isu-isu yang terkait sains. disebabkan tingkat baca pada masyarakat
d. Literasi Digital kita cukup mengkhawatirkan, maka gerakan
Literasi digital adalah aktivitas literasi literasi ditekankan pada usia anak-anak
yang menekankan pada konteks agarmulai terbiasa; (4) Sekolah-sekolah
kemahiran menggunakan media digital, secara umun kurang kesiapannya
alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam diakibatkan fasilitas dan program-program
menemukan, dan memanfaatkannya inovatif apa saja yang cocok dengan
secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, kondisi di sekolahnya.
dan patuh hukum dalam rangka Penelitian yang dilakukan berfokus pada
membina komunikasi dan interaksi ranah sarana dan prasarana serta aktivitas
dikehidupan sehari-hari peserta didik. pembiasaan pada GLS. Menurut Rohiat

Edisi Oktober 2019 282 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

dalam Nurbaiti (2015: 537) mengemukakan penggantian plafon, kursi, meja, LCD dan
bahwa sarana dan prasarana adalah Semua komputer. (5) penghapusan sarpras dalam
benda atau barang yang bergerak maupun proses pembelajaran sudah dilakukan
yang tidak bergerak digunakan untuk dengan baik melalui prosedur penghapusan
menunjang terlaksanakannya proses dan memperhatikan beban kerja tenaga
pembelajaran yang langsung maupun yang pendidik.
tidak langsung dalam sebuah pendidikan. Tentunya sarana dan prasarana yang
Menurut Rossie Setiawan dalam Indah dihadirkan di sekolah harus disesuaikan
Wijaya Antasari (2017: 17) kebiasaan itu dengan GLS itu sendiri berdasarkan
sampai akhir hayat, karena gerakan literasi kemampuan sekolah masing-masing.
sekolah mempunyai tujuan untuk Penelitian yang dilakukan oleh Hamdan
menumbuh kembangkan budi pekerti Husein Batubara dan Dessy Noor Ariani
peserta didik melalui pembudayaan (2018) tentang Implementasi Program
ekosistem literasi sekolah agar mereka Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Gugus Sungai Miai Banjarmasin
Artinya dengan adanya kegiatan mengemukakan bahwa upaya-upaya yang
pembiasaan GLS diharapkan siswa mampu dilakukan sekolah dalam melaksanakan
menjadi pejalar sepanjang hanyatnya. program gerakan literasi sekolah adalah: (1)
Penelitian yang dilakukan oleh menambah buku pengayaan, (2)
Nasarudin dan Maryadi (2018) tentang mendekatkan buku ke peserta didik dengan
Manajemen Sarana dan Prasarana cara membuat area baca dan lingkungan
Pendidikan dalam Pembelajaran di SD yang kaya akan teks, (3) melaksanakan
menunjukkan bahwa: (1) perencanaan berbagai bentuk kegiatan literasi, dan (4)
sarana dan prasarana pendidikan dalam melibatkan publik dalam pelaksanaan
proses pembelajaran melalui analisis gerakan literasi. Adapun kendala yang
kebutuhan (evaluasi diri sekolah), dihadapi sekolah dalam pelaksanaan GLS
pembiayaan, dan analisis prioritas. (2) adalah: (1) rendahnya kesadaran guru, (2)
pengadaan sarpras dalam proses buku pengayaan yang sesuai dengan
pembelajaran bersumber pada reparasi, kebutuhan anak sulit ditemukan, (3) guru
dana pemerintah, sumbangan masyarakat, malas membaca, (4) guru tidak memahami
peminjaman barang; dan dengan penerapan gerakan literasi, dan (5) sekolah
memperhatikan kualitas serta fungsi pada kekurangan dana. Dengan demikian,
proses pembelajaran. (3) penginventarisasi implementasi program GLS di SD Negeri
sarpras dalam proses pembelajaran seperti Gugus Sungai Miai Banjarmasin perlu
pencatatan kode, jumlah, harga barangdan ditingkatkan ke tahap pengembangan
lain sebagainya dengan tujuan untuk dengan melibatkan berbagai pihak.
pengendalian sarana dan prasarana sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
(4) pemeliharaan sarpras dalam proses dilakukan oleh Muhammad Hilal Hidayat,
pembelajaran melalui pemeliharaan sehari- Imam Agus Basuki, dan Sa’dun Akbar
hari melibatkan guru dan siswa sasarannya (2018) tentang Gerakan Literasi Sekolah di
buku pelajaran, ruang kelas, alat Sekolah Dasar mengemukakan bahwa SD
pembelajaran; dalam pemeliharaan berkala Negeri 2 Sitirejo dan SD Negeri 4
mencakup pemeliharan gedung sekolah, Panggungrejo yang mengemukakan bahwa

Edisi Oktober 2019 283 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

kedua sekolah tersebut belum optimal serta kurang saat kegiatan membaca, kurangnya
belum memiliki dampak yang positif minat membaca bagi siswa, sekolah merasa
terhadap gairah membaca siswa hal tersebut kesulitan untuk meningkatkan level
terbukti dari kurang terlihatnya aktivitas kegiatan karena guru kurang fokus
membaca buku bacaan oleh siswa di menjalan kegiatan tersebut; dan kurangnya
lingkungan sekolah. perhatian dan pembinaan dari pihak dinas
(1) pemahaman mengenai GLS yang pendidikan baik di tingkat kecamatan
terkait dengan pengertian GLS yaitu maupun kabupaten. (6) upaya yang
program yang menyangkut pembiasaan dilakukan untuk mengatasi faktor
membaca, berwawasan luas dan berkreasi. menghambat yaitu pengajuan proposal
Adapun pemahaman yang terkait dengan buku dan pengadaan perpustakaan ke dinas
tujuan GLS yaitu meningkatkan minat baca, pendidikan, mengalternatifkan teknik
menambah pengetahuan, melatih berpikir membaca di kelas rendah agar siswa
kritis, berpendapat, dan memecahkan konsentrasi saat kegiatan membaca,
masalah. (2) bentuk kegiatan GLS yang mengatasi lemahnya minat baca dengan
sedang dijalankan oleh kedua sekolah yang membebaskan waktu membaca di luar
diteliti yaitu kegiatan membaca pada 15 kegiatan 15 menit membaca dan memberi
menit sebelum pembelajaran serta kegiatan tugas sekolah yang dapat menstimulan
memajang hasil karya di sekitar ruangan siswa untuk membaca, bekerjasama dan
kelas dan di majalah dinding kelas. (3) bermusyawarah secara internal antar guru
bentuk pelibatan publik yang pernah dan maupun eksternal dengan sekolah lain
sedang dijalankan oleh kedua sekolah yaitu terkait kegiatan dan kinerja GLS dan
menjadikan orangtua siswa sebagai donatur mengkonfirmasi pihak dinas pendidikan
buku bacaan yang ditekankan kepada siswa kabupaten mengenai perhatian serta
yang mendapat nilai rendah saat ulangan pembinaan terkait GLS.
harian dan masing-masing satu siswa GLS sendiri secara umum dihadirkan
membawa satu buku dari rumah pada tiap meliputi 3 tahap yakni tahap pembiasaan,
akhir semester genap. (4) faktor pendukung pengembangan dan pembelajaran dalam hal
GLS yang terungkap dari kedua sekolah ini penelitian yang dilakukan berfokus pada
yaitu motivasi kepala sekolah dan semangat tahap pembiasaan dengan alasan tahap
para guru dalam menjalankan kegiatan pembiasaan sendiri menjadi pondasi awal
GLS, adanya sarana pojok baca dan untuk mencapai tahap yang selanjutnya
majalah dinding yang dibuat oleh sekolah agar optimal.
serta perpustakaan sekolah, buku
sumbangan dari orang tua siswa dan
dipercaya menjadi sekolah rujukan terkait
GLS oleh dinas pendidikan kabupaten.
(5) faktor penghambat GLS yang
terungkap dari kedua sekolah yaitu
kekurangan buku bacaan serta sarana ruang
perpustakaan, orang tua siswa kurang
peduli terhadap kebutuhan anaknya,
konsentrasi siswa di kelas rendah agak

Edisi Oktober 2019 284 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

Tabel 1 Peta Pengembangan Literasi Sekolah

No Aktivitas Aktivitas Aktivitas


Pembiasaan Pengembangan Pembelajaran

1 Kecakapan literasi Menyediakan Menyediakan


yang ditumbuhkan beragam pengalaman pembelajaran
pada tahap membaca terpandu berbasis
pembiasaan literasi
2 Fokus dan prinsip Warga sekolah gemar Menata kelas
kegiatan di tahap membaca berbasis literasi
pembiasaan
3 Prinsip-prinsip Warga sekolah gemar Mengorganisasi- kan
kegiatan membaca di menulis material
tahap pembiasaan
4 Kegiatan membaca Memilih buku Melaksanakan
dan penataan pengayaan fiksi dan literasi terpadu
lingkungan kaya nonfiksi sesuai dengan tema
literasi di tahap dan mata pelajaran
pembiasaan.
5 Langkah-langkah Langkah-langkah Membuat jadwal
kegiatan: kegiatan:

a. Membaca 15 menit a. Membaca terpandu


sebelum pelajaran b. Membaca bersama
dimulai
b. Menata sarana dan c. Aneka karya
lingkungan kaya
literasi kreativitas seperti
c. Menciptakan Workbook, Skill
lingkungan kaya Sheets (Triarama,
teks
Easy slit book,One
d. Memilih buku
sheet book, Flip
bacaan di SD
flop
e. Pelibatan publik
book).
d. Mari berdiskusi
tentang buku
e. Story-map outline

Edisi Oktober 2019 285 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

6 Indikator pencapaian Indikator pencapaian Asesmen dan


di tahap pembiasaan di tahap Evaluasi
pengembangan

7 Ekosistem sekolah Konferensi literasi


yang literat warga sekolah
menjadikan guru
literat dengan
menunjukan ciri
kinerja
Sumber: Dewi Utami Faizah, dkk (2016: 5) kependidikan, dan peserta didik di SD
Negeri 3 Pangkalpinang dengan SD STKIP
Berdasarkan permasalahan di atas Muhammadiyah Bangka Belitung. Teknik
maka dilakukan penelitian yang bertujuan pengumpulan data dalam penelitian ini
untuk mengetahui perbedaan implementasi adalah penyebaran angket, observasi,
program (GLS) pada tahap pembiasaan wawancara dan dokumentasi, berdasarkan
antara SDNegeri 3 Pangkalpinang dengan variabel penelitian ini. Instrumen penelitian
SD STKIP Muhammadiyah Bangka ini adalah peneliti itu sendiri.
Belitung. Diharapkan dengan adanya Pada penelitian ini digunakan beberapa
penelitian ini dapat diketahui secara instrumen, yaitu: pedoman wawancara
mendalam program GLS pada tahap pelaksanaan program GLS tahap
pembiasaan yang diterapkan oleh SD pembiasaan, angket pelaksanaan program
Negeri 3 Pangkalpinang dengan SD STKIP GLS tahap pembiasaan, lembar observasi,
Muhammadiyah Bangka Belitung. dan dokumentasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN adalah analisis data kualitatif. Menurut

P
dalam
enelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono
Ahmat Josi (2017: 2)
Sugiyono (2017: 247-253) data yang
bersifat kualitatif diperoleh dari hasil
wawancara dianalisis dengan analisis
mengemukakan bahwasanya metode kualitatif. Teknik analisis dilakukan secara
penelitian deskriptif kualitatif adalah data interaktif dan berlangsung secara terus-
informasi yang berbentuk kalimat verbal menerus sampai tuntas, sehingga datanya
bukan berupa simbol angka atau bilang. sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data,
Data pada penelitian ini dikumpulkan yaitu data reduction, data display, dan
melalui kuisioner, wawancara dengan conclusion drawing/verification.
partisipan secara mendalam, observasi dan Sebelum dianalisis, dilakukan proses
dokumentasi. Tempat pelaksanaan kuantifikasi data dari kuisioner, setelah
penelitian ini di SD Negeri 3 dilakukan kuantifikasi selanjutnya data
Pangkalpinang dengan SD STKIP tersebut dianalisis dengan menentukan
Muhammadiyah Bangka Belitung. persentase jawaban soal. Instrumen
Penelitian dilaksanakan pada Februari berbentuk skala gudman yang
2019 sampai Mei 2019. Subjek penelitian menggunakan dua alternatif jawaban.
ini adalah guru, kepala sekolah, tenaga
Edisi Oktober 2019 286 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

HASIL DAN PEMBAHASAN Sarana dan prasarana yang dihadirkan di

B erdasarkan hasil penelitian dapat


dideskripsikan terkait gerakan literasi
sekolah (GLS) tahap pembiasaan
SD Negeri 3 Pangkalpinang meliputi: 1)
Ruang baca yang baik sesuai dengan
panduan GLS; 2) Perpustakaan yang
perbedaan antara SD Negeri 3 memiliki koleksi buku kurang lebih dari
Pangkalpinang dengan SD STKIP 2000 buku dan buku di perpustakaan terdiri
Muhammadiyah Bangka Belitung meliputi dari 60% nonfiksi dan 40% fiksi. Sekolah
sarana dan prasarana dan aktivitas sendiri memiliki 19 rombongan belajar; 3)
pembiasaan. Berikut persentase data Pojok baca tiap-tiap kelas yang sesuai
observasi dan angket terkait sarana dan dengan panduan GLS; 4) Ruang serbaguna
prasana GLS tahap pembiasaan di SD yaitu ruang aula walaupun hanya bisa
Negeri 3 Pangkalpinang. menampung kapasitas tidak lebih dari 100
siswa. Namun, ruangan tersebut sudah bisa
Tabel 2 Persentase Observasi Berkaitan mengakomodinir kegiatan-kegiatan literasi
Aspek Sarana dan di SD Negeri 3 yang dibutuhkan sekolah; 5) Taman sekolah
Pangkalpinang yang menyediakan buku-buku di sana; 6)
Kantin, UKS, Lab. IPA, dan kampanye
Pencapaian serta selogan yang itu semua telah memiliki
Aspek Persentase nuansa literasi sesuai dengan panduan GLS;
7) Sekolah bahkan membuat inisiatif
(%)
dengan menyediakan pojok sekolah yang
Sarana dan Sudah Belum berintegrasi dengan perpustakaan sekolah.
Prasarana Sedangkan untuk persentase aktivitas
pembiasaan di SD Negeri 3 Pangkalpinang
di SD Negeri hasil observasi dan angket memiliki data
100 0
3 sebagai berikut.
Pangkalpinang
Tabel 2 Persentase Observasi Berkaitan
Aspek Aktivitas Pembiasaan di SD Negeri
Data di atas menunjukkan bahwa 3 Pangkalpinang
sekolah sudah melaksanakan aspek sarana
& prasarana secara maksimal. Pencapaian
Aspek Persentase
Sarana dan
(%)
Prasarana
Tdak Ya Ya Tidak
0% Aktivitas
Pembiasaan di
100%
SD Negeri 3 80 20
Gambar 1 Persentase Hasil Angket Berkaitan Pangkalpinang
Sarana dan Prasarana di SD Negeri 3 Pangkalpinang

Berdasarkan gambar tersebut menunjukan


bahwa 80% aktivitas pembiasaan GLS
Edisi Oktober 2019 287 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

tahap pembiasaan terpenuhi, namun 20% drama, cerpen, membaca puisi dan syair.
aktivitas pembiasaan GLS tahap Kegiatan itu bertujuan mengembangkan
pembiasaan masih belum terpenuhi atau minat dan bakat siswa serta menggali
belum dapat diterapkan. Sehingga perlu potensi siswa terkait GLS.
adanya peningkatan aktivitas pembiasaan Pelaksanaan GLS Tahap Pembiasaan di
GLS tahap pembiasaan sekolah tersebut. SD STKIP Muhammadiyah Bangka
Belitung Berikut persentase data observasi
dan angket terkait sarana dan prasana GLS
tahap pembiasaan di SD STKIP
Aktivitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Pembiasaan
9% 91%
Tabel 3 Persentase Observasi Berkaitan
9% Aspek Sarana dan Prasarana di SD STKIP
Muhammadiyah Bangka Belitung

Pencapaian
91% Persentase
Aspek
Gambar 2 Persentase Hasil Angket Berkaitan
Aktivitas Pembiasaan di SD Negeri 3 Pangkalpinang (%)

Aktivitas pembiasaan yang diterapkan di Sarana dan Ya Tidak


sekolah yakni: 1)Membaca 15 menit Prasarana
sebelum, saat atau sesudah pembelajaran
di SD STKIP
bakhan ada yang berbentuk ice breaking 78 22
Muhammadiyah
tergantung dari kebijakan guru kelas
Bangka Belitung
masing-masing; 2) 1 minggu sekali siswa
mendapatkan jadwal kunjungan ke Berdasarkan gambar tersebut tampak
perpustakaan; 3) Siswa juga diperbolehkan bahwa 78% sarana dan prasarana GLS
membaca dimana saja yang menurutnya tahap pembiasaan terpenuhi, tetapi 22%
nyaman. Mulai dari penggunaan sudut baca, belum dapat diterapkan. Sehingga perlu
pojok sekolah, dan taman baca digunakan adanya peningkatan sarana dan prasarana
oleh siswa secara optimal; 4) Aktivitas GLS tahap pembiasaan sekolah tersebut.
siswa mendongeng di kelas juga
dilaksanakan; 5) Strategi membaca nyaring
dan diam juga dilaksanakan di kelas.
Membaca nyaring dilakukan dengan
bergiliran dari satu siswa dilanjutkan ke
siswa lain. Sedangkan membaca diam
dilakukan pada saat pembelajaran dan saat
membaca di perpustakaan. Suasana yang
menyenangkan diciptakan melalui kegiatan
bercerita dan interaksi yang dilakukan guru Gambar 3 Persentase Hasil Angket Berkaitan Sarana
pada siswa. Program pendukung GLS & Prasarana di SD STKIP Muhammadiyah Bangka
Belitung
diantaranya adanya kegiatan dongeng,

Edisi Oktober 2019 288 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

Berikut sarana dan prasarana yang di tahap pembiasaan. Upaya yang sedang
dimiliki di SD STKIP Muhammadiyah dilakukan sekolah mengatasi itu semua
Bangka Belitung: 1) Ruang baca yang baik yakni pada saat ini sekolah sedang dalam
sesuai dengan panduan GLS; 2) proses pembangunan guna memiliki
Perpustakaan yang memiliki koleksi buku fasilitas secara mandiri. Selain fasilitas-
kurang lebih dari 1280 bukudan buku di fasilitas umum di sekolah sekolah
perpustakaan terdiri dari 35% fiksi dan 65% berkeinginanuntuk menyediakan masjid
nonfiksi walaupun kepemilikan khusus sekolah mengingat sekolah
perpustakaan masih berintegrasi dengan merupakan sekolah yang berbasis agama
pihak STKIP Muhammadiyah Bangka pada kegiatannya di sekolah.
Belitung dan sekolah memiliki 6
rombongan kelas; 3) Sekolah juga memiliki Pembahasan
pojok baca di tiap-tiap kelas sesuai dengan Pembahasan berikut terkait dengan 2 sub
panduan GLS; 4) Sekolah memiliki ruang variabel GLS tahap pembiasaan, mulai dari
serbaguna. Dimana sekolah mengambil sarana prasarana dan aktivitas pembiasaan.
inisiatif dengan menyediakan GOR Berdasarkan peraturan Kepala Perpustakaan
walaupun itu masih berintegrasi dengan Nasional Republik Indonesia nomor 10
pihak STKIP Muhammadiyah Bangka tahun 2017 tentang Standar Nasional
Belitung. Namun, Ruangan tersebut sudah Perpustakaan Sekolah Dasar/Madrasah
mampu mengakomondasi seluruh siswa; 5) Ibtidaiyah mengemukakan bahwa jumlah
Sekolah memiliki Lab. IPA meskipun buku di sebuah sekolah diharuskan dengan
kepemilikannya masih berintegrasi engan perbandingan 60% nonfiksi dan 40% fiksi,
pihak STKIP Muhammadiyah Bangka dalam ketentuan bila 1 s.d.6 rombongan
Belitung; 6) Kantin sekolah yang belajar jumlah buku sebanyak 1.000 judul,
dihadirkan sekolah dibuat dalam bentuk 7 s.d.12 rombongan belajar jumlah buku
katering sekolah; 7) UKS dan kampanye- sebanyak 1.500 judul, 13 s.d.24 rombongan
kampanye yang dihadirkan di sekolah belajar jumlah buku sebanyak 2.000 judul.
semua itu sudah bernuansa literasi pada Adapun penjelasnnya mengenai sarana
anak. Dari beberapa hal sebelumnya yang & prasarana GLS tersebut menurut Dewi
belum dimiliki sekolah sesuai GLS ialah Utami Faizah (2016: 16-20) sebagai
taman baca. Taman baca yang dimaksudkan berikut:
ialah taman yang menyediakan fasilitas Sudut baca merupakan sudut di ruangan
buku-buku atau suasana yang baik untuk kelas yang digunakan untuk memajang
membaca di sana. koleksi bacaan dan karya siswa yang
Walaupun mengalami kendala dari fungsinya untuk mendekatkan buku pada
beberapa fasilitas yang dimiliki. Sekolah siswa dan menumbuhkan minat baca siswa.
mampu bekerja sama dengan baik kepada Buku yang dipajang harus buku yang
orang tua dan yang paling penting integrasi menarik.
dengan pihak STKIP Muhammadiyah Area baca yang dimaksudkan pada GLS
Bangka Belitung. Sekolah yang bersinergi ialah lingkungan sekolah meliputi serambi,
dengan pihak lain mempu mengakomodinir koridor, halaman, kebun, ruang tunggu
kebutuhan sekolah dari sarana dan orang tua, toilet dan lain-lain. Lingkungan
prasarana agar sesuai dengan panduan GLS sekolah tersebut diharuskan untuk

Edisi Oktober 2019 289 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

melengkapi dengan koleksi buku guna nyaman supaya peserta didik betah dalam
memfasilitasi kegiatan membaca siswa di membaca.
sekolah.
UKS, kantin dan kebun sekolah fungsi Lingkungan kaya teks
dari UKS yaitu mengkampanyekan gaya Lingkungan kaya teks di sekolah dasar
hidup sehat dengan mengelaborasikan GLS dimaksudkan agar siswa terbiasa membaca
seperti poster kesehatan, pribahasa hidup dan mengkaji apa yang ada disekitarnya.
sehat, kerapian serta keindahan dalam Teks-teks agar siswa dapat membaca yang
konteks GLS. Kantin berfungsi untuk berisi motivasi, berita, gambar, dan lain-
memperkuat proses pembelajaran yang lain.
terintegrasi melalui makanan yang sehat
yang dikonsumsi siswa. Sedangkan kebun
sekolah berfungsi sebagai tempat yang

Tabel 4 Perbedaan GLS Tahap Pembiasaan dari Sarana dan Prasarana

No Aspek SD Negeri 3 Pangkalpinang SD STKIP Muhammadiyah


Bangka Belitung

1 Ruangan yang Ruang kelas dipenuhi poster- Sekolah memiliki ruangan kelas
kondusif untuk poster bernuansa literasi, dan yang baik untuk membaca. Hal
membaca juga terdapat kipas angin itu juga dapat dilihat dari ruang
serta pojok baca tiap-tiap kelas yang dipenuhi poster-
kelas. poster bernuansa literasi, dan
juga terdapat AC serta pojok
baca di kelas.

2 Pojok baca Sekolah memiliki pojok baca Sekolah memiliki pojok baca
yang bentuk pojok baca kelas yang bentuk pojok baca
dibuat bersama antara siswa dibuat bersama antara siswa
dengan guru. Buku-buku di dengan guru. Buku-buku di
pojok baca berasal dari buku pojok baca berasal dari buku
siswa itu sendiri yang mereka siswa itu sendiri yang mereka
bawa. Buku tersebut juga bawa. Buku tersebut separuhnya
juga berasal dari perpustakaan
berasal dari perpustakaan
sekolah.
sekolah.

3 Perpustakaan Perpustakaan memiliki Perpustakaan memiliki koleksi


yang memiliki koleksi buku yang lebih dari buku yang kurang lebih 1280
koleksi buku 2000 buku. Buku-buku di buku. Buku-buku di
yang variatif perpustakaan terdiri dari 60% perpustakaan terdiri dari 35%
nonfiksi dan 40% fiksi. fiksi dan 65% nonfiksi. Sekolah
Sekolah sendiri memiliki 19 sendiri memiliki 6 rombongan
Edisi Oktober 2019 290 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

No Aspek SD Negeri 3 Pangkalpinang SD STKIP Muhammadiyah


Bangka Belitung

rombongan belajar. Setiap belajar. Buku bersumber dari


tahun alumni secara suka rela bantuan dari pihak dinas
menyumbang buku untuk pendidikan Kabupaten Bangka
sekolah. Perpustakaan di Tengah dan pihak STKIP
sekolah juga menyandang Muhammadiyah Bangka
juara 1 tingkat kota tahun Belitung serta bantuan pihak
2019 sebagai perpustakaan orang tua siswa. Namun
yang terbaik. Sekolah juga perpustakaan yang dimiliki
memiliki pojok literasi sekolah masih berintegrasi
sekolah bagian dari dengan STKIP Muhammadiyah
perpustakaan sekolah. Buku- Bangka Belitung sehingga
buku yang berada di pojok dibutuhkan perpustakaan
literasi sekolah merupakan mandiri guna mengoptimalkan
buku-buku yang berasal dari gerakan literasi tahap
perpustakaan tersebut. pembiasaan di sekolah tersebut.

4 Kebun sekolah Sekolah memiliki taman Sekolah belum memiliki kebun


sekolah yang meletakkan sekolah ataupun dalam bentuk
buku bacaan di taman taman baca.
tersebut. Kondisi taman
cukup baik dengan
menyediakan bangku serta
atap dan pohon agar suasana
di taman tersebut menjadi
teduh.

5 Ruangan Daya tampung aula hanya Ruangan aula yang digunkan


khusus/aula bisa menampung sekitaran dialternatifkan sekolah
dalam kegiatan 100 orang dan tidak mampu menggunakan ruangan GOR
literasi menampung secara yang mampu menampung
keseluruhan siswa yang ada keseluruhan siswa yang ada di
di sekolah tersebut. sekolah. Namun GOR masih
berintegrasi dengan STKIP
Muhammadiyah Bangka
Belitung sehingga terkadang
membutuhkan koordinasi pada
pihak STKIP Muhammadiyah
Bangka Belitung terlebih dahulu
Edisi Oktober 2019 291 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

No Aspek SD Negeri 3 Pangkalpinang SD STKIP Muhammadiyah


Bangka Belitung

jika ingin menggunakannya.

6 Kantin sekolah Sekolah memiliki kantin Sekolah memiliki katering


bersih dan sehat. sekolah yang bersih dan sendiri sehingga makanan yang
sehat. Makanan dan minuman dikonsumsi jauh lebih sehat dan
yang disediakan juga bersih. Sekolah juga
makanan yang sehat untuk membebaskan anak untuk
siswa. Kantin juga diisi membaca sebelum makan atau
gambar kampanye hidup sesudah makan.
sehat.

7 Laboratorium Lab. IPA dipenuhi oleh alat Sekolah sudah memiliki Lab.
IPA dan UKS peraga dan tempelan IPA namun belum ada
informasi yang berguna agar kampanye mengenai literasi
siswa membaca informasi ataupun buku-buku di sana. Lab.
tersebut. Walaupun di Lab. IPA juga berintegrasi dengan
IPA belum diisi dengan buku STKIP Muhammadiyah Bangka
bacaan namun sudah mampu Belitung sehingga
mengedukasikan siswa ketika membutuhkan koordinasi
berada di ruang tersebut. terlebih dahulu bila ingin
Sekolah memiliki ruangan menggunkan fasilitas tersebut.
UKS yang kondisinya cukup Sedangkan untuk ruang UKS
baik. Ruang UKS dipenuhi dipenuhi tempelan informasi
oleh tempelan informasi yang yang berguna agar siswa
berguna agar siswa membaca membaca informasi tersebut.
informasi tersebut. Walaupun Walaupun di ruangan UKS
di ruangan UKS belum belum disediakan buku bacaan
disediakan buku bacaan namun sudah mampu
namun sudah mampu mengedukasikan siswa ketika
mengedukasikan siswa ketika berada di ruang tersebut.
berada di ruang tersebut.

8 Lingkungan Poster dan kampanye sangat Poster dan kampanye cukup


kaya teks banyak di sekolah. banyak di sekolah. Peletakannya
Peletakannya tiap-tiap sudut tiap-tiap sudut yang strategis
yang strategis untuk dilintasi untuk dilintasi seperti kelas,
seperti kelas, koridor, koridor, perpustakaan, ruang
perpustakaan, ruang depan depan sekolah dan ruangan

Edisi Oktober 2019 292 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

No Aspek SD Negeri 3 Pangkalpinang SD STKIP Muhammadiyah


Bangka Belitung

sekolah dan ruangan lainnya, lainnya, membuat poster-poster


membuat poster-poster yang yang dilintasi mampu
dilintasi mampu mengedukasi mengedukasi siswa yang
siswa yang membacanya. membacanya.

Tabel 5 Perbedaan GLS Tahap Pembiasaan dari Aktivitas Pembiasaan

No Aspek SD Negeri 3 Pangkalpinang SD STKIP Muhammadiyah


Bangka Belitung

1 Aktivitas Aktivitas pembiasaan dimulai aktivitas pembiasaan dimulai


Pembiasaan dari kegiatan membaca pada pagi hari dengan kegiatan
selama 15 menit yang murojaah Al quran, dilanjutkan
dilakukan tergantung baca tulis Al quran. Setelah itu
keputusan guru kelas masing- kegiatan dilanjutkan dengan
masing. Penugasan membaca aktivitas pembelajaran dengan
30 menit sehari di rumah juga membaca saat pembelajaran.
dilakukan. Sekolah juga Siswa juga diberi kesempatan
membentuk jadwal kunjungan untuk membaca di pojok baca.
perpustakaan sekolah. Strategi membaca dilakukan saat
Mayoritas guru menerapkan di awal dengan membaca
membaca 15 menit pada pagi Alquran dilanjutkan membaca
hari saat awal pembelajaran pada proses belajar di tengah
dan pada ice breaking. dan akhir pembelajaran. Suasana
Suasana pembelajaran yang santai dan menyenangkan juga
santai dan menyenangkan diciptakan dengan cara
dibentuk bersama guru serta membentuk kebijakan guru
dikontrol dalam kelas dan mapel menggunakan
pelaksanaannya serta sekolah bahan ajar yang mengajak
menyediakan fasilitas yang pembelajaran diluar kelas dan
membuat siswa senang pada membawa bentuk konkret pada
GLS. materi ajar serta membuat
suasana keakraban pada siswa
serta menerapkan ice breaking.

Edisi Oktober 2019 293 | Prosiding Semnasfip


Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

No Aspek SD Negeri 3 Pangkalpinang SD STKIP Muhammadiyah


Bangka Belitung

2 Program Program pendukung sekolah Program tambahan dilakukan


Pendukung diantaranya adanya program sekolah meliputi kunjungan ke
mingguan, bulanan dan perpustakaan daerah satu tahun
tahunan di perpustakaan sekali dan juga adanya kegiatan
sekolah. Kegiatan lainnya membaca puisi, mendongeng,
seperti membaca puisi, dan musabah Alquran. Hal itu
menulis syair, pantun, cerpen, bertujuan untuk menggali
dan rohis. Tujuannya supaya potensi anak dan melihat 8
sekolah memiliki siswa yang kecerdasan siswa sehingga kita
gemar membaca dan mampu bisa mengarahkannya.
menggali minat dan bakat
siswa

3 Melibatkan Sekolah selalu mengajak Sekolah selalu mengajak


Publik berdiskusi bersama orang tua berkolaborasi dengan publik.
saat sekolah memiliki Contohnya sekolah selalu
masalah dari segi buku. mengajak berdiskusi bersama
Sekolah juga memiliki grup orang tua saat sekolah memiliki
WA (WhatsApp) yang masalah dari segi buku. Hal itu
berguna untuk diskusi dengan bisa dilihat dari sebagian buku
orang tua jika mempunyai yang ada di sekolah adalah buku
masalah. Hal itu bisa dilihat yang berasal dari orang tua
dari sebagian buku yang ada siswa. Sekolah juga punya kerja
di sekolah adalah buku yang sama dengan perpustakaan kota
berasal dari orang tua dan Pangkalpinang yang selalu
juga alumni SD Negeri 3 berkunjung ke sana setiap
Pangkalpinang yang sudah setahun 1 kali. Sekolah juga
lulus maupun baru akan lulus. bekerja sama dengan pihak
STKIP Muhammadiyah dalam
memenuhi kebutuhan GLS tahap
pembiasaan di sekolah.

buku di perpustakaan terdiri dari 60%


KESIMPULAN nonfiksi dan 40% fiksi. Sekolah sendiri

P erbedaan antara SD Negeri 3


Pangkalpinang dengan SD STKIP
Muhammadiyah Bangka Belitung di
memiliki 19 rombongan belajar dan sekolah
memiliki sudut sekolah yang berintegrasi
dengan perpustakaan. Sebaliknya SD
antaranya seperti 1) perpustakaan di SD STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung
Negeri 3 Pangkalpinang memiliki koleksi perpustakaannya memiliki koleksi buku
buku yang lebih dari 2000 buku. Buku- yang kurang lebih 1280 buku. Buku-buku
Edisi Oktober 2019 294 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

di perpustakaan terdiri dari 35% fiksi dan pembiasaan untuk membaca di luar
65% nonfiksi dan sekolah memiliki 6 pelajaran. Sekolah juga memerlukan
rombongan kelas, 2) ruangan serbaguna SD fasilitas yang mandiri tidak berintegrasi
Negeri 3 yakni ruangan aula yang kapasitas dengan pihak lain sehingga bisa
kurang lebih 100 orang sebaliknya SD mengoptimalkan GLS pada tahap
STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung pembiasaan.
yakni GOR yang bisa menampung seluruh 3. Bagi peneliti selanjutnya perlu adanya
siswa, 3) SD STKIP Muhammadiyah kajian lebih lanjut terkait gerakan literasi
Bangka Belitung belum memiliki taman sekolah (GLS) di tahap selanjutnya.
baca, 4) aktifitas membaca pagi hari SD 4. Bagi dinas terkait penelitian yang
Negeri 3 Pangkalpinang yakni membaca dilakukan ini bisa dijadikan reverensi
buku sebaliknya SD STKIP untuk mengembangkan panduan yang
Muhammadiyah Bangka Belitung membaca lebih otonom sesuai kedaerahan.
Al quran 5) program pendukung di SD
Negeri 3 Pangkalpinang yakni adanya
program tahunan, bulanan, mingguan REFERENSI
perpustakaan serta kegiatan minat literasi Atmazaki, dkk. (2017). Panduan Gerakan
seperti membaca dongeng, puisi, menulis Literasi Nasional. Jakarta Timur.
cerpen, puisi dan syair. Sebaliknya SD Kemendikbud.
STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung Batubara, H. H, & Ariani, D. N. (2018).
belum memiliki program tahunan, bulanan, Implementasi Program Gerakan Literasi
dan mingguan perpustakaan. Kegiatan Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Gugus
minat literasi juga hampir sama namun Sungai Miai Banjarmasin. JPSD,
Volume 4, Nomor 1, Hal. 15-29.
sekolah memiliki aktifitas literasi
keagamaan seperti murojaah Al quran dan Faizah, D. U, dkk. (2016). Panduan
musabaqah Al quran. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta. Kemendikbud.
Saran Hidayat, M. H, Agus B. I, & Akbar, S.
Berdasarkan simpulan di atas maka (2018). Gerakan Literasi Sekolah di
saran terkait gerakan literasi sekolah (GLS) Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,
tahap pembiasaan antara SD Negeri 3 Volume 3, Nomor 6, Hal. 810-817
Pangkalpinang dengan SD STKIP Antasari, I. W. (2017). Implementasi
Muhammadiyah Bangka Belitung: Gerakan Literasi Sekolah Tahap
1. SD Negeri 3 Pangkalpinang perlu Pembiasaan di MI Muhammadiyah
adanya kegiatan pencatatan judul buku Gandatapa Sumbang Banyumas.
LIBRIA, Volume 9, Nomor 1, Hal. 13-
dan nama pengarangnya dalam catatan
26.
harian.
2. SD STKIP Muhammadiyah Bangka Josi, A. (2017). Perancangan dan
Belitung perlu juga adanya kegiatan Implementasi E-Jurnal Pada Unit
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
pencatatan judul buku dan nama
(UP2M) STMIK Prabumulih. JIPN,
pengarangnya dalam catatan harian. Volume 1, Nomor 2, Hal. 1-5.
Sekolah juga perlu kegiatan penjadwalan
Nasrudin & Maryadi. (2018). Manaejemen
kunjungan ke perpustakaan dan
Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam
Edisi Oktober 2019 295 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index

Pembelajaran di SD. Jurnal Managemen


Pendidikan, Volume 13, Nomor 1, Hal.
15-23.
Nurbaiti. (2015). Manajemen Sarana dan
Prasarana Sekolah. Jurnal Unib, Volume
9, Nomor 4, Hal. 536-546.
Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2017 tentang Standar Nasional
Perpustakaan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung. Alfabeta.
Wiedarti, P, dkk.(2016). Desain Induk
Gerakan Literasi. Jakarta.
Kemendikbud.

Edisi Oktober 2019 296 | Prosiding Semnasfip

You might also like