Professional Documents
Culture Documents
pungpurwadi1998@gmail.com
maulina.hendrik@stkipmbb.ac.id
sasih.karnitaarafatun@stkipmbb.ac.id
ABSTRACT
The background of this research is government regulations that schedule the implementation
of the school literacy action (GLS) in schools. The GLS is carried out with the stages of
habituation, development and learning. The habituation stage is the initial stage to reach the
next stage. This research needs to be discussed about GLS habituation stages based on the
conditions of different schools. The purpose of this research is to determine the differences in
the implementation of the GLS program at the habituation stage between SD Negeri 3
Pangkalpinang and SD STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung (SD STKIPMBB) which
have different school backgrounds. This research uses a type of qualitative descriptive
research. The data collection techniques are carried out by observation, questionnaire
(questionnaire), interview and documentation. The data analysis technique in this research
used qualitative analysis techniques. The activities in data analysis are reduction data,
display data and conclusion drawing / verification. The subjects of this research were
teachers, headmaster, students at SD Negeri 3 Pangkalpinang and SD STKIP MBB. The
results of this research indicate differences that occur between SD Negeri 3 Pangkalpinang
with SD STKIP MBB including 1) amount of books in the school library, 2) the versatile room
at SD Negeri 3 which is a hall with a capacity of approximately 100 people otherwise SD
STKIP MBB has GOR which can accommodate all students, 3) SD STKIP MBB does not yet
have a reading garden, 4) The activity of Morning reading at SD Negeri 3 Pangkalpinang
which is reading the opposite book otherwise at SD STKIP MBB is reading Al Quran 5) The
program supporters in SD Negeri 3 Pangkalpinang, namely the annual, monthly, weekly
library programs and literacy interests such as reading fairy tales, poetry, writing short
stories, poetry and verse. Instead, SD STKIP MBB does not have an annual, monthly, and
weekly library program. The literacy interest activities are also almost the same but schools
have religious literacy activities such as Murojaah Al Quran and Musabaqah Al Quran
Keywords: School Literacy Action (GLS), Habits, Facilities and Infrastructure, Habitual
Activity
dalam Nurbaiti (2015: 537) mengemukakan penggantian plafon, kursi, meja, LCD dan
bahwa sarana dan prasarana adalah Semua komputer. (5) penghapusan sarpras dalam
benda atau barang yang bergerak maupun proses pembelajaran sudah dilakukan
yang tidak bergerak digunakan untuk dengan baik melalui prosedur penghapusan
menunjang terlaksanakannya proses dan memperhatikan beban kerja tenaga
pembelajaran yang langsung maupun yang pendidik.
tidak langsung dalam sebuah pendidikan. Tentunya sarana dan prasarana yang
Menurut Rossie Setiawan dalam Indah dihadirkan di sekolah harus disesuaikan
Wijaya Antasari (2017: 17) kebiasaan itu dengan GLS itu sendiri berdasarkan
sampai akhir hayat, karena gerakan literasi kemampuan sekolah masing-masing.
sekolah mempunyai tujuan untuk Penelitian yang dilakukan oleh Hamdan
menumbuh kembangkan budi pekerti Husein Batubara dan Dessy Noor Ariani
peserta didik melalui pembudayaan (2018) tentang Implementasi Program
ekosistem literasi sekolah agar mereka Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Gugus Sungai Miai Banjarmasin
Artinya dengan adanya kegiatan mengemukakan bahwa upaya-upaya yang
pembiasaan GLS diharapkan siswa mampu dilakukan sekolah dalam melaksanakan
menjadi pejalar sepanjang hanyatnya. program gerakan literasi sekolah adalah: (1)
Penelitian yang dilakukan oleh menambah buku pengayaan, (2)
Nasarudin dan Maryadi (2018) tentang mendekatkan buku ke peserta didik dengan
Manajemen Sarana dan Prasarana cara membuat area baca dan lingkungan
Pendidikan dalam Pembelajaran di SD yang kaya akan teks, (3) melaksanakan
menunjukkan bahwa: (1) perencanaan berbagai bentuk kegiatan literasi, dan (4)
sarana dan prasarana pendidikan dalam melibatkan publik dalam pelaksanaan
proses pembelajaran melalui analisis gerakan literasi. Adapun kendala yang
kebutuhan (evaluasi diri sekolah), dihadapi sekolah dalam pelaksanaan GLS
pembiayaan, dan analisis prioritas. (2) adalah: (1) rendahnya kesadaran guru, (2)
pengadaan sarpras dalam proses buku pengayaan yang sesuai dengan
pembelajaran bersumber pada reparasi, kebutuhan anak sulit ditemukan, (3) guru
dana pemerintah, sumbangan masyarakat, malas membaca, (4) guru tidak memahami
peminjaman barang; dan dengan penerapan gerakan literasi, dan (5) sekolah
memperhatikan kualitas serta fungsi pada kekurangan dana. Dengan demikian,
proses pembelajaran. (3) penginventarisasi implementasi program GLS di SD Negeri
sarpras dalam proses pembelajaran seperti Gugus Sungai Miai Banjarmasin perlu
pencatatan kode, jumlah, harga barangdan ditingkatkan ke tahap pengembangan
lain sebagainya dengan tujuan untuk dengan melibatkan berbagai pihak.
pengendalian sarana dan prasarana sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
(4) pemeliharaan sarpras dalam proses dilakukan oleh Muhammad Hilal Hidayat,
pembelajaran melalui pemeliharaan sehari- Imam Agus Basuki, dan Sa’dun Akbar
hari melibatkan guru dan siswa sasarannya (2018) tentang Gerakan Literasi Sekolah di
buku pelajaran, ruang kelas, alat Sekolah Dasar mengemukakan bahwa SD
pembelajaran; dalam pemeliharaan berkala Negeri 2 Sitirejo dan SD Negeri 4
mencakup pemeliharan gedung sekolah, Panggungrejo yang mengemukakan bahwa
kedua sekolah tersebut belum optimal serta kurang saat kegiatan membaca, kurangnya
belum memiliki dampak yang positif minat membaca bagi siswa, sekolah merasa
terhadap gairah membaca siswa hal tersebut kesulitan untuk meningkatkan level
terbukti dari kurang terlihatnya aktivitas kegiatan karena guru kurang fokus
membaca buku bacaan oleh siswa di menjalan kegiatan tersebut; dan kurangnya
lingkungan sekolah. perhatian dan pembinaan dari pihak dinas
(1) pemahaman mengenai GLS yang pendidikan baik di tingkat kecamatan
terkait dengan pengertian GLS yaitu maupun kabupaten. (6) upaya yang
program yang menyangkut pembiasaan dilakukan untuk mengatasi faktor
membaca, berwawasan luas dan berkreasi. menghambat yaitu pengajuan proposal
Adapun pemahaman yang terkait dengan buku dan pengadaan perpustakaan ke dinas
tujuan GLS yaitu meningkatkan minat baca, pendidikan, mengalternatifkan teknik
menambah pengetahuan, melatih berpikir membaca di kelas rendah agar siswa
kritis, berpendapat, dan memecahkan konsentrasi saat kegiatan membaca,
masalah. (2) bentuk kegiatan GLS yang mengatasi lemahnya minat baca dengan
sedang dijalankan oleh kedua sekolah yang membebaskan waktu membaca di luar
diteliti yaitu kegiatan membaca pada 15 kegiatan 15 menit membaca dan memberi
menit sebelum pembelajaran serta kegiatan tugas sekolah yang dapat menstimulan
memajang hasil karya di sekitar ruangan siswa untuk membaca, bekerjasama dan
kelas dan di majalah dinding kelas. (3) bermusyawarah secara internal antar guru
bentuk pelibatan publik yang pernah dan maupun eksternal dengan sekolah lain
sedang dijalankan oleh kedua sekolah yaitu terkait kegiatan dan kinerja GLS dan
menjadikan orangtua siswa sebagai donatur mengkonfirmasi pihak dinas pendidikan
buku bacaan yang ditekankan kepada siswa kabupaten mengenai perhatian serta
yang mendapat nilai rendah saat ulangan pembinaan terkait GLS.
harian dan masing-masing satu siswa GLS sendiri secara umum dihadirkan
membawa satu buku dari rumah pada tiap meliputi 3 tahap yakni tahap pembiasaan,
akhir semester genap. (4) faktor pendukung pengembangan dan pembelajaran dalam hal
GLS yang terungkap dari kedua sekolah ini penelitian yang dilakukan berfokus pada
yaitu motivasi kepala sekolah dan semangat tahap pembiasaan dengan alasan tahap
para guru dalam menjalankan kegiatan pembiasaan sendiri menjadi pondasi awal
GLS, adanya sarana pojok baca dan untuk mencapai tahap yang selanjutnya
majalah dinding yang dibuat oleh sekolah agar optimal.
serta perpustakaan sekolah, buku
sumbangan dari orang tua siswa dan
dipercaya menjadi sekolah rujukan terkait
GLS oleh dinas pendidikan kabupaten.
(5) faktor penghambat GLS yang
terungkap dari kedua sekolah yaitu
kekurangan buku bacaan serta sarana ruang
perpustakaan, orang tua siswa kurang
peduli terhadap kebutuhan anaknya,
konsentrasi siswa di kelas rendah agak
P
dalam
enelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono
Ahmat Josi (2017: 2)
Sugiyono (2017: 247-253) data yang
bersifat kualitatif diperoleh dari hasil
wawancara dianalisis dengan analisis
mengemukakan bahwasanya metode kualitatif. Teknik analisis dilakukan secara
penelitian deskriptif kualitatif adalah data interaktif dan berlangsung secara terus-
informasi yang berbentuk kalimat verbal menerus sampai tuntas, sehingga datanya
bukan berupa simbol angka atau bilang. sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data,
Data pada penelitian ini dikumpulkan yaitu data reduction, data display, dan
melalui kuisioner, wawancara dengan conclusion drawing/verification.
partisipan secara mendalam, observasi dan Sebelum dianalisis, dilakukan proses
dokumentasi. Tempat pelaksanaan kuantifikasi data dari kuisioner, setelah
penelitian ini di SD Negeri 3 dilakukan kuantifikasi selanjutnya data
Pangkalpinang dengan SD STKIP tersebut dianalisis dengan menentukan
Muhammadiyah Bangka Belitung. persentase jawaban soal. Instrumen
Penelitian dilaksanakan pada Februari berbentuk skala gudman yang
2019 sampai Mei 2019. Subjek penelitian menggunakan dua alternatif jawaban.
ini adalah guru, kepala sekolah, tenaga
Edisi Oktober 2019 286 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index
tahap pembiasaan terpenuhi, namun 20% drama, cerpen, membaca puisi dan syair.
aktivitas pembiasaan GLS tahap Kegiatan itu bertujuan mengembangkan
pembiasaan masih belum terpenuhi atau minat dan bakat siswa serta menggali
belum dapat diterapkan. Sehingga perlu potensi siswa terkait GLS.
adanya peningkatan aktivitas pembiasaan Pelaksanaan GLS Tahap Pembiasaan di
GLS tahap pembiasaan sekolah tersebut. SD STKIP Muhammadiyah Bangka
Belitung Berikut persentase data observasi
dan angket terkait sarana dan prasana GLS
tahap pembiasaan di SD STKIP
Aktivitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Pembiasaan
9% 91%
Tabel 3 Persentase Observasi Berkaitan
9% Aspek Sarana dan Prasarana di SD STKIP
Muhammadiyah Bangka Belitung
Pencapaian
91% Persentase
Aspek
Gambar 2 Persentase Hasil Angket Berkaitan
Aktivitas Pembiasaan di SD Negeri 3 Pangkalpinang (%)
Berikut sarana dan prasarana yang di tahap pembiasaan. Upaya yang sedang
dimiliki di SD STKIP Muhammadiyah dilakukan sekolah mengatasi itu semua
Bangka Belitung: 1) Ruang baca yang baik yakni pada saat ini sekolah sedang dalam
sesuai dengan panduan GLS; 2) proses pembangunan guna memiliki
Perpustakaan yang memiliki koleksi buku fasilitas secara mandiri. Selain fasilitas-
kurang lebih dari 1280 bukudan buku di fasilitas umum di sekolah sekolah
perpustakaan terdiri dari 35% fiksi dan 65% berkeinginanuntuk menyediakan masjid
nonfiksi walaupun kepemilikan khusus sekolah mengingat sekolah
perpustakaan masih berintegrasi dengan merupakan sekolah yang berbasis agama
pihak STKIP Muhammadiyah Bangka pada kegiatannya di sekolah.
Belitung dan sekolah memiliki 6
rombongan kelas; 3) Sekolah juga memiliki Pembahasan
pojok baca di tiap-tiap kelas sesuai dengan Pembahasan berikut terkait dengan 2 sub
panduan GLS; 4) Sekolah memiliki ruang variabel GLS tahap pembiasaan, mulai dari
serbaguna. Dimana sekolah mengambil sarana prasarana dan aktivitas pembiasaan.
inisiatif dengan menyediakan GOR Berdasarkan peraturan Kepala Perpustakaan
walaupun itu masih berintegrasi dengan Nasional Republik Indonesia nomor 10
pihak STKIP Muhammadiyah Bangka tahun 2017 tentang Standar Nasional
Belitung. Namun, Ruangan tersebut sudah Perpustakaan Sekolah Dasar/Madrasah
mampu mengakomondasi seluruh siswa; 5) Ibtidaiyah mengemukakan bahwa jumlah
Sekolah memiliki Lab. IPA meskipun buku di sebuah sekolah diharuskan dengan
kepemilikannya masih berintegrasi engan perbandingan 60% nonfiksi dan 40% fiksi,
pihak STKIP Muhammadiyah Bangka dalam ketentuan bila 1 s.d.6 rombongan
Belitung; 6) Kantin sekolah yang belajar jumlah buku sebanyak 1.000 judul,
dihadirkan sekolah dibuat dalam bentuk 7 s.d.12 rombongan belajar jumlah buku
katering sekolah; 7) UKS dan kampanye- sebanyak 1.500 judul, 13 s.d.24 rombongan
kampanye yang dihadirkan di sekolah belajar jumlah buku sebanyak 2.000 judul.
semua itu sudah bernuansa literasi pada Adapun penjelasnnya mengenai sarana
anak. Dari beberapa hal sebelumnya yang & prasarana GLS tersebut menurut Dewi
belum dimiliki sekolah sesuai GLS ialah Utami Faizah (2016: 16-20) sebagai
taman baca. Taman baca yang dimaksudkan berikut:
ialah taman yang menyediakan fasilitas Sudut baca merupakan sudut di ruangan
buku-buku atau suasana yang baik untuk kelas yang digunakan untuk memajang
membaca di sana. koleksi bacaan dan karya siswa yang
Walaupun mengalami kendala dari fungsinya untuk mendekatkan buku pada
beberapa fasilitas yang dimiliki. Sekolah siswa dan menumbuhkan minat baca siswa.
mampu bekerja sama dengan baik kepada Buku yang dipajang harus buku yang
orang tua dan yang paling penting integrasi menarik.
dengan pihak STKIP Muhammadiyah Area baca yang dimaksudkan pada GLS
Bangka Belitung. Sekolah yang bersinergi ialah lingkungan sekolah meliputi serambi,
dengan pihak lain mempu mengakomodinir koridor, halaman, kebun, ruang tunggu
kebutuhan sekolah dari sarana dan orang tua, toilet dan lain-lain. Lingkungan
prasarana agar sesuai dengan panduan GLS sekolah tersebut diharuskan untuk
melengkapi dengan koleksi buku guna nyaman supaya peserta didik betah dalam
memfasilitasi kegiatan membaca siswa di membaca.
sekolah.
UKS, kantin dan kebun sekolah fungsi Lingkungan kaya teks
dari UKS yaitu mengkampanyekan gaya Lingkungan kaya teks di sekolah dasar
hidup sehat dengan mengelaborasikan GLS dimaksudkan agar siswa terbiasa membaca
seperti poster kesehatan, pribahasa hidup dan mengkaji apa yang ada disekitarnya.
sehat, kerapian serta keindahan dalam Teks-teks agar siswa dapat membaca yang
konteks GLS. Kantin berfungsi untuk berisi motivasi, berita, gambar, dan lain-
memperkuat proses pembelajaran yang lain.
terintegrasi melalui makanan yang sehat
yang dikonsumsi siswa. Sedangkan kebun
sekolah berfungsi sebagai tempat yang
1 Ruangan yang Ruang kelas dipenuhi poster- Sekolah memiliki ruangan kelas
kondusif untuk poster bernuansa literasi, dan yang baik untuk membaca. Hal
membaca juga terdapat kipas angin itu juga dapat dilihat dari ruang
serta pojok baca tiap-tiap kelas yang dipenuhi poster-
kelas. poster bernuansa literasi, dan
juga terdapat AC serta pojok
baca di kelas.
2 Pojok baca Sekolah memiliki pojok baca Sekolah memiliki pojok baca
yang bentuk pojok baca kelas yang bentuk pojok baca
dibuat bersama antara siswa dibuat bersama antara siswa
dengan guru. Buku-buku di dengan guru. Buku-buku di
pojok baca berasal dari buku pojok baca berasal dari buku
siswa itu sendiri yang mereka siswa itu sendiri yang mereka
bawa. Buku tersebut juga bawa. Buku tersebut separuhnya
juga berasal dari perpustakaan
berasal dari perpustakaan
sekolah.
sekolah.
7 Laboratorium Lab. IPA dipenuhi oleh alat Sekolah sudah memiliki Lab.
IPA dan UKS peraga dan tempelan IPA namun belum ada
informasi yang berguna agar kampanye mengenai literasi
siswa membaca informasi ataupun buku-buku di sana. Lab.
tersebut. Walaupun di Lab. IPA juga berintegrasi dengan
IPA belum diisi dengan buku STKIP Muhammadiyah Bangka
bacaan namun sudah mampu Belitung sehingga
mengedukasikan siswa ketika membutuhkan koordinasi
berada di ruang tersebut. terlebih dahulu bila ingin
Sekolah memiliki ruangan menggunkan fasilitas tersebut.
UKS yang kondisinya cukup Sedangkan untuk ruang UKS
baik. Ruang UKS dipenuhi dipenuhi tempelan informasi
oleh tempelan informasi yang yang berguna agar siswa
berguna agar siswa membaca membaca informasi tersebut.
informasi tersebut. Walaupun Walaupun di ruangan UKS
di ruangan UKS belum belum disediakan buku bacaan
disediakan buku bacaan namun sudah mampu
namun sudah mampu mengedukasikan siswa ketika
mengedukasikan siswa ketika berada di ruang tersebut.
berada di ruang tersebut.
di perpustakaan terdiri dari 35% fiksi dan pembiasaan untuk membaca di luar
65% nonfiksi dan sekolah memiliki 6 pelajaran. Sekolah juga memerlukan
rombongan kelas, 2) ruangan serbaguna SD fasilitas yang mandiri tidak berintegrasi
Negeri 3 yakni ruangan aula yang kapasitas dengan pihak lain sehingga bisa
kurang lebih 100 orang sebaliknya SD mengoptimalkan GLS pada tahap
STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung pembiasaan.
yakni GOR yang bisa menampung seluruh 3. Bagi peneliti selanjutnya perlu adanya
siswa, 3) SD STKIP Muhammadiyah kajian lebih lanjut terkait gerakan literasi
Bangka Belitung belum memiliki taman sekolah (GLS) di tahap selanjutnya.
baca, 4) aktifitas membaca pagi hari SD 4. Bagi dinas terkait penelitian yang
Negeri 3 Pangkalpinang yakni membaca dilakukan ini bisa dijadikan reverensi
buku sebaliknya SD STKIP untuk mengembangkan panduan yang
Muhammadiyah Bangka Belitung membaca lebih otonom sesuai kedaerahan.
Al quran 5) program pendukung di SD
Negeri 3 Pangkalpinang yakni adanya
program tahunan, bulanan, mingguan REFERENSI
perpustakaan serta kegiatan minat literasi Atmazaki, dkk. (2017). Panduan Gerakan
seperti membaca dongeng, puisi, menulis Literasi Nasional. Jakarta Timur.
cerpen, puisi dan syair. Sebaliknya SD Kemendikbud.
STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung Batubara, H. H, & Ariani, D. N. (2018).
belum memiliki program tahunan, bulanan, Implementasi Program Gerakan Literasi
dan mingguan perpustakaan. Kegiatan Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Gugus
minat literasi juga hampir sama namun Sungai Miai Banjarmasin. JPSD,
Volume 4, Nomor 1, Hal. 15-29.
sekolah memiliki aktifitas literasi
keagamaan seperti murojaah Al quran dan Faizah, D. U, dkk. (2016). Panduan
musabaqah Al quran. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta. Kemendikbud.
Saran Hidayat, M. H, Agus B. I, & Akbar, S.
Berdasarkan simpulan di atas maka (2018). Gerakan Literasi Sekolah di
saran terkait gerakan literasi sekolah (GLS) Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,
tahap pembiasaan antara SD Negeri 3 Volume 3, Nomor 6, Hal. 810-817
Pangkalpinang dengan SD STKIP Antasari, I. W. (2017). Implementasi
Muhammadiyah Bangka Belitung: Gerakan Literasi Sekolah Tahap
1. SD Negeri 3 Pangkalpinang perlu Pembiasaan di MI Muhammadiyah
adanya kegiatan pencatatan judul buku Gandatapa Sumbang Banyumas.
LIBRIA, Volume 9, Nomor 1, Hal. 13-
dan nama pengarangnya dalam catatan
26.
harian.
2. SD STKIP Muhammadiyah Bangka Josi, A. (2017). Perancangan dan
Belitung perlu juga adanya kegiatan Implementasi E-Jurnal Pada Unit
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
pencatatan judul buku dan nama
(UP2M) STMIK Prabumulih. JIPN,
pengarangnya dalam catatan harian. Volume 1, Nomor 2, Hal. 1-5.
Sekolah juga perlu kegiatan penjadwalan
Nasrudin & Maryadi. (2018). Manaejemen
kunjungan ke perpustakaan dan
Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam
Edisi Oktober 2019 295 | Prosiding Semnasfip
Pung Purwadi, Maulina Hendrik, dan Sasih Karnita Arafatun: Gerakan Literasi...
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index